-
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh
manusia
dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika,
kekuasaan, persuasi, dan/atau
genetika. Perilaku merupakan respon atau reaksi terhadap
stimulus.
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar,
perilaku
dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam
sosiologi,
perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada
orang lain dan
oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang
sangat mendasar.
Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial,
yang merupakan suatu
tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial
adalah perilaku yang
secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap
perilaku
seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh
berbagai kontrol
sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya
dipelajari untuk
mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat
timbulnya
masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali
dilakukan dalam
rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.
Perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat,
berfikir,
bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari
berbagai macam
aspek, baik fisik maupun non fisik. Perilaku juga diartikan
sebagai suatu reaksi
psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud
digolongkan
menjadi 2, yakni dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau
konkrit), dan
dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit). Sedangkan dalam
pengertian umum
-
2
2
perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan
oleh makhluk
hidup ( Notoatmodjo, 2007).
Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu
aksi dan
reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa
perilaku baru
akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan
tanggapan
yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan
tertentu akan
menghasilkan perilaku tertentu pula. Robert Y. Kwick (1974)
menyatakan bahwa
perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang
dapat diamati dan
bahkan dipelajari (Notoatmodjo, 2007:138).
Menurut Becker, Konsep perilaku sehat merupakan pengembangan
dari
konsep perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan
perilaku
kesehatan menjadi tiga domain, yakni pengetahuan kesehatan
(health knowledge),
sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan praktik kesehatan
(health practice).
Hal ini berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku
kesehatan
individu yang menjadi unit analisis penelitian.
Masyarakat Aceh tempo dulu sangat konsisten mempertahankan
adat
istiadat. Sehingga budaya yang telah turun temurun sesuai dengan
kearifan lokal
tidak mudah hilang. Namun berbicara budaya ”madeung” yaitu
sebuah istilah
dari orang Aceh kepada ibu yang baru melahirkan. Dahulu ketika
seorang ibu
melahirkan, ia akan mencari bantuan atau pertolongan dari orang
lain seperti
pada dukun bayi atau yang sering kita dengar dengan sebutan
Makblien.
Proses Madeung ( salè, toet bate atau bakar batu, dan ramuan
tradisional )
ini bisa disebut juga alat KB Tradisional, karena dengan
melakukan serangkaian
proses Madeung bisa mengatur jarak kelahiran karena pada jaman
dahulu belum
-
3
3
ada program keluarga berencana (KB) yang modern seperti
sekarang. Meskipun
hal tersebut belum dibuktikan secara medis namun paham ini sudah
melekat pada
ingatan tertua desa seperti makblien.
Adapun tata cara atau teknik yang dilakukan disaat Medeung yaitu
batu
ukuran sedang dipanaskan, lalu diikat dengan kain, dan di
letakkan di samping
perut orang madeung sambil perutnya dipijat-pijat supaya kulit
perutnya tidak
kendur. Sebelum masa 40 - 44 hari perempuan madeung tidak boleh
keluar
rumah dan harus dirawat oleh dukun bayi selama masa itu.
Madeung mempunyai beberapa fungsi, yaitu: dapat mengeringkan
peranakan, tubuh menjadi singset, dapat mengecilkan perut, dapat
mengatur jarak
kelahiran, dan mendatangkan aroma harum pada tubuh.
Perilaku madeung dalam masyarakat Aceh merupakan bagian
penting
yang harus dilalui oleh ibu- ibu nifas dengan tujuan untuk
mendapatkan
penyembuhan secara optimal menurut paham masyarakat. Perilaku
selama
madeung banyak mengandung unsur mitos dan sulit dibuktikan oleh
ilmu medis.
Perilaku – perilaku tersebut banyak yang berdampak negatif
seperti pantangan
tidak boleh banyak minum air putih. Tentu hal ini dapat
menyebabkan ibu nifas
mengalami dehidrasi bahkan susah Buang Air Besar (BAB). Akan
tetapi
disamping mengandung unsur negatif, banyak juga dintara perilaku
madeung
tersebut yang dapat memberikan dampak positif bagi si ibu antara
lain seperti
dapat membuat tubuh menjadi singset, memberikan aroma harus dari
rempah-
rempah.
Prosesi madeung ini telah berlangsung secara turun temurun di
dalam
masyarakat Aceh. Selama proses ini berlangsung, banyak pantangan
yang tidak
-
4
4
boleh dilangkahi dan juga anjuran yang harus dilakukan oleh ibu
nifas maupun si
bayi. Baik yang berkaitan dengan perilaku maupun berkaitan
dengan makanan
dan minuman. Berkaitan dengan perilaku diantaranya tidak boleh
bertamu pada
malam hari, selama 7 hari setelah melahirkan tidak boleh di
tinggal sendiri, tidak
boleh banyak bergerak dan harus berjalan dengan pelan - pelan,
tidak boleh sering
tidur, ditangeh (diselimuti dengan kain tebal atau dengan kata
lain mandi uap
ramuan-ramuan tradisional.
Berkaitan dengan makanan dan minuman diantaranya tidak boleh
makan
makanan pedas karena dapat menyebabkan kelukaan di dalam perut
rahim, tidak
boleh makan buah seperti nenas, pepaya, nangka karena dapat
menurutkan kasiat
obat, tidak boleh makan ikan gabus karena di percaya dapat
memanjangkan perut
rahim, tidak boleh banyak minum karena dapat menyebabkan bayi
menjadi
beuteng (masuk angin), di anjurkan untuk mengganngti lauk dengan
ikan teri dan
lada.
Di Gampong Cot Lagan, tradisi madeung ini masih banyak dilakukan
oleh
ibu – ibu nifas yang diyakini dapat memberikan dampak positif
bagi si ibu dan
bagi bayi mereka. Hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan yang sudah
turun – temurun
dilaksanakan, meskipun diantaranya merupakan orang terpelajar
dan memiliki
pengetahuan tinggi akan tetapi juga tidak melupakan prosesi
medeung ini.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam
penelitian ini adalah apa sebenarnya perilaku madeung tersebut,
apa saja
pantangan dan ajuran selama madeung serta bagaimana dampaknya
bagi
kesehatan ibu dan bayi?
-
5
5
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan berbagai hal
berkenaan dengan
perilaku madeung perempuan Aceh.
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan menggungkapkan hal yang
berkaitan
dengan perilaku madeung perempuan Aceh di Gampong Cot Lagan
Kecamatan
Woyla Kabupaten Aceh Barat.
1.3.2 Tujuan Khusus
Melalui penelitian ini penulis ingin mengkaji lebih jauh
tentang
perilaku madeung perempuan aceh dengan harapan dapat
meningkatkan
pengetahuan yang sebelumnya tidak penulis dapatkan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan semua
pihak
terutama bagi mereka yang tertarik untuk mengkaji lebih jauh
berkenaan
dengan tradisi madeung dan diharapkan dapat memunculkan
paradigma
baru dalam menyikapi tradisi yang telah turun temurun diyakini
dalam
masyarakat
-
6
6
b. Bagi Penulis
1. Sebagai sarana menambah pengetahuan tentang tradisi
madeung
perempuan aceh khususnya gampong Cot Lagan sehingga tradisi
ini dapat terus berjalan dan disesuaikan dengan
kaidah-kaidah
kesehatan.
2. Sebagai bentuk pengembangan ilmu pengetahuan dari apa
yang
telah penulis dapatkan.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Dapat mengkaji secara mendalam tentang tradisi madeung yang
ada
dikalangan masyarakat Gampong Cot Lagan serta mengetahui sejauh
apa
pengaruh pendidikan atau pengetahuan terhadap pandangan tentang
tradisi ini.
-
7
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
2.1.1 Defenisi Perilaku
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap
rangsangan atau
lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku
merupakan
suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan.
Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan
atau
perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat
dipelajari.
(dikutip dari Notoatmodjo, 2007:138).
Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau
reaksi
seseorang terhadap stimulus/ rangsangan dari luar. Oleh karena
perilaku ini terjadi
melalui proses adanya organisme. Dan kemudian organisme tersebut
merespon,
maka teori Skinner ini disebut “S-O-R” atau
stimulus-organisme-respon.
2.1.2 Klasifikasi Perilaku
Menurut Skinner (1938), dilihat dari bentuk respon terhadap
stimulus
maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Perilaku tertutup
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau
tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
terjadi pada
-
8
8
orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati
secara
jelas.
b. Perilaku terbuka
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata
atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas
dalam bentuk
tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau
dengan
mudah dipelajari.
Menurut Notoatmodjo (1993) bentuk operasional dari perilaku
dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:
1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui
situasi
atau rangsangan dari luar.
2. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap
keadaan
atau rangsangan dari luar. Dalam hal ini lingkungan berperan
dalam
membentuk perilaku manusia yang ada di dalamnya. Sementara
itu
lingkungan terdiri dari, lingkungan pertama adalah lingkungan
alam
yang bersifat fisik dan akan mencetak perilaku manusia sesuai
dengan
sifat dan keadaaan alam tersebut. Sedangkan lingkungan yang
kedua
adalah lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik
tetapi
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembentukan perilaku
manusia.
3. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, yakni
berupa
perbuatan atau action terhadap situasi atau rangsangan dari
luar.
-
9
9
Klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health
related
behaviour) menurut Becker (1979, dikutip dari Notoatmodjo, 2003)
sebagai
berikut:
1. Perilaku kesehatan, yaitu tindakan seseorang dalam memelihara
dan
meningkatkan kesehatannya.
2. Perilaku sakit, yakni segala tindakan seseorang yang merasa
sakit untuk
merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya termasuk juga
pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, serta
usaha
mencegah penyakit tersebut.
3. Perilaku peran sakit, yakni segala tindakan seseorang yang
sedang sakit
untuk memperoleh kesembuhan.
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Pembentukan Perilaku
Menurut Notoatmodjo (1993) faktor-faktor yang berperan dalam
pembentukan perilaku dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:
1. Faktor internal
Faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri yaitu
berupa
kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi dan sebagainya
untuk
mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Motivasi merupakan
penggerak perilaku, hubungan antara kedua konstruksi ini
cukup
kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut:
a. Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang
berbeda demikian pula perilaku yang sama dapat saja
diarahkan
oleh motivasi yang berbeda.
b. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.
-
10
10
c. Penguatan positif/ positive reinforcement menyebabkan
satu
perilaku tertentu cenderung untuk diulang kembali.
d. Kekuatan perilaku dapat melemah akibat dari perbuatan itu
bersifat tidak menyenangkan.
2. Faktor eksternal
Faktor-faktor yang berada diluar individu yang bersangkutan
yang meliputi objek, orang, kelompok dan hasil-hasil kebudayaan
yang
disajikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya.
Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku
adalah
konsep dari Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2003)
menurut
Lawrence Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni
:
1. Faktor predisposisi (predisposing faktor).
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap
hal-
hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang
dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan
sebagainya.
2. Faktor pemungkin (enabling faktor)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana
atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.
3. Faktor penguat (reinforcing faktor)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama dan perilaku petugas termasuk
petugas
-
11
11
kesehatan, suami dalam memberikan dukungannya kepada ibu
dalam
merawat bayi baru lahir.
2.1.4 Domain Perilaku
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup
yang
sangat luas. Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan
membagi perilaku
dalam tiga domain yaitu terdiri dari domain kognitif, domain
afektif dan domain
psikomotor. Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli
pendidikan dan
untuk pengukuran hasil maka ketiga domain ini diukur dari
pengetahuan, sikap
dan tindakan (Dikutip dari Notoatmodjo, 1993). Tetapi dalam
penelitian ini
peneliti hanya meneliti domain kognitif dan domain
psikomotor.
a. Pengetahuan (knowledge).)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah
orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan,
penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan
telinga. Pengetahuan merupakan suatu domain yang sangat penting
untuk
terbentuknya suatu tindakan seseorang. Suatu penelitian
mengatakan
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan mampu
bertahan
lama dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan (
Notoatmodjo,
1993).
Sebelum orang berperilaku baru, didalam diri orang tersebut
terjadi
proses yang berurutan yang dimulai dari kesadaran adanya
stimulus
kemudian ada rasa tertarik. Setelah itu terjadi pertimbangan
dalam batin
bagaimana dampak negatif positif dari stimulus. Hasil pemikiran
yang
-
12
12
positif akan membawa subyek untuk memulai mencoba dan
akhirnya
dalam dirinya sudah terbentuk suatu perilaku baru. Adopsi
perilaku yang
didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif terhadap
stimulus
akan membentuk perilaku baru yang mampu bertahan lama
(Notoatmodjo,
1993).
Menurut Notoatmodjo (1993) domain kognitif pengetahuan
dibagi
menjadi enam tingkatan yaitu:
1. Tahu (Know)
Yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Tingkat tahu ini merupakan tingkat pengetahuan
yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang
apa yang telah dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami ( Comprehension)
Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi
tersebut secara benar. Kata kerja yang biasa dipakai
menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap suatu objek dan
sebagainya.
3. Aplikasi (Aplication)
Yaitu sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata. Aplikasi
dapat
diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip
-
13
13
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya
dapat
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah.
4. Analisis (Analysis)
Yaitu suatu kemampuan untuk untuk menjabarkan materi atau
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya
dapat
membedakan dan mengelompokkan anjuran dan pantangan selama
madeung.
5. Sintetis (Syntetis)
Sintetis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian informasi sebagai suatu
bentuk
keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan terhadap suatu rumusan dari informasi yang ada
menganai madeung.
6. Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap materi atau objek. Penilaian-penilaian
itu
berdasarkan suatu kriteria yang telah ada. Dalam hal ini
penilaian
dapat berupa hasil paham masyarakat terhadap tradisi atau objek
yang
ada kemudian disikapi berdasarkan pengetahuan mereka.
b. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan
lain tentang
sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut :
-
14
14
" sikap memerlukan suatu tanggapan kecenderungan sosial di
dalam interaksi dengan situational dan lain dispositional
variabel,
pemandu dan mengarahkan perilaku individu itu." ( Cardno, 1955
dalam
Notoatmodjo 2007)
" Suatu sistem positif yang kronis atau evaluasi negatif,
perasaan
emosional dan ahli atau koreksi kecenderungan akan menghormati
ke
obyek sosial" ( krech et al, 1982, dalam Notoatmodjo 2007)
" Sikap Sosial perorangan adalah suatu sindrom konsistensi
tanggapan mengenai object sosial." ( Cambell, 1950, dalam
Notoatmodjo
2007)
Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa
manifestasi
sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat
ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus
tertentu.
Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang
ahli
psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan
atau
kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif
tertentu.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan
tetapi
merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih
merupakan
reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang
terbuka.
Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi
terhadap objek
di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap
objek.
-
15
15
Dalam bagian lain Allport (1954, dikutip dalam Notoatmojo,
2003)
menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni
:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu
objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu
objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,
pengetahuan,
berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Suatu
contoh
seorang ibu telah mendengarkan tentang kelebihan madeung.
Pengetahuan
ini akan membawa ibu untuk berfikir untuk menjalani menjalani
ritual
madeung.
Dalam berpikir ini, komponen emosi dan keyakinan ikut
bekerja
sehingga ibu tersebut berniat akan menjalani ritual tersebut
untuk
mendapatkan manfaatnya. Sehingga ibu ini mempunyai sikap
tertentu
terhadap objek yang berupa manfaat madeung.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari
berbagai
tingkatan, yakni :
a. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya
sikap
seseorang terhadap pantangan medeung dapat dilihat dari
kesediaan dan perhatiannya akan pantangan yang ada selama
madeung .
b. Merespons (Responding)
-
16
16
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi
dari
sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu
benar
atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah
adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang mengajak
sekaligus memberi pemahaman tentang anjuran dan pantangan
madeung kepada ibu lain (tetangganya, saudaranya, dan
sebagainya) untuk menjalani prosesi tersebut. Ini adalah
bukti
tentang sikap ibu terhadap pantangan dan anjuran madeung.
d. Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling
tinggi. Misalnya seorang ibu tidak mau menjalani ritual
madeung
meskipun mendapat tantangan dari keluarganya.
Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan
tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana
pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.
Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-
pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden.
-
17
17
Misalnya apakah ibu setuju menjalani prosesi madeung?
(sangat
setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju).
c. Tindakan (Practice)
Tindakan atau praktek adalah respon atau reaksi konkret
seseorang terhadap stimulus atau objek. Respon ini sudah
dalam
bentuk tindakan (action) yang melibatkan aspek psikomotor
atau
seseorang telah mempraktekkan apa yang diketahui atau
disikapi
(Notoatmodjo, 1993).
Tindakan atau perilaku kesehatan terjadi setelah seseorang
mengetahui stimulus kesehatan, kemudian mengadakan penilaian
terhadap apa yang diketahui dan memberikan respon batin
dalam
bentuk sikap. Proses selanjutnya diharapkan subjek akan
melaksanakan
apa yang diketahui atau disikapinya (Notoatmodjo, 2003).
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan,
untuk terbentuknya sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan
antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga
diperlukan
faktor dukungan (support) dari pihak lain.
Adapun tingkatan-tingkatan dalam tindakan atau praktek
adalah:
1. Persepsi (Percepion)
Yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek
tingkat pertama.
-
18
18
2. Respon terpimpin (Guided respon)
Yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang
benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator
praktek
tingkat kedua.
3. Mekanisme (Mechanism)
Yaitu apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan,
maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adopsi (Adoption)
Yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya
tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
2.2. Madeung
Madeung adalah teknik pengobatan yang lazimnya dilakukan wanita
Aceh
yang baru selesai melahirkan. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan
penyembuhan yang sempurna setelah melahirkan. Perbedaan madeung
dengan
menghangatkan diri didakat api adalah kayu bakar dicampur dengan
daun dan
rempah-rempah tertentu yang mengandung aroma harum serta
berkhasiat untuk
kesehatan, rempah-rempah yang digunakan ini termasuk dalam
daftar jamu empat
puluh empat, atau “aweueh peuet ploh peuet” — biasa juga disebut
dengan
rempah ratus. Orang madeung ini, biasanya menyebutnya “ureung
didapu”(orang
yang membaringkan dirinya di ruangan dapur.
Ketika seorang wanita habis melahirkan melakukan Madeueng.
Caranya:
menyediakan tunggul-tunggul kayu untuk dibakar selama empat
puluh empat hari.
-
19
19
Ini disebut “Tungoe”, setelah itu dipersiapkan juga balai-balai
atau dipan yang
dibuat dari batang bambu yang cukup tua atau batang pinang atau
batang kelapa
atau batang nibung yang telah dibelah memanjang selebar kurang
lebih tiga jari,
dewasa ini karena bahan-bahan tersebut sudah agak sulit
ditemukan, maka
dipersiapkanlah balai atau dipan untuk orang yang masih
melakukan ritual
madeung dengan menggunakan papan atau kayu yang dibelah
memanjang dengan
lebar sekitar lima sentimeter, disusun memanjang dengan jarak
antara satu bilah
papan dengan papan yang lain berjarak 2 cm (agar asap dan panas
bisa masuk
melalui celah-celah tersebut) dan dipan yang digunakan biasanya
berukuran
panjang disesuaikan dengan tinggi tubuh seseorang, agar orang
tersebut dapat
tidur dengan nyaman dan leluasa, lebarnya minimal 75 cm atau
tergantung selera
dan kebutuhan serta tingginya lebih kurang 1 meter, dibawah
dipan itu ada yang
menggunakan pembakaran model tungku, bahannya ada yang terbuat
dari semen
dan pasir ada juga gerabah dari tanah liat seperti anglo yang
diisi dengan
“teungo” atau kayu, dengan melalui proses pembakaran dari api
berubah menjadi
bara merah, barulah diatasnya diletakkan kayu-kayu kecil yang
mengandung obat,
seperti: kayu dadap, kayu rambutan, kayu cendana dll. Selain itu
juga disediakan
juga batu kali sebesar tempurung kelapa sebanyak tiga buah yang
berbentuk agak
gepeng (pipih) dan bisa juga berbentuk bulat, sehinggga mudah
untuk disandarkan
pada perut perempuan yang tidurnya miring (menyisi). Batu yang
sudah di
hangatkan tersebut adakalanya dibalut dengan kain kemudian ibu
nifas di
haruskan duduk di atas batu tersebut dan tepat di atas lubang
vagina. Tujuannya
adalah supaya perut tidak turun dan mengeringkan bekas luka
setelah melahirkan.
-
20
20
Ada kalanya dimulai pada hari ketiga setelah bersalin, biasanya
sekitar
jam sepuluh pagi setelah sang ibu sesesai mandi. Prosesnya
selama 7 hari
berturut-turut,tetapi ada juga yang dilakukan oleh orang-orang
tertentu selama
empat puluh empat hari berturut-turut (selama masa nifas) yang
biasanya selesai
ritual madeung ini sang ibu akan melaksanakan “manoe peut ploh
peut” atau
mandi suci.
Selanjutnya dilakukan proses bakar batu Toet Batee (pemanasan
batu),
batu yang telah dipanaskan lalu diangkat dan dibungkus dedaunan
tertentu, seperti
“Oen Nawah” (daun jarak) lalu dibalut kain beberapa lapis hingga
panasnya
masih dapat dirasakan tetapi tidak menimbulkan bahaya. Gulungan
batu tersebut
lalu disandarkan pada perut perempuan yang sedang berbaring di
balai-balai
tersebut, jika batu pertama sudah dingin, maka akan digantikan
oleh batu kedua
yang dibuat serupa dengan batu pertama, dan begitu juga dengan
batu yang ketiga
yang dipakai setelah batu kedua dingin terus-menerus secara
bergantian, batu
dipanaskan di dapur di bawah balai tersebut yang terus menerus
berapi, api dari
tungku kayu itu tak boleh terlalu besar, maka dari itu apinya
perlu dijaga.
Yang bertugas sebagai penjaga dilakukan secara bergantian yaitu:
orang
tua, mertua, dan tetangga atau kerabat. Ini juga adalah sebagai
ajang kebersamaan
dan mempererat silaturahmi. Sewaktu menjaga, mereka disuguhi
makanan berat
dan makanan ringan. Di sebuah daerah Aceh yang bernama Takengon,
yang
terletak di Dataran Tinggi Gayo termasuk dalam wilayah Kabupaten
Aceh
Tengah, yang bertugas menjaga orang madeung itu adalah suaminya
dan orang
laki-laki yang masih kerabatnya sendiri, kebiasaan tersebut
bernama “melee-
-
21
21
melee.” Mereka begadang semalam suntuk tidak tidur sambil
minum-minum kopi
dan berdiang di sekitar dipan atau balai tersebut.
Selama empat puluh empat hari menjalani prosesi madeung,
makanan
yang boleh dimakan hanyalah nasi putih dengan lauk pauk yang
diolah secara
khusus sehingga bebas lemak, seperti ikan yang direbus bisa juga
dipanggang,
atau dikukus dan digoreng setengah matang.Yang boleh mereka
minum hanyalah
air putih saja, makanan dan minuman yang lainnya tidak
diperbolehkan sama
sekali untuk dikonsumsi, karena menurut mitos orangtua zaman
dahulu, mereka
berpesan melalui nenek-nenek jika anak atau cucunya kelak
bersalin, jangan
sekali-kali memakan telur ayam apalagi telur bebek, katanya,
bisa berbahaya dan
bila dimakan telur akan keluar telur (peranakan), demikian juga
dilarang
memakan pisang, karena makanan itu dianggap tajam.Tetapi hal
tersebut sangat
bertolak belakang jika ditinjau dari segi medis.
Setelah empat puluh empat hari lamanya, barulah diperbolehkan
untuk
acara turun mandi yang diistilahkan dengan “manoe peut ploh
peut” artinya
mandi suci atau mandi hadas besar yang dilaksanakan setelah hari
ke empat puluh
empat, yang biasanya dipandu oleh orang tua atau dukun/bidan
gampong atau
biasa disebut Ma Blien1.
Usai acara mandi Wiladah dan mandi nifas setelah suci dari
melahirkan
atau mandi adat setelah 44 hari, barulah sang ibu diperbolehkan
untuk
menjejakkan kakinya diatas tanah, karena dianggap telah suci.
Pengalaman yang
diungkapkan oleh Narasumber tentang Madeung.
1 Sebutan untuk Bidan Gampong, atau sering disebut juga sebagai
Daula. Biasanya merupakanpenduduk setempat tetapi ada juga desa
yang tidak ada mak blinnya. Tugasnya adalahmengawasi ibu hamil dari
awal bulan pertama sampai melahirkan kemudian sampai habis
masamadeung.
-
22
22
Madeung dan Salè mempunyai beberapa fungsi, yaitu: dapat
mengeringkan peranakan, tubuh menjadi singset, dapat mengecilkan
perut, dapat
mengatur jarak kelahiran, dan mendatangkan aroma harum pada
tubuh serta bisa
menjadi jalur alternatif untuk mengatur jarak kelahiran atau
sebagai alat KB
Tradisional, karena dengan pada jaman dahulu belum ada program
keluarga
berencana (KB) yang modern seperti sekarang ini.
Madeueng lebih hebat dari mandi uap, dalam tradisi Aceh disebut
Ukoep.
Sebelum prosesi Ukoep, terlebih dahulu harus disiapkan
bahan-bahan berupa
ramuan daun-daunan dan rempah-rempah, misalnya: “Oen Kuyun”
(daun jeruk
nipis) dan “Oen Mee” ( daun asam Jawa ), bisa juga dengan “Oen
Limeeng
Engkoet” ( daun belimbing wuluh ), “Oen Ranuep” ( daun sirih ),
“Bak Rheu”(
batang serai ), “Kuleet Bak Geurundoeng” ( kulit batang
kuda-kuda ), “Kuleet
Maneh” ( kayu manis ), “Bungoeng Lawang” ( bunga cengkeh ), “Boh
Pala” ( biji
pala ), “Boh Langkueuh”( umbi lengkuas ), “Oen Sekee Puloet” (
daun pandan ).
2.2 Perempuan
Perempuan adalah salah satu dari dua jenis kelamin manusia;
satunya lagi
adalah lelaki atau pria. Berbeda dari wanita, istilah
"perempuan" dapat merujuk
kepada orang yang telah dewasa maupun yang masih anak-anak.
Menurut definisi dalam Kamus Bahasa Indonesia online
disebutkan,
perempuan adalah orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat
menstruasi,
hamil, melahirkan anak,menyusui dan betina betina (khusus untuk
hewan).
Sedangkan wanita adalah perempuan yang berusia dewasa.
-
23
23
2.3 Perempuan Aceh
Kajian mengenai perempuan dalam masyarakat Aceh yang ada selama
ini
lebih banyak bercerita tentang sejarah tentang sejarah masa
lalu: dari masa
kerajaan-kerajaan di Aceh, kolonialisme dan perjuangan
kemerdekaan, serta
sekelumit dari masa revolusi fisik pasca kemerdekaan Republik
Indonesia. Aspek
yang dikajipun, secara umum lebih terfokus kepada sisi
kepemimpinan dan
kepahlawanan perempuan Aceh (Ibrahim, 1999; Hasjmi, 1995;
Mardhiah Aly,
1985).
Ribinson (2002) dengan mengambil referensi dari penelitian
Jayawerdana
(1977) berkesimpulan bahwa perempuan dalam masyarakat Aceh
cukup
mendoninasi peran-peran dalam tata laksana adat Aceh, seperti
upacara
perkawinan, turun tanah anak dan upacara adat lainnya.
2.4 Perilaku dan Kepercayaan Masyarakat terhadap Tradisi
Madeung
Perilaku tidak selalu dapat dengan mudah diamati karena banyak
perilaku
yang terselubung dan tersembunyi pada diri seseorang. Perilaku
akan lebih mudah
diketahui apabila perilaku diwujudkan dalam tindakan atau
perbuatan yang
konkrit atau nyata. Sepertihalnya perilaku madeung yang
berkembang dalam
masyarakat Aceh terutama masyarakat Gampong Cot Lagan
merupakan
kepercayaan yang sudah turun-temurun dianut oleh masyarakat.
Perilaku
madeung banyak sekali mengandung unsur positif seperti
pengobatan, norma,
budaya, dan lain-lain. Akan tetapi dalam prakteknya sangat
dipengaruhi oleh
kepercayaan terhadap mitos yang ada. Sehingga ibu-ibu merasa
cemas dan takut
dengan mitos-mitos yang berkembang selama madeung. Terlebih lagi
apabila
-
24
24
mitos tersebut dilanggar dan mitos tersebut terbukti pada salah
satu ibu atau bayi
maka akan jadi buah bibir ibu-ibu yang lain. Misalnya pantangan
tidak boleh
makan telur ayam karena akan timbul bisul (saban) di kepala.
Apabila pantangan
ini dilanggar dan bayi mengalami hal tersebut maka ini akan jadi
bahan
pembicaraan ibu. Seperti; pantesan anaknya bisul dikepala dulu
ibunyakan bandel
makan telur pada saat madeung.
Perilaku masyarakat sangat dipengaruhi oleh banyak faktor
diantaranya
pendidikan, norma/adat-istiadat yang berkembang, lingkungan
sekitar, budaya dan
lain-lain. Di daerah pedesaan norma, adat-istiadat serta budaya
merupakan hal
pokok yang harus dipertimbangkan meskipun budaya tersebut tidak
dianjurkan
dalam kesehatan. Misalnya budaya tolak bala, tujuh bulanan,
budaya maulid dan
lain-lain. Pada saat musim maulid misalnya, hampir setiap
harinya makan daging,
dimana daging selain banyak mengandung gizi yang dibutuhkan
tubuh seperti
protein dan lemak juga mengandung banyak kolesterol yang
berbahaya bagi tubuh
serta pada umumnya makanan tersebut diolah pada sore sebelum
hari H. Budaya
harus terus dilestarikan karena merupakan warisan nenek moyang.
Budaya dapat
mempersatukan perbedaan, menjadi ajang silaturahmi sepertihalnya
budaya
maulid. Setiap orang berkumpul dimesjid untuk merayakan maulid
dari yang kecil
bahkan yang tua sekalipun.
2.5 Kerangka Pikir
Dilihat dari sisi kebudayaannya, Aceh memiliki budaya yang unik
dan
beranekaragam. Ada banyak tradisi dan budaya, baik yang bersifat
kesenian,
keagamaan bahkan yang berkaitan dengan pengobatan seperti halnya
madeung.
-
25
25
Pengobatan dengan teknik madeung ini khusus bagi ibu – ibu yang
baru
melahirkan. Selama madeung, ibu – ibu dihadapkan dengan
pantangan dan
anjuran yang terkadang memberatkan sekaligus berdampak kurang
baik bagi
kesehatan. Akan tetapi, ritual madeung tersebut juga banyak
manfaat yang dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan baik dari segi budaya maupun
medis.
Persalinan (Madeung)
Perilaku
1. Pengertahuan2. Sikap3. tindakan
Pantangan padasaat Madeung
Anjuran padasaat Madeung
PerilakuMadeung
-
26
26
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskripif
dengan metode
studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan
komprehensif mengenai
berbagai aspek seseorang individu, suatu kelompok, suatu
organisasi (komunitas),
suatu program, atau suatu situasi sosial. Peneliti studi kasus
berupaya menelaah
sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti (Mulyana,
2008)
Penelitian jenis ini disebut juga penelitian naturalistik karena
penelitiannya
dilakukan pada kondisi yang alamiah (Sugiono, 2005:1).
Karakteristik penelitian kualitatif menurut Arikunto (2006)
dikutip dalam
Skripsi Devi Yusmeta (2012) adalah sebagai berikut:
1. Kejelasan unsur: subjek sampel dan sumber data masih
fleksibel atau
berkembang sejalan dengan penelitian yang dilakukan.
2. Langkah penelitian: baru diketahui dengan mantap dan jelas
setelah
penelitian selesai.
3. Tidak dapat menggunakan dapat menggunakan populasi dan
sampel.
4. Hipotesis tidak mengemukakan hipotesis sebelumnya, tetapi
dapat
lahir selama penelitian berlangsung.
5. Desain: desain penelitiannya fleksibel dengan langkah dan
hasil yang
tidak dapat dipastikan sebelumnya.
6. Pengumpulan data: kegiatan pengumpulan data selalu harus
diakukan
sendiri oleh peneliti.
-
27
27
7. Analisis data: dilakukan bersamaan dengan pengumpulan
data.
Sedangkan menurut Bogdan dan Biklen karakteristik penelitian
kualitatif
dapat dikemukakan disini bahwa penelitian kualitatif itu:
1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya
adalah
eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah
instrumen
kunci.
2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang
terkumpul
berbentuk kata – kata atau gambar, sehingga tidak menekankan
pada
angka.
3. Penelian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada
produk atau
outcome.
4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara
induktif.
5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik
yang
teramati).
Ericson dalam Susan Stainback (2003) menyatakan bahwa
ciri-ciri
penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Keikutsertaan jangka panjang / Intensive dalam bidang yang
menentukan.
2. Merekam dengan cermat dari apa yang terjadi, dapat juga
dilakukan
dengan cara lain yaitu penulis mencatat dan mewawancarai bukti
dalam
bentuk dokumen.
3. Cerminan/Pemantulan Analitic pada arsip yang dalam bentuk
dokumen
memperoleh bidang.
-
28
28
4. Laporkan hasil penelitian merupakan uraian terperinci,
mengarahkan tanda
kutip dari wawancara, dan interpretative komentar.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa, metode
penelitian
kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut
berpartisipasi lama di
lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan
analisis reflektif
terhadap bebagai dokumen yang ditemukan dilapangan, dan membuat
laporan
penelitian secara mendetail.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian tentang Perilaku Madeung Perempuan Aceh
dilakukan
di Gampong Cot Lagan Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat.
Lokasi ini
dipilih karena peneliti sangat memahami kondisi gampong
tersebut. Penulis ingin
meneliti lebih jauh tentang perilaku madeung yang sudah menjadi
tradisi wajib
bagi sebagian masyarakat Aceh. Waktu penelitian dilakukan mulai
13 Juni sampai
6 Oktober 2013.
3.3 Pemilihan Informan
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah polulasi,
tetapi oleh
Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang
terdiri atas tiga
elemen yaitu: tempat (place), pelaku (aktor), dan aktifitas
(activity) yang
berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat di
rumah berikut keluarga
dan aktivitasnya, atau orang-orang di sudut-sudut jalan yang
sedang ngobrol, atau
di tempat kerja, dikota, desa atau wilayah suatu negara. Situasi
sosial tersebut
dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin diketahui
“apa yang terjadi”
di dalamnya. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini
peneliti dapat
-
29
29
mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang
(actors) yang ada
pada tempat (place) tertentu.
Dalam Metode penelitian kualitatif populasi dan sampel disebut
informan.
Informan dalam penelitian sangat penting guna memperoleh
informasi mengenai
hal – hal yang menyangkut maslah yang akan di teliti, dalam
penelitian ini
terdapat informan kunci dan informan biasa. Informan kunci guna
untuk
mendapat iformasi lebih dalam dan akurat mengenai hal yang akan
dibahas,
sedangkan informan biasa dipilih melalui pertimbangan atas dasar
mengetahui
dan berhubungan dengan hal yang akan dibahas (Nawawi,1987:157
dikutip dalam
Sripsi Devie Yusmeta)
Adapun informan dalam penelitian ini penulis mewawancarai dua
orang
ibu yang berprofesi sebagai Mablin/Daula Gampong. Kedua bidan
tersebut telah
lama berkecimpung dalam membantu proses kelahiran / persalinan
dan nifas.
Antara proses persalinan sampai habis masa nifas yaitu sekitar
40 - 44 hari maka
disitulah tradisi madeung berlangsung. Mak blin merupakan orang
yang
memahami betul tentang seluk – beluk atau tata cara madeung. Ma
blinlah yang
nantinya akan menasehatati ibu nifas untuk tidak melanggar
pantangan dan
anjuran yang diyakini dapat memberikan dampak positif bagi si
ibu dan bayi.
Selanjutnya yang menjadi informan biasa penulis mewawancarai
beberapa ibu-ibu
nifas dan ibu yang pernah melahirkan karena merekalah yang sudah
mengetahui
dan merasakan masa di saat mereka madeung. Penulis juga
mewawancarai dua
orang tokoh gampong untuk mengetahui informasi mengenai sejarah
Gampong
Cot lagan Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat.
-
30
30
Teknik pengambilan sampel penelitian kualitatif menggunakan
teknik non
probability samping yaitu porposive sampling. Porposive sampling
adalah teknik
pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu
ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa
yang kita harapkan,
atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan
peneliti
menjelajahi obyek situasi sosial yang diteliti (Sugiono, 2005:
54)
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,
berbagai
sumber, dan berbagai cara. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode
pengumpulan data berdasarkan sumber datanya yaitu sumber primer
dan sumber
sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data
kepada kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan
sumber yang
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya
lewat orang
lain atau lewat dokumen (Sugiono, 2010:62).
3.4.1 Data Primer
1. Observasi (Pengamatan)
Pengamatan adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif
dan
penuh perhatian dan menyadari adanya ransangan. Mula-mula
ransangan
dari luar mengenai indra, dan terjadilah pengindraan, kemudian
apabila
ransangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan
adanya
pengamatan (Notoatmojo, 2003:131)
Dalam penelitian, pengamatan adalah suatu prosedur yang
berencana, yang antara lain meliputi melihat, mendengar dan
mencatat
-
31
31
sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang
ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti. (Notoatmojo,
2003:131)
2. Wawancara (interview)
Menurut Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai
berikut “wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi
dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikostruksikan makna
dalam
suatu topik tertentu. Interview merupakan hatinya penelitian
sosial.
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari
seorang
lainnya dengan mengajukan pertanyan-pertanyaan berdasarkan
tujuan
tertentu (Mulyana, 2008:180).
Wawancara secara garis besar dibagi dua yakni wawancara tak
terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tak terstruktur
sering
juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif,
wawancara
kualitatif dan wawancara terbuka. Sedangkan wawancara
terstruktur sering
juga disebut wawancara baku (Standardized interview), yang
susunan
pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya (biasanya tertulis)
dengan
pilihan-pilihan jawaban yang juga sudah disiapkan (Mulyana,
2008:180).
Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara mendalam
(in-
dept interview), dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas
bila
dibandingkan dengan wawancara tersruktur. Tujuan dari wawancara
jenis
ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka,
dimana
pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.
Dalam
-
32
32
melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti
dan
mencatat apa yang dikemukan oleh informan (Sugiono, 2003
:72-74).
Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan
peneliti
memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau
sumber
data, maka peneliti menggunakan alat-alat sebagai berikut:
1. Buku catatan : berfungsi untuk mencatat semua percakapan
dengan
sumber data.
2. Tape recorder : berfungsi untuk merekam semua percakapan
atau
pembicaraan.
3. Camera : untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan
pembicaraan dengan informan/sumber data.
3.4.2 Data Sekunder
1. Dokumentasi
Teknik ini bertujuan untuk mendukung data observasi atau
wawancara agar lebih dipercaya sekaligus untuk melengkapi data
primer.
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya – karya monumental dari
seseorang
seperti buku, jurnal, makalah dan lain-lain (Sugiono,
2005:82)
2. Tringulasi
Dalam teknik pengumpulan data, tringulasi diartikan sebagai
teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Tringulasi
teknik,
berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda
-
33
33
untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti
menggunakan
observasi partisipasif, wawancara mendalam, dan dokumentasi
untuk
sumber data yang sama secara serempak. Tringulasi sumber
berarti, untuk
mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik
yang
sama.
3.5 Tehnik Analisis Data
Adapun teknik analisa data dalam penelitian ini adalah dengan
cara
sebagai berikut:
1. Analisis sebelum dilapangan yaitu analisis terhadap hasil
studi
pendahuluan, atau data sekunder seperti dokumentasi, buku,
jurnal,
makalah ataupun karya ilmiah lainnya.
2. Analisis selama dilapangan Model Miles and Huberman yaitu
analisis
yang dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan
setelah
selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data kualitatif yang
telah
didapatkan dari pengumpulan data adalah:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dri lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu
maka perlu di catat secara teliti dan rinci. Seperti telah
dikemukakan, semakin
lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak,
kompleks
dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data
melalui reduksi data.
Merekduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok,
-
34
34
menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya
(Sugiono,
2005:92).
2. Data Display
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplay
data. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk
memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang
terjadi, merencakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami
tersebut.
3. Conclusion Drawing/verification
Conclusion Drawing/verification adalah langkah ke tiga dalam
analisis data kualitatif. Tujuannya adalah untuk menarik
kesimpulan dan
verifikasi data yang diperoleh dari pengumpulan data.
3.6 Pengujian Kredibilitas Data
Tujuan kredibilitas data adalah untuk menguji keabsahan data
yang
didapatkan dari pengumpulan data guna untuk meningkatkan
kepercayaan
terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data dalam penelitian
kualitatif antara
lain dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam
penelitian,
trigulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif
dan member chek
(Sugiono, 2005: 121).
-
35
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Keadaan atau kondisi geografis ini meliputi: letak,
administratif, dan luas
wilayah.
a. Keadaan Geografis
Lokasi penelitian adalah Gampong Cot Lagan termasuk wilayah
Kecamatan
Woyla dengan ibu kota Kuala Bhee Kabupaten Aceh Barat Provinsi
Aceh. Luas
Kecamatan yaitu 214,5 km × 249,04 km² dengan 3 Kemukiman dan
terdapat 43
Gampong, jarak ke Ibu Kota ±7 km (BPS 2012).
Batas wilayah kecamatan Woyla terdiri dari:
- Sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan Woyla Timur
- Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Bubon
- Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Woyla Barat
- Sebalah Timur berbatas dengan Kecamatan Kaway XVI
b. Batas Adminitrasi dan Luas Wilayah
Batas adminitrasi dan Luas Gampong Cot Lagan adalah sebagai
berikut:
- Sebelah Utara berbatas Dengan Gampong Suak Tring
- Sebelah Selatan berbatas Dengan Gampong Cot Murong
- Sebelah Barat berbatas Dengan Gampong PT. BPS
-
36
36
- Sebelah Timur berbatas Dengan Gampong Terpadu
Gampong Cot Lagan yang menjadi target penelitian penulis terbagi
dalam 3
dusun yaitu Dusun Melati, Dusun Ingin Jaya dan Dusun Pahlawan
dengan luas
gampong 400 Hektar.
4.1.2 Sejarah Gampong Cot Lagan
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Zainun2 tentang sejarah
Gampong Cot Lagan beliau menuturkan bahwa Gampong Cot Lagan
terbentuk
sejak tahun 1950-an oleh para petani yang membuka lahan ladang
untuk
menanam padi dan sumber makanan lain. Hampir sama dengan
pernyataan Bapak
Len Chat3 beliau menuturkan sebutan Cot Lagan dinamai oleh Bapak
Haji
begitulah sebutannya. Beliau adalah tertua Gampong pada saat
itu. Nama Cot
Lagan itu asal mulanya dari sebuah bukit tumbuh batang lagan,
yaitu sejenis kayu
hutan yang besar. Sedangkan Cot itu adalah daratan yang sedikit
tinggi atau bukit.
Maka disebutlah Cot Lagan yang pada masa itu adalah sebuah hutan
yang akan
dijadikan lahan untuk ladang oleh para petani atau pekebun. Dari
situlah orang-
orang yang tadinya berladang lambat laun menetap dan berubah
menjadi desa
atau kampung. Sampai menjadi pedesaan seperti saat ini.
4.1.3 Data Kependudukan Gampong Cot Lagan
Berdasarkan data yang diperoleh dari geuchik gampong jumlah
penduduk
Gampong Cot Lagan adalah 268 penduduk sementara jumlah jiwa
mencapai 389
2 Geuchik Gampong Cot Lagan, wawancara dilakukan pada tanggal 12
Juli 20133 Beliau merupakan putra asli Gampong Cot Lagan. Umur
beliau 74 tahun dan telah menetap diCot Lagan tanpa
berpindah-pindah serta sangat paham tentang seluk-beluk Gampong Cot
Lagan.
-
37
37
jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebesar 178 jiwa dan perempuan
sebesar 211
jiwa.
Tabel 1. Daftar Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Laki-lakidan Perempuan Gampong Cot Lagan Kecamatan.
Pertumbuhan penduduk di Gampong Cot Lagan pada tahun 2000
terus
menurun. Hal ini dipengaruhi oleh konflik yaitu pertikaian
antara Tentara
Nasional Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang
berkepanjangan
sehingga menimbulkan banyak korban jiwa terutama laki-laki.
Perempuan dan
anak-anak jiga menjadi korban serta harta benda menjadi sasaran,
konflik ini
terjadi sejak tahun 1998 sampai tahun 2005. Gampong Cot Lagan
termasuk
daerah yang menjadi target utama Tentara Nasional Indonesia
untuk mencari
anggota Gerakan Aceh Merdeka. Kemudian pada tanggal 15 Agustus
2005
NOUMURTAHUN
JENISKELAMIN
JUMLAHKETERANGAN
LK PR LK+PR1 0 – 4 9 7 162 5 – 9 7 20 273 10 – 14 16 19 354 15 –
19 9 7 165 20 – 24 15 18 336 25 – 29 9 11 207 30 – 34 17 21 388 35
– 39 14 15 299 40 – 44 23 33 5610 45 – 49 16 11 2711 50 – 54 14 12
2612 55 – 59 19 25 4413 60 – DST 10 12 22
JUMLAH 178 211 389
-
38
38
berlangsungnya Memorendum Of Understanding (MOU) yaitu
kesepakatan damai
antara pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
4.1.4 Pantangan dan Anjuran pada Saat Madeung
Selama 44 hari sejak lahir, ibu bayi banyak menjalani
pantangan-
pantangan, antara lain:
1. Ia harus tetap berada di kamarnya, tidak boleh berjalan-jalan
apalagi
keluar rumah. Alasannya: agar rahim tidak turun, Meuburong
(diganggu Setan), lama proses penyembuhan.
2. Tidak boleh memakan telur ayam apalagi telur bebek karena
akan
berbahaya dan keluar telur (peranakan/saban)
3. Tidak boleh minum air yang banyak, karena air ketuban tidak
habis
keluar, air susu tidak kental, bayi bisa masuk angin.
4. Nasi yang dimakan juga tanpa gulai dan lauk pauk, atau
hanya
menggunakan lada dan ikan teri yang di gongseng, karena ikan
teri dan
lada merupakan bahan makanan yang ringan dan kering dan juga
sebagai pengganti cabai dan protein padahal ibu yang baru
melahirkan
bembutuhkan zat gizi yang cukup.
5. Tidak boleh banyak makan buah-buahan seperti pepaya nenas
bahkan
pisang, karena makan tersebut dianggap tajam dan bisa
menyebabkan
bruyan (ambiyen).
6. Ibu melahirkan dan bayinya tidak boleh tinggal sendirian.
Alasannya
takut diganggu setan atau makhluk halus.
-
39
39
7. Tidak boleh banyak orang masuk kedalam kamar, dan bila ada
tamu yg
datang harus menunggu dulu beberapa saat diluar jangan
langsung
masuk kamar, karena dapat membawa burong (setan) dan
menyababkan bayi menjadi rewel.
8. Tidak boleh terlalu banyak bergerak, terutama kedua tangan,
karena air
susu tidak keluar atau tidak normal.
9. Ibu diwajibkan banyak minum ramuan- ramuan obat tradisional
karena
dipercaya dapat membantu penyembuhan.
10. Tidak boleh makan protein seperti ikan laut, telur dan
jenis-jenis
makanan yang banyak mengandung lemak. Alasannya: lama
penyembuhan rahim, bisa bernanah dan bisa terjadi alergi pada
ibu..
11. Tidak boleh terlalu banyak tidur. Alasannya: takut udema
(basoe).
12. Perut diikat atau dibalut sehari sekali dengan menggunakan
daun obat
tradisional seperti daun nawah (daun jarak) dan leungeng
kaye.
Tujuannya untuk mencegah kulit perut menjadi melar setelah
melahirkan.
13. Dan setiap hari ibu diharuskan mengolesi ramuan kunyit.
14. Di atas kuburan ari-ari harus selalu dihidupkan api agar
ari-ari tersebut
tidak dimakan binatang seperti serangga dan lain – lain.
Karena
menurut kepercayaan apabila ari-ari tersebut dimakan semut maka
bayi
menjadi rewel.
15. Dan lain-lain
-
40
40
4.1.5 Profil Informan
Tidak semua ibu-ibu menjadi subjek penelitian hanya beberapa ibu
yang
sudah pernah melahirkan (informan pokok) dan pernah menjalani
ritual madeung
serta mablin dan tokoh desa sebagai juru kunci (key informan)
yang menjadi
subjek penelitian. Informan kunci adalah informan yang pertama
kali dijumpai
untuk memperoleh data atau informasi yang berkaitan dengan
madeung
sedangkan informan pokok merupakan ibu-ibu dan para orang tua
guna ditanyai
pengalaman dan kesan serta kepatuhan terhadap tradisi yang sudah
turun-temurun
ini.
Karena penelitian kualitatif menuntut suatu penggalian informasi
yang
mendalam berkaitan dengan objek atau permasalahan penelitian,
oleh sebab itu
tidak memungkinkan untuk mengambil subjek penelitian dengan
jumlah yang
banyak. Pada penelitian ini peneliti memilih beberapa informan
yang bertujuan
untuk menggali informasi yang terkait tentang madeung. Informan
dalam
penelitian sangat penting guna memperoleh informasi mengenai hal
– hal yang
menyangkut masalah yang akan di teliti. Dalam penelitian ini
peneliti memilih
informan sebanyak 10 orang, diantranya 2 orang sebagai makblin,
6 orang ibu
yang sudah pernah menjalani masa madeung atau sudah pernah
melahirkan dan 2
orang tokoh gampong.
-
41
41
4.2 Pembahasan
4.2.1 Tentang Pantangan
Menurut ibu Hamidah4 madeung telah memberikan manfaat yang
luar
biasa terutama tenaga setelah melahirkan dan juga membuat tubuh
menjadi
ramping, tidak mudah lelah. Selama beliau melahirkan anak selalu
mengikuti
tradisi madeung ini tanpa melewatkan 1 pantangan dan
anjuran.
Berikut cuplikan hasil wawancara dengan dengan ibu Hamidah:
“ Karena saya sudah berpengalaman waktu melahirkan anak pertama
saya dan
menjalani madeung sehingga pada anak berikutnya saya juga
menjalani
madeung. Menurut saya madeung itu bagus untuk mengembalikan
tenaga tubuh
saya”
Tidak boleh memakan telur ayam apalagi telur bebek karena
akan
berbahaya dan keluar telur (peranakan). Menurut ibu Aminah,
beliau
mempercayai hal itu karena apabila telur dikonsumsi maka akan
keluar seperti
bisul di daerah kepala (saban). Padahal telur banyak mengandung
protein dan
lemak yang sangat dibutuhkan tubuh untuk perkembangan dan
pertumbuhan. Hal
ini tentu perlu diberikan pemahaman lagi yang lebih mendalam
tentang gizi dan
manfaatnya.
4 Ia berumur 46 Tahun, berliau sudah berpengalaman dalam hal
madeung. Merupakan pendudukasli Gampong Cot Lagan dan sudah
bertahun-tahun berdomisili di Gampong Cot Lagan.Wawancara dilakukan
pada tanggal 2 Agustus 2013.
-
42
42
Berikut hasil wawancaranya:
“telur ayam tidak boleh dimakan karena akan tumbuh saban
(seperti bisul
didaerah kepala”
Tidak boleh minum air yang banyak, karena air ketuban tidak
habis keluar,
air susu tidak kental, bayi bisa masuk angin. 70% dari tubuh
kita adalah air, kita
membutuhkan air yang cukup untuk metabolisme tubuh kita.
Bayangkan jika
hanya minum air kurang dari 1 (satu) liter per hari. Tentu
metabolisme tubuh akan
terganggu, akibatnya bisa menimbulkan berbagai penyakit, selain
susah BAB juga
dapat memicu terjadinya wasir.
Hal ini diakui oleh mak blin, mimi dan eva, berikut cuplikan
wawancaranya:
“pada saat menjalani madeung tidak diblehkan minum air yang
banyak,
kalau biasanya 2 gelas setiap makan maka harus dikurangi 1
bahkan setengah
gelas setiap makan”
Nasi yang dimakan porsinya dikurangi, apabilah sebelum
melahirkan
porsinya 1 piring maka setelah melahirkan haruslah setengahnya
atau ditakar
dengan muk air. Sembari makan perut harus terus diikat. Nasi
yang dimakan juga
tanpa gulai dan lauk-pauk. Ikan yang berduri tidak boleh dimakan
seperti udang
karena perut tidak akan sembuh. Sebagai lauk digantikan dengan
menggunakan
lada dan ikan teri yang digonseng, karena ikan teri dan lada
merupakan bahan
makanan yang ringan dan kering dan juga sebagai pengganti cabai
dan protein.
Ibu yang sedang madeung dianjurkan unuk tidak banyak
mengonsumsi
karbohidrat dan protein terutama dari nasi dan ikan-ikan serta
telur. Jumlah nasi
-
43
43
yang dimakan ditakar setiap harinya, apabila hari pertama pasca
melahirkan ibu
diberi makan 1 mangkuk kecil nasi dan setengah gelas air putih
maka seterusnya
selama masa madeung jumlah air dan nasi haruslah tetap sama. Hal
ini dipercaya
mempercepat penyembuhan perut rahim serta perut menjadi langsing
dan tidak
melar. lauk-pauk tidak hanya mengandung karbohidrat dan protein
tetapi juga
mengandung lemak. Lemak dibutuhkan tubuh untuk energi cadangan
akan tetapi
lemak yang berlebih tentu dapat berdampak tidak baik bagi
kesehatan. Disamping
itu ibu madeung juga tidak membutuhkan sumber energi dalam
jumlah yang
banyak karena tidak dalam keadaan bekerja biasanya hanya
istirahat dan
berbaring saja. Apabila dilihat dari sisi kesehatan tentu sangat
merugikan ibu dan
juga bayinya. Ibu membutuhkan cukup sumber gizi untuk air susu
yang akan
diberikan kepada bayinya. Apabila ibu tidak mendapatkan gizi
yang cukup tentu
kualitas air susu akan berkurang. Sementara susu dibutuhkan bayi
untuk
perkembangan dan pertumbuhannya. Maka haruslah diimbangi jangan
terlalu
banyak juga jangan dikurangi sumber makanan untuk ibu yang
sedang madeung.
Akan lebih baik banyak mengkonsumsi protein yang dapat
meningkatkan
kecerdasan anak.
Dari hasil wawancara dengan Mak Ning, Ramlah dan Endang
menyatakan:
“ selama menjalani madeung kami diberikan nasi dan air sangat
sedikit
oleh orang tua kami alasannya supaya cepat sembuh”
-
44
44
Tidak boleh banyak makan buah-buahan seperti pepaya nenas
bahkan
pisang, karena makan tersebut dianggap tajam dan bisa
menyebabkan bruyan
(ambiyen).
Berikut hasil wawancara dengan ibu aminah:
“Boh aneuh ngen boh pisang hanjeut tapajoh seubab boeh
aneuhnyan
tajam, boh pisang meunanoh prut”buah nenas dan pisang tidak
boleh dimakan
karena nenas itu tajam dan pisang itu dapat menimbulkan nanah
diperut”
Buah banyak mengandung serat untuk membantu metabolisme
tubuh.
Buah nenas banyak mengandung Vit. C akan tetapi dikenal cukup
tajam bagi
perut kita. Maka dapat diganti dengan buah yang lainnya seperti
jeruk dan lain-
lain.
4.2.2 Tentang Anjuran
Ditangeh merupakan bagian yang penting dalam prosesi
madeung.
Ditangeh adalah teknik tradisional yang bertujuan untuk
mengeluarkan keringat
dalam tubuh. Adapun tata cara pelaksanaannya ada dua tergantung
keinginan yang
melaksanakannya. Pertama ibu yang sedang madeung dibalut dengan
tikar
sembari dihidupkan api. Setelah itu ibu madeung duduk dekat dan
menghadap api
serta dengan posisi jingkung/jongkong. Kedua, ibu madeung tetap
dibalut dengan
tikar hanya saja api tersebut diganti dengan periuk berisi air
mendidih. Teknik
pelaksanaannya tetap sama yaitu dengan cara jongkok dan
menghadap air yang
panas tersebut, jarak antara periuk dan tubuh disesuaikan dari
panas yang
dirasakan ibu-ibu madeung. Kedua teknik ini bertujuan untuk
mengeluarkan
keringat dalam tubuh, yang dipercaya keringat tersebut
mengandung penyakit.
-
45
45
Hal ini diakui oleh Ibu Ramlah5, menurutnya menjalini proses
ditangeh memang
sedikit sulit dan memberatkan karenanya banyak orang sekarang
menjalani
madeung dengan tidak sempurna atau melawati bagian penting
seperti ditangeh
ini.
Berikut hasil wawancara dengan ibu Ramlah tentang
pengalamannya
selama ditangeh dan ibu aminah”
“Saya pernah ditangeh yaitu dibalutkan dengan selembar tikar
tanpa
menggunakan busana, kemudian menjongkok di atas api kecil
sampai
mengeluarkan keringat yang banyak. Setelah itu badan saya
menjadi lebih
nyaman.”
“bagian dada ditutup dengan pelepah pinang dan dibalut dengan
tikar
kemudian berdiri di atas api sampai keringat mengalir agar tidak
menjadi
penyakit”
Dewasa ini telah banyak praktek-praktek yang hampir serupa
dengan
tangeh dalam prosesi madeung yang dianggap lebih modern, seperti
sauna,
ceragem, heating stone, spa, dan lain-lain. Praktek-praktek
tersebut dianggap
trend dan modern, padahal kita harus merogoh kocek untuk
mengeluarkan uang
dalam jumlah yang tidak sedikit. Banyak dari kita yang hanyut
mengikuti praktek
mewah dan berlabel, yang dianggap bergengsi. Padahal cara-cara
yang dilakukan
di tempat itu, hanyalah mengadopsi dari teknik yang telah lama
ditemukan dan
telah dilakukan oleh nenek moyang (endatu) di bumi serambi
Mekkah ini.
5 Ibu satu anak berumur 22 tahun. Merupakan penduduk asli dan
berdomisili Di Gampong CotLagan dan pernah menjalani ritual
madeung.Wawancara dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2013
-
46
46
Ibu diwajibkan banyak minum ramuan- ramuan obat tradisional
karena
dipercaya dapat membantu penyembuhan. Banyak manfaat yang
didapatkan dari
ramuan-ramuan tradisional, selain alami yaitu tidak melalui
proses kimia, ramuan
tradisional juga tanpa bahan pengawet dan juga mudah didapatkan
dan murah.
Akan tetapi sisi negatifnya yaitu dosis tidak diketahui, kurang
steril tanpa
pemeriksaan terhadap elerrgi obat dal lain-lain.
Berikut hasil wawancara dengan Mak blin mengenai ramuan dan
obat-
obatan tradisional yang diberikan pada saat madeung:
“ Jahe dan air diberikan pada saat mau melahirkan, setelah
lahir
diberikan telur ayam kampung untuk mempercepat keluar
ari-ari”
Perut diikat atau dibalut sehari sekali dengan menggunakan daun
obat
tradisional seperti daun nawah (daun jarak) dan leungeng kaye.
Tujuannya untuk
mencegah kulit perut menjadi melar setelah melahirkan. Perut
yang diikat terus
menerus akan membuat perut menjadi kecil dan langsing sembari
dikurangi
jumlah makanan setiap harinya. Akan tetapi diikat terus-terus
dapat menyebabkan
percernaan terganggu dan juga memberi rasa sakit pada perut yang
diikat.
Di atas kuburan ari-ari harus selalu dihidupkan api agar ari-ari
tersebut
tidak dimakan binatang seperti serangga dan lain-lain. Karena
menurut
kepercayaan apabila ari-ari tersebut dimakan semut maka bayi
menjadi rewel.
Hal ini diakui oleh Ibu Sanan6 karena apabila api tidak
dihidupkan maka jika
6 Berusia 72 tahun dan merupakan penduduk asli Cot Lagan dan
berdomisili di Gampong. Iacukup paham tentang seluk beluk madeung.
Ritual tersebut selaku dilakukan setiap beliaumelahirkan. Wawancara
dilakukan pada tanggal 15 Agustus.
-
47
47
diganggu oleh hewan dan serangga maka anak akan rewel. Hal ini
pernah terjadi
pada beliau.
4.3 Manoe Peut Ploh Peut (Mandi Suci)
Setelah ibu madeung mencapai 44 hari terhitung mulai hari
persalinan
maka dilakukanah mandi aweuh peut ploh peut atau mandi suci.
Menurut ibu
Aminah, beliau menuturkan tentang mandi suci ibu nifas yaitu
dimandikan pada
hari 13 menjelang 14 dan sekali lagi pada hari 43. Mandi Peut
Ploh Peut ini
merupakan mandi suci pada hari ke 44 yaitu pada saat habis masa
Madeung.
Adapun yang memandikan ini adalah makblin itu sendiri disertai
doa mandi nifas
setelah itu dianjurkan untuk berwudhu. Pada saat menginjak tanah
diwajibkan
untuk memberikan salam karena tanah diibaratkan ibu bagi
kita.
Berikut hasil wawancara dengan Mak blin mengenai doa turun
tanah:
“Bunyi dari doa tersebut adalah asalammuala Ibu ku bumi ulon
meutiti di
ateuh gata, silangkah dua langkah neupeumeah wahe poma. Apabila
doa ini
tidak dilafalkan maka tanah akan berteriak karena tubuh kita
masih dalam
keadaan kotor. Pada saat mandi juga diharuskan memberikan salam
pada air
Assamualaikum ibu ku air ulon meusuci dengon gata’’
4.4 Tradisi Pemberian Pisang dan Madu
Setelah bayi baru lahir sudah menjadi kebiasaan mengoleskan madu
dibibir
bayi dan diberikan pisang. Karena menurut paham masyarakat dulu
pisang
merupakan makanan yang ideal untuk bayi. Di Gampong Cot Lagan
pemberian
-
48
48
madu tidak selalu dilakukan dikarnakan madu sedikit sulit
didapatkan. Namun
praktek pemberian pisang masih banyak diikuti oleh ibu-ibu
bayi.
Menurut Nek Keude pemberian pisang pada bayi dapat membuat bayi
menjadi
lebih tenang, badan bayi tidak lembek dan tidak menangis dimalam
hari.
Menurut Nek Keude ASI saja tidak cukup untuk bayi karena bayi
masih lapar
sehingga harus diberikan makanan tambahan. apalagi ibu dari
cucunya yang baru
lahir air susunya tidak keluar sehingga mendukung untuk
pemberian susu formula
dan juga pisang. Pisang yang diberikan dikerok sampai teksturnya
menjadi halus
kemudian diberikan kepada bayi.
Berikut hasil wawancaranya:
“nyo hana tajok boh pisang han ek ta meujaga malam di moe sabe (
kalau
misalnya tidak dikasih pisang, bayi akan menangis terus
sepanjang malam dan
tidak sanggup bergadang”
Beliau mengakui bahwa pisang sangat tidak dianjurkan oleh bidan
medis,
akan tetapi diberikan secara sembunyi dari bidan yang
melarangnya.
Berikut cuplikan wawancara dengan ibu liza:
“pada saat anak saya lahir langsung diberikan pisang oleh ibu
saya agar bayi
tidak menangis karena kelaparan. Meskipun bidan tidak
mebolehkan”
Sedikit perbeda dengan pendapat yang di utarakan oleh Mak ning,
berikut
hasil wawancaranya.
-
49
49
“saya tidak langsung memberi pisang kepada anak saya karena
saya
mengikuti ajaran oleh Bidan Puskesmas, katanya pisang tidak
cocok untuk bayi
baru lahir”
Adapun tatacara pemberian ASI pertama harus dibarengi dengan
doa. Berikut
hasil wawancara dengan ibu Abidah”
“dooanya adalah Summumbuhmum uunyumfahum layubsirum”
Pada saat madeung tangan tidak boleh diangkat keatas bahkan
untuk menyisir
rambut saja tidak boleh dilakukan sendiri kecuali disisir oleh
orang lain karena
akan keluar benjolan menyerupai payudara di area ketiak. Nekdan
(mak blin)
setiap tiga hari pertama pasca melahirkan akan mengurut dengan
air hangat untuk
membatu mengeluarkan air susu.
Gambaran perilaku diatas merupakan bukti bahwa masih
banyaknya
masyarakat yang mengikuti tradisi pemberian pisang pada bayi
karena percaya
bahwa pisang itu cukup baik untuk bayi apalagi perilaku ini
diajarkan oleh nenek
moyang secara terus-menerus dan menurut mereka pemberian pisang
membuat
tubuh menjadi kuat.
Menurut Budi Purnomom; 2004 (dikutip dalam tesis Afifah, masih
banyak
orang tua yang kurang paham akan hal tersebut, yang diterapkan
justru pola yang
ada dalam keluarga dan sudah turun-temurun dilakukan. Padahal
resikonya tidak
sedikit juka bayi diberikan makanan tanpa melalui tahapan.
Pemberian pisang dan
nasi bisa menyebabkan gangguan pada usus, misalnya usus
tersumbat atau
melintir, diding dalam usus berisi jont-jont usus yang
didalamnya berisi enzim
dengan fungsi mengolah makanan yang masuk dalam saluran usus.
Bayi usia
-
50
50
kurang enam bulan biasanya masih sedikit enzimnya, jonjotnya
belum sempurna,
alhasil makanan yang masuk tidak diolah Cuma memberi rasa
kenyang tapi tidak
diserap karena enzim yang bertugas mencerna masih kurang. Kalau
keadaanya
parah bisa terjadi perforasi atau kebocoran, bahkan bisa pecah
karena makanan
padat menumpuk dan tidak bisa hancur di usus.
4.5 Peran Mak Blin dalam Masyarakat
Pada umumnya tiap-tiap satu desa minimal ada seorang bidan
Gampong/mak blin. Mak blin bertugas untuk mengawasi ibu sejak
hamil. Pada
usia kehamilan 5-7 bulan biasanya seseorang ibu yang
menghendaki
persalinannya ditolong oleh mak blin maka ibu tersebut datang
dan menjumpai
mak blin dengan membawa beras 1 bambu dan 1 ekor ayam. Tujuannya
tak lain
supaya kelak persalinanya ditolong makblin tersebut dan
memberitahukan usia
kandungan agar mak blin dapat mengamati juga cepat dalam
membantu
persalinan.
Oleh karena mak blin merupakan penduduk dalam 1 daerah atau
desa
maka akses antara makblin dengan ibu yang akan bersalin semakin
dekat.
Sehingga dapat menolong persalinan dengan cepat. Karena masih
banyaknya
masyarakat yang enggan melahirkan di Puskesmas atau sarana
kesehatan yang
lain dengan berbagai alasan. Sekarang ini mak blin dibekali ilmu
untuk membantu
persalinan oleh Dinas Kesehatan melalui penataran untuk membentu
kelahiran di
Gampong. Mak blin tidak sendiri dalam menolong peralinan akan
tetapi ada bidan
yang mendampingi sehingga jika ada persalinan yang tidak mampu
ditangani
maka maka Bidan/Tenaga Kesehatan akan lebih tanggap dalam
menyikapi
-
51
51
masalah yang ada sesuai diagnosanya. Misalnya apabila terjadi
pendarahan maka
harus segera di rujuk. Mak blin dan Bidan medis sekarang
merupakan mitra dalam
membantu persalinan. Menurun ibu Aminah7 walaupun ia seorang mak
blin yang
sudah bertahun-tahun, sekarang ini beliau enggan membantu
persalinan apabila
tidak didampingi oleh tenaga medis.
Berikut cuplikan wawancaranya:
“Saya hanya melakukan semampu dan sesuai dengan hak saya dan
berdasarkan ilmu saya yang diluar jalur medis, selebihnya saya
serahkan
sepenuhnya pada bidan medis,”
Fungsi bidan medis adalah memeriksa pembukaan mulur rahim,
menyuntik vitamin dan menyambut kelahiran, memotong tali pusat,
memandikan
bayi hingga membedong bayi dan terus memantau kesehatan ibu
hingga hari ke
empat pasca melahirkan. Sedangkan tugas Mak blin adalah
memeriksa perut ibu
jika ada bayi yang sungsang itu bisa di urut untuk dikembalikan
bayi ke posisi
yang normal hanya bisa dilakukan pada usia tiga bulan hingga
usia kehamilan
tujuh bulan, karena jika usia kehamilan diatas tujuh bulan bayi
sudah besar dan
susah dikembalikan ke posisi normal.
4.6 Manfaat dan Sisi Negatif Madeung
Dewasa ini telah banyak praktek-praktek yang hampir serupa
dengan
madeung yang dianggap lebih modern, seperti sauna, ceragem,
heating stone, spa,
dan lain-lain. Praktek-praktek tersebut dianggap trend dan
modern, padahal kita
7 Beliau berusia 60 tahun. Berprofesi sebagai Daula/Mablin yang
telah bekerja kurang lebih 27tahun dalam membantu kelahiran bayi di
Gampong Cot Lagan. Wawancara ini dilakukan padatanggal 27 Juli
2013.
-
52
52
harus merogoh kocek untuk mengeluarkan uang dalam jumlah yang
tidak sedikit.
Banyak dari kita yang hanyut mengikuti praktek mewah dan
berlabel, yang
dianggap bergengsi. Padahal cara-cara yang dilakukan di tempat
itu, hanyalah
mengadopsi dari teknik yang telah lama ditemukan dan telah
dilakukan oleh
nenek moyang kita yaitu Madeung. Ini merupakan manfaat yang
nyata yang
sering tidak kita sadari. Akan tetapi, dalam prakteknya juga
mengandung unsur-
unsur negatif bila di kaitkan dengan kesehatan.
4.7 Obat Selama Menjalani Madeung
Pada saat ibu akan dimandikan pasca melahirkan makan akan
dimandikan
yang dinamai Manoe Wiladah (mandi wiladah). Ibu dimandikan oleh
Nekdan
menggunakan air yang sudah direbus dengan daun jeruk purut,
jeruk nipis dan
lain-lain. Kemudian untuk membersihkan bagian yang luka
menggunkan air
rebusan majagani agar cepat mengkerut dan sembuh. Kemudian
setalah mandi
perut dioleskan air kapur dan jeruk nipis setelah itu perut
diikat untuk
mengembalikan kulit perut seperti sebelumnya.
Lengkuas, jahe dan ketan digongseng sampai hitam kemudian
digiling dan
dioleskan diatas perut. Sesekali diletakkan batu-bata panas yang
dibalut kain agar
mengurangi rasa panas selanjutnya diletakkan diatas perut.
Obat yang diminumkan terdiri dari air kunyit dan jeura eungkot
serta air
asam upaya menyembuhkan bagian dalam rahim. Kemudian ada juga
dari jenis
daun-daunan seperti Oen Jaloh, oen Jempa Oen peudeng itam
deremas kemudian
dimunim airnya setiap pagi.
-
53
53
Setelah hampir empat puluh hari obat yang diberikan adalah
haweuh peut-
ploh peut yang terdiri dari banyak sekali jenis obat. Obat ini
sekarang sangat
mudah didapatkan karena sudah dijual dalam bentuk yang sudah
dikemas menjadi
satu bagian. Obat ini diberikan pada saat obat yang lain sudah
habis, dan
merupakan penutupan dari obat-obat yang sudah digunakan.
-
54
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang perilaku
madeung maka dapat disimpulkan bahwa hampir semua ibu yang
sudah
pernah melahirkan menjalani prosesi madeung. Akan tetapi tidak
semua ibu-
ibu mematuhi pantangan dan anjuran selama madeung. Reaksi yang
diberikan
terhadap pantangan dan anjuran madeung berbeda-beda, alasannya
tergantung
kepatuhan serta kemauannya dalam menyikapi setiap aturan,
kepercayaan dan
mitos yang ada dalam madeung. Karena banyak yang mengakui
apabila
melanggar pantangan dan anjuran mereka cenderung takut dengan
akibat
yang akan ditimbulkan dikemudian hari dari pengakuan nenek-nenek
dan
para orang tua yang sudah pernah mempunyai pengalaman
sebelumnya
tentang madeung.
Perilaku madeung pada dasarnya mengandung dua asumsi yaitu
positif dan negatif. Setiap bagian dari pelaksanaan madeung
mengandung
banyak unsur positif, secara tidak langsung menjadi alternatif
pengobatan
bahkan menjadi dasar banyak pengobatan modern seperti sauna,
mandi uap
dan lain. Akan tetapi dalam pantangannya perlu dibarengi
dengan
pengetahuan kesehatan yang cukup agar kebutuhan makanan dan gizi
dapat
terpenuhi.
-
55
55
5.2 Saran
1. Disarankan kepada ibu-ibu yang baru melahirkan dan akan
menjalani
ritual madeung agar mempunyai ketegasan sendiri dalam
menentukan
pilihannya mengenai kesehatan diri, terutama menyangkut
kecemasan
terhadadap pantangan dan anjuran yang harus dilakukan.
2. Ada baiknya ibu nifas berkonsultasi dengan tenaga kesehatan
seperti
Bidan menyangkut kesehatan diri, baik makanan, kebersihan
bahkan
bagian mana yang diperbolehkan mengikuti anjuran madeung.
-
56
56
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik. Edisi RevisiVI. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Eka, S dan Inayatillah (ed) 2009, Perempuan Dalam Masyarakat
Aceh :Memahami Beberapa Persoalan Kekinian, Logika – Arti – Puslit
IAINAr-Raniry, Banda Aceh.
Hadari, Nawawi, 1987, Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta :
Gajah MadaUniversity Press.
Mulyana Deddy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT
RemajaRosdakarya.
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.
Jakarta : RinekaCipta.
Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Cet.ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Meodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka
Cipta : Jakarta
Sugiono. 2012. Metode Penelititian Kuantitatif Kualitatif dan R
& D. Bandung :Alfabeta
Sugiono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung :
Alfabeta
Siswono. 2001, Makanan Tambahan Buatan Sendiri yang Meragukan.
MediaIndonesia : Jakarta
Skripsi/Tugas akhir Devie Yusmeta dengan judul Perempuan Aceh
dalam MitosKehamilan tahun 2012 FKM-UTU
Tesis Afifah dengan Judul Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian
Air Susu IbuEksklusif di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh
Barat Tahun2009 FKM-USU
http://tambeh.wordpress.com/2010/12/24/sale-dan-madeueng-dalam-tradisi-pengobatan-di-aceh/
(Catatan: 1. Sumber, Harian Serambi IndonesiaBanda Aceh, Minggu, 5
Desember 2010, halaman Budaya). * T.A.Sakti, pemerhati obat
tradisional.
http://lensa.unmuha.ac.id/index.php/component/content/article/40-liputan-khusus/119-tradisi-sale-dan-madeungOleh
: Nurul Izzatilensaummuha, 27November 2011, diaksestanggal 11 Maret
2013
-
57
57
http://dewasastra.wordpress.com/tag/perilaku-adalah/ .
dewasastra diakses padatanggal 23 Desember 2012
http://catatankuliahnya.wordpress.com/2008/12/16/ilmu-perilaku/,
23 Desember2012 oleh Nilna R.Isna, diakses pada tanggal
http://kbbi.web.id/perempuan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) Kamusversi online/daring (dalam jaringan), diakses tanggal 4
april 2013
http://www.geocities.ws/klinikikm/pendidikan-perilaku/domain-perilaku.htmdiakses
tanggal 4 April 2013.