Osteomalasia Nyoman Kertia Pendahuluan Pertumbuhan tulang normal dan proses mineralisasi membutuhkan vitamin D, kalsium dan fosfor yang adekuat. Defisiensi yang lama dan berbagai hal di atas mengakibatkan akumulasi matriks tulang yang tidak dimineralisasi. Penurunan mineralisasi pada pasien muda menyebabkan riketsia karena kerusakan dari pertumbuhan lempeng epifise. Kekuatan tulang menurun, yang menyebabkan deformitas structural pada tulang penyangga berat badan. Pada orang tua dimana epifise telah menutup dan hanya tulang yang terkena, gangguan mineral ini disebut osteomalasia. Osteoid secara normal termineralisasi dalam 5-10 hari, namun pada pasien dengan osteomalasia interval bisa terjadi selama 3 bulan. Penyebab riketsia / osteomalasia meliputi kurangnya suplemen vitamin D atau fosfor., penggunaan susu formula yang mengandung kurang dari 20 mg kalsium/dL, nutrisi total parenteral dengan larutan tanpa kalsium dan vitamin D yang adekuat, dan diet tinggi phytate yang mengikat kalsium dalam usus. Hipovitaminosis D disebabkan oleh paparan sinar matahari yang kurang; menurunnya absorpsi vitamin D karena penyakit bilier, pancreatitis, penyakit mukosa usus kecil proksimal, gastrektomi atai resin pengikat asam empedu; meningkatnya ekskresi vitamin D akibat penggunaan obat seperti fenitoin, barbiturate dan rifampisin.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Osteomalasia
Nyoman Kertia
Pendahuluan
Pertumbuhan tulang normal dan proses mineralisasi
membutuhkan vitamin D, kalsium dan fosfor yang adekuat.
Defisiensi yang lama dan berbagai hal di atas mengakibatkan
akumulasi matriks tulang yang tidak dimineralisasi. Penurunan
mineralisasi pada pasien muda menyebabkan riketsia karena
kerusakan dari pertumbuhan lempeng epifise. Kekuatan tulang
menurun, yang menyebabkan deformitas structural pada tulang
penyangga berat badan. Pada orang tua dimana epifise telah
menutup dan hanya tulang yang terkena, gangguan mineral ini
disebut osteomalasia. Osteoid secara normal termineralisasi dalam
5-10 hari, namun pada pasien dengan osteomalasia interval bisa
terjadi selama 3 bulan. Penyebab riketsia / osteomalasia meliputi
kurangnya suplemen vitamin D atau fosfor., penggunaan susu
formula yang mengandung kurang dari 20 mg kalsium/dL, nutrisi
total parenteral dengan larutan tanpa kalsium dan vitamin D yang
adekuat, dan diet tinggi phytate yang mengikat kalsium dalam
usus. Hipovitaminosis D disebabkan oleh paparan sinar matahari
yang kurang; menurunnya absorpsi vitamin D karena penyakit
bilier, pancreatitis, penyakit mukosa usus kecil proksimal,
gastrektomi atai resin pengikat asam empedu; meningkatnya
ekskresi vitamin D akibat penggunaan obat seperti fenitoin,
barbiturate dan rifampisin.
GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS
Pasien dengan riketsia mengalami hipotonia, kelemahan otot
dan pada kasus berat bisa terjadi tetani. Sambungan kostokondral
menonjol, suatu deformitas yang disebut dengan rachitic rosary.
Tulang-tulang panjang menjadi bengkok terutama di kaki serta
kifosis di punggung dapat menyebabkan gaya berjalan yang
bergoyang-goyang / waddling gait, bahkan bisa terjadi fraktur.
Tengkorak menunjukkan kepala frontal dan mendatarnya tulang
parietal. Radiografi pasien dengan riketsia menunjukkan
demineralisasi umum dengan penipisan permukaan kortikal dari
tulang-tulang panjang; peleparan, penegangan dan melengkungnya
ujung distal tulang dan hilangnya zona kalsifikasi kartilago
sementara.
Manifestasi klinis dari osteomalasia menyerupai gangguan
reumatik, meliputi nyeri tulang, mudah lelah, kelemahan proksimal
dan pelunakan periartikuler. Symptom ini membaik dengan terapi
untuk mengoreksi gangguan mineralisasi. Beberapa pasien dengan
osteomalasia menunjukkan garis radiolusen kortikal tipis (stress
fracture) yang tegak lurus dengan tulang dan seringkali simetris.
Pasien lain memiliki fraktur lama pada kosta yang multiple dengan
pembentukan yang buruk.
Gambaran laboratorium dari osteomalasia akibat defisiensi
vitamin D adalah kadar kalsium serum rendah atau normal,
hipofosfatemia, meningkatnya kadar alkalin fosfatase, dan kadar
osteokalsin serum normal, meningkatnya kadar hormone paratiroid
serum (jika hipokalsemia ada) dan rendahnya kadar 1,25 dihidroksi
vitamin D (1,25-(OH)₂D) didalam serum. Pada osteomalasia akibat
defisiensi kalsium ekskresi kalsium urin menurun, kadar hormon
paratiroid meningkat, kadar 1,25 (OH)₂ vitamin D adalah rendah
dan eskresi fosfor urin sangat tinggi. Pasien dengan asidosis
tubular renal tipe II memiliki gangguan reabsorpsi bikarbonat dan
bermanifestasi asidosis hipokalemia hiperkloremia dengan
hipofosfatemia yang disebabkan oleh bertambahnya fosfaturia.
Rendahnya kadar 1,25 (OH)₂ vitamin D pada beberapa pasien
menjadi konsekuensi dari abnormalitas metabolism tubular
proksimal. Pasien dengan asidosis tubular renal dan sindrom
fanconi juga mengekskresikan banyak kalsium, magnesium, kalium,
asam urat, glukosa, asam amino dan sitrat. Osteomalasia akibat
penggunaan aluminium pada pasien dengan gagal ginjal kronik saat
ini sudah jarang terjadi karena pembatasan penggunaan pengikat
fosfat yang mengandung aluminium untuk mengendalikan
hiperfosfatemia dan perbaikan metode untuk mempersiapkan larutan
dialisat.
PENCEGAHAN DAN TERAPI
Bayi membutuhkan 400 IU vitamin D per oral per hari untuk
memcegah riketsia. Satu liter susu formula bayi standar
mengandung 400 IU vitamin D. air susu ibu (ASI) merupakan sumber
vitamin D dan kalsium yang baik, namun bisa tidak adekuat untuk
mencegah osteoporosis dan hiperparatiroid sekunder terutama jika
produksi ASI tidak cukup atau bayi menetek dengan jumlah yang
tidak cukup. Dinyatakan bahwa kadar 25-OH vitamin D untuk
kesehatan tulang adalah minimal 80 nmol/L. diet dengan kandungan
vitamin D 5 µg per hari (200 IU) tidak adekuat untuk mencegah
osteoporosis dan hiperparatiroid sekunder.
Vitamin D dapat juga disintesis di kulit, namun sejumlah
factor membatasi produksi vitamin D kutaneus seperti peningkatan
pigmentasi di kulit dan tabir surya. Akibat proses menua maka
terjadi penurunan kapasitas produksi vitamin D kutaneus seperti
peningkatan pigmentasi di kulit. Pada lansia paparan sinar
matahari ke tangan, lengan bawah dan wajah selama 5-30 menit satu
hingga tiga kali seminggu direkomendasikan untuk memenuhi
kebutuhan vitamin D tubuh.
Pasien dengan riketsia nutrisional yang disebabkan oleh
defisiensi vitamin D bisa diterapi dengan 600.000 IU vitamin D2
intramuskuler dan kalsium atau 2000-5000 IU ergokalsiferol per
hari selama 6-12 minggu, diikuti dengan pemeliharaan dosis
vitamin D. perbaikan dalam kalsium, fosfor, alkalin fosfatase dan
25 OH vitamin D serum dalam 4-7 hari membedakan riketsia
nutrisional dari penyakit tulang metabolic genetik. Orang dewasa
dengan kadar vitamin D suboptimal dapat diterapi dengan 50.000 IU
ergokalsiferol sekali seminggu, dengan kadar dimonitor dalam
interval 2-3 bulan.
Ergokalsiferol (vitamin D2) kurang aktif dibandingkan
vitamin D3 (kolekalsiferol) dalam meningkatkan kadar 25-OH
vitamin D. orang dengan penyakit hepar semestinya terapi dengan
25 OH vitamin D, sedangkan pasien dengan gagal ginjal membutuhkan
terapi 1,25 (OH)₂ vitamin D. pada pasien dengan malabsorbsi
lemak, dosis yang diperlukan lebih tinggi dan dosis ini harus
disesuaikan dengan respons terapi yang dinilai dari hasil
pemeriksaan kimiawi serum. Diperlukan terapi selama beberapa
bulan dalam penanganan pasien dengan defisiensi vitamin D.
suplementasi kalsium harus diberikan. Pasien harus di monitor
hati-hati untuk toksisitas terapi akibat pemberin 1,25 (OH)2
vitamin D, yang secara umum bermanifestasi sebagai hiperkalsemia
atau hiperkalsiuria.
Pada pasien dengan asidosis tubular renal, perbaikan kadar
bikarbonat serum menjadi normal dengan menggunakan suplemen
natrium bikarbonat dapat mencegah resorpsi tulang dan
hiperkalsiuria. Pasien dengan osteomalasia yang disebabkan oleh
hiperfosfaturia pada sindrom fanconi membutuhkan suplemen fosfat
oral, secara umum 1-4 g per hari diberikan dalam 4-6 dosis. Pada
kondisi ini terapi dengan 1,25 (OH)₂ vitamin D dengan dosis
kalsium dibutuhkan untuk menghindari hipokalsemia simptomatik
namun tidak diberikan bersamaan dengan suplemen fosfor. Jika
penyakit tulang membaik, vitamin D dapat dihentikan.
(Aru W. Sudoyo, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V jilid III.
Interna Publishing : Jakarta.)
Osteomalasia
merupakan gangguan tulang yang paling sering ditemukan dan
terlihat pada sekitar 60% dari semua penderita gagal ginjal
kronik. Kasus ini berupa gangguan mineralisasi tulang.
Osteomalasia terdiri atas gangguan mineralisasi tulang dan
disebabkan oleh defisiensi 1,25-dihidroksikolekalsiferol
(1,25[OH]₂D₃) atau kalsitriol, bentuk paling aktif vitamin D yang
dimetabolisme oleh ginjal. Defisiensi bentuk paling aktif vitamin
D menyebabkan sangat terganggunya absorpsi kalsium dari usus.
Dalam tulang, osteoblas terus membentuk jaringan osteoid (rangka
tempat garam kalsium diletakkan untuk membentuk tulang), tetapi
kadar kalsium serum yang rendah dan kerja vitamin D yang tak
aktif pada tulang tak memungkin terjadi mineralisasi. Jaringan
osteoid secara struktural lemah dan dapat mengalami fraktur atau
perubahan bentuk bila mendapat tekanan. Pada radiogram,
osteomalasia tampak sebagai pengurangan densitas tulang, terutama
pada tangan, tengkorak, tulang iga, dan tulang belakang.
( patofisiologi )
Osteomalasia dan Rakitis
Rakitis dan osteomalasia adalah manifestasi defisisensi
vitamin D (Bab 8). Perubahan mendasarkan pada penyakit ini adalah
gangguan mineralisasi tulang, disertai meningkatnya osteoid yang
tidak mengalami mineralisasi. Hal ini bertolak belakang dengan
osteoporosis Meskipun massa tulang yang ada masih normal.
Pada rakitis, gangguan mineralisasi mengenai tulang yang
sedang tumbuh pada anak. Osteomalasia mencerminkan gangguan
mineralisasi tulang yang telah sempurna perkembangannya.
(Kumar Vinay, Stanley L. Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7 volume
II. EGC: Jakarta.)
Bab 8
Vitamin D
Fungsi utama vitamin D yang larut-lemak adalah
mempertahankan kadar kalsium dan fosfat plasma dalam batas
normal. Dalam kapasitas ini, vitamin ini diperlukan untuk
mencegah penyakit tulang (rakitis pada anak yang sedang tumbuh
yang epifisisnya belum menutup dan osteomalasia pada dewasa)
serta mencegah tetani hipokalsemik. Dalam kaitannya dengan
tetani, vitamin D untuk mempertahankan dengan tepat konsentrasi
kalsium terionisasi dalam kompartemencairan ekstrasel yang
diperlukan untuk eksitasi saraf dan relaksasi otot. Kurangnya
kalsium terionisasi dalam cairan ekstrasel, menyebabkan eksitasi
terus-menerus otot sehingga terjadi kejang (tetani hipokalemik).
Disini perhatian kita ditujukan pada fungsi vitamin D dalam
mengendalikan kadar kalsium serum.
Metabolisme vitamin D. Sumber utama vitamin D bagi manusia
adalah sintesis endogen di kulit melalui konversi fotokimiawi
suatu prekursor, 7-dehidrokolesterol, dengan energ9i matahari
atau sinar ultraviolet (UV) artificial. Sekitar 90% dari
kebutuhan vitamin D dipenuhi oleh sumber endogen, bergantung pada
tingkat pigmentasi melanin kulit yang menyerap sinar UV dan
jumlah pajangan ke matahari. Hanya sebagiankecil yang harus
diambil dari makanan, seperti ikan laut-dalam, tumbuhan, dan
padi-padian; hal ini memerlukan penyerapan lemak yang normal.
Dalam tumbuhan, vitamin D terdapat dalam bentuk prekursor
tumbuhan, vitamin D terdapat dalam bentuk precursor (ergosterol),
yang diubah menjadi vitamin D ditubuh.
Metabolisme vitamin D dapat diringkatkan sebagai berikut :
1. Penyerapan vitamin D bersama dengan lemak lainnya dalam usus
atau biosintesis dari precursor dikulit.
2. Pengikatan ke α₁-globulin (protein pengikat D) dalam plasma
dan pengangkutan hati.
3. Perubahan menjadi 25-hidroksivitamin D (25-OH-D) oleh 25-
hidroksilase dalam hati.
4. Perubahan 25-OH-D menjadi 1,25-dihidroksivitamin D
[1,25(OH)₂-D] oleh α₁-hidroksilase di ginjal; secara
biologis ini merupakan bentuk vitamin D yang paling aktif.
Pembentukan 1,25(OH)₂-D oleh ginjal dikendalikanoleh tiga
mekanisme:
1. Melalui mekanisme lengkung umpan balik, peningkatan kadar
1,25(OH)₂-D menekan sintesis metabolit ini dengan menghambat
α₁-hidroksilase, dan penurunan kadar menimbulkan efek yang
sebaliknya.
2. Hipokalsemia memicu sekresi hormone paratiroid (PTH), yang
kemudian meningkatkan konversi 25-OH-D menjadi 1,25(OH)₂-D
dengan mengaktifkan α₁-hidroksilase.
3. Hipofosfatemia secara langsung mengaktifkan pembentukan
1,25(OH)₂-D.
Fungsi vitamin D. 1,25(OH)₂-D, bentuk vitamin D yang aktif
secara biologis, sebaiknya dianggap sebagai hormone steroid.
Seperti hormone steroid lainnya, zat ini bekerja dengan
berikatan pada suatu reseptor nucleus berafinitas kuat, yang
kemudian berikatan dengan sekuensi regulator DNA. Keadaan
tersebut memicu transkripsi mRNA yang mengkode protein
tertentu. Protein tersebut menjalankan fungsi vitamin D.
reseptor untuk 1,25(OH)₂-D ini sekarang diketahui reseptor
tersebut menyalurkan sinyal yang mendorong fungsi diferensiasi
sel. Yang banyak dipahami adalah fungsi mempertahankan kadar
normal kasium dan fosfor dalam plasma, yang melibatkan kerja
usus, tulang, dan ginjal.
Bentuk aktif vitamin D
● Merangsang penyerapan kalsium dan fosfor di usus
● Bekerja sama dengan PTH dalam mobilisasi kalsium dari tulang
● Merangsang reabsorpsi (dependen-PTH) kalsium di tubulus
distal ginjal
Bagaimana 1,25(OH)₂-D merangsang penyerapan kalsium dan
fosfor diusus masih belum diketahui pasti. Bukti mengarah pada
pandangan bahwa zat ini berikatan dengan reseptor epitel
mukosa dan mengaktifkan sintesis protein pengangkut kalsium.
Peningkatan penyerapan fosfor tidak bergantung pada
pengangkutan kalsium.
Efek vitamin D pada tulang bergantung pada kadar kalsium
dalam plasma. Di satu pihak, pada hipokalsemia, 1,25(OH)₂-D
bekerja sama dengan PTH dalam penyerapan kalsium dan fosfor
dari tulang untuk mempertahankan kadar dalam darah. Dipihak
lain, vitamin D diperlukan untuk mineralisasi normal epifisis
tulang rawan dan matriks osteoid. Masih belum jelas bagaimana
memperantarai fungsi resorptif ini, tetapi pengaktifan
langsung osteoklas dapat disingkirkan. Besar kemungkinan bahwa
vitamin D mendorong pembentukan osteoklas dari prekursornya
(monosit), mungkin dengan memengaruhi produksi ligan RANK.
Rincian pasti mineralisasi tulang saat kadar vitamin D adekuat
juga masih belum diketahui. Fungsi utama vitamin D mungkin
juga mempertahankan kalsium dan fosfor pada kadar superjenuh
(supersaturasi) dalam plasma. Namun, vitamin D jelas
mengaktifkan osteoblas untuk menyintesis protein pengikat-
kalsium, osteokalsin, yang berperan dalam pengendapan kalsium
ke dalam matriks osteoid sehingga mungkin ikut berperan dalam
mineralisasi tulang.
Yang juga masih tidak jelas adalah peran vitamin D dalam
penyerapan kalsium di ginjal. PTH jelas dibutuhkan, demikian
juga vitamin D. belum ada cukup bukti bahwa vitamin D ikut
serta dalam penyerapan fosfor oleh ginjal. Gambaran singkat
mengenai metabolisme normal vitamin D dan akibat defisiensi
diperlihatkan pada (gambar 8-19[patologi]).
Keadaan Defisiensi. Rakitis pada anak yang sedang tumbuh dan
osteomalasia pada orang dewasa merupakan penyakit tulang yang
terdapat diseluruh dunia. Penyakit tersebut dapat terjadi
akibat defisiensi dalam makanan, tetapi mungkin yang lebih
penting adalah batas pajanan ke matahari (perempuan yang
berbusana terlalu tertutup, anak yang lahir dari ibu dengan
defisiensi vitamin D, bagian utara bumi dengan sinar matahari
terbatas). Penyebab rakitis yang lebih jarang disajikan pada
table 8-13. Apa pun dasarnya, defisiensi vitamin D cenderung
menyebabkan hipokalsemia. Apabila terjadi hipokalsemia,
produksi PTH meningkat, yang (1) mengaktifkan α₁-hidroksilase
ginjal sehingga penyerapan kalsium dan vitamin D aktif
meningkat; (2) memobilisasi kalsium dari tulang; (3)
menurunkan ekskresi kalsiumoleh ginjal; dan (4) meningkatkan
ekskresi fosfat oleh ginjal. Oleh karena itu, kadar kalsium
serum dipulihkan mendekati normal, tetapi hipofosfatemia
menetap sehingga mineralisasi tulang terganggu.
Untuk lebih mudah memahami perubahan morfologik pada rakitis
dan osteomalasia, ada baiknya kita membahas ringkasan
perkembangan dan pemeliharaan tulang normal. Terbentuknya
tulang datardi tubuh melibatkan osifikasi intramembranosa,
sedangkan pembentukan tulang tubular panjang mencerminkan
osofikasi endokondrol. Pada pembentukan intramembranosa, sel
mesenkim berdiferensiasi menjadi osteoblas, yang membentuk
matriks osteoid kolagenosa tempat mengendapnya kalsium.
Sebagainya, pada osifikasi endokondral, tulang rawan yang
tumbuh dilempeng epifisis sementara waktu mengalami
mineralisasi, kemudian secara progresif diserap dan diganti
oleh matriks- osteoid, yang mengalami mineralisasi untuk
membentuk tulang (Gbr.8-20B).
Morfologi
Kelainan klasik pada rakitis dan osteomalasia adalah
kelebihan matriks yang tidak mengalami mineralisasi. Namun,
perubahan yang terjadi pada tulang yang sedang tumbuh pada
anak dengan rakitis dipersulit oleh kalsifikasi sementara
tulang rawan epifisis sehingga pertumbuhan tulang endokondral
terganggu. Pada rakitis terjadi rangkaian berikut:
● Pertumbuhan berlebihan tulang rawan epifisis akibat
kalsifikasi sementara yang tidak memadai dan kegagalan sel
tulang rawan menjadi matang dan mengalami disintegrasi.
● Menentapnya massa irregular tulang rawan, yang banyak di
antaranya menonjol ke dalam rongga sumsum tulang.
● Pengendapan matriks osteoid pada sisa tulang rawan yang
mineralisasinya kurang memadai.
● Gangguan penggantian tulang rawan oleh matriks osteoid,
disertai pembesaran dan ekspansi lateral taut osteokondral
(Gbr. 8-20A).
● Pertumbuhan berlebihan abnormal kapiler dan fibroblas di
zona “acak” yang terjadi akibat mikrofraktur dan stress pada
tulang yang lemah dan kurang mendapatkan mineralisasi.
● Deformasi tulang akibat kurangnya rigiditas struktural
tulang yang sedang tumbuh.
Perubahan nyata pada tulang bergantung pada keparahan proses
rakitis; durasinya; dan ,secara khusus, stress yang dialami
setiap tulang. Saat fase nonambulatorik pada masa bayi, kepala
dan dada menahan stress yang paling besar. Tulang oksipital
yang melunak dapat menjadi gepeng, dan tulang parietalis dapat
melengkung ke dalam oleh tekanan; apabila tekanan hilang,
recoil elastic akan mengembalikan tulang ke posisinya semula
(kraniotabes). osteoid yang berlebihan menghasikan frontal
bossing dan penampakan kepala yang persegi. Deformasi dada
terjadi akibat pertumbuhanberlebihan tulang rawan atau
jaringan osteoid di taut kostokondral, sehingga terbentuk
“rosario rakitis”. Daerah metafisis yang melemah di iga
mengalami tarikan dari ototpernapasan sehingga melengkung ke
dalam, menyebabkan sternum menonjol ke anterior (deformitas
dada merpati). Tarikan ke dalam di batas diafragma menyebabkan
terbentuknya alur Harrison (Harisson groove), pembentukan
‘korset’ rongga toraks di batas bawah sangkar iga. Panggul
dapat mengalami deformitas. Apabila anak yang dapat berjalan
mengalami rakitis., deformitas mungkin mengenai tulang
belakang, panggul, dan tulang panjang (misal, tibia),
menyebabkan, yang paling jelas, lordosis lumbalis dan
melengkungnya tungkai (Gbr. 8-21).
Pada orang dewasa, kekurangan vitamin D menyebabkan gangguan
remodeling normal tulang yang terjadi seumur hidup. Matriks
osteoid baru yang diletakkan oleh osteoblas kurang mendapatkan
mineralisasi sehingga terjadi kelebihan osteoid persisten yang
khas untuk osteomalasia. Walaupun kontur tulang tidak
terpengaruh, tulang menjadi lemahdan rentan terhadapfraktur
makroskopik atau mikrofraktur, yang paling sering mengenai
korpus vertebra dan collum femoris.
Secara histologist, osteoid yang tidak mengalami
mineralisasi mungkin tampak sebagai lapisan tebal matriks
(yang berwarna merah muda pada preparat hematoksilin eosin)
tersusun disekitar trabekula yang banyak basofilik dan
mengalami mineralisasi normal.
Kegagalan menetap mineralisasi pada orang dewasa akhirnya
menyebabkan lenyapnya massa otot rangka, yang disebut sebagai
osteopenia. Oleh karena itu sulit dibedakan antara
osteomalasia dengan osteopenia lainnya seperti
osteoporosis(Bab 21). Osteopororsis, tidak seperti
osteomalasia, terjadi akibat penurunan pembentukan osteoid,
matriks protein tulang. Penelitian mengisyaratkan bahwa
vitamin D juaga mungkin esensial untuk mencegah demineralisasi
tulang. Pada osteoporosis bentuk familial tertentu, penyebab
penyakit adalah kelainan di reseptor vitamin D. tampaknya
varian tertentu (yang ditentukan secara genetis) reseptor
vitamin D berkaitan dengan percepatan berkurangnya mineral
tulang pada penuaan.
Toksisitas. Pajanan lama terhadap sinar matahari tidak
menyebabkan kelebihan vitamin D. hanya vitamin yang diberikan
per oral mungkin menyebabkan hal ini: kelebihan vitamin ini
bermanifestasi sebagai kalsifikasi metastatic jaringan lunak.
Oleh karena itu, kita dapat menunjukkan bahwa potensial toksik
vitamin ini sedemikian besar sehingga pada dosis yang cukup
besar merupakan rodentisida kuat.
Tabel 8-13. Penyebab Rakitis atau Osteomalasia
1. Penurunan sintesis endogen vitamin D
● Kurang terpajan ke sinar matahari
● Pigmentasi melanin kulit yang padat (kulit hitam)
2. Penurunan penyerapan vitamin D larut-lemak dalam usus
● Defisiensi makanan
● Disfungsi saluran empedu, pankreas, atau usus
3. Peningkatan penguraian vitamin D dan 25-OH-D
● Induksi enzim sitokrom P-450 oleh fenitoin, fenobarbital,
rifampisin
4. Gangguan sintesis 1,25(OH)₂-D
● Penyakit hati difus
5. Penurunan sintesis 1,25(OH)₂-D
● Penyakit ginjal tahap lanjut disertai gagal ginjal
● Rakitis dependen-vitamin D tipe 1 (defisiensi herediter
α₁-hidroksilase ginjal)
6. Resistensi organ sasaran terhadap 1,25(OH)₂-D
● Rakitis dependen-vitamin D tipe 2 (ketiadaan atau gangguan
kongenital reseptor untuk metabolit aktif)
7. Deplesi fosfat
● Gangguan penyerapan-pemakaian kronis antacid, yang
mengikat fosfat sehingga zat ini tidak larut
● Gangguan tubulus ginjal, didapat atau genetik, yang
menyebabkan peningkatan ekskresi.
(Kumar Vinay, Stanley L. Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7 volume
I. EGC: Jakarta.)
Note :
Gambar 8-19
(1) Skema metabolisme normal vitamin D, B. Defisiensi
vitamin D substrat untuk hidroksilase ginjal.
(2) Tidak memadaisehingga terjadi defisiensi 1,25(OH)₂-D
(3) Dan penurunan penyerapan kalsium dan fosfor dari usus
(4) Yang menyebabkan penurunan kadar keduanya dalam serum
(5) Hipokalsemia mengaktifkan kelenjar paratiroid
(6) Menyebabkan mobilisasi kalsium dan fosfor dari tulang
(7) A. secara bersamaan , hormone paratiroid (PTH)
menyebabkan pengeluaran fosfat diurin, B. dan retensi
kalsium. Akibatnya, kadar kalsium serum normal atau
hampir normal tetapi fosfatnya rendah sehingga
mineralisasi terganggu.
Gambar 8-20
A. Rincian taut kostokondral yang mengalami rakitis. Jajaran
tulang rawan lenyap. Sebagian trabekula adalah tulang tua
yang sudah terbentuk, tetapi tulang yang lebih pucat
terdiri atas osteoid yang tidak mengalami kalsifikasi.
B. Sebagai pembanding, taut kostokondral normal pada seorang
anak yang memperlihatkan transisi teratur dari tulang
rawan menjadi tulang baru.
Gambar 8-21
Rakitis. Melengkungnya tungkai pada batita akibat
mineralisasi tulang yang kurang.
Osteomalasia dan riketsia
Pada defisiensi vitamin D, tulang tidak dapat melakukan
kalsifikasi yang normal. Akibat dari defisisensi ini pada bayi
serta anak-anak dinamakan penyakit riketsia (atau rakitis)
sedangkan pada orang dewasa disebut osteomalasia.
Penyakit riketsia yang pernah menjadi penyakit umum pada
usia kanak-kanak kini sudah jarang dijumpai. Kadang-kadang saja
penyakit ini terlihat pada bayi yang mendapatkan ASI tanpa
memperoleh suplemen vitamin D atau bayi yang diberi susu formula
dengan bahan dasar susu yang tidak difortifikasi (diperkaya).
Riketsia juga ditemukan didaerah perkotaan yang memiliki banyak
bangunan tinggi di negara-negara bermusism dingin sehingga
penduduknya jarang terkena sinar matahari.
Kewaspadaan Klinis
insidensi riketsia paling tinggi pada anak-anak berkulit hitam atau coklat gelap,
yang karena pigmentasi, kulit mereka kurang dapat menyerap cahaya matahari.
Dengan penanganan yang baik, prognosis penyakit defisiensi
ini cukup baik. Pada dewasa dengan osteomalasia, deformitas
tulang dapat menghilang, namun deformitas ini biasanya menetap
pada anak-anak yang menderita riketsia.
Penyebab atau Etiologi
Penyebab osteomalasia dan riketsia meliputi :
● Asupan vitamin D yang terkandung dalam makanan tidak adekuat.
● Malabsorbsi vitamin D
● Pajanan cahaya matahari yang kurang (cahaya ultraviolet akan
mengubah senyawa 7-dehidrokolesterol yang merupakan precursor
vitamin D menjadi kalsiferol)
● kerusakan bawaan yang berupa gangguan reabsorpsi fosfat dalam
tubulus renal (akibat insensitivitas vitamin D) pada riketsia
yang resisten vitamin D (riketsia refrakter, hipofosfatemia
familial)
● Keadaan yang mengurangi absorpsi vitamin D larut lemak (seperti
pancreatitis kronis, penyakit seliak, penyakit crohn, kistik
fibrosis, reseksi lambung atau usus halus, fistula, colitis, dan
obstruksi bilier)
● Penyakit hati atau ginjal (yang menggangu pembentukan
kalsiferol terhidrolisasi yang diperlukan untuk membentuk protein
pengikat-kasium pada tempat-tempat absorpsi di dalam usus)