BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses menua merupakan suatu proses normal yang ditandai dengan perubahan secara progresif dalam proses biokimia, sehingga terjadi kelainan atau perubahan struktur dan fungsi jaringan, sel dan non sel. (Widjayakusumah, 1992). Berbagai perubahan fisik dan psikososial akan terjadi sebagai akibat proses menua. Terjadinya perubahan pada semua orang yang mencapai usia lanjut yang tidak disebabkan oleh proses penyakit, menyebabkan kenapa penderita geriatrik berbeda dari populasi lain. (Brocklehurst and Allen, 1987). Sejumlah gangguan muskuloskeletal dapat timbul pada lansia. Beberapa diantaranya merupakan kelanjutan dari penderitaan sebelum usia lanjut dan sering menimbulkan kecacatan. Dengan meningkatnya populasi lansia, meningkat pula prevalensinya pada lansia akibat proses degeneratif. Dan tak jarang pula gangguan muskuloskeletal pada lansia menimbulkan kemunduran fisik dan disabilitas yang sangat berpengaruh dalam hidup lansia. Diantara banyaknya penyebab gangguan muskuloskeletal pada lansia, osteoarthritis merupakan salah satu dari beberapa penyebab utama yang menimbulkan disabilitas orang yang berusia > 65 tahun. Selain osteoartritis, gangguan lain pada muskuloskeletal yang juga sering dapat menimbulkan disabilitas yaitu artritis rheumatoid, artritis gout, osteoporosis juga amiloidosis. Untuk memulihkan penderita dari disabilitas akibat gangguan muskuloskeletal diperlukan tindakan rehabilitasi yang merupakan gabungan pengobatan medis dan fisioterapi, bila perlu tindakan pembedahan. (limarwin.2008).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses menua merupakan suatu proses normal yang ditandai dengan perubahan secara
progresif dalam proses biokimia, sehingga terjadi kelainan atau perubahan struktur dan fungsi
jaringan, sel dan non sel. (Widjayakusumah, 1992). Berbagai perubahan fisik dan psikososial
akan terjadi sebagai akibat proses menua. Terjadinya perubahan pada semua orang yang
mencapai usia lanjut yang tidak disebabkan oleh proses penyakit, menyebabkan kenapa penderita
geriatrik berbeda dari populasi lain. (Brocklehurst and Allen, 1987).
Sejumlah gangguan muskuloskeletal dapat timbul pada lansia. Beberapa diantaranya
merupakan kelanjutan dari penderitaan sebelum usia lanjut dan sering menimbulkan kecacatan.
Dengan meningkatnya populasi lansia, meningkat pula prevalensinya pada lansia akibat proses
degeneratif. Dan tak jarang pula gangguan muskuloskeletal pada lansia menimbulkan
kemunduran fisik dan disabilitas yang sangat berpengaruh dalam hidup lansia. Diantara
banyaknya penyebab gangguan muskuloskeletal pada lansia, osteoarthritis merupakan salah satu
dari beberapa penyebab utama yang menimbulkan disabilitas orang yang berusia > 65 tahun.
Selain osteoartritis, gangguan lain pada muskuloskeletal yang juga sering dapat menimbulkan
disabilitas yaitu artritis rheumatoid, artritis gout, osteoporosis juga amiloidosis. Untuk
memulihkan penderita dari disabilitas akibat gangguan muskuloskeletal diperlukan tindakan
rehabilitasi yang merupakan gabungan pengobatan medis dan fisioterapi, bila perlu tindakan
pembedahan. (limarwin.2008).
BAB II
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat,
sehingga tulang menjadi keras dan padat. Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh
memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan
hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin,
estrogen pada wanita dan testosteron pada pria). Juga persediaan vitamin D yang adekuat, yang
diperlukan untuk menyerap kalsium dari makanan dan memasukkan ke dalam tulang. Secara
progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia
30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Jika tubuh tidak mampu
mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh,
sehingga terjadilah osteoporosis.
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa
tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang
dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang (wikipedia.org).
B. KLASIFIKASI
Adapun klasifikasi osteoporosis yaitu :
a. Osteoporosis primer
1 Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause
2 Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita
b. Osteoporosis sekunder. Di sebabkan oleh penyakit-penyakit tulang erosif (misalnya
mieloma multiple, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme) dan akibat obat-obatan yang toksik
untuk tulang (misalnya glukokortikoid). Jenis ini ditemukan pada kurang lebih 2-3 juta klien.
c. Osteoporosis idiopatik adalah osteoporosis yang tidak di ketahui penyebabnya dan di
temukan pada :
1 Usia kanak-kanak (juvenil)
2 Usia remaja (adolesen)
3 Pria usia pertengahan
C. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:
Determinan Massa Tulang
a Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa
orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang
kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa
Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika),
relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis.
b Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk.
Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan
mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan
bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal
tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan
mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh
adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot
maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot
maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam
waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian
belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa
lama untuk meningkatkan massa tulang di samping faktor genetik.
c Faktor makanan dan hormone
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan
mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik
yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas
kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa
tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan
kemampuan genetiknya.
Determinan penurunan Massa Tulang
a. Faktor genetic
Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan
tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan
tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai
ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat
genetiknya serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang
yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan
dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang tobih
banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama
b. Faktor mekanis
Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting dalarn proses
penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah
terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi
hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan
karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan
menurun dengan bertambahnya usia.
c. Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa
tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita post menopause.
Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri
menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan
mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan
kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif.
Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat
antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita
daiam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta
absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir
kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan
kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.
d. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa
tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang
mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada
umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila
makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi
kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium
melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan
mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif
e. Estrogen.
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi
absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
f. Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan
penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah.
Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan
tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
g. AlkohoL
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu
dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai
dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme ang jelas belum diketahui
dengan pasti .
D. PENCEGAHAN
Pencegahan osteoporosis meliputi :
Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium
yang cukup
Melakukan olah raga dengan beban
Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu). Mengkonsumsi kalsium dalam
jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang
maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap
hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya
tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya semua wanita minum tablet kalsium setiap
hari, dosis harian yang dianjurkan adalah 1,5 gram kalsium. Olah raga beban (misalnya
berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan kepadatan tulang. Berenang tidak
meningkatkan kepadatan tulang. Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang
pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron.
Semua manusia di dunia pasti akan menjadi tua baik pria maupun wanita.Proses penuaan
telah terjadi sejak manusia dilahirkan ke dunia dan terus menerus terjadi sepanjang
kehidupannya. Khususnya pada wanita, proses ini mempunyai dampak tersendiri
berkaitan dengan proses siklik haid setiap bulannya yang mulaiu terganggu dan akhirnya
menghilang sama sekali. Terganggunya atau sampai hilangnya proses haid (menopause
dan pasca menopause) disebabkan penurunana dan hilangnya hormon estrogen. Ini
adalah hal yang normal dan alamiah. Namun, penerimaannnya berbeda-beda diantara
wanita. Dengan turunnya kadar hormon estrogen maka proses osteoblas (pembentukan
tulang) terhambat dan dua hormon yang berperan dalam proses ini yaitu D, PTH pun
turun sehingga dimulai hilangnya kadar mineral tulang. Apabila hal ini terus berlanjut
dan akibat kelanjutan harapan hidup masih akan mencapai keadaan osteoporosis yaitu
kondisi dimana massa tulang demikian rendah sehingga tulang mudah patah. Diketahui
85% wanita menderita osteoporosis yang terjadi sekitar 10 tahun setelah menopause, atau
8 tahun setelah pengangkatan kedua ovarium.
Jadi, para wanita perlu lebih waspada akan ancaman penyakit osteoporosis dibandingkan
pria. Karena penyakit ini baru muncul setelah usia lanjut, wanita muda harus sadar dan
segera melakukan tindakan pencegahan sebagai berikut, antara lain:
Asupan kalsium cukup
Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan dengan
mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap
hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya
tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis harian
yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk
usia lansia dianjurkan 1200 mg per hari. Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang
cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar
umur 30 tahun). Pilihlah makanan sehari-hari yang kaya kalsium seperti ikan teri,
brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan.
Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore), Sinar matahari terutama UVB membantu
tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa
tulang. Untungnya, Indonesia beriklim tropis sehingga sinar matahari berlimpah.
Berjemurlah di bawah sinar matahari selama 30 menit pada pagi hari sebelum jam 09.00
dan sore hari sesudah jam 16.00.
Melakukan olah raga dengan beban. Selain olahraga menggunakan alat beban, berat
badan sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan
tulang. Olah raga beban misalnya berjalan dan menaiki tangga tetapi berenang tidak
meningkatkan kepadatan tulang. Dr. Ade Tobing, Sp.KO kini mengenalkan yang disebut
latihan jasmani yang baik, benar, terukur dan teratur (BBTT). Latihan BBTT ternyata
terbukti bermanfaat dalam memelihara dan meningkatkan massa tulang. Oleh sebab itu,
latihan fisik (BBTT) dapat dilakukan untuk mencegah dan mengobati penyakit
osteoporosis.
Gaya hidup sehat, Tidak ada kata terlambat untuk melakukan gaya hidup sehat.
Menghindari rokok dan alkohol memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan
risiko osteoporosis. Konsumsi kopi, minuman bersoda, dan daging merah pun dilakukan
secara bijak.
Hindari obat-obatan tertentu.
Hindari obat-obatan golongan kortikosteroid. Umumnya steroid ini diberikan untuk
penyakit asma, lupus, keganasan. Waspadalah penggunaan obat antikejang. Jika tidak ada
obat lain, maka obat-obatan tersebut dapat dikonsumsi dengan dipantau oleh dokter.
Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)
a) Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering
diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai
dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah
menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah
tulang.
b) Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang
efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek
terhadap payudara atau rahim.
c) Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan
sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.
E. PENATALAKSANAAN
Mencegah patah lebih baik daripada mengobati,” ungkap Dr. Bambang Setyohadi,
SpPD-KR yang lulus dari spesialis penyakit dalam FKUI tahun 1994. Patah tulang biasa
terjadi setelah penderita osteoporosis jatuh, sehingga mencegah jatuh pun menjadi
penting.Rumah yang ditempati sehari-hari pun bisa jadi menjadi ancaman. Sebaiknya
penderita osteoporosis menghindari karpet yang melekuk, kabel yang melintang,
permukaan licin seperti di kamar mandi, ataupun alas kaki yang terlalu longgar.
Selain itu, cara lain yang bisa dicoba adalah dengan memasang pegangan tangan (hand
rails) di kamar mandi, memperbaiki penglihatan misal dengan menggunakan kaca mata,
atau memperbaiki kekuatan otot dan keseimbangan dengan latihan.
Ada 4 tujuan penanganan osteoporosis, yaitu :
1. Mencegah berlanjutnya kehilangan massa tulang
2. Menstimulasi pembentukan tulang
3. Cegah terjadinya fraktur (patah tulang) dan mikrofraktur (keretakan tulang).
4. Mengatasi nyeri.
Bifosfonat merupakan zat sintetik stabil yang bekerja menghambat kerja osteoklas
dalam meresorpsi dan pergantian (turnover) tulang. Bifosfonat menurunkan risiko
patah
5. tulang sampai 30-50%. Dalam sebuah studi yang bernama Studi Cohort Retrospektif ,
dievaluasi onset penurunan patah tulang dengan terapi menggunakan risedronate dan
alendronate di bawah kondisi Real World. Real World adalah data observasi yang
diambil dari praktek klinik sehari-hari yang memberikan informasi hasil perngobatan
pasien dalam kehidupan nyata
Pasien yang dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu wanita berusia lebih dari 65 tahun dan
pengguna baru terapi sekali seminggu dengan baik alendronate atau risedronate.
Kemudian dinilai insidens fraktur nonvebtebral setelah 6 bulan dan 12 bulan.
Setelah tahun pertama terapi menggunakan risedronate, terjadi penurunan patah
tulang pinggul sebesar 43% dan patah tulang non-vertebral sebesar 18%
dibandingkan alendronate. Studi tersebut menyimpulkan bahwa pasien menggunakan
risedronat memiliki insiden patah tulang nonvertebral dan pinggul yang lebih rendah
dibandingkan pasien yang menggunakan alendronate. Jangan tunggu sampai kena
osteoporosis. Sedari muda lakukan usaha untuk mencegah penyakit keropos tulang.
F. PATOGENESIS
Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang
yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada perubahan
dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan,
maka akan terjadi penurunan massa tulang
Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang
bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekula
Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian
korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda
Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 % dan pd
wanita 40-50 %
Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum
femoris, dan korpus vertebra
Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius
bagian distal.
Bahan katabolik endogen ( direproduksi oleh tubuh ) dan eksogen ( dari sumber luar )
dapat menyebabkan osteoporosis.
Keadaan medis penyerta ( mis: sindrom malabsorbsi, intoleransi laktosa, penyalahgunaan
alkohol, gagal ginjal, gagal hepar dan gangguan endokrin ) mempengaruhi pertumbuhan
oteoporosis.
C. MANIFESTASI KLINIS
1 Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi
pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 ) adalah:
2 Nyeri timbul mendadak
3 Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang
4 Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur
5 Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena melakukan
aktivitas
6 Deformitas vertebra thorakalis Penurunan tinggi badan
D. JENIS OSTEOPOROSIS
a. Osteoporosis postmenopausal
terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu
mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.Biasanya gejala timbul
pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat
ataupun lebih lambat.
b. Osteoporosis senilis, kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang
berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang
dan pembentukan tulang yang baru.Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi
pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih
sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan
postmenopausal.
c. Osteoporosis sekunder, dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang
disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan.
d. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak
diketahui.Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan
fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab
yang jelas dari rapuhnya tulang (Musculoskelethalbedah.blogspot, 2008).
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan non-invasif yaitu ;
Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total dan
massa tulang.
Pemeriksaan absorpsiometri
Pemeriksaan komputer tomografi (CT)
Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi
mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi
tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.
Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine biasanya
dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada