Tantangan di era saat ini yang bisa mengancam eksistensi
kepribadian bangsa karena mau tak mau bangsa Indonesia berada di
pusaran arus globalisasi dunia. Dalam arus globalisasi saat ini
dimana tidak ada lagi batasan-batasan yang jelas antar setiap
bangsa Indonesia,rakyat dan bangsa Indonesia harus membuka
diri.Dahulu,sesuai dengan tangan terbuka menerima masuknya pengaruh
budaya hindu, islam, serta masuknya kaum barat yang akhirnya
melahirkan kolonialisme. Pengalaman pahit berupa kolonialisme tentu
sangat tidak menyenangkan untuk kembali terulang. Patut diingat
bahwa pada zaman modern sekarang ini wajah kolonialisme dan
imperialisme tidak lagi dalam bentuk fisik, tetapi dalam wujud lain
seperti penguasaan politik dan ekonomi. Meski tidak berwujud fisik,
tetapi penguasaan politik dan ekonomi nasional oleh pihak asing
akan berdampak sama seperti penjajahan pada masa lalu, bahkan akan
terasa lebih menyakitkan. Dalam pergaulan dunia yang kian global,
bangsa yang menutup diri rapat-rapat dari dunia luar bisa
dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan kemajuan
bangsa-bangsa lain. Bahkan, negara sosialis seperti Uni Sovietyang
terkenal anti dunia luartidak bisa bertahan dan terpaksa membuka
diri. Maka, kini, konsep pembangunan modern harus membuat bangsa
dan rakyat Indonesia membuka diri.Dalam upaya untuk meletakan
dasar-dasar masyarakat modern, bangsa Indonesia bukan hanya
menyerap masuknya modal, teknologi, ilmu pengetahuan, dan
ketrampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-nilai sosial politik
yang berasal dari kebudayaan bangsa lain. Yang terpenting adalah
bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring agar hanya
nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian
bangsa saja yang terserap. Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang
tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya nasional mesti
ditolak dengan tegas.Pancasila sebagai Way of LifeKunci jawaban
dari persoalan tersebut terletak pada Pancasila sebagai pandangan
hidup dan dasar negara. Bila rakyat dan bangsa Indonesia konsisten
menjaga nilai-nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai atau budaya dari
luar yang tidak baik akan tertolak dengan sendirinya. Cuma,
persoalannya, dalam kondisi yang serba terbuka seperti saat ini
justeru jati diri bangsa Indonesia tengah berada pada titik
nadir.Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal
dirinya sendiri sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar baik
yang sesuai maupun tidak sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-nilai
yang datang dari luar serta-merta dinilai bagus, sedangkan
nilai-nilai luhur bangsa yang telah tertanam sejak lama dalam hati
sanubari rakyat dinilai usang. Lihat saja sistem demokrasi yang
kini tengah berkembang di Tanah Air yang mengarah kepada faham
liberalisme. Padahal, negara Indonesiaseperti ditegaskan dalam
pidato Bung Karno di depan Sidang Umum PBBmenganut faham demokrasi
Pancasila yang berasaskan gotong royong, kekeluargaan, serta
musyawarah dan mufakat.Sistem politik yang berkembang saat ini
sangat gandrung dengan faham liberalisme dan semakin menjauh dari
sistem politik berdasarkan Pancasila yang seharusnya dibangun dan
diwujudkan rakyat dan bangsa Indonesia. Terlihat jelas betapa
demokrasi diartikan sebagai kebebasan tanpa batas. Hak asasi
manusia (HAM) dengan keliru diterjemahkan dengan boleh berbuat
semaunya dan tak peduli apakah merugikan atau mengganggu hak orang
lain.Budaya dari luar, khususnya faham liberalisme, telah merubah
sudut pandang dan jati diri bangsa dan rakyat Indonesia. Dalam
kondisi seperti itusekali lagiperan Pancasila sebagai pandangan
hidup dan dasar negara memegang peranan penting. Pancasila akan
menilai nilai-nilai mana saja yang bisa diserap untuk disesuaikan
dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai
baru yang berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian
bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap bangsa di dunia sangat
memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan mengetahui
dengan jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan pandangan
hidup, suatu bangsa mempunyai pedoman dalam memandang setiap
persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan
tersebut .Dalam pandangan hidup terkandung konsep mengenai dasar
kehidupan yang dicita-citakan suatu bangsa. Juga terkandung
pikiran-pikiran terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud
kehidupan yang dicita-citakan. Pada akhirnya pandangan hidup bisa
diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari nilai-nilai yang
dimiliki suatu bangsa yang diyakini kebenarannya serta menimbulkan
tekad bagi bangsa yang bersangkutan untuk mewujudkannya. Karena
itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa
Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau meniru model yang
dilakukan bangsa lain, tanpa menyesuaikan dengan pandangan hidup
dan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri. (DP, berbagai
sumber)http://www.pusakaindonesia.org/pancasila-sebagai-benteng-menghadapi-globalisasi/
Peran Pancasila dalam Pengaruh Ideologi di era Globalisasi May
5, 2014 Artikel admin
Era globalisasi yang pesat bahkan cenderung ektrim telah
menggeser peradapan-peradapan lokal bangsa ke posisi yang semakin
terjepit dan terpinggirkan. Peta percaturan politik dunia telah
menempatkan dominasi dunia Barat (baca Eropa) dan Amerika sebagai
pemegang saham terbesar berbagai bidang baik ekonomi, politik,
ideology, budaya di planet bumi. Akibatnya nilai karakter local
suatu bangsa akan tergerus dan semakin terkikis di tanah airnya
sendiri. Itulah yang dialami Pancasila sebagai Dasar Negara.
Padahal, sebagai ideologi terbuka , Pancasila pada prinsipnya dapat
menerima unsur unsur dari bangsa lain sepanjang tidak bertentangan
dengan nilai nilai dasarnya. Oleh karena itu tidak menutup
kemungkinan pemahaman dan pengamalan Pancasila selalu berkembang
sesuai dengan dinamika perkembangan zaman. Pengaruh negatif
globalisasi harus diwaspadai, karena globalisasi mampu meyakinkan
sementara masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa
manusia ke arah kemajuan dan kemakmuran .Akibat berkembang pesatnya
globalisasi didunia, masyarakat Indonesia sudah mulai banyak yang
mengikuti budaya-budaya barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
yang tercantum dalam ideology kita. Hal ini merupakan contoh
pengaruh negative globalisasi terhadap ideology pancasila. Yang
semestinya tidak perlu untuk ditiru, karena pada dasarnya nenek
moyang bangsa Indonesia memiliki sikap dan etika yang baik dan
santun. Baik dalam berpakaian dan tingkah laku. Sekarang, dapat
kita saksikan sendiri bagaimana masyarakat Indonesia dalam meniru
gaya orang Barat. Hal yang mestinya tidak baik untuk ditiru jelas
sangat bertentangan dengan ideology bangsa kita.Hak asasi manusia
(HAM) dengan keliru diterjemahkan dengan boleh berbuat semaunya dan
tak peduli apakah merugikan atau mengganggu hak orang lain. Budaya
dari luar, khususnya faham liberalisme, telah merubah sudut pandang
dan jati diri bangsa dan rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan
tata hidup yang serba liberal memaksa bangsa dan rakyat Indonesia
hidup dalam ketidakpastian. Akibatnya, seperti terlihat saat ini,
konstelasi politik nasional serba tidak jelas. Para elite politik
tampak hanya memikirkan kepentingan dirinya dan kelompoknya
semata.Dalam kondisi seperti itu sekali lagi peran Pancasila
sebagai pandangan hidup dan dasar negara memegang peranan penting.
Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa diserap
untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan
begitu, nilai-nilai baru yang berkembang nantinya tetap berada di
atas kepribadian bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap bangsa di dunia
sangat memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan
mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan
pandangan hidup, suatu bangsa mempunyai pedoman dalam memandang
setiap persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan
tersebut .Dalam pandangan hidup terkandung konsep mengenai dasar
kehidupan yang dicita-citakan suatu bangsa. Juga terkandung
pikiran-pikiran terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud
kehidupan yang dicita-citakan. Pada akhirnya pandangan hidup bisa
diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari nilai-nilai yang
dimiliki suatu bangsa yang diyakini kebenarannya serta menimbulkan
tekad bagi bangsa yang bersangkutan untuk mewujudkannya. Karena
itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa
Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau meniru model yang
dilakukan bangsa lain, tanpa menyesuaikan dengan pandangan hidup
dan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri.Kita sebagai masyarakat
Indonesia harus pandai memilah mana yang sesuai dan mana yang tidak
sesuai dengan ideology kita. Jangan sampai Kita terjerumus dalam
suatu masalah yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur ideology
kita yang disebabkan oleh perkembangan globalisasi didunia saat
ini.(DP/ berbagai
sumber)http://www.pusakaindonesia.org/peran-pancasila-dalam-pengaruh-ideologi-di-era-globalisasi/
Komunikasi adalah berhubungan dengan orang lain mudah tidak
perlu datang untuk ketemu. Misalnya seorang pelajar diindonesia
bisa dapat berinformarsi dengan pelajar di inggis dengan mengunakan
chatting dan internet. Tranportasi adalah orang berpergian jarak
jauh akan mudah karena ada jenis angkutan baik darat , udara, dan
laut. Nilai nilai adalah dimisalkan nilai goyong royong , bahu
membahu, dan nilai kebersamaan dari masyarakat indonesia oleh
barat. Atau sebaliknya nilai persamaan hak , kebebasan ,
individualistik, dari masyarakat barat diserap masyarakat indonesia
Arti penting globalisasi adalah : 1.Dalam ekonomi globalisasi
berperan untuk membuka jaringan pasar internasional bagi hasil
produksi dalam negeri. Maka perkembangan akan perkembang yang
sangat pesat dan cepat , karena adanya teknologi. 2.Dalam
komunikasi globalisasi memungkinkan penyampaian informasi secara
cepat dari dunia ke indonesia, melalui televisi, radio , internet,
hp atau telepon dll. 3.Pembangungan globalisasi membuat masyarakat
indonesia dapat mengunakan teknologi moderen, misalnya adalah dalam
hal pertanian. 4.Bidang politik globalisasi misalnya adalah
informasi tentang perang timur tengah membuat indonesia
berinisiatif membuat indonesia untuk melakukan dan membuat
perdamaian kekawasan tersebut. 5.Bidang pendidikan peranananya
globalisasi adalah penyebaran ilmu pengetahuan diseluruh indonesia
secara cepat. 3.PERAN IDEOLOGI PANCASILA DALAM GLOBALISASI
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan oleh
para pendiri negara ini haruslah menjadi sebuah acuan dalam
menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, berbagai tantangan
dalam menjalankan ideologi pancasila juga tidak mampu untuk
menggantikankan pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia,
pancasila terus dipertahankan oleh segenap bangsa Indonesia sebagai
dasar negara, itu membuktikan bahwa pancasila merupakan ideologi
yang sejati untuk bangsa Indonesia. Oleh karena itu tantangan di
era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi kepribadian bangsa,
dan kini mau tak mau, suka tak suka bangsa Indonesia berada di
pusaran arus globalisasi dunia. Tetapi harus diingat bahwa bangsa
dan negara Indonesia tak mesti kehilangan jati diri, kendati hidup
ditengah-tengah pergaulan dunia. Rakyat yang tumbuh di atas
kepribadian bangsa asing mungkin saja mendatangkan kemajuan, tetapi
kemajuan tersebut akan membuat rakyat tersebut menjadi asing dengan
dirinya sendiri. Mereka kehilangan jati diri yang sebenarnya sudah
jelas tergambar dari nilai-nilai luhur pancasila. Dalam arus
globalisasi saat ini dimana tidak ada lagi batasan-batasan yang
jelas antar setiap bangsa Indonesia, rakyat dan bangsa Indonesia
harus membuka diri. Dahulu, sesuai dengan tangan terbuka menerima
masuknya pengaruh budaya hindu, islam, serta masuknya kaum barat
yang akhirnya melahirkan kolonialisme. Dalam pergaulan dunia yang
kian global, bangsa yang menutup diri rapat-rapat dari dunia luar
bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan kemajuan
bangsa-bangsa lain. Bahkan, negara sosialis seperti Uni Soviet yang
terkenal anti dunia luar tidak bisa bertahan dan terpaksa membuka
diri. Maka, kini, konsep pembangunan modern harus membuat bangsa
dan rakyat Indonesia membuka diri. Dalam upaya untuk meletakan
dasar-dasar masyarakat modern, bangsa Indonesia bukan hanya
menyerap masuknya modal, teknologi, ilmu pengetahuan, dan
ketrampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-nilai sosial politik
yang berasal dari kebudayaan bangsa lain. Yang terpenting adalah
bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring agar hanya
nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian
bangsa saja yang terserap. Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang
tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya nasional mesti
ditolak dengan tegas. Kunci jawaban dari persoalan tersebut
terletak pada Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara.
Bila rakyat dan bangsa Indonesia konsisten menjaga nilai-nilai
luhur bangsa, maka nilai-nilai atau budaya dari luar yang tidak
baik akan tertolak dengan sendirinya. Cuma, persoalannya, dalam
kondisi yang serba terbuka seperti saat ini justeru jati diri
bangsa Indonesia tengah berada pada titik nadir. Bangsa dan rakyat
Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri sehingga
budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun tidak
sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-nilai yang datang dari luar
serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang
telah tertanam sejak lama dalam hati sanubari rakyat dinilai usang.
Lihat saja sistem demokrasi yang kini tengah berkembang di Tanah
Air yang mengarah kepada faham liberalisme. Padahal, negara
Indonesia seperti ditegaskan dalam pidato Bung Karno di depan
Sidang Umum PBB menganut faham demokrasi Pancasila yang berasaskan
gotong royong, kekeluargaan, serta musyawarah dan mufakat. Sistem
politik yang berkembang saat ini sangat gandrung dengan faham
liberalisme dan semakin menjauh dari sistem politik berdasarkan
Pancasila yang seharusnya dibangun dan diwujudkan rakyat dan bangsa
Indonesia. Terlihat jelas betapa demokrasi diartikan sebagai
kebebasan tanpa batas. Hak asasi manusia (HAM) dengan keliru
diterjemahkan dengan boleh berbuat semaunya dan tak peduli apakah
merugikan atau mengganggu hak orang lain. Budaya dari luar,
khususnya faham liberalisme, telah merubah sudut pandang dan jati
diri bangsa dan rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup
yang serba liberal memaksa bangsa dan rakyat Indonesia hidup dalam
ketidakpastian. Akibatnya, seperti terlihat saat ini, konstelasi
politik nasional serba tidak jelas. Para elite politik tampak hanya
memikirkan kepentingan dirinya dan kelompoknya semata. Dalam
kondisi seperti itu sekali lagi peran Pancasila sebagai pandangan
hidup dan dasar negara memegang peranan penting. Pada akhirnya
pandangan hidup bisa diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari
nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa yang diyakini kebenarannya
serta menimbulkan tekad bagi bangsa yang bersangkutan untuk
mewujudkannya. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Jadi kesimpulan dari
makalah ini adalah bangsa dan negara Indonesia tidak bisa
menghindari akan adanya tantangan globalisasi, dengan menjadikan
pancasila sebagai pedoman dalam menghadapi globalisasi bangsa
Indonesia akan tetap bisa menjaga eksistensi dan jati diri bangsa
Indonesia. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa
diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri.
Dengan begitu, nilai-nilai baru yang berkembang nantinya tetap
berada di atas kepribadian bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap
bangsa di dunia sangat memerlukan pandangan hidup agar mampu
berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang
hendak dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu bangsa mempunyai
pedoman dalam memandang setiap persoalan yang dihadapi serta
mencari solusi dari persoalan tersebut. Dalam pandangan hidup
terkandung konsep mengenai dasar kehidupan yang dicita-citakan
suatu bangsa. Juga. Dari hal inilah dapat disimpulkan bahwa
ideologi pancasila sebagai dasar negara yang mempunyai lambang
Bhineka Tunggal Ika dapat dijadikan patokan dalam menghadapi
tantangan era globalisasi. SARAN Saran kami sebagai penulis kepada
para pembaca diharapkan bisa tetap menjaga kepribadian bangsa dalam
menghadapi tantangan globalisasi, serta bisa mengambil hal-hal
positif dari efek globalisasi dengan tetap berpegang teguh kepada
pancasila sebagai dasar negara sehingga bisa membantu pembangunan
dan perkembangan negara. Sebagai generasi muda kita harus bisa
mempertahankan bangsa yang sudah dilanda maraknya suatu perubahan
yang secara mengglobal ini. Sungguh ironi ketika bangsa ini
memiliki generasi yang tidak bisa menyaring pengaruh buruk asing
yang bisa membuat dirinya terjerumus ke jalan yang menyesatkannya.
Kita sebagai Pendidik dan orang tua wajib menanamkan jiwa Pancasila
yang ada di tubuh Negara ini sebagai benteng pengaruh buruk
tersebut. Dengan nilai-nilai Agama yang sesuai ajaran Al-Quran dan
Hadits
https://www.academia.edu/5639953/Ideologi_pancasila_dalam_menghadapi_globalisasi
KEDUDUKAN PANCASILA DI ERAGLOBALISASIDes16URGENSI PANCASILA DI
ERA GLOBALISASIOleh: YulianingsihPendahuluanBagi bangsa Indonesia
membangun bangsa dan negara dengan kekuatan dan kepribadian
sendiri, perubahan sosial tidak berarti westernisasi. Perubahan
sosial yang terjadi dipandang sebagai upaya bangsa untuk
mengembangkan kepribadiannya sendiri melalui penyesuaian dengan
tuntutan dan kebutuhan masyarakat modern dan memandang pergaulan
dunia. Kini bangsa Indonesia harus hidup dan berada di antara
pusaran arus globalisasi dunia tetapi harus selalu ingat bahwa
bangsa dan negara Indonesia tidak boleh kehilangan jati diri saat
hidup di tengah-tengah pergaulan dunia. Dalam pergaulan dunia yang
kian global, bangsa yang menutup diri dari dunia luar pasti akan
tertinggal oleh kemajuan zaman dan kemajuan bangsa-bangsa lain.
Maka konsep pembangunan modern harus membuat bangsa dan rakyat
Indonesia membuka diri dalam upaya untuk menyerap masuknya ilmu
pengetahuan, teknologi, keterampilan dan nilai-nilai sosial politik
yang berasal dari kebudayaan bangsa lain. Rakyat Indonesia kini
seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri sehingga budaya atau
nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai
terserap semuanya. Nilai-nilai luhur bangsa yang telah tertanam
sejak lama diabaikan, misalnya sistem demokrasi yang berkembang di
tanah air sudah mengarah kepada paham liberalisme. Padahal, negara
Indonesia menganut paham demokrasi pancasila yang berasaskan
gotong-royong, kekeluargaan, musyawarah dan mufakat. Dalam kondisi
yang seperti ini pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup
memegang peranan penting. Pancasila akan menilai sesuatu yang dapat
diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai
baru yang berkembang nantinya akan tetap berada pada kepribadian
bangsa Indonesia. Setiap negara di dunia sangat memerlukan
pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan mengetahui dengan
jelas arah serta tujuan yang akan dicapai. Dengan pandangan hidup
suatu bangsa mempunyai pedoman dalam memandang setiap persoalan
yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan
tersebut.Pancasila Sebagai Dasar Negara RIPancasila yang
dikemukakan dalam Sidang I dari BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945
dikandung maksud untuk dijadikan dasar negara bagi Negara Indonesia
Merdeka. Adapun dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang
menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesia
yang merdeka. Sidang BPUPKI telah menerima secara bulat Pancasila
itu sebagai dasar negara Indonesia dalam keputusan sidang PPKI
kemudian pada tanggal 18 Agustus Pancasila tercantum secara resmi
dalam pembukaan UUD RI. Undang-Undang Dasar yang menjadi sumber
ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur pokok yang kuat dan
menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa dan negara, agar
peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa. Peraturan-peraturan
selanjutnya yang disusun untuk mengatasi dan menyalurkan
persoalan-persoalan yang timbul berhubung dengan penyelenggaraan
dan perkembangan negara harus didasarkan dan berpedoman
Undang-Undang Dasar. Oleh karena itu pancasila tercantum dalam UUD
1945 dan bahkan menjiwai seluruh isi peraturan dasar tesebut yang
berfungsi sebagai dasar negara sebagaimana jelas tercantum dalam
alinea IV pembukaan UUD 1945 maka semua peraturan
perundang-undangan RI yang dikeluarkan negara dan pemerintah RI
haruslah sejiwa dengan dasar negara yaitu pancasila. Isi dan tujuan
dari peraturan perundang-undangan RI tidak boleh menyimpang dari
jiwa pancasila (Ign Gatut Saksono,2007 :35).Pancasila Sebagai
Pandangan Hidup Bangsa IndonesiaSetiap bangsa yang berdiri kokoh
dan kuat perlu mengetahui dengan jelas ke arah mana tujuan yang
ingin dicapai. Oleh sebab itu perlu juga bangsa itu memiliki
pendangan hidup. Dengan pandangan hidup inilah suatu bangsa akan
memandang persoalan-persoalan yang dihadapinya dan menentukan arah
serta cara bagaimana bangsa itu memecahkan persoalan-persoalannya.
Tanpa memiliki pandangan hidup maka suatu bangsa akan merasa terus
terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan besar umat
manusia dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia. Dengan
pandangan hidup yang jelas suatu bangsa akan memiliki pegangan dan
pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi,
sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang akan
maju. Dengan berpedoman pada pandangan hidup itu pula suatu bangsa
akan membangun dirinya. Dalam pandangan hidup ini terkandung konsep
dasar dan mengenai kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa,
terkandung pikiran dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud
kehidupan yang baik (Ign Gatut Saksono,2007: 33) Dipoyudo (1979:30)
menjelaskan Negara pancasila adalah negara yang didirikan,
dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan
mengembangkan martabat dan hak-hak asasi semua warga bangsa
Indonesia agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia,
mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraan lahir batin
seluruh rakyat, memajukan kesejahteraan umum dan mecerdaskan
bangsa. Pancasila bagi kita merupakan pandangan hidup, kesadaran
dan cita-cita moral yang meliputi kejiwaan dan watak yang sudah
berurat-akar di dalam kebudayaan bangsa indonesia. Ialah suatu
kebudayaan yang mengajarkan bahwa hidup manusia akan mencapai jika
dapat dikembangkan keselarasan dan keseimbangan , baik dalam hidup
manusia sebagai manusia, maupun di dalam mengajar kemajuan lahiriah
dan kebahagiaan rokhaniah. (Khansil, 1986, hlm. 80-81). Pancasila
disepakati sebagai sumber dari segala sumber hukum. Namun tak
sebatas itu termasuk juga sebagai nilai budaya yang menjiwai setiap
gerak langkah rakyatnya. Hal ini diartikan bahwa kualitas akan
produk hukum dan budaya ditentukan oleh seberapa jauh bangsa
Indonesia mampu memaknai atau memahami sumber dasarnya sendiri.
Akan tetapi yang menjadi permasalahan saat ini adalah semakin lama
pemahaman terhadap nilai-nilai pancasila justru semakin memudar.
Pengaruh masuknya budaya asing ditengah kehidupan masyarakat yang
selalu diikuti adanya penyaringan kaidah merupakan penyebab semakin
terkikisnya rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Adapun pendapat
yang menyatakan untuk meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap
nilai-nilai pancasila pertama kali perlu dibangun adanya rasa
memiliki terhadap nilai-nilai pancasila (sumaryati,
2005:115).Pancasila itu menggambarkan Indonesia, Indonesia yang
penuh dengan nuansa plural yang secara otomatis menggambarkan
bagaimana multikulturalnya bangsa kita. Ideologi Pancasila
hendaknya menjadi satu panduan dalam berbangsa dan bernegara karena
masyarakat kita saat ini cenderung mengabaikan ideologi bangsanya
sendiri. Pancasila akan mengatasi keanekaragaman dalam masyarakat
Indonesia dengan tetap menjaga toleransi terhadap adanya perbedaan.
Penetapan pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan
perbedaan (indefferentism) tetapi dirangkum semuanya dalam satu
semboyan khas Indonesia yang dinyatakan dalam seloka Bhineka
Tunggal Ika. Pancasila sebagai dasar negara harus diarahkan pada
pembinaan moral sehinnga moralitas pancasila dapat dijadikan
sebagai dasar dan arah dalam upaya mengatasi krisis dan
disintergrasi.Pancasila sebagai ideologi negaraPancasila sebagai
ideologi berarti suatu pemikiran yang memuat pandangan dasar dan
cita-cita mengenai sejarah manusia, masyarakat dan negara indonesia
yang bersumber dari kebudayaan Indonesia, oleh karena itu pancasila
dalam pengertian ideologi ini sama artinya dengan pandangan hidup
bangsa atau falsafah hidup bangsa. Pancasila sebagai ideologi
memuat nilai-nilai dasar yang belum bersifat operasional. Untuk
operasionalisasi ini setiap generasi harus memaknai kambali
falsafah negara ini dan mencari apa implikasi sesuai dengan konteks
zaman. Falsafah negara tidak pernah membelenggu kebebasan dan
tanggung jawab masyarakat, melainkan justru memberi peluang untuk
memperkembangkan masyarakatnya (Magnis Suseno, 1994). Merupakan
tanggung jawab setiap generasi untuk merealisaikan niai-nilai dasar
ini dalam kehidupan nyata baik sebagai individu, sebagai warga
negara serta diaktualisasikan dalam segala bentuk kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Rukiyati, 2008). Sebagai
suatu ideologi bangsa dan negara indonesia maka pancasila pada
hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau
pemikiran seseorang atau sekelompok orang sebagaimana
ideolagi-ideologi lain di dunia, namun pancasila diangkat dari
nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai-nilai
religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia
sebelum membentuk negara sehingga bangsa ini merupakan kausa
materialis (asal bahan) pancasila (Kaelan, 2008).Globalisasi
bertentangan dengan pancasilaGlobalisasi adalah suatu proses
tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah,
globalisasi memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan
ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia
melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer,
pertahanan keamanan dan teknologi informasi dan komunikasi adalah
faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan
teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai
bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia, oleh
karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.
Menghadapi era globalisasi, ancaman bahaya komunisme dan
fundamentalisme merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi bangsa
Indonesia. Disamping itu yang patut diwaspadai adalah pengelompokan
suku bangsa diIndonesiayang kini semakinkuat. Dalam kehidupan
kebersamaan antar bangsa di dunia, dalam era globalisasi yang harus
diperhatikan yaitu pemantapan jatidiri bangsa. Jika pancasila
bertentangan dengan kolonialisme, imperalisme, dan kapitalisme
tidaklah mengherankan kalau ia bertentangan dengan globalisme yang
tidak lain merupakan ideologi kapitasisme orang barat yang sedang
berusaha menguasai dunia dalam aspek ekonomi, sosial, budaya,
politik dan informatif. Saat Pancasila berbenturan dengan arus
globalisasi, maka ideologi dirasakan tak cukup lagi dapat
mengakomodasi berbagai kepentingan masyarakat Indonesia.
Globalisasi menciptakan hubungan interpersonal kini menjadi lebih
individualistik, mementingkan diri sendiri, dan pragmatis.
Globalisasi juga menjadikan hubungan interpersonal kini tak
dibatasi lagi dengan letak geografis. Masyarakat Indonesia kini
cenderung pragmatis sebagai akibat dari persoalan gaya hidup
globalisasi yang sudah merasuk dalam kesadaran pola hidup mereka.
Pemahaman Nasionalisme bangsa mulai berkurang, di saat negara
membutuhkan soliditas dan persatuan hingga sikap gotong royong,
sebagian kecil masyarakat terutama justru yang ada di perkotaan
justru lebih mengutamakan kelompoknya, golonganya bahkan negara
lain dibandingkan kepentingan negaranya. Untuk itu sebaiknya setiap
komponen masyarakat saling berinterospeksi diri untuk dikemudian
bersatu membawa bangsa ini dari keterpurukan.Wuryadi mengatakan
globalisme telah melanda peradaban dunia termasuk indonesia,
pertanyaan kritis bangsa Indonesia saat ini adalah apakah pancasila
mampu memberikan arahan, pijakan dan pedoman bagi bangsa Indonesia
menghadapi terjangan globalisasi dan kapitalisme ini bagi
keberlanjutan kehidupan bangsa Indonesia. Liberalisme dan
kapitalisme menjadi dominan dalam kehidupan bangsa dan antar bangsa
saat ini dan pancasila tertantang dan teruji. Menurut Noer Efendi,
Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut terseret sehingga
tidak berdaya akibat arus ideologi kapitalisme global. Kekuatan
kapiotalisme global tanpa disadari telah mengendalikan sebagian
besar tatanan sosial dan politik disertai munculnya gaya hidup
(kultur) kapitalisme, yakni konsumerisme. Nilai-nilai kapitalisme
global yaitu liberal, ada kecenderungan interaksi sosial para elit
politik yang tidak lagi didasarkan pada nilai-nilai sosial (moral)
tetapi lebih menonjolkan nilai materi (uang). Hasrat memenuhi
tuntutan materi telah mengenyampingkan nila-nilai moral. Tanpa
disadari pembusukan moral (korupsi, teror, intimidasi, prasangka)
merebak dalam berbagai aspek kehidupan baik sosial maupun politik.
Nilai-nilai sosial dan moral dalam kehidupan sosial politik telah
melonngar atau rusakkarena dorongan hasrat keuntungan keuntungan
ekonomi sesaat. Politik uang dan suap-menyuap, korupsi menjadi
kenyataan dalam berbagai tingkatan kehidupan politik.Moral
dikalangan pemuda, kekerasan, kemiskinan dan kesenjangan sosial,
sebagai dampak dari globalisasi dan lemahnya penegakan hukum,
konspirasi dan kolusi dikalangan birokrasi, militer dan penegak
hukum semakin sulit bagi Indonesia untuk menjadi bangsa yang bisa
berdiri sendiri sehingga mempermudah intervensi asing untuk
mencampuri urusan dalam negeri Indonesia. Karena globalisasi hanya
memberikan 2 kemungkinan yaitu memberi kemakmuran dan kebebasan
sekaligus mendatangkan kemiskinan dan ketergantungan pada negara
lain sebagaimana yang dialami Indonesia saat ini. Insting-insting
paling mendasar bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang berpegang
teguh kepada norma-norma dan etika moral dalam kehidupan politik
lenyap. Insting-insting manusia sebagai makhluk lebih menonjol.
Rasionalitas sosial yang memungkinkan manusia untuk saling
berkerjasama dengan sesama atau orang lain tidak lagi menjadi
pegangan. Yang muncul adalah dorongan untuk berkuasa dalam rangka
merengkuh keuntungan ekonomi. Akibatnya permusuhan antar sesama
karena saling mencurigai dan prasangka-prasangka yang mewarnai
kehidupan politik. Semua ini mendorong kepada situasi kekacauan
sosial yang kemudian menyebabkan menurunnya sistem kekeluargaan,
kebersamaan dan kepercayaan sebagai penguat kohesi sosial. Perasaan
kebersamaan meluntur dan semangat saling menjatuhkan serta
bermusuhan muncul. Ancaman disintegrasi sosial tampaknya akibat
yang mungkin tidak dapat dihindari. Saling tidak percaya dan curiga
senantiasa menyertai kehidupan. Pemimpin tidak mempercayai rakyat
dan rakyat tidak mempercayai pemimpin, elit politik tidak percaya
kepada rakyat dan rakyat tidak percaya lagi kepada elit politk.
Krisis kepercayaan ini tidak hanya melanda tatanan kehidupan
politik nasional tetapi juga lokal.Saat ini sadar atau tidak sadar
manusia Indonesia terseret dalam gelombang kapitalisme global. Hal
itu secara perlahan tetapi pasti telah mengikis kesadaran suatu
bangsa, kesadaran moral berlandaskan ideologi pancasila yang
menjadi pegangan dalam tata pergaulan berbangsa. Dalam situasi
seperti ini interaksi sosial dalm kehidupan masyarakat diwarnai
dengan tingkah yang mengarah pada demoralisasi dan dehumanisasi.
Jiwa dan raga bangsa ini terasa semakin rapuh, agar tidak terpuruk
kedalam jurang kehancuran maka kita perlu menumbuhkan kembali
kesadaran kolektif dengan kembali pada nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila. Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh
bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut
meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif.
Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan
politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan
mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.Pengaruh
positif globalisasi1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintah
dijalankan secara terbuka dan demokratis karena pemerintahan adalah
bagian dari suatu negara jika pemerintahan dijalankan secara jujur,
bersih dan dinamis tentu akan mendapat tanggapan positif dari
rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme
terhadap negara menjadi meningkat.2. Dari aspek globalisai ekonomi,
terbukanya pasar internasional yang meningkatkan kesempatan kerja
dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan
meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan
nasional bangsa.3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru
pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi, disiplin
dan iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan
kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan
mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.Pengaruh negatif
globalisasi1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia
bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran sehingga
tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi pancasila ke
ideologi liberalisme. Jika hal tersebut terjadi akibatnya rasa
nasionalisme bangsa akan hilang.2. Dari globalisasi aspek ekonomi,
hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negri karena banyaknya
produk luar negri membanjiri Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta
terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa
nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.3.
Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas
diri sebagai bangsa Indonesia karena gaya hidupnya cenderung meniru
budaya barat.4. Mangkibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam
antara yang kaya dan miskin karena adanya persaingan bebas dalam
globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan
antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan
nasional bangsa.5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan
ketidakpedulian antar perilaku sesama warga. Dengan adanya
individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan
bangsa.Pengaruh-pengaruh diatas memang tidak secara langsung
berpengaruh terhadap nasionalisme, akan tetapi secara keseluruhan
dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi
berkurang atau hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala
masyarakat secara global. Apa yang di luar negri dianggap baik
memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara
kita. Bila dipenuhi belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak
dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan bertindak anarkis
sehingga mapu mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional
bahkan persatuan dan kesatuan bangsa.Pengaruh Globalisasi Terhadap
Nilai Nasionalisme di Kalangan Generasi Muda.Arus globalisasi
begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda.
Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh
globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan
kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan
dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak
muda sekarang. Banyak anak muda lebih suka jika menjadi orang lain
dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau
melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan
sesuai dengan kepribadian bangsa. Teknologi internet merupakan
teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses
oleh siapa saja. Jika digunakan secara semestinya tentu kita
memperoleh manfaat yang berguna tetapi jika tidak, kita akan
mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa
yang menggunakan tidak semestinya. Dilihat dari sikap, banyak anak
muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung
tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan karena globalisasi
menganut kebebasan dan keterbukaan. Moral generasi bangsa menjadi
rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya
dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa
cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap
masyarakat padahal generasi muda adalah penerus masa depan
bangsa.Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif
globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena
itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif
globalisasi terhadap nilai nasionalisme. Langkah- langkah untuk
mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai
nasionalisme antara lain yaitu:1. Menumbuhkan semangat nasionalisme
yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri.2.
Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik-
baiknya.3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-
baiknya.4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan
hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.5. Selektif
terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi,
sosial budaya bangsa.Dengan adanya langkah-langkah antisipasi
tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh globalisasi yang dapat
mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak
akan kehilangan kepribadian bangsa.Peran Pancasila di Era
GlobalisasiMenghadapi arus globalisasi yang semakin pesat,
keurgensian pancasila sebagai dasar negara semakin dibutuhkan.
Kebebasan di era globalisasi dan reformasi sudah tidak terkendali,
ideologi Pancasila sebagai pemersatu untuk membangkitkan kembali
rasa nasionalisme. Pancasila sebagai pedoman dalam menghadapi
globalisasi dan sebagai dasar negara Indonesia yang sudah
ditentukan oleh para pendiri negara Indonesia yang menjadi sebuah
acuan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk
menghadapi berbagai tantangan dalam menjalankan ideologi pancasila.
Pancasila harus tetap dipertahankan bahwa pancasila merupakan
ideologi yang sejati untuk Indonesia. Oleh karena itu tantangan di
era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi kepribadian bangsa.
Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu
menyaring agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik saja dan
sesuai dengan kepribadian bangsa saja yang terserap. Jika
nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai
budaya nasional harus ditolak dengan tegas. Kunci dari persoalan
tersebut terletak pada pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar
negara. Bila rakyat dan bangsa Indonesia konsisten menjaga
nilai-nilai luhur bangsa maka nilai-nilai atau budaya dari luar
yang tidak baik akan tertolak dengan sendirinya.Peranan Pancasila
di Era globalisasi khususnya dalam konteks sebagai dasar Negara dan
ideologi nasional agar setiap Warga Negara Indonesia memiliki
pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang
sama terhadap kedudukan peranan dan fungsi Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kuat derasnya
arus globalisasi yang menggerus jati diri dan identitas Nasional,
pancasila tetap harus konsisten dan konsekuen dilaksanakan oleh
para pemimpin dan masyarakat karena memiliki nilai-nilai luhur yang
sangat sesuai dengan karakter bangsa yang tercermin dalam setiap
sila dari pancasila dan semangat Bhineka Tunggal Ika. Melalui
pemahaman makna pancasila yang dikembangkan dengan semangat akan
dapat mengembangkan nilai sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang
serba pluralistik. Selain itu melestarikan dan mengembangkan
pancasila sebagai dasar negara sebagaimana yang telah dirintis dan
merupakan suatu kawajiban etis dan moral yang perlu diyakinkan oleh
generasi sekarang. Pancasila merupakan sebuah kekuatan ide yang
berakar dari bumi Indonesia untuk menghadapi nilai-nilai dari luar,
sebagai sistem syaraf atau filter terhadap berbagai pengaruh luar,
nilai-nilai dalam Pancasila dapat membangun sistem dalam masyarakat
kita terhadap kekuatan-kekuatan dari luar sekaligus menyeleksi
hal-hal baik untuk diserap, dan sebagai sistem dan pandangan hidup
yang merupakan konsensus dasar dari berbagai komponen bangsa yang
plural ini. Melalui Pancasila, moral sosial, toleransi, dan
kemanusiaan, bahkan juga demokrasi bangsa ini dibentuk. Untuk itu
Pancasila harus bisa kita telaah secara analitis dengan kekayaan
nilainya sudah selayaknya digali, diperdalam, lalu
dikontekstualisasikan lagi pada perkembangan situasi yang kita
hadapi, terlebih jika Pancasila benar-benar ingin diteguhkan
sebagai ideologi bangsa.KesimpulanTidak ada yang dapat mengelakan
arus globalisasi yang menghampiri kita bahkan bangsa ini. Bangsa
Indonesia tidak dapat menghindari adanya tantangan globalisasi.
Jika globalisasi tidak disikapi dengan cepat dan tepat maka hal ini
akan mengancam eksistensi kita sebagai sebuah bangsa. Arus
globalisasi yang melanda negara ini akan memudarkan nilai-nilai
pancasila yang seharusnya dapat diaktualisasikan oleh seluruh
bangsa Indonesia dalam berbagai bidang. Peran Pancasila sangat
penting dalam menghadapi arus globalisasi karena Pancasila
merupakan sebuah kekuatan ide yang berakar dari bumi Indonesia
untuk menghadapi nilai-nilai dari luar, sebagai sistem syaraf atau
filter terhadap berbagai pengaruh luar, nilai-nilai dalam Pancasila
dapat membangun sistem dalam masyarakat kita terhadap
kekuatan-kekuatan dari luar sekaligus menyeleksi hal-hal baik untuk
diserap, dan sebagai sistem dan pandangan hidup yang merupakan
konsensus dasar dari berbagai komponen bangsa yang plural ini.
Dengan Pancasila, moral sosial, toleransi, dan kemanusiaan, bahkan
juga demokrasi bangsa ini dibentuk. Tetapi sangat disayangkan jika
wacana Pancasila belakangan ini mulai berkurang. Dengan menjadikan
pancasila sebagai pedoman dalam menhadapi globalisasi bangsa
Indonesia akan tetap bisa menjaga eksistensi dan jati diri bangsa
Indonesia. Perlu digalakan kembali penanaman nila-nilai pancasila
melalui proses pendidikan dan keteladanan.DAFTAR PUSTAKAM. Hum.,
Rukiyati, dkk. 2008. Pendidikan Pancasila. UNY Press:
Yogyakarta.Saksono, Ign Gatut. 2007. Pancasila Soekarno. Cipta
Media Jaya: Yogyakarta.Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila.
Paradigma: Yogyakarta.Krsna @Yahoo.com. Pengaruh Globalisasi
Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara
Berkembang.2005.internet:Public
Jurnalhttp://jurnalideologi.wordpress.com/2008/06/19/pengaruh-globalisasi-terhadap-ideologi-pancasila/
Home Pkn Lunturnya Ideologi Pancasila dalam Era Globalisasi
Lunturnya Ideologi Pancasila dalam Era Globalisasi Written By
Danang Ari Astina on Kamis, 09 Mei 2013 | 13.34
Saat ini kita telah memasuki era globalisasi, yang dimana waktu,
ruang, dan jarak bukan lagi menjadi pembatas. Globalisasi dapat
berpengaruh terhadap perubahan nilai-nilai budaya suatu bangsa.
Yang mau tidak mau, suka tidak suka telah datang dan menggeser
nilai-nilai yang telah ada. Nilai-nilai tersebut, ada yang bersifat
positif ada pula yang bersifat negatif. Semua ini merupakan
ancaman, tantangan, dan sekaligus sebagai peluang bagi bangsa ini
untuk berkreasi dan berinovasi di segala aspek kehidupan, khususnya
pada generasi muda Indonesia. Di era globalisasi, pergaulan
antarbangsa semakin kental. Batas antarnegara hampir tidak ada
artinya, batas wilayah tidak lagi menjadi penghalang. Di dalam
pergaulan antarbangsa yang semakin kental itu, akan terjadi proses
akulturasi, saling meniru, dan saling mempengaruhi di antara budaya
masing-masing. Adapun yang perlu dicermati dari proses akulturasi
tersebut adalah proses lunturnya nilai budaya suatu bangsa itu
sendiri, sebagai contoh yaitu : munculnya sikap individualistis,
konsumerisme, semakin menonjolnya sikap materialistis, dan
lunturnya budaya leluhur dari semulanya. Arus informasi yang
semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap nilai-nilai
asing yang negatif semakin besar. Apabila proses ini tidak segera
dibendung, akan berakibat lebih serius ketika pada puncaknya
masyarakat tidak bangga lagi pada bangsa dan negaranya. Pada
genersi muda hal ini merupakan masalah yang serius karena mereka
adalah tunas penerus bangsa, yang jika tidak dibendung akan
mengancam eksistensi dan ciri luhur bangsa ini.IdeologiSecara
etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu idea dan
logia. Idea berasal dari idein yang berarti melihat. Idea juga
diartikan sesuatu yang ada di dalam pikiran sebagai hasil perumusan
sesuatu pemikiran atau rencana. Kata logia mengandung makna ilmu
pengetahuan atau teori, sedang kata logis berasal dari kata logos
dari kata legein yaitu berbicara. Istilah ideologi sendiri pertama
kali dilontarkan oleh Antoine Destutt de Tracy (1754 1836), ketika
bergejolaknya Revolusi Prancis untuk mendefinisikan sains tentang
ide. Jadi dapat disimpulkan secara bahasa, ideologi adalah
pengucapan atau pengutaraan terhadap sesuatu yang terumus di dalam
pikiran. Dalam tinjauan terminologis, ideologi adalah cara hidup/
tingkah laku atau hasil pemikiran yang menunjukan sifat-sifat
tertentu dari seorang individu atau suatu kelas. Ideologi adalah
watak/ ciri-ciri hasil pemikiran dari pemikiran suatu kelas di
dalam masyarakat atau partai politik atau pun lainnya. Ideologi
ternyata memiliki beberapa sifat, yaitu dia harus merupakan
pemikiran mendasar dan rasional. Kedua, dari pemikiran mendasar ini
dia harus bisa memancarkan sistem untuk mengatur kehidupan. Ketiga,
selain kedua hal tadi, dia juga harus memiliki metode praktis
bagaimana ideologi tersebut bisa diterapkan, dijaga eksistesinya
dan disebarkan. Pancasila dijadikan ideologi dikerenakan, Pancasila
memiliki nilai-nilai falsafah mendasar dan rasional. Pancasila
telah teruji kokoh dan kuat sebagai dasar dalam mengatur kehidupan
bernegara. Selain itu, Pancasila juga merupakan wujud dari
konsensus nasional karena negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah
desain negara moderen yang disepakati oleh para pendiri negara
Republik Indonesia kemudian nilai yang terkandungan dalam Pancasila
dilestarikan dari generasi ke generasi. Di samping pengertian
formal menurut hukum atau formal yudiris maka Pancasila juga
mempunyai bentuk dan juga mempunyai isi dan arti (unsur-unsur yang
menyusun Pancasila tersebut). 1. Pengamalan Pancasila dalam Rangka
Menghargai Perbedaan Pancasila dirumuskan dalam semangat
kebersamaan. Salah satunya terwujud dalam sikap menghargai
perbedaan. Perbedaan pendapat tidak menjadi hambatan untuk
menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Hal itu merupakan sikap yang
harus kita tiru. Pada waktu itu bangsa Indonesia belum memiliki
dasar negara. Tetapi, sikap para tokoh telah mencerminkan semangat
kebersamaan dan jiwa ksatria. Mereka bersedia menerima perbedaaan
apa pun ketika proses perumusan dasar negara berlangsung. Nah,
sekarang kita telah memiliki Pancasila sebagai dasar negara yang
kuat. Kekuatan Pancasila telah terbukti selama berdirinya negara
Indonesia. Pancasila mampu menyatukan seluruh bangsa Indonesia.
Pancasila juga mampu bertahan menghadapi rongrongan pemberontak.
Oleh karena itu, kita harus bangga memiliki dasar negara yang kuat.
Kita harus dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari. Salah satunya adalah menghargai perbedaan. Kita harus
memiliki sikap menghargai perbedaan seperti dalam perumusan
Pancasila. Kita harus menyadari bahwa negara kita terdiri atas
beragam suku bangsa. Setiap suku Bangsa memiliki ragam budaya yang
berbeda. Perbedaan suku bangsa dan budaya bukan menjadi penghalang
untuk bersatu. Tetapi, justru perbedaan itu akan menjadikan
persatuan negara kita kuat seperti Pancasila.
2. Pengamalan Pancasila dalam Wujud Sikap Toleransi Mengamalkan
pancasila sebagai pandangan hidup bangsa (falsafah hidup bangsa)
berarti melaksanakan pancasila dalam kehidupan sehari-hari ,
menggunakan pancasila sebagai petunjuk hidup sehari-hari , agar
hidup kita dapat mencapai kesejahteraan dan kebahagian lahir dan
batin.
Pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari ini adalah
sangat penting karena dengan demikian diharapkan adanya tata
kehidupan yang serasi (harmonis).
Bahwa pengamalan pancasila secara utuh (5 sila) tersebut adalah
merupakan menjadi syarat penting bagi terwujudnya cita-cita
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pola Pelaksanaan Pedoman Pelaksanaan Pengamalan PancasilaPola
pelaksanaan pedoman pelaksanaan pengamalan pancasila dilakukan agar
Pancasila sungguh-sungguh dihayati dan diamalkan oleh segenap warga
negara, baik dalam kehidupan orang seorang maupun dalam kehidupan
kemasyarakatan. Oleh sebab itu, diharapkan lebih terarah
usaha-usaha pembinaan manusia Indonesia agar menjadi insan
Pancasila dan pembangunan bangsa untuk mewujudkan masyarakat
Pancasila.1. Jalur-jalur yang digunakan1) Jalur
pendidikanPendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam
pengamalan Pancasila, baik pendidikan formal (sekolah-sekolah)
mapun pendidikan nonformal (di keluarga dan lingkungan masyarakat),
keduanya sangat erat kaitanya dengan kehidupan manusia.Dalam
pendidikan formal semua tindak-perbuatannya haruslah mencerminkan
nilai-nilai luhur Pancasila. Dalam pendidikan keluarga pengamalan
Pancasila harus ditanamkan dan dikembangkan sejak anak-anak masih
kecil, sehingga proses pendarah-dagingan nilai-nilai Pancasila
dengan baik dan menuntut suasana keluarga yang mendukung.
Lingkungan masyarakat juga turut menentukansehingga harus dibina
dengan sungguh-sungguh supaya menjadi tempat yang subur bagi
pelaksanaan pengamalan Pancasila.Melalui pendidikan inilah
anak-anak didik menyerap nilai-nilai moral Pancasila. Penyerapan
nilai-nilai moral Pacasila diarahkan berjalan melalui pemahaman
dari pemikiran dan dan pengamalan secara pribadi. Sasaran
pelaksanaan pedomaan pengamalan Pancasila adalah perorangan,
keluarga, masyarakat, baik dilingkungan tempat tinggal
masing-masing, maupun di lingkungan tempat bekerja.2) Jalur media
massaPeranan media massa sangat menjanjikan karena pengaruh media
massa dari dahulu sampai sekarang sangat kuat, baik dalam
pembentukan karakter yang positif maupun karakter yang negatif,
sasaran media massa sangat luas mulai dari anak-anak hingga orang
tua. Sosialisasi melalui media massa begitu cepat dan menarik
sehingga semua kalangan bisa menikmati baik melalui pers, radio,
televisi dan internet. Hal itu membuka peluang besar golongan
tertentu menerima sosialisasi yang seharusnya belum saatnya mereka
terima dan juga masuknya sosialisasi yang tidak bersifat membangun.
Media massa adalah jalur pendidikan dalam arti luas dan peranannya
begitu penting sehingga perlu mendapat penonjolan tersendiri
sebagai pola pedoman pengamalan Pancasila. Sehingga dalam
menggunakan media massa tersebut harus dijaga agar tidak merusak
mental bangsa dan harus seoptimal mungkin penggunaannya untuk
sosialisasi pembentukan kepribadian bangsa yang pancasilais. Jadi,
untuk sosialisasi-sosialisasi yang mengancam penanaman pengamalan
Pancasila harus disensor.3) Jalur organisasi sosial
politikPengamalan Pacansila harus diterapkan dalam setiap elemen
bangsa dan negara Indonesia. Organisasi sosial politik adalah wadah
pemimpin-pemimpin bangsa dalam bidangnya masing-masing sesuai
dengan keahliannya, peran dan tanggung jawabnya. Sehingga segala
unsur-unsur dalam organisasi sosial politik seperti para pegawai
Republik Indonesia harus mengikuti pedoman pengmalan Pancasial agar
berkepribadian Pancasila karena mereka selain warga negara
Indonesia, abdi masyarakat juga sebagai abdi masyarakat, dengan
begitu maka segala kendala akan mudah dihadapi dan tujuan serta
cita-cita hidup bangsa Indonesia akan terwujud. 2. Penciptaan
suasana yang menunjang1) Kebijaksanaan pemerintah dan peraturan
perundang-undanganPenjabaran kebijaksanaan pemerintah dan
perundang-undangan merupakan salah satu jalur yang dapat
memperlancar pelaksanaan pedoman pengamalan pancasila dimana aspek
sanksi atau penegakan hukm mendpat penekanan khusus.2) Aparatur
negaraRakyat hendaklah berpartisipasi aktif di dalam menciptakan
suasana dan keadaan yang mendorong pelaksanaan pedoman pengamalan
Pancasila. Dan aparatur pemerintah sebagai pelaksana dan pengabdi
kepentingan rakyat harus memahami dan mengatasi
permasalahan-permasalahan yang ada di dalam masyarakat. Sarana dan
prasarana dalam pelaksanaan pengamalan Pacasila perlu disediakan
dan memfungsikan lembaga-lembaga kenegaraan, khususnya lembaga
penegak hukum dalam menjamin hak-hak warga negaranya dan melindungi
dari perbutan-perbuatan tercela.3) Kepemimpinan dan pemimpin
masyarakatPeranan kepemimpinan dan pemimpin masyarakat, baik
pemimpinformal maupun informal sangat penting dalam pelaksanaan
pedoman pengamalan. Mereka dapat menyampaikan bagaimana pola Dengan
pelaksanaan pedoman pengamalan Pancasila dan menyuruh bawahan atau
umatnya untuk mengikuti pola pedoman pelaksanaan PancasilaSebab
lunturnya nilai-nilai pancasila Jika dibandingkan pemahaman
masyarakat tentang Pancasila dengan lima belas tahun yang lalu,
sudah sangat berbeda, saat ini sebagian masyarakat cenderung
menganggap Pancasila hanya sebagai suatu simbol negara dan mulai
melupakan nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya.
Padahal Pancasila yang menjadi dasar negara dan sumber dari segala
hukum dan perundang-undangan adalah nafas bagi eksistensi bangsa
Indonesia. Sementara itu, lunturnya nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, akibat tidak
satunya kata dan perbuatan para pemimpin bangsa, Pancasila hanya
dijadikan slogan di bibir para pemimpin, tetapi berbagai tindak dan
perilakunya justru jauh dari nilai-nilai luhur Pancasila. Contoh
yang tidak baik dari para pemimpin bangsa dalam pengamalan
Pancasila telah menjalar pada lunturnya nilai-nilai Pancasila di
masyarakat. Kurangnya komitmen dan tanggung jawab para pemimpin
bangsa melaksanakan nilai-nilai Pancasila tersebut, telah mendorong
munculnya kekuatan baru yang tidak melihat Pancasila sebagai
falsafah dan pegangan hidup bangsa Indonesia. Akibatnya, terjadilah
kekacauan dalam tatanan kehidupan berbangsa, di mana kelompok
tertentu menganggap nilai-nilainya yang paling bagus. Lunturnya
nilai-nilai Pancasila pada sebagian masyarakat dapat berarti awal
sebuah malapetaka bagi bangsa dan negara kita. Fenomena itu sudah
bisa kita saksikan dengan mulai terjadinya kemerosotan moral,
mental dan etika dalam bermasyarakat dan berbangsa terutama pada
generasi muda. Timbulnya persepsi yang dangkal, wawasan yang
sempit, perbedaan pendapat yang berujung bermusuhan dan bukan
mencari solusi untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa,
anti terhadap kritik serta sulit menerima perubahan yang pada
akhirnya cenderung mengundang tindak anarkhis. Efek Globalisasi
pada kaum Muda Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme di
Kalangan Generasi MudaArus globalisasi begitu cepat merasuk ke
dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi
terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut
telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri
sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala
yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.Dari
cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti
selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan
pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang
seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut
jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan
gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih
suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya.
Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan
mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian
bangsa.Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan
informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi
bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari.
Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang
berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan
sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak
semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya
internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa
sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih
memilih sibuk dengan menggunakan handphone.Dilihat dari sikap,
banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan
cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena
globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka
bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak
muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman
dan kenyamanan masyarakat.Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan,
mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi bangsa
menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda.
Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak
ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli
terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa
depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa
nasionalisme?Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh
negatif globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh
karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif
globalisasi terhadap nilai nasionalisme.Antisipasi Pengaruh Negatif
Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme Langkah- langkah untuk
mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai
nasionalisme antara lain yaitu :
1. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal
semangat mencintai produk dalam negeri.2. Menanamkan dan
mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.3.
Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.4.
Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam
arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.5. Selektif terhadap
pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial
budaya bangsa.Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut
diharapkan mampu menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah
nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan
kehilangan kepribadian bangsa.Efek Globalisasi bagi Identitas
NasionalDengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat
antara satu negara dengan negara lain menjadi semakin tinggi.
Dengan demikian, kecenderungan munculnya kejahatan yang bersifat
transnasional semakin sering terjadi. Kejahatan-kejahatan tersebut,
antara lain terkait dengan masalah narkotika, money laundering,
keimigrasian, human trafficking, penebangan hutan secara ilegal,
pencurian laut, pengakuan hak cipta, dan terorisme. Masalah-masalah
tersebut berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa yang selama
ini dijunjung tinggi.Efek lainnya adalah globalisasi dapat
memberikan efek negatif bagi budaya-budaya leluhur di Indonesia.
Dengan adanya globalisasi waktu, jarak, wilayah bukan lagi menjadi
halangan, khususnya pada dunia hiburan. Pada dunia hiburan, efek
globalisasi sangat jelas dapat dirasakan, sebagai contoh: lunturnya
musik-musik tradisional, lunturnya budaya Indonesia dalam film-film
lokal, minimnya pentas seni lokal jika dibandingkan dengan pentas
seni kontemporer moderen. Hal tersebut mencerminkan bahwa,
globalisasi dapat dengan mudah mengubah nilai-nilai budaya yang
sudah ada sebelumnya.Pada masyarakat, hal ini tentu sangat
membahayakan. Hal tersebut didasarkan pada mulai mutimbulnya sifat
individualistis di masyarakat, minimnya tenggang rasa dan semangat
gotong royong. Yang sudah jelas banyak negara lain mengenal budaya
masyarakat Indonesia sangat ramah tamah sebelumnya. Belum lagi aksi
teror, yang baru-baru ini marak terjadi. Ada sebagian kelompok
masyarakat bangsa ini yang menganut pandangan ekstim dan radikal,
yang menolak landasan bangsa ini yaitu Pancasila sebagai pedoman
hidupnya, yang tentu sangat berbahaya bagi integritas bangsa ini
kedepan. Hal-hal ini tentunya dapat mengubah identitas bangsa ini,
yang sebelumnya populer dengan bangsa yang menjunjung tinggi nilai
multikultur yang Bhenika Tunggal Ika yang memiliki kesatuan sangat
erat serta masyarakatnya yang sangat berjiwa ketimuran.Indikator
Perubahan/Dampak Globalisasi
1. PolitikPenyebaran nilai-nilai politik barat baik secara
langsung atau tidak langsung dalam bentuk unjuk rasa, demonstrasi
yang semakin berani dan terkadang mengabaikan kepentingan umum
dengan cara membuat kerusuhan dan anarkis.Semakin lunturnya
nilai-nilai politik yang berdasarkan semangat kekeluargaan,
masyarakat mufakat dan gotong royong.Semakin menguatnya nilai-nilai
politik berdasarkan semangat individual, kelompok, oposisi,
diktator mayoritas atau tirani minoritas.
2. EkonomiBerlakunya the survival oe the fittest sehingga siapa
yang memiliki modal yang besar akan semakin kuat dan yang lemah
tersingkir. Pemerintah hanya sebagai regulasi dalam pengaturan
ekonomi yang mekanismenya akan ditentukan oleh pasar.Sektor-sektor
ekonomi rakyat yang diberikan subsidi semakin berkurang, koperasi
semakin sulit berkembang, dan penyerapan tenaga kerja dengan pola
padat karya sudah semakin ditinggalkan.
3. Sosial dan BudayaMudahnya nilai-nilai barat yang masuk baik
milalui internet, antene parabola, media televisi, maupun media
cetak yang kadang-kadang ditiru habis-habisan.Semakin lunturnya
semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian, dan kesetiakawanan
sosial sehingga dalam keadaan tertentu hanya ditangani oleh
segelintir orang.Semakin memudarnya nilai-nilai keagamaan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara karna dianggap
tidak ada hubungannya (sekularisme).
4. Ledakan InformasiKemajuan iptek dan arus komunikasi global
yang makin canggih, cepat, dan berkapasitas tinggi.Laju pertumbuhan
dan akumulasi pengetahuan serta informasi meningkat sangat cepat
secara tajam (eksponensial)
5. Hukum, Pertahanan dan KeamananSemakin menguatnya supremasi
hukum, demokratisasi, dan tuntutan terhadap dilaksanakannya hak-hak
asasi manusia. Menguatnya regulasi hukum dan pembuatan peraturan
perundang-undangan yang memihak dan bermanfaat untuk kepentingan
rakyat.Semakin menguatnya tuntutan terhadap tugas-tugas penegak
hukum (polisi, jaksa, dan hakim) yang lebih profesional, transparan
dan akuntabel.Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Menumbuhkan
Nasionalisme Bangsa Survei yang dilakukan Pusat Studi Pancasila
menyebutkan, mata pelajaran Pendidikan Pancasila di sekolah-sekolah
sekarang ini seolah hanya pelengkap kurikulum, dan tidak dipelajari
secara serius oleh peserta didik.Pelajar dan guru hanya mengejar
mata pelajaran-mata pelajaran yang menentukan kelulusan saja.
Temuan ini menegaskan, hasil survei lembaga-lembaga lain yang
dilakukan sekitar tahun 2006 dan 2007 menunjukkan bahwa pengetahuan
masyarakat mengenai Pancasila merosot tajam. Bagi kalangan
tertentu, keprihatinan tersebut mungkin dipandang sebagai sikap
konservatif.Namun, dalam konteks berbangsa, ini adalah sebuah fakta
bahwa kredibilitas Pancasila sedang merosot, dan pendidikan
kewarganegaraan tidak lagi populer. Penyebabnya bisa macam-macam,
satu hal yang patut kita beri perhatian, yakni fenomena ini
mengindikasikan bahwa masa depan berbangsa kita sedang terancam.
Sebagai dasar negara, Pancasila adalah barometer moral di mana
kerangka kewarganegaraan harus didasarkan.Pancasila secara
fundamental merupakan kerangka yang kuat untuk pendefinisian konsep
kewarganegaraan yang inklusif, sebab didalamnya memiliki komitmen
yang kuat terhadap pluralisme dan toleransi.Komitmen inilah yang
mampu mempersatukan dan menjaga keutuhan bangsa yang terdiri 400
lebih kelompok etnis dan bahasa. Inilah pentingnya kita kembali
peduli kepada Pancasila, melaksanakan komitmen-komitmennya dan
menegakkan prinsip-prinsip kewarganegaraan.Sebagai warga negara,
kita juga memiliki tanggung jawab mengawasi pelaksanaan
komitmen-komitmen tersebut, agar tidak melenceng dari garisnya.
Sebenarnya banyak cara menumbuhkembangkan rasa nasionalisme
masyarakat Indonesia di tengah wacana mengenai kekhawatiran akan
semakin tajamnya kemerosotan nasionalisme. Nasionalisme dapat
dipupuk kembali dalam momentum-momentum yang tepat seperti pada
saat peringatan hari sumpah pemuda, hari kemerdekaan, hari pahlawan
dan hari besar nasional lainnya, guru maupun dosen yang tulus
mengajar dengan baik dan dengan ikhlas menuntun para siswa hingga
mampu mengukir prestasi yang gemilang, pelajar yang belajar dengan
sungguh-sungguh dengan segenap kemampuannya demi nama baik bangsa
dan Negara, cinta serta bangga tanpa malu-malu menggunakan
produk-produk dalam negeri demi kemajuan ekonomi Negara. Bukan itu
saja nasionalisme juga dapat dibangun melalui karya seni seperti
menciptakan lagu-lagu yang berslogan cinta tanah air, melukis, seni
peran yang bertajuk semangat juang untuk negara dan karya-karya
seni lainnya.Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal
semangat mencintai produk dalam negeri.Menanamkan dan mengamalkan
nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.Menanamkan dan
melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.Mewujudkan
supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti
sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.Selektif terhadap pengaruh
globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya
bangsa. Dalam pandangan hidup terkandung konsep mengenai dasar
kehidupan yang dicita-citakan suatu bangsa.Juga terkandung
pikiran-pikiran terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud
kehidupan yang dicita-citakan.Pada akhirnya pandangan hidup bisa
diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari nilai-nilai yang
dimiliki suatu bangsa yang diyakini kebenarannya serta menimbulkan
tekad bagi bangsa yang bersangkutan untuk mewujudkannya. Karena
itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa
Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau meniru model yang
dilakukan bangsa lain, tanpa menyesuaikan dengan pandangan hidup
dan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri. Bangsa dan rakyat Indonesia
sangat patut bersyukur bahwa founding fathers telah merumuskan
dengan jelas pandangan hidup bagi bangsa dan rakyat Indonesia yang
dikenal dengan nama Pancasila. 11 Bahwa Pancasila telah dirumuskan
sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara
Indonesia. Juga sekaligus menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia.
Karena itu, Pancasila tak bisa terlepas dari tata kehidupan rakyat
sehari-hari mengingat Pancasila merupakan pandangan hidup,
kesadaran, dan cita-cita moral yang meliputi seluruh jiwa dan watak
yang telah berurat-berakar dalam kebudayaan bangsa
Indonesia.Kebudayaan bangsa Indonesia sejak dahulu kala telah
menegaskan bahwa hidup dan kehidupan manusia bisa mencapai
kebahagiaan jika dikembangkan secara selaras dan seimbang baik
dalam pergaulan antar anggota masyarakat selaku pribadi, hubungan
manusia dengan komunitas, hubungan dengan alam, maupun hubungan
dengan Sang Khalik. Maka, guna meredam pengaruh dari luar perlu
dilakukan akulturasi kebudayaan akibat globalisasi. Artinya, budaya
dari luar disaring oleh budaya nasional sehingga output yang
dikeluarkan seusai dengan nilai dan norma bangsa dan rakyat
Indonesia. Memang masuknya pengaruh negatif budaya asing tidak
dapat lagi dihindari, karena dalam era globalisasi tidak ada negara
yang bisa menutup diri dari dunia luar.Oleh sebab itu, bangsa
Indonesia harus mempunyai akar-budaya dan mengikat diri dengan
nilai-nilai agama, adat istiadat, serta tradisi yang tumbuh dalam
masyarakat.Pancasila dapat ditetapkan sebagai dasar negara karena
sistem nilainya mengakomodasi semua pandangan hidup dunia
internasional tanpa mengorbankan kepribadian Indonesia. Hal ini
akan menjaga nilai-nilai luhur bangsa dan semangat untuk
ber-nasionalisme. Nasionalisme bangs Indonesia dapat terus
dipertahankan dan dilestarikan dengan mengimplementasikan seluruh
nilai-nilai Pancasila dalam keseluruhan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Yang sesuai dengan pengamalan nilai-nilai Pancasila pada
sila ke-3 yakni Persatuan Indonesia yang bermakna Menjaga Persatuan
dan Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Rela berkorban
demi bangsa dan negara. Cinta akan Tanah Air, Berbangga sebagai
bagian dari Indonesia dan Memajukan pergaulan demi persatuan dan
kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika merujuk pada semangat
Nasionalisme bangsa.KasusYang terlihat saat ini nilai-nilai
pancasila telah luntur. Entah dikalangan penjabat, elit politik,
mahasiswa, pelajar bahkan masyarakat. Betapa menyedihkannya, bangsa
Indonesia sendiri tidak lagi mengenal nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila. Ironisnya kadar semangat kebangsaan dalam seluruh
aspek kehidupan sangat menurun. Pancasila sebagai ideologi dalam
kehidupan berbangsa terabaikan, pelaksanaan demokrasi kebablasan,
terjadinya kesenjangan kehidupan ekonomi teramat luas,
berkembangnya budaya korupsi dan stabilitas keamanan pun terganggu.
Akibat tidak satunya kata dan perbuatan para pemimpin bangsa,
Pancasila hanya dijadikan slogan di bibir para pemimpin, tetapi
berbagai tindak dan perilakunya justru jauh dari nilai-nilai luhur
Pancasila. Kurangnya komitmen dan tanggung jawab para pemimpin
bangsa melaksanakan nilai-nilai Pancasila tersebut, telah mendorong
munculnya kekuatan baru yang tidak melihat Pancasila sebagai
falsafah dan pegangan hidup bangsa Indonesia. Akibatnya, terjadilah
kekacauan dalam tatanan kehidupan berbangsa, di mana kelompok
tertentu menganggap nilai-nilainya yang paling bagus. Lunturnya
nilai-nilai Pancasila pada generasi muda yaitu kemerosotan moral,
mental dan etika dalam bermasyarakat dan berbangsa Timbulnya
persepsi yang dangkal, wawasan yang sempit, perbedaan pendapat yang
berujung bermusuhan dan bukan mencari solusi untuk memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa, anti terhadap kritik serta sulit
menerima perubahan yang pada akhirnya cenderung mengundang tindak
anarkhis.http://danang-arifianto.blogspot.com/2013/05/lunturnya-ideologi-pancasila-dalam-era.htmlPancasila
adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sanskerta: paca berarti lima dan la berarti prinsip
atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.Lima sendi
utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan)
Undang-undang Dasar 1945.Meskipun terjadi perubahan kandungan dan
urutan lima sila Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap
selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni
diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi
karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan
aspek-aspek kebudayaan lainnya.[1][2] Kemajuan infrastruktur
transportasi dan telekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan
Internet, merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin
mendorong saling ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi
dan budaya.[3]Meski sejumlah pihak menyatakan bahwa globalisasi
berawal di era modern, beberapa pakar lainnya melacak sejarah
globalisasi sampai sebelum zaman penemuan Eropa dan pelayaran ke
Dunia Baru. Ada pula pakar yang mencatat terjadinya globalisasi
pada milenium ketiga sebelum Masehi.[4][5] Pada akhir abad ke-19
dan awal abad ke-20, keterhubungan ekonomi dan budaya dunia
berlangsung sangat cepat.Istilah globalisasi makin sering digunakan
sejak pertengahan tahun 1980-an dan lebih sering lagi sejak
pertengahan 1990-an.[6] Pada tahun 2000, Dana Moneter Internasional
(IMF) mengidentifikasi empat aspek dasar globalisasi: perdagangan
dan transaksi, pergerakan modal dan investasi, migrasi dan
perpindahan manusia, dan pembebasan ilmu pengetahuan.[7] Selain
itu, tantangan-tantangan lingkungan seperti perubahan iklim, polusi
air dan udara lintas perbatasan, dan pemancingan berlebihan dari
lautan juga ada hubungannya dengan globalisasi.[8] Proses
globalisasi memengaruhi dan dipengaruhi oleh bisnis dan tata kerja,
ekonomi, sumber daya sosial-budaya, dan lingkungan alam.
Prinsip-prinsip Kehidupan Masyarakat IndonesiaBy Nunuk Pulandari
on 9 March, 2011 Viewed 12166 times, 2 times today | 123 Comments
|Nunuk PulandariPerbedaan budaya dan etnis penduduk Indonesia
sangat besar. Hal ini terjadi antara lain karena banyaknya suku
bangsa yang mendiami kepulauan di Indonesia. Kelompok-kelompok
penduduk yang saling berbeda ini memiliki keistimewaan
masing-masing yang sekaligus menjadi ciri-ciri khas regional daerah
tersebut.Masing-masing suku juga memiliki kebanggaan, kelemahan,
juga nilai-nilai dan norma-norma. Semua ini dapat terlihat dalam
kebiasaan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-harinya. Tentunya
di antara perbedaan itu juga ada kesamaan, karena pada dasarnya
mereka berasal dari satu bangsa. Bangsa Indonesia.Nuansa kesamaan
dan perbedaan antar suku sangatlah bervariasi. Hal ini dapat saya
rasakan kalau saya sedang mengunjungi kota-kota di beberapa pulau
di Indonesia. Berinteraksi langsung dengan berbagai penduduk yang
berada di berbagai pulau dan kota di Indonesia menyebabkan saya
harus selalu belajar berpikir dan berperilaku seperti penduduk
setempat untuk dapat mengerti cara berpikir mereka dan untuk
memberikan respect pada mereka.Dalam artikel ini saya ingin
menuliskan sedikit tentang elemen-elemen dalam visie (prinsip)
kehidupan yang dapat saya temukan dalam kehidupan sehari-hari dari
penduduk Indonesia. Kalau di Belanda orang berbicara tentang
penduduk Indonesia, maka yang pertama-tama ada di benak mereka
adalah orang Jawa. Hal ini kalau menurut saya sama sekali tidak ada
hubungannya dengan posisi penduduk Jawa yang dominant tetapi lebih
karena alasan perkembangan fakta-fakta historis saja. Dua hal yang
tidak akan saya bicarakan di sini.Sekali lagi dalam tulisan ini
tidak akan dibicarakan tentang faktor dominansi dan fakta historis.
Saya hanya akan membicarakan tentang elemen-elemen yang menurut
saya bisa mendasari prinsip-prinsip kehidupan penduduk Indonesia
secara umum, terlebih-lebih bagi penduduk Jawa. Menurut pengamatan
saya prinsip-prinsip kehidupan penduduk Indonesia dapat dibagi
dalam 6 (enam) kelompok.1. Terima nasibSatu dasar pemikiran yang
mempercayai bahwa bersamaan dengan kelahiran, factor nasib
seseorang sudah ditentukan. Biasanya factor nasib dalam kehidupan
akan muncul di permukaan bila sesuatu yang tidak menyenangkan
terjadi pada seseorang. Dalam hal ini sikap yang akan diambil oleh
yang bersangkutan adalah: Ya, sudahlah. Terima saja nasibmu. Itu
sudah takdir dalam kehidupanmu.
Sikap nrimo, karena menyadari adanya factor Nasib tersebut.
Misalnya seseorang yang diperlakukan dengan tidak adil. Dia tidak
akan memberontak tetapi pada akhirnya akan mengembalikan semuanya
pada adanya factor nasib. Walaupun sangatlah mungkin bahwa sebelum
seseorang mengambil keputusan tersebut dia sebelumnya telah
beberapa kali berusaha untuk memperbaikinya/ memperjuangkannya.
Tetapi gagal karena factor-faktor yang ada di luar
jangkauannya.Lain halnya bila terjadi sesuatu yang menyenangkan
jarang orang akan mengembalikannya pada adanya factor nasib. Lupa
bahwa dia juga mempunyai nasib yang baik.Hal ini sangat berbeda
dengan prinsip yang ada dalam kehidupan di dunia Barat. Mereka pada
umumnya percaya bahwa Nasib itu kita sendiri yang menentukan. Jadi
kita sendiri yang harus memperjuangkannya dan yang menentukannya.
Semua harus ada di tangan kita sendiri .2. HirarchieSeseorang yang
dapat menerima adanya factor nasib akan mudah menerima adanya
faktor hirarchie dalam kehidupannya. Suatu ketidak samaan adalah
hal yang biasa. Suatu pekerjaan yang fungsinya mengerjakansesuatu
untuk orang lain dalam hal ini bukanlah dianggap sebagai hal yang
merendahkan diri. Jadi pekerjaan semacam supir, koki, baby sitter,
bukanlah pekerjaan yang hina.Pekerjaan yang harus disyukuri karena
mungkin memang sudah menjadi bagian dari hidupnya. Sudah menjadi
nasibnya. Untuk dapat menimbulkan rasa bersyukur atas apa yang
dimilikinya, biasanya sejak kecil telah diajari untuk tidak selalu
melihat ke atas, tetapi sering-sering melihat ke bawah.
Dan bagaimana mereka menempatkan hirarchie dalam tingkatannya
masing-masing sangatlah menarik untuk diamati. Misalnya: Dalam
kehidupan rumah tangga yang berhubungan dengan para personeel yang
membantu kelancaran jalannya roda rumah tangga.Terlihat bahwa
seorang supir dan seorang baby sitter menempati kedudukan
tertinggi. Kemudian disusul oleh seorang ibu Koki, tukang beberes
rumah/ cuci dan tukang kebun. Mungkin penempatan hirarchi ini
berdasarkan pada pendidikan yang harus ditempuhnya untuk
mendapatkan pekerjaan itu, mungkin juga berdasarkan gaji bulanan
yang diterimanya, mungkin juga berdasarkan seragam yang
dikenakannya.Dalam kehidupan sehari-hari terlihat bahwa para orang
tua di hari tuanya tetap berada di rumah bersama keluarga. Mereka
tetap dapat menjalankan fungsinya sebagai orang yang bisa dimintai
nasihatnya. Terutama jika kita melihat pengalaman hidup dan
pengetahuan tentang tradisi yang mereka miliki. Berlainan sekali
dengan yang terjadi di Negeri Belanda. Di Belanda banyak sekali
para orang tua yang tinggal di Bejaardenhuis, dan hampir tidak
pernah dikunjungi oleh putera puterinya. Seolah-olah mereka
dibuang.3. Rasa Hormat dan menghormatiSeperti yang kita ketahui,
Indonesia adalah Negara yang penduduknya sangat menghargai
norma-norma dan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-harinya. Di
Indonesia kehormatan adalah salah satu hal yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-harinya. Bila kehormatan seseorang dilanggar
maka dia akan menjadi malu. Dan karena rasa malu ini bisa
menyebabkan dia menjadi mata gelap.Salah satu contoh yang jelas
adalah, betapa tersinggung dan malunya seorang warga Bugis yang
dalam tidurnya kentut kecil tetapi entah karena bunyinya yang
terdengar aneh atau karena hal yang lain, yang hadir dan
mendengarnya semuanya tertawa Akibatnya dia mengambil parangnya dan
dengan membabi buta menusuk dan melukai beberapa yang hadir.
Banyak di antara kita yang sangat peka terhadap celaan/teguran.
Terutama bila dilakukan di depan orang banyak. Juga bila teguran
itu dilakukan di depan orang banyak pada siapa dia sesungguhnya
sangat menggantungkan rasa hormatnya.Untuk menghindari bahwa
seseorang akan merasa dipermalukan maka orang berusaha untuk tidak
menghina dan tidak membuat marah serta menyakiti hati orang
lain.Banyak cara dilakukan seseorang agar orang lain tidak
tersinggung atau menjadi malu misalnya dengan: menunjukkan rasa
hormat sebagaimana mestinya; tidak berbicara dengan kedua tangan
bertolak pinggang; atau menyapa seorang yang lebih tua dengan
bentuk sapaan sebagaimana mestinya. Atau sejak kecil diajarkan
untuk misalnya kalau akan mencela orang lain, harus dilakukan
setelah yang bersangkutan tidak mungkin mendengar lagi percakapan
itu. Jadi kita tidak menyakiti dan tidak membuat orang marah atau
dipermalukan.4. HalusSatu kebiasaan sikap yang pada awalnya
termasuk dalam tata tertib kehidupan istana dan kalangan atas.
Kebiasaan ini dilakukan terutama untuk menghormati rajanya. Suatu
sikap yang halus sebetulnya juga berhubungan erat dengan olah
batiniah dan latar belakang social ekonomi serta pendidikan
seseorang.Dengan melalui olah batin ini, akan mudah dicapai suatu
sikap hidup yang lembut misalnya: Lembut berbicara, tidak terlalu
mengumbar kata, menghindari rasa cepat marah, sopan santun pada
sesamanya dan tidak kasar dalam berkata dan bertindak. Belajar
mengendalikan diri dan hidup dengan dasar relativering sangat
mendukung prinsip dan sikap hidup yang halus.Keadaan lingkungan
sosial ekonomi seseorang sangat mempengaruhi kebiasaan
kehidupannya. Juga pendidikan memberikan sumbangan dalam cara
berpikir dan berperilaku pada seseorang.Seseorang yang tidak
terlalu banyak bicara di Indonesia, bukanlah hal yang aneh. Justru
dengan sikapnya itu kita bisa melihat sifat bijaksana yang
dimilikinya. Misalnya, seseorang tidak perlu menggunakan kata-kata
kasar, atau mencaci buta dan membentak-bentak orang lain untuk
menyatakan ketidak setujuannya.Gunakan cara yang halus dan
sesubtiel mungkin, karena dengan cara ini, saya yakin akan lebih
bisa mencapai sasarannya. Daaaannn, tidak akan terjadi perang Tentu
semua ada kekecualiannya..
5. Anti-individualismeSebetulnya setiap orang Indonesia merasa
dirinya menjadi anggota dari suatu kelompok tertentu. Sangat
mustahil kalau seseorang tidak membutuhkan kehadiran orang lain.
Apapun alasannya. Bisa kita bayangkan, bagaimana bisa berdiskusi
kalau seseorang mengatakan saya tidak perlu kehadiran orang lain.
Nanti khan dia akan meracu sendiri. Dan bisa-bisa jadi penghuni
Rumah Edan di Heillo.Kelompok yang terpenting dalam hal ini adalah:
Keluarga. Siapa yang kehilangan rasa hormatnya entah karena
kesalahan sendiri atau karena kesalahan orang lain, akan
mempermalukan seluruh anggota keluarga yang bersangkutan. Misalnya,
kasus perceraian. Keluarga menjadi marah besar karena khawatir
bahwa perceraian itu akan menghancurkan nama baik keluarga, atau
karena perceraian itu akan merusak status keluarga dalam kehidupan
kemasyarakatannya
Seorang ayah atau ibu, menginginkan putera puterinya memiliki
latar belakang pendidikan yang tinggi, mempunyai pekerjaan yang
bagus, menjadi orang kaya dan memiliki pernikahan yang
berhasil.Bila semua hal ini bisa tercapai maka seluruh anggota
keluarga akan merasa bangga dan karenanya kehormatan keluargapun
akan meningkat di mata masyarakatnya.Prinsip anti individualism
yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia, kadang juga
bisa mempersulit seseorang yang mungkin memerlukan privacy. Di
Indonesia akan sangat sukar untuk menemukan apa yang disebut dengan
kebutuhan privacy. Di Indonesia dimanapun kita berada selalu ada
orang lain. Entah itu saudara, pembantu atau tamu.Tentu kita bisa
mendapatkan privacy kalau kita memang menghendakinya. Kita bisa
mengatakan bahwa dari jam sekian sampai jam sekian jangan diganggu
ya. Tetapi bukan ini yang saya maksudkan. Hal ini berlainan sekali
dengan prinsip orang Barat yang sangat individualis. Mereka
memerlukan kebutuhan privacy yang besar dalam kehidupan
sehari-harinya.6. HarmoniePrinsip hidup orang Indonesia jelas
mengikuti model Harmonis. Dengan prinsip ini orang biasanya
berusaha untuk menghindari setiap konfrontasi yang timbul. Berbagai
cara dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya
perselisihan. Biasanya sentilan, atau teguran tidak dilakukan
didepan orang banyak dan disampaikan secara subtiel.Dalam
berkomunikasi hampir selalu digunakan sistem yang indirect dan
implicit. Konteks pembicaraan lebih penting daripada yang
diucapkan. Dalam pembicaraan banyak sekali hal yang harus
diinterpretasikan, di baca dan di dengar dari hal-hal yang tidak
diucapkan.Jadi bisa diumpamakan dengan suatu cadeau, dalam hal ini
bungkusan cadeaunya lebih penting dari pada isinya. Yang juga
sangat menyolok adalah seringnya suatu keputusan ( entah itu
keputusan besar atau kecil) sering kali diputuskan secara bersama.
Hal ini tentunya selain untuk menghindari adanya pertanggungjawaban
pada individu tertentu juga untuk menghindari rasa Ik, ik , dan
Ikkkkkkkkk.
Enam prinsip hidup yang mendasari kehidupan orang Indonesia,
Jawa. Enam prinsip hidup yang juga telah membentuk saya menjadi
seseorang yang bernama Nunuk seperti yang teman-teman kenal di
Baltyra. Enam prinsip hidup yang mungkin bisa menghindarkan Baltyra
dari gegernya perang Astina dan Pandhawa.Hal ini bisa kita mengerti
karena cara pandang seorang Indonesia sering kali tidak ditentukan
oleh ilmu dan pengetahuan yang dimiliki seseorang tetapi lebih
sering ditentukan oleh posisi dan status seseorang dalam masyarakat
(bungkusan lebih penting dari isinya). Yang jelas factor
assertivitas, sok maha tau, egoicentrisch, kasar, mau menang
sendiri, selalu menyalahkan orang lain dan tidak tepo sliro, selalu
dihindarkan untuk mencapai kedamaian dan kenyamanan dalam kehidupan
sehari-hari. Saya juga bukan orang yang sempurna tetapi saya
mencoba untuk menuju ke sana dengan menata hidup saya sedamai dan
seharmonis mungkin.
Read more:
http://baltyra.com/2011/03/09/prinsip-prinsip-kehidupan-masyarakat-indonesia/#ixzz3Id8lU2NR