8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
1/34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakanag
Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang dikenal di
masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus buntu yang sebenarnya adalah
sekum. Organ yang tidak diketahui fungsinya ini sering menimbulkan masalah
kesehatan. Peradangan akut apendiks memerlukan tindakan bedah segera untuk
menghindari komplikasi yang umumnya berbahaya.
Apendisitis merupakan peradangan dari apendiks vermiformis, yang lebih
dikenal dengan sebutan infeksi usus buntu dan ini merupakan penyakit yang
sering dijumpai. Meskipun sebagian besar pasien dengan apendisitis akut dapat
dengan mudah didiagnosis tetapi tanda dan gejalanya cukup bervariasi, sehingga
diagnosis secara klinis dapat menjadi sulit ditegakkan, untuk itu dokter harus
mempunyai pengetahuan yang baik untuk mengenal apendisitis. Pada apendisitis
tidak mungkin dapat ditemukan satu galala klinis yang tidak dapat ditentukan oleh
satu test khusus untuk mendiagnosanya secara tepat. Pada beberapa kasus
apendisitis dapat sembuh tanpa pengobatan, tapi banyak juga yang memerlukan
laparotomi. Apendisitis akut dapat menyebabkan kamatian karena peritonitis dan
syok.
Apendisitis merupakan penyebab tersering dari nyeri abdomen yang
progresif dan menetap pada semua golongan umur, kegagalan menegakkan
diagnosa dan keterlambatan penatalaksanaannya akan menyebabkan peningakatan
morbiditas dan mortalitas.
Pada masyarakat dengan kebiasaan diet tinggi serat, apendisitis jarang
terjadi, dikarenakan serat akan menurunkan viskositas feses, mempersingkat
waktu transit feses dan menghambat pembentukan fekalit. ekalit dapat
menyababkan obstruksi pada lumen apendiks. !ejadian apendisitis dapat
berkurang karena kebiasaan diet tinggi serat dan kebiasaan menggunakan toilet
jongkok bila dibandingkan dengan toilet duduk.
"
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
2/34
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan fiiologi
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira#kira "$ cm
dan berpangkal di sekum. %umennya menyempit di bagian proksimal dan melebar
di bagian distal. &amun demikian pada bayi apendiks berbentuk kerucut, lebar
pada pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya.
Apendiks terletak di ileosekum dan merupakan pertemuan ketiga tinea
koli. 'ntuk mencarinya cukup dicari pertemuan ( tinea tersebut. )idekatnya
terdapat valvula *auhini. Apendiks juga dapat terbentang retrocaecal, retroileal,
dan pelvic.
Apendiks menerima aliran darah dari cabang apendikuler dari
a.ileocoelica. Arteri ini berasal dari ileum terminalis superior memasuki
mesoapendiks dekat dasar apendiks. +abang arteri kecil berjalan melalui a. caecal.
istem limfe apendiks berjalan menuju nodus limfatik yang terbentang sepanjang
ileocoelica.
Persarafan apendiks berasal dari persarafan simpatis yang berasal dari
ple-us mesenterikal superior /"$#%"0, dan parasimpatis yang aferennya berasal
dari n.vagus. Meskipun fungsi apendiks sampai saat ini tidak jelas, tetapi mukosa
apendiks seperti mukosa lainnya mampu menghasilkan sekresi cairan, musin, dan
en1im proteolitik.
Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh 2A%/ 2ut Associated
%ymphoid /issue0 yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks,
ialah IgA. Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi.
&amun demikian pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun karena
jumlah kelenjar limfe disini sedikit sekali jika dibandingkan jumlahnya di saluran
cerna atau di seluruh tubuh.
(
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
3/34
!am"ar 2.1 Anatomi A##endik
2.2 Etiologi dan Patofiiologi A#endiiti
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. aktor#faktor yang dapat
menjadi pencetus apendisitis akut 3
a. Obsruksi lumen apendiks 3 Obstruksi ini akan menyebabkan distensi
pada apendiks karena terkumpulnya cairan intraluminal. Obstruksi ini
dapat disebabkan oleh 3
# Masuknya fekalit
# !erusakan mukosa dan adanya tumor
# /erdapat bekuan darah
# umbatan oleh cacing ascaris
# Pengendapan barium di pemeriksaan -#ray sebelumnya.
b. Anatomi apendiks
a. Apendiks merupakan bagian dari sekum secara embriologis.
!arena itu ada hubungan mikroorganisme antar keduanya.
b. irkulasi dari cabang ileocoelica saja satu arah0 sehingga bila
ada bagian yang buntu maka begian yang terletak dibawahnya
akan mati.
4
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
4/34
c. Apendiks merupakan tabung yang ujungnya buntu pada satu
tempat dan satu tempat lagi ada valvula atau klep dan lumennya
relatif kecil, tapi memproduksi mucus.
Kala$ ada o"tr$ki % m$&$ teta# di#rod$ki % tekanan
akan meningkat % #e&a'% nekroi.
c. 5as dan makanan
a. %ebih banyak pada orang barat.
b. Makan daging 6 kemungkinannya lebih besar.
d. !onstipasi dan pemakaian laksatif
lora usus normal apatogen menjadi patogen.
7. okal infeksi dari tempat lain yang manjalar secara hematogen.
)alam pathogenesis appendisitis akut urutan kejadiannya adalah 3
". Obstruksi lumen menyebabkan sekresi mucus dan cairan yang
menyebabkan peningkatan tekanan intraluminal
(. !etika tekanan intrauminal meningkat, tekanan dalam mukosa venula
dan limfatik meningkat, aliran darah dan limfe terhambat karena
tekanan meningkat pada dinding apendiceal.
4. !etika tekanan kapiler meningkat, terjadi iskemia mukosa inflamasi
dan ulserasi kemudian bakteri tumbuh pesat didalam lumen dan bakteri
menyerang mukosa dan submukosa sehingga terjadi inflamasi
transmural, edema, vascular stasis, dan nekrosis dari muscular. Perforasi
mungkin dapat terjadi.
Pada perjalanan penyakitnya, penyakit apendisitis akut dapat berubah menjadi 3
". Phlegmon (#4 hari perforasi, 4#7 hari peritonitis difusasepsis.
Phlegmon ialah proses penahanan dalam jaringan ikat longgar, Padaorang dewasa, terjadi karena keterlambatan dalam menegakkan
diagnosa, sedangkan pada anak kecil disebabkan apendiks kecil dan
kurang komunikatif.
(. Mikroperforasi massa8infiltrate periappendiks.
Mikroperforasi adalah suatu peradangan oeh omentum dan jaringan
sekitarnya. /ubuh melokalisir perforasi oleh karena daya tahan tubuh
9
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
5/34
meningkat dengan pemberian antibiotik0. :ika peradangan tidak
sempurna, dapat terjadi penyebaran pus dari ruangan omentum.
2.(. )anifetai klini
Appendisitis akut mempunyai gejala klinis yang banyak ekali dan
menyerupai penyakit lain. Pada bebrapa kasus appendiks tidak mempunyai tanda
utama, gejala, maupun tes diagnostik yang akurat.
!e*ala klini
2ejala klinis appendisitis akut adalah nyeri abdomen. ecara klasik nyeri
timbul pertama kali ditengah bagian bawah epigastrium atau daerah umbilicus,
menetap, kadang disertai rasa kram yang intermitten. etelah periode "( jam, biasanya antara 9#; jam lokasi nyeri terlokalisir di kuadran kanan bawah di titik
Mc*urney. !adang tidakada nyeri epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga
penderita merasa memerlukan obat pencahar. /indakan itu dianggap berbahaya
karena memermudah terjadinya perforasi.
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
6/34
Pal#ai
Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa
disertai nyeri lepas. )efans muskuler menunjukkan adanya rangsangan
peritoneum parietale. &yeri tekan dan nyeri lepas secara klasik di kuadran kanan
bawah pada appendiks letak anterior yang mengalami inflamasi. &yeri tekan yang
maksimal terletak pada atau dekat titik Mc*urney. &yeri tekan pada perut kanan
ini merupakan kunci diagnosis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan
nyeri pada perut kanan bawah tanda 5ovsing0. Pada appendisitis retrosekal atau
retroileal diperlukan palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri. !arena
terjadi pergeseran sekum ke kraniolateral dorsal oleh uterus, keluhan nyeri pada
appendiks sewaktu hamil trimester I dan III akan bergeser ke kanan sampai ke
pinggang kanan. Anda pada kehamilan trimester I tidak berbeda dengan orang
tidak hamil, karena itu harus dibedakan apakah nyeri berasal dari appendiks atau
uterus, bila penderita miring ke kiri, nyeri akan berpindah sesuai dengan
pergeseran uterus, terbukti proses bukan berasal dari appendiks.
Peristaltik usus sering normal,peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik
pada peritonitis generalisata akibat appendisitis perforata.
,e&tal To$&'er
Pada rectal toucher menyebabkan nyeri bila daerah infeksi dapat dicapai
dengan jari telunjuk, misalnya pada appendisitis pelvika, pada appendisitis
pelvika, tanda perut sering meragukan maka kunci diagnosis adalah nyeri terbatas
sewaktu dilakukan rectal toucher. Pada pemeriksaan rectal toucher, akan
didapatkan 3
# &yeri tekan positif pada arah jam ?#"".
# Pada yang mengalami komplikasi, ampula teraba distensi8cenderungkolaps.
;
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
7/34
!am"ar 2.2 Pemerikaan ,e&tal To$&'er
Pada anak#anak, tidak diperlukan rectal toucher, karena appendiksnya
berbentuk konus atau pendek.
Pemeriksaan tambahan pemeriksaan khusus0
1. ,o-ing Sign /
)engan cara penekanan pada kuadran kiri bawah menyebabkan
refleks nyeri pada daerah kuadran kanan bawah.
!am"ar 2.( Pemerikaan ,o-ing ign
2. Poa ign /
Mengindikasikan adanya iritasi ke muskulus psoas. /es ini
dilakukan dengan rangsangan otot psoas dengan hiperekstensi sendi
panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha
ditahan. /es ini dilakukan dengan cara pasien terlentang. ecara
perlahan tungkai kanan pasien diekstensikan kearah kiri pasien
=
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
8/34
sehingga menyebabkan peregangan m. psoas. 5asa nyeri pada
maneuver ini menandakan tes positif.
!am"ar 2.+ Pemerikaan Poa ign
(. 0"t$rator ign
)ilakukan untuk melihat apakah appendiks yang meradang kontak
dengan m. Obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil.
2erakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang akan
menimbulkan nyeri pada appendisitis pelvika. Positif dari nyeri
hipogastrik pada peregangan m. Obturator internus yang menandakan
iritasi pada daerah tersebut. /es dilakukan dengan cara pasien berbaring
terlentang, tungkai kanan difleksikan dan dilakukan rotasi interna secara
pasif.
@
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
9/34
!am"ar 2. Pemerikaan 0"t$rator ign
2.. Pemerikaan Pen$n*ang
Pada appendicitis akut tanpa komplikasi, pemeriksaan laboratorium
menemukan leukositosis "$.$$$#"@.$$$8mm40 dengan peningkatan PM&. :ika
leukosit "@.$$$, dengan adanya shift to the left, harus dipikirkan telah terjadi
perforasi atau penyakit infeksi lain.
oto #olo a"domen
)apat membantu dalam mendiagnosis appendicitis akut, tetapi gambaran
radiologis yang didapatkan kadang tidak spesifik dan harus diinterpretasikan
dengan baik.
*eberapa petunjuk dalam menilai foto polos abdomen , menurut *rooks
dan !illen "?;70 3
". Adanya fluid level yang terlokalisir dalam sekum dan ileum terminal,
menandakan suatu inflamasi lokal pada abdomen kanan bawah.
(. Ileus yang terlokalisir dengan gas didalam sekum, kolon ascenden dan
ileum terminal.
4. 2aris panggul kanan yang tidak jelas kabur0, dimana garis radioluscen
timbul akibat adanya lemak diantara peritoneum dan m. tranversus
abdominis.
9. *ertambahnya densitas jaringan lunak pada kuadran kanan bawah.
7. Adanya fekalit pada fossa iliaka kanan.
;. *ayangan psoas yang tidak jelas kabur0 pada sisi kanan.
?
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
10/34
=. /erisinya appendiks oleh gas
@. Adanya bayangan udara bebas intraperitoneum.
?. Adanya deformitas bayangan gas sekum karena berdekatan dengan massa
yang meradang hal ini sulit untuk diinterpretasikan, karena mungkin
terganggu oleh gas sekal dari cairan intraluminal atau feses.
Ultraonografi
)apat membantu dalam menegakkan diagnosis appendiks akut.
Peradangan appendiks ditujukkan dengan pembesaran diameter terluar lebih dari ;
mm, tidak tertekan, berkurangnya peristaltik ataupun akumulasi cairan disekitar
periappendikal. Appendiks yang meradang dapat ditunjukkan secara tepat pada
@;> kasus, sehingga dapat menurunkan appendektomi yang tidak perlu sekitar
=> dan penundaan operasi yang lebih dari ; jam, sebanyak (>. '2
menunjukkan sensitifitas =7>, spesifisitasnya "$$>. %aparoskopi dapat
digunakan sebagai alat diagnostik, sekaligus terapi. Alat ini dapat membedakan
kelainan ginekologis dan ileitis dengan appendisitis. *ila diagnosis appendisitis
akut dapat ditegakkan, maka dapat langsung dilakukan appendektomi per
laparoskopi.
3T &an
)apat digunakan untuk diagnosis appendisitis. Pada +/ scan appendiks
yang mengalami inflamasi tampak berdilatasi lebih besar dari 7 cm0 dan
dindingnya lebih tipis. ekalit dapat mudah dilihat, tetapi kehadirannya tidak
patognomonis pada diagnosis appendisitis.
2.4. Diagnoi
Meskipun pemeriksaan dilakukan dengan cermat dan teliti, diagnosis klinisapendisitis akut masih mungkin salah pada sekitar "7#($> kasus. !esalahan
diagnosis lebih sering pada perempuan dibanding lelaki. Bal ini dapat disadari
mengingat pada perempuan terutama yang masih muda sering timbul gangguan
yang mirip apendisitis akut. !eluhan itu berasal dari genitalia interna karena
ovulasi, menstruasi, radang di pelvis, atau penyakit ginekologik lain.
"$
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
11/34
'ntuk menegakkan diagnosis appendisitis akut didahului dengan anamnesis
yang lengkap, diikuti dengan pemeriksaan fisik dan diperkuat dengan
pemeriksaan penunjang.
2.5. Diagnoi Banding
/erdapat banyak penyakit akut abdomen yang mempunyai tanda dan gejala
yang mirip dengan apendisitis akut 3
a. !atroenteriti
Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit.
akit perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Biperperistalsis sering
ditemukan. Panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan
apendisitis akut.
". Demam Deng$e
)emam )engue dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. )i
sini didapatkan hasil tes positif untuk 5umple %eede, trombositopenia,
dan hematokrit yang meningkat.
&. Limfadeniti )eenterika
%imfadenitis mesenterika yang biasanya didahului oleh enteritis atau
gastroenteritis ditandai dengan nyeri perut, terutama kanan disertai
dengan perasaan mual, nyeri tekan perut samar, terutama kanan.
d. Kelainan o-$lai
olikel ovarium yang pecah ovulasi0 mungkin memberikan nyeri
peurt kana bawah pada pertengahan siklus menstruasi. Pada
anamnesis, nyeri yang sama pernah timbul lebih dahulu. /idak ada
tanda radang, dan nyeri biasa hilang dalam waktu (9 jam, tetapimungkin dapat mengganggu selama dua hari.
e. Infeki #angg$l
alpingitis akut kanan sering di kacaukan dengan apendisitis akut.
uhu biasanya lebih tingi daripada apendesitis dan nyeri perut bagian
bawah perut lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya
disertai keputihan dan infeksi urin. Pada colok vagina, akan timbul
""
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
12/34
nyeri hebat dipanggul jika uterus diayunkan. Pada gadis dapat
dilakukan colok dubur bila perlu untuk diagnosis banding
f. Ke'amilan dil$ar kand$ngan
Bampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak
menentu. :ika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan diluar rahim
dengan perdarahan, akan timbul nyeri yang mendadak difus didaerah
pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan
vaginal didapatkan nyeri dan penonjolan rongga )ouglas dan pada
kuldosentesis di dapatkan darah.
g. Kita o-ari$m ter#$ntir
/imbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba
massa dalam rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal,
atau colok rektal. /idak terdapat demam. Pemeriksaan ultrasonografi
dapat menetukan diagnosis.
'. Endometriai ekterna
Cndometrium diluar rahim akan memberikan keluhan nyeri ditempat
endometriosis berada, dan darah menstruasi terkumpul ditempat itu
karena tidak ada jalan keluar.
i. Urolitiai #ieli$m6$reter kanan
*atu ureter atau batu ginjal kanan. Adanya riwayat kolik dari
pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran
yang khas. Critrosituria serung ditemukan. oto perut polos atau
urografi intravena dapat meyakinkan penyakit tersebut. Pielonefritis
sering disertai dengan demam tinggi, menggigil, nyeri kostovertebral
disebelah kanan, dan piuria. *. Pen7akit al$ran &erna lainnn7a
Penyakit lain yang perlu dipikirkan adalah peradangan diperut,
seperti divertikulitis Meckel, perforasi tukak duodenum atau kolon,
obstruksi usus awal, perforasi kolon, demam tifoid abdominalis,
karsinoid, dan mukokel apendiks.
"(
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
13/34
2.8. Kom#likai
!omplikasi yang paling sering ditemukan adlah perforasi. *aik berupa
perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami
perdindingan sehingga berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum,
dan lekuk usus halus. !omplikasi apendisitis akut diantaranya 3
# Apendisitis abses
# Apendisitis perforata
# Apendisitis kronis
2.9. Penatalakanaan
/erapi pilihan satu#satunya 3 Pembedahan Apendektomi0
Pada a##endiiti dengan a"e ata$ #'legmon.
)ianjurkan untuk drainase abses dan appendektomi dilakukan ;#"$
minggu kemudian.
Pada a##endiiti dengan #erforai.
Perlu dilakukan laparotomi. ebelum pembedahan perlu dilakukan
perbaikan keadaan umum dengan infus, pemberian antibiotik untuk
kuman gram negatif dan positif serta kuman anaerob , dan pemasangan
"4
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
14/34
BAB III
,E!I0NAL ANASTESI SUBA,AN0ID BL03K
(.1. Definii ,A:SAB
Anastesi regional adalah pemberian anestesi ke bagian tubuh tanpa
terjadihilangnya kesadaran atau berkurangnya kesadaran. Ada dua kelompok
teknik D central neuraxis blockade blokade epidural atau subarachnoid0 dan
peripheral nerve blockade.
Persiapan analgesia spinal terdiri dari melakukan informed consent i1in dari
pasien0, pemeriksaan fisik ada tidaknya kelainan punggung0, dan pemeriksaan
laboratorium anjuran hemoglobin, hematokrit, PP/ dan aP//0. Peralatan yang
diperlukan dalam analgesia spinal ini terdiri atas peralatan monitor seperti tekanan
darah, nadi, pulse o-ymetry, dan C!2E peralatan resusitasi8anestesi umumE serta
jarum spinal dengan ujung tajam Quincke-Babcock 0 atau jarum spinal dengan
ujung pensil.
(.2. Indikai; Kontraindikai; Kom#likai
/abel.Indikasi, !ontraindikasi, dan !omplikasi Analgesia pinal
"9
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
15/34
Teknik Anatei
/eknik anestesi spinal dimulai dengan memposisikan pasien duduk atau
posisi tidur lateral. Posisi ini adalah yang paling sering dikerjakan. Perubahan
posisi berlebihan dalam 4$ menit pertama akan menyebabkan menyebarnya obat.
*erikut teknik anesthesia spinal dengan blok subarachnoid 3
a. etelah dimonitor, tidurkan pasien misalnya dalam posisi dekubitus lateral.
*eri bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang spinosus
mudah teraba. Posisi lain adalah duduk.
"7
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
16/34
b. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua !rista iliaka dengan
tulang punggung ialah %9 atau %9#7. /entukan tempat tusukannya,
misalnya %(#4, %4#9, atau %9#7. /usukan pada %"#( atau di atasnya
berisiko trauma medulla spinalis.
c. terilkan tempat tusukan dengan betadin atau alkohol.
d. *eri anestetik lokal pada tempat tusukan, misalnya dengan lidokain "#(>
(#4 ml.
e. +ara tusukan median atau para median. 'ntuk jarum spinal sebesar (( 2,
(4 2 atau (7 2 dapat langsung digunakan. edangkan untuk yang kecil (=
2 atau (? 2, dianjurkan menggunakan introducer penuntun jarum0, yaitu
jarum suntik biasa semprit "$cc. /usukkan introduser sedalam kira#kira (
cm agak sedikit kearah sefal, kemudian masukkan jarum spinal berikut
mandrinnya ke lubang jarum tersebut. etelah resistensi menghilang,
mandarin jarum spinal dicabut dan keluar likuor, pasang semprit berisi
obat dan obat dapat dimasukkan pelan#pelan $,7 ml8detik0 diselingi
aspirasi sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik. 'ntuk
analgesia spinal kontinyu dapat dimasukkan kateter.
*erat jenis cairan serebrospinalis +0 pada suhu 4=F+ adalah ",$$4 D
",$$@. Anestetik lokal dengan berat jenis sama dengan + disebut isobarik.
Anestetik local dengan berat jenis lebih besar dari + disebut hiperbarik.
Anestetik lokal dengan berat jenis lebih kecil dari + disebut hipobarik.
Anestetik lokal yang sering digunakan adalah jenis hiperbarik diperoleh dengan
mencampur anestetik lokal dengan dekstrosa. 'ntuk jenis hipobarik biasanya
digunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air injeksi.
(.(. Preo#eratif
a. Penilaian Preo#eratif
Penilaian preoperative merupakan langkah awal dari serangkaian tindakan
anesthesia yang dilakukan terhadap pasien yang direncanakan untuk
menjalani tindakan operatif. 7 /ujuan3
Mengetahui status fisik pasien praoperatif
Mengetahui dan menganalisis jenis operasi
";
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
17/34
Memilih jenis atau teknik anesthesia yang sesuai
Meramalkan penyulit yang mungkin terjadi selama operasi dan
atau pascabedah
Mempersiapkan obat atau alat guna menanggulangi penyulit yang
diramalkan./atalaksana evaluasi.
Anamnei
Anamnesis baik autoanamnesis maupun hetero anamnesis, yakni meliputi
identitas pasien, anamnesis khusus yang berkaitan dengan penyakit bedah yang
mungkin menimbulkan kerusakan fungsi organ, dan anamnesis umum yang
meliputi riwayat penyakit sistemik, riwayat pemakaian obat#obatan, riwayat
operasi8anesthesia terdahulu, kebiasaan buruk, dan riwayat alergi.
Pemerikaan fiik.
Gakni memeriksa status pasien sayang meliputi kesadaran, frekuensi nafas,
tekanan darah, nadi, suhu tubuh, berat dan tinggi badan untuk menilai status
gi1i8*MI. )isamping itu juga dilakukan pemeriksaan fisik umum yang meliputi
pemeriksaan status psikis, saraf, respirasi, hemodinamik, penyakit darah,
gastrointestinal, hepato#bilier, urogenital dan saluran kencing, metabolik dan
endokrin, otot rangka.
Pemerikaan la"oratori$m; radiologi dan 7ang lainn7a.
Meliputi pemeriksaan rutin yakni pemeriksaan darah dan urin. elain itu
pada pasien yang akan operasi besar dan pasien yang menderita penyakit sistemik
tertentu diperlukan pemeriksaan khusus sesuai indikasi yang meliputi
pemeriksaan laboratorium lengkap, pemeriksaan radiologi.
Kon$ltai dan koreki ter'ada# kelainan f$ngi organ -ital.
!onsultasi dilakukan dengan lab8staf medis fungsional yang terkait bila
dijumpai gangguan fungsi organ, konsultasi bisa dilakukan berencana atau
darurat. !oreksi dapat dilakukan bila dianggap perlu, pada kasus elektif koreksi
dapat dilkukan mandiri oleh staf medis fungsional ataupun bersama dengan staf
medis lain di bangsal, pada kasus darurat koreksi dilakukan bersama diruang
resusitasi I5) atau di kamar operasi I5)
)enent$kan #rognoi #aien #ro#eratif.
"=
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
18/34
Bal ini dapat menggunakan klasifikasi yang dibuat oleh American ociety
of Anesthesiologist AA0 /abel ". !lasifikasi AA !lasifikasi status fisik AA
bukan merupakan alat prakiraan risiko anestesi, karena efek samping anestesi
tidak dapat dipisahkan dari efek samping pembedahan. Penilaian AA
diklasifikasikan menjadi 7 kategori.!ategori ke#; selanjutnya ditambahkan untuk
ditujukan terhadap brain#dead organ donor. tatus fisik AA secara umum juga
berhubungan dengan tingkat mortalitas perioperatif. !arena penyakit yang
mendasari hanyalah satu dari banyak faktor yang berkontribusi terhadap
komplikasi periopertif. Meskipun begitu, klasifikasi status fisik AA tetap
berguna dalam perencanaan manajemen anestesi, terutama teknik monitoring.
". Peria#an Preo#eratif
1. )a$kan oral
5eflek laring mengalami penurunan selama anestesi. 5egurgitasi isi
lambung dan kotoran yang terdapat dalam jalan nafas merupakan resiko
utama pada pasien yang menjalani anestesi. 'ntuk meminimalkan risiko
tersebut, semua pasien yang dijadwalkan untuk operasi elektif dengan
anestesi harus dipantangkan dari masukan oral puasa0 selama periode
tertentu sebelum induksi anestesi. Pada pasien dewasa umumnya puasa ;#@
jam, anak kecil 9 D ; jam dan pada bayi 4 D 9 jam. Makanan tak berlemak
diperbolehkan 7 jam sebelum induksi anestesi. Minuman bening, air putih,
teh manis sampai 4 jam dan untuk keperluan minum obat air putih dalam
jumlah terbatas boleh " jam sebelum induksi anesthesia.
2. Tera#i 3airan
Pasien yang puasa tanpa intake cairan sebelum operasi akan mengalamideficit cairan karena durasi puasa .)engan tidak adanya intake oral, defisit
cairan dan elektrolit bisa terjadi cepat karena terjadinya pembentukan urin,
sekresi gastrointestinal, keringat, dan insensible losses yang terus menerus
dari kulit dan paru.)efisit bisa dihitung dengan mengalikan kebutuhan
cairan maintenance dengan waktu puasa.
(. Premedikai
"@
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
19/34
Premedikasi ialah pemberian obat "# ( jam sebelum induksi anestesi
dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari
anestesi diantaranya3
• Meredakan kecemasan dan ketakutan
• Memperlancar induksi anestesi
• Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
• Meminimalkan jumlah obat anestetik
• Mengurangi mual muntah pasca bedah
• Menciptakan amnesia
• Mengurangi isi cairan lambung
• Mengurangi reflek yang membahayakan
!ecemasan merupakan reaksi alami, jika seseorang dihadapkan pada
situasi yang tidak pasti. Membina hubungan baik dengan pasien dapat
membangun kepercayaan dan menentramkan hati pasien. Obat pereda kecemasan
bias digunakan dia1epam peroral "$#"7 mg beberapa jam sebelum induksi
anestesi. :ika disertai nyeri karena penyakitnya dapat diberikan opioid misalnya
petidin 7$ mg intramuskular.
+airan lambung (7 ml dengan pB (,7 dapat menyebabkan pneumonitis
asam. 'ntuk meminimalkan kejadian di atas dapat diberikan antagonis reseptor
B( histamin misalnya simetidin ;$$ mg atau oral ranitidin "7$ mg "#( jam
sebelum jadwal operasi. 'ntuk mengurangi mual#muntah pasca bedah sering
ditambahkan premedikasi suntikan intramuskular untuk dewasa droperidol (,7#7
mg atau ondansetron ( D 9 mg.
ebelum dilakukan anestesi, pasien diberikan premedikasi berupa pemberian injeksi Metoclopramide "$ mg dan injeksi 5anitidine 7$ mg untuk
profilaksis dari PO&< postoperative nausea and vomiting 0. Metoclopramide
digunakan sebagai anti emetik dan untuk mengurangi sekresi kelenjar. Pemilihan
metokloperamide dikarenakan obat ini mempunyai efek menstimulasi asetilkolin
pada otot polos saluran cerna, meningkatkan tonus sfinger esofagus bagian bawah,
mempercepat pengosongan lambung dan menurunkan volume cairan lambung
sehingga efek D efek ini akan menimalisir terjadinya pnemonia aspirasi.
"?
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
20/34
Metokloperamide juga mempunyai efek analgesik pada kondisi#kondisi yang
berhubungan dengan spasme otot polos seperti kolik bilier atau ureter, kram
uterus, dll0. elain itu metokloperamide juga berefek memblok receptor
)opamine pada chemoreceptor trigger zone pada sistem saraf pusat sehingga
sangat berguna untuk pencegahan muntah pasca operasi. Obat premedikasi lain
yang digunakan adalah ranitidin. Pemilihan ranitidine dikarenakan obat ini
mempunyai fungsi sebagai anti reseptor B( sehingga dapat mengurangi produksi
asam lambung yang nantinya dapat mengurangi risiko pneumonia aspirasi
&. D$rante 0#erai
1. Peria#an Paien
Pasien dilakukan monitor balans cairan. Perlu juga untuk mengatur suhu
pendingin ruangan.
2. Pemakaian 0"at Anatei
Infiltrasi lokal menggunakan lidokain 7> di area %9#7 dengan menyusuri
!rista iliaka. )ilanjutkan dengan bupivacaine $.7>.
(. Tera#i 3airan
/erapi cairan intravena dapat terdiri dari infus kristaloid, koloid, atau
kombinasi keduanya.+airan kristaloid adalah cairan dengan ion low
molecular weight garam0 dengan atau tanpa glukosa, sedangkan cairan
koloid juga mengandung 1at#1at high molecular weight seperti protein atau
glukosa polimer besar. +airan koloid menjaga tekanan onkotik koloid
plasma dan untuk sebagian besar intravaskular, sedangkan cairan kristaloid
cepat menyeimbangkan dengan dan mendistribusikan seluruh ruang cairan
ekstraseluler. +airan dipilih sesuai dengan jenis kehilangan cairan yang
digantikan. 'ntuk kehilangan terutama yang melibatkan air, penggantiandengan cairan hipotonik, juga disebut cairan jenis maintenance. :ika
kehilangan melibatkan baik air dan elektrolit, penggantian dengan cairan
elektrolit isotonik, juga disebut cairan jenis replacement . !arena
kebanyakan kehilangan cairan intraoperatif adalah isotonik, cairan jenis
replacement yang umumnya digunakan. +airan yang paling umum
digunakan adalah larutan 5inger laktat. Meskipun sedikit hipotonik,
menyediakan sekitar "$$ m% free water per liter dan cenderung untuk
($
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
21/34
menurunkan natrium serum "4$ mCH8%, 5inger laktat umumnya memiliki
efek yang paling sedikit pada komposisi cairan ekstraseluler dan
merupakan menjadi cairan yang paling fisiologis ketika volume besar
diperlukan. !ehilangan darah durante operasi biasanya digantikan dengan
cairan 5% sebanyak 4 hingga empat kali jumlah volume darah yang hilang.
Metode yang paling umum digunakan untuk memperkirakan kehilangan
darah adalah pengukuran darah dalam wadah hisap8suction dan secara
visual memperkirakan darah pada spons atau lap yang terendam darah.
'ntuk " spon ukuran 9-9 cm dapat menyerap darah "$ cc sedangkan untuk lap
dapat menyerap "$$#"7$ cc darah. Pengukuran tersebut menjadi lebih akurat jika
spons atau lap tersebut ditimbang sebelum dan sesudah terendam oleh darah.
+. )onitoring
alah satu tugas utama dokter anestesi adalah menjaga pasien yang dianestesi
selama operasi. !arena proses monitoring sangat membantu dalam
mempertahankan kondisi pasien, oleh karena itu perlu standard onitoring
intraoperatif yang diadopsi dari AA standard monitor berikut ini adalah
standard minimal monitoring0
• Standard Basic Anesthetic Monitoring
tandard ini diterapkan di semua perawatan anestesi walaupun pada
kondisi emergensi, appropriate life support harus diutamakan.
tandard ini ditujukan hanya tentang basic anesthetic monitoring , yang
merupakan salah satu komponen perawatan anestesi. Pada beberapa
kasus yang jarang atau tidak la1im "0 beberapa metode monitoring ini
mungkin tidak praktis secara klinis dan (0 penggunaan yang sesuai
dari metode monitoring mungkin gagal untuk mendeteksi
perkembangan klinis selanjutnya.
• tandard I
Personel anestesi yang kompeten harus ada di kamar operasi selama
general anestesi, regional anestesi berlangsung, dan memonitor
perawatan anestesi.
• tandard II
("
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
22/34
elama semua prosedur anestesi, oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, dan
temperature pasien harus dievalusi terus menerus. Parameter yang
biasanya digunakan untuk monitor pasien selama anestesi adalah 3
rekuensi napas, kedalaman, dan karakter
Beart rate, nadi, dan kualitasnya
arna membran mukosa, dan capillary refill time
J!edalaman8stadium anestesi tonus rahang, posisi mata,
aktivitas reflek palpebra0
!adar aliran oksigen dan obat anestesi inhalasi
Pulse o-imetry 3 tekanan darah, saturasi oksigen, suhu.
d. Poto#eratif
1. Peminda'an Paien dari Kamar 0#erai ke ,e&o-er7 ,oom
egera setelah operasi, pasien akan dipindah ke post-anesthesia care unit
PA+'0, biasa disebut dengan recover room. )i tempat ini, pasien akan
diobservasi dengan ketat, termasuk vital sign dan level. Pemindahan pasien
dari kamar operasi ke PA+' memerlukan pertimbangan#pertimbangan
khusus. Pertimbangan ini di antaranya ialah letak insisi bedah, perubahan
vaskular, dan pemajanan. %etak insisi bedah harus selalu dipertimbangkan
setiap kali pasien pasca operasi dipindahkan. *anyak luka ditutup dengan
tegangan yang cukup tinggi, dan setiap upaya dilakukan untuk mencegah
regangan sutura yang lebih lanjut. elain itu, pasien diposisikan sehingga
tidak berbaring pada posisi yang menyumbat drain dan selang drainase.
Bipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari satu
posisi ke posisi yang lain. *ahkan memindahkan pasien yang telah
dianestesi ke brankard dapat menimbulkan masalah vaskular juga. 'ntuk itu
pasien harus dipindahkan secara perlahan dan cermat. egera setelah pasien
dipindahkan ke brankard atau tempat tidur, gaun pasien yang basah karena
darah atau cairan lainnya0 harus segera diganti dengan gaun yang kering
untuk menghindari kontaminasi. elama perjalanan transportasi tersebut
pasien diselimuti dan diberikan pengikat di atas lutut dan siku serta side rail
harus dipasang untuk mencegah terjadinya risiko in!ur. elain itu, hal
((
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
23/34
tersebut di atas untuk mempertahankan keamanan dan kenyamanan pasien.
elang dan peralatan drainase harus ditangani dengan cermat agar dapat
berfungsi dengan optimal. Pasien ditransportasikan dari kamar operasi ke
PA+'. :ika PA+' terletak jauh dari kamar operasi, atau jika kondisi umum
pasien jelek, monitoring adekuat terhadap pasien sangat diperlukan. )okter
anestesi bertanggung jawab untuk memastikan bahwa proses transfer
tersebut berjalan dengan lancer
2. Pera
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
24/34
selain itu juga harus bebas dari rasa ngantuk, ataksia, nyeri dan
kelemahan otot sehingga pasien dapat kembali pulang.
5uang Pulih
• /ujuan perawatan pasca anesthesia di ruang pulih3 memantau secara
kontinyu dan mengobati secara cepat dan tepat masalah respirasi dan
sirkulasi, mempertahankan kestabilan sistem respirasi dan sirkulasi,
memantau perdarahan luka operasi, mengatasi8mengobati masalah nyeri
pasca bedah.
• Pasien yang tidak memerlukan perawatan pasca anesthesia di ruang pulih3
pasien dengan anesthesia lokal yang kondisinya normal, pasien dengan
risiko tinggi tertular infeksi sedangkan di ruang pulih tidak ada ruang
isolasi, pasien yang tidak memerlukan terapi intensif, pasien yang akan
dilakukan tindakan khusus di ruangan. Pemantauan dan penanggulangan
kedaruratan Medik.
• Bal#hal yang perlu diperhatikan yaitu meliputi pemulihan kesadaran,
respirasi sumbatan jalan nafas dan depresi nafas0, sirkulasi tekanan darah
dan denyut jantung0, fungsi ginjal dan saluran kencing, fungsi saluran
cerna, aktivitas motorik, suhu tubuh, masalah nyeri, posisi pasien,
pemantauan pasca anesthesia dan criteria pengeluaran yakni dengan
menggunakan kor Aldrete. Pasien tetap berada dalam PA+' sampai pulih
sepenuhnya dari pengaruh anestesi, yaitu tekanan darah stabil, fungsi
pernapasan adekuat, saturasi oksigen minimal ?7>, dan tingkat kesadaran
baik.
!riteria penilaian yang digunakan untuk menentukan kesiapan pasien
untuk dikeluarka dari PA+' adalah 3
J ungsi pulmonal yang tidak terganggu
J Basil oksimetri nadi menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat
J /anda#tanda vital stabil, termasuk tekanan darah
J Orientasi pasien terhadap tempat, waktu, dan orang
J Produksi urin tidak kurang dari 4$ ml8jam
J Mual dan muntah dalam control
J &yeri minimal
(9
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
25/34
!ontrol nyeri postoperatif, mual dan muntah, dan mempertahankan
normotermia sebelum pasien di discharge sangat dibutuhkan. istem skoring
untuk discharge digunakan secara luas. ebagian besar kriteria yang dinilai adalah
pO( atau warna kulit0, kesadaran, sirkulasi, respirasi, dan aktivitas motorik.
ebagian besar pasien memenuhi kriteria discharge dalam waktu K ;$ menit di
PA+'. ebagai tambahan dari kriteria diatas, pasien dengan general anestesi
seharusnya juga menunjukkan adanya resolusi dari blokade sensoris dan motoris.
"ostoperative nausea and vomiting PO& pasien.
*ahkan, PO&< bisa terjadi ketika pasien di rumah (9 jam setelah discharge
postdischarge nausea and vomiting 0. Ctiologi PO&< biasanya multifaktorial
yang meliputi agen anestesi, tipe atau jenis anestesi, dan factor pasien sendiri.
/erjadi peningkatan insiden mual setelah pemberian opioid selama
anestesi, setelah pembedahan intraperitoneal umumnya laparoskopi0, dan operasi
strabismus. Insidensi tertinggi terjadi pada wanita muda. Meningkatnya tonus
vagal bermanifestasi sebagai sudden bradikardi yang seringkali mendahului atau
bersamaan dengan emesis. Anestesi propofol menurunkan insiden PO&
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
26/34
metoclopramide 4-"$ mg dan ranitidine (-7$ mg intravena. :ika terjadi muntah
.diberikan ondansetron 9 mg, kepala dimiringkan, dan suction aktif.
(;
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
27/34
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
&ama 3 &n.
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
28/34
Pemerikaan Ke#ala
Mata 3 +onj. palpebra inferior pucat #0, sklera ikterik #0, pupil
isokor, 5efleks cahaya L8L0
Bidung 3 ekret #0, deviasi #0
*ibir 3 Mukosa bibir basah, sianosis #0
2igi 3 +aries #0
Pemerikaan Le'er
Pembesaran !2* #0, /hyroid L0 normal
A=illa /
Pembesaran !2* a-illa #0
Pemeriksaan /horaks 3
Par$:#ar$/
)epan
Inspeksi 3 imetris fusiformis
Palpasi 3 tem fremitus kanan kiri , nyeri #0
Perkusi 3 onor kedua lapangan paru
Auskultasi 3 uara pernapasan 3 vesikuler
uara tambahan 3 #0
*elakang
Inspeksi 3 imetris fusiformis
Palpasi 3 tem fremitus kanan kiri
Perkusi 3 onor kedua lapangan paru
Auskultasi 3 uara pernapasan 3 vesikuler
uara tambahan 3 #0Jant$ng
Inspeksi 3 Ictus cordis tidak tampak
Palpasi 3 Ictus cordis tidak teraba
Perkusi 3 )alam batas normal
Auskultasi 3 *unyi jantung I dan II normal, regular
Stat$ Lokali
At ,egio A"domen
(@
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
29/34
Inspeksi 3 imetris, membesar #0
Palpasi 3 oepel, nyeri tekan L0, di regio hypocondriaca de-tra
Perkusi 3 tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi 3 Peristaltik L0 normal
!enitalia
Inguinal 3 pembesaran !2* #0
Pemeriksaan Ckstremitas
!ekuatan otot 3 77777
$$$$$
ensibilitas 3 )e-tra dan sinistra tidak ada kelainan.
Pemerikaan #en$n*ang /
Basil %aboratorium 3
)arah rutin
Bb 3 "9,; gr8dl
B/ 3 9$,; >
Critrosit 3 9,7 - "$; 8Nl
%eukosit 3 @.($$ gr8dl
/rombosit 3 (4?.$$$ 8Nl
Metabolik
!2) 3 =4 mg8dl
ungsi Bati
2O/ 3 #
2P/ 3 #
ungsi 2injal
'reum 3 #!reatinin 3 #
'rine 5utin
)akroko#i 3 #
)ikroko#i / :
DIA!N0SA KE,JA
Apendiksitis
(?
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
30/34
,EN3ANA TINDAKAN
/indakan 3 Apendectomy
Anastesi 3 5A#A*
P#AA 3 "
Posisi 3 upinasi
Pernafasan 3 pontan, terpasang nasal canul
KEADAAN P,A BEDAH
P,E 0PE,ATI
*" *5CA/B0
Airway 3 +lear
55 3 ($ -8menit
P 3
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
31/34
Abdomen 3 oepel
Peristaltik 3 &ormal L0
Mual8Muntah 3 L8L
*; *O&C0
Oedem 3 #
)urasi Operatif
%ama Anastesi 3 "$.($ D selesai
%ama Operasi 3 "$.(7 D "".(7
:enis Anestesi 3 5A#A* $egional Anasthesi % Subrachnoid Block 0
/eknik Anestesi 3 Posisi duduk %%),%),I//I&20Identifikasi %4#%9
desinfektan betadine L alcoholinsersi spinocain (72 + L0, darah#0
inj.*upivacaineAtur blok setinggi /9
/eknik anestesia 3
". Memposisikan pasien dengan kondisi duduk, meluruskan punggung dan kaki,
tapi tetap dalam keadaan tidak tegang, dan menundukkan kepala.
(. %okasi injeksi diberi antiseptik
4. Identifikasi ruang interspinosus diantara %9 D %7.
9. )ilanjutkan anestesi dengan insersi spino catheter ukuran (= gauge, darah #0
dan cairan serebrospinal L0.
7. Injeksi bupivacaine $.7> "7 mg kemudian dilakukan pengecekan area sensoris,
motoris dan tanda D tanda toksikasi pada pasien.
Obat#obatan
J Premedikasi 3
o #
J Medikasi
o entanyl (7 Ng
o *upivacain $,7 > "7 mg
J Induksi 3
o O( (%
J 5elaksan 3 #
4"
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
32/34
:umlah +airan
PO 3 5% 7$$cc
)O 3 5% 7$$ cc
Produksi urin 3 4$$ cc
Perdarahan
!assa basah 3 4-"$ 4$cc
!assa basah3 =-7 47cc
uction 3 #
Total 3 ;7cc
+atatan
C*< 3 @$ kg - ;7 7($$ cc
C*% 3
"$> 7($ cc
($> "$9$ cc
4$> "7;$ cc
)urasi Operatif
%ama Anastesi 3 "$.($ D selesai
%ama Operasi 3 "$.(7 D "".(7
Post Operasi
Operasi berakhir pukul "".4$ I*
etelah operasi selesai pasien di observasi di 5ecovery 5oom. /ekanan )arah, &adi, Pernafasan
dipantau hingga kembali normal.
Pasien boleh pindah ke ruangan bila Alderette core @
Pergerakan 3 (
Pernafasan 3 (
arna !ulit 3 (
/ekanan )arah3 (
4(
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
33/34
!esadaran 3 (
)alam hal ini, pasien memiliki score "$ sehingga bisa dipindahkan ke ruang
rawat.
Perawatan Post Operasi
etelah operasi selesai, pasien dibawa ke ruang pemulihan, setelah dipastikan
pasien pulih dari anastesi dan keadaan umum, kesadaran serta vital sign stabil,
pasien dipindahkan ke bangsal dengan anjuran bedrest (9 jam, tidur telentang,
karena obat anastesi masih ada.
/erapi Post Operasi
Istirahat sampai pengaruh obat anastesi hilang
I
8/17/2019 Paper Apendik Ra Sab
34/34
DATA, PUSTAKA
jamsuhidjat. 5, )e :ong. , *uku Ajar Ilmu *edah, Cdisi (, C2+E :akarta. ($$9
eymor I. chwart1, Appendi-, in Principles of urgery, @th ed, Mc 2raw Bill incE
'A. ($$7.
ugandi . , 5eferat Appendisitis, ub *agian *edah )igestif, k '&PA)#
5BE *andung. ($$7.
/ek, :.!, 5eferat Appendisitis, ub *agian *edah )igestif, k '&PA)#5B,E*andung . ($$4.