Top Banner

of 30

oxyuris vermikularis

Jan 06, 2016

Download

Documents

oxyuris vermikularis
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI1DAFTAR GAMBAR2ENTEROBIASIS ATAU OXYURIASIS31.Definisi32.Epidemiologi53.Etiologi74.Penularan dan Penyebaran135.Faktor Resiko176.Patologi207.Manifestasi Klinis228.Penegakan Diagnosis23Anamnesis23Pemeriksaan Fisik23Pemeriksaan Penunjang239.Terapi2510.Komplikasi2711.Prognosis2812.Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier28DAFTAR PUSTAKA30

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Infeksi Enterobicus vermicularis (Ideham,2007)3Gambar 2. Enterobius vermicularis (makroskopis) (Prasetyo, 2013)7Gambar 3. Perbandingan nematoda jantan dan betina8Gambar 4. Perbandingan Enterobius vermicularis jantan dan betina9Gambar 5. Enterobius vermicularis dewasa dan telur9Gambar 6. Gambaran Cervical alae cacing betina10Gambar 7. Gambaran cervical alae dan bulbus esofagus cacing betina10Gambar 8. Gambaran copulatory spiculae dan bulbus esofagus cacing jantan11Gambar 9. Gambaran cacing betina11Gambar 10. Gambaran telur12Gambar 11. Perbandingan ukuran telur dan cacing dewasa12Gambar 12. Skema daur hidup Enterobius vermicularis14Gambar 13. Siklus hidup Enterobius vermicularis15Gambar 14. Cara penularan Enterobius vermicularis16Gambar 15. Patologi enterobiasis21

ENTEROBIASIS ATAU OXYURIASIS1. DefinisiPenyakit enterobiasis atau oxyuriasis atau yang biasa dikenal dimasyarakat dengan kremian adalah penyakit infeksi pada usus manusia dengan gejala gatal pada daerah perianal dan peritonium pada malam hari yang disebabkan oleh agen cacing kremi yang memiliki nama lain seperti oxyuris vermicularis, Enterobius vermicularis,dan pinworm. (Ideham,2007).

Gambar 1. Infeksi Enterobicus vermicularis (Ideham,2007)Oxyuris vermicularis dapat diklasifikasikan menjadi : (Levina,1994)Kingdom : Animalia Filum : NemathelminthesKelas: NematodaSub-kelas: PhasmidiaOrdo : RabtidiaSubordo: Oxyurata Superfamilia: Oxyuricae Familia: Oxyuridae Genus : Oxyuris atau EnterobiusSpesies: Oxyuris vermicularis atau Enterobius vermicularisHasil survei Subdit Diare Kemenkes RI tahun 2002 dan 2003 di 40 sekolah dasar di 10 provinsi menunjukkan prevalensi kecacingan yang berkisar antara 2,2% - 96,3%. Dengan kata lain masih ada area yang memiliki prevalensi kecacingan cukup tinggi. (Sutanto,2011)

2. EpidemiologiParasit ini kosmopolit artinya parasit ini memiliki areal penyebaran yang luas (terdapat di mana-mana ) tetapi lebih banyak ditemukan di daerah dingin dari pada daerah panas. Hal ini dapat disebabkan pada umumnya orang di daerah dingin memiliki kebiasaan jarang mandi karna suhu yang dingin yang kemudian dapat menyebabkan jarangnya mengganti baju dalam. (Sutato,2011). Selain itu, telur cacing juga rusak pada temperatur 45C dalam waktu 6 jam. Udara yang dingin dan ventilasi yang jelek merupakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan telur cacing. Pada daerah tropis insidensi lebih sedikit oleh karena cukupnya sinar matahari, udara panas, sehingga pertumbuhan telur terhambat, sehingga dapat dikatakan penyakit ini lebih berhubungan dengan iklim dan kebiasaan daripada dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi masyarakat. Merupakan infeksi cacing yang paling umum di Amerika Serikat (sekitar 40 juta orang yang terinfeksi). (Ideham,2007).Penyebaran cacing ini juga sangat dipengaruhi oleh eratnya hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya serta lingkungan yang sesuai. Penyebaran cacing kremi lebih luas daripada cacing lain. Penularan yang terjadi pada keluarga atau kelompok yang hidup dalam suatu lingkungan yang sama sangat cepat. Telur cacing dapat diisolasi dari debu di ruangan dan menjadi sumber infeksi bagi orang lain. Di berbagai rumah tangga dengan beberapa anggota keluarga yang mengandung cacing kremi, telur cacing dapat ditemukan (92%) di lantai, meja, kursi, bufet, tempat duduk, bak mandi, alas kasur, pakaian dan kasur. Hasil penelitian menunjukkan angka prevalensi pada berbagai golongan manusia 3%-80%. Penelitian di Jawa Timur melaporkan bahwa kelompok usia terbanyak yang menderita enterobiasis adalah kelompok usia 5-9 tahun yaitu pada 46 anak (54,1%) dari 85 anak yang diperiksa. (Sutato,2011). Penyakit Enterobius vermicularis relatif jarang terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun. (Ideham,2007). Tingkat higene perorangan yang rendah dan penularan dari teman sekolah atau bermain merupakan faktor yang meningkatkan angka infeksi. Infeksi sering terjadi pada keluarga besar, di asrama atau panti asuhan dimana anak-anak lebih banyak daripada dewasa. Penularan Enterobius vermicularis umumnya juga terjadi pada keluarga anak-anak yang terinfeksi dan orang-orang yang membersihkan kamar tidur dan baju penderita lebih beresiko terinfeksi. (Ideham,2007).Penularan dapat dipengaruhi oleh kebiasaan penderita seperti : (Sutato,2011).1. Kebiasaan menggaruk daerah perianal (autoinfeksi) dengan tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain maupun kepada diri sendiri karena memegang benda-benda maupun pakaian yang terkontaminasi.2. Banyaknya debu dirumah yang merupakan sumber infeksi karena mudah diterbangkan oleh angin sehingga telur melalui debu dapat tertelan.3. Kebiasaan memelihara binatang seperti anjing dan kucing dan binatang peliharaan lainnya tidak mengandung cacing kremi tetapi dapat menjadi sumber infeksi oleh karena telur dapat menempel pada bulunya. (Ideham,2007)Frekuensi kejadian kasus enterobiasis di Indonesia tinggi, terutama pada anak dan lebih bayak ditemukan pada golongan ekonomi rendah . Frekuensi pada orang kulit putih lebih bayak daripada kulit negro. (Ideham,2007).

3. EtiologiDisebabkan oleh cacing Enterobius vermicularis atau Oxyuris vermicularis mempunyai ukuran kecil, berwarna putih, bentuk mirip hasil parutan kepala. Ada yang mengatakan bahwa bentuk cacing Enterobius Vermicularis ini menyerupai jarum sehingga disebut sebagai pinworm. Karena mudahnya penularan dari satu orang ke orang lain, Enterobius Vermicularis disebut juga sebagai seat warm. Di Indonesia umumnya disebut Cacing Kremi. (Prasetyo, 2013)

Gambar 2. Enterobius vermicularis (makroskopis) (Prasetyo, 2013) Cacing Enterobius Vermicularis jantan lebih kecil dan lebih pendek dibanding cacing betina. Cacing jantan berukuran panjang 2-5 mm, sedang cacing betina mencapai panjang 13 mm dengan lebar 0,4 mm. Di bagian anterior tubuh Enterobius Vermicularis terdapat pelebaran kulit yang menyerupai sayap yang disebut cervical alae. Mulut terdiri dari 3 bibir yang dapat ditarik ulur, dan tidak mempunyai rongga mulut. Pada bagia bulbus esofagusnya jelas sekali, Esofagus dilengkapi bulbus esofagus. Bagian posterior Enterobius Vermicularis betina lurus dan berujung runcing, sementara pada cacing jantan melengkung ke ventral seperti bentuk tanda tanya (?) dan dilengkapi spikulum. (Prasetyo, 2013).Pada bagian ekor juga dapat ditemukan papil dan spikula. (Prastyo, 2011). Makanan dari cacing ini adalah isi perut. (Sutato,2011). Alat reproduksi cacing jantan terdapat pada bagian ujung ekornya disebut copulatory spiculae. Alat reproduksi cacing betina, vulva terletak di tengah tubuh bagian ventral dan vagina memanjang ke posterior. (Ideham,2007). Cacing betina memiliki dua ovarium (Levina,1994).

Gambar 3. Perbandingan nematoda jantan dan betina

Gambar 4. Perbandingan Enterobius vermicularis jantan dan betina

Gambar 5. Enterobius vermicularis dewasa dan telur

Gambar 6. Gambaran Cervical alae cacing betina

Gambar 7. Gambaran cervical alae dan bulbus esofagus cacing betina

Gambar 8. Gambaran copulatory spiculae dan bulbus esofagus cacing jantan

Gambar 9. Gambaran cacing betina (CDC). Cacing jantan jarang ditemukan karna cacing jantan mati setelah kopulasi dan hancur ketika masih berada di usus besar. Cacing Enterobius Vermicularis betina bertelur (ovipar). Bentuk telur asimetris, mirip kue pukis, berdiameter 50-60 m. Berkulit tipis nampak seperti garis ganda, pada saat dikeluarkan dari tubuh cacing betina telur sudah berisi embrio. (Prasetyo, 2013). Uterus cacing yang gravid melebar dan penuh telur. Cacing betina yang gravid mengandung 11.000-15.000 telur. Telur jarang dikeluarkan di usus, sehingga jarang ditemukan di dalam tinja. Telur berbentuk lonjong dan lebih datar pada satu sisi (asimetrik). Dinding telur bening dan agak lebih tebal dari dinding telur cacing tambang. Telur menjadi matang dalam 6 jam setelah dikeluarkan. Telur resisten terhadap desinfektan dan udara dingin. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13 hari. (Sutato,2011)

Gambar 10. gambaran telur

Gambar 11. Perbandingan ukuran telur dan cacing dewasa

4. Penularan dan Penyebaran Manusia bertindak sebagai satu-satunya inang, dan cacing dewasa Enterobius Vermicularis tinggal dan hidup di lumen usus besar terutama di sekum dan di kolon assenden, dengan jalan menempel di mukosa usus. Bentuk infektif dari Enterobius Vermicularis terutama berupa telur, tetapi pada kondisi tertentu dapat berupa larva Enterobius Vermicularis. (Prasetyo, 2013) Infeksi cacing Enterobius Vermicularis dapat terjadi baik per-oral, per-inhalasi, autoinfeksi, maupun secara retrofeksi. Infeksi pada manusia yang terjadi per-oral, dari tangan ke mulut (hand to mouth) , telur yang tertelan melalui tangan yang terkontaminasi telur, baik secara autoinfeksi (setelah penderita menggaruk) maupun secara heteroinfeksi melalui tangan yang terkontaminasi telur dari penderita / tempat lain. Telur yang tertelan akan masuk ke usus halus dan kemudian bergerak ke usus besar sambil berkembang menjadi cacing dewasa. (Prasetyo, 2013)Heteroinfeksi dapat terjadi pula secara perinhalasi. Telur yang menempel pada pakaian penderita atau pada alas tidur dapat menyebar pada saat dikibaskan dan telur yang berterbangan dapat terhirup yang kemudian tertelan masuk ke usus halus dan ke usus besar dan berkembang menjadi cacing dewasa. Karna itu mudah dimengerti mengapa kondisi tempat tinggal dengan banyak penghuni dan pengap akan memudahkan penularan Enterobiasis. (Prasetyo, 2013)Telur yang berada di daerah perianal atau di perineum apabila tidak segera dibersihkan maka dalam beberapa jam sudah bisa menetas menjadi larva dan larva yang menetas akan bisa masuk kembali melalui anus (retrofeksi) dan dapat berkembang menjadi cacing dewasa di lumen usus besar. (Prasetyo, 2013).

Gambar 12. Skema daur hidup Enterobius vermicularisWaktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah perianal, berlangsung 2 minggu sampai 2 bulan. Mungkin daurnya hanya berlangsung 1 bulan karena telur cacing dapat ditemukan kembali pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan. (Sutato,2011). Jangka hidup cacing dewasa kurang dari dua bulan. (Ideham,2007)

Gambar 13. Siklus hidup Enterobius vermicularisDapat disimpulkan , pemindahan telur pada manusia dapat terjadi karena : (Irianto,2013)1. Melalui infeksi (autoinfeksi) seperti pada anak-anak yang menggaruk anal yang gatal yang sudah mengandung telur dan kemudian memasukkan tangan ke mulut, menjilat dan mengisap tangan yang sudah berkonsentrasi.2. Melalui kontak langsung dari manusia ke manusia pada waktu berpegangan tangan terutama anak-anak sekolah3. Melalui pernafasan yang berasal dari debu, seperti dengan udara pernafasan yang menyebabkan seluruh famili dapat terinfeksi. Demikian juga seluruh kelas dengan cara yang sama dapat terinfeksi4. Secara retrofeksi, yaitu larva yang menetas didaerah sekitar anus dapat lagi masuk kembali melalui anus.

Gambar 14. Cara penularan Enterobius vermicularisHipokrates telah menyampaikan bahwa cacing ini bergerak pada malam hari. Suatu sebab sering terjadinya kasus pada manusia, karena telur yang baru keluar dalam waktu beberapa jam telah mempunyai larva yang infeksius. Sehingga sangat memungkinkan infeksi menyebar ke orang-orang yang berdekatan dengan penderita. (Prasetyo, 2002)

5. Faktor ResikoFaktor resiko yang berhubungan dengan enterobiasis adalah sebagai berikut: IklimEnterobiasis lebih umum di daerah dingin.Pada daerah tropis insiden lebih sedikit karena cukupnya sinar matahari dan udara panas. Telur menjadi rusak karena sinar matahari dan radiasi sinar ultraviolet. Telur cacing kremi dapat bertahan pada lingkungan di dalam rumah/gedung selama 2-3 minggu. Hygiene dan sanitasiKondisi sanitasi lingkungan, kebersihan pribadi yang buruk dan kesadaran akan kebersihan yang masih rendah merupakan faktor risiko enterobiasis. Kelompok umurkelompok usia terbanyak yang menderita enterobiasis adalah kelompok usia 5-9 tahun Kepadatan pendudukDaerah pemukiman yang padat memudahkan terjadinya penularan penyakit enterobiasis melalui debu yang diterbangkan oleh angin dan memungkinkan terjadinya infeksi pada suatu institusi/keluarga. Kondisi sosial ekonomiKecacingan banyak terdapat di daerah miskin/kondisi sosial ekonomi yang rendah. Kebiasaan diriAnak dengan Kebiasaan mandi buruk, Kebiasaan mengganti pakain dalam buruk, Kebiasaan mengganti alas tidur buruk , Kebiasaan memotong kuku buruk, Kebiasaan Mencuci tangan buruk lebih beresiko terkena enterobiasis. Keadaan Rumah Rumah dengan sinar matahari, jenis lantai kamar tidur, adanya ventilasi, jendela buruk lebih beresiko terkena enterobiasis.Segitiga epidemiologi digunakan oleh para ahli dalam menjelasakan konsep berbagai permasalahan kesehatan termasuk salah satunya adalah terjadinya penyakit. Hal ini sangat komprehensif dalam memprediksi suatu penyakit. Terjadinya suatu penyakit sangat tergantung dari keseimbangan dan interaksi ke tiganya.segitiga epidemiologi enterobiasis sendiri sebagai berikut.a) agentAgent merupakan penyebab penyakit, dapat berupa makhluk hidup maupun tidak hidup. Agent penyakit enterobiasis ini tentu saja adalah Enterobius vermicularis.b) hostHost atau penjamu ialah keadaan manusia yang sedemikan rupa sehingga menjadi faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Manusia merupakan satu-satunya host bagi Enterobius vermicularis. Faktor penjamu yang biasanya menjadi faktor untuk timbulnya suatu penyakit sebagai berikut: UmurAnak-anak lebih rentan terkena penyaki. Cacing ini sebagian besar menginfeksi anak-anak, meski tak sedikit orang dewasa terinfeksi cacing tersebut. Semua umur dapat terinfeksi cacing ini dan prevalensi tertinggi terdapat pada anak-anak. (CDC) Jenis KelaminDitemukan anak laki-laki lebih banyak yaitu sebesar 48,8% dibandingkan dengan anak perempuan. (CDC) Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari hostsendiriPenyakit ini sangat erat hubungannya dengan keadaan sosial-ekonomi, kebersihan diri dan lingkungan. Tingkat enterobiasis juga dipengaruhi oleh jenis aktivitas atau pekerjaan. Semakin besar aktivitas yang berhubungan atau kontak langsung dengan lingkungan terbuka maka semakin besar kemungkinan untuk terinfeksi. Selain itu, prevalensi enterobiasis berhubungan dengan status ekonomi dan kebersihan lingkungan enterobiasis semakin tinggi pada kelompok sosial ekonomi kurang dan kebersihan lingkungan buruk, dibandingkan kelompok sosial ekonomi dan kebersihan lingkungan yang sedang dan baik c) LingkunganPenyebaran enterobiasis lebih banyak terjadi pada daerah dengan hawa dingin. Penularan enterobiasis lebih sering terjadi antar keluarga dan kelompok dalam suatu lingkungan yang sama. Penularannya dipengaruhi oleh debu dan penularan dari mulut ke tangan.

6. Patologi Enterobiasis relatif tidak berbahaya, jarang menimbulkan lesi yang berarti. Gejala kinis yang menonjol disebabkan iritasi di sekitar anus, perineum dan vagina oleh cacing betina gravid yang bermigrasi ke daerah anus dan vagina sehingga menyebabkan pruritus lokal. Infeksi cacing kremi terjadi bila menelan telur matang atau bila larva dari telur yang menetas di daerah perianal bermigrasi kembali ke usus besar. Bila telur matang yang tertelan, telur menetas di duodenum dan larva rabditiform berubah dua kali sebelum menjadi dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum. (Sutato,2011) Cacing dewasa tinggal di lumen usus besar. Kopulasi cacing jantan dan betina mungkin terjadi di sekum. Setelah kopulasi cacing jantan mati, cacing betina gravid dan dapat mengandung sebanyajk 11.000-15.000 telur. Hal yang khas dan berbeda dengan cacing usus yang lain adalah apabila akan bertelur, waktu malam hari cacing betina akan bergerak ke luar lewat anus dan meletakkan telur di daerah perianal dan perineum. Saat bertelur dilakukan malam hari, karena perbedaan suhu diperlukan cacing Enterobius Vermicularis untuk kontraksi uterus pada saat akan mengeluarkan telur. (Prasetyo, 2013). Selain karena kontraksi uterus dan vagina di bawah rangsangan suhu rendah dan lingkungan aerob. Lima sampai enam jam kemudian dalam telur berubah menjadi larva dan siap mengadakan infeksi. Telur dalam keadaan lembab akan dapat bertahan hidup dalam waktu 13 hari. Setelah bertelur,cacing betina akan mati. (Irianto,2013)Rangsangan mekanik dari migrasi cacing dan iritasi lokal oleh cacing atau deposit telur menyebabkan rasa gatal di sekitar anus. Garukan dari penderita di sekitar anus menyebabkan tangan terkontaminasi telur yang menyebabkan autoinfeksi eksternal dan telur menyebar ke lingkungan sekitar. (Ideham,2007)Cacing dawasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal sampai ke lambung esofagus dan hidung sehingga menyebabkan gangguan di daerah tersebut. Setelah kopulasi cacing betina mati atau dapat bermigrasi dan pada penderita wanita dapat masuk ke liang vagina. Selain itu, cacing sering ditemukan di apendiks tetapi jarang menyebabkan apendisitis. (Sutato,2011)

Gambar 15. Patologi enterobiasis

7. Manifestasi KlinisGejala yang terjadi terutama akibat keberadaan telur yang diletakkan cacing di daerah perianal, berupa : Pruritus noctural perianal, rasa gatal pada malam hari di daerah perianal yang dapat meluas di daerah perineum, yang menyebabkan sulit tidur. (Prasetyo, 2013) Rasa gatal pada anus kadang sampai rasa nyeri. (Ideham,2007) Terjadi gangguan tidur. (Ideham,2007) Gatal menyebabkan seringkali daerah ini digaruk dan dapat timbul infeksi sekunder yang dapat menyisakan luka bekas garukan dan borok didaerah bokong. (Prasetyo, 2013) Iritasi pada sekitar anus, kadang sampai terjadi perdarahan. (Ideham,2007) Kurang nafsu makan (Sutato,2011) Berat badan turun(Sutato,2011) Cepat marah (Sutato,2011) Aktivitas meninggi, gigi menggeretak, insomnia (Sutato,2011) Gejala lain termasuk sakit perut, anoreksia, dan masturbasi. (Sutato,2011)

8. Penegakan Diagnosis Anamnesis Adanya keluhan gatal di sekitar anus pada waktu malam hari. (Sutato,2011). Keluhan gatal dapat sampai timbul rasa nyeri. (Ideham,2007) Karena penularan enterobiasis terjadi dengan mudah diantara penghuni rumah, maka bila salah satu penghuni rumah diketahui menderita enterobiasis, penghuni yang lain yang dicurigai menderita enterobiasis sebaiknya dilakukan pemeriksaan (Prasetyo, 2013) Terjadi gangguan tidur. (Ideham,2007)Pemeriksaan Fisik Terlihat sisa luka bekas garukan dan borok didaerah bokong. (Prasetyo, 2013) Menemukan telur di bawah kuku penderita. (Ideham,2007) Menemukan cacing dewasa yang mengadakan migrasi ke luar dari anus terutama pada malam hari. (Ideham,2007). Pemeriksaan Penunjang Anal swab dengan cara selotip (scatch adhesive tape), diagnosis akan mudah ditegakkan apabila pada saat pemeriksaan anal swab ditemukan cacing Enteribius betina sedang bertelur. (Prasetyo, 2013). Anal swab dilakukan pada pagi hari sebelum anak buang air besar dan mencuci pantat (cebok). Anal swab dapat dilakukan dengan suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya diletakkan scotch adhesive tape. Bila adhesive tape ditempelkan di daerah sekitar anus, telur cacing akan menempel pada perekatnya. Kemudian adhesive tape diratakan pada kaca benda dan di bubuhi sedikit toluol untuk pemeriksaan mikroskopik dengan pembesaran 10 x. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan tiga hari berturut-turut. (Sutato,2011) Pemeriksaan tinja, pemeriksaan dengan menggunakan spesimen tinja bukan prioritas utama, karena bila dalam pemeriksaan tinja ditemukan telur Enterobius, penemuan ini merupakan yang kebetulan saja, dimana telur menempel didaerah perianal, terbawa tinja saat penderita buang air besar. (Prasetyo, 2013). Biasanya dalam pemeriksaan tinja ditemukan cacing dewasa (Prasetyo, 2002). Cacing kremi dapat dilihat secara makroskopis atau dengan mata telanjang pada anus penderita,terutama dalam waktu 1-2 jam setelah tertidur pada malam hari. Cacing kremi berwarna putih dan setipis rambut mereka aktif bergerak. (Prasetyo, 2013). Pemeriksaan colonoskopy juga dapat dilakukan pada kasus yang diduga Enterobiasis, dan pemeriksaan ini dilakukan pada malam hari. (Prasetyo, 2013)

9. TerapiSebenarnya pada kasus enterobiasis tidak perlu pemberian obat, mengingat cacing jantan Enterobius vermicularis mati setelah kopulasi dan cacing betina mati setelah bertelur. Hal yang penting pada kasus enterobiasis adalah mencegah kejadian autoinfeksi, heteroinfeksi,dan retrofeksi. Salah satu cara jitu dan sederhana yang pernah dilakukan oleh orang tua kita terdahulu apabila menjumpai anak rewel di malam hari karena Kremian maka diambil kapas yang dibasahi dengan minyak kelapa kemudian dioleskan di daerah anus dan sekitarnya. Dengan cara ini telur atau bahkan cacing betina Enterobius vermicularis yang masih berada di daerag perianal akan melekat terbawa kapas yang dioleskan, dan anak menjadi tenang kembali, sekaligus tanpa disadari cara ini merupakan upaya mencegah kejadian retrofeksi dan autoinfeksi. (Prasetyo, 2013)Apabila upaya pencegahan tidak dapat dilakukan dengan baik, maka beberapa obat seperti Mebendazol 100 mg dan diulang setelah 2-4 minggu , Albendazol 400 mg, dan Pirantel pamoat 10 mg/ kg BB dosis tunggal dan diulang setelah 2-4 minggu merupakan antihelmintik yang efektif untuk enterobiasis. (Prasetyo, 2013). Mebendazol efektif terhadap semua stadium perkembangan cacing kremi, sedangkan pirantel dan piperazin dalam dosis tunggal tidak efektif terhadap telur. (Sutato,2011). Karena sering terjadi reinfeksi, maka pengobatan perlu diulang sampai penderita terbebas dari infeksi. (Ideham,2007)Pengobatan secara periodik memberikan prognosis yang baik. Adapun obat-obat yang dapat diberikan antara lain: (Katzung, 2010)1. MebendazolMebendazol menghambat sintesis mikrotubulus nematoda, sehingga mengganggu ambilan glukosa yang irreversibel. Akibatnya parasit intestinal diimobilisasi atau mati secara perlahan, dan bersihannya dari saluran cerna mungkin tidak lengkap sampai beberapa hari setelah pengobatan. Efikasi obat ini bervariasi dengan waktu transit saluran cerna, beratnya infeksi, serta apakah obat ini dikunyah atau tidak, dan mungkin dengan strain parasit. 2. AlbendazolAlbendazol menghambat ambilan glukosa oleh larva dan parasit stadium dewasa yang rentan, mengurangi penyimpanan glikogen dan menurunkan pembentukan ATP. Sebagai akibatnya, parasit diimobilisasi dan mati. 3. Pirantel pamoatPirantel pamoat efektif terhadap cacing bentuk matur atau imatur yang rentan dalam saluran cerna tetapi tidak efektif terhadap stadium migrasi dalam jaringan. Obat ini merupakan agen penghambat depolarisasi neuromuskular yang menyebabkan pelepasan asetilkolin, menghambat kolinesterase, dan merangsang reseptor ganglionik.

10. KomplikasiBeberapa komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi enterobiasis adalah : Gatal menyebabkan seringkali daerah perianal dan peritonium digaruk dan dapat timbul infeksi sekunder. (Prasetyo, 2013) Pada laki-laki dewasa aktifitas menggaruk daerah perianal dan perineum menimbulkan rasa nyaman yang berlanjut pada masturbasi. (Prasetyo, 2013) Pada bayi gejala pruritus dapat menimbulkan gangguan emosional di kemudian hari yang manifestasinya dapat berupa anak menjadi cepat marah atau menggertak gigi pada saat tidur. (Prasetyo, 2013) Pada wanita perlu diperhatikan karena cacing setelah bertelur dapat bermigrasi masuk ke liang vagina dan berakibat vulvaginitis dengan keluhan flour albus (keputihan). Cacing yang masuk ke liang vagina bila terus ke uterus masuk ke rahim dan tuba fallopii yang berakibat salphingitis. Karena itu pada anak wanita dengan keluhan mengalami keputihan dan terdapat luka bekas garukan atau beberapa borok di daerah bokonh harus difikirkan kemungkinan enterobiasis. Kondisi ini sangat berbahaya, terutama pada wanita usia subur, sebab dapat menyebabkan kemandulan.(Prasetyo, 2013). Pada wanita dapat juga terjadi komplikasi seperti infeksi traktus urinarius, enuresis dan inkontinensia urin. (Prasetyo, 2013) Cacing Enterobius vermikularis yang berada di lumen usus besar dapat bermigrasi ke apendiks, meskipun jarang tetapi dapat berakibat apendisitis. (Prasetyo, 2013). Adanya cacing dewasa pada mukosa usus juga akan menimbulkan iritasi dan trauma sehingga dapat menyebabkan terjadinya ulkus kecil pada usus. (Ideham,2007)

11. PrognosisPengobatan secara periodik memberikan prognosis yang baik. (Sutato,2011)12. Pencegahan Primer, Sekunder dan TersierPencegahan primerPencegahan primer adalah pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit belum mulai (pada periode pre-patogenesis) dengan tujuan agar tidak terjadi proses penyakit. Tindakan yang dilakukan yaitu:Health promotion Pendidikan kesehatan melalui penyuluhan seputar penyakit enterobiasis. Pendidikan kesehatan melalui penyuluhan agar masyarakat mampu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.Spesific protection Mencuci sayur dan menyiram dengan air hangat sebelum dikonsumsi terutama untuk lalapan Mencuci tangan sebelum makan Penyediaan air bersih yang cukup Menjaga higine perorangan. (Ideham,2007) Mengganti pakaian setiap hari dan pakaian harus dicuci bersih. (Sutato,2011) Pakaian terutama pakaian dalam setelah dipakai jangan digantung atau ditumpuk, apabila tidak segera dicuci atau mau dipakai lagi, maka lebih baik dijemur. (Prasetyo, 2013) Kuku hendaknya selalu dipotong pendek, tangan dicuci bersih sebelum makan. (Sutato,2011) Membersihkan toilet secara teratur (Sutato,2011) Anak-anak dianjurkantidak bermain di tanah yang lembab dan kotor. (Sutato,2011) Menghindari kepengapan dirumah dengan membuat jendela, atau pemberiangenting kaca agar sinar matahari menembus langsung ke ruangan. (Prasetyo, 2013) Alas tidur yang telah dipakai jangan dikibas untuk menghindari telur yang menempel pada alas tidur berterbangan dan menginfeksi secara per-inhalasi, namun sebaiknya dilakuakn penjemuran, karena telur akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung. (Prasetyo, 2013). Mensterilkan alat tidur juga dapat dengan merendam dalam air mendidih supaya telur cacing yang ada mati. (Ideham,2007) Anak yang terinfeksi sebaiknya memakai celana panjang jika tidur supaya alas kasur tidak terkontaminasi dan tangan tidak dapat menggaruk perianal. (Sutato,2011)Pencegahan sekunderPencegahan sekunder yaitu pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah berlangsung (patogenesis) dengan tujuan proses penyakit tidak berlanjut. Tindakan yang dilakukan yaitu: Memeriksakan langsung ke dokter Screening Pengobatan dengan mebendazol 100 mg dan diulang setelah 2-4 minggu , Albendazol 400 mg, dan Pirantel pamoat 10 mg/ kg BB dosis tunggal dan diulang setelah 2-4 minggu merupakan antihelmintik yang efektif untuk enterobiasisPencegahan tersierPencegahan tersier bertujuan untuk menghalangi perkembangan ketidak mampuan kondisi atau gangguan sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut dan mengadakan rehabilitasi. Tindakan yang dilakukan yaitu: Rehabilitation: Memberi asupan gizi yang seimbang untuk meningkatkan daya tahan tubuhDAFTAR PUSTAKAPrasetyo,H. 2013. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Parasit Usus. Jakarta : Sagung SetonSutato,I., Ismid,I., Sjarifuddin, P., Sungkar, S. 2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas IndonesiaIdeham,B., Pusarawati,S. 2007. Helmintologi Kedokteran.Surabaya : Airlangga University PressPrasetyo,R. 2011. Atlas Berwarna Helmintologi Kedokteran.Surabaya : Airlangga University PressIrianto, K. 2013. Parasitologi Medis. Bandung : AlfabetaLevine,N. 1994. Textbook of Veterinary Parasitology. Yogyakarta : Gajah Mada University PressPrasetyo,R. 2002. Pengantar Praktikum Helmintologi. Surabaya: Airlangga University PressKatzung, G.Betram. 2010. Farmakologi dasar dan klinik, Edisi 10. Jakarta: Salemba MedikaBlok 4.1 Elektif (Infeksi Tropis)Page 19