PANDUAN PANDUAN TRANSFER PASIEN PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO RUMAH SAKIT SARAS HUSADA PURWOREJO 2015
PANDUAN PANDUAN TRANSFER PASIEN
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJORUMAH SAKIT SARAS HUSADA PURWOREJO
2015
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................................ i
Daftar isi.......................................................................................................................... ii
Lembar Pengesahan ........................................................................................................ iii
1. Latar Belakang ....................................................................................................
1 2. Pengertian Transfer.............................................................................................
1 3. Tujuan .................................................................................................................
1 4. Ruang Lingkup....................................................................................................
1 5. Pengaturan Transfer ............................................................................................
1 6. Keputusan Melakukan Transfer..........................................................................
1 7. Stabilitasi Sebelum Transfer ...............................................................................
3 8. Pendampingan Pasien Selama Transfer ..............................................................
4 9. Kompetensi Pendamping Pasien Dan Peralatan Yang Harus Dibawa
Selama Transfer .................................................................................................. 5
10. Pemantauan Obat-Obatan dan Peralatan selama Transfer Pasien Kritis ............ 8
11. Pemilahan Metode Transfer Antar RS Untuk Pasien Kritis ............................... 10
12. Alat Transportasi Untuk Transfer Pasien Antar Rumah Sakit ............................ 10
13. Dokumentasi Dan Penyerahan Pasien Transfer Antar Rumah Sakit .................. 11
14. Audit Dan Jaminan Mutu.................................................................................... 12
iiI. LatarBelakang.
Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk ditransfer.
Prinsip transfer adalah memastikan keselamatan dan keamanan pasien saat menjalani
transfer. Transfer pasien dapat dilakukan intra rumah sakit ataupuna ntar rumah sakit.
Transfer pasien harus dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra
transportasi, menentukan SDM yang mendampingi, menyiapkan alat yang
diperlukan selama transfer dan monitoring pasien.
Transfer pasien hanya boleh dilakukan staf medis dan/atau staf keperawatan
yang berkompeten ataupun petugas RS yang sudah terlatih.
II. Pengertian Transfer.
Transfer Pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang perawatan / ruang
tindakan lain didalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau memindahkan pasien dari satu
rumah sakit kerumah sakit yang lain (antar rumah sakit).
III. Tujuan.
Tujuandari manajemen transfer pasienintra rumah sakit ataupun antar rumah
sakit adalah :
1. Agar pelayanan transfer dapat dilakukan secara professional dan berdedikasi tinggi 2.
Agar proses transfer berjalan dengan lancar dan aman serta pelaksanaannya sangat
memperhatikan keselamatan pasien serta sesuai prosedur yang telah ditetapkan
IV. RuangLingkup.
Transfer pasien didalam rumah sakit terdiri dari :
1. Transfer pasien dari IGD ke ICU, IRNA, Instalasi
KamarOperasi 2. Transfer pasien dari IRJ ke ICU, IRNA, Instalasi
KamarOperasi 3. Transfer pasiendari IRNA ke ICU, Instalasi
KamarOperasi
4. Transfer pasiendari ICU ke IRNA, Instalasi KamarOperasi
5. Transfer pasiendariKamarOperasike IRNA, ICU, IGD
6. Transfer pasiendari IGD, IRNA, ICU keInstalasiRadiologi
1
Transfer pasienantarrumahsakitterdiridari :
1. Transfer pasiendari RSSH kerumahsakit lain atausebaliknya
2. Transfer pasiendari RSSH kerumahpasienatausebaliknya
V. Pengaturan Transfer.
Sesuai jadwal dinas
VI. KeputusanMelakukan Transfer.
1. Lakukanpendekatan yang sistematisdalam proses transfer.
2. Awalidenganpengambilankeputusan transfer, kemudianlakukanstabilisasi pre
transfer danmanajemen transfer.
3. Hal inimencakuptahapanevaluasi, komunikasi .dokumentasi, pemantauan ,
penatalaksanaan,
penyerahanpasienantarruangandalamrumahsakitmaupunkerumahsakitrujukan /
penerima, dankembalike RSSH
4. Pengambilan keputusanuntukmelakukan transfer
harusdipertimbangkandenganmatang, karena transfer
beresikomengekpospasiendanpersonilrumahsakitakanresikobahayatambahan,
sertamenambahkecemasankeluargadankerabatpasien
5. Pertimbangkanresikodankeuntungandilakukan transfer,
bilaresikonyalebihbesarjangandilakukan transfer.
6. Dalam transfer pasiendiperlukanpersonil yang
terlatihdankompetensertaperalatandankendaraankhusus.
7. Pengambilankeputusanharusmelibatkan DPJP/dokter senior
8. Dokumentasipengambilankeputusanharusmencantumkandokter yang
mengambilkeputusan,waktupengambilankeputusansertaalasan yang
mendasarikeputusantersebut.
9. Terdapat 3 alasanuntukmelakukan transfer pasienkeluar RSSH :
a. Transfer untukpenanganandanperawatanspesialistiklebihlanjut :
i. Inimerupakansituasiemergensi dimana sangatdiperlukan
transfer yang efisienuntuktatalaksanalebihlanjut ,yang
tidakdapatdisediakanoleh RSSH
ii. Pasienharusstabil danteresusitasidenganbaiksebelum transfer
2
iii. Saatmenghubungijasa
pasiendapatdikategorikansebagaitipe transfer
ambulance,
“gawatdarurat”,
misalnyapasiendengan rupture aneurisma aorta danpasien
“gawat” misalnya yang butuhhemodialisa
b. Transfer antarrumahsakituntukalasan non medis
(misalnyakarenaruanganpenuh, fasilitaskurangmendukung,
jumlahpetugastidakmemadai)
i. Idealnyasebaiknyapasientidakditransferjikabukankarenakepenti
nganmereka
ii. Terdapatbeberapakondisidimanapermintaanruangrawatinapmel
ebihikapasitassehinggadiputuskanlah
untukmentransferpasienke unit lain ataurumahsakit lain
iii. Pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan aspek
etika, apakah akan mentransfer pasein stabil yang telah berada /
dirawat di unit intensif rumah sakit atau mentransfer pasien
baru yang membutuhkan perawatan intensif tetapi kondisinya
tidak stabil
iv. Saat menghubungi ambulans, pasien ini dapat dikategorikan
sebagai pasien transfer “gawat”.
c. Repatriasi / Pemulangan kembali
i. Transfer hanya boleh dilakukan jika kondisi pasien telah stabil
dan kondisinya dinilai telah cukup baik oleh dokter DPJP yang
merawat
ii. Pertimbangan akan resiko dan keuntungan transfer harus
dpikirkan dengan matang dan dicatat
iii. Jika telah diputuskan melakukan repratiasi, transfer pasien ini
haruslah menjadi prioritas di rumah sakit penerima dan
biasanya lebih diutamakan dibandingkan penerimaan
pasien elektif di unit gawat darurat, hal ini juga membantu
menjaga hubungan baik antar rumah sakit.
iv. Saat menghubungi ambulans, pasien ini dikategorikan sebagai
pasien transfer “elektif’
10. Saat keputusan transfer telah diambil, dokter yang bertanggung jawab /
dokter jaga wajib menghubungi rumahsakit yang dituju.
3
11. Dalam mentransfer pasien antar rumah sakit tim transfer RSSH akan
menghubungi rumah sakit yang dituju dan melakukan negosiasi dengan
unit yang dituju. Jika unit tersebut setuju ubtuk menerima pasien tersebut,
tim RSSH harus memastikan tersedianya alat yang memadai di rumah sakit
yang dituju.
12. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan ) dan
keluarga perlunya dilakukan transfer antar rumah sakit dan mintalah
persetujuan tindakan transfer
13. Proses pengaturan transfer ini harus dicatat dalam rekam medis pasien ini,
yang meliputi : nama, jabatan dan detail kontak personil yang
membuat kesepakatan baikdari rumah sakit asal maupun rumah sakit
penerima ; tanggal dan waktu dilakukan komunikasi antar rumah sakit ;
saran-saran / hasil negosiasi dari kedua belah pihak.
14. Personil tim transfer harus mempunyai kompetensi yang sesuai,
berpengalaman, memiliki peralatan yang memadai, dapat bekerja sama dengan
jas layana ambulans, protokol rumah sakit, serta pihak-pihak lain yang terkait
dam juga memastikan proses transfer berjalan dengan aman dan lancar tanpa
menggangu pekerjaan lain di rumah sakit yang merujuk.
15. Pusat layanan ambulans harus diberitahu sesegera mungkin jika keputusan
transfer telah diambil. Bahkan bila waktu pastinya belum ditentukan. Hal ini
memungkinkan layanan ambulan untuk pengerahan petugas yang lebih
efisien.
VII. StabilisasiSebelum Transfer.
1. Meskipun berpotensi memberi resiko tambahan terhadap pasien, transfer
pasien yang aman dapat dilakukan bahkan pada pasien sakit berat / kritis.
2. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien tidak stabil.
3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat
akselerasi dan deselerasi selama transfer. Oleh karena itu hipovolemia harus
dikoreksi sebelum transfer dilakukan.
4. Unit / rumah sakit yang dituju harus memastikan adanya prosedur/ pengaturan
pasien transfer yang memadai.
5. Perlu waktu hingga beberapa jam muali dari keputusan diambil sampai pasien
di transfer ke unit atau rumah sakit lain.
6. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer :
4
a. Amankan patensi jalan nafas.
Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi
dengan pemantauan yang ketat.
b. Analisa gas darah harus dilakukan pada pasien yang menggunakan
vntilator portabel minimal 15 menit.
c. Terdapat jalur akses vena yang adekuat.
d. Pengukuran tekanan darah yang invasif dan kontinyu
merupakan tehnik terbaik untuk memantau tekanan darah pasien
selama proses transfer.
e. Jika terdapat pneumothorax, selang drainase dada harus terpasang dan
tidak boleh di klem.
f. Pasang kateter urin dan NGT jika diperlukan
g. Pemberian terapi tidak boleh ditunda saat menunggu pelaksanaan
transfer
7. Unit / rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran penanganan segera /
resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien dengan situasi khusus namun
tanggung jawab tetap pada tim transfer.
8. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara independen
menilai kondisi pasien.
9. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus di cek oleh petugas transfer.
VIII. PendampinganPasienSelama Transfer.
1. Pasien dengan sakit berat harus didampingi minimal oleh 2 orang tenaga
perawat.
2. Kebutuhan akan tenaga medis / petugas yang mendampingi tergantung pada
kondisi / situasi klinis dari tiap kasus.
3. Sebelum melakukan transfer petugas pendamping harus paham kondisi pasien
dan setiap aspek yang berkaitan dengan transfer.
4. Berikut ini adalah pasien yang tidak memerlukan dampingan dr icu/ dr
anestesi selama transfer.
a. Pasien yang mampu mempertahankan patensi jalan nafasnya dengan
baik.
b. Pasien dengan perintah DNR (Do Not Resucitate).
5
c. Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif akut dimana
intervensi anestesi tidak akan mempengaruhi hasilnya.
5. Berikut adalah panduan perlu tidaknya dilakukan transfer berdasarkan tingkat
/ derajat kebutuhan perawatan pasien kritis (keputusan harus dibuat oleh dr.icu
atau DPJP).
a. Derajat 0.
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya diruang biasa di unit
/ rumah sakit yang dituju. Biasanya tidak perlu didampingi oleh
dokter, perawat atau paramedis.
b. Derajat 1.
Pasien dengan resiko perburukan kondisi atau pasien yang sebelumnya
di rawat di high care unit; diman membutuhkan perawatan diruang
biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari tim perawatan kritis;
dapat didampingi perawat, petugas ambulans dan atau dokter.
c. Derajat 2
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi yang lebih
ketat, termasuk penanganan kegagalan 1 sistem organ atau pasca
operasi atau pasien yang sebelumnya dirawat di HCU; harus
didampingi oleh petugas yang kompeten, trlatih dan
berpengalaman (dokter dan perawat atau paramedis lainnya).
d. Derajat 3
Pasien yang membutuhkan bantuan nafas lanjutan dan bantuan nafas
dasar dengan dukungan / bantuan minimal 2 sistem organ, termasuk
pasien-pasien yang membutuhkan penangan kegagaglan multi
organ harus didampingi oleh petugass yang kompeten,
terlatih dan berpengalaman ( biasanya dr,anestesi dan perawat ruang
Intensif/IGD)
6. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer harus berkompeten, terlatih
dan berpengalaman.
7. Petugas yang mendampingi harus membawa telephone yang berisi nomer
RSSH dan rumah sakit tujuan.
8. Keselamatan adalah parameter penting selama proses transfer.
6
IX. Kompetensi Pendamping Pasien Dan Peralatan Yang Harus Dibawa Selama
Transfer.
1. Kompetensi SDM untuk transfer intra RSSH
PetugasKetrampilan yang
Pasien pendamping Peralatan dasardibutuhkan
(minimal)
Derajat 0 Petugas
keamanan
Bantuan hidup dasar
Derajat 0,5
(orang
tua/deliriu
m)
Petugas
keamanan
Bantuan hidup dasar
Derajat 1 Perawat/petug
as yang
berpengalama
n (sesuai
dengan
kebutuhan
pasien)
Bantuan hidup
dasar
Pelatihan
tabung gas
Pemberian
obat-obatan
Kenal akan
tanda
deteriorasi
Ketrampilan
suction
Oksigen
Suction
Tiang infus
portabel
Syringe
pumps
oksimetri
Derajat 2 Perawat dan
Petugas
keamanan
Semua
ketrampilan
diatas,
ditambah
Pengalaman2
tahun di dalam
perawatan
intensif
semua
peralatan
diatas,
ditambah
monitor ekg
dan tekana
darah
defibrilator
Derajat 3 Dokter,
Perawat dan
Standard kompetensi
dokter harus diatas
monitor
portabel
7
Petugas
keamanan
standar minimal :
Dokter :
minimal 6
bulan
pengalaman
perawatan
pasien intensif
dan bekerja di
ICU
ketrampilan
bantuan hidup
dasar dan
lanjut
ketrampilan
menganangani
jalan nafas dan
pernafasan.
Minimal ST
level 3 atau
sederajat
Perawat :
minimal 2
tahun kerja di
ICU
ketrampilan
bantuan hidup
dasar dan
lanjut
yang lengkap
Ventilator
dan
peralatan
transfer
yang
memenuhi
standard
minimal
8
2. Kompetensi SDM untuk transfer antar rumah sakit
PetugasKetrampilan yang
Pasien pendamping Peralatan dasardibutuhkan
(minimal)
Derajat 0 Perawat dan
petugas
ambulans
Bantuan hidup dasar Kendaraan HDS /
ambulans
Derajat 0,5
(orang
tua/delirium
)
Perawat dan
petugas
ambulans
Bantuan hidup dasar Kendaraan HDS /
ambulans
Derajat 1 Perawat dan
petugas
ambulans
Bantuan hidup
dasar
Pelatihan
tabung gas
Pemberian
obat-obatan
Kenal akan
tanda
deteriorasi
Ketrampilan
suction
Kendaraan
HDS /
ambulans
Oksigen
Suction
Tiang infus
portabel
Syringe
pumps
oksimetri
Derajat 2 Dokter,Peraw
at dan petugas
ambulans
Semua
ketrampilan
diatas,
ditambah
Penggunaan
alat pernafasan
Bantuan hidup
lanjut
Penggunaan
kantong
pernafasan
Ambulans
EMS
semua
peralatan
diatas,
ditambah
monitor ekg
dan tekana
darah
defibrilator
9
Penggunaan
defibrilator
Penggunaan
monitor
intensif
Derajat 3 Dokter,Peraw
at dan petugas
ambulans
Standard kompetensi
dokter harus diatas
standar minimal :
Dokter :
minimal 6
bulan
pengalaman
perawatan
pasien intensif
dan bekerja di
ICU
ketrampilan
bantuan hidup
dasar dan
lanjut
ketrampilan
menganangani
jalan nafas dan
pernafasan.
Minimal ST
level 3 atau
sederajat
Perawat :
minimal 2
tahu kerja di
ICU
ketrampilan
ambulans
lengkap 118
monitor
portabel ICU
yang lengkap
Ventilator
dan peralatan
transfer yang
memenuhi
standard
minimal
10
bantuan hidup
dasar dan
lanjut
X. Pemantauan Obat-Obatan Dan Peralatan Selama Transfer Pasien Kritis.
1. Pasien dengan kebutuhan perawatan kritis memerlukan pemantauan selama
proses transfer.
2. Standard pelayanan / pemantauan selama proses transfer setidak-tidaknya
sama dengan standar RSSH atau rumah sakit tujuan.
3. Peralatan pemantauan harus tersedian dan berfungsi dengan baik sebelum
transfer dilakukan. Standdard minimal transfer pasien yang baik adalah :
a. Kehadiran petugas yang kompeten selama transfer.
b. EKG yang kontinyu.
c. Pemantauan tekanan darah.
d. Saturasi oksigen.
e. Terpasangnya jalur intravena.
f. Terkadang diperlukan jalur vena centra.
g. Peralatan untuk memantau cardiac output.
h. Pemantauan end tidal caron dioxide pada pasien dengan ventilator.
i. Mempertahankan dan mengamankan jalan nafas.
j. Pemantaun temperatur pasine secara terus menerus.
4. Pengukuran tekanan darah non invasif intermitten, snsitif terhadap gerakan
dan tidak dapat diandalkan pada mobil yang bergerak, selain itu juga cukup
menghabiskan baterai monitor.
5. Pengukuran tekanan darah invasif dan kotinyu (melalui kanul arteri)
disarankan.
6. Idealnya semua pasien derajat 3 harus dipantau pengukuran tekanan
darah yang invasif selama transfer (wajib pada pasien cedera otak akut; pasien
denga tekanan darah tidak stabil atau berpotensi menjadi tidak stabil; pasien
dengan inotropik).
7. Kateterisasi vena sentral tidak wajib tapi membantu memantau filling status.
Akses vena sentral diperlukan dalam pemberian obat inotropic dan
vasopressor.
11
8. Pemantauan tekanan darah kranial mungkin diperlukan pada pasien-pasien
tertentu.
9. Pada pasien dengan pemasangan ventilator lakukan pemantauan suplai
oksigen, tekanan pernafasan dan pengaturan ventilator.
10. Tim transfer yang terlibat harus memastikan obat-obatan yang diperlukan,
antara lain :
a. Obat resusitasi dasar.
b. Obat sedasi.
c. Analgetik.
d. Relaksan otot.
e. Obat inotropik.
11. Hindari pengunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar akses
ke pasien tidak terhalang dan stabilitas brankart terjaga.
12. Semua infus harus menggunakan syringe pump.
13. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus terpasang dengan baik.
14. Petugas transfer harus familiar dengan semua peralatan di ambulans.
15. Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasine selama
transfer.
16. Seluruh peralatan harus kokoh, ringan dan tahan lama.
17. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai.
18. Baterai tambahan harus dibawa.
19. Monitor portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan dapat
memperlihatkan EKG, saturasi oksigen arteri, pengukuran tekanan
darah, kapnografi dan temperature.
20. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdebgar keras.
21. Ventilator mekanik portabel harus mempunyai (minimal) :
a. Alarm yang berbunyi jika tekanan tinggi atau terlepasnya alat dari
pasien.
b. Mampu menyediakan tekana ahkir ekpirasi positif dan berbagai macam
konsentrasi oksigen inspirasi.
c. Pengukuran rasio inspirasi : ekspirasi, frekuensi pernafasan permenit
dan volume tidal.
d. Mampu memberikan ventilasi tekanan terkendali dan pemberian
tekanan positif berkelanjutan.
12
22. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses
transfer yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian terapi.
23. Pasien harus dipantau terus menerus dan dicatat dalam lembar pemantauan.
24. Monitor,ventilator dan pompa harus selalu terlihat oleh petugas dan berada
pada posisi yang aman dibawah pasien.
XI. Pemilahan Metode Transfer Antar RS Untuk Pasien Kritis.
1. Pemilihan metode transfer harus memperhatikan komponen penting, antara
lain :
a. Derajat urgensi untuk melakukan transfer.
b. Kondisi pasien.
c. Faktor geografik.
d. Kondisi cuaca.
e. Alur lalulintas.
f. Ketersedian.
g. Area untuk mendarat ditempat tujuan.
h. Jarak tempuh.
2. Pilihan kendaraan untuk transfer pasien , antara lain :
a. Jasa ambulan gawat darurat
i. Siap sedia 24 jam.
ii. Jalur darat.
iii. Durabilitas :dengan pertimbangan petugas dan peralatan yang
dibutuhkan dengan lamanya waktu yang dibutuhkan.
iv. Kontak : pusat ambulan : AGD 118, ambulans 119.
XII. Alat Transportasi Untuk Transfer Pasien Antar Rumah Sakit.
1. Gunakan ambulan RSSH yang dilengkapi denga socket listrik, suplai oksigen,
monitor dan peralatan lainnya.
2. Sebelum melakukan transfer pastikan kebutuhan – kebutuhan transfer pasien
terpenuhi.
3. Standard peralatan di ambulans :
a. Suplai oksigen.
b. Ventilator.
c. Jarum suntik.
d. Suction.
13
e. Baterai cadangan.
f. Syringe pumps.
g. Alat penghangat portable.
h. Defibrilator.
4. Tim transfer dapat memberi sara mengenai kecepatan amabulans berdsarkan
kondisi pasien.
5. Keputusan menggunakan sirene diserahkan kepada supir ambulans.
Tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer yang lancar dan segera
dengan akselerasi dan deselerasi yang minimal.
6. Pendampingan oleh polisi perlu dipertimbangkan pada area yang padat
penduduknya.
7. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk pengaman
8. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi
segera, berhenti di tempat yang aman dan segera lakukan tindakan
9. jika petugas diperlukan turun dari ambulans, gunakan pakaian yang jelas
terlihat oleh pengguna jalan lainnya.
XIII. Dokumentasi Dan Penyerahan Pasien Transfer Antar Rumah Sakit.
1. Lakukan pencatatan yang lengkap pada semua tahapan transfer, meliputi :
a. Detail kondisi pasien
b. Alasan melakukan transfer
c. Nama konsultan yang merujuk dan menerima rujukan
d. Status klinis pre-transfer
e. Detail tanda vital, pemeriksaan fisik dan terapi yang diberikan selama
transfer berlangsung
2. Pencatatan harus terstandarisasi antar rumah sakit jejaring dan diterapkan
untuk transfer intra dan antar rumah sakit
3. Rekam medis harus mengandung ;
a. Resume singkat mengenai kondisi pasien sebelum, selam dan sesudah
transfer ; termasuk kondis medis yang terkait, faktor lingkungan dan
terapi yang diberikan.
b. Datauntuk proses audit.
c. Tim transfer harus mempunyai salinannya.
14
4. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah selama transfer,
termasuk penundaan transportasi.
5. Tim transfer harus mempunyai informasi yang jelas mengenai lokasi rumah
sakit yang dituju sebelum melakukan transfer.
6. Saat tiba di rumah sakit tujuan harus ada serah terima antara tim transfer
dengan pihak rumah sakit penerima yang akan bertanggung jawab atas
perawatan pasien selanjutnya.
7. Proses serah terima pasien harus mencakup pemberian informasi mengenai
riwayat penyakit pasien, tanda vital, pemeriksaan penunjang, terapi
dan kondisi pasien selama transfer.
8. Hasil pemeriksaan penunjang harus didiskripsikan dan di serahkan kepada
rumah sakit penerima.
9. Setelah serah terima pasien, tim transfer dibebas tugaskan dari kewajjiban
untuk merawat pasien tersebut.
10. Perlu penyediaan jumlah pakaia, sejumlah peralatanyang dapat dibawa, dan
sejumlah uang untukmemfasilitasi tim transfer kembali.
XIV. Komunikasi Dalam Transfer Pasien Antar Rumah Sakit
1. Pasien (jika memungkinkan) dan keluarganya harus diberitahu alasan
dan transfer dan lokasi dari rumah sakit tujuan. Berikanlah nomor telepon RS
dan tujuan dan jelaskan cara mencapai RS tersebut.
2. Pastikan RS tujuan dapat dan setuju menerima passien sebelum proses transfer
dilakukan.
3. Kontak pertama harus dilakukan oleh DPJP dari kedua RS untuk
mendiskusikan hal-hal yang diperlukan oleh pasien.
4. Untuk kontak selanjutnya tunjuklah 1 orang sebagai komunikator utama
sampai proses transfer selesai :
a. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk,
berikan penjelasan mengenai kondisi pasien yang dirujuk dan lakukan
penyerahan tanggung jawab kepada perawat yang menggantikan.
b. Komunikator utama harus menghubungi layanan ambulans , jika
ingin menggunakan jasanya dan harus menjadi satu-satunya untuk
diskusi selanjutnya antar rumah sakit dan jasa ambulans.
15
c. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan
pasien kepada RS tujuan.
5. Tim transfer harus berkomunikasi dengan RS asal dan tuujuan mengenai
penangan medis yang diperlukan dan terus update perkembangan kondisi
pasien.
XV. Audit Dan Jaminan Mutu.
1. Buatlah catatan yang jelas dan lengkap selama transfer.
2. Dokumentasi ini akan digunakan sebagai acuan data dasar dan sumber audit.
3. RSSH bertanggung jawab untuk menjaga berlangsungnya proses pelaporan
insidens yang terjadi selama transfer dengan menggunakan protokol standard
RSSH.
4. Data audit akan ditinjau ulang secara teratur oleh RSBaptis Batu.