Page 1
PANDANGAN NAHDLATUL ULAMA DAN MUHAMADIYAH
TERHADAP GERAKAN ISIS (ISLAMIC STATE
OF IRAK AND SYRIA) DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
ELA LAZIM ARIFAH
NIM. 1112045200006
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M/1348 H
Page 2
PANDANGAN NAHDLATUL ULAMA DAN MUHAMADIYAH
TERHADAP GERAKAN ISIS (ISLAMIC STATE
OF IRAK AND SYRIA) DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
Ela Lazim Arifah
NIM. 1112045200006
Di bawah bimbingan:
Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, MA
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M/1348 H
Page 4
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 28 September 2016
Ela Lazim Arifah
Page 5
ABSTRAK
Ela Lazim Arifah. NIM 1112045200006. PANDANGAN NAHDLATUL
ULAMA DAN MUHAMMADIYAH TERHADAP KONSEP JIHAD ISIS
(ISLAMIC STATE OF IRAK AND SYRIA) DI INDONESIA. Program Studi
Hukum Tata Negara (Siyasah), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1347 H/2016 M.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pandangan Nahdlatul Ulama dan
Muhammadiyah terhadap konsep jihad ISIS (Islamic State of Irak and Syria) di
Indonesia. Hal ini karena ISIS merupakan gerakan teroris yang telah melalukan
banyak aksi radikal dengan mengatasnamakan jihad. Meskipun ISIS merupakan
gerakan teroris yang berpusat di Irak dan Suriah, akan tetapi pengaruh dan
dampak teologi yang diusungnya yakni tentang jihad telah masuk ke Indoensia
bahkan telah mempunyai banyak pengikut relawan jihad dari Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk merujuk
kepada data deskriptif yaitu penelitian yang menggunakan data dan informasi
yang berdasarkan pada fakta yang diperoleh. Objek penelitian ini adalah institusi
ormas Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah dan pandangan kedunya terhadap
gerakan jihad ISIS (Islamic State of Irak and Syria) di Indonesia. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
lapangan (field reseach) dengan mewawancara gerakan ISIS di Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pandangan Nahdlatul Ulama dan
Muhammadiyah terhadap gerakan ISIS di Indonesia keduanya berpandangan
sama bahwa organisasi teroris ISIS tidak dibenarkan berada di Indonesia karena
bertentangan dengan keadaan Indonesia yang damai, bertentangan dengan
Ideologi Negara yakni Pancasila.
Page 6
Kata kunci : Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Gerakan
ISIS (Islamic State of Irak and Syria) dan
Indoensia.
Pembimbing : Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, MA
Daftar Pustaka : 1986 sampai 2015
Page 7
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya serta memberikan segala
petunjuk dan kemudahan kepada Penulis. Sehingga atas karunia pertolongan-Nya
lah Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam
Penulis panjatkan kepada Nabi Muhammd SAW yang telah menyebarkan agama
Islam sebagai satu-satunya agama yang haq di muka bumi, kepada keluarga, para
sahabat, dan seluruh umat-Nya.
Dalam penulisan skripsi ini, sedikit banyaknya hambatan dan kesulitan
yang Penulis hadapi, akan tetapi syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan inayah-
Nya, kesungguhan, serta dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik
langsung maupun tidak langsung segala hambatan dapat diatasi, sehingga pada
akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dengan demikian, sudah
selayaknya dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Maskufa, MA, dan Sri Handayani, M.A. ketua dan sekretaris Program
Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Page 8
3. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, MA, Dosen Pembimbing yang dengan
sabar membimbing serta memberikan banyak masukan dan arahan kepada
Penulis.
4. Seluruh Dosen di lingkungan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Staf-staf di lingkungan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.
6. Orang tua Penulis, ibunda Ny. E. Rohayati dan ayahanda K. Sarpuddin al-
Anshory, kakak-kakak Penulis, Ahmad Irsyadul Farid, S.Pd, dan Ai Eli
Latifah, Lc. S.Ag, adik-adik Penulis, Cecep Purnama Alam, Euis Hayun
Toyyibah, Miftah Nurul Ma’arif, Ade Burhanuddin (Alm), Ni’ma Vikry el-
Haura, Den Habib Shohih Machmud dan Nabilah Diana Kholidah, yang tidak
pernah berhenti memberikan kasih sayang, dukungan, do’a, nasihat dan
semangatnya untuk kesuksesan Penulis.
7. Keluarga besar Mahasiswa Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah)
angkatan 2012.
8. Keluarga besar Mahasiswa Double Degree Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan
Hukum angkatan 2014.
9. Keluarga besar KKN Ceria 2015.
10. Teman-teman Mahasantri di Pondok Pesantren Dar El-Hikam, Pondok Ranji,
Ciputat Timur, Tangerang Selatan.
Page 9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah .................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 8
D. Tinjauan (Review) Kajian terdahulu ................................................... 9
E. Metode Penelitian ............................................................................... 12
F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 15
BAB II GERAKAN ANTI TERORISME DI INDONESIA ....................... 16
A. Hukum dan Kaidah Jihad Qitali ........................................................... 17
B. Program Deradikalisasi........................................................................ 27
BAB III JIHAD MENURUT ISIS (Islamic State of Irak and Syria) ......... 32
A. Sejarah Munculnya ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) ................. 32
B. ISIS (Islamic State of Irak and Syria) di Indonesia ............................ 36
C. Konsep Jihad ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) .......................... 41
Page 10
BAB IV PANDANGAN NAHDLATUL ULAMA DAN MUHAMMADIYAH
TERHADAP GERAKAN ISIS (Islamic State of Irak and Syria)
DI INDONESIA .............................................................................................. 48
A. Pandangan Nahdlatul Ulama Terhadap Gerakan ISIS
(Islamic State of Irak and Syria) di Indonesia ...................................... 48
B. Pandangan Muhammadiyah terhadap Gerakan ISIS
(Islamic State of Iraq and Syria) di Indonesia ..................................... 52
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 59
A. Kesimpulan ................................................................................... 59
B. Saran ............................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62
LAMPIRAN – LAMPIRAN ........................................................................... 67
Page 11
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan geopolitik global selama hampir lima tahun belakangan ini
diwarnai oleh dua isu besar yang satu sama lain tidak terpisahkan yakni isu jihad
dan terorisme.1 Dewasa ini agaknya tidak ada isu tentang Islam yang sesensitif
dan sering diperdebatkan selain jihad. Ia diperbincangkan dalam media massa dan
buku-buku akademisi, baik di Timur maupun di Barat. Ia juga merupakan salah
satu konsep Islam yang paling sering disalahpahami, khususnya oleh kalangan
para ahli dan pengamat Barat.2
Jihad merupakan bagian integral wacana Islam sejak masa awal Muslim
hingga kontemporer. Pembicaraan tentang jihad dan konsep-konsep yang
dikemukakan sedikit atau banyak mengalami pergeseran dan perubahan sesuai
dengan konteks dan lingkungan masing-masing pemikir. Demikian sentralnya
jihad dalam Islam, sehingga cukup beralasan jika kalangan Khawarij
menetapkannya sebagai rukun Islam keenam.3
Jihad di jalan Allah adalah puncak ibadah tertinggi di dalam agama
Islam, tujuan jihad adalah menyeru manusia untuk menyembah Allah. Jihad
adalah sarana untuk berdakwah kepada Allah dan sarana untuk menyebarkan
1 Aulia Rosa Nasution, Terorisme Sebagai Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Dalam
Persfektif Hukum Internasional & Hak Asasi Manusia, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 1.
2 Seyyed Hossein Nasr, Islam Tradisi di Tengah Kancah Dunia Modern, Penerjemah:
Luqman Hakim, (Bandung: Pustaka, 1994), h. 19.
3 Muhammad Chirzin, Jihad Dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,
1997), h. 1-2.
Page 12
2
agama dan syariat Allah. Jihad merupakan jalan untuk menentang kezaliman,
membebaskan belenggu dari leher kemanusiaan, dan akhirnya menghilangkan
segala rintangan yang menghalangi upayanya dalam meraih kemajuan.4 Karena
jihad berkaitan dengan menghilangkan ruh (nyawa) manusia dan perusakan harta
benda, agama Islam sangat memberikan perhatian dengan meletakkan beberapa
ketentuan-ketentuan. Jihad bisa menggagalkan tujuan jihad itu sendiri, sehingga
jihad berubah menjadi sarana menghalangi seseorang dari jalan Allah dan sarana
untuk menakuti manusia dari jalannya. Jihad selalu menjadi bahan pembicaraan
sejak masa-masa awal Islam hingga masa kontemporer. Banyak ulama dan
pemikir Muslim terlibat dalam pembicaraan tentang jihad baik dalam
pembicaraan tentang jihad yang kaitannya dengan doktrin fikih maupun dengan
konsep politik Islam.5
Mempolitisir agama atau gerakan Islam politik, hal itu berarti upaya
penggabungan antara agama dan politik. Agama sebagai risalah ketuhanan yang
mempunyai kebenaran absolut, sedang politik adalah hasil pemikiran manusia
yang mempunyai kebenaran relatif. Logika selanjutnya, apabila ada orang yang
berpendapat bahwa hasil pemikirannya mempunyai kebenaran sebagaimana
kebenaran agama, dan mereka yang menentang hasil pemikiran ini berarti telah
menentang agama adalah satu logika yang seratus persen bertentangan dengan
Islam itu sendiri. Selanjutnya, pada tataran yang lebih ekstrim, kebanyakan
gerakan Islam politik mengubah permasalahan benar-salah menjadi permasalahan
4 M. Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam, Penerjemah: Abdul Hayyie al-Kattani, (Jakarta:
Gema Insani, 2001), h.255.
5 Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalis Modernisme Hingga
Post Modernisme, (Jakarta: Paramadina, 1996), cet. 1, h. 176.
Page 13
3
halal-haram. Dengan begitu, siapapun yang bertentangan berarti telah keluar dari
koridor agama Islam, ini artinya penentang tersebut telah murtad dan dapat
dihakimi sebagai kafir. Bila demikian, maka darahnya halal.6 Hal ini yang kini
banyak dipraktekkan oleh gerakan-gerakan Islam politik seperti ISIS (Islamic
State of Irak and Syria).
ISIS (Islamic State of Irak and Syria) adalah sebuah kelompok dengan
cita-cita membuat sebuah negara yang berlandaskan syariat Islam. Kelompok ini
awalnya adalah binaan atau ciptaan al-Qaidah untuk wilayah Irak. Akan tetapi,
dengan terjadinya konflik di Suriah, ISIS pun terlibat. Dengan bantuan dana dari
sejumlah negara Teluk yang memang menghendaki runtuhnya rezim Basysyar al-
Asad di Suriah, kelompok ini semakin hari semakin besar dan kuat.7
Begitu memproklamirkan diri pada Juni 2014 lalu, ISIS (Islamic State of
Irak and Syria) atau ISIL atau NIIS (Negara Islam di Irak dan Suriah) langsung
menghebohkan dunia. Kehebohan ini terutama terkait dengan terorisme yang
dijalankannya dan teologi yang diusungnya. Golongan Syiah, Kristen, dan
Yazidiyah di Irak diburu dan dihabisi di mana pun mereka ditemukan. Dua
wartawan Amerika Serikat (AS) dan satu wartawan Inggris pun tak luput dari
pemenggalan kepala. Lembaga Hak Asasi Manusia (HAM) PBB mencatat, sudah
sekitar 3.000 warga sipil tak berdosa yang dieksekusi ISIS secara kejam. Tak
sampai di situ, rumah ibadah non Muslim dan kuburan suci kaum Muslim yang
sering diziarahi pun dihancurkan. Malah Khalifah Abu Bakar al-Baghdadi,
6 Ali Syu’aibi dan Gils Kibil, Meluruskan Radikalisme Islam, (Ciputat: Pustaka Azhary,
2004), h. 147.
7 Ahmad Yanuana Samantho, ISIS & Illuminati, (Jakarta: Ufuk Publishing House, 2015),
h. 30.
Page 14
4
pemimpin tertinggi ISIS, menyerukan penghancuran Ka’bah di Mekkah yang
dipandang sebagai sumber kemusyrikan.8
ISIS (Islamic State of Irak and Syria) merupakan gerakan Islam
pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi di Irak. Kelompok ISIS awalnya dibentuk
dengan tujuan memerangi pasukan pemerintah di Suriah dan membangun
kekuatan militer di Irak. Kuat dugaan ISIS merupakan gerakan al-Qaidah di Irak
yang kemudian menjadi ISIS. ISIS adalah gerakan Islam yang paling fenomenal
akhir-akhir ini. Keberhasilan ISIS dalam merebut sejumlah kota di Irak yang
disusul dengan deklarasi Khilafah Islamiyah telah mengundang perhatian
internasional, termasuk Indonesia.9
Dideklarasikannya ISIS (Islamic State of Irak and Syria) oleh
sekelompok orang dan mengklaim secara sepihak sebagai kekhalifahan Islam
secara global segera mendapatkan reaksi dari berbagai pihak, ada yang menolak
dan ada pula yang mendukungnya, ada yang menganggapnya sebagai ancaman
dan ada pula yang menganggapnya sebagai harapan. Pihak yang menolak dan
menganggapnya sebagai ancaman berasal dari sebagian besar umat Islam,
termasuk para ulama dan pemimpin dunia Islam. Pihak yang mendukung dan
menganggapnya sebagai harapan berasal dari segelintir orang yang sejak awal
8 Muhammad Haidar Assad, ISIS Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini,
(Jakarta: Zahira, 2014), h. 9.
9Khamami Zada, Disampaikan sebagai makalah dalam acara Studium General dengan
tema “Menangkal Radikalisme Baru di Kampus Perspektif Hukum, Politik dan Keagamaan”, Pada
tanggal 1 Oktober 2014.
Page 15
5
telah mempunyai cita-cita untuk mendirikan kekhalifahan Islam secara global
walaupun dengan menggunakan pendekatan kekerasan.10
Pihak yang menolak kemunculan ISIS beserta klaimnya sebagai
kekhalifahan Islam global berasal dari hampir semua komponen umat Islam.
Bahkan kelompok umat Islam yang selama ini dikenal sebagai pihak yang gigih
mewacanakan pentingnya khilafah Islamiyah juga masuk dalam barisan pihak
yang menolak pendeklarasian ISIS tersebut. Alasan yang paling menonjol dan
disepakati oleh hampir semua kelompok Islam adalah terkait dengan cara yang
dipergunakan oleh kelompok ISIS yang jauh dari ajaran Islam. Cara yang dipakai
lebih tepat disebut sebagai teror yang mengedepankan kekerasan, kebiadaban dan
ketidak-toleranan.
Gerakan Islam, Islamic State of Irak and Syria (ISIS) kini telah masuk ke
tanah air. Hal ini tampak dari atribut dan bendera ISIS yang marak di Surakarta,
Karanganyar, Sukoharjo, dan daerah-daerah lainnya. Fenomena ini menjadi
kekhawatiran bagi Pemerintah Indonesia. Pemerintah pun mengambil kebijakan
bahwa paham ISIS dilarang di Indonesia karena bertentangan dengan Pancasila
dan Pemerintah segera mengambil langkah-langkah startegis untuk melakukan
pencegahan perkembangan paham ISIS di Indonesia. Selain itu, bukan hanya
pemerintah bahkan mayoritas kelompok Islam dan para ulama di Indonesia
menetang dengan tegas paham yang diajarkan oleh ISIS yang biadab, radikal,
keras tidak berperikemanusiaan. Di antara beberapa kelompok atau ormas Islam
10
KH. Ma’ruf Amin, Disampaikan sebagai makalah dalam acara “Seminar Nasional
Fenomena ISIS bagi NKRI dan Islam Rahmatan Lil’alamin”, yang diselenggarakan oleh
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI di Jakarta pada tanggal
9 Agustus 2014.
Page 16
6
yang menentang paham ISIS adalah Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah yang
merupakan kelompok Islam dengan jumlah pengikutnya paling banyak di
Indonesia.11
Menurut Azyumardi Azra, cendekiawan Muslim, konsep jihad untuk
mendirikan negara Islam dengan kekerasan seperti yang dipratekkan ISIS
merupakan konsep yang salah kaprah dan keliru. Menurutnya, ini terlihat dari
misi ISIS yang menargetkan tempat suci yang dianggap menodai kemurnian
tauhid. Bahkan, Ka’bah mau dihancurkan karena dinilai sebagai pemujaan.
Menurut Azra, pandangan Islam model ini sudah jauh melenceng dari ajaran
Islam, konsep jihad tidak seperti itu. Azyumardi Azra mengemukakan pentingnya
peran Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah dalam memberi pemahaman yang
benar tentang kesimpangsiuran pemaknaan konsep negara Islam dan jihad ini.12
Pernyataan ISIS yang sangat ekstrem adalah menyamakan Pancasila dengan
thagut (berhala), kelompok ini menyatakan akan memerangi konsep pancasila.
Pandangan ini menurut Menteri Agama RI Lukman Hakim Syaifuddin,
bertentangan dengan ideologi Pancasila dan sudah amat kelewat batas. Karena itu,
tidak ada ruang bagi ISIS untuk tumbuh dan menebarkan eksistensinya di
Indonesia. ISIS sepenuhnya bertentangan dengan konsep dasar negara ini.
Selain alasan itu, para ulama dan pemimpin Islam juga banyak yang tidak
setuju dengan cita-cita pendirian kekhalifahan Islam secara global. Karena
11
Khamami Zada, Disampaikan sebagai makalah dalam acara Studium General dengan
tema “Menangkal Radikalisme Baru di Kampus Perspektif Hukum, Politik dan Keagamaan”, Pada
tanggal 1 Oktober 2014.
12
Muhammad Haidar Assad, ISIS Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini, h.
130-131.
Page 17
7
menurut mereka cita-cita tersebut saat ini tidaklah realistis dan juga tidak ada
justifikasinya dalam ajaran Islam. Saat ini umat Islam berada di setiap negara
yang berbeda, yang masing-masing negara mempunyai sejarah dan kebijakannya
sendiri terkait umat Islam. Bahkan banyak dari para ulama dan pemimpin Islam
yang secara sadar melakukan ijtihad untuk memperkuat negaranya masing-
masing, seperti umat Islam di Indonesia.
Atas dasar latar belakang masalah ini, maka penulis bermaksud meneliti
yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Pandangan Nahdlatul
Ulama dan Muhammadiyah Terhadap Gerakan ISIS (Islamic State of Irak and
Syria) Di Indonesia”. Dengan harapan, hasil penelitian ini akan memberikan
pemahaman yang lebih luas kepada masyarakat pada umumya dan akademisi pada
khususnya tentang konsep jihad yang dipraktekkan oleh kelompok militansi ISIS
yang menghebohkan dunia internasional, apakah sesuai dengan ajaran jihad yang
diajarkan dalam Islam ataukah tidak.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Untuk membatasi permasalahan pembahasan skripsi ini, agar
pembahasan tidak meluas, penulis membatasinya pada pandangan Nahdlatul
Ulama dan pandangan Muhammadiyah di tingkat pusat terhadap gerakan yang
dilakukan oleh kelompok ISIS (Islamic State of Irak and Syria) yang ada di
Indonesia. Masalah pokok dalam pembahasan ini adalah bagaimana pandangan
Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah terhadap ISIS (Islamic State of Irak and
Syria) di Indonesia.
Page 18
8
Atas dasar latar belakang masalah tersebut di atas, dapat diidentifikasikan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Gerakan ISIS (Islamic State of Irak and Syria)?
2. Bagaimana Pandangan Nahdlatul Ulama terhadap gerakan ISIS
(Islamic State of Irak and Syria) di Indonesia?
3. Bagaimana Pandangan Muhammadiyah terhadap gerakan ISIS (Islamic
State of Irak and Syria) di Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Adapaun tujuan dari penulisan skripsi ini sebagai berikut:
1. Untuk memahami dan mempelajari gerakan ISIS (Islamic State of
Irak and Syria).
2. Untuk memaparkan secara komprehensif tentang Pandangan
Nahdlatul Ulama terhadap gerakan ISIS (Islamic State of Irak and
Syria) di Indonesia.
3. Untuk memaparkan secara komprehensif tentang Pandangan
Muhammadiyah terhadap gerakan ISIS (Islamic State of Irak and
Syria) di Indonesia.
b. Manfaat Penelitian
Page 19
9
Penelitian tidak terlepas dari aspek kegunaan yang akan diperoleh untuk
pihak-pihak yang berkepentingan dengan keberadaan dan substansi materi
pandangan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah terhadap gerakan ISIS
(Islamic State of Irak and Syria) di Indonesia, yaitu:
1. Dengan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi umat
Islam pada khusunya dan seluruh masyarakat pada umumnya untuk
mengetahui tentang bagaimana gerakan ISIS (Islamic State of Irak
and Syria).
2. Dengan penelitian ini, diharapkan bisa menambah pengetahuan dan
bahan referensi bagi kalangan akademisi maupun aktifis tentang
bagaimana Pandangan Nahdlatul Ulama terhadap gerakan ISIS
(Islamic State of Irak and Syria) di Indonesia.
3. Dengan penelitian ini, diharapkan bisa menambah pengetahuan dan
bahan referensi bagi kalangan akademisi maupun aktifis tentang
bagaimana Pandangan Muhammadiyah terhadap gerakan ISIS
(Islamic State of Irak and Syria) di Indonesia.
D. Tinjauan (Review) Kajian terdahulu
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti melakukan proses pembelajaran
serta pemahaman terhadap buku-buku dan skripsi sebelumnya yang memiliki
keterkaitan dengan judul skripsi ini, hal ini agar memberikan hasil yang lebih baik
pada hasil penelitian.
Page 20
10
Di antara beberapa buku dan skripsi sebagai bahan tinjauan pustaka
penulis:
1. Buku “ISIS The Inside Story” yang ditulis oleh Michael Weiss dan Hassan
Hassan diterbitkan di Jakarta oleh Penerbit Prenadamedia Group pada Mei
2015. Dalam buku ini menjelaskan tentang ISIS (Islamic State of Irak and
Syria) secara lengkap dan terperinci mulai dari profil pendiri ISIS sampai
profil anggota ISIS, sejarah munculnya ISIS, serta teologi dan ajaran ISIS.
Perbedaan yang signifikan antara buku ini dengan skripsi yang penulis
bahas bahwa dalam penulisan skripsi ini hanya membahas dan meneliti
salah satu bagian dari teologi dan ajaran ISIS yakni jihad, yang lebih
spesifik meneliti tentang praktek jihad ISIS di Indonesia.
2. Skripsi yang ditulis oleh saudara M. Alfian Aulia S mahasiswa Fakultas
Ushuludin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan
judul “ISIS: Strategi Amerika Serikat Melawan Iran di Suriah”. Dalam
penulisan skripsi ini dilatar belakangi oleh permasalahan kemunculan ISIS
di Suriah yang pada awalnya ISIS muncul sebagai sebuah kelompok yang
bertujuan untuk melengserkan Basysyar al-Asad dari tampuk
kepemimpinannya. Selain itu, kelompok ISIS juga bertujuan untuk
menghilangkan pengaruh Iran di Suriah. Skripsi ini juga memaparkan
kebenaran apakah kelompok ISIS merupakan kelompok yang berdiri
sendiri dengan isu khilafah atau ISIS merupakan strategi Amerika Serikat
di Suriah. Penulisan skripsi ini dengan skripsi yang akan peneliti bahas
memiliki perbedaan sangat banyak dan signifikan karena yang akan
Page 21
11
peneliti bahas lebih spesifik kepada konsep jihad ISIS dalam pandangan
Nahdlatul Ulama dan Muhamadiyah sementara skripsi ini membahas ISIS
dari sisi yang masih sangat global. Namun, antara skripsi ini dengan
skripsi yang peneliti bahas memiliki persamaan yakni sama-sama
membahas dan meneliti tentang ISIS (Islamic State of Irak and Syria)
sebagai salah satu organisasi paling mengerikan dan biadab yang muncul
pada abad ini.
E. Metode Penelitian
Dalam penyelesaian karya ilmiah ini, penulis akan menjelaskan metode
penelitian sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan
analisa dan kotruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan
konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu,
sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangakn konsisten berarti tidak
adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.13
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yakni penelitian
yang harus dicari di lapangan, pada kejadian, fakta-fakta, orang-orang yang
terlibat atau mengalami.14
13
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 1986, Cet III), h. 42.
14
Nusa Putra, Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, (Jakarta: PT Indeks, 2012, Cet.
II), h. 5.
Page 22
12
Dalam penelitian kualitatif mempunyai banyak jenis yaitu studi kasus,
penelitian tindakan, kajian pustaka dan lainnya.15
Sementara penelitian yang
dilakukan oleh Penulis menggunakan jenis kajian pustaka yang lebih diperkuat
dengan studi lapangan agar sesuai dengan tujuan dan fokus penelitian yakni
memahami secara komprehensif pandangan Nahdlatul Ulama dan
Muhammadiyah terhadap pelaksanaan praktek jihad ISIS (Islamic State of Irak
and Syria) khususnya di Indonesia.
2. Sumber Data
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik
melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak
resmi yang kemudian diolah oleh peneliti.16
Adapun data primer yang
digunakan oleh peneliti dalam menyusun skripsi ini adalah hasil wawancara
tentang gerakan ISIS (Islamic State of Irak and Syria) di Indonesia.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi,
buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian
dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi dan peraturan perundang-
undangan. Adapun dalam penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan data
sekunder dari buku-buku yang membahas tentang ISIS (Islamic State of Irak
and Syria), artikel dan jurnal yang membahas tentang ISIS (Islamic State of
Irak and Syria), skripsi, tesis dan bahkan disertasi yang judulnya berkaitan
dengan tema skripsi yang sedang dibahas oleh penulis.
15
Nusa Putra, Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, h. 18. 16
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 106.
Page 23
13
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Yaitu salah satu cara mendapatkan data dengan bertanya dalam bentuk
komunikasi verbal atau wawancara guna mendapat informasi dari responden
dalam hal ini adalah pihak pengurus lembaga yang diperlukan informasinya
dalam mendukung penulisan skripsi ini.
b. Dokumentasi
Yaitu data yang berupa arsip, data tertulis seperti buku, jurnal, artikel dan
majalah yang dimiliki oleh lembaga tersebut yang berkaitan dengan objek
penelitian yang di teliti oleh peneliti.
4. Teknik Analisis Data
Pengertian analisis data adalah menata, menyusun dan memberi makna
pada kumpulan data.17
Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan
skripsi ini adalah teknik analisis deskriptif yang digunakan untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan data tanpa bermaksud menganalisis
atau membuat kesimpulan, tapi hanya menjelaskan kelompok data itu saja.
Analisis deskriftif bertujuan memberikan gambaran dan pemaparan atas hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
5. Teknik Penulisan
17
Boy S. Sabarguna, Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif, (Jakarta: UI-PRESS,
2008), h. 31.
Page 24
14
Untuk teknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2012” yang diterbitkan oleh Pusat Peningkatan
dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dalam lima bab pembahasan yang terdiri dari sub-sub
bab dengan perincian sebagai berikut:
Bab I, merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
kajian terdahulu, metodologi penelitian dan teknik penulisan, dan sistematika
penulisan.
Bab II, pembahasan mengenai tinjauan umum tentang gerakan-gerakan
anti terorisme di Indonesia, menjelaskan pengertian, hukum dan kaidah jihad
qitali, serta menjelaskan tentang program deradikalisasi.
Bab III menjelaskan tentang sejarah kemunculan ISIS (Isamic State of
Irak and Syria), pertumbuhan dan perkembangan ISIS (Islamic State of Irak and
Syria), ISIS (Islamic State of Irak and Syria) di Indonesia dan konsep jihad
menurut pandangan ISIS (Islamic State of Irak and Syria).
Bab IV membahas masalah utama dan yang menjadi fokus penelitian
yakni tentang pandangan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah terhadap gerakan
ISIS (Islamic State of Irak and Syria) dan menjelaskan tentang perbandingan
Page 25
15
pandangan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah dalam menanggapi gerakan
ISIS (Islamic State of Irak and Syria) di Indonesia.
Bab V adalah penutup atau akhir dari pembahasan penelitian yang
meliputi kesimpulan dan saran terhadap pemerintah dan masyarakat.
Page 26
16
BAB II
GERAKAN ANTI TERORISME DI INDONESIA
Ratusan pelaku terorisme telah ditangkap, jaringannya diungkap, serta
motif aksinya diidentifikasi oleh negara dan pemerintah. Meski demikian,
perkembangan terorisme dengan organisasi dan jaringan global yang dimilikinya
tetap jadi ancaman. Meski beberapa negara telah melakukan perlawanan terhadap
terorisme, tidak ada satu negara pun yang menjamin negaranya dapat bebas dari
serangan terorisme.1
Indonesia merupakan negara yang cukup berhasil dalam memadukan
pendekatan keras dan lunak dalam penanggulangan terorisme. Keberhasilan
Indonesia dalam upaya menanggulangi terorisme telah banyak dilirik oleh
berbagai negara. Dalam forum internasional, Indonesia banyak diundang untuk
mempresentasikan grand design penanggulangan terorisme. Apa yang
membedakan upaya yang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia tersebut
adalah kebijakan deradikalisasi yang menyentuh pada akar persoalan terorisme di
Indonesia.2
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) didirikan untuk melindungi
masyarakat dari berbagai hal yang mengancam kemanusiaan. Perlindungan negara
adalah hak warga negara, dan negara wajib memenuhinya. Negara tidak boleh
1 Suhardi Alius, “Sinergi Penanggulangan terorisme,” Kompas, 3 Agustus 2016, h. 6.
2 Agus SB, Deradikalisasi Nusantara, (Jakarta: DaulatPress, 2016), h. 8.
Page 27
17
minimalis. Dengan berbagai perangkatnya, negara harus semakin antisipatif.
Kehadiran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI merupakan
langkah tepat negara untuk melindungi warganya dari ancaman terorisme. Karena
ancaman terorisme adalah fakta bukan gosip atau fitnah, bahkan bukan pula
rekayasa pengalihan isu.3
Oleh karena itu, agar lebih jelas dan terperinci, permasalahan gerakan anti
terorisme di Indonesia yang sudah banyak disalah artikan dengan jihad, maka
dalam bagian ini akan dijelaskan tentang bagaimana hukum dan kaidah jihad
qitali serta program deredikalisasi yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama (NU)
dan Muhammadiyah.
A. Hukum dan Kaidah Jihad Qitali
a. Pengertian Jihad
Secara definisi, jihad berarti melakukan yang terbaik untuk menegakkan
hukum Allah, membangun dan menyebarkannya. Dari sudut pandang syariah
jihad berarti melawan mereka yang tidak beriman dan tidak Islam. Jihad ini
terkenal dengan jihad fi sabilillah (berjuang di jalan Allah).4
Kata Al-Jihad menurut bahasa berarti: badzlu al-juhdi (mengerahkan
kesungguhan), badzlu aqsha ath-thaqqah (mengerahkan kekuatan secara
maksimal). Menurut terminologinya, kata al-Jihad mempunyai makna: badzlu an-
nafsi wal mali fi nushrati dinillah wa munahadhatu a’d’allahi ‘azza wa jalla,
3 Ikhwanul Kiram Mashuri, ISIS Jihad atau Petualangan, (Jakarta: Republika Penerbit,
2014), h. xiv-xv.
4 Muhammad Haniff Hassan, Meluruskan Jihad Sesat Imam Samudra & Kelompok Islam
Radikal: Teroris Membajak Islam, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2007), h. 11.
Page 28
18
artinya, mengorbankan jiwa dan harta dalam rangka membela agama Allah dan
melawan musuh-musuh-Nya.5 Dalam Shahih Muslim disebutkan:
مم تك
سن
ملمم وأ
فسك
مهمم وأ
ىالك مم
ن بأ سكيم
مش
م جاهدوا ال
Artinya: “Berjihadlah kamu sekalian terhadap orang-orang musyrik dengan harta,
lisan dan jiwa kalian.”6
Arti kata jihad dan mujahadah banyak disebut dalam al-Qur’an pada
sejumlah tempat, diantaranya:
ين عال
مني عن ال
غ
ه ل
سه إن الل جاهد لنفم ما إه
ومنم جاهد ف
Artinya: “Dan barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu
adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.7 (Al-Ankabut: 6).
Pengertian ayat ini memerintahkan kepada setiap mukmin untuk selalu
berusaha dengan keras dalam menjalankan jihad pribadi, hal ini diupayakan untuk
menggapai kesempurnaan dan realisasi kebaikan bagi dirinya di dunia maupun di
akhirat nanti. Jihad dapat dilakukan dengan aplikasi teknis dari mujahadah, yaitu
sebuah upaya yang dilakukan untuk selalu berbuat baik dan berusaha keras jauh
5 Abdullah Azzam, Tarbiyah Jihadiyah, (Solo: Jazera, 2013), h. 175.
6 Abdullah Azzam, Tarbiyah Jihadiyah, h. 175.
7 Ali Syu’aibi dan Gils Kibil, Meluruskan Radikalisme Islam, (Ciputat: Pustaka Azhary,
2004), h. 266.
Page 29
19
dari kejahatan. Allah menegaskan: “Dan barangsiapa yang berjihad, maka
sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri.”.8
Menurut Mazhab Hanafi dalam “Fathul Qadir” oleh Ibnul Hammam, jihad
ialah mengundang orang kafir kepada agama Allah dan memerangi mereka jika
mereka menolak undangan tersebut.9 Menurut Mazhab Maliki, jihad ialah
memerangi orang kafir yang tidak terikat perjanjian demi meninggikan
kalimatullah atau menghadirkan-Nya, menaklukkan negerinya demi
memenangkan agama-Nya.
Adapun menurut Mazhab Syafi’i, al-Bajuri berkata jihad artinya berperang
di jalan Allah. Ibnu Hajar mengatakan bahwa menurut syariat jihad adalah
berjuang dengan sekuat-kuatnya untuk memerangi kaum kafir. Menurut Mazhab
Hambali, jihad adalah memerangi kaum kafir atau menegakkan kalimat Allah.
Abdul Karim Zaidan menguraikan arti jihad yaitu: “Jihad dalam bahasa berarti
pengerahan dan kesungguhan dari seseorang. Menurut syara’ ialah pengerahan
tenaga dari seorang Muslim dalam mempertahankan dan menyebarkan Islam
karena menuntut keridoan Allah.10
Taufiq Ali Wahbah mengajukan pengertian jihad itu adalah sebagai
berikut: “Jihad adalah pengerahan segala kemampuan dan potensi dalam
memerangi musuh. Jihad diwajibkan atas kaum Muslimin demi membela agama
8 Ali Syu’aibi dan Gils Kibil, Meluruskan Radikalismen Islam, h. 266.
9 Abdullah Azzam, Perang Jihad Di Zaman Modern, h. 11.
10
Abdul Qodir Djaelani, Jihad Fi Sabilillah dan Tantangan-tantangannya, (Jakarta: CV.
Pedoman Ilmu Jaya, 1995), h. 4.
Page 30
20
Allah. Jihad baru dilakukan setelah timbulnya gangguan-gangguan yang
dilakukan musuh terhadap kaum Muslimin.11
Hasan al-Banna, seperti dikutip Yusuf al-Qaradawi menyebutkan jihad
adalah suatu kewajiban Muslim yang berkelanjutan hingga akhir kiamat, tingkat
terendahnya berupa penolakan hati atas keburukan atau kemungkaran dan
tertinggi berupa perang di jalan Allah.12
Jihad adalah tugas wajib yang mengikat setiap leher muslim sejak qalam
(pena) berjalan mencatat amal perbuatannya, sampai dia bertemu dengan Allah
atau sampai qalam tersebut diangkat karena dia gila atau pingsan atau karena
sebab yang lain. Tanpa alasan itu, maka tugas jihad akan tetap terus berlaku. Tak
ada jalan lolos baginya. Jika seseorang meninggalkan kewajiban jihad, yang lebih
didahulukan dari pada shalat, seperti masa-masa sekarang ini, maka boleh jadi dia
menjadi orang fasiq atau pendurhaka. Kewajiban jihad lebih didahulukan atas
shalat dan puasa, seperti kata Ibn Taimiyah:13
“Tiada sesuatu yang lebih wajib
hukumnya setelah iman kepada Allah daripada menolak musuh yang menyerang
kehormatan dan agama.” Artinya, jihad itu didahulukan atas shalat, puasa, zakat,
haji, dan kewajiban yang lainnya. Jika berbenturan anatara kewajiban jihad
dengan haji, maka kewajiban haji ditangguhkan dan kewajiban jihad di
dahulukan.
11
Abdul Qodir djaelani, Jihad Fi Sabilillah dan Tantangan-tantangannya, h. 3.
12
Yusuf Qaradawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Banna, terjemah Bustami
A. Gani dan zainal Abidin Ahmad, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 74.
13
Abdullah Azzam, Tarbiyah Jihadiyah, (Solo: Jazera, 2013), h. 159.
Page 31
21
Kata jihad seringkali dirangkaikan dengan lafad fi sabilillah (di jalan
Allah). Selain dirangkai dengan kata jihad, lafad sabilillah juga dirangkaikan
dengan qital. Ketika al-Qur’an di suatu tempat menyebut jihad fi sabilillah dan di
tempat lain menyebutkan qital fi sabilillah maka kedua lafad tersebut tidaklah
sama maksudnya. Lafad jihad adalah lebih luas daripada istilah qital yang tersebut
dalam beberapa ayat al-Qur’an, sementara qital merupakan bagian dari jhad.14
b. Jihad Qitali Dalam Islam
Di dalam al-Qur’an dan hadis banyak disebutkan kata-kata yang
bersemantik dengan jihad dan qital/harb. Satu dengan lainnya mempunyai arti
yang sangat terkait, tetapi cara dan pelaksanaannya bisa berbeda-beda.15
Dalam
hal ini kata jihad merupakan padanan lafad qital yang artinya perang.16
Hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah adalah terbukanya lembaran
baru dalam sejarah dakwah Islam, masa dimana kepemimpinan Islam didasarkan
kepada tuntunan al-Qur’an dan ketaatan umat pada Rasul, dan ini sungguh
berbeda dengan apa yang terjadi pada masa kepemimpinan Nabi di Makkah.
Perubahan lingkungan mempengaruhi sarana yang digunakan untuk berdakwah.
Setelah jihad di Makkah dilakukan dengan jihad nafsu, maka jihad di Madinah
dilaksanakan dengan jihad qital atau perang, sebab kekuatan antara dua kubu,
14
Muhammad Chirzin, Jihad Dalam al-Qur’an: Telaah Normatif, Historis, dan
Prospektif, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1997), h. 14-18.
15
Mawardi Labay el-Sulthani, Umat Islam Siap Perang, (Jakarta: Al-Mawardi Prima,
2002), h. 43.
16
Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqih Rekonsiliasi dan Reformasi Menurut Hasan Al-Bana:
Rukun Jihad Kajian Tuntas Tentang Konsep Mempertahankan Eksistensi Umat, Penerjemah:
Khozin Abu Faqih & Fachruddin, (Jakarta: Al-i’tishom Cahaya Umat, 2001), h. 41.
Page 32
22
yaitu kubu iman dan kubu kafir menjadi semakin jelas ketika kepemimpinan Nabi
pindah ke Madinah.17
Pergeseran dari jihad dengan kesabaran, hijrah serta berbagai kompensasi
yang diberikan menuju kepada jihad qital dengan segala aspeknya merupakan
sebuah paradigma yang menuntut sarana baru dalam melaksanakan upaya
pembelaan terhadap ajaran lama, dengan tetap terpeliharanya sebuah akidah
sehingga al-Qur’an tidak menetapkan qital sebagai dasar dalam upaya pembelaan
tersebut, tetapi memilih jihad sebagai gantinya. Sebab qital tidak lain hanya
sebagai wasilah, sarana atau cara untuk melakukan pembelaan tersebut yaitu
ketika qital diperlukan, bahkan menjadi wajib hukumnya ketika keadaan
memaksa.
Ini merupakan poin yang sangat penting, sebab al-Qur’an sangat
menghargai nyawa, serta sangat menghargai hak individu didalamnya, dimana
hak individu tersebut tidak akan dicabut kecuali atas adanya alasan tertentu yang
sangat jelas batasannya, sehingga Allah berfirman di dalam Surat al-Maidah ayat
32 yang artinya: “Barangsiapa membunuh seorang manusia, bukan karena orang
itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi,
maka seakan-akan ia telah membunuh manusia seluruhnya. (Qs. Al-Maidah: 32).
Ini meyakinkan kita bahwa Islam pada dasarnya bukanlah pedang, ia adalah
kalimat yang dibawa oleh wahyu untuk dibaca oleh kaum manusia, hanya saja
ketika keimanan terlah diserang dan kaum Muslimin dipojokkan, sehingga pilihan
17
Gamal al-Banna, Al-Jihaad, Penerjemah: Tim MataAir Publishing, (Jakarta: MataAir
Publishing, 2006), h. 67.
Page 33
23
qital tidak lagi bisa dihindarkan, maka qital dilakukan untuk melindungi keimanan
dan al-Qur’an telah menjelaskan hal itu.
c. Hukum dan Kaidah Jihad Qitali
Jihad dalam proses pensyariatannya melalui empat fase berikut:
a. Diharamkan ketika masih di Mekkah, sebagaimana dijelaskan dalam surat
An-Nisa ayat 77:
ة
ل قيمىا الص
مم وأ
ك د م ىا أ ف
همم ك
رن قيل ل
ى ال
س إل
مم ت
ل أ
Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang yang dikatakan
kepada mereka, “Tahanlah tanganmu (dari berperang), dan dirikanlah
shalat….” (An-Nisa: 77)
b. Diizinkan ketika Nabi Saw dan para sahabat berhijrah, Firman Allah
dalam surat Al-Hajj ayat 39:
لمىا همم ظ ن
ىن بأ
لات
ق رن
ذن لل
أ دس
ق
سهمم ل صم
ى ه
ه عل
وإن الل
Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi,
karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah,
benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.” (Al-Hajj: 39).
c. Diwajibkan, ketika musuh terlebih dahulu memerangi mereka. Firman
Allah surat Al-Baqarah ayat 190:
تدن عم محب ال
ه ل
تدوا إن الل عم
ت
مم ول
ك
ىه
اتل
ق رن
ه ال
ىا في سبيل الل
اتل
وق
Page 34
24
Artinya: “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi
kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Al-Baqarah:
190).
d. Diperintahkan, untuk memerangi kaum musyrikin secara keseluruhan di
permukaan bumi.
Seorang Muslim tentu tidak ragu lagi, jihad di jalan Allah merupakan salah
satu syi’ar agama yang besar. Jihad juga merupakan salah satu bentuk ibadah
yang harus dipelihara umat, baik tabiat maupun kemuliaannya.18
Jihad merupakan
upaya menyingkirkan penghalang-penghalang dakwah (baik yang bersifat materi
maupun immateri) dari pihak-pihak penguasa tiran (thagut) dan sistem yang
ditegakkannya, sehingga umat manusia bisa menikmati kemerdekaannya, yakni
kemerdekaan dalam menundukkan diri kepada Allah, Rab semesta alam serta
mengikuti manhaj Rasulullah Muhammad Saw.
Al-Qur’an dan hadis Rasul mengungkapkan syariat jihad beserta
keutamaannya, sasaran-sasarannya dan tujuannya. Al-Qur’an dan hadis
menempatkan jihad sebagai suatu perkara yang tinggi, bahkan lebih tinggi lagi.19
Jihad mempunyai ketentuan hukum yang pasti dan sasaran yang jelas, sebab
syariat jihad itu datang dari Dzat yang Maha Mengetahui. Oleh karena itu, selama
18
Ali bin Nafayyi’ Al-Alyani, Tujuan dan Sasaran Jihad, (Jakarta: Gema Insani Press,
1993), h. 9.
19
Ali bin Nafayyi’ Al-Alyani, Tujuan dan Sasaran Jihad, h. 9.
Page 35
25
yang memerintah adalah Yang Maha Bijaksana, tentu hikmah dan
kemaslahatannya ada dan benar, serta tak bisa dipungkiri lagi.
Jihad memiliki kaidah-kaidah dan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Di
antara kaidah-kaidah dan syarat-syarat yang paling penting yaitu:
a. Jihad harus dibangun di atas dua syarat yang ia merupakan dasar/inti dari
setiap amal shalih yang diterima, yaitu ikhlas dan mutaba’ah.20
Allah tidak
menerima jihadnya seseorang yang berjihad kecuali jika dia mengikhlaskan
niat hanya karena Allah Ta’ala, dan mengharap keridhaan Allah Swt. Jika
dalam jihadnya dia mengharap untuk kemaslahatan dirinya, atau menginginkan
kekuasaan, atau semisalnya, maka jihad ini tidak diterima oleh Allah.
b. Jihad harus sesuai dengan maksud dan tujuan disyariatkannya jihad itu sendiri,
yaitu seorang Muslim berjihad agar Islam ini tegak dan agar kalimat Allah
menjadi yang paling tinggi. Ini seperti dalam hadis bahwasannya ditanyakan
kepada Nabi Saw:
ا زسىل هللا السجل قاتل شجاعت ويقاتل حميت ويقاتل زياء فأي ذلك في سبيل هللا؟ فقال: من
قاتل لتكىن كلمت هللا هي العليا فهى في سبيل هللا
“Wahai Rasulullah, seseorang berperang (karena ingin dikatakan) berani,
seorang (lagi) berperang (karena ingin dikatakan) gagah, seorang (lagi)
berperang karena riya’ (ingin dilihat orang), maka yang mana yang
termasuk jihad di jalan Allah?”. Kemudian Rasulullah berkata: “Barang
20
Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Jihad dalam Syariat Islam dan Penerapannya di Masa
Kini, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2015), h. 114.
Page 36
26
siapa yang berperang dengan tujuan untuk menjadikan kalimat Allah yang
paling tinggi, maka ia berada di jalan Allah.”21
c. Jihad harus didasari dengan ilmu dan pemahaman tentang agama, karena jihad
ini termasuk ibadah yang paling agung dan ketaatan yang paling mulia seperti
yang telah disebutkan.22
Suatu ibadah, tidak dianggap benar jika tidak didasari
dengan ilmu dan pemahaman tentang agama, karena itulah seorang ulama salaf
berkata: “Barangsiapa yang menyembah Allah tanpa ilmu maka apa yang dia
rusakkan lebih banyak daripada apa yang dia perbaiki. Maka dari itu, wajib
bagi orang yang berjihad untuk mengetahui ilmu tentang hakikat dan tujuan
dari jihad, macam-macamnya dan tingkatan-tingkatannya, serta wajib juga dia
mengetahui tentang keadaan di mana dia berjihad padanya.
d. Hendaknya jihad di tunaikan atau dilaksanakan dengan kasih saying dan juga
kelembutan kepada makhluk. Karena jihad di dalam Islam tidak disyariatkan
untuk kekerasan kepada manusia atau mengganggu orang lain. Harus
dipahami, bahwa jihad dengan lemah lembut adalah jihad di jalan Allah.
e. Jihad harus dilaksanakan dengan keadilan dan menjauhi permusuhan.
Dalam Al-Qur’an, Allah mengizinkan kaum Muslim untuk bertempur
(qatala) atau melancarkan perang (harb) sebagai tindakan petahanan atau respon
terhadap penganiayaan dan serangan yang dilakukan kaum kafir. Peperangan
dimaksudkan sebagai suatu cara untuk menghentikan pertentangan serta
21
Shahih Bukhari no. 7458 dan Shahih Muslim no. 1904.
22
Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Jihad dalam Syariat Islam dan Penerapannya di Masa
Kini, h. 116.
Page 37
27
melindungi tatanan moral yang terancam dengan adanya hasutan dari kaum kafir.
Tapi perjuangan suci ini juga mengenal batas-batas yang ditetapkan Allah dan
Rasul-Nya. Kaum Muslim dilarang melampaui batasan tersebut antara lain dengan
pelarangan menyatakan perang lebih dahulu, larangan melakukan perusakan,
menghindari penghancuran harta milik orang sipil, membunuh orang yang tidak
terlibat dalam perang, atau membunuh musuh yang telah menyatakan memeluk
Islam di medan perang. Dalam situasi seperti ini, dan dalam batas-batas ini,
perang diatur. Ia menjadi sebuah kewajiban suci bagi umat Islam, meski mereka
tak menyukainya. Pernyataan perang (qital) hanya menyisakan sedikit ruang bagi
ambiguitas, sebagaimana konsep jihad sebagai suatu instrumen bagi tatanan sosial
Islam.23
B. Program Deradikalisasi
Aksi-aksi teror yang terjadi di Indonesia meningkat secara kuantitatif
maupun kualitatif setelah reformasi bergulir. Aksi teror yang berlatar belakang
agama yang terjadi pada tahun 2000 hingga 2009 telah menelan korban jiwa
sebanyak 286 orang dan melukai lebih dari 700 orang.24
Ini belum termasuk
korban terorisme sepanjang tahun 2010 hingga 2016 yang semakin menambah
panjang daftar yang ada. Dapat dikatakan bahwa Indonesia salah satu korban aksi
terorisme internasional yang paling besar, di luar negara-negara Timur Tengah
dan Asia Selatan seperti Afghanistan dan Pakistan. Tidak dapat dipungkiri, teror
23
Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam: Dari Fundamentalisme Modernisme
Hingga Post-Modernisme, (Jakarta: Paramadina, 1996), h. 156.
24
Petrus R. Golose, Deradikalisasi Terorisme: Humanis, Soul Approach, dan Menyentuh
Akar Rumput, (Jakarta: YPKIK, 2010), h. 42-43.
Page 38
28
yang paling tragis adalah Bom Bali I (2002), bom Kantor Kedutaan Besar
Australia (2004), Bom Bali II (2005), dan Bom Hotel JW Marriott dan Ritz-
Caltron, Jakarta (2009).25
Deretan aksi teror yang terjadi di Indonesia menjadi ancaman besar
sehingga mengharuskan adanya upaya cepat dan tepat dari pemerintah untuk
memberantas dan menanggulangi aksi teroris hingga ke akarnya. Dalam hal ini
sudah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah seperti diterbitkannya
Undang-undang No 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme, selain itu terdapat upaya deradikalisasi yang dilakukan oleh dua ormas
besar Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah yang bekerjasama dengan
pemerintah.
Deradikalisasi merupakan perubahan pola dalam penanganan terorisme
saat ini. Deradikalisasi yang menjadi formula terbaru untuk mengatasi ancaman
terorisme memiliki kaitan dengan deideologisasi. Kata deradikalisasi diambil dari
istilah bahasa Inggris deradicalization dan kata dasarnya radical. Menurut
Prasanta Chakravarty dalam bukunya yang berjudul: Like Parchment in the Fire:
Literature and Radicalism in the English Civil War, kata radical berasal dari
bahasan Latin yaitu Radix yang berarti “Pertaining to the roots” yang artinya
memiliki hubungan dengan akar.26
25
Muhammad A.S Hikam, Peran Masyarakat Sipil Indonesia Membendung Radikalisme,
(Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2016), h. 69.
26
Petrus Reinhard Golose, Deradikalisasi Terorisme: Humanis, Soul Approach dan
Menyentuh akar Rumput, (Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian, 2010), h. 79-
80.
Page 39
29
Kemudian deradikalisasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki
makna, “Pemahaman atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan
sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis; sikap ekstrem dalam suatu
aliran politik. Deradikalisasi menurut pengertian gaya pemikiran khas Indonesia
adalah segala upaya untuk menetralisir paham-paham radikal melalui pendekatan
interdisipliner, seperti hukum, psikologi, agama, dan sosial-budaya bagi mereka
yang dipengaruhi atau terekspose paham radikal dan atau prokekerasan. Dalam
hal ini mereka termasuk narapidana, mantan narapidana, individu militan radikal
yang pernah terlibat, keluarga, simpatisannya, dan masyarakat umum.
Deradikalisasi terorisme diwujudkan dengan program reorientasi motivasi, re-
edukasi, resosialisai, serta mengupayakan kesejahteraan sosial dan kesetaraan
dengan masyarakat lain bagi mereka yang pernah terlibat terorisme maupun bagi
simpatisan, sehingga timbul rasa nasionalisme dan mau berpartisipasi layaknya
Warga Negara Indonesia.
Aksi teror yang dilakukan oleh kelompok militansi ISIS yang telah masuk
ke Indonesia membangunkan kesadaran publik tentang ancaman terorisme yang
belum kunjung padam. Meskipun Densus 88 selalu memantau pergerakan
jaringan teroris, sel-sel jaringan teroris makin aktif, bahkan meluas. Itu sebabnya
fakta itu harus jadi perhatian semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat.
Sebelum negeri ini menjadi ladang subur terorisme seperti Pakistan dan
Page 40
30
Afganistan, harus diambil langkah-langkah strategis mempersempit ruang gerak
jaringan teroris di Tanah Air.27
Pertama, pemerintah harus serius dan punya keberanian menindak
radikalisme berbasis agama. Radikalisme agama merupakan salah satu tahap bagi
seseorang atau kelompok untuk menjadi pengantin yang siap melancarkan aksi
bom bunuh diri. Otak mereka harus dicuci agar siap mental. Kedua, menggalakan
kebijakan deradikalisasi. Kelompok masyarakat sipil, khususnya Nahdlatul Ulama
dan Muhammadiyah sudah menegaskan kepada pemerintah bahwa langkah serius
yang dilakukan Densus 88 dalam memberantas terorisme tidaklah cukup. Bahkan,
langkah yang diambil Densus 88 dalam beberapa hal dapat menimbulkan reaksi
kontraproduktif karena polisi akhirnya menjadi musuh bersama para teroris. Hal
tersebut telah terbukti dalam kasus bom bunuh diri yang dilakukan Muhammad
Syarif di Cirebon, yang menjadikan pihak kepolisian sebagai sasaran aksi
terorisme.28
Oleh karena itu, deradikalisasi yang melibatkan partisipasi masyarakat
merupakan sebuah keniscayaan. Radikalisme dan terorisme adalah akibat dari
proses pemahaman tak sempurna terhadap doktrin keagamaan, yang juga berlatar
belakang aliensi ekonomi dan politik. Jadi, radikalisme bisa dipecahkan melalui
dua pendekatan sekaligus, yaitu struktural dan kultural.
27
Abdullah Ubaid dan Muhammad Bakir, Nasionalisme Dan Islam Nusantara, (Jakarta:
Penerbit Buku Kompas, 2015), h. 39-40.
28
Abdullah Ubaid dan Mohammad Bakir, Nasionalisme Dan Islam Nusantara, 39.
Page 41
31
Secara struktural, pemerintah harus menjamin kesejahteraan sosial
sebagaimana diamanatkan konstitusi. Sementara itu, secara kultural, pemerintah
harus melibatkan kelompok masyarakat sipil dalam memberikan pemahaman
keagamaan yang komprehensif tentang nilai-nilai universal agama, terutama
dalam rangka memperkukuh solidaritas kebangsaan.29
Nahdlatul Ulama (NU) harus tetap tegak berdiri mengawal perjalanan
bangsa ini dari pengaruh langsung atau tidak langsung, dari sikap radikal yang
jauh lebih berbahaya dari sekedar perbedaan. PBNU berpandangan, sikap ekstrem
itu tak boleh terus dibiarkan tumbuh dan menjadi paham atau bagian kehidupan
bangsa. Paham-paham itu lambat atau cepat akan merusak sikap dasar yang telah
dikembangkan para pendiri NU, Ahlusunnah wal Jamaah.
29
Abdullah Ubaid dan Mohammad Bakir, Nasioanlisme Dan Islam Nusantara, h. 41.
Page 42
32
BAB III
JIHAD MENURUT ISIS (Islamic State of Irak and Syria)
A. Sejarah Munculnya ISIS (Islamic State of Irak and Syria)
Cikal bakal ISIS (Islamic State of Irak and Syria) adalah gerakan tauhid
wal jihad (Tauhid dan Jihad), sebuah cabang al-Qaidah yang beroperasi di Irak
menjelang invasi Amerika Serikat ke Irak. Dipimpin oleh salah satu tangan kanan
Usama bin Laden yang paling bengis, Abu Mus’ab al-Zarqawi, pada mulanya
kelompok ini beroperasi di wilayah semiotonom Kurdistan di utara Irak bersama
kelompok militan lokal Ansar al-Islam untuk memerangi rezim Baath pimpinan
Saddam Hussein dan Uni Patriotik Kurdistan (PUK) pimpinan Jalal Talabi, yang
di kemudian hari menjadi presiden Irak pasca Saddam.1
ISIS (Islamic State of Irak and Syria) bermula dari munculnya al-Qaidah
di Irak atau AQI yang dipelopori oleh Abu Mus’ab al-Zarqawi pada tahun 2002.
Tokoh garis keras Jordania itu mendirikan organisasi bernama Tauhid wal Jihad
pada tahun 2002. Setelah Amerika Serikat menyerbu dan menduduki Irak pada
tahun 2003, al-Zarqawi menyatakan bai’atnya kepada Usama bin Laden dan
menjadikan kelompoknya sebagai bagian dari al-Qaidah, dengan nama al-Qaidah
di Irak (AQI). Dalam perkembangannya, al-Zarqawi kemudian menyempal dari
induknya, al-Qaidah, karena perbedaan strategi yang digunakan dalam perlawanan
di wilayah tersebut. Mungkin karena konteks perlawanan AQI terhadap rezim
1 Nino Oktorino, Pedang Sang Khalifah: ISIS dan Ancaman Radikalisasi Dalam Perang
Saudara di Suriah dan Irak, (Jakarta: PT Gramedia, 2015), h. 38.
Page 43
33
pasca Saddam Hussein yang didominasi oleh kaum Syiah, al-Zarqawi menerapkan
ideologi anti Syiah dan menghalalkan kekerasan ekstrem terhadap pengikut
paham tersebut, bahkan terhadap kaum Sunni yang tidak mendukung gerakannya.
Sikap ini jelas diametral bertentangan dengan al-Qaidah di bawah Usama bin
Laden, yang tidak menganggap kelompok Islam Syiah sebagai musuh, demikian
pula terhadap kaum Sunni yang belum menudukung al-Qaidah di negara-negara
berpenduduk Islam. Al-Zarqawi kemudian mengganti nama AQI menjadi Negara
Islam Irak (Islamic State of Irak, ISI). Ia tewas pada tahun 2006, ia digantikkan
oleh Abu Ayyub al-Masri’ yang menetapkan Abu Umar al-Baghdadi sebagai
pemimpinnya.2 Pada pertengahan Oktober 2006, Abu Ayyub al-Masri’ kemudian
mendeklarasikan berdirinya Daulah Islam Fi Iraq atau Islamic State of Irak (ISI).
Ini peristiwa penting sebuah elemen al-Qaidah mendeklarasikan pembentukkan
sebuah negara, yang nantinya menjadi preseden untuk gerakan-gerakan
berikutnya. Pada 2007, kekuatan Islamic State of Irak (ISI) atau al-Qaidah di Irak
(AQI) sebagian besar terdiri dari sukarelawan luar negeri, sekitar 2000 orang
berasal dari Syria dan sekitar 250 pejuang lainnya berasal dari kawasan utara,
yakni Chenchen.3
Setelah mendeklarasikan berdirinya Daulah Islam fi Iraq, pada 19 April
2007 mereka mengumumkan terbentuknya “pemerintahan.” Pemerintahan ini
dipimpin oleh Abu Umar al-Baghdadi dengan anggota kabinet sebanyak 10 orang.
2 Muhhamd A.S Hikam, Peran Masyarakat Sipil Membendung Radikalisme, (Jakarta:
Penerbit Buku Kompas, 2016), h. 5.
3 As’ad Said Ali, Al-Qaeda: Tinjauan Sosial Politik Ideologi dan Sepak Terjangnya,
(Jakarta: LP3ES, 2014), h. 330.
Page 44
34
Sebelumnya Abu Umar al-Baghdadi adalah wakil komandan al-Qaidah, kemudian
menjadi pejabat komandan. Pada April 2010 Abu Umar al-Baghdadi dan Abu
Ayyub al-Masri’ tewas dalam operasi militer AS-Irak di dekat Tikrit, dan
digantikkan oleh Abu Bakar al-Baghdadi pada tahun 2015. Abu Umar dan Abu
Bakar al-Baghdadi kedunya berasal dari Irak, sedangkan Abu Ayyub al-Masri’
berasalal dari Mesir.4
Tampaknya, di bawah kepemimpinan Abu Bakar al-Baghdadi kelompok
ini bertumbuh pesat, apalagi setelah ia berhasil menjaring dukungan dari sebagian
anggota kelompok Jabhat al-Nusra (JAN), salah satu kelompok jihad Suriah yang
melakukan perlawanan terhadap rezim Presiden Basysyar al-Asad. Keberhasilan
melakukan aliansi dengan kelompok-kelompok radikal Sunni di Suriah membuat
al-Baghdadi secara resmi menggunakan nama Islamic State of Irak and Syria
(ISIS) pada April 2013.5
ISIS (Islamic State of Irak and Syria) merupakan gerakan Islam pimpian
Abu Bakar al-Baghdadi. Ia memiliki nama asli Ibrahim Awwad al-Badri. Ia lahir
dari sebuah keluarga dengan kehidupan yang khusus di Samarra. Al-Baghdadi
menyandang gelar doktor sejarah Islam dari sebuah universitas di Baghdad pada
akhir 1990-an. Latar belakang pendidikan itu membuatnya memegang posisi
agama yang strategis dalam komunitas Sunni ketika Amerika Serikat
mengangkangi Irak pada tahun 2003. Dari sinilah kemudian ia terlibat dalam
4 As’ad Said Ali, Al-Qaeda: Tinjauan Sosial-Politik, Ideologi dan Sepak Terjangnya, h.
330.
5 Muhmmad A.S Hikam, Peran Masyarakat Sipil Membendung Radikalisme, h. 5-6.
Page 45
35
pemberontakan bersenjata dan mulai berjuang di barat Irak hingga tertangkap
pada 2006 dalam status staf intelejen Saddam Husein yang bermadzhab Sunni.6
Munculnya gerakan Da’isy (Daulah Islamiyah Fil-Iraq was-Syam) atau
ISIS (Islamic State of Irak and Syria) merupakan fenomena baru yang
mengagetkan karena pengaruhnya mendunia hingga ke Indonesia, bahkan
hampir semua tokoh agama, ulama, dan pejabat negara terlibat dalam
perbincangan tentang ISIS (Islamic State of Irak and Syria). Malah ada sebagian
pihak mengaitkan fenomena ISIS (Islamic State of Irak and Syria) dengan
gerakan Wahabi.7
ISIS (Islamic State of Irak and Syria) adalah organisasi teroris, namun ia
bukan hanya organisasi teroris, ia juga semacam mafia yang mahir dalam
bermain di pasar gelap minyak dan perdagangan senjata transnasional. ISIS
(Islamic State of Irak and Syria) juga kelompok militer konvensional yang
dimobilisasi dan menerjunkan pasukan darat yang memiliki keahlian profesional
yang membuat terkesan para anggota militer Amerika Serikat. ISIS (Islamic
State of Irak and Syria) juga memiliki aparat pengumpulan data intelejen yang
canggih yang mampu menginfiltrasi organisasi musuh-musuhnya dan diam-diam
melakukan perekrutan, mengirim mereka dalam pertempuran, atau menguasai
wilayah musush. ISIS (Islamic State of Irak and Syria) juga merupakan mesin
propaganda rapih dan efektif dalam menyebarkan pesan dan membujuk anggota
6 Reno Muhammad, ISIS Kebiadaban Konspirasi Gelobal, (Bandung: Noura Bokks,
2014), h. 34.
7 Zainal Abidin, Menangkal Ideologi Radikal, (Jakarta: Pustaka Imam Bonjol, 2014), h.
47.
Page 46
36
baru melalui media sosial. ISIS (Islamic State of Irak and Syria) juga memiliki
tokoh-tokoh dibalik layar yang bahkan sudah ada sebelum al-Qaidah.8
B. ISIS (Islamic State of Irak and Syria) di Indonesia
Belum reda kecaman soal peningkatan radikalisme, dunia digegerkan
dengan munculnya gerakan Islamic State of Irak and Syria (ISIS). Pengaruh ISIS
(Islamic State of Irak and Syria) cukup mendunia, tak terkecuali di negeri kita
yang ternyata pengaruhnya sempat menyerbak dibeberapa kelompok Islam
terutama yang memang sejak awal sudah garang. Mereka ini tampak antusias
dalam menyambut kelompok pimpinan al-Baghdadi yang menggelorakan
kekhalifahan Islam. Deklarasi di beberapa daerah serta pemasangan bendera ISIS
(Islamic State of Irak and Syria) dirayakan dengan semangat militansi yang tinggi,
seakan-akan inilah waktu yang ditunggu-tunggu datangnya mesias yang akan
mewujudkan pemerintahan Islam ideal, sehingga harus dilakukan dengan unjuk
kekuatan. Celakanya mereka menghalalkan segala cara lewat brutalisme. Siapa
pun dianggap halal darahnya, baik itu sesama Muslim yang berbeda madzhab,
terlebih non Muslim.9
Dukungan terhadap ISIS (Islamic State of Irak and Syria) di Indonesia
pada awalnya dibentuk oleh aktivis muda Indonesia yaitu Tuah Febriansyah alias
Muhammad Fachry yang memiliki hubungan dengan organisasi Al-Muhajirun.
8 Michael Weiss dan Hassan Hassan, ISIS The Inside Story, Penerjemah: Tri Wibowo BS,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. Xxi. 9 Agus SB, Deradikalisasi Nusantara: Perang Semesta Berbasis Kearifan Lokal
Melawan Radikalisasi dn Terorisme, (Jakarta: Daulat Press, 2016), h. 23.
Page 47
37
Seperti diketahui organisasi ini dibentuk oleh Umar Bakri tahun 1983 dan
merupakan sayap organisasi Hizbut Tahrir (HT) yang merupakan organisasi
internasional yang selalu mengkampanyekan kekhalifahan dan penegakkan
hukum Islam di dunia. Organisasi Al-Muhajirun memiliki pandangan bahwa
kekerasan dapat dilakukan untuk meraih tujuan berjihad, dimana hal ini didukung
oleh semua pengikutnya.
Di Indonesia, propaganda ISIS (Islamic State of Irak and Syria) menyebar
luas dan direspon oleh sebagian masyarakat dengan berbaiat kepada ISIS (Islamic
State of Irak and Syria). ISIS (Islamic State of Irak and Syria) merupakan
ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Secara garis
besar terdapat dua aspek dari gerakan ISIS (Islamic State of Irak and Syria) yang
membahayakan keamanan Indonesia, yaitu potensi afiliasi jaringan teroris di
Indonesia dengan ISIS (Islamic State of Irak and Syria) dan terbentuknya
angkatan baru FTF.10
Saat ini, organisasi teroris di Indonesia sudah ada yang menyatakan
dukungan terhadap ISIS (Islamic State of Irak and Syria). JAT (Jamaah Ansharut
Tauhid) yang dibentuk oleh Abu Bakar Ba’asyir, mendeklarasikan afiliasinya
dengan ISIS (Islamic State of Irak and Syria). Abu Bakar Ba’asyir melaksanakan
bai’at terhadap ISIS (Islamic State of Irak and Syria) di Lapas Pasir Putih,
Nusakambangan. Pada tahun 2014, dukungan terhadap ISIS (Islamic State of Irak
and Syria) bermunculan di beberapa wilayah Indonesia, yaitu Bekasi, Bima, dan
10
Petrus Reinhard Golose, Invasi Terorisme Ke Cyberspace, (Jakarta: Yayasan
Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian, 2015), h. 149.
Page 48
38
Sumbawa. Untuk pertama kalinya terjadi pawai sebagai bentuk dukungan ISIS
(Islamic State of Irak and Syria) di depan Hotel Indonesia.11
Di bumi Indonesia bahkan pengaruh ISIS (Islamic State of Irak and Syria)
telah nyata adanya. Ada yang dalam bentuk sekedar simpatisan, pendukung, ikut
berbai’at, dan ada yang sudah benar-benar ikut berperang bersama ISIS (Islamic
State of Irak and Syria) di Irak dan Suriah. Malah ada yang telah secara terbuka
memberikan dukungan terhadap Abu Bakar al-Baghdadi sebagai khalifah umat
Islam dan sekaligus amirul mukminin.12
Selang seminggu pasca deklarasi ISIS (Islamic State of Irak and Syria)
atau sehari pasca beredarnya penampilan publik pertama khalifahnya, Abu
Bakar al-Baghdadi, sebuah kabar mengejutkan kembali ditorehkan oleh ISIS
(Islamic State of Irak and Syria). Namun kali ini bukan datang dari ISIS (Islamic
State of Irak and Syria) di Irak maupun Suriah, melainkan dari Indonesia. Kabar
itu datang dari salah satu fasilitas umum milik Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta pada 6 Juli 2014. Fasilitas ini bernama gedung
Syahida Inn di lingkungan kampus dua Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Gedung yang memang disewakan bagi umum untuk
keperluan seminar dan lain-lain itu secara mengejutkan menjadi tempat deklarasi
pertama ISIS (Islamic State of Irak and Syria) di Indonesia.13
11
Muhammad A.S Hikam, Peran Masyarakat Sipil Membendung Deradikalisasi, h. 11.
12
Ikhwanul Kiram Mashuri, ISIS Jihad atau Petualangan, (Jakarta: Republika Penerbit,
2014), h. xvii.
13
Muhammad Haidar Assad, ISIS Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini,
(Jakarta: Zahira, 2014), h. 169.
Page 49
39
Tentu, deklarasi ini sontak ditentang oleh seluruh elemen bangsa ini. UIN
jakarta melalui Sudarnoto langsung mengutuk deklarasi dan organisasi ISIS
(Islamic State of Irak and Syria) di Indonesia dan menegaskan bahwa UIN
Jakarta tak pernah tahu sebelumnya bahwa penyewaan Syahida Inn
diperuntukkan deklarasi ISIS (Islamic State of Iraki and Syria) di Indonesia.
Tak lama setelah itu, UIN Jakarta kembali tercatut namanya oleh ISIS
(Islamic State of Irak and Syria). Sebuah video tersebar di Youtube yang berisi
ajakan berjihad bersama ISIS (Islamic State of Irak and Syria) untuk orang-
orang Indonesia. Video itu berjudul “Join The Ranks” dengan durasi kurang dari
lima menit dan diunggah oleh akun jihadology. Video itu menampilkan beberapa
lelaki berwajah Indonesia yang berjejer dengan pimpinan bernama Abu
Muhammad al-Indonesi mengenakan sorban hitam di kepala yang ternyata
bernama asli Bachrum Syah dan tercatat pernah belajar di UIN Jakarta Fakultas
Dakwah dan Komunikasi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.14
Selain itu, salah satu yang menjadi perhatian sekarang adalah “euforia
jihad” Suriah di Indonesia begitu bersemangat membantu para mujahidin
Suriah, mulai dari mengumpulkan dana, mengirimkan berbagai macam bantuan
kemanusiaan, hingga mendorong orang agar ikut berperang ke sana. Departemen
Luar Negeri Indonesia memperkirakan ada 50-an orang Indonesia yang
berperang di Suriah melawan pasukan pemerintah Basysyar al-Asad. Bahkan
14
Muhammad Haidar Assad, ISIS Organisasi Paling Mengerikan Abad Ini, h. 172.
Page 50
40
akhir November 2013 lalu, diberitakan ada orang Indonesia yang meninggal
akibat mengikuti perang itu.15
Tak hanya di Suriah, dikabarkan ada juga warga Indonesia yang ikut
berperang di Yaman. Keberangkatan Muslim Indonesia ke Yaman dan Suriah ini
menghawatirkan. Indonesia pernah punya pengalaman dengan kasus
Afghanistan. Para veteran Afhganistan kemudian terlibat berbagai kasus
terorisme ketika kembali ke Indonesia. Hal serupa bukan tidak mungkin terjadi
pula pada veteran Suriah dan Yaman.
Sampai 2014, menurut Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
Ansyaad Mbai, ada beberapa konsentrasi kelompok jaringan teroris yang
tersebar di seantero Indonesia. Di Sumatra Utara dan Aceh terdapat Qoidah
Aminah yang terdiri dari kelompok Dulmatin (Jamaah Islamiyah/JI), Mustofa
(JI-Jamaah Ansharut Tauhid/JAT), Abdullah Sonata (Komite Penanggulangan
Krisis/Kompak), Aman Abdul Rahman kelompok penyandang dana untuk
kegiatan terorisme dalam kasus perampokan CIMB Medan, Sumatra Utara.
Hal yang patut di antisipasi dengan dukungan teroris Indonesia dengan
ISIS (Islamic State of Irak and Syria) adalah pemulihan kekuatan dalam
melaksanakan serangan teroris. Selama ini, mata rantai pendanaan teroris dari al-
Qaidah telah putus. Kini, teroris berpeluang memperoleh dana dari ISIS (Islamic
State of Irak and Syria) untuk melaksanakan teroris di Indonesia.16
15
Reno Muhammad, ISIS Kebiadaban Konspirasi Global, (Bandung: Nouro Books,
2014), h. 6.
16
Petrus Reinhard Golose, Invasi Terorisme Ke Cyberspace, h. 150.
Page 51
41
Kekejaman ISIS (Islamic State of Irak and Syria) dapat dijadikan model
serangan teroris di Indonesia. Teroris di Indonesia dapat terinspirasi dan
mengikuti pola serangan ISIS (Islamic State of Irak and Syria) dengan
mempertontonkan kekejian melalui rilis video yang melampaui batas-batas
kemanusiaan, penculikan, perbudakan perempuan, dan meminta adanya uang
tebusan. Hal-hal yang selama ini belum pernah dilakukan, bukannya tidak
mungkin dapat diterapkan oleh teroris yang berafiliasi dengan ISIS (Islamic
State of Irak and Syria).
C. Konsep Jihad ISIS (Islamic State of Irak and Syria)
Pernyataan Syeikh Dr. Najih Ibrahim dan Syeikh Ali Halaby bahwa
radikalisme atau teorisme yang mengatasnamakan Islam disebabkan dua faktor,
pertama paham pengkafiran (takfiri) dan kedua paham ekstrem jihad. Kedua
faktor ini telah dipenuhi oleh organisasi teroris ISIS (Islamic State of Irak and
Syria).17
Sebuah kelompok ekstremis Sunni, ISIS (Islamic State of Irak and Syria)
mengikuti sebuah tafsiran Islam yang ekstrem, mempromosikan kekerasan agama
dan menganggap orang-orang yang tidak setuju dengan penafsirannya sebagai
kafir dan murtad. Filosofi ISIS (Islamic State of Irak and Syria) yang
dipresentasikan dengan baik oleh simbolisme dari Panji Hitam yang merupakan
varian dari panji perang legendaris Nabi Muhammad Saw yang diadopsinya.
Panji tersebut menunjukkan segel Nabi Muhammad Saw dalam sebuah bulatan
17
www.nu.or.id/post/read/58357/ini-dua-faktor-utama-penyebab-radikalisme-isis. Di
akses pada 03-09-2016.
Page 52
42
putih, dengan kalimat diatasnya “Tiada Tuhan selain Allah”. Simbolisme itu
dikatakan menunjukkan keyakinan ISIS (Islamic State of Irak and Syria) bahwa
mereka mewakili pemulihan kekhalifahan Islam awal, dengan seluruh perangkat
politik, religius dan eksatologinya.18
Sebagaimana gerakan-gerakan radikal Islam masa kini, akar dari ideologi
ISIS terutama berasal dari dua gerakan pemurnian agama dalam Islam, yang
dalam sejarah perkembangannya mengalami perkawinan yang saling
menguntungkan. Gerakan pertama adalah gerakan Wahabi yang lahir di Arab
Saudi. Didirikan oleh Abdul Wahab (1703-1792), gerakan ini bercita-cita
melakukan pemurnian Islam, dengan mengembalikannya kepada ajaran asli
Islam. Komitmen untuk kembali ke ajaran Islam asli itulah yang membuat
gerakan ini disebut gerakan salafi (terdahulu). Pemikiran gerakan Wahabi ini
sendiri digali dari pikiran-pikiran Ibn Taymiyyah (1263-1328) dari Suriah.
Sempat merasakan kegetiran Perang Salib, Ibn Taymiyyah ingin mengembalikan
kemurnian Islam kepada ajaran yang mula-mula sebagaimana diajarkan Nabi
Muhammad Saw dan sahabat-sahabat generasi pertama dan kedua. Dia ingin
menegakkan ajaran Islam, seperti perayaan maulud Nabi Muhammad Saw, ziarah
ke kuburan para wali Islam, dan lain-lain. Doktrin inilah yang mengilhami Abdul
Wahab melakukan program pemurnian Islam, tidak hanya dengan jalan dialog
dan penyebaran pemikiran, tetapi akhirnya juga dilakukan dengan jalan
perbuatan, termasuk tindakan kekerasan. Akar dari doktrin kekerasan (jihad)
18
Nino Oktorino, Pedang Sang Khalifah: ISIS dan Ancaman Radikalisasi Dalam Perang
Saudara di Suriah dan Irak, (Jakarta: PT Gramedia, 2015), h. 55-56.
Page 53
43
dalam Islam itu sendiri dapat dilacak hingga era perang Shiffin, ketika pasukan
Khalifah Ali bin Abu Thalib berperang melawan Mu’awiyah pada tahun 657.19
Mengikuti tradisi Wahabi, ISIS (Islamic State of Irak and Syria) mengutuk
para penentang dan saingannya, bahkan termasuk penguasa Arab Saudi sendiri,
sebagai orang kafir dan meyakini bahwa sebelum memegang kepemimpinan
jihad dalam melawan negara-negara non Muslim, maka mereka harus
memurnikan masyarakat Islam terlebih dahulu. Keyakinan bahwa hanya
kelompok merekalah yang pantas untuk memimpin gerakan jihad membuat ISIS
(Islamic State of Irak and Syria) mencela dan menyerang para saingan Islamis
mereka. Sebagai contoh, ISIS (Islamic State of Irak and Syria) mencela
kelompok Hamas Palestina sebagai bid’ah karena dianggapnya tidak memiliki
legitimasi yang sah untuk memimpin jihad dan menganggap bahwa memerangi
kelompok militan Palestina itu sebagai langkah pertama yang harus diambilnya
sebelum ISIS (Islamic State of Irak and Syria) memulai konfrontasinya sendiri
dengan Israel.
Sikap ekstrem ISIS (Islamic State of Irak and Syria) sendiri, yang bahkan
memusuhi gerakan-gerakan seideologinya dikutuk oleh kebanyakan pemikir
jihad, yang mencela ISIS (Islamic State of Irak and Syria) sebagai gerakan yang
menyimpang dan memecah belah umat Islam serta menganggap kekhalifahan
yang didirikannya tidak sah. Beberapa ulama Sunni radikal seperti Adnan al-
Aroor dan Abu Basir al-Tartusi juga menuduh ISIS (Islamic State of Irak and
syria) bukanlah pengikut Sunni melainkan kaum Khawarij modern. Bahkan, para
19
Nino Oktorino, Pedang Sang Khalifah: ISIS dan Ancaman Radikalisasi Dalam Perang
Saudara di Suriah dan Irak, h. 56.
Page 54
44
ulama radikal lainnya yang bersimpati dengan al-Qaidah menuduh ISIS (Islamic
State of Irak and Syria) sebagai sebuah ciptaan Zionis, Salibis dan Safawi. Secara
umum pemikiran dan keyakinan kelompok ISIS (Islamic State of Irak and Syria)
merupakan representasi dari ajaran Khawarij yang berakumulasi dalam beberapa
pokok-pokok ideologi sebagai berikut:20
Pertama, ISIS (Islamic State of Irak and Syria) berkeyakinan bahwa jihad
adalah memerangi dan menghadapi musuh Islam dengan darah. Adapun jihad
dengan cara damai seperti melalui tulisan dan ceramah, mendirikan lembaga
pendidikan, mengasah pemikiran, berpolitik dengan mendirikan partai politik atau
berhijrah termasuk sikap pengecut dan terhina, menurut mereka kaum Muslimin
tidak akan menang kecuali dengan angkat senjata, meskipun jumlah mereka hanya
sedikit. Dengan pemahaman seperti itu makna jihad menjadi sempit karena hanya
sebagai perang atau angkat senjata.
Kedua, mereka menjadikan pengkafiran sebagai unsur pokok
keyakinannya sehingga mereka mengkafirkan setiap pelaku dosa besar yang tidak
mau bertaubat, mengkafirkan para pemimpin yang tidak berhukum dengan hukum
Allah secara mutlak tanpa perincian, mengkafirkan rakyat secara mutlak tanpa
rincian yang setuju dan mengikuti undang-undang tersebut, mengkafirkan para
ulama karena mereka tidak mau mengkafirkan para pemimpin dan rakyat yang
sudah kafir menurut mereka. Mereka juga mengkafirkan siapa saja yang menolak
20
Zainal Abidin, Menangkal Ideologi Radikal: Menguak Sejarah, Pemikiran dan Dalang
Ekstremisme, (Jakarta: Pustaka Imam Bonjol, 2014), h. 51.
Page 55
45
pemikiran mereka dan mengkafirkan mereka yang tidak bergabung dan tidak
membai’at imam mereka.
Ketiga, mereka berprinsip bahwa semua masyarakat zaman sekarang
dalam keadaan jahiliyah baik secara tempat maupun sikap, sehingga mereka harus
menjauhi tempat-tempat jahiliyah meskipun itu mesjid. Mereka memiliki batasan
standar minimal bagi seorang Muslim dan setiap jamaah diwajibkan klarifikasi
terhadap keislamannya. Kelompok ini sangat menyelisihi prinsip dan manhaj ahli
sunnah wal jamaah dalam pengambilan ilmu dan sumber dalil serta kaidah
pengkafiran dan penetapan keimanan. Keempat, mereka berkeyakinan bahwa
kelompok Islam mana saja yang menolak hukum syariat harus diperangi sehingga
mau berkomitmen dengan syariat. Begitu juga wajib memerangi aparat keamanan
yang membantu para penguasa thagut meskipun para aparat keamanan itu
terpaksa dalam hal tersebut, mereka tetap harus diperangi meskipun nanti
dibangkitkan sesuai dengan niatnya.
Dalam ideologi ISIS (Islamic State of Irak and Syria) terdapat beberapa
ajaran, sebagai berikut:21
a. Takfiri, ini adalah bentuk pandangan yang mengkafirkan madzhab atau
kelompok mana saja yang berbeda dengan dirinya. Ini sebuah keyakinan yang
dianut oleh kelompok-kelompok ekstrem yang menganggap dirinya paling
benar, sementara yang diluar dirinya pasti salah. Keyakinan inilah yang
dianut oleh ISIS (Islamic State of Irak and Syria).
21
Muhammad Haidar Assad, ISIS Organisasi Paling Mengerikan Abad Ini, h. 122-128.
Page 56
46
b. Anti pada nilai-nilai cinta kasih dan rahmat sekaligus mendukung dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kekerasan dan kekejaman. Inilah nilai-nilai yang
dianut dan diterapkan oleh ISIS (Islamic State of Irak and Syria). Mereka
melakukan kekerasan terhadap umat Islam diluar kelompoknya. Bagi mereka,
Islam harus ditegakkan dengan cara-cara seperti itu. ISIS (Islamic State of
Irak and Syria) menganggap bahwa pembunuhan-pembunuhan yang mereka
lakukan terhadap saudara sesama Muslimnya adalah sah atas nama iman dan
Islamnya mereka. Sebagaimana Khawarij, ISIS (Islamic State of Irak and
Syria) menjadikan kekerasan sebagai solusi atas segala perbedaan dan
perselisihan diantara umat.
c. Menuduh bid’ah (sesat) segala bentuk akulturasi ajaran Islam dengan nilai-
nilai budaya dan kearifan lokal, serta penghormatan terhadap berbagai
peninggalan sejarah Islam. ISIS (Islamic State of Irak and Syria) mengklaim
membawa ajaran Islam yang murni dan menuduh seluruh kelompok Islam
yang diluar dirinya membawa ajaran bid’ah.
d. Memaksakan ideologi “Negara Islam” di bawah kekhalifahan mereka
(Khalifah Abu Bakar al-Baghdadi) untuk seluruh negara di dunia, khususnya
negara-negara Timur Tengah dan negara-negara berkomunitas Muslim seperti
Indonesia dan Malaysia. Mereka menganggap ideologi selain “Negara Islam”
ala mereka dan kepemimpinan selain khalifah Abu Bakar al-Baghdadi
sebagai ideologi dan kepemimpinan thagut (berhala), termasuk ideologi
Pancasila yang sebenarnya diserap dari nilai-nilai keislaman.
Page 57
47
e. Salah kaprah memaknai konsep jihad, seperti dikemukakan Syaikh Hasan bin
Farhan al-Maliky (ulama moderat Arab Saudi), ISIS (Islamic State of Irak
and Syria) tenggelam dalam lautan keutamaan jihad, sementara mereka tidak
memahami sedikit pun tentang prinsip-prinsip jihad paling dasar.
Page 58
48
BAB IV
PANDANGAN NAHDLATUL ULAMA DAN MUHAMMADIYAH TERHADAP
GERAKAN ISIS (Islamic State of Irak and Syria) DI INDONESIA
A. Pandangan Nahdlatul Ulama Terhadap Gerakan ISIS (Islamic State of Irak
and Syria) di Indonesia
Aksi teror dan radikal yang terjadi dengan mengatasnamakan agama yang
dilakukan oleh kelompok-kelompok teroris seperti ISIS (Islamic State of Irak and
Syria) mendapatkan perhatian dari ormas besar Islam di Indonesia yakni
Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Sikap dasar yang dikembangkan
Nahdlatul Ulama selama ini adalah tawadhu’ (rendah hati), tawasuth (moderat),
i’tidal (adil), tassamukh (lapang dada) dan tawazun (hati-hati), tawasuth berarti
mencari garis tengah yang moderat bukan tatharruf (ekstrem dan radikal).1
Karena kita menjadi Islam bukan karena kekerasan tapi karena ta’lim, tahkim dan
irsyad. Cara beragama seperti ini terbukti selama ini telah menjauhkan Nahdlatul
Ulama dari sikap ekstrem, baik kiri maupun kanan, dalam memahami agama
Islam. Sikap dasar Nahdlatul Ulama ini menjelaskan bahwa ormas Nahdlatul
Ulama melarang setiap bentuk kekerasan terlebih yang mengatasnamakan agama
dan menjunjung tinggi perdamaian.
Pada Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) yang resmi dibuka oleh
Presiden Joko Widodo tanggal 1 Agustus 2015 di Jombang, Presiden Joko
Widodo mengapresiasi peran NU yang telah memberikan sumbangsih cukup
1 Hasyim Muzadi, Gerakan Radikal Islam Di Indonesia, (Jakarta: Ays-Net, 2004), h. 57.
Page 59
49
besar dalam perjuangan mendirikan bangsa Indonesia. Jokowi juga berbangga
dengan kehadiran NU sebagai organisasi keislaman yang moderat dan
mengharapkan agar organisasi ini dapat berkontribusi dalam kehidupan toleransi
umat beragama di tengah-tengah kondisi politik internasional yang terancam
dengan masalah terorisme dan konflik agama. Salah satu isu yang dikaji dalam
Muktamar NU adalah tentang ideologi ISIS. Hal ini cukup beralasan karena dalam
dua tahun terakhir, komunitas internasional begitu diresahkan dengan
berkecamuknya konflik yang dilakoni ISIS di Irak dan Syria. Meskipun ruang
lingkup konflik tersebut dominan di Irak dan Syria, namun efeknya sangat terasa
hampir di semua wilayah di dunia karena ideologi ISIS dianggap berbahaya.
Nahdlatul Ulama menentang gerakan ISIS karena ISIS mempunyai
beberapa penyimpangan dari Islam. Penyimpangan yang dilakukan ISIS antara
lain:2
1. Dengan beranggotakan 30.000 pasukan, mereka nyatakan Negara
Islam Iraq dan Suriah di wilayah Iraq dan Suriah. Otomatis mereka
harus berperang dengan 300.000 pasukan Iraq dan Suriah yang
notabene merupakan musuh Israel dalam perang Arab-Israel di tahun
1948, 1967 dan 1973. Hal ini menimbulkan fitnah, pertumpahan darah
dan melemahkan musuh-musuh Israel.
2. Meski rezim zionis Israel menyerang Gaza pada bulan Agustus 2014
lalu, sehingga lebih dari 2.000 rakyat Gaza tewas, ISIS tidak mau
2 http://www.nu.or.id
Page 60
50
membantu umat Islam di Gaza melawan Israel. Yang dibunuh ISIS
sebagian besa justru umat Islam di Suriah, Iraq dan Lebanon.
3. ISIS mendeklarasikan Negara Islam tanpa musyawarah dengan para
Ulama. Ulama/ rakyat yang tidak mau melakukan bai’at terhadap ISIS
langsung dibunuh secara sadis.
4. ISIS membunuh orang-orang kafir yang tidak mau masuk Islam
(kecuali rakyat Israel yang aman dari tangan ISIS). Ini bertentangan
dengan Islam yang menyatakan tidak ada paksaan dalam beragama.
5. ISIS membunuh tentara Iraq, tantara Suriah, dan rakyat yang sudah
tidak berdaya. Padahal terhadap musuh yang sudah tidak berdaya,
Nabi menawan mereka dan membebaskan mereka dengan tebusan.
ketua Umum PBNU KH Said Aqil Sirodj menolak keberadaan ISIS di
Indonesia dan meminta pemerintah bersikap tegas terkait dengan perkembangan
tersebut. Gerakan ISIS mengancam keutuhan NKRI, bertentangan dengan jiwa
Pancasila dan bertentangan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Oleh karena
itu, Indonesia harus menolak berdirinya ISIS yang jelas membahayakan
keselamatan bangsa dan mengancam keutuhan negara.3
Nahdlatul Ulama melalui ketua umum Said Aqil Siradj mengatakan bahwa
kelompok militan ISIS sangat kejam, mereka lebih kejam dari kelompok radikal
manapun. Said Aqil Siradj melanjutkan bahwa jika sekitar 514 warga negara
Indonesia yang diduga bergabung dengan ISIS kembali ke Indonesia, mereka
3 http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,53703-lang,id-c,nasional-
t,NU+Minta+Pemerintah+Tegas+Sikapi+ISIS-.phpx
Page 61
51
akan lebih sadis dibandingkan dengan aksi terorisme yang terjadi di Bali.
Nahdlatul Ulama sangat menentang radikalisme dan terorisme. Oleh karena itu,
NU akan selalu mengajak masyarakat Indonesia yang beragama Islam agar
menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang ramah dan anti kekerasan.4
Nahdlatul Ulama melalui K.H Marsudi Syuhud menjelaskan bahwa NU
sudah mengawal keberagaman Indonesia sejak negara ini belum berdiri. Sejak
muktamar ke-11 di Banjarmasin tahun 1935 NU sudah memimpin negara yang
memiliki bingkai seperti ketika Nabi Muhammad menata negara Madinah. Saat
itu ada berbagai macam agama yang ada di sana, antara lain 2 golongan agama
Islam 2 (muhajirin dan ansor), Nasrani, Yahudi, dan Majusi (Zoroaster). Oleh
Nabi Muhammad pemeluk agama yang berbeda tadi tidak dihabisi tetapi dibuat
bisa hidup bersama, saling bersaudara satu sama lain. Situasi seperti inilah yang
diangankan dan diidealkan oleh NU.
Menurut K.H Marsudi Syuhud fenomena radikalisme ini perlu disikapi
dan direspon secara serius karena persoalan ini sudah merambah ke seluruh dunia.
Bahkan di Washington DC telah berkembang Islamofobia. Salah satu upaya NU
untuk membendung hal itu melalui sosialisasi Islam Nusantara. Selanjutnya NU
juga berusaha membendung radikalisme di antara orang-orang muda Islam yang
dilakukan melalui jalur pendidikan, dan diberikan pemahaman agar orang-orang
4 www.nugarislurus.com/2015/03/said-agil-sebut-isis-kelompok-radikal-islam-paling-
kejam-gus-ahyat-ahmad-milisi-syiah-juga-kejam-html.
Page 62
52
muda tidak mudah bergabung dengan organisasi-organisasi yang baru muncul,
tetapi ikutlah organisasi yang sudah ada sejak lama.5
Rais Syuriah PBNU KH Hasyim Muzadi menyerukan kepada warga
nahdiyin dan umat Islam Indonesia agar tidak ikut-ikutan mendukung gerakan
Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) dan sekaligus tidak membuat perpecahan
di kalangan kaum muslimin. Menghalalkan segala cara yang dilakukan oleh
kelompok ISIS dengan dalil untuk berjihad bukanlah ajaran Ahlusunnah wal-
Jamaah.6
B. Pandangan Muhammadiyah Terhadap Gerakan ISIS (Islamic State of Irak
and Syiria) di Indonesia
Presiden Joko Widodo dalam pembukaan Muktamar Muhammadiyah ke
47 di Makassar pada 3 Agustus 2015 lalu menggaris bawahi betapa besar peran
Muhammadiyah dalam membangun bangsa terutama dalam bidang pendidikan,
kesehatan dan toleransi umat beragama. Jika diperhatikan kedua organisasi besar
ini, yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah memiliki pandangan dan visi
yang sama dalam menyebarkan Islam yang moderat, damai, dan tanpa kekerasan.
Sehingga kedua organisasi ini yang sama-sama memiliki peran yang sangat besar
dalam perjuangan membangun bangsa menyatakan bahwa setiap tindakan
kekerasan dengan dalil apapun termasuk dalil berjihad di jalan Allah tidak
5 Marsudi Syuhud, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Wawancara Pribadi, Jakarta
Pusat, 23 Agustus 2016.
6 http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,53630-lang,id-c,nasional-
t,Syuriyah+PBNU++Jangan+Ikut+Ikutan+Mendukung+ISIS+-.phpx
Page 63
53
dibenarkan oleh Islam, termasuk organisasi ISIS yang notebene setiap asksinya
selalu dilakukan dengan kekerasan, pembunuhan, dan lain sebagainya.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan sikap menolak gerakan
dan paham Islamic State of Irak and Syria (ISIS) di Indonesia karena bertentangan
dengan prinsip dan nilai-nilai ajaran Islam. Cara-cara kekerasan yang
dipergunakan ISIS untuk mencapai tujuan sangat bertentangan dengan ajaran
Islam yang mengajarkan perdamaian, kesatuan, dan keadabam, serta dapat
membawa kemunduran bagi masa depan peradaban. Demikian salah satu butir
pernyataan sikap PP Muhammadiyah menyikapi fenomena gerakan dan paham
ISIS yang berkembang di dunia, termasuk di Indonesia. Dalam pernyataan yang
ditandatangani langsung oleh Din Syamsuddin juga dituliskan bahwa ISIS
merupakan gerakan politik radikal yang lahir sebagai reaksi atas situasi politik
dalam negeri Irak dan Syria. ISIS bukanlah gerakan Islam, tetapi gerakan politik
yang mengatasnamakan Islam untuk merebut kekuasaan politik di Irak and Syria.7
Muhammadiyah mencermati keberadaan dan perkembangan gerakan
ISIS (Islamic State of Irak and Syria) baik di negara asalnya dan terutama di
Indonesia, Pimpinan Pusat Muhammadiyah berpandangan bahwa dilihat dari
konteks kelahirannya, ISIS merupakan gerakan politik radikal yang lahir sebagai
reaksi atas situasi politik dalam negeri Irak dan Syria. ISIS bukanlah gerakan
Islam, akan tetapi gerakan politik yang mengatasnamakan Islam untuk merebut
kekuasaan politik di Irak dan Syria. ISIS tidak ada hubungannya dengan persoalan
politik di negara-negara lainnya, termasuk di Indonesia. Cita-cita mendirikan
7 www.muhammadiyah.or.id.
Page 64
54
Khilafah Islam dibawah pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi tidak memiliki akar
teologis, ideologis, dan historis yang kuat berdasarkan al-Qur’an, sunnah yang
sahih, dan pendapat para ulama yang otoritatif. Menurut pendapat Imam Syafi’i
dan Ibnu Khaldun, setelah Khulafaur Rasyidin tidak ada lagi kekhalifahan di
dalam Islam. Walaupun menggunakan istilah khilafah, pemerintahan yang
didirikan setelah masa Khulafaur Rasyidin pada hakikatnya adalah kerajaan atau
kesultanan yang didirikan atas semangat ashabiyah keluarga dan suku, karenanya
bagi umat Islam tidak ada keniscayaan untuk mendirikan kekhalifahan Islam,
lebih-lebih yang bersifat absolut, monolitik, dan menggunakan cara-cara
kekerasan.8
Muhammadiyah sebagai gerakan dan organisasi Islam sejak awal
kelahiran aktif dalam perjuangan kemerdekaan dan berkiprah dalam mendirikan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang diproklamasikan pada 17
Agustus 1945. Muhammadiyah sesuai dengan Matan Keyakinan dan Cita Hidup
Muhammadiyah (MKCH) serta kristalisasi dan khittah gerakannya berpandangan
bahwa Indonesia sebagai Dar al-Salam, Dar al-Ahdi, Dar al-Syahadah, dan Dar al-
Hadlarah yang sejiwa dan tidak bertentangan dengan Islam. Muhammadiyah
mendukung sepenuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 untuk dibina dan
dimakmurkan menjadi Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur, yakni negeri
yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat yang diridoi Allah Yang
Maha Kuasa sebagaimana cita-cita kemerdekaan yang diletakkan oleh para
8 http://kaltim.muhammadiyah.or.id/id/nusantara-3840-detail-pernyataan-sikap-pimpinan-
pusat-muhammadiyah-tentang-islamic-state-of-iraq-and-syria-isis.html.
Page 65
55
pendiri bangsa tahun 1945. Berhubungan dengan pandangan tersebut, maka
Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan sikap sebagai berikut:9
1. Menolak gerakan dan paham ISIS (Islamic State of Irak and Syria) di
Indonesia karena bertentangan dengan prinsip dan nilai-nilai ajaran Islam.
Cara-cara kekerasan yang dipergunakan ISIS untuk mencapai tujuan
sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang mengajarkan perdamaian,
kesatuan, dan keadaban, serta dapat membawa kemunduran bagi masa
depan peradaban.
2. Muhammadiyah juga menolak gerakan dan paham ISIS kareta
bertentangan dengan prinsip ideologi yang terkandung dalam Matan
Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCH), khittah
Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIM),
Pernyataan Pikiran Muhammadiyah abad kedua, dan Gagasan Indonesia
berkemajuan.
3. Gerakan ISIS yang bertujuan mendirikan kekhalifahan dan menolak
Pancasila sebagai Dasar Negara jelas bertentangan dengan Undang-undang
Dasar 1945 dan ketentuan hukum yang berlaku di Negara Republik
Indonesia. Pemerintah dan Pemerintah Daerah hendaknya menolak
pendirian ISIS, organisasi, perkumpulan, dan yayasan yang tidak sesuai
dengan Undang-undang. Aparatur keamanan dan penegak hukum
hendaknya menindak tegas setiap perbuatan melanggar hukum untuk
9 http://kaltim.muhammadiyah.or.id/id/nusantara-3840-detail-pernyataan-sikap-pimpinan-
pusat-muhammadiyah-tentang-islamic-state-of-iraq-and-syria-isis.html.
Page 66
56
menciptakan perdamaian dan menjamin rasa aman bagi seluruh
masyarakat Indonesia.
4. Warga Muhammadiyah pada khususnya dan umat Islam pada umumnya
hendaknya tidak terpengaruh oleh dan tidak memberi peluang bagi
berkembangnya gagasan dan gerakan ISIS yang hanya akan memecah
belah persatuan bangsa dan melemahkan ukhuwah islamiah.
5. Pimpinan Pesyarikatan dan Amal Usaha Muhammadiyah hendaknya
mewaspadai setiap bentuk propaganda ISIS dengan melakukan usaha-
usaha preventif melalui berbagai kegiatan pengkajian Islam yang luas dan
mendalam sesuai paham Muhammadiyah, pembinaan dan peneguhan
ideologi melalui Baitul Arqom, dan tetap berkhidmah mencurahkan lebih
banyak energi untuk memajukan umat dan bangsa melalui pendidikan,
pelayanan kesehatan, ekonomi, dan program-program kemanusiaan yang
luhur.
Selain itu, hasil wawancara bersama salah satu pimpinan pusat
Muhammadiyah menyatakan bawah Muhammadiyah menolak gerakan radikal
ISIS dengan beberapa alasan:10
Pertama, Indonesia termasuk Nation State (Negara
Kebangsaan) yang telah mempunyai batas teritorial yang permanen berdasarkan
kesepakatan Internasional, sehingga tidak boleh ada pelanggaran, ekspansi,
imperialisme, kolonialisme, yang bertentangan dengan kesepakatan hukum
internasional serta bersebrangan dengan realitas politik di negara Indonesia.
Kedua, bahwa melakukan dakwah dalam bentuk apapun tidak boleh dengan
10
Syafiq A. Mughni, Pengurus Pusat Muhammadiyah, Wawancara Pribadi, Jakarta
Pusat, 08 September 2016.
Page 67
57
kekerasan, harus dengan jalan damai, harus dengan penuh penghargaan terhadap
hak-hak asasi manusia, harus dengan penghargaan terhadap keselamatan jiwa,
harta, dan yang lainnya sesuai dengan maqosid Syariah. Ketiga. Indonesia
merupakan negara damai sehingga kedatangan ISIS dengan konsepnya yang
radikal merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman dan
saling menghargai perbedaan satu dengan yang lainnya. Keempat, Indonesia sejak
awal kemerdekaannya telah sepakat dengan bentuk NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia) sehingga tidak bisa dirubah lagi dengan bentuk apapun
termasuk bentuk negara Islam. Indonesia juga telah sepakat menggunakan sistem
demokrasi, maka apapun yang bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi tidak
boleh berkembang di negara Indonesia.
Usaha dan upaya yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam menangkal
dan mencegah segala bentuk paham radikalsime terutama paham dan konsep
radikal ISIS antara lain dengan ikut aktif dalam membangun perdamaian bukan
hanya di Indonesia tetapi juga di dunia Internasional, aktif dalam mengadvokasi
gerakan perdamaian serta mendakwahkan Islam yang moderat, anti kekerasan,
dan mencintai perdamaian. Muhammadiyah juga melakukan pendidikan
perdamaian (Peace Education) terhadap mahasiswa dan anak-anak didik agar
tidak mudah mengikuti organisasi dengan paham radikal yang melakukan segala
aksi dakwahnya dengan kekerasan, Muhammadiyah juga mengkampanyekan
Islam yang anti kekerasan, siapapun dengan dalil apapun tidak boleh melakukan
kekerasan.
Page 68
58
Muhammadiyah menyakini bahwa akar dari setiap gerakan radikal
adalah kemiskinan dan ketidakadilan, sehingga Muhammadiyah berjuang di
dalam memerangi kemiskinan dengan motto “Muhammadiyah pro terhadap orang
miskin, tetapi anti terhadap kemiskinan”, tidak semua kemiskinan mengarah
kepada radikalisme, akan tetapi radikalisme bisa bersumber dari kemiskinan,
kemudian Muhammadiyah juga berjuang di dalam menegakkan keadilan, karena
radikalisme juga bersumber dari ketidakadilan. Sehingga menurut pandangan
Muhammadiyah, selesikan dahulu akarnya agar tidak menjadi bibit radikalisme di
Negara Indonesia.
Page 69
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa pemaparan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan dan sekaligus sebagai jawaban atas beberapa perumusan
masalah yang penulis berikan.
1. ISIS (Islamic State of Irak and Syria) merupakan gerakan Islam pimpinan Abu
Bakar Al-Baghdadi yang muncul pertama kali di Irak dan Syria akibat situsi
politik, akan tetapi ISIS yang muncul pertama kali sebagai gerakan politik
berubah menjadi gerakan ideologi yang menuntut didirikannya khilafah. ISIS
mempunyai kemiripan dengan al-Qaidah dan Khawarij yang muncul pada
masa Khalifah Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi, ISIS dipandang lebih kejam
karena ideologi yang diusungnya yakni jihad menghalalkan setiap darah
manusia yang tidak berada dipihaknya, mengkafirkan setiap manusia yang
tidak mengikuti jalannya, melakukan eksekusi secara mandiri menggunakan
hukum Islam namun dengan cara yang sangat tidak berprikemanusiaan dan
jauh dari garis-garis Islam, bahkan eksekusinya dilakukan dengan iringan tahlil
dan takbir karena dianggap sebagai jihad dan mati syahid di jalan Allah.
2. Pandangan Nahdlatul Ulama terhadap gerakan ISIS khususnya yang ada di
Indonesia, bahwa ISIS merupakan gerakan radikal yang berjihad
mengatasnamakan Islam akan tetapi segala yang dilakukannya bertentangan
dengan yang diajarkan dalam Islam dan bertentangan dengan Ahlisunnah wal-
Jamaah. Selain itu, ISIS juga bertentangan dengan ideologi Pancasilan dan
Page 70
60
semnagat Bhinneka Tunggal Ika sehingga keberadaannya di Indonesia hanya
akan mengancam ketentraman, keamanan dan ketertiban masyarakat Indonesia
yang mencintai perdamaian. Organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Ulama
melarang setiap bentuk kekerasan terlebih yang mengatasnamakan agama dan
menjungjung tinggi perdamaian.
3. Muhammadiyah memandang bahwa kemunculan gerakan ISIS yang bertujuan
mendirikan kekhalifahan dan menolak Pancasila sebagai Dasar Negara jelas
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan ketentuan hukum yang
berlaku di Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, Muhammadiyah
menolak gerakan dan paham ISIS di Indonesia karena bertentangan dengan
ideologi Negara Indonesia dan ideologi yang terkandung dalam Matan
Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCH).
B. Saran
Kesimpulan di atas menghasilkan saran sebagai berikut:
1. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) merupakan lembaga
negara yang fungsi dan perannya mencegah dan menanggulangi tindak
pidana terorisme disarankan lebih progresif dalam mensosialisasikan
program deradikalisasi kepada masyarakat dan mengikutsertakan
masyarakat dalam pelaksanannya.
2. Organisai kemasyarakatan seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah
yang merupakan organisasi dengan pengikut paling banyak di Indonesia
disarankan lebih berperan dalam memberikan pemahaman dan wawasan
kepada masyarakat secara bertahap dan menyeluruh terutama kalangan
Page 71
61
anak muda tentang makna jihad yang sesungguhnya, dan bahwa berjihad
yang benar tidak dengan cara kekerasan yang justru bertentangan dengan
ajaran Islam yang damai, Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
3. Pemerintah Indonesia beserta seluruh jajaran komponen bangsa, lembaga-
lembaga negara, organisasi kemayarakatan dan seluruh masyarakat harus
bersatu dalam memberantas dan mencegah bahaya terorisme yang
membahayakan stabilitas dan keamanan kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Page 72
62
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abidin, Zainal. Menangkal Ideologi Radikal: Menguak Sejarah, Pemikiran, dan
Dalang Ekstremisme. Jakrta: Pustaka Imam Bonjol, 2014.
Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Ali, As’ad Said. Al-Qaeda: Tinjauan Sosial Politik Ideologi dan Sepak
Terjangnya. Jakarta: LP3ES, 2014.
Alyani, Al, Ali bin Nafayyi’. Tujuan dan Sasaran Jihad. Jakarta: Gema Insani
Press, 1993.
Amin, Ma’ruf. “Seminar Nasional Fenomena ISIS bagi NKRI dan Islam
Rahmatan Lil’alamin”. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Kementrian Agama RI. Jakarta: 9 Agustus 2014.
Assad, Muhammad Haidar. ISIS: Organisasi Paling Mengerikan Abad Ini.
Jakarta: PT Zaytuna Ufuk Abadi, 2014.
Azzam, Abdullah. Tarbiyah Jihadiyah. Solo: Jazera, 2013.
Azra, Azyumardi. Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalis Modernisme
Hingga Post Modernisme. Jakarta: Paramadina, 1996.
Banna, Al, Gamal. Jihad. Tenerjemah. Tim MataAir Publishing. Al-Jihaad.
Jakarta: MataAir Publishing, 2006.
Chirzin, Muhammad. Jihad Dalam al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset, 1997.
Page 73
63
Djaelani, Abdul Qodir. Jihad Fi sabilillah dan Tantangan-tantangannya. Jakarta:
CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1995.
El Sulthani, Mawardi Labay. Umat Islam Siap Perang. Jakarta: Al-Mawardi
Prima, 2002.
Golose, Petrus Reinhard. Invasi Terorisme ke Cyberspace. Jakarta: Yayasan
Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian Gedung Perkuliahan PTIK, 2015.
,............................ Deradikalisasi Terorisme: Humanis, Soul Approach
dan Menyentuh Akar Rumput. Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian
Ilmu Kepolisian Gedung Perkuliahan PTIK, 2015.
Halabi, Al, Ali Hasan. ISIS: Khilafah Islamiyyah atau Khawarij?. Jakarta:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2015.
Hassan, Muhammad Haniff. Meluruskan Jihad Sesat Imam Samudra & Kelompok
Islam Radikal: Teroris Membajak Islam. Jakarta: Grafindo Khazanah
Ilmu, 2007.
Mahmud, Ali Abdul Halim. Fiqih Rekonsiliasi dan Reformasi menurut Hasal Al-
Bana: Rukun Jihad Kajian Tuntas Tentang Konsep Mempertahankan
Eksistensi Umat. Jakarta: Al-i’tishom Cahaya Umat, 2001.
Mashuri, Ikhwanul Kiram. ISIS: Jihad atau Petualangan. Jakarta: Republika
Penerbit, 2014.
Muhammad, Reno. ISIS: Kebiadaban Konspirasi Global. Jakarta: PT Mizan
Publika, 2014.
Muzadi, Hasyim. Gerakan Radikal Islam Di Indonesia. Jakarta: Ays-Net, 2004.
Samantho, Ahmad Yanuana. ISIS & Illuminati. Jakarta: PT Ufuk Publishing
House, 2015.
Page 74
64
Nasution, Aulia Rosa. Terorisme sebagai Kejahatan terhadap Kemanusiaan
Dalam Persfektif Hukum Internasional dan Hak Asasi Manusia. Jakarta:
Kencana, 2012.
Nasr, Seyyed Hossein. Islam Tradisi di Tengah Kancah Dunia Modern.
Penerjemah Luqman Hakim. Bandung: Pustaka, 1994.
Oktorino, Nino. Konflik Bersejarah Pedang Sang Khalifah. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2015.
Putra, Nusa. Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi. Jakarta: PT Indeks, 2012.
Rais, Dhiauddin. Teori Politik Islam. Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani.
Jakarta: Gema Insani, 2001.
Sabarguna, Boy S. Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif. Jakarta: UI-Press,
2008.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 1986.
SB, Agus. Deradikalisasi Nusantara: Perang Semesta Berbasis Kearifan Lokal
Melawan Radikalisasi dan Terorisme. Jakarta: Daulat Press, 2016.
Syu’aibi, Ali dan Gils Kibil. Meluruskan Radikalisme Islam. Ciputat: Pustaka
Azhary, 2004.
Abidin, Zainal. Menangkal Ideologi Radikal. Jakarta: Pustaka Imam Bonjol, 2014.
Yazid, Jihad: Dalam Syariat Islam dan Penerapannya di Masa Kini. Jakarta:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2015.
Page 75
65
Zada, Khamami. “Menangkal Radikalisme Baru di Kampus Persfektif Hukum,
Politik, dan Keagamaan”. Studium General. Jakarta: Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Jakarta, 1 Oktober 2014.
Hasil Wawancara
Wawancara Pribadi Prof. Dr. Irfan Idris, Juru Bicara Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT). Jakarta: 1 Agustus 2016.
Wawancara Pribadi Dr. KH. Marsudi Syuhud, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama (PBNU). Jakarta: 23 Agustus 2016.
Wawancara Pribadi Prof. Dr. H. Syafiq A. Mughni, Ketua Pengurus Pusat
Muhammadiyah (PP Muhammadiyah). Jakarta: 8 September 2016.
Website
http://kaltim.muhammadiyah.or.id/id/nusantara-3840-detail-pernyataan-sikap-
pimpinan-pusat-muhammadiyah-tentang-islamic-state-of-iraq-and-syria-
isis.html.
www.muhammadiyah.or.id.
www.nugarislurus.com/2015/03/said-agil-sebut-isis-kelompok-radikal-islam-
paling-kejam-gus-ahyat-ahmad-milisi-syiah-juga-kejam-html.
Page 76
66
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,53703-lang,id-
c,nasional-t,NU+Minta+Pemerintah+Tegas+Sikapi+ISIS-.phpx
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,53630-lang,id-
c,nasional-
t,Syuriyah+PBNU++Jangan+Ikut+Ikutan+Mendukung+ISIS+-.phpx
Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme.
Revisi Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
Page 77
78
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Page 78
70
Transkip wawancara dengan Prof. Dr. Irfan Idris (Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme). Senin, 01 Agustus 2016 di Kantin
Lemhannas RI (Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia).
Fenomena ISIS sebuah fenomena yang muncul secara mendunia dengan
mengatasnamakan agama dan menganeksasi wilayah Syria dan Irak
sehingga keberadaannya sangat dibenci dan dicela oleh dunia dan agama.
Hal ini karena ISIS membawa nama agama dan seolah-olah berjihad,
padahal jika dikembalikan kepada al-Qur’an dan Hadis, sejarah pada
zaman Rasulullah, jihad yang dicontohkan oleh Rasulullah tidak begitu,
Rasulullah berjihad tidak pernah membunuh orang. Fenomena ini perlu
disebarluaskan bahayanya kepada masyarakat Indonesia, masyarakat
Islam, terutama kepada generasi muda yang baru belajar Islam tetapi tidak
paham konsep jihad. Kenapa bisa ada orang yang terlibat? Karena
kebanyakan dari mereka tidak paham tentang jihad dan melihat ISIS
sebagai suatu organisasi yang bagus, mengajak jihad, menyuarakan cita-
cita Islam, padahal sebaliknya membunuh. Agar tidak terjadi, Negara
Republik Indonesia mengantisipasi menyebarnya paham ISIS yang radikal
melalui BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) yang secara
umum memiliki tugasnya menyiapkan strategi kebijakan nasional,
mengkoordinir pencegahan bukan menindak. Strategi yang digunakan
adalah pencegahan dan deradikalisasi, pencegahan disebut juga kontra
radikalisasi diperuntukankepada seluruh komponen bangsa yang belum
terpapar, maka dilakukan pencegahan yang banyak dilakukan di pesantren,
Page 79
71
sekolah-sekolah, di kampus, lingkungan masyarakat, terutama lingkungan
sekolah yang masih suka tawuran dan lain-lain. Dan yang melakukannya
adalah tokoh agama, tokoh adat, tokoh bangsa, orangtua, guru, agar para
generasi muda tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu radikalisme yang
mengatasnamakan agama. Karena biasanya di tempat-tempat ini yang
selalu menjadi sasaran menyebarkan kebencian dan paham kekerasan atau
radikalisme dengan membawa nama agama sebagai dalilnya. Jihad
diartikan dengan makna yang bukan sebenarnya, jihad diartikan dengan
membunuh. Selain itu, media juga sangat berpengaruh dalam membuat
opini
Page 80
72
Transkip Wawancara Pribadi dengan Kh. Marsudi Syuhud, Ketua
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Selasa, 23 Agustus 2016 di Kantor
Pengurus Besar Nahdltul Ulama, Gedung Lt. 3, Jakarta Pusat.
Nahdlatul Ulama sudah mengawal keberagaman Indonesia sejak negara ini
belum berdiri. Beliau menjelaskan bahwa sejak muktamar ke-11 di
banjarmasih tahun 1953 NU sudah memimpikan sebuah negara yang
memiliki bingkai seperti ketika Nabi Muhammad SAW menata negara
Madinah. Saat itu ada berbagai acam agama yang ada di sana, antara lain 2
golongan agama Islam 2 (muhajirin dan ansor), Nasrani, Yahudi, dan
Majusi (Zoroaster). Oleh Nabi Muhammad pemeluk agama yang berbeda
tidak dihabisi tetapi dibuat bisa hidup bersama, saling bersaudara satu
sama lain. Situasi inilah yang diangankan dan diidealkan oleh NU. Bahkan
ketika Republik Indonesia mau diproklamasikan NU melalui wakilnya,
KH Wahid Hasyim, ikut ambil bagian menjadi tim 9 BPUPKI dan ikut
menyepakati Pancasila. Namun ternyata dalam perjalanan sejarah republik
ini masih tersisa kelompok yang belum sepakat dengan pancasila dan
masih ingin mempertahankan & kata Piagam Jakarta. Ruh perbedaan itu
sampai sekarang masih ada. Diantara anak bangsa masih ada yang
memimpikan Negara Islam, berangkat dari 7 kata itu. Maka, bibit itu
masih ada sampai sekarang. Apalagi ketika persoalan politik atau perang
Page 81
73
dunia ikut mempengaruhi. Menurut KH. Marsudi Syuhud persoalan
radikalisme ini perlu disikapi dan direspon secara serius karena persoalan
ini sudah merambah ke seluruh dunia. Bahkan di Washington DC telah
bekembang Islamofobia. Salah satu upaya NU untuk membendung hal itu
melalui sosialisasi Islam Nusantara. Selanjutnya NU juga berusaha untuk
membendung radikalisme diantara orang-orang muda Islam yang
dilakukan melalui jalur pendidikan. Hal ini diharapkan agar orang-orang
muda Islam memahami makna jihad yang sesungguhnya, tidak melakukan
aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama dan tidak mudah mengikut
organisasi-organisasi baru yang belum jelas asal-usulnya dan masih
dipertanyakan keIslamannya.
Page 82
74
Transkip Wawancara Pribadi dengan Prof. Dr. H. Syafiq A. Mughni,
MA Ketua PP Muhammadiyah, Kamis 08 September 2016 Di Gedung
Pusat Muhammadiyah Menteng Raya no 62 Jakarta Pusat.
Muhammadiyah menolak paham radikal ISIS (Islamic State of Irak and
Syria) di Indonesia karena beberapa alasan:
1. Karena Indonesia merupakan Nation State (Negara kebangsaan) dan
itu sudah mempunyai teritorial yang terbatas yang permanen
berdasarkan kesepakatan internasional sehingga tidak boleh ada
pelanggaran, ekspansi, inperialisme, kolonialisme, semua itu sudah
tidak zamannya lagi dan bertentangan dengan kesepakatan hukum
internasional serta bersebrangan dengan realitas politik di negara ini.
2. Bahwa dalam melakukan dakwah dalam hal apapun tidak boleh
dengan kekerasan, harus dengan jalan damai, harus dengan penuh
penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, harus dengan
penghargaan terhadap keselamatan jiwa, harta dan lain sebagainya
sesuai dengan maqosid syariah. Jika konsep jihad ISIS dibawa ke
Indonesia akan menyebabkan gangguan terhadap tata kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia, Indonesia telah mempunyai
kesepakatan bahwa kita telah berada dalam sebuah negara dalam
bentuk NKRI sehingga itu tidak boleh dirubah lagi tidak boleh dibolak
balik menjadi negara dalam bentuk apapun. Kemudia negara Indonesia
Page 83
75
juga telah sepakat menggunakan sistem demokrasi, maka apapun yang
bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi tidak boleh berkembang di
negara Indonesia. Kemudian, usaha-usaha yang dilakukan oleh
Muhammadiyah adalah: pertama ikut aktif untuk membangun
perdamaian bukan hanya di Indonesia tetapi juga di dunia
Internasional, aktif dalam mengadvokasi gerakan perdamaian dan
mendakwahkan Islam yang moderat yang anti kekerasan, kedua:
Muhammadiyah melakukan upaya pendidikan terhadap mahasiswa
terhadap anak-anak didik bahwa kita sudah sepakat membangun
negara ini dengan perdamaian. Muhammadiyah mengkapanyekan
Islam yang anti kekerasan, siapapun tidak boleh melakukan kekerasan,
Muhammadiyah berjuang di dalam memerangi kemiskinan, moto
Muhammadiyah pro terhadap orang miskin tapi anti terhadap
kemiskinan, karena kemiskinan akar dari radikalisme, tidak semua
kemiskinan mengarah kepada radikalisme, akan tetapi radikalisme bisa
bersumber dari kemiskinan, kemudian Muhammadiyah juga berjuang
di dalam menegakan keadilan, karena radikalisme bersumber juga dari
ketidakadilan, jadi selesikan dulu akarnya supaya tidak menjadi bibit
dari radikalisme di Negara Indonesia.
Page 84
76
Dokumentasi Gambar Melakukan Wawancara
1.1 Wawancara bersama Prof. Irfan Idris
1.2 Wawancara bersama Prof. Sayfiq A Mughni
Page 85
77
1.3 Wawancara bersama Dr. KH. Marsudi Syuhud