PANDUAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN Disusun Oleh: TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017 NAMA : DIKETIK NIM : DIKETIK KELOMPOK : DIKETIK ASISTEN : DIKETIK
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
PANDUAN PRAKTIKUM
EKOLOGI PERAIRAN
Disusun Oleh:
TIM ASISTEN EKOLOGI PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
NAMA : DIKETIK
NIM : DIKETIK
KELOMPOK : DIKETIK
ASISTEN : DIKETIK
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Buku Panduan Praktikum Ekologi
Perairan ini dapat disusun.
Memahami akan kekurangan dan keterbatasan referensi dalam
pelaksanaan praktikum Ekologi Perairan, maka kami menyajikan suatu pedoman
pelaksanaan praktikum yang pada dasarnya dirangkum dari berbagai referensi
untuk menuntun praktikan. Metode-metode praktis diutamakan untuk
memudahkan dalam pengukuran (pengambilan data di lapang). Buku Panduan
Praktikum ini terbatas pada pengukuran parameter-parameter utama yang
penting dan dilakukan di lapang.
Buku ini merupakan revisi dan pembakuan dari penuntun-penuntun
praktikum Ekologi Perairan terdahulu (non-publicated). Besar harapan bahwa
Buku Penuntun Praktikum ini dapat bermanfaat bagi praktikan dan berbagai
pihak.
Kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
dalam penyelesaian buku ini. Menyadari akan keterbatasan yang kami miliki,
maka kami sangat mengharapkan saran atau kritik konstruktif bagi
penyempurnaan buku ini di lain waktu.
Malang, 1 April 2017
Tim Penyusun
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu organisme memerlukan lingkungan hidup yang sesuai dengan
kehidupannya. Air mempunyai beberapa sifat penting sebagai lingkungan bagi
organisme air yang dikaitkan dengan bahan-bahan dan energi yang
dikandungnya dengan sifat fisiknya. Air merupakan media hidup untuk organisme
perairan baik tumbuhan maupun hewan, sedangkan sifat kimia air mempunyai
fungsi sebagai pembawa zat-zat hara yang diperlukan bagi pembentukan bahan-
bahan organik oleh produsen primer perairan tersebut.
Sinar matahari merupakan penunjang kehidupan makhluk hidup, kecuali
organisme kimia sintetis yang relatif tidak banyak. Semua bentuk kehidupan
mendapatkan hara organik berenergi tinggi baik langsung maupun tidak
langsung dari fotosintesis. Melalui alur rantai makanan pada akhirnya siklus
energi juga akan dimanfaatkan oleh produsen, begitu pula yang terjadi pada
lingkungan perairan. Salah satu cara untuk memahami interaksi organisme-
organisme dengan lingkungan perairan adalah dengan mempelajari proses yang
terjadi pada rantai makanan. Tingkatan berlapis ekologi meliputi ekosistem
individu/organisme dengan ciri biasanya memiliki struktur khusus yang disebut
dengan adaptasi, ekosistem populasi yaitu kumpulan individu sejenis pada suatu
daerah dan pada waktu tertentu, ekosistem komunitas yang terdiri dari beberapa
populasi yang berbeda dan berinteraksi antar spesies, ekologi ekosistem yaitu
suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen biotik dan abiotik terdapat
siklus kehidupan.
Ekologi umumnya didefinisikan sebagai ilmu tentang interaksi antara
organisme-organisme dan lingkungannya. Lingkungan di sini mempunyai arti
luas, mencakup semua hal di luar organisme yang bersangkutan. Tidak saja
termasuk cahaya, suhu, curah hujan, kelembaban dan topografi, tetapi juga
parasit, predator dan kompetitor.
Ekologi perairan adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik/interaksi antara organisme perairan dengan lingkungannya. Dengan
demikian ada beberapa cabang ilmu yang menunjang ekologi yang harus
dipahami mahasiswa misalnya: Klimatologi, Limnologi, Geologi, Fisika, Kimia,
Biologi, Planktonologi dan sebagainya.
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
1.2 Tujuan Praktikum Ekologi Perairan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melatih dan meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam:
1. Mengetahui hasil pengukuran parameter fisika yang mempengaruhi perairan
Sumberrawan
2. Mengetahui hasil pengukuran parameter kimia yang mempengaruhi perairan
Sumberrawan
3. Mengetahui hasil pengukuran parameter biologi yang mempengaruhi perairan
Sumberrawan
4. Menentukan kualitas perairan Sumberrawan berdasarkan hasil pengukuran
parameter fisika, kimia dan biologi.
1.3 Kegunaan Praktikum Ekologi Perairan
Kegunaan dari kegiatan praktikum ini adalah:
1. Mengenalkan sekaligus menumbuhkan rasa empati mahasiswa terhadap
ekosistem sungai dan ekosistem kolam.
2. Meningkatkan kemampuan teknis dalam mengukur parameter fisika, kimia
dan biologi.
3. Bagi peneliti atau lembaga ilmiah, sebagai sumber informasi keilmuan dan
dasar untuk penulisan ataupun penelitian lebih lanjut berkaitan dengan
ekosistem sungai dan ekosistem kolam.
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sungai
Sungai merupakan daerah dimana terdapat air yang mengalir dari hulu
(pegunungan) menuju hilir (laut). Selain mengalirkan air dari hulu, sungai juga
membawa material-material organik maupun anorganik dan mengantarkannya
keseluruh bagian sungai sampai hilir. Oleh karena itu, sungai dapat digolongkan
sebagai perairan yang mengalir. Odum (1998) menyatakan bahwa ada 2 zona
utama pada aliran sungai yaitu:
Zona Air Deras yaitu daerah yang dangkal dimana kecepatan arus cukup
tinggi untuk menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain
yang lepas, sehingga dasarnya padat. Zona ini dihuni benthos yang
beradaptasi khusus atau organisme perifitik yang dapat melekat atau
berpegang dengan kuat pada dasar yang padat dan oleh ikan yang kuat
berenang. Zona ini umumnya terdapat pada hulu sungai didaerah
pegunungan.
Zona Air Tenang yaitu bagian sungai yang dalam dimana kecepatan arus
sudah berkurang, maka lumpur dan materi lepas cenderung mengendap di
dasar sehingga dasarnya lunak. Zona ini umumnya terdapat pada bagian hilir.
Arus merupakan faktor pembatas utama pada aliran deras, tetapi dasar
yang keras terdiri dari batu, dapat menyediakan permukaan yang cocok untuk
organisme (flora dan fauna) untuk menempel dan melekat. Dasar air yang tenang
bersifat lunak dan terus-menerus berubah umumnya membatasi organisme
bentik, tetapi bila kedalaman lebih besar lagi, dimana gerakan air lebih lambat,
lebih sesuai untuk plankton dan neuston.
2.2 Kolam
Kolam merupakan lahan yang dibuat untuk menampung air dalam jumlah
tertentu sehingga dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan dan atau hewan air
lainnya. Berdasarkan pengertian teknis (Susanto, 1992), kolam merupakan suatu
perairan buatan yang luasnya terbatas dan sengaja dibuat manusia agar mudah
dikelola dalam hal pengaturan air, jenis hewan budidaya dan target produksinya.
Kolam selain sebagai media hidup ikan juga harus dapat berfungsi sebagai
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
sumber makanan alami bagi ikan, artinya kolam harus berpotensi untuk dapat
menumbuhkan makanan alami.
Jenis-jenis kolam yang akan digunakan sangat tergantung kepada sistem
budidaya yang akan diterapkan. Ada tiga sistem budidaya yang biasa dilakukan
yaitu:
Tradisional/ekstensif, kolam yang digunakan adalah kolam tanah yaitu kolam
yang keseluruhan bagian kolamnya terbuat dari tanah
Semi intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang bagian kolamnya
(dinding pematang) terbuat dari tembok sedangkan dasar kolamnya terbuat
dari tanah
Intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang keseluruhan bagian kolam
terdiri dari tembok
2.3 Parameter Kualitas Air
2.3.1 Fisika
a. Suhu
Suhu adalah derajat panas dinginnya suatu perairan. Kisaran suhu pada
perairan Indonesia antara 23-32oC. Mahida (1986) menyatakan bahwa tingkat
oksidasi senyawa organik jauh lebih besar pada suhu tinggi dibanding pada suhu
rendah. Clark (1974) menjelaskan bahwa keadaan suhu alami memberikan
kesempatan bagi ekosistem untuk berfungsi secara optimum. Banyak kegiatan
hewan air dikontrol oleh suhu, misalnya: migrasi, pemangsaan, kecepatan
berenang, perkembangan embrio dan kecepatan proses metabolisme. Oleh
sebab itu, perubahan suhu yang besar pada ekosistem perairan dianggap
merugikan (Clark, 1974). Sedangkan menurut Handjojo dan Setianto (2005)
dalam Irawan (2009), suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan
makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan berkembang biak.
b. Kecerahan
Kecerahan adalah batas penetrasi cahaya yang dapat menembus
perairan. Menurut Effendi (2003), kecerahan merupakan ukuran transparansi
perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk. Kordi
dan Tancung (2007) menjelaskan bahwa kecerahan adalah sebagian cahaya
yang diteruskan dalam air dan dinyatakan dengan persen (%) dari beberapa
panjang gelombang di daerah spektrum yang terlihat cahaya yang melalui
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
lapisan sekitar satu meter, jatuh agak lurus pada permukaan air. Nilai kecerahan
sangat dipengaruhi oleh kekeruhan pada perairan itu sendiri. Kekeruhan di
perairan lentik banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid
dan partikel-partikel halus, sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang
banjir lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran
lebih besar yang berupa lapisan permukaan tanah yang terletak oleh aliran air
pada saat hujan
c. Kecepatan Arus
Arus adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horizontal. Menurut
Barus (2001), pada ekosistem lentik arus dipengaruhi oleh kekuatan angin,
semakin kuat tiupan angin akan menyebabkan arus semakin kuat dan semakin
dalam mempengaruhi lapisan air. Pada perairan lotik umumnya kecepatan arus
berkisar antara 3 m/detik. Meskipun demikian sangat sulit untuk membuat suatu
batasan mengenai kecepatan arus. Karena arus di suatu ekosistem air dapat
berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung dari fluktuasi debit dan aliran air dan
kondisi substrat yang ada. Arus air pada perairan lotik umumnya bersifat turbulen
yaitu arus air yang bergerak ke segala arah sehingga air akan terdistribusi ke
seluruh bagian dari perairan. Peranan arus adalah membantu difusi oksigen
serta membantu distribusi bahan organik dan nutrien.
2.3.2 Kimia
a. potential of Hydrogen (pH)
pH (potential of Hydrogen) adalah negatif logaritma dari ion H+. Menurut
Kordi dan Tancung (2007), derajat keasaman (pH) yaitu logaritma dari kepekatan
ion-ion H (hidrogen) yang terlepas dalam satu cairan. Derajat keasaman atau pH
air menunjukkan aktifitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan
sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam nol per liter) pada suhu tertentu atau
dapat ditulis pH = - log (H+). Manik (2003), menyatakan bahwa peningkatan
keasaman air (pH rendah) umumnya disebabkan limbah yang mengandung
asam-asam mineral bebas dan asam karbonat. Keasaman tinggi (pH rendah)
juga dapat disebabkan adanya FeS2 dalam air akan membentuk H2SO4 dan ion
Fe2+ (larut dalam air).
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
b. Dissolved Oxygen (DO)
DO (Dissolved Oxygen) adalah jumlah oksigen terlarut dalam perairan
yang dimanfaatkan oleh organnisme perairan untuk respirasi dan penguraian
zat-zat anorganik oleh mikroorganisme. Menurut Simanjuntak (2012), sumber
utama oksigen di perairan adalah difusi udara dan dari proses fotosintesis
fitoplankton. Sedangkan pemanfaatannya digunakan untuk respirasi,
dekomposisi dan oksidasi unsur kimia. Oksigen terlarut merupakan salah satu
penunjang utama dalam kehidupan diperairan dan indikator kesuburan perairan.
c. Biological Oxygen Demand (BOD)
Menurut Utami (2001) dalam Andriani (2007), Biological Oxygen
Demands (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis, adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk memecah
(mendegradasi) bahan buang organik yang ada di dalam air lingkungan tersebut.
Reaksi oksidasi selama pemeriksaan BOD merupakan hasil dari aktifitas biologis
dan reaksi yang berlangsung dipengaruhi oleh jumlah populasi dan suhu. Bahan
organik yang terdiri dari karbohidrat (selulosa, pati, gula), protein, minyak
hidrokarbon dan bahan organik yang lain masuk ke dalam badan air berasal dari
sumber alam maupun dari sumber pencemar. Sumber bahan organik alami di
dalam air permukaan berasal dari pembusukan tanaman dan kotoran hewan,
sedangkan sumber BOD dari kegiatan manusia berasal dari feses, urin,
detergen, minyak dan lemak. Parameter BOD, secara umum banyak digunakan
untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan (Hach et al.,1997 dalam
Agustiningsih, 2012).
d. Carbon Dioxide (CO2)
Menurut Susana (1988), karbondioksida adalah senyawa yang terbentuk
dari 1 atom Karbon dan 2 atom Oksigen (CO2), mudah larut dalam air, tidak
berbau dan tidak berwarna. Karbondioksida termasuk gas yang reaktif dan
banyak terdapat dalam air. Karbondioksida yang terdapat dalam air umumnya
berasal dari udara melalui proses difusi dan terbawa oleh air hujan. Selain itu
karbondioksida juga berasal dari hasil proses respirasi mikroorganisme dan dari
hasil penguraian zat-zat organik oleh mikroorganisme.
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
e. Total Organic Matter (TOM)
TOM (Total Organic Matter) adalah kumpulan bahan organik kompleks
yang sedang dan belum mengalami proses dekomposisi yang terdiri dari bahan
organik terlarut, tersuspensi (particulate) dan koloid di dalam suatu perairan.
Menurut Kohangia (2002), bahwa kandungan bahan organik yang terdapat di
sedimen perairan terdiri dari partikel-partikel yang berasal dari hasil pecahan
batuan dan potongan-potongan kulit (shell) serta sisa rangka dari organisme
perairan atau dari detritus organik yang telah tertransportasi oleh berbagai media
alam dan terendapkan didasar perairan dalam waktu yang cukup lama. TOM
berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi autochnus (dari perairan itu sendiri)
dan allotochnus (dari perairan luar).
f. Amonia
Menurut Umroh (2007), amonia merupakan hasil katabolisme protein
yang diekskresikan oleh organisme dan merupakan salah satu hasil dari
penguraian zat organik oleh bakteri. Amonia di dalam air terdapat dalam
bentuk tak terionisasi (NH3) atau bebas, dan dalam bentuk terionisasi (NH4)
atau ion ammonium. Sumber amonia di perairan adalah dari sisa metabolisme
dan pemecahan nitrogen organik.
g. Nitrat
Menurut Hendrawati et. al. (2007), nitrat (NO3-) adalah bentuk utama
Nitrogen di perairan dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman
dan alga. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Nitrat
merupakan unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting termasuk
DNA dan RNA. Tatangidatu (2013), menyatakan bahwa tingginya kadar nitrat
dipengaruhi oleh tingkat pencemaran dan pemupukan, kotoran hewan dan
manusia. Sumber utamanya adalah dari limbah dan dekomposisi bahan organik.
Peran nitrat dalam perairan adalah sebagai nutrien utama bagi alga dan
mengklarifikasi kesuburan perairan.
h. Orthofosfat
Orthofosfat merupakan salah satu bentuk fosfat yang dapat dimanfaatkan
secara langsung oleh tanaman air. Sedangkan polifosfat harus mengalami
hidrolisis membentuk orthofosfat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan
sebagai sumber fosfor. Manurut Sembering (2008), orthofosfat merupakan nutrisi
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
yang paling penting dalam menentukan produktivitas perairan. Selain sebagai
nutrisi untuk fitoplankton, orthofosfat juga berfungsi sebagai indikator kesuburan
perairan.
2.3.3 Biologi
a. Benthos
Benthos adalah organisme yang hidup di dasar perairan (substrat) baik
yang sesil maupun vagil. Benthos hidup di pasir, lumpur, batuan, patahan karang
atau karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman mempengaruhi
pola penyebaran dan morfologi fungsional serta tingkah laku hewan bentik. Hal
tersebut berkaitan dengan karakteristik serta jenis makanan benthos.
Organisme yang termasuk makrozoobenthos diantaranya adalah:
Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida.
Klasifikasi benthos menurut ukurannya : Makrobenthos merupakan benthos yang
memiliki ukuran lebih besar dari 1 mm (0.04 inch), contohnya cacing, pelecypod,
anthozoa, echinodermata, sponge, ascidian, and crustacea. Meiobenthos
merupakan benthos yang memiliki ukuran antara 0.1-1 mm, contohnya
polychaete, pelecypoda, copepoda, ostracoda, cumaceans, nematoda,
turbellaria, dan foraminifera. Mikrobenthos merupakan benthos yang memiliki
ukuran lebih kecil dari 0.1 mm, contohnya bakteri, diatom, ciliata, amoeba, dan
flagellata.
Barus (2004) menyatakan bahwa berdasarkan tempat hidupnya, benthos
dapat dibedakan menjadi epifauna yaitu benthos yang hidupnya di atas substrat
dasar perairan, dan infauna yaitu benthos yang hidupnya tertanam di dalam
substrat dasar perairan. Sedangkan berdasarkan siklus hidupnya, benthos dapat
dibagi menjadi holobenthos, yaitu kelompok benthos yang seluruh hidupnya
bersifat benthos dan merobenthos, yaitu kelompok benthos yang hanya bersifat
benthos pada fase-fase tertentu dari siklus hidupnya. Sedangkan Odum (1971),
mengklasifikasikan benthos berdasarkan kebiasaan makannya yaitu filter-feeder
(menyaring partikel-partikel detritus yang melayang di perairan) dan deposit-
feeder (memakan partikel-partikel detritus yang mengendap di dasar perairan).
Hewan makrobenthos mempunyai peranan yang sangat penting dalam
siklus nutrien di dasar perairan. Montagna et al. (1989) menyatakan bahwa
dalam ekositem perairan makrobenthos berperan sebagai salah satu mata rantai
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai
konsumen tingkat tinggi.
b. Perifiton
Perifiton adalah nama yang diberikan pada kelompok berbagai organisme
yang tumbuh atau hidup menempel pada substrat dalam air seperti tanaman,
kayu, batu dan sebagainya. Meskipun perifiton umumnya diperlakukan sebagai
bentos, ini bukanlah ciri khas komunitas tersebut dalam hal tertentu. Ia hadir
sangat banyak pada substrat apapun, misalnya ujung kayu yang berada dalam
air beberapa centimeter dari dasar.
Perifiton adalah hewan maupun tumbuhan yang hidup di bawah
permukaan air, sedikit bergerak atau melekat pada batu-batu, ranting, tanah atau
substrat lainnya. Menurut Wetzel (1982), perifiton berdasarkan substrat
menempelnya dibedakan atas epifitik (menempel pada permukaan tumbuhan),
epipelik (menempel pada permukaan sedimen), epilitik (menempel pada
permukaan batuan), epizooik (menempel pada permukaan hewan), dan
epipsammik (hidup dan bergerak di antara butir-butir pasir).
Dalam suatu perairan mengalir (lotik), alga perifiton lebih berperan
sebagai produsen daripada fitoplankton. Hal ini disebabkan karena fitoplankton
akan selalu terbawa arus, sedangkan alga perifiton relatif tetap pada tempat
hidupnya. Alga perifiton juga penting sebagai makanan beberapa jenis
invertebrata dan ikan (Graham dan Wilcox, 2000). Karena perifiton relatif tidak
bergerak, maka kelimpahan dan komposisi perifiton di sungai dipengaruhi oleh
kualitas air sungai tempat hidupnya.
c. Plankton
Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun
1887, dan disempurnakan oleh Haeckel tahun 1890. Definisi tentang plankton
telah banyak dikemukakan oleh para ahli dengan pendapat yang hampir sama
yakni, seluruh organisme, baik hewan maupun tumbuhan yang hidup terapung
atau melayang di dalam air, tidak dapat bergerak atau dapat bergerak sedikit dan
tidak dapat melawan arus.
Plankton dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan
cara makan, habitat, asal, ukuran dll. Pengelompokkan plankton yang paling
umum didasarkan pada cara makannya. Berdasarkan cara makan plankton
dapat dibedakan menjadi saproplankton, fitoplankton, dan zooplankton.
Berdasarkan daur hidupnya dibedakan menjadi plankton yang bersifat planktonik
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
pada sebagian hidupnya disebut meroplankton dan bersifat plankton pada
seluruh daur hidupnya disebut holoplankton. Basmi (1995), mengelompokkan
plankton berdasarkan lingkungan hidupnya terbagi atas limnoplankton (plankton
yang hidup di air tawar), haliplankton (plankton yang hidup di laut),
hipalmyroplankton (plankton yang hidup di air payau), heleoplankton (plankton
yang hidup di air kolam). Sedangkan berdasarkan asal usulnya, dibedakan
menjadi autogenetik (plankton yang berasal dari perairan itu sendiri) dan
allogenetik (plankton yang datang dari perairan lainnya).
Di perairan, peran plankton tersebut sangat penting. Terutama dalam
usaha budidaya ikan/udang, plankton dapat berfungsi sebagai pakan alami yang
ramah lingkungan dan produsen primer. Plankton juga dapat digunakan sebagai
indikator kesuburan perairan.
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Pengamatan Ekosistem Sungai
Pengamatan ekosistem sungai yang dimaksut adalah pengamatan
terhadap segala unsur biotik dan abiotik yang terdapat di sekitar stasiun
pengamatan. Lingkup pengamatan ini meliputi identifikasi organisme dengan
lingkungannya pada lingkungan perairan sungai. Hasil pengamatan dicatat pada
lembar hasil pengamatan.
3.2 Pengamatan Ekositem Kolam
Pengamatan ekosistem sungai yang dimaksut adalah pengamatan
terhadap segala unsur biotik dan abiotik yang terdapat di sekitar stasiun
pengamatan. Lingkup pengamatan ini meliputi identifikasi organisme dengan
lingkungannya pada lingkungan perairan sungai.
3.3 Pengamatan Komponen Abiotik
Komponen abiotik yang diukur diantaranya parameter fisika (suhu,
kecerahan, kecepatan arus), parameter kimia (pH, DO, CO₂, nitrat nitrogen,
orthofosfat, dan bahan organik total (TOM)).
a. Suhu
Pengukuran suhu air dengan mencelupkan thermometer langsung ke
dalam air dengan membelakangi sinar matahari sampai batas skala baca dan
membiarkan 2-5 menit sampai skala suhu pada thermometer menunjukan angka
yang stabil, pembacaan skala thermometer dilakukan dengan cepat setelah
mengangkat thermometer dari air.
b. Kecerahan
Pengukuran kecerahan perairan kolam dapat dengan menggunakan alat
bantu berupa secchi disk. Secchi disk dimasukkan dalam perairan perlahan-
lahan sampai tidak tampak untuk pertama kali dan di tandai sebagai d1.
Kemudian masukkan secchi disk lebih dalam lagi. Angkat perlahan-lahan sampai
tampak untuk pertama kali dan ditandai sebagai d2. Kecerahan dapat dihitung
dengan cara menjumlahkan d1 dan d2 dan dirata-rata. Dihitung dengan rumus:
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
Keterangan:
D : Kecerahan (cm)
D1 : Kedalaman secchi disk saat tidak terlihat
D2 : Kedalaman sechi disk saat tampak kembali
c. Kecepatan Arus
Pengukuran kecepatan arus permukaan sungai dapat diukur
menggunakan alat bantu berupa botol bekas air mineral yang diikatkan pada tali
raffia. Cara menggunakannya sangat sederhana. Botol bekas diisi dengan air
secukupnya sebagai pemberat dan dihanyutkan di bagian sungai tempat
pengambilan sampel benthos dalam jarak tertentu dan diukur waktu tempuhnya.
Dari data jarak dan waktu dapat diukur kecepatan arus sungai. Dihitung dengan
rumus v=s/t
Keterangan:
v : Kecepatan Arus (m/s)
S : Jarak (m)
t : Waktu (s)
d. potensial of Hydrogen (pH)
Pengukuran pH menggunakan pH paper dilakukan dengan cara :
- Memasukkan pH paper ke dalam air sekitar 1 menit
- Mengkibas-kibaskan pH paper sampai setengah kering
- Mencocokkan perubahan warna pH paper dengan kotak standar pH
e. Dissolved Oxygen (DO)
Pengukuran DO dapat dilakukan dengan cara:
- Mengukur dan dicatat volume botol DO yang akan digunakan
- Memasukan botol DO ke dalam perairan dengan posisi 450
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
- Menutup botol DO saat masih berada di dalam perairan agar tidak terjadi
gelembung udara. Apabila masih ada gelembung udara maka mengulanginya.
- Menambahkan 2 ml MnSO4 dan 2 ml NaOH+KI
- Membolak-balik sampai larutan homogen kemudian mengendapkan
- Membuang air bening diatas endapan
- Menambahkan 2 ml H2SO4 (1:1) kemudian menghomogenkan sampai
endapan larut
- Menambahkan 4 tetes amylum kemudian mentitrasi dengan Na2S2O3 0,025 N
sampai sampel berubah menjadi tidak berwarna (bening) pertama kali
- Mencatat ml titran kemudian menghitung dengan menggunakan rumus :
Oksigen Terlarut = 4
10008
DObotol
titrantitran
V
xxNxV
Keterangan:
Vtitran : Volume larutan titrasi awal – volume larutan titrasi akhir
N titran : 0,025 N
8 : Ar O
1000 : Konversi L ke mL
V botol DO : Volume botol DO
f. Biological Oxygen Demand (BOD)
Pengukuran BOD dapat dilakukan dengan cara:
- Mengukur dan dicatat volume botol winkler yang akan digunakan
- Memasukan botol winkler ke dalam perairan dengan posisi 450
- Menutup botol winkler saat masih berada di dalam perairan agar tidak terjadi
gelembung udara. Apabila masih ada gelembung udara maka mengulanginya.
- Melakukan aerasi pada air sampel dengan cara memindahkan air sampel dari
botol winkler ke dalam beaker glass 1000 mL lalu diaerasi selama 15 menit
- Masukkan air sampel yang telah diaerasi kedalam botol winkler dan ditutup
rapat
- Membungkus botol winkler dengan alumunium foil kemudian disimpan selama
5 hari
- Mengukur BOD5 dengan metode titrasi seperti penentuan kadar DO
- Menghitung nilai BOD menggunakan rumus:
BOD = DO0 – DO5
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
Keterangan:
BOD : Biological Oxygen Demand (ppm)
DO0 : Nilai DO sebelum diinkubasi (ppm)
DO5 : Nilai DO setelah diinkubasi selama 5 hari (ppm)
g. Carbon Dioxide (CO₂)
Pengukuran CO2 dapat dilakukan dengan cara:
- Memasukkan 25 ml air sampel kedalam erlenmeyer
- Menambahkan 3 tetes indikator PP
- Bila air berwarna merah jambu berarti air tersebut tidak mengandung CO2
bebas
- Bila air sampel tetap tidak berwarna, maka melakukan titrasi dengan Na2CO3
0,0454 N sampai warna menjadi merah jambu (pink) pertama kali
- Menghitung kadar CO2 dengan rumus :
CO2 bebas (mg/L) = )(
100022)(
airsampelml
xxNxtitranml titran
Keterangan:
CO2 : Carbon Dioxide (ppm)
ml titran : Volume larutan titrasi awal – volume larutan titrasi akhir
N titran : 0,0454 N
22 : Mr CO2
1000 : Konversi L ke ml
ml air sampel : Air sampel yang digunakan
h. Total Organic Matter (TOM)
Pengukuran TOM dapat dilakukan dengan cara:
- Mengambil 12,5 ml air sampel
- Memasukkan ke dalam erlenmeyer
- Menambahkan 42,4 ml KMnO4 0,01 N dari pipet volume
- Menambahkan 2,5 ml H2SO4 (1 : 4)
- Memanaskan dalam pemanas air (water bath) sampai suhu mencapai 75˚C
kemudian mengangkatnya
- Bila suhu telah turun menjadi 65˚C langsung menambahkan Na-oxalate 0,01
N perlahan sampai tidak berwarna
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
- Mentitrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk warna merah jambu
- Mencatat sebagai ml titran (x ml)
- Mengambil 12,5 ml aquades
- Melakukan prosedur (1-6) dengan bahan aquades dan dicatat titran yang
digunakan sebagai (y ml)
- Menghitung kadar TOM dengan rumus:
TOM (mg/L) =
Keterangan:
TOM : Total Organic Matter (ppm)
x : Volume larutan titrasi awal – volume larutan titrasi akhir
(sampel)
y : Volume larutan titrasi awal – volume larutan titrasi akhir
(aquades)
31,6 : Mr KmnO4
0,01 : N dari Na-Oxalate
1000 : Konversi L ke mL
Ml air sampel : Jumlah air sampel yang digunakan
i. Amonia
Pengukuran amonia dapat dilakukan dengan cara:
- Mengambil 25 ml air sampel
- Memasukkan ke dalam beaker glass
- Menambahkan 0,5 ml larutan nessler ke dalam beaker glass yang telah berisi
air sampel
- Mendiamkan ± 10 menit
- Memasukkan ke dalam tabung reaksi kecil (air yang bening)
- Menghitung kadar amonia menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 425 nm dan nomor program 380
g. Nitrat
Pengukuran nitrat dapat dilakukan dengan cara:
- Menyaring 12,5 ml air sampel
- Menuangkan kedalam cawan porselen
- Menguapkan di atas pemanas sampai kering, hati-hati jangan sampai pecah
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
kemudian mendinginkannya
- Menambahkan 0,25 ml asam fenol disulfonik, mengaduk dengan pengaduk
gelas dan mengencerkan dengan 3 ml aquades
- Menambahkan tetes demi tetes NH4OH (1:1) sampai terbentuk warna
(maksimal 7 ml) dan mengencerkan dengan aquades sampai 12,5 ml.
- Memasukan ke dalam tabung reaksi kecil
- Menghitung kadar nitrat menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 410 nm dan nomor program 353
h. Orthofosfat
Pengukuran orthofosfat dapat dilakukan dengan cara :
- Mengambil 12,5 ml air sampel
- Memasukkan kedalam erlenmeyer
- Menambahkan 0,5 ml amonium molybdat dan menghomogenkannya
- Menambahkan 3 tetes SnCl2 dan menghomogenkannya
- Memasukkan ke dalam tabung reaksi kecil
- Menghitung kadar orthofosfat menggunakan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 690 nm dan nomor program 490
i. Spektrofotometer
Penggunaan spektofotometer dapat dilakukan dengan cara :
- Memasang kabel alat ke sumber listrik
- Tekan “Power”, ditunggu hingga selftest menjadi 0 (nol)
- Diatur panjang gelombang sesuai dengan parameter yang diukur
- Tekan “Method”, atur nomor program sesuai dengan parameter yang diukur
- Tekan “Enter” sebanyak dua kali
- Muncul tulisan “Zero sample”, dimasukkan larutan blanko
- Tekan “Zero” hingga muncul angka 0,00 mg/l
- Masukkan larutan sampel, tunggu hingga muncul hasil pada layar
- Tekan “Power” untuk mematikan spektofotemeter
3.4 Pengamatan Komponen Biotik
a. Benthos
Pengambilan Sampel Benthos
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
Prosedur pengambilan sampel benthos sebagai berikut :
1. Memegang tiang jala dengan arah melawan arus
2. Mengaduk dasar perairan dengan dua kaki secara bersama-sama untuk
melepas organisme dari dasar perairan sehingga organisme akan masuk ke
dalam jala
3. Memeriksa di dalam jala, kalau ada batu dan ranting maka mencuci batu dan
ranting di dalam jala
4. Mencuci organisme dengan air dan mengumpulkannya pada salah satu sudut
jala dengan terus menyiram air untuk memudahkan pengambilan sampel dari
dalam jala
5. Membalik jala ke arah luar untuk memindahkan sampel ke dalam wadah
sampel
6. Melakukan pengawetan dengan alkohol 96%
Pengamatan Benthos di Laboratorium
Pengamatan benthos di laboratorium, untuk benthos yang berukuran kecil
dapat diamati secara langsung dengan bantuan Mikroskop okuler, dan bentuk
serta jenis benthos yang diamati dapat dicocokkan dengan buku Identifikasi
benthos untuk mencari klasifikasi spesies benthos yang diamati.
Perhitungan Kelimpahan Benthos
Kelimpahan atau kepadatan bentos dihitung dengan rumus:
Keterangan:
N : Kepadatan bentos (ind/m2)
n : Jumlah individu bentos
A : Luas area tertentu (m2)
b. Perifiton
Pengambilan sempel Perifiton
Perifiton didapatkan dengan cara mengambil beberapa substrat dalam
lingkungan transek semudian substrat tersebut disikat/dikerik bagian
permukaannya seluas 3×3 cm sebanyak 3 buah substrat. Kemudian masukkan
hasil kerikan ke dalam botol film dan beri aquades dan diawetkan dengan lugol.
Pengamatan Perifiton di Laboratorium
Untuk pengamatan perifiton, sampel awetan diambil menggunakan pipet
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
tetes untuk kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali
perbesaran, kemudian diamati gambar dan ciri-ciri dari spesies yang didapat
untuk kemudian dicocokkan dengan buku Presscot untuk mengetahui klasifikasi
dari spesies tersebut.
Perhitungan Kelimpahan Perifiton
Kelimpahan perifiton berdasarkan Inverted Microscope Method Counts
(APHA, 1985) dengan rumus:
Keterangan:
N : Kelimpahan perifiton (ind/cm2)
n : Jumlah perifiton yang diamati (ind)
At : Luasan cover glass (mm2)
Vt : Volume konsentrat pada botol contoh (ml)
Ac : Luas amatan (mm2)
Vs : Volume konsentrat dalam objek glass (ml)
As : Luas substrat yang dikerik (cm2)
c. Plankton
Pengambilan Pempel Plankton
Prosedur pengambilan plankton dengan menggunakan plankton net
adalah sebagai berikut :
1. Mengkalibrasi plankton net dengan air lokal dengan cara mencelupkannya ke
dalam perairan sampai seluruh permukaan terkena air kolam
2. Memasangkan botol film pada ujung plankton net dan mengikatnya
3. Mengambil air dengan menggunankan timba dan menyaringnya
menggunakan plankton net secara komposit (mengambil sampel secara
acak). Dalam praktikum ini jumlah air yang disaring sebanyak 25 liter.
4. Menambahkan bahan preservasi (pengawet) sebanyak 1-2 tetes pada
konsentrat plankton yang tertampung dalam botol film
5. Memberi label pada sempel plankton diberi label dan memasukkannya ke
dalam cool box
Pengamatan Plankton di Laboratorium
Untuk pengamatan plankton, sampel awetan diambil menggunakan pipet
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
tetes untuk kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali
perbesaran, kemudian diamati gambar dan ciri-ciri dari spesies yang didapat
untuk kemudian dicocokkan dengan buku Presscot untuk mengetahui klasifikasi
dari spesies tersebut
Perhitungan Kelimpahan Plankton
Kelimpahan plankton dihitung dengan persamaan modifikasi Lackey Drop
sebagai berikut:
N = T x V x n
L x v x P x W
Keterangan:
N : Kelimpahan plankton (ind/l)
n : Jumlah plankton yang diamati (ind)
T : Luasan cover glass (mm2)
V : Volume konsentrat pada botol contoh (ml)
L : Luas amatan (mm2)
v : Volume konsentrat dalam objek glass (ml)
P : Jumlah lapang pandang
W : Volume air sampel yang disaring (l)
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
4. LEMBAR HASIL PENGAMATAN
a. Benthos
Gambar Lokasi Pengambilan Sampel
Stasiun :
Deskripsi Lingkungan
Deskripsi Lingkungan Sekitar :
Deskripsi Lingkungan Stasiun :
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
Data Parameter Fisika dan Kimia Air
No. Parameter Hasil Pengukuran
1. Suhu
2. Kecepatan arus
3. pH
4. DO
5. BOD
6. CO₂
7. TOM
8. Amonia
9. Nitrat
10. Orthofosfat
11. Kecerahan
b. Perifiton
Gambar Lokasi Pengambilan Sampel
Stasiun :
Deskripsi Lingkungan
Deskripsi Lingkungan Sekitar :
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
Deskripsi Lingkungan Stasiun :
Data Parameter Fisika dan Kimia Air
No. Parameter Hasil Pengukuran
1. Suhu
2. Kecepatan arus
3. pH
4. DO
5. BOD
6. CO₂
7. TOM
8. Amonia
9. Nitrat
10. Orthofosfat
11. Kecerahan
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
c. Plankton
Gambar Lokasi Pengambilan Sampel
Stasiun :
Deskripsi Lingkungan
Deskripsi Lingkungan Sekitar :
Deskripsi Lingkungan Stasiun :
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
Data Parameter Fisika dan Kimia Air
No. Parameter Hasil Pengukuran
1. Suhu
2. Kecepatan arus
3. pH
4. DO
5. BOD
6. CO₂
7. TOM
8. Amonia
9. Nitrat
10. Orthofosfat
11. Kecerahan
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
FORMAT PENULISAN LAPORAN TULIS DAN KETIK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN
Cover Lembar Pengesahan Kata Pengantar Daftar Isi 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Praktikum 1.3. Kegunaan Praktikum 1.4. Waktudan Tempat
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Ekologi Perairan 2.2. Ciri-Ciri Ekologi Sungai 2.3. Ciri-Ciri Ekologi Kolam 2.4. Siklus Hidrologi + Gambar 2.5. Rantai Makanan + Gambar 2.6. Hubungan Interaksi Antar Organisme dalam Ekologi Perairan 2.7. Faktor-Faktor Ekosistem Sungai 2.7.1. Fisika 2.7.2. Kimia 2.7.3. Biologi 2.8. Faktor-Faktor Ekosistem Kolam 2.8.1. Fisika 2.8.2. Kimia 2.8.3. Biologi 2.9. Benthos 2.9.1. Definisi Benthos 2.9.2. Ciri-Ciri Benthos 2.9.3. Peran Benthos di Perairan 2.9.4. Jenis Benthos di Perairan + Gambar 2.9.5. Kelimpahan Benthos + Rumus 2.10. Perifiton 2.10.1. Definisi Perifiton 2.10.2. Ciri-Ciri Perifiton 2.10.3. Peran Perifiton di Perairan 2.10.4. Jenis Perifiton di Perairan + Gambar 2.10.5. Kelimpahan Perifiton + Rumus 2.11. Plankton 2.11.1. Definisi Plankton 2.11.2. Ciri-Ciri Plankton 2.11.3. Peran Plankton di Perairan 2.11.4. Jenis Plankton di Perairan + Gambar 2.11.5. Kelimpahan Plankton + Rumus
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
3. METODE 3.1. Fungsi Alat dan Bahan 3.1.1. Parameter Fisika a. Suhu b. Kecerahan c. Kecepatan Arus 3.1.2. Parameter Kimia a. potential of Hydrogen (pH) b. Dissolved Oxygen (DO) c. Biological Oxygen Demand (BOD) d. Carbon Dioxide (CO2) e. Total Organic Matter (TOM) f. Amonia g. Nitrat h. Orthofosfat 3.1.3. Parameter Biologi a. Benthos b. Perifiton c. Plankton 3.2. Analisis Prosedur 3.2.1. Parameter Fisika a. Suhu b. Kecerahan c. Kecepatan Arus 3.2.2. Parameter Kimia a. potential of Hydrogen (pH) b. Dissolved Oxygen (DO) c. Biological Oxygen Demand (BOD) d. Carbon Dioxide (CO2) e. Total Organic Matter (TOM) f. Amonia g. Nitrat h. Orthofosfat 3.2.3. Parameter Biologi a. Benthos b. Perifiton c. Plankton
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Lingkungan Pengamatan (Foto Dokumentasi + Deskripsi Lingkungan Tanpa Literatur)
4.1.1. Stasiun Benthos 4.1.2. Stasiun Perifiton 4.1.3. Stasiun Plankton 4.2. Analisis Hasil Pengamatan Tiap Parameter 4.2.1. Parameter Fisika a. Suhu b. Kecerahan
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
c. Kecepatan Arus 4.2.2. Parameter Kimia a. potensial of Hydrogen (pH) b. Dissolved Oxygen (DO) c. Biological Oxygen Demand (BOD) d. Carbon Dioxide (CO2) e. Total Organic Matter (TOM) f. Amonia g. Nitrat h. Orthofosfat 4.2.3. Paramer Biologi a. Benthos b. Perifiton c. Plankton 4.3 Rantai Makanan yang Terjadi di Perairan 4.4 Hubungan Parameter Kualitas Air Fisika, Kimia, dan Biologi
(Benthos) 4.5 Hubungan Parameter Kualitas Air Fisika, Kimia, dan Biologi
(Perifiton) 4.6 Hubungan Parameter Kualitas Air Fisika, Kimia, dan Biologi
(Plankton) 4.7 Kualitas Perairan di Sumberrawan 4.8 Faktor Koreksi 4.9 Manfaat di Bidang Perikanan
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan 5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1. Skema Kerja - Parameter Fisika
a. Suhu b. Kecerahan c. Kecepatan Arus
- Parameter Kimia a. potensial of Hydrogen(pH) b. Dissolved Oxygen (DO) c. Biological Oxygen Demand (BOD) d. Carbon Dioxide (CO2) e. Total Organic Matter (TOM) f. Amonia g. Nitrat h. Orthofosfat i. Spektrofotometer
- Parameter Biologi a. Benthos
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
b. Perifiton c. Plankton
Lampiran 2. Data Hasil Pengamatan Organisme Perairan - Stasiun Benthos dan Perhitungan - Stasiun Perifiton dan Perhitungan - Stasiun Plankton dan Perhitungan Lampiran 3. Data Hasil Kualitas Air - Stasiun Benthos dan Perhitungan - Stasiun Perifiton dan Perhitungan - Stasiun Plankton dan Perhitungan Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan (Tiap Perlakuan) Ketentuan:
Latar belakang 3 literatur + 1 paragraf parafrase minimal 5 kalimat
Tinjauan pustaka 2 literatur + 1 paragraf parafrase minimal 5 kalimat
Literatur dilarang menggunakan BLOG, Buku SMA/SMK, SMP dan SD
Jurnal mulai tahun 2012 ke atas
Skripsi, Tesis, Disertasi mulai tahun 2012 ke atas
Gambar berasal dari buku atau jurnal (non google image)
Warna Cover (Satu program studi harus sama)
BP : Hijau Tosca MSP : Merah Muda IK : Biru Laut AP : Abu-abu THP : Merah PSP : Kuning
Pengumpulan tiket masuk pada Senin, 1 Mei 2017 jam 08.00-10.00 WIB di Laboratorium Hidrobiologi Divisi Bioteknologi dan Lingkungan Perairan
Batas FIX Tiket Masuk tanggal 24 April 2017
Lampiran memuat dokumentasi pengambilan data praktikum tiap perlakuan
Format laporan Arial 11, Margin 4,3,3,3 Spasi 2
CP : Bunga (087865963056/idline: bungasadiyah) BP : Siwi (085730157056) dan Ismail (085862963876)
MSP : Rifqi (085232507117) dan Rahmalia (085785397881)
IK : Rona (082165484625) dan Azzam (085346670800)
AP : Inas (08116201211) dan Silvia (087776761876)
THP : Nifta (082257085266) dan Ihsaan (082257687365)
PSP : Cilia (081252002066) dan Dhehan (08819530545)
Tim Asisten Ekologi Perairan 2016-2017 FPIK UB
DAFTAR NAMA ASISTEN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2016/2017
No Nama NIM No Telpon
1 Handian Febyadi Eka Putra 145080501111057 089689970680
2 Dea Shofura Wijayanti 145080500111045 082311721955
3 Rangga Idris Affandi 145080500111018 089680306968
4 Nur Laily Mila Atus Sholikhah 145080500111006 085258724349
5 Cilia Hengtya Ghowina 145080500111025 081252002066
6 Mohammad Rizal Ilhami 145080500111015 085223261993
7 Muhammad Rifqi Adilah 145080500111014 085232507117
8 Nifta Idza Nur Alfi 145080100111033 082257085266
9 Bunga Sa’diyah Al’azizah 145080500111033 087865963056
10 Inas Vebrina 145080101111040 08116201211
11 Hilcham Nurrohman Septiawan 145080500111041 085748022332
12 Dwi Putri Febianti 145080501111053 081360597637
13 Hajar Alviyyah Rohmaningsih 145080100111010 082330056120
14 Nety Pitriani 145080100111001 085655510675
15 Novita Prima Eka Cahyani 145080500111047 082257940197
16 Ronauli Sinaga 145080101111079 082165484625
17 Siwi Oktafia Sabtaningsih 145080100111009 085730157056
18 Dima Yusrotul Hidayah 155080501111003 085816619822
19 Silvia Anggaita 155080501111008 087776761876
20 Ismail Noer Muhamad 165080200111047 085862963876
21 Kiki Nur Azzam K. 155080507111028 085346670800
22 Aprilia Ekawati 155080501111055 085775245782
23 Rahmalia Eka Kenitasari 155080501111051 085785397881
24 Dhehan Febrianto 155080500111002 08819530545
25 Bagus Ihsaan I. 155080500111065 082257687365