LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OSEANOGRAFI Disusun oleh : NAMA : ELLY PUSPITANINGRUM NIM : 03/171116/PN/09890 PRODI : MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN ASISTEN : JAMALUDIN RASYID LABORATORIUM EKOLOGI PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2005
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OSEANOGRAFI
Disusun oleh :
NAMA : ELLY PUSPITANINGRUM NIM : 03/171116/PN/09890 PRODI : MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN ASISTEN : JAMALUDIN RASYID
LABORATORIUM EKOLOGI PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA 2005
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmatNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan praktikum oseanografi dengan baik. Praktikum oseanografi merupakan
syarat kelulusan dari mata kuliah oseanografi dan sebagai syarat mengikuti responsi. Laporan
tersusun atas beberapa bab yang mempelajari tentang aspek-aspek fisik, kimia, dan biologi
laut.
Penulisan laporan ini dapat terlaksana dan tersusun dengan baik dengan bantuan dari
beberapa pihak yang telah memberikan semangat, dukungan moral, dan bantuan. Tak lupa
saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. orang tua dan sahabat yang selalu membantu dan memberiku semangat.
2. seluruh asisten praktikum fisiologi hewan air, khususnya mbak wiwin.
3. seluruh teman-teman praktikan fisiologi hewan air.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak trdapat
kekurangan. Hal tersebut tidak lain karena keterbatasan yang ada pada penulis. Koreksi,
kritikan, dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan laporan.
Akhirnya tiada harapan yang lebih selain, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis dan pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 28 Mei 2005
Penulis
2
LAPORAN PRAKTIKUM
OSEANOGRAFI
Oleh ELLY PUSPITANINGRUM
03/171116/PN/09890
Laporan ini diterima sebagai persyaratan
yang diperlukan untuk kelulusan mata kuliah
Oseanografi
Disetujui pada tanggal : 29 Mei 2005
Asisten
Jamaludin Rasyid
Dosen Pengampu
Oseanografi
Eko Setyobudi, S.Pi, M. Si
3
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Oseanografi bila dilihat dari asal katanya berarti “deskripsi dari laut” tetapi dalam arti
luas oseanografi merupakan ilmu mengenai laut atau suatu disiplin ilmu yang mencakup
segala aspek dari laut dan sebagainya. Secara umum oseanografi dapat dibagi menjadi empat
bagian, yaitu:
1. Fisika oseanografi
2. Kimia oseanografi
3. Biologi oseanografi
4. Geologi oseanografi
Di Indonesia oseanografi sering diartikan sebagai ilmu yang mempelajari segi-segi fisika,
kimia, dan biologi laut; sedangkan ilmu oseanologi merupakan ilmu yang cakupannya lebih
luas daripada oseanografi.
Laut memegang peranan penting sebagai sarana atau mata pencaharian, pentedia
sumber daya alam (khususnya protein hewani), alur transportasi, agribisnis, tempat pariwisata,
rekreasi, kawasan pemukiman, dan tempat pembuangan limbah. Negara-negara maju
memandang laut sebagai sumber bahan makanan, mineral, energi, bahkan eksploitasi minyak
atau bahan bakar lebih lanjut.
Pendekatan pengelolaan terpadu harus dilakukan guna membangun sumber daya
wilayah laut secara optimal dan berkelanjutan bagi kemakmuran rakyat. Namun, salah satu
kendala yang dihadapi adalah kurangnya sumberdaya manusia yang memahami pengelolaan
wilayah pesisir dan laut secar terpadu serta pelaksanaan perencanaan dan pembangunan
sumber daya pesisir dan laut secara sektoral dan terpilah.
Berdasarkan uraian di atas dan mengingat betapa pentingnya pengelolaan laut secara
berkelanjutan, maka dilaksanakan praktikum oseanografi. Praktikum oseanografi mempelajari
segala hal yang berhubungan dengan laut baik dari parameter kimia, fisika, dan biologi.
Diharapkan setelah mengetahui dan mempelajari berbagai aspek maka sumber daya maritim
Indonesia dapat lestari dan berkelanjutan demi kesejahteraan rakyat.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi, Sejarah, dan Ruang Lingkup Oseanografi
Oseanografi bila dilihat dari asal katanya memiliki pengertian “deskripsi dari laut”
tetapi bila ditinjau dalam arti yang lebih luas, oseanografi adalah ilmu magenta laut atau suatu
disiplin ilmu yang mencakup segala aspek laut, misal: gerakan air laut, susunan kimia air laut
dan udara di atas laut, kehidupan di dalam laut, kondisi dasar laut, dan sebagainya (Soepardjo,
1982).
Menurut Hutabarat dan Evans (1985), oseanografi merupakan perpaduan dari berbagai
macam ilmu, antara lain ilmu tanah (geologi), ilmu bumi (geografi), ilmu fisika, ilmu kimia,
ilmu biologi (hayat), dan ilmu iklim (meteorologi). Namun secara umum atau garis besar
oseanografi dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Fisika oseanografi, mempelajari hubungan antara sifat-sifat fisik yang terjadi di dalam
laut dan yang terjadi antara lautan, atmosfer, dan daratan.
2. Geologi oseanografi, mempelajari asal lautan yang telah mengalami perubahan lebih
dari berjuta-juta tahun yang lalu.
3. Kimia oseanografi, mempelajari reaksi kimia yang terjadi di dalam dan dasar laut serta
menganalisa sifat air dan laut itu sendiri.
4. Biologi oseanografi, mempelajari semua kehidupan organisme yang ada di lautan
termasuk hewan dan tumbuhan.
Keterkaitan manusia terhadap laut sudah terjadi sejak zaman peradaban manusia. Pada saat itu
bentuk peta sangat penting peranannya. Zaman ptolemous, abad kedua sebelum masehi, lautan
Mediterania, bagian utara Afrika dan Pantai Selatan Afrika berhasil dipetakan secara
sempurna. Abad keempat sebelum masehi, Aristoteles (kebangsaan Yunani) melakukan
penelitian yang lebih mendetail mengenai hewan dan tumbuhan laut. Akhirnya pada abad I
masehi, manusia mulai mengerti hubungan antara gerakan pasang dan letak dari bulan. Abad
ke-14 masehi seorang bangsawan Portugis, Ferdinando Hagelhaens, melakukan pelayaran
keliling dunia dan membuktikan bahwa bumi berbentuk bulat. Abad ke-18, James Cook
membuat seluruh peta dari Lautan Pasifik dan memperlihatkan adanya sebuah daratan di
bagian selatan kutub yang selalu tertutup oleh es. Beberapa ekspedisi oseanografi yang telah
dilakukan oleh Challenger (1872-1875), Gazelle (1874-1876), Vitiaz (1886-1889), dan Meteor
5
(1925-1927). Ekspedisi Challenger telah memberikan tambahan pengtahuan yang sangat
penting.
B. Pembentukan dan Pengembangan Pantai
Pantai merupakan daerah yang terletak di bagian tepi daratan. Peranan perairan pantai
sebagai sumber daya hayati laut masih dipengaruhi oleh daratan. Wilayah perairan panta
merupakan bagian samudra yang lebih kecil jika dibandingkan dengan luas perairan Indonesia
(Romimohtarto dan Juwana, 2001).
Menurut Dahuri (2003), berdasarkan morfologinya pantai di Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Pantai Terjal Berbatu
Pantai tersebut biasanya terdapat di kawasan tektonis aktif yang tidak pernah
stabil karena proses geologi. Kehadiran vegetasi penutup dipengaruhi oleh tiga faktor,
yaitu: tipe batuan, tingkat curah hujan, dan cuaca.
2. Pantai Landai dan Datar
Tipe tersebut dapat ditemukan di kawasan stabil, yaitu: kawasan yang sudah
sekian lama tidak mengalami pergerakan tanah secara vertikal. Aliran air tawar yang
tinggi dan banyaknya endapan lumpur mengakibatkan terumbu karang tidaka dapat
berkembang dengan baik.
3. Pantai dengan Bukit Pasir
Pantai tersebut terbentuk karena pengaruh transportasi sedimen elastik secara
horisontal. Peristiwa transportasi tersebut dipengaruhi oleh gelombang besar dan arus
menyusur pantai yang mampu mensuplai sedimen dari daerah sekitarnya, misal Pantai
Selatan Jawa.
4. Pantai Beralur
Bentuk pantai beralur dipengaruhi oleh faktor gelombang. Gelombang yang
pecah akan menciptakan arus yang menyusur pantai. Arus tersebut berperan dalam proses
pendistribusian sedimen.
5. Pantai Berbatu
6
Tipe pantai tersebut dicirikan dengan adanya belahan batu cadas dan organisme
air yang hidup di permukaan. Pantai memiliki kepadatan mikroorganisme yang paling
tinggi, khususnya habitat intertidal di daerah dingin dan subtropik.
6. Pantai Lurus di Daratan Pantai yang Landai
Tipe tersebut dicirikan sebagai fase awal perkembangan pantai bercelah dan
bukit pasir apabila terjadi perubahan suplai sedimen dan cuaca.
7. Pantai yang Terbentuk Karena Pengaruh Erosi
Pantai tersebut terbentuk dari sedimen yang terangkut oleh arus dan aliran
sungai akan mengendap di daerah pantai. Pantai yang demikian akan mengalami
perubahan dari musim ke musim, baik secara alami maupun karena kegiatan manusia.
C. Fenomena Geografi Fisik
1. Pasang Surut
Pasang surut atau Pasut merupakana proses naik turunnya permukaan laut secara
periodik. Hal tersebut dipengaruhi oleh gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan
dan matahari. Kisaran Pasang surut (tidal range) merupakan perbedaan tinggi muka air
saat pasang maksimum dengan tinggi muka air saat surut meksimum. Pasang surut di
Indonesia dapat dibagi menjadi empat jenis berdasarkan pola gerakan muka lautnya, yaitu:
pasut harian tunggal, pasut harian ganda, dan dua jenis pasut campuran (Dahuri, 1996).
2. Temperatur
Menurut Hutabarat dan Evans (1985), suhu di laut merupakan faktor yang amat
penting bagi kehidupan organisme di lautan karena mempengaruhi aktifitas dan
metabolisme organisme tersebut. Sebagai contoh, binatang karang penyebarannya dibatasi
oleh perairan hangat yang berada di daerah tropik dan subtropik. Insolation adalah proses
pemanasan lautan dan daratan oleh sinar matahari. Daerah tropik merupakan daerah yang
memiliki kelembaban udara yang tinggi dan mengakibatakn terbentuknya lapisan awan
yang lebih tebal daripada daerah subtropik. Daerah tropik lebih bsnyak menerima panas
dibandingkan daerah kutub karena dippengaruhi oleh bebrapa faktor, yaitu:
a. sinar matahari yang merambat melalui atmosfer mengalami banyak kehilangan panas
sebelum mencapai daerah kutub.
b. Besarnya perbedaan sudut datang sainar matahari ketika mencapai permukaan bumi.
7
c. Daerah kutub lebih banyak menerima panas di permukaan bumi yang dipantulkan
kembali ke atmosfer.
3. Arus
Arus pantai yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi pantai merupakan
gelombang yang datang menuju pantai. Arus laut merupakan pencerminan langsung dari
pola angin yang bertiup pada saat itu (Dahuri dkk, 1996). Gaya coriolis menyebabkan arus
di permukaan air laut berbelok ke kanan dari arah angin dan arus di lapisan bawahnya kan
berbelok ke arah kanan lagi dari arah arus permukaan (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
4. Gelombang Laut
Gelombang timbul karena dipengaruhi oleh dorongan angin di atas permukaan air laut
dan sebagian lagi oleh tekanan tangensial pada partikel air. Besar kecilnya gelombang
dipengaruhi oleh tinggi gelombang. Gelombangakan pecah jika bergerak menuju pantai
dan terdampar di dasar perairan pantai dangkal karena energi gelombang mulai
menghilang (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
5. Kemiringan Pantai
Kemiringan pantai ditentukan dengan cara mengukur perbedaan ketinggian pada dua
titik horizontal yang jarak antara kedua titik telah diketahui. Kemiringan pantai sangat
berperan dalam drainase air terutama dalam usaha budidaya pantai. Kemiringan yang
sangat besar sangat tidak baik buat budidaya. Sebaliknya pantai yang datar cukup
menyulitkan dalam proses pengeringan kolam tambak. Pantai yang landai menyebabkan
jangkauan pasang surut mencapai ratusan meter, sedangkan pantai yang terjal meyebabkan
jangkauan pasang surut hanya mampu mencapai beberapa puluh meter saja (Anonim 2005.
D. Aspek Biologi Laut
Biologi oseanografi sistem pelagik terdiri atas hewan dan tumbuhan yang hidupnya
melayang-layang di permukaan lautan terbuka. Sistem pelagik dibagi menjadi dua kelompok
besar atau utama, yaitu:
a. Plankton, terdiri atas organisme mikroskopik dan hiduonya melayang-layang di perairan.
Plankton tediri atas zooplankton dan fitoplankton.
b. Nekton, terdiri atas hewan-hewan yang berukuran besar dan memiliki kemampuan untuk
bergerak melawan gerakan arus (perenang aktif).
8
1. Plankton
Menurut Hutabarat dan Evans (1985), fitoplankton merupakan tumbuhan air yang
berukuran sangat kecil dan terbagi atas beberapa kelas yang berbeda. Fitoplankton
berperan sebagai produsen utama di perairan. Fotosintesis merupakan salah satu proses
permulaan yang sangat penting dimana fitoplankton dapat membuat atau mensintesa
karbohidrat dari ikatan-ikatan anorganik karbondioksida dan air.
6 CO2 + 6 H2O ↔ C6H12O6 + 6O2
Sinar matahari diperlukan untuk proses fotosintesis, oleh karena itu fitoplankton hanya
dapat dijumpai pada lapisan permukaan laut saja. Zooplankton merupakan suatu kelompok
yang terdiri atas kelas protozoa, coelenterata, mollusca, annelida, dan crustaceae.
Zooplankton tidak dapat memproduksi zat-zat organik dari zat-zat anorganik. Zooplankton
yang bersifat herbivora akan memangsa fitoplankton secara langsung sedangkan
2. Bentos
Menurut Hutabarat dan Evans (1985) organisme yang hidup menempel di bagian dasar
perairan dikenal sebagai bentos, termasuk di dalamnya adalah tumbuhan dasar (benthic
plants) dan hewan dasar (benthic animals). Tumbuhan dasar dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu:
a. Tanaman air bersel tunggal yang umumnya hidup dipermukaan pasir dan lumpur.
b. Tanaman air berukuran besar, misal seaweeds
c. Tanaman berbunga, misal Zostera, beberapa pohon, dan semakan yang hidup di
mangrove swamp daerah litoral.
Keadaan lingkungan seperti tipe sedimen, salinitas, dan kedalaman di bawah permukaan
mampu memberikan variasi yang sangat besar dari satu daerah dasar lautan ke daerah
dasar lautan yang lain, sehingga tidak mengherankan jika timbul perbedaan variasi jenis
hewan. Komunitas hewan tertentu sering dijumpai tersebar secara luas asalkan kondisi
lingkungan hidupnya cocok, walaupun hewan benthic tersebut berada di letak geografi
yang berbeda, sebagai contoh suatu perairan didominasi oleh Macoma (kelas Bivalvia)
yang terdapat di perairan dangkal dan bersalinitas rendah pada kedalaman 10 – 60 meter di
beberapa bagian dunia.
9
E. Aspek Kimia Air Laut
1. Salinitas
Menurut Nybakken (1992), air laut merupakan air murni yang di dalamnya terlarut
berbagai zat padat dan zat gas. Satu contoh, air laut seberat 1000 gram akan berisi kurang
lebih 35 gram senyawa-senyawa terlarut secara kolektif yang disebut garam. Dengan kata
lain, 96.5 % air alut berisi air murni dan 3.5 % berisi garam (zat terlarut). Banyaknya zat
terlarut disebut salinitas. Ilmuwan dalam bidang biologi laut dan oseanografi menyatakan
salinitas dengan satuan perseribu (0/00). Oleh karena itu, sampel air laut yang khas seberat
1000 gram yang mengandung 35 gram senyawa-senyawa terlarut memilki salinitas 35 0/00.
2. Alkalinitas.
Alkalinitas merupakan kemampuan penyangga perairan alami., yaitu kemampuan dari
perairan untuk menetralisir asam. Alkalinitas terdiri atas banyaknya basa-basa dalam air
yang dapat tertitrasi sebagai CaCO3 ekuivalen. Menurut Wetzel (1991), alkalinitas
dipengaruhi oleh kadar CO2 bebas menurut reaksi berikut:
CO2 ↔ CO2 + H2O ↔ H2CO3 ↔ 2H+ + CO3-
3. Derajat Keasaman
Derajat keasaman merupakan nilai yang menunjukkan banyaknya kandungan ion
hidrogen dalam suatu perairan. Derajat keasaman dapat mempengaruhi kesetimbangan
senyawa-senyawa yang terdapat di perairan dan juga dapat mempengaruhi kehidupan
pakan alami (misal plankton) dan fisiologi ikan (Triyatmo, 2001).
4. Karbondioksida Bebas.
Karbondioksida bebas merupakan banyaknya kadar CO2 dalam suatu perairan yang
dihasilkan dari proses respirasi organisme akuatik. Karbondioksida oleh organosme
akuatik diperlukan untuk proses fotosintesis melalui reaksi:
6 CO2 + 6 H2O ↔ C6H12O6 + 6 CO2
Melalui proses fotosintesis, tumbuhnan akuatik dapat melakukan proses pemasakan untul
tubuhnya sendiri (Brotowidjoyo et al, 1995).
5. Kadar Oksigen Terlarut
Kadar oksigen terlarut merupakan banyaknya gas oksigen yang terlarut di dalam
perairan. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) sangat penting untuk metabolisme
10
pernapasan organisme akuatik dan proses biokimia (Haver and Hill, 1991). Distribusi
oksigen sangat penting untuk kebutuhan langsung organisme, mempengaruhi solubilitas,
dan ketersediaan nutrien (wetzel, 1991).
11
III. METODOLOGI
A. Parameter Fisik
1. Pasang Surut
a. Metode: pengamatan visual berdasarkan pengukuran terhadap perubahan tinggi
permukaan laut secara langsung dan tidak langsung.
b. Alat dan Bahan:
1) balok kayu (4 x 6 x 300 cm) 3 buah
2) selang plastik transparan (diameter 3/8 inci) 6 m, warna bening
Densitas tertinggi sebesar 660 ind/l pada pukul 03.00 (mayoritas plankton berupa Beroe
sp.) dan terendahnya sebesar 45 ind/l pada jam 15.00 (mayoritas plankton yaitu
Tricaratium sp.) Tingginya densitas plankton pada jam 03.00, karena pada jam tersebut
suhu perairannya sebesar (290 C), kemungkinan suhu tersebut merupakan suhu yang
sesuai dengan kisaran organisme tersebut sehingga kebanyakan plankton tersebut mampu
bertahanhidup. Tingginya DO (DO tertinggi pada yaitu 6,5 ppm), mengakibatkan plankton
mudah mendapat oksigen sebagai bahan dasar respirasi dalam aktivitasnya. Rendahnya
densitas plankton pada jam 15.00 karena pada jam tersebut kandungan oksigennya relatif
sedikit (6,6 ppm), kandungan oksigen yang kecil pada perairan mengakibatkan plankton
kesulitan mendapatkan bahan bakar utama untuk melakukan proses respirasi tubuh yang
menghasilkan energi untuk kelangsungan hidupnya. Adanya gelombang dan pasang surut
mempengaruhi dalam pengadukan massa air dan distribusi nutrisi. Gelombang dan pasang
surut yang besar dapat menyebabkan plankton terbawa arus dan terkonsentrasi pada satu
tempat atau bahkan menjadi terpencar-pencar secara random, sehingga densitas yang
didapat kurang menggambarkan kepadatan plankton yang sebenarnya.
C. Manfaat dengan Dunia Perikanan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kedua stasiun tersebut maka dapat diketahui
bahwa stasiun I dan stasiun II memiliki potensi yang sangat tinggi jika dimanfaatkan untuk
dunia perikanan. Tanaman akuatik seperti alga banyak dijumpai di stasiun I. Alga tersebut
berasal dari berbagai kelas dengan tingkat keragaman spesies yang sangat tinggi. Alga-alga
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan kosmetika, obat-obatan, dan sebagai bahan pakan
tambahan dari laut dengan kandungan nutrien yang sangat tinggi. Pantai tersebut juga dapat
34
dimanfaatkan untuk tambak pasang surut dengan memanfaatkan gerakan pasang surut air laut.
Ketika terjadi pasang maka sejumlah massa air akan masuk ke dalam tambak dan masuknya
nutrien yang dibawa oleh gerakan pasut dan gelombang. Disekitar pantai tersebut dapat kita
jumpai tanbak lobster, bandeng, dan udang windu. Tidak hanya itu penduduk disekitar pantai
tersebut juga banyak yang bermatapencahariaan sampingan sebagai nelayan rumput laut.
penduduk tersebut membudidayakan rumput laut kemudian menjualnya dalam bentuk kering
dan dijual kepada pedagang pengumpul. Selanjutnya oleh pedagang pengumpul rumput laut
tadi akan dijual ke perusaahaan kosmetika.
35
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Oseanografi merupakan ilmu terapan yang mempelajari tentang laut dan didukung oleh
aspek-aspek fisik, kimia, dan biologi laut.
2. Aspek fisika meliputi suhu air, suhu udara, kecepatan dan arah angin, periode dan
frekuensi gelombang, dan pasang surut air laut.
3. Hasil pengamatan terhadap aspek fisik laut menunjukkan bahwa :
a. suhu air berkisar 26-31.5 0C
b. suhu udara berkisar 26-300C
c. kecepatan angin berkisar 0-982.5 km/mnt
d. arah angin sebagian besar berasal dari tenggara
e. frekuensi gelombang berkisar 3-11 gel/mnt
f. periode gelombang berkisar 6-20 det/gel
g. kecepatan angin berkisar 0-982.5 km/mnt
h. kemiringan pantai sebesar 15.54 %
4. Aspek kimia yang diamati meliputi kadar DO, kadar CO2 bebas, alkalinitas, salinitas, dan
kadar pH. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh kisaran data sebagai berikut:
a. Kadar DO berkisar antara 6-13.2 ppm
b. Kadar CO2 bebas berkisar antara 0-24 ppm
c. Kadar alkalinitas berkisar 5-290 ppm
d. Kadar salinitas berkisar 30-35 o/00
e. Kadar pH berkisar 6.9-7.3 ppm
5. Pengamatan terhadap aspek biologi berupa kepadatan plankton dengan kisaran 45-660
ind/liter. Spesies terbanyak adalah Beroe sp. dan spesies terkecil adalah Tricaratium sp.
B. Saran
1. Persiapan pelaksanaan teknis di lapangan diharapkan dapat lebih matang agar kesalahan
yang terjadi di lapangan dapat diminimalkan.
36
2. Kerjasama antara asisten dan praktikan di lapangan sebaiknya tetap dijaga sehingga
praktikum dapat berjalan dengan baik dan tujuan dapat tercapai dengan mudah.
37
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo, M.D., D. Triawono, E. Mulbyantoro. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Liberty, Yogyakarta.
Cholik. 1991. Pengolahan Kualitas Air Kolam. Dirjen Perikanan. Jakarta. Dahuri, R, dkk. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.
Pradnya Paramita. Jakarta. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati, Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Pt
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hutabarat, S. dan S.M. Evan. 1985. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia Press.
Jakarta. Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta. Romimohtarto, K dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut, Ilmu Pengetahuan tentang Biologi Laut.
Djambatan. Jakarta. Supardjo. 2004. Bahan Ajar Kuliah Oseanografi. Jurusan Perikanan Fakultasa Pertanian
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Triyatmo, B. 2001. Studi Kondisi Limnologis Waduk Sermo pada Tahap Pra-Inundasi.
Jurnal Perikanan. UGM. Wetzel, R.G. 1991. 3rd edition: Limnology Lake and River Ecosystem. Academic Press