PADANAN ISTILAH LINGUISTIK DARI MU‘JAM MUSṮALAHȂT ‘ILM AL LUGHAH AL HADȊTS (ARAB-INGGRIS) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Oleh: Hany Yulia Rachmawati NIM: 11140240000055 PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/ 2019 M
228
Embed
PADANAN ISTILAH LINGUISTIK DARI MU‘JAM MUSṮALAH AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46418/1/HANY YULIA... · pemadanan istilah linguistik dan mengetahui macam-macam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PADANAN ISTILAH LINGUISTIK
DARI MU‘JAM MUSṮALAHȂT ‘ILM AL LUGHAH
AL HADȊTS (ARAB-INGGRIS)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh:
Hany Yulia Rachmawati
NIM: 11140240000055
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/ 2019 M
LEMBAR PERNYATAAN
Yangbertandatangan di bawahini:
Nama : Hany Yulia Rachmawati
NIM : 11140240000055
Program Studi : Tarjamah (B. Arab)
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul
“Padanan Istilah Linguistik dariMu‘jam Musṯalahȃt ‘Ilm al-
Lughah al-Hadȋts (Arab-Inggris)” adalah benar merupakan hasil
karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam
penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam karya ini telah
saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia
melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau
keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.
Demikian, pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan
seperlunya.
Jakarta, 16 April 2019
Hany Yulia Rachmawati
NIM 11140240000055
ABSTRAK
HANY YULIA RACHMAWATI, 11140240000055,
"Padanan Istilah Linguistik Dari Mu‘jam Musṯalahȃt ‘Ilm
al-Lughah al-Hadȋts (Arab-Inggris)". Skripsi, Program Studi
Tarjamah, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses
pemadanan istilah linguistik dan mengetahui macam-macam
teknik pemadanan istilah yang digunakan untuk memadankan
istilah linguistik dari Mu'jam Musthalahat 'Ilm Al Lughah Al
Hadits versi Arab Inggris karya para pakar linguistik Arab, yaitu
Dr. Muhammad Hasan Bȃkalla, dkk. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Dalam
proses penyediaan data, penelitian ini menggunakan konsep
penerjemahan (pemadanan) yang disampaikan oleh Nida dan
Taber yaitu analisis, transfer, dan restrukturisasi yang setiap
tahapnya dilakukan teknik baca dan teknik catat dengan
pendekatan wacana intertekstual. Adapun cara pemadanan istilah
yang dalam hal ini adalah penerjemahan, penyerapan, atau
gabungan antara penerjemahan dan penyerapan yang mesti
diterapkan dengan kaidah umum pembentukan istilah atau tata
istilah (terminologi), baru diterapkan pada tahap restrukturisasi
yaitu tahap pencarian padanan dalam bahasa Indonesia (BSa)
sehingga menghasilkan suatu lema atau istilah tertentu yang
dianggap sesuai dan wajar dalam BSa. Penelitian ini, pada
akhirnya, menghadirkan suatu padanan istilah linguistik dalam
Bahasa Indonesia (BSa) dari Mu'jam Musthalahat 'Ilm Al Lughah
Al Hadits versi Arab-Inggris yang merupakan sebuah hasil dari
proses pemadanan istilah yang dilakukan. Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa pemadanan istilah dan tata istilahnya
merupakan teknik yang paling efektif untuk digunakan dalam
penelitian yang menghasilkan suatu padanan istilah tertentu.
Kata Kunci: Padanan, Istilah Linguistik, Pemadanan Istilah.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan sejagat
raya, atas karunia dan kasih sayang-Nya yang tak terhingga,
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Humaniora pada jurusan Tarjamah,
Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat dan salam pun tak luput untuk selalu dilimpahcurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang dari beliau, arti
pengorbanan, kesabaran, kasih sayang, dan suri teladan yang
hakiki mesti direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun skripsi ini, dalam proses penyusunannya sudah
tentu mengalami berbagai kendala dan hambatan. Namun, dengan
adanya dukungan baik moril maupun materiil dari berbagai
pihak, peneliti akhirnya dapat juga menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang tak terhingga peneliti
haturkan kepada;
1. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Saiful Umam, M.A, Ph.D.;
2. Ketua dan Sekertaris Prodi Tarjamah, Dr. Moch. Syarif
Hidayatullah, M.Hum. dan Dr. Rizqi Handayani, M.A.
yang telah banyak memberikan arahan, dukungan, dan
motivasi kepada peneliti;
3. Dosen pembimbing skripsi peneliti, Dr. Akhmad
Saehudin, M.Ag. yang telah sabar meluangkan waktunya
viii
memberikan banyak dukungan, masukan, dan motivasi
kepada peneliti;
4. Dosen pembimbing akademik, Dr. Darsita Suparno,
M.Hum. yang telah membimbing peneliti dengan baik
selama masa studi di Jurusan Tarjamah;
5. Dosen penguji 1, Dr. Tb. Ade Asnawi, M.A. dan dosen
penguji 2, Ibu Umi Kulsum, M.A. yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan berbagai masukan dan
arahan yang berharga demi perbaikan skripsi ini;
6. Seluruh dosen Fakultas Adab dan Humaniora, khususnya
para dosen di Prodi Tarjamah yang telah memberikan
banyak ilmu dan motivasi kepada peneliti. Barakallah fii
hayatikum;
7. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu peneliti,
diantaranya Salma Hafizh dengan bantuan layouting-nya,
Izzati dengan pencerahan dan diskusinya, Personil
Sumayyah dengan ukhuwah dan motivasi berharganya.
Dan semua pihak yang ikut andil dalam membantu
terlaksananya penelitian skripsi ini, semoga selalu diberikan
keberkahan dan dilimpahkan rahmat-Nya dalam hidup. Pada
akhirnya, peneliti berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi
khalayak ramai, khususnya bagi para akademisi yang menggeluti
bidang linguistik ataupun dunia perkamusan dan penerjemahan.
Jakarta, 04 April 2019
Peneliti
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
Bapak Handoyo dan Ibu Supriyatin tersayang.
Hadiah terindah yang Allah berikan untuk peneliti.
Terima kasih atas segala limpahan kasih sayang dan kesempatan
berpendidikan.
Juga untuk Muhammad Zaki Ramadhan dan Adinda Zahra.
Terima kasih telah memperkuat motivasi peneliti.
Barakallȃhu fî hayatikum.
x
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia,
yang mengajar (manusia) dengan pena.
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya."
yang disusun oleh Taufiqurrochman, R (2015) dengan nomor
ISBN 978-602-313-031 dan diterbitkan di Yogyakarta oleh Ar-
Ruzz Media. Kamus ini disusun berdasarkan hasil riset disertasi
6
penyusunnya terhadap tipologi kamus-kamus Arab yang populer
di Indonesia. Berangkat dari disertasi tersebut, penyusun kamus
ini pun menyusun sebuah Qamus Takhshis di bidang kedokteran
ini. Adapun pada skripsi ini peneliti berfokus pada bidang
Linguistik dan juga penelitian ini hanya mencari padanan
istilahnya dalam bahasa Indonesia dari kamus Linguistik: Mu‘jam
Musṯalahȃt ‘Ilm al Lughah al Hadîts (Arab-Inggris).
Pustaka keempat yaitu penelitian skripsi yang dilakukan
oleh Annida Suri Hasanah (2017), Fakultas Adab dan Humaniora,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tentang
"Terjemahan Kamus Al-Farȋd Arab-Inggris (Studi Kasus Istilah
Ekonomi)". Penelitian ini membahas tentang bagaimana teknik
dan langkah pemadanan istilah diaplikasikan dalam kamus Al-
Farȋd Arab-Inggris yang merupakan kamus istilah ekonomi.
Sedangkan pada penelitian ini korpus data yang digunakan yaitu
kamus istilah Linguistik: Mu‘jam Musṯalahȃt ‘Ilm al Lughah al
Hadîts yang berfokus pada pendeskripsian proses pemadanan
istilah linguistik dengan teknik penerjemahan, penyerapan, atau
gabungan antara penerjemahan dan penyerapan.
Kelima, yaitu sebuah skripsi yang diteliti oleh Fitriana
Ray (2017), Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang membahas tentang
"Istilah Teknologi Informasi Bahasa Arab dan Padanannya dalam
Kamus Al-‘Asrȋ". Skripsi ini membahas tentang proses
identifikasi istilah teknologi informasi serta padanan bahasa
Indonesia dan ketepatan istilah teknologi informasi dalam kamus
kontemporer Al-‘Asrȋ. Sementara pada penelitian ini korpus data
7
yang digunakan yaitu kamus Linguistik: Mu‘jam Musṯalahȃt ‘Ilm
al Lughah al Hadîts (Arab-Inggris) dan berfokus pada
pendeskripsian proses pemadanan istilahnya.
Oleh karena tidak adanya penelitian serupa dengan apa
yang peneliti lakukan baik dari segi korpus ataupun teknik yang
digunakan, maka penelitian ini dianggap perlu agar dapat ikut
serta dalam ajang tukar-menukar informasi dunia, khususnya di
bidang Linguistik Arab, Inggris, dan Indonesia.
F. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
penelitian bahasa yang bersifat kualitatif-deskriptif. Adapun
metode penelitian bahasa berhubungan erat dengan tujuan
penelitian bahasa yaitu mengumpulkan dan mengkaji data, serta
mempelajari fenomena-fenomena kebahasaan.8 Sedangkan
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.9 Penelitian
yang menggunakan penelitian kualitatif bertujuan untuk
memahami objek yang diteliti secara mendalam.10
8 T. Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik: Ancangan Metode
Penelitian dan Kajian (Bandung: Refika Aditama, 2006), h. 4. 9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2017), h. 6. 10 Imam Gunawan, "Metode Penelitian Kualitatif", diakses pada 29
November 2017 pukul 10:10 WIB <http://fip.um.ac.id/wp-
content/uploads/2015/12/3_Metpen-Kualitatif.pdf,>
8
Berdasarkan hasil sintesa Moleong terdapat sebelas buah
ciri penelitian kualitatif. Sebelas ciri penelitian kualitatif tersebut
yaitu (1) latar alamiah; (2) manusia sebagai alat (instrumen); (3)
metode kualitatif; (4) analisis data secara induktif; (5) teori dari
dasar (grounded theory); (6) deskriptif; (7) lebih mementingkan
proses daripada hasil; (8) adanya batas yang ditentukan oleh
fokus; (9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data; (10)
desain yang bersifat sementara; dan (11) hasil penelitian
dirundingkan dan disepakati bersama.11
Dari sebelas ciri di atas, hampir semua ciri dapat
terpenuhi dalam penelitian ini. Adapun beberapa ciri tersebut
dapat direfleksikan sebagai berikut:
1. Fokus penelitian
Fokus pada penelitian ini adalah mendeskripsikan proses
pemadanan istilah dari Mu‘jam Musṯalahȃt ‘Ilm al-Lughah al-
Hadȋts (Arab-Inggris) dengan menyesuaikan teori tata istilah
(terminologi) dan cara-cara pemadanan istilah baik dengan
penerjemahan, penyerapan, maupun gabungan antara
penerjemahan dan penyerapan.
2. Sumber data
Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan atau library
research yang data-datanya berasaskan pada berbagai kamus,
dokumen-dokumen, atau buku-buku yang berhubungan
dengan judul penelitian. Sumber data yang digunakan dalam
11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 8-13.
9
penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
Adapun sumber data primer yang peneliti gunakan yaitu
Kamus Istilah Linguistik: Mu‘jam Musṯalahȃt ‘Ilm al Lughah
al Hadîts (Arab-Inggris) yang disusun oleh para pakar
linguistik Arab, Dr. Muhammad Hasan Bȃkalla, dkk. dan
Kamus Linguistik karya Harimurti Kridalaksana.
Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini
yaitu literatur-literatur terkait dengan penelitian yang
dilakukan, diantaranya Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat oleh Dendy Sugono, dkk., Glosarium
Linguistik karya Hans Lapoliwa, A Dictionary of Modern
Written Arabic karya Hans Wehr, Oxford Arabic Dictionary
karya Tressy Arts, dkk., Kamus al Ma‘ȃny daring
(www.almaany.com), Kamus Merriam Webster daring
(www.merriam-webster.com), Kamus Inggris-Indonesia karya
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus A Dictionary of
Theoretical Lingustics karya Muhammad Ali Al Khuli, Kamus
Kontemporer Arab Indonesia karya Atabik Ali dan Ahmad
Zuhdi Muhdlor, Kamus al Munawwir karya Ahmad Warson
Munawwir, Kamus Kata Serapan Asing dalam Bahasa
Indonesia karya J.S. Badudu, dan buku-buku Linguistik
lainnya ataupun buku-buku dan website terkait dengan
penelitian ini.
3. Metode dan teknik penyediaan data
Dalam penelitian yang bersifat deskriptif, setiap tahapan
yang dilalui pasti memiliki metode dan teknik tersendiri yang
10
berbeda antara satu sama lain. Adapun dalam tahapan metode
penyediaan data ini, secara global, peneliti menggunakan
teknik baca dan teknik catat. Teknik penyediaan data ini
dinamakan teknik baca karena peneliti membaca sumber data
baik primer maupun sekunder secara heuristis sehingga
menghasilkan data yang diperlukan. Sedangkan teknik catat
yaitu mencatat seluruh kegiatan dalam proses penyediaan data
tersebut.
Adapun proses penyediaan data (proses untuk
mendapatkan padanan istilah dalam BSa) yang peneliti
lakukan sangat bergantung pada konsep mengenai
penerjemahan (atau pemadanan) yang ditawarkan oleh Nida
dan Taber yaitu analisis-transfer-restrukturisasi12 yang setiap
tahapnya banyak melibatkan pendekatan intertekstual. Pada
tahap analisis, peneliti menelaah makna leksikal istilah yang
akan dipadankan dan membaca secara heuristis teks-teks
dalam BSu1 maupun BSu2 yang berkaitan dengan istilah yang
akan dipadankan. Setelah dirasa cukup, peneliti yang berperan
penting sebagai instrumen/ alat pengumpul data utama13
mentransfer konsep yang telah didapatkan tersebut dari BSu1
dan BSu2 ke dalam BSa. Kemudian konsep yang sudah
berhasil ditransfer, peneliti restrukturisasi ke dalam BSa
menggunakan cara-cara pemadanan istilah diantaranya dengan
penerjemahan, penyerapan, ataupun gabungan antara
12 Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, The Theory and Practice of
Translation (Leiden: E.J.Brill, 1969), h. 33. 13 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 9.
11
penerjemahan dan penyerapan dengan menyesuaikan pada
ketentuan umum pembentukan istilah atau terminologi. Pada
tahap restrukturisasi ini, peneliti banyak melibatkan wacana
intertekstual dalam BSa dengan maksud agar padanan istilah
yang dihasilkan sesuai dan wajar bagi para penutur dan
pengguna BSa.
Dari berbagai tahap proses penyediaan data di atas, jika
digambarkan tahapan-tahapannya yaitu sebagai berikut:
4. Analisis data
Dalam menganalisis data ini, peneliti memaparkan dan
mendeskripsikan proses penyediaan data, atau dalam hal ini,
analisis data di sini yaitu mendeskripsikan proses pemadanan
istilah linguistik dari Mu‘jam Musṯalahȃt ‘Ilm al Lughah al
Hadîts (Arab-Inggris) -yang kemudian disebut BSu1 dan
BSu2- dengan teknik atau cara pemadanan istilah tertentu
hingga mendapatkan padanan yang sesuai dan wajar dalam
BSa. Data yang terpilih untuk dianalisis adalah data yang
dianggap dapat mewakili tujuan penelitian.
12
5. Teknik Penulisan
Secara teknis skripsi ini berpedoman pada buku "Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta" berdasarkan keputusan Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta nomor: 507 tahun 2017.
G. Sistematika Penelitian
Penelitian ini terdiri dari lima bab yang akan dipaparkan
sebagai berikut:
Bab I adalah pendahuluan, meliputi latar belakang
masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan
sistematika penelitian.
Bab II membahas tentang kamus dan pemadanan istilah
yang terdiri dari pengertian kamus, fungsi kamus, ragam kamus,
sistematika penyusunan lema, tata istilah atau terminologi, dan
cara pemadanan istilah.
Bab III merupakan pemaparan tentang Mu‘jam
Musṯalahȃt ‘Ilm al Lughah al Hadîts (Arab-Inggris) dan padanan
istilahnya yang terdiri dari seputar Mu‘jam Musṯalahȃt ‘Ilm al
Lughah al Hadîts (Arab-Inggris) dan padanan istilah dari Mu‘jam
Musṯalahȃt ‘Ilm al Lughah al Hadîts (Arab-Inggris-Indonesia).
Bab IV merupakan pokok penelitian yang akan
membahas terkait pertanggungjawaban akademik pemadanan
istilah linguistik (Arab-Inggris-Indonesia) yang terdiri dari
deskripsi singkat hasil pemadanan istilah dan
13
pertanggungjawaban hasil pemadanan istilah linguistik (Arab-
Inggris) dari Mu‘jam Musṯalahȃt ‘Ilm al Lughah al Hadîts.
Bab V adalah penutup yang berupa kesimpulan dan
rekomendasi.
15
BAB II
KAMUS DAN PEMADANAN ISTILAH
A. Tentang Kamus
1. Pengertian Kamus
Secara etimologi, kata kamus berasal dari kata dalam
bahasa Arab yaitu qamus yang diserap dari kata dalam
bahasa Yunani kuno, okeanos, yang berarti "lautan".14
Sedangkan padanan kata kamus dalam bahasa Inggris adalah
dictionary yang diserap dari bahasa Latin, yaitu dictionarium
yang berarti "berbicara, kata, atau ungkapan".15
Dalam bahasa Arab, istilah kamus disinonimkan
dengan kata Mu‘jam. Kata Mu‘jam berasal dari kata عجم yang
berarti incomprehensible, unintelligible, dan obscure (sulit
dipahami, tidak jelas, dan kabur).16 Sedangkan menurut Ibnu
Manzhur, jika pada kata عجم ditambahkan hamzah menjadi
maka maknanya menjadi sebaliknya أفعل dengan wazan أعجم
yaitu "menghilangkan atau menghapuskan kesamaran,
kekaburan, dan ketidakjelasan".17
Adapun pengertian kamus menurut terminologi
adalah [1] buku acuan yang memuat kata dan ungkapan,
biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang
14 Abdul Chaer, Leksikologi & Leksikografi Indonesia, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2007), h. 179. 15 Merriam Webster Dictionary, "Dictionary", diakses pada 29 April 2019
pukul 15:03 WIB <https://www.merriam-webster.com/dictionary/dictionary>. 16 Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, h. 594. 17 Jamaluddin Muhammad Ibn Makram Ibn Manzhur, Lisan al ‘Arab,
makna, pemakaian, atau terjemahannya; [2] buku yang
memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut
abjad beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya.18
Dalam pengertian yang lebih ringkas, kamus bisa diartikan
sebagai sebuah buku referensi yang memuat daftar kosakata
yang terdapat dalam sebuah bahasa, yang disusun secara
alfabetis disertai keterangan bagaimana menggunakan kata
itu.19
2. Fungsi Kamus
Berangkat dari pengertian di atas, kamus memiliki
berbagai macam fungsi baik itu fungsi teoretis maupun
fungsi praktis. Adapun kamus yang berfungsi sebagai
referensi bagi para penutur bahasanya. seiring perkembangan
teknologi dan ilmu pengetahuan dituntut untuk terus
berkembang. Dengan perkembangan bahasa yang dinamis
tersebut, manusia akan kesulitan menghafal semua kekayaan
bahasanya. Oleh karena itu, di sinilah fungsi teoretis kamus
lainnya yaitu sebagai wadah penghimpun konsep-konsep
budaya dari masyarakat atau bangsa penutur suatu bahasa.20
Adapun fungsi praktis kamus diantaranya yaitu
sebagai sarana mengetahui makna kata, sarana mengetahui
lafal dan ejaan sebuah kata, sarana untuk mengetahui asal-
18 Dendy Sugono (Pim. Red.), dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 614. 19 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2010), h. 44. 20 Abdul Chaer, Leksikologi & Leksikografi Indonesia, h. 184.
17
usul kata,21 sarana untuk menentukan istilah,22 sarana untuk
memilih diksi,23 dan sarana mengetahui berbagai informasi
lainnya mengenai kata.
3. Ragam Kamus
Dalam menyusun sebuah kamus, seorang leksikograf
sudah harus menentukan tujuan dan sasaran tertentu di awal
penyusunannya. Dengan begitu, penyusunan sebuah kamus
akan memiliki berbagai macam ragam bentuk, isi maupun
jenisnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditentukan
penyusunnya. Di antara ragam kamus tersebut yaitu sebagai
berikut:
a. klasifikasi kamus berdasarkan sasaran. Ragam kamus ini
terdiri dari (1) kamus ekabahasa atau monolingual, (2)
kamus dwibahasa atau bilingual, dan (3) kamus aneka
bahasa atau multilingual.
b. klasifikasi kamus berdasarkan ukuran atau jumlah entri.
Ragam kamus berdasarkan ukuran terbagi dua macam
yaitu (1) kamus besar dan (2) kamus terbatas. Adapun
ragam kamus terbatas terbagi lagi menjadi (2.1) kamus
saku dan (2.2) kamus pelajar. Sedangkan ragam kamus
berdasarkan jumlah entri terbagi menjadi tiga macam
yaitu (1) kamus besar, (2) kamus sedang, dan (3) kamus
kecil.
21 Abdul Chaer, Leksikologi & Leksikografi Indonesia, h. 185. 22 Abdul Chaer, Leksikologi & Leksikografi Indonesia, h. 190. 23 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, h. 44.
18
c. klasifikasi kamus berdasarkan isi. Ragam kamus ini
terbagi kepada beberapa macam, diantaranya:
1) kamus lafal
2) kamus ejaan
3) kamus sinonim
4) kamus antonim
5) kamus homonim
6) kamus ungkapan/idiom
7) kamus singkatan/ akronim
8) kamus etimologi
9) kamus istilah24
4. Sistematika Penyusunan Mu'jam
Secara garis besar, terdapat dua model sistematika
penyusunan kamus-kamus bahasa Arab yang digunakan para
leksikolog yaitu (a) sistem makna dan (b) sistem lafal.25
a. Sistem Makna
Sistem makna adalah model penyusunan kosakata di
dalam kamus dengan cara menata kata/entri kamus secara
berurutan berdasarkan makna atau kelompok kosakata
yang maknanya sebidang (tematik). Dengan kata lain,
pengelompokan entri pada kamus-kamus macam ini lebih
mengedepankan aspek makna yang terkait dengan topik/
tema yang telah ditetapkan oleh leksikolog, atau lebih
24 Abdul Chaer, Leksikologi & Leksikografi Indonesia, h. 196-205. 25 Salim Sulaiman Al-Khammas dalam H.R. Taufiqurrochman, Leksikologi
Bahasa Arab (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 213.
19
tepatnya macam kamus ini bisa disebut dengan kamus
tematik. Kamus-kamus tematik berbahasa Arab antara
lain: al Gharib al Musannaf karya Abu Ubaid bin Qasim
bin Salam (150-244 H), Al Mukhassah fi al Lughah karya
Ibnu Sydah (398-458 H), dll.26
b. Sistem Lafal
Sistem lafal atau yang biasa disebut kamus alfaẕ
adalah kamus yang kata-kata (item) di dalamnya tersusun
secara berurutan berdasarkan urutan lafal (indeks) dari
kosakata yang terhimpun, bukan melihat dari makna kata.
Mu‘jam al ‘Ain yang diperkenalkan oleh Khalil bin
Ahmad Al-Farahidi adalah kamus pertama dengan sistem
lafal ini yang kemudian disusul dengan berbagai kamus
bahasa Arab lainnya.27
Menurut Emil Ya'qub, berdasarkan sejarah
perkembangan leksikon bahasa Arab, paling tidak terdapat
lima model sistematika penyusunan atau pengurutan entri
kamus atau mu‘jam, 28 yaitu sebagai berikut:
1) Sistem pengurutan berdasarkan urutan makhȃrij al
hurȗf (tempat-tempat keluar huruf) dan sistem acak
(niẕam al taqlibȃt). Sistem ini mengurutkan huruf
pertama dari setiap kata berdasarkan makhraj (tempat
keluar suara) kemudian mengacak huruf-huruf dari
26 H.R. Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab, h. 213-214. 27 H.R. Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab, h. 217. 28 Emil Ya'qub, al Ma‘ajim al Lughawiyyah al ‘Arabiyyah Badaˋatuhȃ wa
Taṯawwuruhȃ (Beirut: Dar al ‘ilm al Malȃyîn, 1985), h. 37-178.
20
kata tersebut sehingga membentuk kata-kata lain.
Adapaun cara seperti ini diinisiasi oleh Khalil bin
Ahmad Al-Farihidi dalam menyusun Mu‘jam al ‘Ain.29
2) Sistem pengurutan entri berdasarkan alfabet khusus,
yaitu pengurutan entri yang menggunakan urutan huruf
yang dikemukakan oleh Nashr bin ‘Ashim seperti yang
dikenal sekarang ini, berikut urutan hurufnya: ت -ب -أ
ع -ظ -ط -ض -ص -ش -س -ز -ر -ذ -د -خ -ح -ج -ث -
ي -و -ه -ن -م -ل -ك -ق -ف -غ - . Adapun sistem
seperti ini dilakukan salah satunya oleh Ibn Duraid al
Azdi (Abu Bakr Muhammad Ibn al Hasan Ibn Duraid)
dalam menyusun 30.الجمهر ة
3) Sistem alfabetis yang diurutkan berdasarkan sistem
qȃfiyah ( القافيةنظام ) yaitu sistem pengurutan entri
yang diurutkan berdasarkan huruf terakhir dari setiap
kata. Cara seperti ini dilakukan diantaranya oleh Ismail
bin Hammad al Jauhari dalam الصحاح dan Ibn
Manzhur dalam 31.لسان العرب
4) Sistem alfabetis yang diurutkan berdasarkan huruf
pertama dari setiap kata dasar setelah membuang
29 Emil Ya'qub, al Ma‘ajim al Lughawiyyah al ‘Arabiyyah..., h. 37-74. 30 Emil Ya'qub, al Ma‘ajim al Lughawiyyah al ‘Arabiyyah..., h. 75-96. 31 Emil Ya'qub, al Ma‘ajim al Lughawiyyah al ‘Arabiyyah..., h. 97-132.
21
huruf-huruf tambahannya. Cara seperti ini dilakukan
diantaranya oleh tim dari Majma‘ al Lughah al
‘Arabiyyah di Kairo dalam menyusun املعجم الوسيط
dan juga oleh Louis Ma'luf dalam32.املنجد
5) Sistem alfabetis yang diurutkan berdasarkan artikulasi
yang dilakukan dengan mengurutkan entri apa adanya
tanpa membuang huruf tambahannya. Sistem ini
dimaksudkan agar dapat memudahkan pemula dalam
mencari kata tanpa mencari kata dasarnya terlebih
dahulu seperti cara-cara pengurutan entri yang
dilakukan oleh penyusun kamus lainnya. Cara seperti
ini dilakukan salah satunya oleh al Jurjani dalam
menyusun Kitȃb al Ta‘rifȃt.33
Sedangkan kamus-kamus bahasa selain berbahasa
Arab umumnya diurutkan berdasarkan susunan alfabet
latin, yaitu A-B-C-D-E-F-G-H-I-J-K-L-M-N-O-P-Q-R-S-
T-U-V-W-X-Y-Z.34
B. Pemadanan Istilah
Padanan atau ekuivalensi merupakan tujuan dan
sekaligus sebagai produk dari sebuah penerjemahan.35 Makna
padanan sendiri berakar kata padan yang berarti banding,
32 Emil Ya'qub, al Ma‘ajim al Lughawiyyah al ‘Arabiyyah..., h. 133-160. 33 Emil Ya'qub, al Ma‘ajim al Lughawiyyah al ‘Arabiyyah..., h. 161-178. 34 Akhmad Saehudin, "Tradisi Penyusunan Kamus Arab... ", h. 225. 35 Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek)
(Bandung: Humaniora, 2005), h. 11.
22
imbangan, cocok, sesuai, dan patut benar. Sedangkan kata
padanan berarti [1] keadaan seimbang (sebanding, senilai,
seharga, sederajat, sepadan, searti); dan [2] kata atau frasa di
sebuah bahasa yang memiliki kesejajaran makna dengan kata atau
frasa dalam bahasa lain; ekuivalen.36
Padanan sebagai sebuah produk atau hasil kerja seorang
penerjemah, tidak pernah berhubungan langsung dengan proses
penerjemahan. Oleh karena itu, mereka yang bertindak sebagai
pembaca hasil kerja tersebut tidak akan mengetahui permasalahan
yang dihadapi penerjemah dalam proses pengambilan keputusan
yang dilakukannya. Dengan begitu, pembaca hanya akan
mengetahui suatu produk saja bukan prosesnya.37
Terlepas dari hal itu, sebuah produk terjemahan
(padanan) salah satunya pasti dihasilkan dari suatu proses
penerjemahan. Menerjemahkan sendiri adalah memindahkan atau
menyalin gagasan, ide, pikiran, pesan, atau informasi lainnya dari
satu bahasa ke dalam bahasa yang lain.38 Lebih jelasnya, Nida
dan Taber menjelaskan bahwa penerjemahan adalah "consists in
reproducing in the receptor language the closest natural
equivalent of the source language message, first in terms of
meaning and secondly in terms of style"39 yaitu kegiatan
mengungkapkan kembali pesan dari bahasa sumber dengan
36 Dendy Sugono (Pim. Red.), dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat, h. 995. 37 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa
Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 5. 38 Nur Mufid dan Kaserun AS. Rahman, Buku Pintar Menerjemah Arab-
Indonesia, h. 6. 39 Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, The Theory and Practice of
Translation, h. 12.
23
padanan yang sedekat-dekatnya ke dalam bahasa sasaran,
pertama dari segi makna dan kedua dari segi gaya.
Sejalan dengan itu, Pinchuck dalam Sayogie juga
memberikan definisi tentang penerjemahan sebagai "a process of
finding a TL (target language) equivalent for an SL (source
language) utterance" 'suatu proses menemukan padanan suatu
ujaran dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran'.40
Pengertian penerjemahan yang dikemukakan oleh para
ahli tersebut sangatlah mementingkan aspek ekuivalensi sebagai
wujud pengalihan makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa
sasaran. Bahkan Catford dalam Syihabuddin menegaskan bahwa
kegiatan utama penerjemahan ialah pencarian ekuivalensi itu
sendiri.41
Selain itu, padanan yang dalam hal ini menjadi suatu
produk terjemahan juga bisa dihasilkan dari sebuah penyerapan
yang dalam Vinay dan Darbelnet disebut dengan istilah
borrowing42 atau juga dalam skripsi Saiful Anwar disebut sebagai
dakhil43. Dalam pedoman umum pembentukan istilah (PUPI)
yang akan diterangkan lebih lanjut, juga disebutkan bahwa
kegiatan pemadanan istilah salah satunya juga bisa dengan
penyerapan atau gabungan antara penerjemahan dan penyerapan.
40 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa
Indonesia, h. 7. 41 Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek), h. 12. 42 Jean-Paul Vinay dan Jean Darbelnet, "A Methodology for Translation"
penerj. Juan C. Sager dan M.J. Hamel. Dalam The Translation Studies Reader,
ed. Lawrence Venutti, pen. ed. Mona Baker (London: Routledge, 2000), h.85. 43 Muhammad Saiful Anwar, "Kamus Istilah Elektronika Tiga Bahasa"
(Skripsi, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Jakarta, 2019), h. 25.
24
1. Tata Istilah/ Terminologi
Dalam proses pembentukannya, pengistilahan tidak
sama dengan proses penamaan yang lebih banyak
berlangsung secara arbitrer. Pengistilahan lebih banyak
berlangsung menurut suatu prosedur. Hal ini terjadi karena
pengistilahan dilakukan untuk mendapatkan "ketepatan" dan
"kecermatan" makna untuk suatu bidang kegiatan atau
keilmuan tertentu.44
Dengan kata lain, istilah adalah [1] kata atau gabungan
kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep,
proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu;
[2] sebutan; nama; [3] kata atau ungkapan khusus.45 Adapun
perangkat asas dan ketentuan pembentukannya serta
kumpulan istilah yang dihasilkannya dibahas dalam kajian
tata istilah atau terminologi.46
Kegiatan yang dilakukan oleh ilmuwan (scientist) dan
pandit (scholar) Indonesia menghasilkan konsep ilmiah yang
dituangkan dalam perangkat peristilahan. Konsep ilmiah
yang dihasilkan oleh ilmuwan dan pandit Indonesia dengan
sendirinya mempunyai istilah yang mapan. Akan tetapi,
adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era
globalisasi seperti sekarang ini, membuat konsep ilmu
pengetahuan banyak dilambangkan dalam istilah asing.
44 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), h. 52. 45 Dendy Sugono (Pim. Red.), dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat, h. 552. 46 Tim Redaksi BIP, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
dan Pembentukan Istilah (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2018), h. 99.
25
Dengan begitu, penciptaan istilah baru begitu diperlukan, di
samping, adanya kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh para
ilmuwan dan pandit Indonesia untuk mengungkapkan konsep
ilmiah dari ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni yang sama
sekali baru.47
Untuk menciptakan istilah baru tersebut, pemadanan
dan perekaciptaan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia
lazim digunakan oleh ilmuwan dan pandit Indonesia. Adapun
pemadanan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia,
dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui penerjemahan,
penyerapan, atau gabungan penerjemahan dan penyerapan.48
Dalam pembentukan istilah baru juga terdapat persyaratan-
persyaratan yang harus diperhatikan dan dipatuhi dalam
pemanfaatan kosakata bahasa Indonesia. Adapun
persyaratan-persyaratan tersebut yaitu sebagai berikut: 49
a. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling
tepat yang menungkapkan konsep termaksud dan yang
tidak menyimpang dari makna itu.
b. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling
singkat di antara pilihan yang tersedia.
c. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang
berkonotasi (bernilai rasa) baik.
d. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang eufonik.
47 Tim Redaksi BIP, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.., h. 103. 48 Tim Redaksi BIP, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.., h. 104. 49 Tim Redaksi BIP, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.., h. 100.
26
e. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang
bentuknya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
2. Cara Pemadanan Istilah
Dalam upaya menghadirkan padanan, seorang
penerjemah harus memiliki kompetensi yang memadai
terkait bidang yang akan diterjemahkannya dan juga
kompetensi terkait teori penerjemahan.50 Hal itu
dimaksudkan agar amanat dari penulis teks sumber dapat
tersampaikan dengan baik sesuai dengan tingkat keakuratan,
kejelasan, dan kewajaran yang memadai. Adapun teori
penerjemahan berfungsi sebagai solusi atas permasalahan
penerjemah dalam mengatasi perbedaan bahasa, budaya, dan
konteks sosiologis yang dimiliki penulis teks sumber dan
pembaca terjemahan.51
Padanan yang dihasilkan mesti melalui suatu proses
baik itu dengan pemadanan istilah ataupun perekaciptaan
istilah (untuk istilah yang sama sekali baru). Adapun proses
pemadanan istilah asing dilakukan lewat penerjemahan,
penyerapan, maupun gabungan dari penerjemahan dan
penyerapan. Untuk istilah asing yang dijadikan padanan,
sumber rujukan yang diutamakan ialah istilah Inggris yang
pemakaiannya bersifat internasional karena sudah dilazimkan
oleh para ahli dalam bidangnya. Penulisan istilah serapan
50 M. Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia (Strategi,
Metode, Prosedur, Teknik), h. 25. 51 M. Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia (Strategi,
Metode, Prosedur, Teknik), h. 26.
27
dilakukan dengan atau tanpa penyesuaian ejaannya
berdasarkan kaidah fonotaktik, yakni hubungan urutan bunyi
yang diizinkan dalam bahasa Indonesia.52
a. Penerjemahan
Kegiatan penerjemahan ini memiliki keuntungan yang
berguna untuk memperkaya kosakata Indonesia dengan
sinonim dan meningkatkan daya ungkap bahasa
Indonesia. Penerjemahan dapat dilakukan berdasarkan
kesesuaian makna, tanpa kesesuaian bentuk yang
sepadan.
Misalnya:
ع فر م الص ل morfologi
ق ط عة الن tempo سر
atau penerjemahan dapat pula dilakukan berdasarkan
kesesuaian bentuk dan makna sekaligus.
Misalnya:
ة ي و ف
جمة الش ر
penerjemahan lisan الت
ر يبع Arabisasi الت
Penerjemahan juga dapat menjadi jalan keluar terbaik
saat penyerapan istilah asing yang bercorak Anglo-
Sakson menghadapi kesulitan karena perbedaan antara
lafal dan ejaannya. 53
52 Tim Redaksi BIP, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.., h. 104-
105. 53 Tim Redaksi BIP, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.., h. 105.
28
1) Penerjemahan langsung
Dalam pembentukan istilah lewat penerjemahan
perlu diperhatikan pedoman berikut:
a) Penerjemahan tidak harus berasas satu kata
diterjemahkan dengan satu kata.54
Misalnya:
medical practitioner dokter
ي يث الجماع dialog الحد
م لتك persona pertama امل
b) Istilah asing dalam bentuk positif diterjemahkan
ke dalam istilah Indonesia bentuk positif, begitu
juga istilah dalam bentuk negatif.55
Misalnya:
illiterate niraksara
ؤاف
ك ketanlarasan عدم الت
ت ائ سالص مو ه امل vokal aspirat (bukan
vokal tak bersuara)
c) Kelas kata istilah asing dalam penerjemahan
sedapat-dapatnya dipertahankan pada istilah
terjemahannya.56
Misalnya:
ي ب ل imperatif (adjektiva) (adjektiva) الط
54 Tim Redaksi BIP, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.., h. 105. 55 Tim Redaksi BIP, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.., h. 106. 56 Tim Redaksi BIP, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.., h. 106.
29
جة ه dialek (nomina) (nomina) الل
(to) filter (verba) menapis (verba)
d) Dalam penerjemahan istilah asing dengan
plural, pemarkah kejamakannya ditanggalkan
pada istilah Indonesia.57
Misalnya:
alumni lulusan
ة ي ت و ار الص
ت و pita suara األ
ق ط ضاء الن ع
alat ucap أ
2) Penerjemahan dengan perekaan
Adakalanya upaya pemadanan istilah asing perlu
dilakukan dengan menciptakan istilah baru.58 Istilah
هام ف ت مة اال س
misalnya, dalam khazanah kosakata ,عل
bahasa Indonesia terdapat bentuk tanda tanya yang
menggambarkan permintaan keterangan (penjelasan
dsb.) untuk mendapatkan pemahaman tertentu. Lalu,
direka istilah tanda tanya sebagai padanan istilah
dari هام ف ت س مة اال
Begitu pula pemadanan .عل
يد س ج menjadi (majas) personifikasi dan الت
ل م ع
ر ف .menjadi morfologi الص
57 Tim Redaksi BIP, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.., h. 106. 58 Tim Redaksi BIP, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.., h. 107.
30
b. Penyerapan
1) Penyerapan istilah
Penyerapan istilah asing menjadi istilah Indonesia
dilakukan berdasarkan hal berikut:
a) Istilah asing yang diserap meningkatkan
ketersalinan bahasa asing dan bahasa Indonesia
secara timbal balik (intertranslatability).
b) Istilah asing yang akan diserap mempermudah
pemahaman teks asing oleh pembaca Indonesia
karena dikenal lebih dulu.
c) Istilah asing yang diserap lebih ringkas
dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya.
d) Istilah asing yang diserap mempermudah
kesepakatan antarpakar jika padanan
terjemahannya terlalu banyak sinonimnya.
e) Istilah asing yang diserap lebih cocok dan lebih
tepat karena tidak mengandung konotasi
buruk.59
Proses penyerapan istilah asing dengan
mengutamakan bentuk visualnya dilakukan dengan
cara-cara berikut:
a) Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal.
Contohnya seperti ر menjadi asar atau [asr'] عص
ر ط .menjadi syarat [syarṯ] ش
59 Tim Redaksi BIP, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.., h. 107.
31
b) Penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa
penyesuaian lafal. Contohnya قف [ufuqˋ] أ
menjadi ufuk, ةيق menjadi akikah [aqîqah'] عق
atau dalam bahasa Inggris seperti photocopy
[fotokopi] menjadi fotokopi [fotokopi].
c) Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan, tetapi
dengan penyesuaian lafal. Contohnya seperti
bias [baiəs] menjadi bias [bias], nasal [neisəl]
menjadi nasal [nasal], atau radar [reidər]
menjadi radar [radar].
d) Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal.
(i) penyerapan istilah asing tanpa penyesuaian
ejaan dan lafal jika ejaan dan lafal istilah
asing itu tidak berubah dalam banyak
bahasa modern, istilah itu dicetak dengan
huruf miring. Contoh: devide et impera.
(ii) penyerapan istilah tanpa penyesuaian ejaan
dan lafal dilakukan jika istilah itu juga
dipakai secara luas dalam kosakata umum,
istilah itu tidak ditulis dengan huruf tegak.
Misalnya seperti istilah golf menjadi golf,
internet menjadi internet, lift menjadi lift,
atau orbit menjadi orbit.60
60 Tim Redaksi BIP, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.., h. 108-
109.
32
2) Penyerapan afiks dan bentuk terikat istilah asing
Prefiks dan sufiks asing yang bersumber pada
bahasa Indo-Eropa dapat dipertimbangkan
pemakaiannya di dalam peristilahan Indonesia
setelah disesuaikan ejaannya. Prefiks, sufiks dan
bentuk terikat asing bisa dilihat secara lebih lengkap
dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) dan Pembentukan Istilah yang
disusun oleh tim redaksi BIP.61
c. Gabungan penerjemahan dan penyerapan
Istilah bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan
menerjemahkan dan menyerap istilah asing sekaligus.62
Misalnya:
bound morpheme morfem terikat
نى ع يم امل م
ع perluasan makna ت
يف ت ي ة الد
kasus datif حال
61 Tim Redaksi BIP, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.., h. 109-
123. 62 Tim Redaksi BIP, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.., h. 123.
33
BAB III
TENTANG MU‘JAM MUSṮALAHȂT ‘ILM AL LUGHAH AL
HADÎTS DAN PADANAN ISTILAHNYA
A. Mu‘jam Musṯalahȃt ‘Ilm al Lughah al Hadîts (Arab-
Inggris)
Mu‘jam Musṯalahȃt ‘Ilm al Lughah al Hadîts merupakan
kamus istilah linguistik dwibahasa yang disusun dengan dua versi
pada kedua sisinya. Versi pertama yaitu Arab-Inggris yang
terletak pada sisi kanan mu‘jam yang terdiri dari 109 halaman
dengan 2391 lema dan versi kedua yaitu Inggris-Arab berada
pada sisi kirinya yang terdiri dari 103 halaman dengan 2584
lema.
Penyusunan mu‘jam ini mulai dilakukan sejak tahun 1975
dan mulai diterbitkan pada tahun 1983 M oleh penerbit Librairie
du Liban di Beirut. Adapun para penyusun mu‘jam ini merupakan
para pakar Linguistik Arab, diantaranya yaitu Dr. Muhammad H.
Bakalla, Dr. Ali M. Al Kasimi, Dr. Muhyiddin K. Al Rayyih, Dr.
George N. Saad, dan Dr. Mahmoud E. Sieny. Setelah melalui
proses penyusunannya, mu‘jam ini kemudian melalui proses
peninjauan kembali untuk perbaikan (revisi) yang dilakukan oleh
beberapa tim penyusun yang baru (dikarenakan beberapa tim
penyusun sebelumnya telah meninggal dunia) diantaranya yaitu
Dr. Muhammad H. Bakalla, Dr. Kamal M. Bishr, Dr. A. H. Al
Shalakani, Dr. Mahmoud E. Sieny, dan Dr. Saleh J. Al Toma.
34
B. Padanan Istilah Linguistik dari Mu‘jam Musṯalahȃt ‘Ilm
al Lughah al Hadîts (Arab-Inggris-Indonesia)
Mu‘jam Musṯalahȃt ‘Ilm al Lughah al Hadîts (Arab-
Inggris-Indonesia) merupakan hasil pemadanan dari Mu‘jam
Musṯalahȃt ‘Ilm al Lughah al Hadîts versi Arab-Inggris. Proses
pemadanan ini dilakukan dengan cara mencari padanan istilah
linguistik yang sesuai dan wajar bagi para pengguna bahasa
Indonesia dengan menggunakan pendekatan wacana intertekstual
yang dimulai dari proses menganalisis makna leksikal dan konsep
makna suatu istilah; kemudian mentransfer konsep makna dari
kedua bahasa tersebut ke dalam bahasa Indonesia; dan terakhir,
merestrukturisasinya sesuai dengan cara-cara pemadanan istilah,
kaidah umum pembentukan istilah, dan terminologi.
Proses pemadanan istilah linguistik dari Mu‘jam
Musṯalahȃt ‘Ilm al Lughah al Hadîts ini dimaksudkan agar dapat
membantu memberikan informasi terkait padanan istilah
linguistik kepada para pengguna ketiga bahasa tersebut
(khususnya bahasa Indonesia) dan juga dimaksudkan untuk
keperluan pertukaran informasi dan pencendikiaan bahasa, serta
memperkaya wawasan terkait padanan bidang linguistik pada
bahasa-bahasa tersebut.
Adapun padanan istilah yang telah berhasil dipadankan ke
dalam bahasa Indonesia hanya merupakan entri lema dengan
padanan istilah masing-masing dalam bahasa Arab-Inggris-
Indonesia. Sedangkan istilah yang dipadankan ke dalam bahasa
Indonesia merupakan istilah yang dianggap sesuai, wajar, dan
sering digunakan saja, karena dalam mu'jam tersebut banyak lema
35
atau entri yang sudah tidak digunakan lagi pada masa sekarang
atau peneliti belum menemukan padanan yang sesuai dan wajar
dalam bahasa Indonesia, mengingat bahwa Mu‘jam Musṯalahȃt
‘Ilm al Lughah al Hadîts diterbitkan pada tahun 1983 M (jangka
waktu yang cukup lama untuk sebuah kamus masih dikatakan
modern dan juga sebagai dampak dari bahasa yang begitu
dinamis) dan peneliti belum menemukan cetakan berikutnya dari
mu‘jam tersebut.
37
BAB IV
PERTANGGUNGJAWABAN AKADEMIK PEMADANAN
ISTILAH LINGUISTIK (ARAB-INGGRIS-INDONESIA)
A. Deskripsi Singkat Hasil Pemadanan Istilah
Sesuai dengan penjelasan peneliti dalam bab I tentang
metode penyediaan data dan analisis data, maka bab ini akan
membahas tentang pertanggungjawaban akademik terkait proses
pemadanan istilah linguistik dari Mu‘jam Musṯalahȃt ‘Ilm al
Lughah al Hadîts (Arab-Inggris). Adapun dalam subbab ini,
peneliti akan memaparkan istilah atau lema yang telah dipilih
dengan menyesuaikan tujuan dari penelitian ini untuk
dideskripsikan dalam subbab berikutnya. Berikut istilah-istilah
yang terpilih:
Ablaut
Perubahan vokal utk
menandai pelbagai fungsi
gramatikal.
Ablaut;
apophony;
vowel gradation
وت
ل ب األ
ي ل اخ ر الد ي س ف )الت
ي ت ف وائ للص
نة( ات معي ياق س
Monolingual Monoglot;
Monolingual;
Unilingual
ةلغ
ي ال حاد
األ
Abreviasi; Kependekan
Berhubungan dengan
penyingkatan,
Abbreviation صار ت اال خ
ض دام بع خ ت
اس )ب
مة( ل حروف الك
38
pemenggalan, akronimi,
kontraksi, dan lambang
huruf.
Tingkat Perbandingan;
Perbandingan Lebih;
Tingkat Komparatif;
Tingkat Superlatif
Superior
Comparison;
Degree of
Comparison
ل ي ض ف م الت س ا
Polisemi Polysemy ي ظ ف راك الل ت
اال ش
Uraian Kalimat; I'rab Parsing ل ي ل تح راب )ب ع اإل
ة(ل الجم
Konsonansi Consonance ي ت و س الص
جان الت
Personifikasi Externalization;
Personification
يد س ج الت
Labialisasi Lip Rounding;
Labialization
ن تي ف
ر الش ي و
د ت
Pemanjangan Fonem;
Geminasi; Bunyi
Kembar; Tasydid
Gemination د ي د ش
الت
تابة( ي الك )ف
Diftong; Gugus Vokal;
Vokal Rangkap Dua
Diphthong;
Vowel Cluster
ب رك
ت امل ائ الص
Tanda Kutip; Tanda
Petik
Quotation
Marks
مات
عل
يص ص ن الت
39
Kelimpahan;
Redundansi
Redundancy ةل ض
الف
Titik Artikulasi;
Makhraj
Point of
Articulation
ت و رج الص مخ
Sistem Tulisan; Aksara Writing System تابة ام الك ظ ن
B. Pertanggungjawaban hasil pemadanan istilah linguistik
(Arab-Inggris-Indonesia)
Berdasarkan deskripsi singkat di atas, pada subbab ini
peneliti akan memaparkan 15 istilah linguistik yang
pemaparannya sesuai dengan langkah-langkah yang telah
disebutkan pada bab I. Berikut ini pemaparan proses pemadanan
istilah linguistik beserta analisisnya.
Bsa BSu2 BSu1 No
Ablaut
Perubahan vokal utk
menandai pelbagai
fungsi gramatikal.
Ablaut;
Apophony
وت
ل ب األ
ي ل اخ ر الد ي س ف )الت
ي ت ف وائ للص
نة( ات معي ياق س
1.
Istilah وت
ل ب dalam BSu1 yang dijelaskan dengan klausa األ
ي ت ف وائ ي للص ل اخ ر الد ي س ف نةالت ات معي
ياق س yang bermakna
'interpretasi internal pada berbagai vokal dalam konteks tertentu'
merupakan kata serapan dari istilah dalam BSu2 yang berasal dari
40
bahasa Jerman, ablaut, dari bentuk terikat ab- 'turun, dari' + laut
'bunyi'. Kata ini mulai digunakan sejak tahun 1838 sejak mulai
diperkenalkan oleh Jacob Grimm pada tahun 1819.63 Sedangkan
istilah apophony dalam MWDD dirujuk langsung ke istilah
ablaut.64
Dalam KL, istilah ablaut dimaknai sebagai 'perubahan
vokal untuk menandai pelbagai fungsi gramatikal; mis. Jerman
[au] menjadi [oy] untuk perubahan singularis menjadi pluralis
dalam Haus 'rumah' menjadi Häuser 'rumah-rumah'.65 Sedangkan
KBBI menerangkan bahwa kata ablaut masuk ke dalam bid.
Linguistik yang berarti 'perubahan vokal untuk menandai
pelbagai fungsi gramatikal, msl untuk mengungkapkan perubahan
kala, aspek, jumlah, dsb (seperti dalam b. Ing. drink, drank,
drunk)'.66
Adapun istilah وت
ل ب dalam BSu1 dan istilah ablaut dan األ
apophony dalam BSu2 memiliki padanan istilah yang banyak
pada masing-masing bahasanya, berikut ini peneliti cantumkan
padanan-padanan istilahnya:
Ablaut Vocalic alternation;
vowel gradation
بادل ي الت ت ائ ر( الص ي
غ )الت
63 Merriam Webster Dictionary, "Ablaut", diakses pada 26 Februari 2019
pukul 17:00 WIB <https://www.merriam-webster.com/dictionary/ablaut> 64 Merriam Webster Dictionary, "Apophony", diakses pada 09 April 2019
Dari berbagai padanan dalam BSu1 dan BSu2 di atas, padanan
istilah dalam BSa hanya mengenal satu istilah saja yaitu ablaut.
Hal itu dikarenakan budaya dan kaidah dalam BSa belum familiar
terhadap gejala bahasa ablaut dan juga karena gejala bahasa
ablaut banyak terdapat dalam bahasa fleksi saja67, mengingat
bahasa Indonesia adalah bahasa aglutinasi.68 Adapun kata praktik
atau praktek, telur atau telor, apotek atau apotik, dll. yang
dianggap sebagai gejala bahasa ablaut dalam BSa69 kemudian
disanggah dengan menyebut kata-kata tersebut sebagai variasi
fonologis saja bukan ablaut.70
Dengan begitu, istilah وت
ل ب dalam BSu1 atau ablaut األ
dalam BSa yang merupakan serapan dari istilah ablaut dalam
BSu2 (lebih tepatnya dari bhs. Jerman) dianggap memiliki
kesepadanan konsep makna karena baik BSu1 maupun BSa
67 Sumber Kompas cetak, "Gejala Bahasa Ablaut" diakses pada 26
Februari 2019 pukul 18:05 WIB <https://www.wisma-bahasa.com/praktik-
dan-apotek/> 68 Syamsul Hadi, Kata-Kata Arab dalam Bahasa Indonesia (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2015), h. 6. 69 <https://www.wisma-bahasa.com/praktik-dan-apotek/> 70 Dedy Ari Asfar, "Telur dan Telor Pengamat Bahasa", diakses pada 26
uses only a single language (seseorang yang tahu atau
menggunakan satu bahasa saja)' disinonimkan dengan istilah
monoglot73 yang sering juga dibedakan jumlahnya dengan istilah
polyglot.
Sedangkan dalam budaya BSa, istilah yang digunakan dan
dikenal hanya istilah monolingual saja. Karena, dalam KL, istilah
monoglot74 dan unilingual75 ini hanya dirujuk saja ke istilah
monolingual tanpa diberi makna khusus. Sedangkan dalam
KBBI, istilah monoglot dan unilingual belum dimasukkan
sebagai entri kata.
Istilah monolingual sendiri bermakna '[1] mampu atau
biasa memakai satu bahasa saja; [2] bersangkutan dengan atau
mengandung satu bahasa; mis. kamus monolingual'.76 Atas dasar
penjelasan tersebut, maka istilah monolingual yang merupakan
serapan secara langsung dari BSu2 dianggap sepadan dengan
istilah ةلغ
ي ال حاد
,dalam BSu1 dan istilah monoglot األ
monolingual, dan unilingual dalam BSu2.
Bsa BSu2 BSu1 No
Abreviasi;
Kependekan
Abbreviation تصار
دام االخ خ ت
اس )ب
مة( ل ض حروف الك بع
3.
73 WikiDiff, "Unilingual vs Monolingual - What's the difference?" diakses
12 Maret 2019 pukul 14:41 WIB
<https://wikidiff.com/unilingual/monolingual> 74 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 140. 75 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 223. 76 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 157.
44
Dalam MD, Istilah صار ت ,memiliki arti abbreviation اال خ
abstraction, shortening, summarization, dll.77 Sedangkan dalam
OAD istilah صار ت bermakna 'abbreviation' dan disinonimkan اال خ
dengan kata 78.اختزال Atau dalam KM, kata صار ت bermakna اال خ
'ikhtisar, ringkasan' yang jika ditambahkan ب menjadi صار ت باال خ
maknanya menjadi 'dengan singkat, pendek kata'.79 Dalam
penjelasannya, istilah صار ت dalam BSu1 dijelaskan dengan اال خ
klausa مة ل ض حروف الك دام بع
خ ت
اس yang bermakna 'menggunakan ب
beberapa huruf saja dalam sebuah kata'.
Sejalan dengan itu, istilah abbreviation dalam BSu2
bermakna [1] singkatan; kependekan, [2] perpendekan.80 Dari
istilah dalam BSu2 inilah yang kemudian diserap dengan
penyesuaian ejaan dan lafal ke dalam BSa menjadi 'abreviasi'.
Abreviasi dalam KL adalah proses morfologis berupa
penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi
leksem sehingga terjadi bentuk baru yang berstatus kata.
Abreviasi ini menyangkut penyingkatan, pemenggalan, akronimi,
77 al Ma‘any daring, "Al Ikhtishar", diakses pada 19 Februari 2019 pukul
12:10 WIB <https://www.almaany.com/ar/dict/ar-en/ار ت ص خ .</ال 78 Tressy Arts, dkk, Oxford Arabic Dictionary, h. 227. 79 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir Kamus Arab-Indonesia
(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 343. 80 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta:
Gramedia, 2003), h. 1.
45
kontraksi, dan lambang huruf.81 Abreviasi disebut pula sebagai
kependekan yang merupakan hasil proses pemendekan.82
Sedangkan istilah abreviasi yang menyangkut
penyingkatan, pemenggalan, akronimi, kontraksi, dan lambang
huruf menampilkan sebagian huruf saja dalam sebuah kata juga.
Salah satu contoh dari penyingkatan, mis. DKI dari Daerah
Khusus Ibukota, dll. (dan lain-lain). Dari contoh tersebut,
pemendekan hurufnya diambil dari huruf pertama setiap kata.
Dengan begitu, istilah صار ت dalam BSu1, istilah abbreviation اال خ
dari BSu2 yang kemudian diserap dalam BSa menjadi 'abreviasi'
dianggap memiliki kesepadanan makna.
Bsa BSu2 BSu1 No
Tingkat Perbandingan;
Tingkat Superlatif;
Perbandingan Lebih;
Tingkat Komparatif
Superior
Comparison;
Degree of
Comparison
ل ي ض ف م الت س .4 ا
Istilah ل ي ض ف م الت س dalam BSu1 adalah nomina derivatif ا
dari fi'il madhi tsulatsi berwazan (أفعل) yang menunjukkan dua
hal berserikat dalam sifat tertentu, namun salah satunya memiliki
nilai lebih.83 Istilah ل ي ض ف م الت س ini bisa berbentuk superlatif dan ا
81 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 1. 82 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 118. 83 Hagar Moharam, "Syarh Dars Ism al Tafdhil bil Amtsilah", diakses pada
14 Maret 2019 pukul 21:36 <https://www.almrsal.com/post/534407>.
46
komparatif84 yang ditandai dengan wazan أفعل untuk muzakkar
dan wazan فعلى untuk muannats85 atau berasal dari fi'il-fi'il yang
secara langsung boleh dibentuk fi'il ta'ajjub.86 Sedangkan dalam
BSu2, tingkat perbandingan ini memiliki tiga tingkat
perbandingan yaitu positive degree (tingkat positif), comparative
degree (tingkat komparatif), dan superlative degree (tingkat
superlatif).87
Adapun istilah superior comparison dalam BSu2
berdasarkan makna leksikalnya superior berarti 'ulung, unggul,
tinggi'88 sedangkan comparison berarti 'perbandingan'.89 Dalam
indeks KL istilah superior comparison ini dipadankan dengan
istilah perbandingan lebih.90 Dan istilah 'perbandingan lebih'
memiliki makna 'bentuk komparatif dari ajektiva dan adverbia
yang menunjukkan bahwa sesuatu mempunyai kualitas lebih
daripada yang lain'.91 Kualitas lebih daripada yang lain tersebut
bisa bermakna lebih tinggi atau lebih rendah.
84 al Ma‘any daring, "Ism Al Tafdhil", diakses pada 19 Februari 2019 pukul
10:57 WIB <https://www.almaany.com/ar/dict/ar-en/ م ي ل-ا س التف ض />. 85 Wakid Yusuf, "Nahwu Sharaf (26) Isim Tafdhil" diakses pada tanggal 19
tafdhil/> 86 Fitrotul Ainurrohmah, "Kalimat Perbandingan dalam Bahasa Arab dan
Bahasa Inggris serta Metode Pengajarannya (Perspektif Analisis Kontrastif)".
(Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta,
2013), h. 15. 87 Fitrotul Ainurrohmah, "Kalimat Perbandingan dalam Bahasa Arab dan
Bahasa Inggris serta Metode Pengajarannya...", h. 19-21. 88 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, h. 569. 89 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, h. 132. 90 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 308. 91 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 188.
47
Sedangkan dalam BSa, istilah 'perbandingan lebih'
memiliki kemiripan makna (sinonim) dengan istilah 'tingkat
komparatif' yang maknanya adalah tingkat yang menyatakan
suatu kualitas atau keadaan lebih tinggi atau lebih rendah dalam
hubungan dengan titik tertentu.92 Kedua istilah ini biasa ditandai
dengan kata 'lebih' sebagaimana penggunaan dalam BSu1 yang
sudah dijelaskan sebelumnya.
Kemudian, istilah degree of comparison dalam BSu2
berarti tingkatan perbandingan.93 Dan didapati pula dalam KL
dengan istilah 'tingkat perbandingan' yang maknanya yaitu
klasifikasi atas ajektiva dan adverbia yang menandai tingkat
dalam proses, sifat, ukuran, hubungan, dsb.94 Istilah tingkat
perbandingan ini lebih umum dibanding dengan istilah
perbandingan lebih dan tingkat komparatif di atas, sehingga
istilah tingkat superlatif yang memiliki makna 'tingkat yang
menyatakan kualitas atau keadaan yang paling tinggi atau paling
rendah yang dipandang dari sudut titik tertentu'95 dapat tercakup
di dalamnya.
Sehingga, dari penjelasan di atas, istilah tingkat
perbandingan yang tercakup di dalamnya istilah perbandingan
lebih, tingkat komparatif, dan istilah tingkat superlatif dapat
dianggap sepadan dengan istilah ل ي ض ف م الت س dalam BSu1 dan ا
92 Dendy Sugono (Pim. Red.), dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat, h. 1469. 93 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, h. 132. 94 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 243. 95 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 243.
48
istilah superior comparison dan degree of comparison dalam
BSu2.
Bsa BSu2 BSu1 No
Polisemi Polysemy; Multiple
Meaning
نى ع د امل عد
.5 ت
Dalam OAD, istilah نى ع د امل عد
ini dapat dipadankan ت
secara langsung menjadi polisemi96 yang makna leksikalnya
berasal dari kata د عد yang bermakna 'diversity, multi-, poly-'97 ت
dan نى ع yang berarti 'sense, meaning, signification'98 dan sudah امل
diserap dalam BSa menjadi makna. Adapun unsur makna terkecil
disebut dengan sem.99 Istilah lain dalam BSu1 yang merupakan
padanan istilah polysemy yaitu istilah ي ظ ف راك الل ت
yang berarti اال ش
'memungkinkan satu kata memiliki lebih dari satu makna'100
Sedangkan istilah polysemy dalam BSu2 merupakan kata
serapan dari bahasa Latin yang terdiri dari bentuk terikat poly- +
sēma yang artinya having multiple meanings101 (memiliki
96 Tressy Arts, dkk, Oxford Arabic Dictionary, h. 564. 97 al Ma‘any daring, "Ta'addud", diakses pada 17 Februari 2019 pukul
17:01 WIB <https://www.almaany.com/ar/dict/ar-en/ت ع دد/>. 98 Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, h. 650. 99 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 216. 100 al Ma‘any daring, "Al Isytirak Al Lafdziy", diakses pada 17 Februari
beragam makna). Dalam BSa, istilah polysemy sudah diserap
secara langsung menjadi polisemi yang memiliki arti pemakaian
bentuk bahasa seperti kata, frase, dsb. dengan makna yang
berbeda-beda.102 Istilah yang diserap ke dalam BSa tersebut
mengikuti struktur dalam bahasa Latin dengan menyesuaikan
ejaan bentuk terikat poly- yang bermakna 'banyak atau
berkelebihan'103 menjadi poli- + 'sem' sebagai unsur makna
terkecil104 menjadi -semi, polisemi.
Berdasarkan penjelasan di atas, istilah نى ع د امل عد
dalam ت
BSu1 dan istilah polysemy atau multiple meaning memiliki
padanan dalam BSa dengan istilah polisemi yang merupakan kata
serapan langsung dari BSu2.
Bsa BSu2 BSu1 No
Uraian Kalimat;
I'rab
Parsing اإلعراب
ة(ل ل الجم ي ل
تح )ب
6.
Istilah راب ع dalam BSu1 memiliki makna 'perubahan اإل
yang terjadi di akhir kalimat baik secara lafaz maupun dikira-
kirakan disebabkan perbedaan amil yang menyertainya'.105
Sedangkan dalam MD istilah راب ع dijelaskan sebagai اإل
102 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 197. 103 Tim Redaksi BIP, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.., h. 115. 104 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 216. 105 Muhammad bin Daud As-Sanhaji, Matn Al-Ajurrumiyah (Semarang: Al
Alawiyyah), h. 3.
50
'penjelasan fungsi gramatikal yang sesuai dengan kedudukannya
dalam sebuah kalimat'.106 Dari penjelasan tersebut, dapat
dipahami bahwa istilah راب ع merupakan istilah di bidang اإل
sintaksis atau gramatikal yang memiliki dua makna sekaligus
yaitu terkait proses yang menyangkut analisis kalimat untuk
menentukan fungsi gramatikal serta hasil perubahan nomina,
pronomina, ajektiva, verba, dsb yang disebabkan unsur-unsur
tertentu yang menyertainya.
Adapun dalam BSu2, istilah راب ع dipadankan dengan اإل
kata parsing yang akar katanya adalah parse yang berarti
'menguraikan (kalimat)'.107 Sedangkan dalam BSa, dikenal istilah
'uraian kalimat' yang merupakan terjemahan dari kata parse
tersebut. Dalam BSa, istilah 'uraian kalimat' dimaknai sebagai
latihan tata bahasa dengan mendeskripsikan kalimat dan kata
berdasarkan kategori dan fungsi, seperti nomina, persona, subyek,
dsb.108 Padanan istilah راب ع lainnya dalam BSa adalah kata اإل
i'rab itu sendiri yang merupakan kata serapan secara langsung
dari istilah BSu1 tersebut. Istilah i'rab memiliki makna 'infleksi
dengan desinens.109 Namun, istilah i'rab ini belum dimasukkan
sebagai entri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sehingga
masih ditulis secara kursif.
106 al Ma‘any daring, "Al I'rab", diakses pada 23 Februari 2019 pukul 18:00
WIB <https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/اب ع ر .</اإل 107 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, h. 419. 108 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 251. 109 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 96.
51
Bsa BSu2 BSu1 No
Konsonansi Consonance سجان ي الت ت
و الص 7.
Istilah ي ت و س الص
جان س memiliki makna leksikal الت
جان الت
yaitu homogeneity, homogeneousness110 (kehomogenan111,
bersejenis112) dan ي ت و bermakna 'yang bersuara, yang الص
berbunyi'.113 Adapun istilah ي ت و س الص
جان dalam MD Arab الت
merupakan istilah yang digunakan dalam bidang ilmu balagah
dan secara langsung diartikan sebagai 'pengulangan pada satu
bunyi atau lebih dalam kalimat yang berurutan seperti kalimat
dalam syair'.114 Di dalam Al-Qur'an contoh-contoh سجان الت
ي ت و juga sering didapati, seperti dalam surah Taha pada ayat الص
(64, 66, 68) yang pelafalannya serupa, meskipun tekanan
suaranya tidak sesuai tetapi mendekati.115
Adapun dalam BSu2, istilah ي ت و س الص
جان dipadankan الت
dengan istilah consonance yang artinya yaitu pengulangan bunyi
110 Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, h. 141. 111 Google Translate, "Homogeneity", diakses pada 21 Februari 2019
&text=homogeneity> 112 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir.., h. 214. 113 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir.., h. 801. 114 al Ma‘any daring, "Baynahuma Tajanus Kabir", diakses pada 22 Januari
Istilah يد س ج yang dijelaskan dalam MD sebagai istilah الت
dalam kajian ilmu Balagah yang bermakna perubahan pikiran dan
perasaan menjadi objek fisik dan tindakan konkret untuk
menyikapi alam seolah-olah seperti orang yang sedang
mendengar dan merespons.125
Lebih lanjut, dalam kajian intertekstual, peneliti
menemukan bahwa kata يد س ج bersinonim dengan kata الت
يم س ج يص dan dibedakan dengan kata الت خ
ش
Namun dalam 126 .الت
MD (Arab-Inggris) kata يد س ج salah satu maknanya adalah الت
personification.127 Juga disebutkan dalam kamus Al-Ashry, kata
يد س ج diterjemahkan dengan 'pen-jasad-an, personifikasi, dan الت
inkarnasi'.128
Istilah personifikasi sendiri dalam BSa merupakan kata
serapan langsung dari BSu2, personification. Istilah
125 al Ma‘any daring, "Al Tajsid Arab-Arab", diakses pada 22 Februari
2019 pukul 08:45 WIB <https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/يد س .</التج 126 Zahra Mutafailah, "Al Tajsid wa Al Tasykhish", diakses pada 22
Februari 2019 pukul 09:25 <http://alfaseeh.com/vb/showthread.php?t=77693>. 127 al Ma‘any daring, "Al Tajsid Arab-Inggris", diakses pada 17 Februari
2019 pukul 11:42 WIB <https://www.almaany.com/ar/dict/ar-en/يد س .</التج 128 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab
Indonesia Cetakan Kedelapan, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1998), h.
411.
55
personification berarti penjelmaan dan pengejawantahan129
serupa dengan makna personifikasi atau prosopopoeia dalam BSa
yaitu semacam gaya bahasa kiasan (baca: majas) yang
menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak
bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan.130 Sedangkan
dalam KL, personifikasi berarti penggambaran benda mati yang
seolah-olah hidup, misal dalam kalimat Daun melambai-
lambai.131
Dari penjelasan tersebut, maka didapati istilah يد س ج الت
dalam BSu1 dan istilah personification dalam BSu2 merupakan
padanan yang tepat dan sesuai dengan istilah personifikasi dalam
BSa yang juga merupakan kata serapan langsung dari BSu2.
Bsa BSu2 BSu1 No
Labialisasi Lip Rounding;
Labialization
ن تي ف
ر الش ي و
د .9 ت
Kata ر ي و د ن dalam BSu1 dari ت تي
ف
ر الش ي و
د merupakan ت
bentuk masdar dari verba ر yang berarti 'act of making round132 دو
atau pembulatan dan pemutaran133'. Sedangkan kata ن تي ف
yang الش
129 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, h. 426. 130 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, h. 140. 131 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 191. 132 al Ma‘any daring, "Tadwir", diakses pada 26 Februari 2019 pukul 19:22
WIB <https://www.almaany.com/ar/dict/ar-en/ي ر .</ت د و 133 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab
Indonesia Cetakan Kedelapan, h. 448.
56
berasal dari kata ةف
'yang berarti 'lip134 atau bibir135 الش
menggunakan bentuk dualis ن تي ف
ة yang berarti الش
ف
يا الش
العل
(bibir atas) dan ةف
ى الش
ل ف الس (bibir bawah).
Adapun istilah labialisasi merupakan kata serapan dari
BSu2 labialization yang dalam MWDD, istilah labialization
merupakan nomina yang berasal dari verba labialize yang artinya
'to make labial (untuk membuat labial)'.136 Labial sendiri yaitu
ajektiva yang digunakan dalam bidang linguistik untuk bunyi
bahasa yang berarti 'produced by using one or both lips137
(diproduksi oleh satu atau dua bibir)'. Dengan begitu,
berdasarkan makna tersebut, istilah labialization memiliki
kesepadanan makna dengan istilah dalam BSu1 ن تي ف
ر الش ي و
د .ت
Sedangkan dalam BSa, istilah yang dapat mewakili
konsep makna tersebut yaitu istilah labialisasi yang diserap
langsung dari istilah dalam BSu2, labialization. Adapun istilah
labialisasi dalam KL merupakan bidang fonetik yang dimaknai
dengan 'pembulatan bibir pada waktu vokal dihasilkan; mis.
bunyi yang dihasilkan pada awal kata ujud sering dilafalkan
134 Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, h. 477. 135 al Ma‘any daring, "Al Syafah", diakses pada 27 Februari 2019 pukul
09:55 WIB <https://www.almaany.com/ar/dict/ar-id/الشف ة/>. 136 Merriam Webster Dictionary, "Labialization", diakses pada tanggal 06
Maret 2019 pukul 17:00 WIB <https://www.merriam-
webster.com/dictionary/labialization>. 137 Merriam Webster Dictionary, "Labial", diakses pada tanggal 06 Maret
menjadi [wujud]'.138 Dan istilah labial yang merupakan bentuk
ajektivanya juga dimasukkan sebagai lema dalam kamus tersebut
yang artinya '[1] terjadi karena penyempitan ruang antara bibir
atas atau gigi atas dengan bibir bawah; mencakup bunyi-bunyi
bilabial, labio-velar, dsb.; [2] bunyi yang terjadi demikian; mis.
[p, b, v, m], dsb.'139
Istilah labialisasi ini sering dibedakan dengan istilah
delabialisasi. Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan di atas,
istilah dalam BSu1 ن تي ف
ر الش ي و
د dan istilah labialization dalam ت
BSu2 yang kemudian dilakukan penyerapan secara langsung
dalam BSa menjadi labialisasi, dianggap memiliki kesepadanan
makna antara masing-masing konsep istilah pada tiap bahasa
tersebut.
Bsa BSu2 BSu1 No
Pemanjangan Fonem;
Geminasi; Bunyi
Kembar; Tasydid
Gemination ديد
ش الت
تابة( ي الك )ف
10.
Istilah dalam BSu1 د ي د ش
,ini bermakna 'gemination الت
doubling (of a consonant)'140 yang sudah dipadankan dalam
BSu2, gemination. Istilah gemination sendiri bermakna 'kembar,
138 Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 139. 139 Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 139. 140 Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, h. 460.
58
rangkap, dobel'.141 Dalam MD, istilah د ي د ش
berarti الت
memberikan tanda syiddah yang dilambangkan dengan ( ) di atas
suatu huruf. Dan dalam penjelasan lainnya dalam bidang ilmu
tajwid, د ي د ش
berarti menahan bunyi suatu huruf kemudian الت
meluncurkannya dengan kuat, seperti bunyi ba'.142
Adapun dalam BSa, istilah BSu1 dan BSu2 tersebut
dipadankan dengan cara menyerap atau menginterpretasikannya
ke dalam istilah yang baru. Istilah pemanjangan fonem, geminasi,
bunyi kembar, dan tasydid merupakan padanan yang peneliti
dapatkan dalam penggunaan istilah BSa yang dianggap paling
sesuai dan tepat. Istilah geminasi yang merupakan serapan dari
istilah gemination dalam KL dirujuk kepada istilah 'pemanjangan
fonem'.143 Sedangkan makna dari pemanjangan fonem adalah
deretan fonem atau bunyi yang sama. Istilah ini biasanya
bersangkutan dengan pemanjangan konsonan144 (untuk dibedakan
dengan pemanjangan vokal).
Sedangkan makna dari istilah 'bunyi kembar' yaitu
konsonan yang terjadi dengan memperpanjangkannya kalau
bunyi itu malaran atau dengan memperpanjangkan waktu antara
implosi dan eksplosi dalam hal bunyi letupan.145 Bunyi letupan di
sini dihasilkan oleh tanda syiddah yang dalam BSu1
141 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, h. 265. 142 al Ma‘any daring, "Al Tasydid", diakses pada 15 Maret 2019 pukul
12:31 WIB <https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/التشديد/>. 143 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 71. 144 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 177. 145 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 39.
59
dilambangkan dengan ( ). Adapun istilah 'tasydid' sendiri sudah
diserap dalam BSa dengan makna 'tanda pada tulisan Arab ( )
untuk menyatakan huruf rangkap'.146
Dengan begitu, atas dasar penjelasan di atas, istilah BSu1
د ي د ش
istilah dalam BSu2 gemination, dan istilah dalam BSa ,الت
'pemanjangan fonem, geminasi, bunyi kembar, dan tasydid'
dianggap memiliki kesepadanan makna.
Bsa BSu2 BSu1 No
Diftong; Gugus
Vokal; Vokal
Rangkap Dua
Diphthong;
Vowel Cluster
ب رك
ت امل ائ .11 الص
Istilah ب رك
ت امل ائ merupakan istilah yang dikenal di الص
dalam bidang علم األصوات atau fonetik. Istilah ب رك
ت امل ائ الص
dikenal juga dengan istilah تا صائ ن yang dimaknai sebagai vokal ث
rangkap yang terdiri dari dua huruf vokal pendek atau dari satu
huruf vokal dan satu semivokal seperti bunyi /au/ dalam kata
now.147 Sedangkan menurut Al-Si'ran, Istilah ب رك
ت امل ائ الص
146 Dendy Sugono (Pim. Red.), dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat, h. 1408. 147 Muhammad Ali Al-Khuli, Madkhal Ila 'Ilm Al Lughah (Jordan: Dar Al
Falah, 2010), h. 38.
60
biasanya terjadi sebagai hubungan dua bunyi vokal yang menjadi
satu suku kata.148
Adapun istilah ب رك
ت امل ائ dipadankan dengan istilah الص
diphtong dan vowel cluster dalam BSu2. Kata diphtong bermakna
'diftong, harakat/ bunyi rangkap'149 yang manasudah diserap ke
dalam BSa dengan penyesuaian lafal dan ejaan menjadi 'diftong'.
Sedangkan istilah vowel cluster bermakna two or more adjacent
vowel letters150 (dua atau lebih huruf vokal yang berdekatan).
Dalam Echols dan Shadily, istilah vowel cluster tidak dijelaskan
secara satu kesatuan. Namun, dalam kata cluster sublemanya
menjelaskan istilah consonant cluster yang bermakna konsonan
rangkap151. Dalam hal ini, kata consonant sering dibedakan
dengan kata vowel atau vokal152, sehingga istilah vowel cluster
bisa diartikan juga sebagai vokal rangkap.
Kemudian padanan dalam BSa pun didapati istilah
'diftong, gugus vokal, dan vokal rangkap dua' yang dapat
mewakili konsep makna dari BSu1 dan BSu2. Istilah 'diftong'
dalam KL memiliki arti 'bunyi bahasa yang pada waktu
pengucapannya ditandai oleh perubahan gerak lidah dan
perubahan tamber satu kali, dan yang berfungsi sebagai inti dari
148 Mahmud Al-Si'ran, Ilm AlLughah: Muqaddimah Li Al Qari' al Arabiyy
(Beirut: Dar Al-Nahdhah Al-Arabiyyah), h. 176. 149 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, h. 183. 150 Johnson, Dale D., " Vowel Cluster-Phoneme Correspondences in 20,000
English Words", diakses pada 14 Maret 2019 pukul 12:37 WIB
<https://eric.ed.gov/?id=ED039092>. 151 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, h. 121. 152 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, h. 632.
61
suku kata, seperti [ay] pada [lambay], dsb.'153 Sedangkan istilah
'gugus vokal' didapat dari pencarian di dalam indeks KL dengan
kata kunci vowel cluster dalam BSu2 yang berarti 'kumpulan
beberapa vokal yang berlainan'.154 Dan dalam KL istilah 'vokal
rangkap dua' juga dijadikan sebagai entri kamus dengan maksud
untuk membedakan dari istilah triftong ataupun monoftong yang
pemaknaannya dirujuk langsung ke istilah diftong155.
Bsa BSu2 BSu1 No
Tanda Kutip;
Tanda Petik
Quotation Marks يص ص ن مات الت
.12 عل
Istilah يص ص ن مات الت
bermakna tanda kurung yang عل
terletak pada perkataan yang dikutip penulis.156 Sedangkan untuk
makna leksikalnya kata م
ةعل berarti mark, sign, atau token
(tanda)157 dan يص ص ن يص berarti quotation158 atau الت ص
ن مات الت
عل
dipadankan secara langsung dalam BSu2 dengan istilah quotation
marks.159 Dan dalam BSu2 istilah quotation marks diberi makna
langsung serangkai dengan arti tanda kutip atau tanda petik.160
153 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 49. 154 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 79. 155 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 257. 156 al Ma‘any daring, "Nashasha", diakses pada 16 Februari 2019 pukul
21:34 WIB <https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/نصص />. 157 Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, h. 636. 158 Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, h. 968. 159 Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, h. 968. 160 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, h. 462.
62
Adapun istilah dalam BSa ' tanda kutip atau tanda petik'
merupakan terjemahan langsung secara leksikal dari BSu1
maupun BSu2. Istilah tanda kutip dalam KL dirujuk kepada
istilah tanda petik tanpa memberikan makna khusus. Adapun
makna tanda petik yaitu tanda yang dipakai antara lain untuk
mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis. Kedua pasang tanda petik itu ditulis
sama tinggi di sebelah atas baris.161
Namun, dalam hal ini, budaya dalam BSu1 dan BSa
berbeda dalam melambangkan tanda kutip yang digunakan.
Untuk BSu1 menggunakan tanda kurung ((...)) pada sebuah
kutipan,162 sedangkan dalam BSa lazim menggunakan tanda petik
("...") untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis.163 Dengan begitu,
istilah يص ص ن مات الت
dalam BSu1 dan istilah quotation marks عل
dalam BSu2 dianggap sepadan dengan istilah dalam BSa yaitu
tanda kutip dan tanda petik, meskipun memiliki perbedaan bentuk
tandanya.
Bsa BSu2 BSu1 No
Kelimpahan;
Redundansi
Redundancy ةل ض
.13 الف
161 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 235. 162 al Ma‘any daring, "Nashasha", diakses pada 8 Januari 2019 pukul 23:
pula oleh Crystal bahwa fitur (suara, tata bahasa, dll.) dianggap
redundant (berlebihan) jika keberadaannya tidak diperlukan
untuk mengidentifikasi unit linguistik.167
Dan dalam istilah BSa, dikenal istilah 'kelimpahan' yang
artinya dalam KL yaitu jumlah informasi yang dikomunikasikan
melebihi jumlah minimum yang diperlukan. Bahasa
menggunakan kelimpahan untuk menjamin pemahaman yang
penuh. Alat-alat yang dipakai, misal pengulangan kata, atau
dalam bahasa Inggris penggunaan ciri-ciri gramatikal seperti
persesuaian jumlah.168
Namun, dalam berbagai referensi buku-buku linguistik,
istilah 'redundansi' sebagai kata serapan dari BSu2, redundancy,
banyak digunakan. Seperti dalam Chaer, istilah redundansi
diartikan sebagai 'berlebih-lebihan pemakaian unsur segmental
dalam suatu bentuk ujaran'.169 Atau dalam Moeliono yang
menyebut redundansi sebagai kelewahan yang berguna dalam
teks.170 Juga dalam bunga rampai disebutkan bahwa pengulangan
unsur yang sama merupakan suatu redundansi dari segi informasi.
Dan salah satu alat sintaksis untuk mengurangi taraf redundansi
166 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, h. 472. 167 David Crystal, A Dictionary of Linguistics and Phonetics. (UK:
Blackwell Publishing, 2008), h. 406. 168 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 117. 169 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, h. 105 170 Anton Moeliono dan C. Ruddyanto, Kembara Bahasa: Kumpulan
Karangan Tersebar (Gramedia, 1989), h. 207.
65
itu adalah pelesapan atau elips, yaitu penghilangan unsur tertentu
dari satu kalimat atau teks.171
Atas penjelasan tersebut, istilah ةل ض
,dalam BSu1 الف
istilah redundancy dalam BSu2, dan istilah 'kelimpahan dan
redundansi' dalam BSa, dianggap memiliki kesepadanan makna
antara satu sama lainnya.
Bsa BSu2 BSu1 No
Titik Artikulasi;
Makhraj
Point of
Articulation
ت و رج الص .14 مخ
Istilah BSu1 ت و رج الص dalam DMWA memiliki arti مخ
kata terpisah. Kata رج bermakna place of exit atau articulation مخ
(of a sound)172 dan kata ت و bermakna suara atau bunyi.173 الص
Adapun, istilah رج تمخ و الص lebih dikenal dengan istilah مخرج
sebagai bahasan dalam ilmu tajwid. Di dalamnya dibahas الحروف
tentang lima tempat keluarnya huruf tersebut, yaitu jauf
171 Balai Penelitian Bahasa, "Bunga Rampai Hasil Penelitian Bahasa dan
Sastra, Masalah 9" (Balai Penelitian Bahasa, Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2005), h.
54. 172 Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, h. 233. 173 al Ma‘any daring, "Shawt", diakses pada 16 Februari 2019 pukul 16:45
Sedangkan istilah point of articulation dalam BSu2 berarti
titik atau tempat artikulasi.175 Istilah point of articulation dalam
DTL dipadankan dengan istilah مكان النطق ;نقطة النطق yang
maknanya yaitu anggota alat ucap statis yang berpartisipasi dalam
kegiatan pengucapan bunyi dengan disentuh atau didekati oleh
anggota alat ucap yang bergerak (artikulator).176
Adapun padanan istilah dalam BSa didapati istilah 'titik
artikulasi dan makhraj' atau dalam istilah lainnya juga bisa
disebut dengan artikulator pasif. Istilah titik artikulasi dalam KL
bermakna bagian dari rongga mulut yang dituju oleh artikulator
dalam proses penghasilan bunyi.177 Sedangkan istilah makhraj
merupakan kata serapan dari istilah dalam BSu1 رج yang sudah مخ
dimasukkan dalam entri KBBI yang berarti [1] daerah artikulasi,
dan [2] ketepatan ucapan.178
Dengan begitu, berdasarkan keterangan-keterangan
tersebut, istilah dalam BSu1 ت و رج الص yang dipadankan مخ
dengan istilah dalam BSu2 'point of articulation' memiliki konsep
174 Aiman Rusyd Al Suwait, Al Tajwid Al Mushawwar (Damaskus:
Maktabah Ibn Al Jazariy, 2011), h. 93. 175 U-Dictionary. Versi 4.0.9. 176 Muhammad Ali Al Khuli, A Dictionary of Theoretical Linguistics
English Arabic with an Arabic English glossary, (Lebanon: Libraire du Liban,
1991), h. 218. 177 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, h. 244. 178 Dendy Sugono (Pim. Red.), dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat, h. 863.
67
makna yang juga dianggap sepadan dengan istilah 'titik artikulasi
dan makhraj' dalam BSa.
Adapun selain itu, dari padanan istilah dan konsep
maknanya di atas, terdapat beberapa padanan istilah yang
memiliki konsep makna yang sama yaitu sebagai berikut:
Titik Artikulasi;
Makhraj
Position of
Articulation
ت و ق الص ط
ع ن ض
مو
رج( خ )امل
Artikulator Pasif;
Titik Artikulasi
Immovable Speech
Organs; Point of
Articulation
ر ي ق غ
ط ضاء الن ع
أ
ة كتحر
امل
Dari padanan-padanan istilah di atas terdapat istilah
artikulator pasif dalam BSa yang maknanya yaitu artikulator yang
tidak bergerak dalam memproduksi bunyi bahasa, seperti gigi
atas dan langit-langit keras.179 Dan makna itu serupa dengan
penjelasan dalam DTL terkait point of articulation.
Bsa BSu2 BSu1 No
Aksara;
Sistem Tulisan
Writing System تابة ام الك ظ .15 ن
Istilah تابة ام الك ظ dalam BSu1 memiliki makna leksikal ن
ام ظ تابة yang berarti system180 dan ن ,yang berarti [1] writing الك
179Abdul Chaer, Fonologi Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),
h. 125. 180 Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, h. 978.
68
piece of writing, text; [2] script, writing system.181 Secara
terminologi istilah تابة ام الك ظ adalah jenis sistem simbol yang ن
menunjukkan ekspresi dan unsur-unsur yang ada dalam bahasa.182
Adapun istilah writing system yang berarti sistem tulisan dapat
dibagi menjadi dua jenis utama: yang mewakili konsonan dan
vokal (huruf), dan yang mewakili suku kata (suku kata),
meskipun beberapa melakukan keduanya. Ada sejumlah subdivisi
dari setiap jenis, dan ada klasifikasi yang berbeda dari sistem
penulisan di sumber yang berbeda.183
Dari penjelasan BSu1 dan BSu2 di atas, istilah aksara dan
sistem tulisan menjadi padanan yang tepat untuk mewakili
konsep makna keduanya. Istilah aksara secara etimologis berasal
dari bahasa Sanskerta yaitu bentuk terikat "a-" 'tidak' dan
"kshara" 'termusnahkan'184 dimaknai sebagai [1] sistem tanda
grafis yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan sedikit
banyaknya mewakili ujaran; [2] jenis sistem tanda grafis tertentu,
misalnya aksara Pallawa, aksara Inka, dsb.; [3] huruf.185
Sedangkan istilah 'sistem tulisan' merupakan terjemahan langsung
181 Tressy Arts, dkk, Oxford Arabic Dictionary, h. 696. 182 Marefa, "Nizham Kitabah", diakses pada 24 februari 2019 pukul 11.23
WIB <https://www.marefa.org/ م_كتابةنظا >. 183 Omniglot, "Types of Wirting System" diakses pada 15 Maret 2019
pukul 11:39 WIB <https://www.omniglot.com/writing/types.htm>. 184 Wikipedia, "Aksara", diakses pada 25 Februari 2019 pukul 20:33 WIB
<https://id.wikipedia.org/wiki/Aksara>. 185 Dendy Sugono (Pim. Red.), dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat, h. 29..
69
secara leksikal dari BSu1 maupun BSu2 yang disinonimkan
dengan istilah abjad, aksara, dan huruf alfabet.186
Adapun istilah aksara atau sistem tulisan di sini seringkali
dipadankan dengan istilah تابة saja tanpa menyertakan kata الك
امظ 'sehingga istilah dalam BSa yaitu 'aksara, sistem tulisan ن
dianggap sepadan dengan istilah dalam BSu1 yaitu تابة ام الك ظ ن
atau تابة saja yang dalam kamus ini juga dipadankan ke dalam الك
BSa dengan istilah 'tulisan, huruf, dan aksara'. Dan juga dianggap
sepadan dengan istilah dalam BSu2 yaitu writing system yang
juga sering digunakan untuk mewakili ujaran.
186 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, "sistem tulisan" diakses