vii PENGARUH MEDAN ELEKTROMAGNET FREKUENSI EXTREM RENDAH TERHADAP KADAR HIGH DENSITY LIPOPROTEIN-COLESTEROL (HDL-C) DAN KOLESTEROL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Indrayana Sunarso G.0005116 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
56
Embed
PADA TIKUS PUTIH Rattus norvegicus - digilib.uns.ac.id/Pengaruh... · yang dibawa sangat lemah untuk memecah ikatan kimia dan menjadi . 15 ion, dan kebalikanya radiasi pengion membawa
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
vii
PENGARUH MEDAN ELEKTROMAGNET FREKUENSI
EXTREM RENDAH TERHADAP KADAR HIGH DENSITY
LIPOPROTEIN-COLESTEROL (HDL-C) DAN KOLESTEROL
PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Indrayana Sunarso
G.0005116
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
viii
DAFTAR ISI
PRAKATA.......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR GRAFIK............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ ..1
A. Latar Belakang Masalah................................................................. ..1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... ..3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... ..3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... ..3
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................... ..5
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ ..5
1. Medan Elektromagnetik Frekuensi Ekstrim Rendah ............... ..5
Paparan medan elektromagnetik extrem rendah memberikan pengaruh
penurunan kadar High Density Lipoprotein-Colesterol dan kolesterol di dalam
serum tikus putih.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental quasi, dengan rancangan Post Test
Only With Control Group Design karena peneliti memberikan perlakuan pada
sampel dan kemudian hasilnya dianalisis.
B. Populasi
Populasi penelitian adalah tikus galur Wistar dengan umur 6-8 minggu
dengan jenis kelamin jantan dan berat kurang lebih 200 gram.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
D. Besar Sampel
Sampel di bagi dalam empat kelompok. Besar kelompok akan dihitung
dengan rumus Federer:
(n-1)(t-1) > 15
Keterangan: n = jumlah sampel t = banyaknya perlakuan Hasil penghitungan
(n-1)(4-1) > 15
3n-3 > 15
38
n > 6
Peneliti menggunakan sampel sebesar 7 ekor tikus putih untuk tiap
kelompok.
E. Teknik Sampling
Dalam penelitian ini digunakan teknik random sampling.
F. Rancangan penelitian
Post Test With Control Group Design
Setiap kelompok tikus sebesar 7 ekor, dengan jumlah total 28 ekor.
G. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas : paparan medan elektromagnetik
frekuensi extrim rendah
X
Xn-24
Xn-0
Xn-48
Xn-96
E
analisis
analisis
analisis
analisis
Control, sampel diambil pada jam ke-0
Kel. paparan, sampel diambil pada 24 jam setelah paparan
Paparan gelombang elektromagnetik dengan dosis tunggal sebesar 2,4 mT selama 2 jam
Kel. paparan, sampel diambil pada 48 jam setelah paparan
Kel. paparan, sampel diambil pada 96 jam setelah paparan
39
2. Variabel terikat : a. High Density Lipoprotein-Colesterol
(HDL-C)
b. kolesterol total
4. Variabel luar :
a. Variabel terkendali : makanan, minuman, genetik, jenis
kelamin, umur, berat badan, dan suhu
udara.
b.Variabel tak terkendali : kondisi psikologis hewan percobaan.
H. Definisi Operasional Variabel
1. Paparan Medan elektromagnetik frekuensi extrim rendah
Hewan coba di papar dengan medan elektromagnetik dosis tunggal
selama 2 jam sebesar 2,4 mT dengan frekuensi 50Hz. Medan
elektromagnetik dihasilkan oleh hemhotz coil yang terdiri dua buah lilitan
masing-masing 150 lilitan dialiri listrik 8.6 volt 7.0 A. Intensitas medan
magnet diukur dengan tesla meter. Satuan yang digunakan adalah mT. Pada
penelitian ini sampel dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok tanpa
perlakuan (diambil darahnya pada jam ke-0) dan kelompok dengan
perlakuan yang diambil darahnya pada jam ke-24, jam ke-48 serta jam ke-96
(yang mendapat paparan gelombang elektromagnetik), sehingga skala
pengukuran berupa skala nominal.
2. Kadar Kolesterol
40
Kadar kolesterol diukur dari dari serum darah tikus putih.
Pengambilan dilakukan dengan pungsi supra orbital sebanyak 0,7 cc setiap
pungsi. Pemeriksaan kadar kolesterol dilaksanakan dengan metode
CHOD-PAP di laboratorium medik. Satuan yang digunakan adalah mg/dL
(skala pengukuran rasio).
3. Kadar HDL-C
Pengukuran Kadar HDL-C diukur dari serum darah tikus putih.
Pengambilan dilakukan dengan pungsi supra orbital sebanyak 0,7 cc setiap
pungsi. Pemeriksaan kadar HDL-C dilaksanakan dengan metode non-
immunologikal di laboratorium medik. Satuan yang digunakan adalah
mg/dL (skala pengukuran rasio).
I. Instrumen dan Bahan Penelitian
1. Instrumen
a. Kandang hewan percobaan (tikus putih)
b. Kandang pemaparan
c. EDTA
d. Sonde lambung
e. Mikrokapiler
f. Tabung penampung darah
g. Tabung reaksi
h. Gelas ukur dan pengaduk
41
i. Becker glass 250cc
2. Bahan
a. Helmholtz coil
b. Makanan hewan percobaan (pelet dan air PAM)
c. Reagen pengukuran kadar HDL-C dan kolesterol
J. Cara Kerja
1. Persiapan Percobaan
a. Hewan Coba
Sampel diperoleh dari CV. Central Wistar Yogyakarta
Kemudian dilakukan adaptasi di Laboratorium Biokimia Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta selama 7 hari dan
dilakukan pengelompokan secara random menjadi 4 kelompok. Tiap
kelompok 7 ekor. Pada minggu I dilakukan penimbangan dan
penandaan.
b. Helmholtz coil
Medan magnetik frekuensi extrim rendah dihasilkan dalam ruangan
pemaparan berasal dari helmholtz coil berbentuk lingkaran dengan
dimeter dalam 36 cm dan dililit dengan kawat tembaga sebanyak 150
lilitan. Dua buah lilitan tersebut di sambungkan secara paralel untuk
mengurangi hambatan total, dan dihubungkan dengan travo 8.6 volt 7.0
ampere. Medan magnet ditentukan dengan menggunakan perhitungan,
42
B = µµoH ≈ 8,99 x 10-7µ NI/R
B = medan magnet (tesla)
µ = Permeabilitas relatif
µo = Permeabilitas konstan
N = Jumlah lilitan kabel
I = Arus listrik (Ampere)
R = Radius dari coil (meter)
(EMC Test System, L.P. 2001)
Medan magnet diukur dengan menggunakan tesla meter dan
menggunakan satuan mT (miliTesla).
Paparan diberikan ke tikus hanya satu kali pada 06.00 WIB sampai
08.00 WIB. Kandang diisi dengan 7 ekor tikus putih untuk setiap
pemaparan. Suhu dalam kandang pemaparan dijaga sekitar 27,5 ± 1 ºC
dan dengan peneranggan yang cukup (Torres-duran, et al. 2007)
c. Kandang pemaparan
Hewan coba di tempatkan dalam kandang yang terbuat dari kayu
dengan luas 900 cm2 (30x30x15 cm). Setiap kandang dapat menampung
7 ekor hewan coba dengan perhitungan setiap ekor tikus mendapat
ruang sebesar 225 cm2 (Ngatidjan, 1991).
43
d. Makanan Tikus
Makanan dapat mempengaruhi kolesterol darah tikus putih.
Selama penelitian, semua kelompok tikus deberikan pakan pellet
standar BR-2.
2. Pelaksanaan Percobaan
Percobaan mulai dilakukan pada minggu II, dan percobaan
berlangsung selama 4 hari.
Pengelompokan subjek:
Xn-0 = Kelompok kontrol, tanpa paparan gelombang elektromagnetik
sebesar 2,4 mT selama 2 jam dan sampel diambil pada jam ke-0.
Xn-24 = Kelompok perlakuan, dengan paparan gelombang elektromagnetik
sebesar 2,4 mT selama 2 jam dan sampel diambil pada jam ke-24
setelah paparan.
Xn-48 = Kelompok perlakuan, dengan paparan gelombang elektromagnetik
sebesar 2,4 mT selama 2 jam dan sampel diambil pada jam ke-48
setelah paparan.
44
Xn-96 = Kelompok perlakuan, dengan paparan gelombang elektromagnetik
sebesar 2,4 mT selama 2 jam dan sampel diambil pada jam ke-96
setelah paparan.
Untuk menjaga gelombang elektromagnetik tetap sebesar 2.4 mT
selama pemaparan dikontrol setiap 15 menit dan apabila ada perubahan pada
ampere dan volt meter akan segera di kembalikan ke nilai semula.
K. Analisis Data
Data yang didapat dianalisis secara statistik dengan uji Oneway
ANOVA untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan di antara ketiga
kelompok perlakuan. Jika teradapat perbedaan yang signifikan dilanjutkan
dengan Post-hoc multiple comparisons test untuk mengetahui letak perbedaan
terdapat di antara kelompok yang mana. Derajad kemaknaan yang digunakan
adalah α = 0,05. Data diolah menggunakan program komputer SPSS versi 16.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. HDL-C
Hasil penelitian pengaruh paparan medan elektromagnetik extrim rendah
terhadap High Density Lipoprotein-Cholesterol di dalam serum tikus putih, dapat
dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.1 Hasil hitung rerata kadar Kolesterol dan HDL-C pada 0, 24, 48, 96 jam setelah paparan gelombang elektromagnetik frekuensi ekstrim rendah sebesar 2,4 mT selama 2 jam.
0 jam 24 jam 48 jam 96 jam Kolesterol 60.29±8.597a 52.86±9.045
a 56.57±4.894
a 53.86±4.845
a HDL-C 26.57±3.457
a 24.29±3.302
a 24.86±3.848
a 23.43±3.101
a
Keterangan : - Huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
dengan menggunakan uji ANOVA - Kadar normal rata-rata kolesterol pada tikus putih adalah 50-140 mg/dL
(Kritenevsky, 1996).
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kadar HDL-C setelah paparan
gelombang elektromagnetik frekuensi ekstrim rendah sebesar 2,4 mT mulai dari
jam ke-0 sampai jam ke-96 mengalami penurunan pada jam ke-24. Pada jam ke-
48 terjadi peningkatan tetapi masih dibawah harga jam ke-0, dan pada jam ke-96
terjadi penurunan yang lebih tinggi dari pada jam ke-24
Perbandingan rata hitung dari kadar HDL-C tiap lama waktu setelah
paparan dapat dilihat pada grafik berikut
46
Grafik 4.1 Grafik rerata hitung hasil pengukuran kadar HDL-C setelah
pemaparan gelombang elektromagentik frekuensi ekstrim rendah sebesar 2,4 mT selama 2 jam.
Pada grafik 4.1 di atas terlihat bahwa setelah pemaparan gelombang
elektromagnetik frekuensi ekstrim rendah kadar HDL-C mengalami perubahan
yaitu penurunan pada jam ke-24 kemudian peningkatan pada jam ke-48 dan
terjadi penurunan lagi pada jam ke-96.
Selanjutnya untuk membandingkan antara keempat kelompok selang waktu
yaitu kelompok 0 jam, 24 jam, 48 jam dan 96 jam, data dianalisis dengan uji
kemaknaan menggunakan Oneway Anova dengan SPSS 16.0 for Windows.
Perubahan kadar HDL-C dari jam ke-0 sampai jam ke-96 tidak signifikan
secara statistik. Setelah dilakuan uji Oneway Anova yaitu membandingkan
perubahan kadar HDL-C pada keempat kelompok perlakuan, didapat nilai p
47
sebesar 0.391 sedang dengan taraf signifikansi 0.05. Pada penelitian ini nilai p
lebih besar dari 0.05, hal ini berarti tidak ada perbedaan bermakna antara keempat
kelompok perlakuan. Analisis tidak dilanjutkan dengan melakukan perbandingan
multiple untuk mengetahui kemungkinan ada perbedaan kadar HDL-C antara
masing-masing kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol (jam ke-0),
kelompok jam ke-24, kelompok jam ke-48, dan kelompok jam ke-96 karena hasil
analisis anova menunjukkan hasil tidak signifikan secara statistik.
B. Kolesterol
Hasil penelitian pengaruh paparan medan elektromagnetik extrim rendah
terhadap kadar kolesterol di dalam serum tikus putih, dapat dilihat dalam grafik
berikut.
Grafik 4.2 Grafik rata hitung hasil pengukuran kadar kolesterol setelah pemaparan gelombang elektromagentik frekuensi ekstrim rendah sebesar 2,4 mT selama 2 jam.
48
Pada grafik 4.2 di atas terlihat bahwa setelah pemaparan gelombang
elektromagnetik frekuensi ekstrim rendah menyebabkan perubahan kadar
kolesterol yaitu penurunan pada jam ke-24 kemudian meningkat lebih tinggi dari
jam ke-0 pada jam ke-48 dan kembali menurun tetapi kadar lebih tinggi dari jam
ke-24 pada jam ke-96.
Selanjutnya untuk membandingkan antara keempat kelompok selang waktu
yaitu kelompok 0 jam, 24 jam, 48 jam dan 96 jam, data dianalisis dengan uji
kemaknaan menggunakan Oneway Anova dengan SPSS 16.0 for Windows.
Perubahan kadar kolestrol dari jam ke-0 sampai jam ke-96 tidak signifikan
secara statistik. Setelah dilakuan uji Oneway Anova yaitu membandingkan
perubahan kadar kolesterol pada keempat kelompok perlakuan, didapat nilai p
sebesar 0.234 sedang dengan taraf signifikansi 0.05. Pada penelitian ini nilai p
lebih besar dari 0.05, hal ini berarti tidak ada perbedaan bermakna antara keempat
kelompok perlakuan. Analisis tidak dilanjutkan dengan melakukan perbandingan
multiple untuk mengetahui kemungkinan perbedaan kadar HDL-C antara masing-
masing kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol (jam ke-0), kelompok jam
ke-24, kelompok jam ke-48, dan kelompok jam ke-96, karena hasi analisis anova
menunjukkan hasil tidak signifikan secara statistik.
49
BAB V
PEMBAHASAN
Gelombang elektromagnetik frekuensi ekstrim rendah berinterakasi
dengan hewan coba dengan menginduksi gelombang elektrik yang ada dalam
tubuh (Miller, 2000). Pada hewan yang hidup, gelombang elektromagnetik
internal sangat bervariasi. Gelombang ini dihasilkan oleh aktivitas fisiologis oleh
tubuh. Gelombang elektrik internal akan berinteraksi dan mendapatkan tambahan
kekuatan medan akibat paparan gelombang elektromagnetik dari luar.
Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui efek fisiologis dari paparan
gelombang elektromagnetik frekuensi 50-60 Hz pada tikus dan juga binatang
percobaan yang lain (Morris, 1999 dan Babit, 2000). Penelitian secara in situ
mengenai paparan gelombang elektromagnetik menggunakan manusia secara
langsung tidak dapat dilakukan, maka pada penelitian digunakan hewan coba dan
perbandingan dosis paparan (Caputa, 2002). Pemaparan gelombang
elektromagnetik yang mengenai seluruh tubuh dapat menstimulasi beberapa
jaringan. Jaringan yang paling mungkin terpengaruh adalah otak, darah, dan juga
hati (Harakawa, 2005).
Hasil dari penelitian ini pada tabel 4.1 dapat dilihat adanya perubahan
berupa penurunan dari HDL-C dan Kolesterol pada jam ke-24 setelah paparan.
Dan adanya sedikit peningkatan tetapi tidak melampaui kadar pada jam ke-0.
Penurunan kembali kadar HDL-C dan Kolesterol terlihat pada jam ke-96.
50
Berdasarkan hasil tabel 4.1 dapat diketahui bahwa perubahan kadar HDL-
C dan kolesterol yang diakibatkan pemaparan gelombang elektromagnetik
frekuensi ekstrim rendah dapat memiliki efek menurunkan kadar HDL-C dan
Kolesterol yang tertinggi pada 24 jam pertama setelah paparan. Setelah dilakukan
analisis data statistik (Tabel 4.2 dan 4.3) untuk membandingkan rata hitung antara
kelompok jam ke-0, jam ke-24, jam ke-48, dan jam ke-96, didapat bahwa tidak
ada perbedaan secara statistik rata-rata hitung kadar HDL-C dan kolesterol diatara
keempat kelompok tersebut.
Penelitian pada tikus putih dengan paparan gelombang elektromagnetik
frekuensi ekstrim rendah dengan lama paparan 2 jam, frekuensi 60 Hz dan kuat
medan 2.4 mT dilakukan Torres-Duran (2007) menunjukkan kadar HDL-C
meningkat pada jam ke-24 dan jam ke-48 tetapi kemudian turun lebih rendah dari
keadaan semula pada jam ke-96. Pada penelitian kami kadar HDL-C menurun
secara bertahap mencapai kadar paling rendah pada jam ke-96 dengan mengalami
kenaikan kadar HDL-C pada jam ke-48, sedangkan pada penelitian Torres-durran
disebutkan bahwa kadar kolesterol tidak menunjukkan perubahan jika
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sedangkan berdasar data penelitian kami
kadar kolesterol mengalami penurunan dari kelompok jam ke-24 dan mengalami
kenaikan pada kelompok jam ke-48 kemudian menurun kembali pada kelompok
jam ke-96.
Torres-Duran (2007) hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan respon
adaptasi sementara dari sistem metabolism lipid akibat pemamaparan gelombang
elektromagnetik frekuensi ekstrim rendah. Paparan gelombang elektromagnetik
51
dapat menyebabkan stres fisik maupun psikis. Dimana tubuh merespon dengan
mengeluarkan hormon-hormon terutama dari hipotalamus. Respon tersebut dibagi
dalam 3 fase yaitu fase alarm, resistance dan exhaustion. Fase alarm terjadi enam
sampai empat puluh delapan jam setelah terjadi perlukaan atau stress. Pada fase
ini terjadi peningkatan kerja dari kelenjar andrenal akibat disekresikannya ACTH
dari hipofisis yang menyebabkan bertambahnya sekresi produk-produknya,
termasuk sekresi glukokortikoid. Apabila steressor tidak dihilangkan maka akan
dilanjutkan dengan pase resistance, pada fase ini kadar kortisol dan adrenalin
sangat tinggi. Apabila sters berlangsung lama maka akan masuk ke fase
exhaustion dimana tubuh sudah tidak bisa menahan dari stress tersebut dan gejala-
gejala dari sakit mulai muncul (Seyfarath, 2007).
a. Kadar HDL-C
b. Kadar Kolesterol
52
Grafik 5.1. Perbandingan Hasil Penelitian dengan Hasil Penelitian Torres-Duran (2007)
Penurunan kadar kolesterol pada serum tikus putih dapat dikaitkan dengan
mekanisme jalur stres fisik maupun psikis. Pada penelitian ini jika dikaitkan
dengan mekanisme General Adaptation Syndrome maka masuk kedalam fase
alarm yang akan mengakibatkan peningkatan sekresi hormon-hormon di
hipotalamus. Peningkatan sekresi hormone di hipotalamus mengakibatkan
peningkatan kadar hormon glukokortikoid. Kenaikan kadar kortisol akan
menyebabkan penurunan kadar HMG KoA Reduktase (Murray et al. 2003).
Penurunan kadar HMG KoA reduktase akan menyebabkan penurunan laju sintesis
endogen dari kolesterol. Penurunan sintesis endogen akan meyebabkan penurunan
kadar kolesterol di dalam plasma. Penelitian Bellosi (1998) menunjukkan
papaparan medan elektromagnetik frekuensi 12 Hz 6mT akan menurunkan kadar
kolesterol dan trigliserid dalam pasma tikus. Penurunan terjadi paling banyak pada
24 jam pertama setelah paparan, apabila dosis dinaikkan menjadi 12 mT
penurunan terjadi pada 60 menit pertama setelah paparan. Penelitian di atas
sejalan dengan hasil penelitian kami dimana penurunan paling banyak terjadi pada
24 jam setelah paparan dan selanjutnya penuruan yang terjadi bila dibandingkan
antar kelompok 48 jam dengan kelompok 96 jam.
Selain mekanisme di atas penuruan kadar kolesterol dan HDL-C juga
dapat dikarenakan kerusakan dari hepar akibat stres oksidatif akibat radikal bebas
53
yang terbentuk. Kerusakan ini akan menyebabkan penurunan jumlah enzim di
hati. Harakawa (2005) mengatakan paparan medan elektromagnetik dapat
menyebabkan perubahan pada kadar peroksida dalam hati. Pada penelitian Torres-
Duran (2007) penurunan aktifitas antioksidan dan peningkatan kadar radikal bebas
menyebabkan peningkatan Tiobarbituric Acid Reactive Substance (TBARS)
dalam hati. Perubahan kadar enzin di hati akan menyebabkan perubahan yang
signifikan pada metabolisme dari lipid karena hati merupakan tempat metabolisme
utama dari senyawa lipid (Murray et al. 2003).
Mekanisme penurunan HDL-C masih belum memiliki jalur yang jelas.
Mekanisme yang dimungkinkan adalah terjadinya kerusakan enzim yang berperan
dalam proses metabolisme HDL-C. Kerusakan dapat dikarenakan adanya heat
effect dari paparan medan elektromagnetik dan juga karena pembentukkan dari
nitrit oksida (Torres-Duran, 2007). Enzim dalam tubuh akan bekerja secara
optimal bila dalam temperatur dan keadaan tertentu (Guyton, 1997, Murray et al.
2003). Perubahan suhu akibat heat effect dari paparan medan elektromagnetik
dapat mengganggu aktifitas dari enzim dan juga dapat merusak enzim.
Hasil pengukuran kadar HDL-C memang sedikit berbeda dari penelitian
penelitian terdahulu. Luo tahun 2004 dan Torres-Duran tahun 2007 dimana hasil
pengukuran kadar HDL-mengalami peningkatan dari kadar semula. Tetapi dari
keduanya juga memiliki persamaan yaitu setelah kenaikkan terjadi penurunan
dibawah kadar semula pada 96 jam setelah paparan. Proses penurunan kadar
HDL-C masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Perbedaan hasil dimungkinkan
karena kondisi pemaparan ELF-EMF yang kurang homogen, perbedaan jenis
54
asupan atau menu pakan, dan juga perbedaan kondisi awal hewan coba, dimana
pada penelitian ini tidak dilakukan pretest terlebih dahulu.
Selain faktor di atas perubahan pada kadar HDL-C dan kolesterol pada
penelitian ini bisa dikarenakan faktor teknis. Faktor teknis yang dimungkinkan
adalah adanya siklus diurnal dari kolesterol (Murray et al. 2003) dan irama
sirkardian kortisol. Kortisol mencapai sekresi paling banyak antara pukul enam
pagi sampai pukul delapan pagi. Pada penelitian ini paparan dilakukan selama 2
jam dengan kapasitas kandang pemaparan 7 ekor, jadi ada 4 waktu. Pengambilan
sampel tidak bisa dilakukan secara serentak 1 waktu karena adanya perbedaan jam
paparan. Faktor makan dan kandang dapat juga memicu stres dari hewan coba.
Berdasarkan pengamatan setelah tikus dipapar dengan gelombang
dengan tidak habisnya makanan yang sebelumnya selalu habis pada jam
pemberian makan. Penurunan asupan dari makanan dimungkinkan berefek pada
penurunan jumlah asupan kolesterol dan lipid kedalam tubuh tikus. Penurunan
asupan ini dapat berakibat penurunan kadar kolesterol dan HDL-C apalagi
ditambah dengan penurunan sintesis endogen dari kolesterol. Menurut Murray
tahun 2003 perubahan kadar asupan kolesterol dari 0.05% menjadi 2% akan
menyebabkan penurunan sintesis endogen dari kolesterol.
Penelitian ini secara deskriptif menunjukkan terjadinya pola penurunan
kadar HDL-C dan kolesterol, tetapi secara statistik penurunan tersebut tidak
bermakna. Hal yang memungkinkan penurunan tidak bermakna secara statistik
tersebut dapat dikarenakan densitas dari medan yang kurang besar. Pada
55
penelitian yang dilakukan oleh Bellosi tahun 1998 dengan menggunakan densitas
6 mT, efek yang timbul membutuhkan waktu lebih lama di bandingkan dengan
pemaparan dengan densitas 12 mT. Selain densitas yang dimungkinkan lagi
adalah lama waktu pemaparan selama 2 jam belum dapat memberikan efek yang
maksimal terhadap sistem metabolisme lipid pada tikus putih.
Dari hasil penelitian di atas dapat diketahui paparan medan elektromagnetik
dapat mempengaruhi proses dalam tubuh. Paparan medan elektromagnetik
frekuensi ekstrim rendah dengan lama paparan 2 jam dan densitas 2.4 mT
memberikan pengaruh berupa penurunan kadar HDL-C dan kolesterol walaupun
secara statistik penurunan tersebut tidak bermakna. Mekanisme penurunan kadar
kolesterol dan HDL-C dimungkinkan akibat dari stres fisik yang diakibatkan
pembentukkan radikal bebas yang dapat merusak atau menurunkan aktivitas
enzim metabolisme lipid di hati, tetapi mekanisme secara pasti pengaruh
elektromagnetik terhadap metabolisme lipid masih memerlukan penelitian lebih
lanjut.
56
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Paparan selama 2 jam gelombang elektromagnetik frekuensi
ekstrim rendah dengan intensitas 2.4 mT, frekuensi 50 hz terhadap tikus
putih menunjukkan terjadi penurunankadar HDL-C dan kolesterol pada
serum tikus tetapi penurunan tersebut tidak bermakna secara statistik
(nilai p untuk HDL-C adalah 0.391 dan Kolesterol adalah 0.234).
B. SARAN
Setelah dilakukan penelitian Pengaruh Medan Elektromagnetik
Frekuensi Ekstrim Rendah Terhadap Kadar High Density Lipoprotein-
Cholesterol (HDL-C) dan Kolesterol pada Tikus Putih (Rattus
norvegigicus), maka peneliti menganjurkan:
1. Penggunaan medan elektromagnetik sebagai terapi dalam penurunan
profil lipid masih memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai
dampak dan juga dosis yang tepat.
2. Perlu dilakukan penelitian mengenai dampak kronis dan penggunaan
parameter lain yang dapat memprediksi akibat dari paparan medan
elektromagnetik frekuensi ekstrim rendah terhadap profil lipid.
57
3. Medan elektromagnetik frekuensi ekstrim rendah memiliki pengaruh
terhadap sistem biologi tubuh manusia, sehingga perlindungan
terhadap paparan perlu dilakukan, terutama pada orang yang berisiko
terkena paparan medan elektromagnetik.
4. Penelitian selanjutnya harus memperhatikan intensitas paparan dan
lamanya waktu paparan. Karena lamanya paparan akan memberikan
pengaruh atau respon yang berbeda pada tubuh.
58
DAFTAR PUSTAKA
Adam, John MF. 2006. Dislipidemia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FK UI, p:1926-1932
Ahlbom, Anders., Maria Feychting. 2003. Electromagnetic radiation. British Medical Bulletin. 68:157-165
_______, Anders., Maria Feychting. 2004. Epidemiologi Of Health Effects of Radiofrequency Eposure. Environmental Health Perspectives. Vol. 112:1741-54
Alatas, Zubaidah, Yanti Lusiyanti. 2003. Efek Kesehatan Radisi Non Pengion pada Manusia. Cermin Dunia Kedoteran No. 138
Anies. 2003. Pengendalian Dampak Kesehatan Akibat Radiasi Medan Elektromagnetik. Media Medika Indonesia. Vol. 38 No. 4 : 213 – 219.
Anonim. Energi Listrik Pengaruhi Kesehatan Manusia. Pikiran Rakyat Kamis, 25
November 2004
Aprikian, Olivier, Virgile Duclos, Sylvain Guyot, Catherine Besson, Cla.udine Manach,Annick Bernalier*, Christine Morand, Christian Rémésy and Christian Demigne. 2003. Apple Pectin and a Polyphenol-Rich Apple Concentrate Are More Effective Together Than Separately on Cecal Fermentations and Plasma Lipids in Rats. J. Nutr. 133:1860-1865
Arief TQ, Mochammad. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Surakarta, CSGF.
Babbit JT, Kharazi AI, Taylor JM, Boods CB, Mirell SG, Frumkin E, Zhuang D, Hahn TJ. 2000.Hematopoietic neoplasia in C57BL/6 mice exposed to split-dose ionizing radiation and circularly polar- ized 60 Hz magnetic fields. Carcinogenesis, 21:1379-1389.
Bellossi A, Pouvreau-Quillien V, Rocher C, Ruelloux M. 1996. Effect of pulsed magnetic fields on cholesterol and tryglyceride levels in rats study of field intensity and length of exposure. Z Naturforsch 51(7-8):603-6.
59
________, Pouvreau-Quillien V, Rocher C, Ruelloux M.1998. Effect of pulsed magnetic fields on triglyceride and cholesterol levels in plasma of rats. Panminerva Med, 40(4):276-279.
induced in humans by 50/60 Hz magnetic fields: reliability of the results and effects of model variations. Phys Med Biol, 47:1391-1398.
Cecconi, Sandra, Giancaterino Gualtiero, Angela Di Bartolomeo, Giulia Troiani, Maria Grazia Cifone dan Rita Canipari. 2000. Evaluation of the Effect of Extremly Low Frequency Electromagnetic Field on Mammalian Follicle Development. Human Reproduction 15 (no.11): 2319-2325.
Crumpton, Michael J. 2005. The Bernal Lecture 2004 Are low-frequency electromagneticfields a health hazard?. Phi. Trans. R. Soc. B. 360: 1223-1230.
Ganong, F.W., 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-20. Editor Bahasa Indonesia : Djauhari Wijayakusumah. Jakarta : EGC. Hal : 293-296.
Gunawan, K. Adi. 2001. Kamus Lengkap Inggris Indonesia. Surabaya: Kartika
Guyton, Arthur C. Dan Hall. 1997. Fisiologi Manusia. Jakarta:EGC
Harakawa, Shinji, et. al. 2005. Effects of Exposure to a 50 Hz Electric Field on Plasma Levels of Lactate, Glucose, Free Fatty Acids, Triglycerides and Creatine Phospokinase Activity in Hind-Limd Ischemic Rats.J Vet Med Sci. 67:969-974
Huss, Ankle, Martin Roosli. 2006. Consultations in Prymari care for Symptoms Attributed to Electromagnetic Field- a Survey Among General Practitioners. BMC Public Health. 6:267
Joseph D. Brain, Peter A. Valberg, Robert Kavet, David L. McCormick, R. A. Van Etten, Charles Poole, and James C. Weaver, Lewis B. Silverman,Thomas J. Smith. 2003. Childhood Leukemia: Electric and Magnetic Fields as Possible Risk Factors. Environmental Health Perspectives. 111:7
60
Kaztung, Bertram G. 2002. Farmakologi: Dasar dan Klinik. Jakata: Salemba Medika, p:421-488
Kumala, poppy. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC
Kritenevsky.1996. Animal techniques for Evaluating Hipocholesterolemic Drug in Animal and Clinical Pharmacology Techniques in Drug Evaluation. Edited by Nodine. P: 193-197
Luo, Er-Ping, Li-Cheng Jiao, uang-Hao Shen, Xiao-Ming Wu, Yun-Xin Cao. 2004. Effect of Exposing Rabbits to Low-intensity Pulsed Electromagnetic Field on Level of Bood Lipid and Properties of Hemorheology. ChineseJournal of Clinical Rehabilitation. 8:18
Miller DL, Creim JA. 1997. Comparison of cardiac and 60 Hz magnet- ically induced electric fields measured in anesthetized rats. Bioelectromagnetics, 18:317-323.
Murray, Robert K. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: EGC, p:217-281
Ngatidjan. 1991. Metode Laboratorium Dalam Toksikologi. Yogyakarta : UGM Perss
Ravera, Silvia, Carla Falugi, Daniela Calzia, Isidoro M. Pepe, Isabella Panfoli, and Alessandro Morelli. 2006. First Cell Cycles of Sea Urchin Pa racentrotus lividus Are Dramatically Impaired by Exposure to Extremely Low-Frequency Electromagnetic Field. Biology of Reproduction. 75: 948–953.
Robins, Satanley L., Vinay Kumar. 1992. Buku Ajar Patologi Jilid I. Jakarta: EGC
Sacher, Roanald A., Richard A. McPherson. 2004. Tinjauan Klinis Pemerikasaan Laboratorium. Jakarta: EGC, p:300-307
Santos, Raul D., Ernst J. Schaefer, Bela D. Asztalos, Eliana Polisecki, Jian Wang, Robert A. Hegele, Lilton R. C. Martinez, Marcio H. Miname, Carlos E. Rochitte, Protasio L. Da Luz, and Raul C. Maranhao. 2007. Characterization of high density lipoprotein particles in familial
61
apolipoprotein A-I deficiency with premature coronary atherosclerosis, tuboeruptive and planar xanthomas. J. Lipid Res. 49, 349-357
Seyffarath, Hendrik. The Conception of “stress” as Submitted by Hans Selye. Allergy. Volume 15 Issue 6, Pages 532 - 543
Somer, M Angela, Joachim Streckert, Andreas K Bitz, Volkert W Hasen, and Alexander Lerchl. 2004. No effect of GSM-modulated 900 MHz Electromagnetic Fields on Survival rate and Spontaneus Development of Lymphoma in Female AKR/J Mice. BMC Cancer. 4:77
Stunig, Thomas M., Markus berger, Michael Roden, Harald Stingl, Daniel Raederstorff dam Werner Waldha. 2000. Elevated serum Free Fatty Acid Consentration Inhibit T Lympocyte signaling.FASJEB Journal. 14: 939-47
Sugondo, Sidartawan. 2006. Obesitas dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FK UI, p:1919-1925
Torres- Duran, Patricia V. 2007. Effects of whole body exposure to extremely low frequency electromagnetic fields (ELF-EMF) on serum and liver lipid levels, in the rat. Lipids in Health and Disease. 6:31
Tumiran. 2005. Sutet. Peretemuan para Pakar tentang SUTET. Yogyakarta:
Teknik Elektro UGM
Yurnadi. 2000. Medan Listrik dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan. Majalah
ZwirakA-Korczala, K., J. Jochem, M. Adamczyk-Sowa, P. Sowa, R. Polaniak, E. Birkner, M. Latocha, K. Pilc, R. Suchanek. 2005. Efek of Extemly Low Frequency Electromagnetic Field onn Cell Proliferation, Antioksidative Enzyme Activities and Lipid Peroxidation in 3T3-L1 Preadipocytes-an Invitro Study. J Physiol Pharmacol. 56 (6):101-108