Top Banner
Langkah-langkah membuat pantun - Tentukanlah topik atau tema pantun - Pilihlah jenis pantun yang akan kamu buat - Tulislah dahulu is pantun yaitubaris ketiga & keempat - Kemudian buatlah sampirannya. Ingat, bunyi akhir baris pertama sama dengan akhir baris ketiga begitu juga sebaiknya. Kalimat sampiran juga tidak harus berhubungan dengan isinya - Gabungkan sampiran dengan isinya Contoh : 1. Tema pantun : Ibadah 2. Jenis pantun : Agama 3. Isi : janganlah kau tinggalkan sholat Karena itu tiang agama 4. Sampiran : ada kue dihinggap lalat Kue itu dibuat lama 5. : ada kue dihinggap lalat Kue itu dibuat lama Janganlah kau tinggalkan sholat Karena itu tiang agama CIRI DAN CARA MENULIS PANTUN 1 Ciri-ciri atau Syarat-syarat Pantun Menurut Zaidan Hendy (1990), pantun mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) tiap bait terdiri atas empat baris kalimat, 2) tiap baris terdiri atas 4-6 kata atau 8-12 suku kata, 3) baris pertama dan kedua disebut sampiran dan baris ketiga dan keempat disebut isi, sampiran melukiskan alam dan kehidupan sedangkan isi pantun berkenaan dengan maksud pemantun, 4) bersajak silang atau a-b-a-b, artinya bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan bunyi akhir baris kedua sama dengan bunyi akhir baris keempat, 5) pantun digunakan untuk pergaulan. Maka pantun selalu berisikan curahan perasaan, buah pikiran, kehendak, kenangan dan sebagainya, 6) tiap bait pantun selalu dapat berdiri
27

pantun

Nov 15, 2015

Download

Documents

Zimzim Fauziah

pantun deskripsi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Langkah-langkah membuat pantun

-Tentukanlah topik atau tema pantun-Pilihlah jenis pantun yang akan kamu buat-Tulislah dahulu is pantun yaitubaris ketiga & keempat-Kemudian buatlah sampirannya. Ingat, bunyi akhir baris pertama sama dengan akhir baris ketiga begitu juga sebaiknya. Kalimat sampiran juga tidak harus berhubungan dengan isinya-Gabungkan sampiran dengan isinyaContoh :1.Tema pantun : Ibadah2.Jenis pantun : Agama3.Isi : janganlah kau tinggalkan sholat Karena itu tiang agama4.Sampiran : ada kue dihinggap lalat Kue itu dibuat lama5. : ada kue dihinggap lalat Kue itu dibuat lama Janganlah kau tinggalkan sholat Karena itu tiang agamaCIRI DAN CARA MENULIS PANTUN1Ciri-ciri atau Syarat-syarat PantunMenurut Zaidan Hendy (1990), pantun mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) tiap bait terdiri atas empat baris kalimat, 2) tiap baris terdiri atas 4-6 kata atau 8-12 suku kata, 3) baris pertama dan kedua disebut sampiran dan baris ketiga dan keempat disebut isi, sampiran melukiskan alam dan kehidupan sedangkan isi pantun berkenaan dengan maksud pemantun, 4) bersajak silang atau a-b-a-b, artinya bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan bunyi akhir baris kedua sama dengan bunyi akhir baris keempat, 5) pantun digunakan untuk pergaulan. Maka pantun selalu berisikan curahan perasaan, buah pikiran, kehendak, kenangan dan sebagainya, 6) tiap bait pantun selalu dapat berdiri sendiri, kecuali pada pantun berkait, 7) pantun yang baik, bermutu ada hubungannya antara sampiran dan isi.

Contoh:Air dalam bertambah dalam,hujan di hulu belum lagi teduh.Hati dendam bertambah dendam,dendam dahulu belum lagi sembuh.Hubungan antara sampiran dan isi yang tampak pada pantun di atas ialah sama-sama melukiskan keadaan yang makin menghebat.Pantun yang kurang bermutu, menurut Zaidan, yang diciptakan oleh kebanyakan, umumnya tidak ada hubungan antara sampiran dan isi.Contoh:Buah pinang buah belimbing,ketiga dengan buah mangga.Sungguh senang beristri sumbing,biar marah tertawa juga.Sebait pantun di atas tidak menunjukkan adanya hubungan antara sampiran dan isi, kecuali adanya persamaan bunyi.Sedangkan menurut para sastrawan luar negeri, ada dua pendapat mengenai hubungan antara sampiran dan isi pantun. Pendapat pertama dikemukakan oleh H.C. Klinkert pada tahun 1868 yang menyebutkan bahwa, antara sampiran dan isi terdapat hubungan makna. Pendapat ini dipertegas kembali oleh Pijnappel pada tahun 1883 yang mengatakan bahwa, hubungan antara keduanya bukan hanya dalam tataran makna, tapi juga bunyi. Bisa dikatakan jika sampiran sebenarnya membayangkan isi pantun. Pendapat ini dibantah oleh van Ophuysen yang mengatakan bahwa, sia-sia mencari hubungan antara sampiran dan isi pantun. Menurutnya, yang muncul pertama kali dibenak seseorang adalah isi, baru kemudian dicari sampirannya agar bersajak. Dalam perkembangannya, Hooykas kemudian memadukan dua pendapat ini dengan mengatakan bahwa, pada pantun yang baik, terdapat hubungan makna tersembunyi dalam sampiran, sedangkan pada pantun yang kurang baik, hubungan tersebut semata-mata hanya untuk keperluan persamaan bunyi. Pendapat Hooykas ini sejalan dengan pendapat Dr. (HC) Tenas Effendy yang menyebut pantun yang baik dengan sebutan pantun sempurna atau penuh, dan pantun yang kurang baik dengan sebutan pantun tak penuh atau tak sempurna. Karena sampiran dan isi sama-sama mengandung makna yang dalam (berisi), maka kemudian dikatakan, sampiran dapat menjadi isi, dan isi dapat menjadi sampiran. (http://lubisgrafura.wordpress.com, diakses tanggal 18 Oktober 2008).Menurut Zulfahnur dkk (1996), sebait pantun terikat oleh beberapa syarat: 1) bilangan baris tiap bait adalah empat, bersajak AB-AB, 2) banyak suku katanya tiap baris 8-12, umumnya 10 suku kata, 3) pantun umumnya mempunyai sajak akhir, tetapi ada juga yang bersajak awal atau bersajak tengah.Menurut Sumiati Budiman (1987), ada beberapa syarat yang mengikat pantun, yaitu: 1) setiap bait terdiri atas empat bait, 2) setiap baris terdiri atas 4 patah kata, atau 8 12suku kata, 3) baris pertama dan kedua merupakan sampiran, baris ketiga dan keempat merupakan isi, 4) berima a b a b, 5) antara sampiran dan isi terdapat hubungan yang erat.Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Pantun adalah bentuk puisi yang terdiri atas empat baris yang bersajak bersilih dua-dua (pola ab-ab), dan biasanya, tiap baris terdiri atas empat perkataan.Dua baris pertama disebut sampiran (pembayang), sedangkan dua baris berikutnya disebut isi pantun. Antara sampiran dan isi terdapat hubungan yang saling berkaitan. Oleh karena itu, tidak boleh membuat sampiran asal jadi hanya untuk menyamakan bunyi baris pertama dengan baris ketiga dan baris kedua dengan baris keempat.2Cara Menulis PantunUntuk menulis pantun, hal yang harus diperhatikan ialah membuat topik atau tema terlebih dahulu, sama halnya jika hendak membuat karangan yang lain.Tema dalam penulisan pantun sangat penting sekali, karena dengan tema pantun-pantun yang dibuat oleh siswa akan lebih terarah kepada sesuatu maksud yang diharapkan. Dan juga tidak akan merebak kemana-mana, yang akhirnya dapat mendatangkan masalah. Memang diakui, adanya sedikit pengekangan kreativitas bagi siswa dalam menulis pantun, jika menggunakan tema yang sempit. Oleh karena itu, guru harus lebih bijaksana dalam memilih tema yang didalamnya dapat mengandung atau mencakup berbagai permasalahan keseharian. Tema yang cocok diberikan dalam proses pembelajaran misalnya saja berkaitan dengan masalah politik, sosial budaya, percintaan, dan kehidupan keluraga.Misalnya, tema tentang sosial budaya dengan mengambil topik soal kebersihan kota atau masalah sampah. Hal pertama yang harus dilakukan ialah membuat isinya terlebih dahulu. Untuk membuat isi harus diingat bahwa pantun terdiri atas empat baris. Dua baris pertama sampiran, dan dua baris berikutnya ialah isi. Jadi, soal sampah tersebut dapat disusun dalam dua baris kalimat, yang setiap baris kalimatnya terdiri atas empat perkataan dan berkisar antara 8 sampai 12 suku kata.Kemungkinan jika dibuatkan kalimat biasa, boleh jadi kalimatnya cukup panjang. Misalnya: Dikota yang semakin ramai dan berkembang ini, ternyata mempunyai masalah lain yang sangat terkait dengan masalah kesehatan warganya, yaitu sampah yang berserakan di mana-mana . . . dan seterusnya.Pengertian dari kalimat di atas mungkin bisa lebih panjang, namun hal tersebut dapat diringkas dalam dua baris kalimat isi sebagai berikut.Jika sampahdibiarkan berserak,penyakit diundang, masalah datang.Disinilah kelebihan pantun, dapat meringkas kalimat yang panjang, tanpa harus kehilangan makna atau arti sebuah kalimat yang ditulis panjang-panjang.Jika isi pantun sudah didapatkan, langkah selanjutnya ialah membuat sampirannya. Walau kata kedua dari suku akhir baris isi pertama dan kedua diberi tanda tebal. Namun jangan hal itu yang menjadi perhatian, tapi justru yang harus diperhatikan ialah pada suku akhir dari kata keempat baris pertama dan kedua, yaiturakdantang, sebab yang hendak dicari ialah sajaknya atau persamaan bunyi.Sebuah pantun yang baik, suku akhir kata kedua sampiran pertama bersajak dengan suku akhir kata kedua dari isi yang pertama. Apalagi suku akhir kata keempat dari sampiran pertama seharusnya bersajak dengan suku akhir kata keempat isi pertama, karena disinilah nilai persajakan dalam pantun itu yaitu baris pertama sama dengan baris ketiga dan baris kedua sama dengan baris keempat.Tetapi kalau dibuat sekaligus, takut terlalu sulit menyusunnya. Memang tidak sedikit kata-kata yang bersuku akhirpah, misalnyapelepah, sampah, nipah, tempah, terompah,dan sebagainya. Begitupun suku kata yang akhirannyadang, misalnyaudang, sedang, ladang, kandang, bidang, tendang,dan sebagainya. Kalaupun sulit untuk mencari kata yang bersuku akhirpah,masih ada jalan lain yaitu dengan membuang hurufpnya, dan mengambilahnya saja.Begitupun dengandang,buang hurufdnya, sehingga yang tertinggal hanyaangnya. Tapi jangan sampai dibuanganya juga, sehingga hanya tinggalngnya saja karena hal tersebut dapat menghilangkan sajaknya.Begitupun untuk suku akhir dari katarakdantangyang menjadi tujuan.Kata yang bersuku akhirrakdantangdalam kosa kata bahasa Indonesia cukup banyak, misalnya untuk katarak, yaitukerak, jarak, marak, serak, gerak, merak, arak,dan sebagainya.Sedangkan untuk katatang,yaituhutang, pantang, batang, petang, lantang,dan sebagainya. Sekarang baru membuat sampiran pertama dan kedua dengan mencari kalimat yang suku akhir kata keempatnya adalahrakdantang.Misalnya:Cantik sungguh si burung merak,terbang rendah di waktu petang.Kemudian antara sampiran dan isi baru disatukan menjadi;Cantik sungguh si burung merak,terbang rendah di waktu petang.Jika sampah dibiarkan berserak,penyakit diundang, masalah datang.Jika menginginkan suku akhir kata kedua baris pertama dengan suku akhir kata kedua dari baris ketiga bersajak juga. Begitupun dengan suku akhir kata kedua baris kedua dengan suku akhir kata kedua baris keempat bersajak agar terlihat lebih indah bunyinya, maka sampirannya harus diubah, menjadi;Daun nipah jangan diarak,bawa ke ladang di waktu petang.Jika sampah dibiarkan berserak,penyakit diundang, masalah datang.Demikian halnya jika membuat pantun teka-teki. Misalnya membuat teka-teki tentang parut, salah satu alat dapur yang berfungsi untuk memarut kelapa guna diambil santannya. Jika diperhatikan dengan teliti ada keanehan mengenai cara kerja parut, hal inilah yang dapat mengilhami kepada semua orang untuk membuat teka-teki, yaitu mata parut yang sedemikian banyak itu, cukup tajam. Daging kelapa yang sudah disediakan, dirapatkan ke mata parut, lalu digerakkkan dari atas ke bawah sambil ditekan. Dari pergerakan itu semua, seperti layaknya orang menyapu, dapat dilihat, daging kelapa itu tertinggal diantara mata parut. Ada terus. Semakin gerakan menyapu dilakukan, dagimg kelapa itu semakin banyak dimata-mata parut. Logikanya, orang menyapu tentu lantai akan menjadi bersih, tetapi sebaliknya sangat berbeda dengan bidang bangun parut. Semakin disapu, semakin kotor karena banyaknya daging kelapa yang menyangkut dimata parut. Dari sini dapat dibuatkan inti pantunnya, yaituSemakin disapu, semakin kotor.Tugas selanjutnya ialah membuat sampiran. Untuk membuat sampiran, boleh membuat yang sederhana, yaitu hanya untuk mencari persamaan bunyi (bersajak) tanpa mengindahkan makna atau arti atau keterkaitan dengan isi seolah satu kesatuan kalimat yang saling mendukung. Jika ingin membuat sampiran yang sederhana, hal yang dilakukan ialah mencari kosa kata yang bersuku akhirtoratau paling tidakor. Misalnyakantor, setor, danmotor. Jika sudah mendapatkan kosa kata untuk membuat akhiran pantun yang sesuai dengan katakotor, langkah selanjutnya ialah menentukan letak inti pertanyaannya. Apakah diletakkan dibaris ketiga atau baris keempat. Jika diletakkan pada baris ketiga, kalimat baris keempat dapat dibuat sebagai berikut:apakah itu, cobalah terka.Sehingga hasilnya menjadi:Semakin disapu, semakin kotor,Apakah itu, cobalah terka.Sekarang barulah mencari sampirannya. Suku akhirtoratauordari katakotordapat diambil salah satu saja, misalnya katakantor, kemudian tinggal mencari suku kata yang berakhirkadari kataterka, yang merupakan kata terakhir dari baris terakhir. Untuk kata yang bersuku akhirka, dalam kosa kata bahasa Indonesia cukup banyak, misalnyabingka, ketika, sangka, nangka, danluka. Misalnya diambil katabingka. Sekarang katakantordanbingkabaru dijadikan sampiran, menjadi:pagi-pagi pergi ke kantor,singgah ke warung beli bingka.Kemudian antara sampiran dan isi baru disatukan, hasilnya menjadi:pagi-pagi pergi ke kantor,singgah ke warung beli bingka.Semakin disapu, semakin kotor,Apakah itu, cobalah terka.Jadilah pantun teka-teki. Dan jawaban pantun teka-teki itu, tentulah parutan kelapa.Jika inti pertanyaan diletakkan pada baris keempat, kalimat baris ketiga sebagai berikut:Jika pandai kenapa bodoh. Sehingga hasilnya menjadi:Jika pandai kenapa bodoh,Semakin disapu, semakin kotor.Langkah selanjutnya ialah membuat sampirannya agar lengkap menjadi sebait pantun. Suku akhir katakantoryang bersajak dengan katakotordapat digunakan lagi, sekarang tinggal mencari suku akhirdoh, yang akan bersajak dengan katabodoh. Misalnya katajodohsehingga jika dibuatkan sampirannya, menjadi:Ramai-ramai mencari jodoh,mencari jodoh sampai ke kantor.Langkah terakhir baru disatukan antara isi dan sampirannya sehingga menjadi:Ramai-ramai mencari jodoh,mencari jodoh sampai ke kantor.Jika pandai kenapa bodoh,Semakin disapu, semakin kotor.Dan jawaban dari pantun teka-teki tersebut tentunya ialah parutan kelapa.Jika diperhatikan sampirannya dari keempat contoh pantun di atas, memang terasa kurang kuat dan terkesan memaksakan kata-kata hanya untuk mencari persamaan bunyi sehingga kalimat sampirannya tidak mempunyai keutuhan arti. Tetapi hal ini tidak dianggap salah, hanya mutunya dianggap kurang.Namun, jika dilihat dari pantun-pantun pusaka yang ada, bahwa tidak semua pantun pusaka tersebut dikatakan sempurna atau tinggi mutunya, terkadang ada yang setipa barisnya tidak terdiri atas empat perkataan tetapi hanya tiga perkataan atau ada lima perkataan. Selain itu juga, masih banyak pantun-pantun yang betul-betul hanya mengutamakan persamaan bunyi, padahal tidak bersajak. Seperti kata lintah dengan cinta pada pantun berikut ini.Dari mana datangnya Lintah,dari sawah turun ke kaliDari mana datangnya cinta,dari mata turun ke hati.Sepintas lalu terdengar sama-sama berakhiranta,tapi jika diamati benar barulah terasa bedanya antara bunyitahdengantaitu.Yang satu terdengar lebih tebal atau kental dan yang satu terasa ringan.Demikianlah pantun-pantun yang banyak terlihat, jika dirasakan banyak sekali kekurangannya. Namun, hal itu tidak menjadi masalah justru menjadi canda gurauan, tidak ada niat untuk mengecilkan hati apalagi mencemooh. Begitu benar, sesungguhnya jiwa melayu yang terdapat dalam filosofi pantun tidak suka untuk saling menyakiti apalagi sampai melukai. Begitu indah pantun bagi kehidupan orang melayu khususnya dan bagsa Indonesia umumnya yang telah mendarah daging dalam jiwa dan raga.PENGERTIAN PANTUNBerdasarkan asal katanya, pantun berasal dari akar kata patuntun. Artinya pantun merupakan cara memberikan nasehat kehidupan. Ia sebagai tuntunan dalam menjalani kehidupan dalam semua aspeknya.

Pantun pada dasarnya sebuah karya sastra yang terikat aturan-aturan persajakan tertentu. Pantun sendiri merupakan bentuk dari puisi lama. Pantun dibagi ke dalam dua bagian. Pertama adalah sampiran. Dan yang kedua disebut isi.

Sampiran merupakan pembayang yang mengatur rima selanjutnya. Sedangkan isi merupakan maksud yang ingin disampaikan. Meskipun banyak yang mengatakan bahwa sampiran tidak memiliki makna, namun Tenas Effendy menjelaskan bahwasannya pantun sempurna adalah pantun yang sampirannya bisa dijadikan isi, dan isi bisa dijadikan sampiran.

Pantun sendiri secara garis besar terdiri dari empat baris. Namun ada pula yang terdiri dari enam atau delapan baris.

JENIS-JENIS PANTUN

Dari segi ISIDitilik dari isinya, klasifikasi pantun dapat diuraikan sebagai berikut

Pantun Anak-Anak Pantun Cinta dan Kasih Sayang Pantun Adat Istiadat Pantun Agama Pantun Cerita Pantun Nasehat Pantun PujianContoh Pantun Anak-AnakPantun anak-anak memiliki suasana yang riang sebagaimana tabiat anak-anak yang suka bermain. Pantun anak-anak juga berisi didikan bagaimana anak agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.Pergi ke sawah menanam padiSawah dibajak dengan sapiJadi anak yang baik hatiTentu tahu balas budi

Lumba-lumba ikan pintarPandai bermain lingkaran apiJika sudah tumbuh besarHarus taat mami papi

Burung camar di tepi pantaiPantai indah banyak ombaknyaJadilah kamu anak yang pandaiSudah pasti banyak temannya

Ke pasar lama menantiTunggu ibu beli terasiJadilah anak yang baik hatiAgar nanti bisa berprestasi

Si kancil mencuri timunTimun hijau warna kulitnyaJangan sering kamu melamunNanti bisa jadi pelupa

Burung nuri di dalam sangkarSangkar dibuat dari bambuTidak baik sering bertengkarKalah menang jadi abu

Pakai payung dikala hujanKena baju pastilah basahKalau ingin lulus ujianrajin belajar pantang menyerah

Pergi ke pasar membeli gitarMembeli gitar di toko depanRajin-rajinlah belajarAgar bermanfaat bagi masa depan

Kucing manis berbulu legamLebih hitam dari jelagaBudaya kita sunggu beragamMari kita bersama jagaContoh Pantun Berkasih-KasihanPantun berkasih-kasihan termasuk pantun muda-mudi. Pantun ini merupakan sarana perkenalan, memberi pujian, dan mengungkapkan perasaan. Di bawah ini contoh pantun berkasih-kasihan dari khazanah Pantun Melayu Klasik.

Coba-coba menanam mumbang, moga-moga tumbuh kelapa. Coba-coba bertanam sayang, moga-moga menjadi cinta.

Jelatik burung di awan, selasih di atas peti. Sudah cantik bersama padan, kasih tersangkut dalam hati.

Anak lintah banyak bersua, lintah melilit batang padi. Peluk cium kita berdua, Tandanya cinta dalam hati. Jika roboh kota Melaka, papan di Jawa saya tegakkan. Jika sungguh kanda berkata. badan dan nyawa saya serahkanContoh Pantun Adat Istiadat

Pantun Adat Istiadat berisikan adat-adat atau tradisi leluhur yang harus dijunjung tinggi. Karena adat merupakan prinsip hidup masyarakat.

Dalam pantun tertuang aturan maupun undang-undang tak tertulis. Oleh karena itu pantun berfungsi sebagai alat pengatur masyarakat.Pantun adat mengandung nilai-nilai murni nan luhur yang mengatur

Menanam kelapa di pulau BukumTinggi sedepa sudah berbuahAdat bermula dengan hukumHukum bersandar di KitabullahIkan berenang lubukIkan belida dadanya panjangAdat pinang pulang ke tampukAdat sirih pulang ke gagangLebat daun bunga tanjungBerbau harum bunga cempakaAdat dijaga pusaka dijunjungBaru terpelihara adat pusakaBukan lebah sembarang lebahLebah bersarang di buku buluhBukan sembah sembarang sembahSembah bersarang jari sepuluhContoh Pantun AgamaSebagaimana diketahui, Bangsa Melayu sangat memegang teguh ajaran agama, yakni Islam. Bahkan adat istiadat Melayu ditegakan berdasarkan tuntunan agama Islam. Oleh karena itu, hampir di setiap nilai maupun prinsip Melayu ada nafas agama di dalamnya.

Beberapa trah Melayu akan menganggap hilang persaudaraan ketika ada anggota keluarganya yang keluar dari agama Islam. Mereka yang keluar dari Islam tidak dianggap sebagai keluarga.

Berikut contoh pantun agama karya sastrawan Tenas Effendy.

Adat Melayu Bersendi SyarakSyarak Bersendi KitabullahBermanfaat Ilmu Karena DipinakDiamalkan Menurut Ajaran AllahKalau Menegakkan Benang BasahAib Malu Orang SekampungKalau Menegakkan Agama yang SalahHidup Mengerang Mati MenanggungKalau Sudah Duduk BerdamaiJangan Lagi Diajak BerperangKalau Sunnah Sudah DipakaiJangan Lagi Dibuang-buangKalau Mufakat Sudah PutusPeganglah Erat Didalam HatiKalau Itikat Sudah TulusDisitulah Tempat Hidup dan MatiYang Rumah ada AdatnyaYang Tepian ada BahasanyaYang Agama ada SyariatnyaYang Iman ada AkidahnyaRantau Diturut Dengan UndangNegeri Dihuni Dengan LembagaKalau Menurut Agama yang TerangHidup Mati Aman SentosaKalau Hidup Memegang AmanatAdat Diisi Lembaga DituangKalau Mengikut Ajaran SyariatHidup Mati Tidak Terbuang

Contoh Pantun NasehatSebagaimana asal kata pantun -- yakni penuntun -- maka pantun merupakan sendi kebaikan yang uraikan melalui estetika kata. Pantun-pantun nasehat sesungguhnya merupakan nilai yang dijunjung oleh masyarakat Melayu.

Oleh karena itu, sejatinya kita menemukan nilai, seni rasa, filosofi hidup, dan berbagai petuah lainnya dalam bingkai sedemikian indah.

Kita lupa menengok ke dalam, siapa diri kita sebenarnya, sehingga banyak yang mengalihkan filosofi hidupnya ke kiblat yang lain.

Cobalah Anda resapi contoh pantun nasehat berikut karya dari Tenas Effendy.

Kelapa Gading buahnya banyakLebat berjurai dipangkal pelepahBila berunding sesama bijakKusut selesai, sengketapun sudahKalau ke Teluk pergi memukatTali temali kita kokohkanKalau duduk mencari mufakatIri dan dengki kita jauhkanApa tanda batang kemiriBuahnya keras dibuat rempahApa tanda orang tak tahu diriBeroleh kurnia hatinya pongahApalah tanda kayu MerantiKayunya rampak melambai anginApalah tanda Melayu sejatiIlmunya banyak, belajarpun rajinKalau kail panjang sejengkalLautan mana dapat didugaKalau kecil kurang berakalSesudah tua dapat celakaKalau hendak mencari jelagaJelaga terletak pada sumbuKalau hendak mencari surgaSurga itu dibawah telapak kaki IbuKalau Cempaka kurang berbungaTanda uratnya sudah membusukKalau lah durhaka keorangtuaDunia akhirat kan kena kutukTak ada guna merajut bajuKalau ditetas buahnya lepasTak ada guna disebut MelayuKalau malas bekerja kerasApa tanda Pinang berbuahBanyak burung menyeri mayangnyaApalah tanda orang bertuahBijak menghitung hari didepannyaBerbuah kayu ditengah padangDaunnya rimbun tempat berteduhBertuah Melayu berkasih-sayangHidup rukun, sengketa menjauhApalah tanda batang PandanDaunnya panjang duri berduriApalah tanda orang budimanDadanya lapang, tahukan diriApalah tanda batang NipahTumbuh di pantai, banyak pelepahApalah tanda orang bertuahElok perangai, hati pun rendahApalah tanda kerang berisiBila direbus kulitnya merekahApalah tanda orang berbudiBila bergaul suka merendahOrang Bintan memetik nangkaRasanya manis sedap dimakanOrang beriman berbaik sangkaMukanya manis, lakunya sopanPulau Bintan di Selat MelakaDekatlah dengan Pulau PenyengatKalau iman melekat didadaBerat dan ringan tidak mengumpatPulau Bintan di Selat MelakaTempat berkampung anak MelayuKalau iman melekat didadaTak kan canggung kehilir- kehuluPulau Bintan di Selat MelakaTempat berhimpun perahu nelayanKalau iman melekat didadaSifat penyantun, laku pun sopanPulau Bintan di Selat MelakaTermasyhur dengan Kota Piring-nyaKalau iman melekat didadaJujur berkawan, sempurna rundingnyaJauh berjalan banyak dilihatBanyak mendengar bertambah ilmuSenonoh berkawan banyak manfaatBanyak bersabar, hilangkan seteru

Selain Jenis-Jenis Pantun di atas, seiring perkembangan zaman teknologi kami juga mengkategorikan berbagai jenis pantun yang akrab di masyarakat. Beberapa di antaranya:

Pantun AgamaPantun Anak-AnakPantun Budi BahasaPantun NasehatPantun CintaPantun Cinta LucuPantun Budi BahasaPantun HumorPantun JenakaPantun LucuPantun MelayuPantun MinangPantun BanjarPantun SundaPantun Muda MudiPantun PendidikanPantun PerkenalanPantun PersahabatanPantun SindiranPantun Teka TekiPantun PolitikPantun PengantinJENIS-JENIS & KANDUNGAN PANTUNJENIS-JENIS PANTUN

Umumnya, pantun Melayu terbina dalam bentuk berangkap, mengandungi bahagian pembayang/sampiran dan maksud. Bentuk pantun terbahagi kepada rangkap pantun dua baris/kerat, empat baris/kerat, enam baris/kerat, lapan baris/kerat, dua belas baris/kerat dan tiga puluh baris/kerat. Rima pantun pula tersusun dalam bentuk yang tetap seperti ab/ab atau abc/abc dan seterusnya. Walau bagaimanapun, penciptaan pantun di Alam Melayu memperlihatkan pelbagai ciri kreativiti masyarakat setempat hingga melahirkan beberapa ciri kelonggaran dalam bentuk dan rima pantun yang dihasilkan.

Pantun Dua Baris

Ada ubi ada batas,Ada budi ada balas.

Sebab pulut santan binasa,Sebab mulut badan merana.

Pantun Empat Baris

Pulau Pandan jauh ke tengah,Gunung Daik bercabang tiga;Hancur badan dikandung tanah,Budi yang baik dikenang juga.

Nasi lemak buah bidara,Sayang selasih saya lurutkan;Buang emak buang saudara,Sebab kasih saya turutkan.

Pantun Enam Baris

Apa didapat orang memburu,Dapat rusa jantan betina,Sedang bersembunyi di celah batu;Bila mendapat bunga yang baru,Bunga yang lama tiada berguna,Adat dunia sudah begitu.

Bukan cempedak kami katakan,Buah delima dalam pasu,Pisau lipat baru diasah;Bukankah telah kami katakan,Pandang pertama cinta palsu,Tiada dapat dibawa bersusah.

[Petikan daripada Kumpulan Pantun Melayu susunan Zainal Abidin Bakar, Dewan Bahasa Dan Pustaka, 1991, halaman 319]

Pantun Lapan Baris

Rumpun rotan di kota alam,Ditebang dibelah empat,Tumbuh serumpun di seberang,Selasih muara sungai;Penglihatan usah diperdalam,Pandang nan usah dipertepat,Adik di dalam tangan orang,Maksud rasa tak akan sampai.

[Petikan daripada Pantun Melayu, Balai Pustaka, 1958, halaman 68]

Pantun Dua Belas Baris

Anak jintayu dari hulu,Disambar ombak Laut Cina,Dibawa terbang ke perahu,Hinggap minum ke muara,Anak ikan berkeliaran;Kamilah tahu dari dahulu,Adik jauhari bijaksana,Membuhul tidak membeku,Mengulas tidak mengesan,Meratap langit dengan bicara,Bumi tidak ketirisan.

Rotan sepatah dua patah,Tarik kerakap batang padi,Dibawa Sutan dari Judah,Padi yang jangan digemparkan,Kalau gempar antara gugur,Bila gugur masuk perigi;Tuan di Mekah di Madinah,Naik akhirat batu haji,Tegak berdiri Rasulullah,Kami yang jangan dilupakan,Kalau lupa antara tidur,Dalam tidur menjadi mimpi.

[Petikan daripada Puisi Melayu Tradisi susunan Mohd. Yusof Md. Nor dan Abd. Rahman Kaeh, Penerbit Fajar Bakti, 1985, halaman 20]

Pantun Berkait

Angsana berpucuk di atas batu,Pucuk digangsa beribu-ribuan;Ada bunga di naung batu,Kuntumnya kaca tangkainya embun.

Pucuk digangsa beribu-ribuan,Kembang diuca balik beroleh;Kuntumnya kaca tangkainya embun,Dipandang sahaja diambil tak boleh.

Kembang diuca balik beroleh,Tambang garam di dalam sekoci;Dipandang sahaja diambil tak boleh,Bertambah geram di dalam hati.

[Petikan daripada Warisan Puisi Melayu susunan Mohd. Taib Osman, Dewan Bahasa Dan Pustaka, 1975, halaman 28]

KANDUNGAN PANTUN MELAYU

Pantun merupakan satu puisi Melayu sejati. Pantun terpendek terdiri daripada dua baris yang mempunyai ikatan berirama dan mempunyai sebutan yang sama dihujungnya. Baris-baris ini pula boleh dikumpulkan menjadi empat, enam ataupun lapan baris. Jarang terdapat pantun yang melebihi lapan baris dan pada kebiasaannya pantun terdiri daripada empat barisan.

Pantun terbahagi kepada dua bahagian sama banyak rangkapnya, iaitu bahagian pembayang dan diikuti pula dengan maksud pantun. Bahagian pembayang bagi pantun empat kerat terdiri daripada dua ayat pembayang dan dua ayat maksud, dan bagi pembayang pantun lapan kerat adalah empat ayat pembayang dan empat ayat maksud dan demikianlah seterusnya.

Pembayang atau Sampiran

Pembayang terletak pada bahagian setengah pertama setiap rangkap pantun.Pembayang memainkan peranan untuk memberi persamaan bunyi/rima kepadamaksud. Pembayang pada baris pertama hendaklah ada hubung kait denganpembayang pada baris berikutnya dalam setiap rangkap pantun.

Maksud atau Isi

Maksud atau isi terdapat dalam setengah bahagian kedua dalam setiap rangkappantun. Pada bahagian inilah tersurat dan tersiratnya apa yang hendak disampaikandalam pantun tersebut(tema).

Perkataan

Pantun biasanya mengandungi empat atau tiga patah perkataan pada tiap-tiap baris.Pantun yang baik memaparkan bilangan perkataan pada tiap-tiap baris yang sama bilangannya.

Suku Kata

Tiap-tiap patah perkataan terdiri daripada tiga atau empat suku kata. Dalam tiap-tiapbaris pula hendaklah mengandungi antara lapan hingga dua belas suku kata. Pantunyang baik mengandungi jumlah suku kata yang sama banyak.

Rima atau Bunyi

Rima ialah bunyi yang sama pada bahagian tengah atau akhir pada tiap-tiap barispantun. Rima yang baik mempunyai bunyi yang sama dalam setiap rangkap pantun.Rima pada baris pertama pembayang mestilah sama dengan rima baris pertamamaksud dan begitulah seterusnya Rima pantun yang terbaik ialah a,b,a,b dan ada juga berima a,a,a,a.

Pantun di bawah mengandungi 4 patah perkataan dan 9 suku kata setiap baris.

Contoh Pantun yang baik :

Pu/lau/ Pan/dan/ ja/uh/ ke/te/ngah/,Gu/nung/Da/ik/ber/ca/bang/ ti/ga/,Han/cur/ba/dan/di/kan/dung/ ta/nah/,Bu/di/ yang/ ba/ik/di/ke/nang/ju/ga/.

Ba/ik/ ber/galas/ba/ik/ ti/dak/,Bu/li/-bu/li/ber/ta/li/ be/nang/,Ba/ik/ ber/ba/tas/ ba/ik/ti/dak/,A/sal/ bu/di/sa/ma/ di/ke/nang/.