PANDUAN PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI
A. PENGERTIANInformasi adalah suatu pesan yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan, yang berupa data, fakta, gagasan,
konsep, kebijakan, aturan, standar, norma, pedoman atau acuan yang
diharapkan dapat diketahui, dipahami, diyakini, dan
diimplementasikan oleh komunikan.Edukasi adalah penambahan
pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar
atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi
nyata, dengan cara member dorongan terhadap pengarahan diri, aktif
memberikan informasi-informasi atau ide baru ( Craven dan Hirnle,
1996 dalam suliha, 2002).
B. TUJUAN Sebagai pedoman dalam melakukan edukasi kesehatan.
Memahami bagaimana cara dan proses melakukan edukasi kesehatan di
rumah sakit. Sehingga edukasi kesehatan (penkes) dapat berjalan
lancar dan sesuai prosedur yang ada. Agar pasien & keluarga
berpartisipasi dalam keputusan perawatan dan proses perawatan.
Sehingga dapat membantu proses penyembuhan lebih cepat.
Pasien/keluarga memahami penjelasan yang diberikan, memahami
pentingnya mengikuti rejimen pengobatan yang telah
ditetapkansehingga dapat meningkatkan motivasi untuk berperan aktif
dalammenjalani terapi obat.
C. LANGKAH AWAL ASSESMEN PASIEN DAN KELUARGAAssesmen merupakan
proses pengumpulan menganalisis dan menginterpretasikan data atau
informasi tentang peserta didik dan lingkungannya. Kegiatan ini
dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang berbagai kondisi
individu dan lingkungannya sebagai dasar untuk memahami individu
dan untuk pengembangan program pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan kebutuhan.Pengkajian pasien merupakan langkah guna
mengidentifikasi sejauh mana kebutuhan pasien
akanpelayanankesehatan.Keputusanmengenaijenispelayananyangpalingtepatuntuk
pasien,bidang spesialisasi yang paling tepat, penggunaan
pemeriksaan penunjang diagnostik yang paling tepat,sampai
penanganan perawatan, gizi, psikologis dan aspek lain dalam
penanganan pasien di rumah sakitmerupakan keputusan yang diambil
berdasarkan pengkajian (assessment).Sebelum pendidikan kesehatan
diberikan, lebih dulu dilakukan pengkajian/analisis terhadap
kebutuhan pendidikan dengan mendiagnosis penyebab masalah kesehatan
yang terjadi. Hal ini dilakukan dengan melihat factor - faktor yang
mempengaruhi perilaku kesehatan.Lawrence Green (1980), perilaku
dipengaruhi oleh 3 faktor:1. Faktor pendukung (predisposing
factors), mencakup:Pengetahuan, sikap, tradisi,
kepercayaan/keyakinan, sistem nilai, pendidikan, sosial ekonomi,
dsb.2. Faktor pemungkin(enambling factors), mencakup:Fasilitas
kesehatan, mis: spal, air bersih, pembuangan sampah, mck, makanan
bergizi, dsb. Termasuk juga tempat pelayanan kesehatan seperti RS,
poliklinik, puskesmas, rs, posyandu, polindes, bides, dokter,
perawat dsb.3. Faktor penguat (reinforcing factors), mencakup:Sikap
dan perilaku: toma, toga, petugas kes. Kebijakan/peraturan/UU,
LSM.
Informasi tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan :1.
Observasi2. Wawancara3. Angket/quesioner4. Dokumentasi
Jenis informasi yang diperlukan dalam pengkajian antara lain:1.
Pentingnya masalah bagi individu, kelompok dan masyarakat yang
dibantu2. Masalah lain yang kita lihat3. Masalah yang dilihat oleh
petugas lain4. Jumlah orang yang mempunyai masalah ini5. Kebiasaan
yang dapat menimbulkan masalah6. Alasan yang ada bagi munculnya
masalah tersebut7. Penyebab lain dari masalah tersebut.
Tujuan pengkajian1. Untuk mengetahui besar, parah dan bahayanya
masalah yang dirasakan.2. Menentukan langkah tepat untuk mengatasi
masalah.
Memahami masalah1. Mengapa muncul masalah2. Siapa yang akan
memecahkan masalah dan siapa yang perlu dilibatkan3. Jenis bantuan
yang akan diberikan
Prioritas masalahDisusun berdasarkan hirarki kebutuhan
maslow:
Aktualisasi diri
Harga diri
Kasih sayang
Aman / nyaman
Biologis / Fisiologi
Agar edukasi dapat dipahami dengan baik dilakukan dahulu
assesment/penilaian terhadap pasien dan keluarga meliputi :1.
Kepercayaan dan nilai-nilai agama yang dianut pasien dan
keluarganya2. Kecakapan baca tulis, tingkat pendidikan dan bahasa
mereka3. Hambatan emosional dan motivasi4. Keterbatasan fisik dan
kognitif5. Kemauan pasien untuk menerima informasiSehingga pemberi
edukasi mengetahui apakah pasien dan keluarga bersedia dan maupun
untuk belajar hasil penilaian didokumentasikan dalam rekam medis.D.
CARA PENYAMPAIAN INFORMASI DAN EDUKASI YANG EFEKTIFSemua aktifitas
manusia melibatkan komunikasi, namun karena kita sering menerimanya
begitu saja, kita tidak selalu memikirkan bagaimana kita
berkomunikasi dengan yang lain dan apakah efektif atau tidak.
Komunikasi yang baik melibatkan pemahaman bagaimana orang-orang
berhubungan dengan yang lain, mendengarkan apa yang dikatakan dan
mengambil pelajaran dari hal tersebutKomunikasi adalah tentang
pertukaran informasi, berbgi ide dan pengetahuan. Hal ini berupa
proses dua arah dimana informasi, pemikiran, ide, perasaan atau
opini disampaikan/dibagikan melalui kata-kata, tindakan maupun
isyarat untuk mencapai pemahaman bersama. Komunikasi yang baik
berarti bahwa para pihak terlibat secara aktif. Hal ini akan
menolong mereka untuk mengalami cara baru mengerjakan atau
memikirkan sesuatu. Pengertian komunikasi efektif adalah sebuah
proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada
orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut
mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran
atau informasi. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn,
1994; Koontz & Weihrich, 1988).1. Teori komunikasi a. Proses
komunikasi:Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan
dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan/komunikator,
pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima
pesan/komunikan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana,
2003).Gambar berikut memberikan ilustrasi proses komunikasi.
Umpan Balik
PesanSaluran KomunikanKomunikatorGanguan
2. Unsur-unsur/elemen dalam komunikasi efektifa. Sumber/pemberi
pesan/komunikator (dokter,perawat, admission,Adm.Kasir,dll), adalah
orang yang memberikan pesan.1) Sumber (yang menyampaikan
informasi): adalah orang yang menyampaikan isi pernyataannya kepada
penerima/komunikan. Hal-hal yang menjadi tanggung jawab pengirim
pesan adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih media yang
sesuai, dan meminta kejelasan apakah pesan tersebut sudah di terima
dengan baik. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8)2) Komunikator
yang baik adalah komunikator yang menguasai materi, pengetahuannya
luas dan dalam tentang informasi yang yang disampaikan, cara
berbicaranyanya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat
dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan)
b. Isi Pesan, adalah ide atau informasi yang disampaikan kepada
komunikan.Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan
dengan tujuan komunikasi, media penyampaian,penerimanya.
c. Media/saluran pesan (Elektronic,Lisan,dan Tulisan) adalah
sarana komunikasi dari komunikator kepada komunikan.Media berperan
sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan yang
disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima.
Pesan dapat berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya sekaligus.
Pada kesempatan tertentu, media dapat tidak digunakan oleh pengirim
yaitu saat komunikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek yang
mungkin terjadi berupa perubahan sikap. (konsil kedokteran
Indonesia, hal.8). Media yang dapat digunakan: melalui telepon,
menggunakan lembarlipat, buklet, vcd, (peraga)
d. Penerima pesan/komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat,
dokter, Admission,Adm.) atau audience adalah pihak/orang yang
menerima pesan.Penerima pesan berfungsi sebagai penerima berita.
Dalam komunikasi, peran pengirim dan penerima bergantian sepanjang
pembicaraan. Tanggung jawab penerima adalah berkonsentrasi untuk
menerima pesan dengan baik dan memberikan umpan balik kepada
pengirim. Umpan balik sangat penting sehingga proses komunkasi
berlangsung dua arah. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8).
e. Umpan Balik, adalah respon/tindakan dari komunikan terhadap
respon pesan yang diterimanya
3. Pemberi pesan/komunikator yang baik:Pada saat melakukan
proses umpan balik, diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut
(konsil kedokteran Indonesia, hal 42):a. Cara berbicara (talking),
termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan tertutup dan
kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi,
paraphrase, intonasi.b. Mendengar (listening), termasuk memotong
kalimatc. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang
tersirat di balik yang tersurat (bahasa non verbal di balik
ungkapan kata/kalimatnya, gerak tubuh).d. Menjaga sikap selama
berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar tidak menggangu
komunikasi, misalnya karena komunikan keliru mengartikan gerak
tubuh, raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.
4. Sifat Komunikasi Komunikasi itu bisa bersifat informasi
(asuhan) dan edukasi (Pelyanan promosi). Komunikasi yang bersifat
infomasi asuhan didalam rumah sakit adalah:a. Jam pelayananb.
Pelayanan yang tersediac. Cara mendapatkan pelayanand. Sumber
alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.Akses
informasi dapat di peroleh dengan melalui Customer Service,
Admission,dan Website.Sedang komunikasi yang bersifat Edukasi
(Pelayanan Promosi) adalah :a. Edukasi tentang obat.b. Edukasi
tentang penyakit. c. Edukasi pasien tentang apa yang harus di
hindarid. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk
meningkatkan qualitas hidupnya pasca dari rumah sakit.Akses untuk
mendapatkan edukasi ini bisa melalui medical information dan
nantinya akan menjadi sebuah unit PKRS (Penyuluhan Kesehatan Rumah
Sakit).
5. Syarat komunikasi efektif.Syarat dalam komunikasi efektif
adalah:a. Tepat waktu, b. Akurat. c. Lengkapd. Jelas.e. Mudah
dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
(kesalahpahaman).
6. Proses komunkasi efektif Untuk mendapatkan komunikasi
efektif, dilakukan melaui prinsip sebagai berikut:a. Pemberi pesan
secara lisan memberikan pesanb. Penerima pesan menuliskan secara
lengkap isi pesan tersebut c. Isi pesan dibacakan kembali (Read
Back) secara lengkap oleh penerima pesan.d. Pemberi pesan
memverifikas isi pesan kepada pemberi penerima pesan.e. Penerima
pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil
verifikasiProses komunikasi efektif dengan prinsip, terima, catat,
verifikasi dan klarifikasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Jadi isi pesannya ini yah pak
DikonfirmasikanYah.. benar.
KomunikanDibacakanDitulisIsi pesanKomunikator
f. Dalam berkomunikasi ada kalanya terdapat informasi misalnya
nama obat, nama orang , dll. Untuk menverifikasi dan
mengklarifikasi, maka komunikan sebaiknya mengeja huruf demi huruf
menggunakan menggunakan alfabeth standart internasional yaitu:
Sumber: Wikipedia
7. Hukum dalam komunikasi efektif Lima Hukum Komunikasi Yang
Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication)
terangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi
itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Karena
sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana
kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati,
tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.Hukum komunikasi
efektif yang pertama adalaha. Respect, pengertiannya:Hukum pertama
dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai
setiap individu yang menjadi sasaran pesanyangkita sampaikan.Jika
kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai
dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang
menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja
kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah
tim.b. Hukum komunikasi efektif yang kedua adalahEmpathyEmpati
adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau
kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama
dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk
mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau
dimengerti oleh orang lain.Rasa empati akan menimbulkan respek atau
penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang
merupakan unsur utama dalam membangun teamwork. Jadi sebelum kita
membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti
dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga
nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan
psikologis atau penolakan dari penerimac. Hukum komunikasi efektif
yang ketiga adalahAudibleMakna dari audible antara lain: dapat
didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita
harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik
dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat
diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan
harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian
hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini
mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun
perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita
agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. d. Hukum
komunikasi efektif yang keempat, adalah ClaritySelain bahwa pesan
harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait
dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak
menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang
berlainan. Karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat
menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak
sederhana. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi.
Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak
ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan
rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita.
Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada
gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau
tim kita.e. Hukum komunikasi efektif yang kelima adalah HumbleHukum
kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah
hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama
untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh
sikap rendahhati yang kita miliki. Sikap Rendah Hati pernah yang
pada intinya antara lain: sikap yang penuh melayani (dalam bahasa
pemasaran Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar
dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain,
berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh
pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih
besar.Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum
pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang
komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun
jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan
(respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka
panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan
Ruang Lingkup1. Panduan komunikasi eektif ini diterapkan
kepada:a. Antar pemberi pelayanan saat memberikan perintah lisan
atau melalui telponb. Petugas laboratorium saat membacakan hasil
laboratoruim secara lisan atau melalui telepon c. Petugas informasi
saat memberikan informasi pelayanan rumah sakit kepada pelanggand.
Petugas PKRS saat memberikan edukasi kepada pasiene. Semua karyawan
saat berkomunikasi via telpon dan lisan
2. Pelaksana panduan ini adalah seluruh pemberi pelayanan,
petugas laboratorium, petugas informasi, pelaksana PKRS, semua
karyawan
Prinsip1. Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melaui
prinsip terima, catat, verifikasi dan klarifikasi:a. Pemberi pesan
secara lisan memberikan pesanb. Penerima pesan menuliskan secara
lengkap isi pesan tersebut c. Isi pesan dibacakan kembali (Read
Back) secara lengkap oleh penerima pesan.d. Pemberi pesan
memverifikas isi pesan kepada pemberi penerima pesan.e. Penerima
pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil
verifikasi2. Baca ulang dan verifikasi dikecualikan untuk kondisi
darurat di ICU dan UGD3. Penggunaan code alfabetis internasional
digunakan saat melakukan klarifikasi hal-hal penting, misal nama
obat, nama pasien, dosis obat, hasil laboratorium dengan mengeja
huruf2 tersebyt saat membaca ulang (reed back) dan verifikasi4.
Tujuan utama panduan komunikasi efektif ini adalah untukmemperkecil
terjadinya kesalahan penerima pesan yang diberikan secara lisan
E. TATALAKSANA PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI Petugas yang
melakukan kegiatan ini harus memiliki pengetahuan tentang informasi
yang akan di sampaikan, memiliki rasa empati dan ketrampilan
berkomunikasi secara efektif. Pemberian informasi dan edukasi
dilakukan melalui tatap muka dan berjalan secara interaktif, dimana
kegiatan ini bisa dilakukan pada saat pasien dirawat, akan pulang
atau ketika datang kembali untuk berobat Kondisi lingkungan perlu
diperhatikan untuk membuat pasien/keluarga merasa nyaman dan bebas,
antara lain:a. Dilakukan dalam ruang yang dapat menjamin privacy.b.
Ruangan cukup luas bagi pasien dan pendamping pasien untuk
kenyamanan mereka.c. Penempatan meja, kursi atau barang barang lain
hendaknya tidak menghambat komunikasi.d. Suasana tenang, tidak
bising dan tidak sering ada interupsi Pada pasien yang mengalami
kendala dalam berkomunikasi, maka pemberian informasi dan edukasi
dapat disampaikan kepada keluarga/pendamping pasien. Membina
hubungan yang baik dengan pasien/keluarga agar tercipta rasa
percaya terhadap peran petugas dalam membantu mereka. Mendapatkan
data yang cukup mengenai masalah medis pasien ( termasuk adanya
keterbatasan kemampuan fisik maupun mental dalam mematuhi rejimen
pengobatan ). Mendapatkan data yang akurat tentang obat obat yang
digunakan pasien, termasuk obat non resep. Mendapatkan informasi
mengenai latar belakang sosial budaya, pendidikan dan tingkat
ekonomi pasien/ keluarga Informasi yang dapat diberikan kepada
pasien/keluarga adalah yang berkaitan dengan perawatan pasien : a.
Assesment pendidikan pasien dan keluargab. Pendidikan kesehatan
pengobatan ; Penggunaan obat obatan yang aman: kemungkinan nama
obat, kegunaan obat, aturan pakai, teknik penggunaan obat obat
tertentu (contoh: obat tetes, inhaler), cara penyimpanan, berapa
lama obat harus digunakan dan kapan obat harus ditebus lagi, apa
yang harus dilakukan terjadinya efek samping yang akan dialami dan
Bagaimana cara mencegah atau meminimalkannya, meminta
pasien/keluarga untuk melaporkanjika ada keluhan yang dirasakan
pasien selama menggunakan.c. Pendidika kesehatan Manajemen nyerid.
Pendidikan kesehatan diete. Pendidikan kesehatan penggunaan
peralatan medisf. Pendidikan kesehatan proses penyakitg. Pendidikan
kesehatan pre operasi (informed consent)Proses komunikasi saat
memberikan edukasi kepada pasien & keluarganya berkaitan dengan
kondisi kesehatannyaTahap asesmen pasien: Sebelum melakukan
edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan edukasi pasien &
keluarga berdasarkan: (data ini didapatkan dari RM):1. Keyakinan
dan nilai-nilai pasien dan keluarga.2. Kemampuan membaca, tingkat
pendidikan dan bahasa yang digunakan.3. Hambatan emosional dan
motivasi. (emosional: Depresi, senang dan marah) 4. Keterbatasan
fisik dan kognitif.5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.
Tahap Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif.Setelah
melalui tahap asesmen pasien, di temukan :1. Pasien dalam kondisi
baik semua dan emosionalnya senang, maka proses komunikasinya mudah
disampaikan.2. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan
fisik (tuna rungu dan tuna wicara), maka komunikasi yang efektif
adalah memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga sekandung
(istri,anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan menjelaskannya
kepada mereka.3. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan
emosional pasien (pasien marah atau depresi), maka komunikasi yang
efektif adalah memberikan materi edukasi dan menyarankan pasien
membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi,
pasien bisa menghubungi medical information.
F. FERIVIKASITahap Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga
menerima dan memahami edukasi yang diberikan:1. Apabila pasien pada
tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien baik
dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan
kembali edukasi yang telah diberikan.Pertanyaannya adalah: Dari
materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu
bisa pelajari ?. 2. Apabila pasien pada tahap cara memberikan
edukasi dan informasi, pasiennya mengalami hambatan fisik, maka
verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya dengan pertanyaan
yang sama: Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira
apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?. 3. Apabila pasien pada tahap cara
memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan emosional (marah
atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali
sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang
diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau
datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang. Dengan
diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi
yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien.
Dengan pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit, diharapkan
mempercepat proses penyembuhan pasien.