Top Banner

of 15

Ornamen Pada Interior Bandar Udara Adi Sumarmo

Jul 15, 2015

Download

Documents

Yun Robby Zakri
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

ORNAMEN PADA INTERIOR BANDAR UDARA ADI SUMARMO A. Latar BelakangKota Solo dalam Sejarah Eksistensi kota Surakarta(Solo) dimulai di saat Kesultanan Mataram memindahkan kedudukan raja dari Kartasura ke Desa Sala, di tepi Bengawan Solo. Secara resmi, keraton mulai ditempati tanggal 17 Februari 1745. Akibat perpecahan wilayah kerajaan, di Solo berdiri dua keraton: Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunegaran, menjadikan kota Solo sebagai kota dengan dua administrasi. Kekuasaan politik kedua kerajaan ini dilikuidasi setelah berdirinya Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Selama 10 bulan, Solo berstatus sebagai daerah setingkat provinsi, yang dikenal sebasgai Daerah Istimewa Surakarta. Selanjutnya, karena berkembang gerakan antimonarki di Surakarta serta kerusuhan, penculikan, dan pembunuhan pejabat-pejabat DIS, maka pada tanggal 16 Juni 1946 pemerintah RI membubarkan DIS dan menghilangkan kekuasaan rajaraja Kasunanan dan Mangkunagaran. Status Susuhunan Surakarta dan Adipati Mangkunegara menjadi rakyat biasa di masyarakat dan Keraton diubah menjadi pusat pengembangan seni dan budaya Jawa. Kemudian Solo ditetapkan menjadi tempat kedudukan dari residen, yang membawahi Karesidenan Surakarta (Residentie Soerakarta) dengan luas daerah 5.677 km. Tanggal 16 Juni diperingati sebagai hari jadi Kota Solo era modern. Potensi Kota Solo Dalam perkembangannya kota Solo mempunyai banyak sebutan yang dipredikatkan kepadannya diantaranya adalah Solo sebagai kota batik, kota bengawan dan kota budaya. Dua sebutan tersebut tak lepas dari latar belakang sejarah yang berkembang di kota Solo. Sebutan sebagai kota batik misalnya, direkayasa untuk menjadi sebutan dari salah satu karya tradisi yang kemudian berkembang yaitu batik. Dengan melihat banyaknya pusat-pusat kerajinan batik di kota Solo maka muncullah identitas tersebut, untuk selanjutnya proses pengungkapan identitas tersebut disebut dengan city branding. Untuk memperkuat keberadaan identitas atau brand tersebut, kebijakan yang diambil pemerintah kota Solo-pun akan senantiasa berpihak kepada pencapaian brand tersebut, antara lain : revitalisasi pasar tradisional yang kumuh ke pasar modern yang lebih bersih dan layak standarisasi pasar dan pelakunya seperti penggunaan seragam untuk para pedagang, rantai keramik dan meja dari stainless steel sehingga mudah dibersihkan. para PKL yang tadinya terkesan liar dan semrawut direlokasi ke tempat yang lebih modern, tanpa pungutan biaya serta dilengkapi dengan Surat Ijin Penempatan dan Surat Ijin Usaha baik untuk sektor formal maupun informal. 1

mempermudah akses transportasi ke lokasi dan senantiasa melakukan promosi baik melalui media cetak maupun media elektronik. (Sumber : portal informasi PEMDA Surakarta) Salah satu upaya pemerintah dalam mendapatkan sumber dana non pajak adalah dengan menggalakkan sektor pariwisata. Untuk itu perlu kesiapan dan pembenahan dalam berbagai bidang, termasuk pengelolaan dan pengembangannya. Pemerintah telah menetapkan daerah-daerah tujuan wisata di Indonesia, namun kita tentu yakin bahwa masih banyak potensi wisata yang dapat dikembangkan, selain tentunya meningkatkan kualitas pelayanan terhadap daerah-daerah yang telah ditetapkan tersebut. Penataan baik management maupun teknis dalam penyelenggaraan industry pariwisata merupakan satu hal yang harus dilakukan untuk menunjang program-program tersebut. Industri pariwisata berarti suatu susunan organisasi atau, baik pemerintah maupun swasta, yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan untuk memenuhi kebutuhan dari wisatawan atau pelancong (Hadinata, 1996 : 11). Aktivitas perjalanan atau bepergian, akan mewakili kepentingan-kepentingandan motivasi sebagai berikut : business (bisnis), official mission (perjalanan dinas resmi), MICE (meeting, insentive, convention, exhibition), holiday (liburan), education (pendidikan), dan kunjungan-kunjungan lain (Hadinata, 1996 : 15). Branding ini cukup penting karena dapat menjadi promosi potensi dan aset daerah yang dapat dikenal luas. Ketika brand atau merek itu dikaitkan dengan sebuah kota, maka harus bisa mengkomunikasikan dengan jelas seperti apakah kota itu, apa saja yang dimiliki, dan mengapa kota itu patut mendapatkan perhatian bergbagai kalangan dunia (Sumarmo, www.bisnisJateng.com). Dalam perkembangannya, kota Solo juga menjadi tuan rumah penyelenggaraan beberapa acara berskala nasional maupun internasional dalam berbagai bidang atau ruang lingkup; budaya, ekonomi, politik, pariwisata dan sebagainya. Salah satu kegiatan yang berkala internasional (ASEAN) adalah penyelenggaraan Asean Paragames 2011 yaitu penyelenggaraan pesta olah raga penderita cacat se-Asia Tenggara 2011 yang bertempat di Solo. Acara lain yang berskala nasional dan internasional seperti Konferensi dan Ekspo Kota-kota Pusaka Dunia (WHCCE), Musyawarah Nasional APEKSI, dan Festival Musik Etnik (SIEM)-SIPA, serta Solo Batik Carnival (SBC) juga sukses terselenggara di kota Solo. MICE (meeting, insentive, convention dan exhibition) menjadi sebuah acara yang juga akrab dengan kota Solo sebagai penyelenggara. Acara-acara ini banyak terselenggara di Solo seiring dengan fasilitas-fasilitas pertemuan/meeting, convention hall, exhibition room yang mulai banyak berdiri di kota Solo. Dalam penyelenggaraan event-event ini tentunya tidak bisa dipisahkan dari sarana dan prasarana pendukung lainnya yaitu hotel dan penginapan. Keberhasilan kota Solo menyelenggarakan event-event tersebut diapresiasi oleh majalah Venue dengan memberikan penghargaan MICE Award kepada pemerintah Kota Solo, yang diwakili 2

oleh Walikota Solo Joko Widodo. MICE Award adalah penghargaan bagi kepala daerah yang mampu mengembangkan daerahnya dalam bidang industri pariwisata dan MICE di tanah air. Penghargaan ini merupakan kali kesekian yang diterima Kota Solo di penghujung 2009. Transportasi Penyelenggaraan semua event tersebut didukung pula dengan sarana-prasarana pendukung yaitu tempat-tempat wisata yang dapat dijangkau dengan mudah dari pusat kota Solo, baik tempat wisata di kota, ataupun tempat-tempat wisata di luar kota. Tempat-tempat wisata di kota misalnya adalah aset budaya keraton, aset wisata kuliner, aset wisata bisnis; pasar dan industri, aset wisata pertunjukkan, aset wisata transportasi (kereta uap tua). Sedangkan tempat-tempat wisata di luar kota, didominasi oleh aset-aset wisata purbakala dan aset wisata alam. Dalam penyelenggaraan pelayanan wisata ini pemerintah kota Solo juga mendapatkan penghargaan Indonesian Tourism Award (ITA) 2009 dalam kategori Indonesian Best Destination dari Departemen kebudayaan dan Pariwisata RI bekerja sama dengan majalah Swa Sembada (www.forum.pasarsolo.com). Sarana dan prasarana pendukung yang lain adalah transportasi yang memadai baik transportasi dalam kota, antar kota dan internasional. Transportasi merupakan satu sarana yang penting untuk mewujudkan suatu daerah menjadi accessible (terjangkau). Apabila jarak antara pasar wisata ke tempat tujuan lebih dari 150 km, maka harus tersedia angkutan yang nyaman, modern, lazimnya berupa sarana transportasi udara maupun kereta api cepat (Hadinoto, 1996 : 121). Transportasi dalam kota diwakili dengan bus kota, taksi, becak wisata, yang masing-masing relatif mudah ditemui dan dijangkau. Transportasi antar kota diwakili dengan transportasi bus, mobil travel, kereta, dan pesawat udara, sedangkan transportasi internasional ditempuh dengan pesawat udara. Namun penerbangan internasional melalui bandar udara Adi Sumarmo masih terbatas pada beberapa negara; Singapura dan Malaysia. A. Rumusan Masalah Pada sajian data di atas tergambar bahwa pemerintah kota Solo menempatkan identitas atau branding kota Solo dalam kerangka pengembangan kota. Dalam kaitannya dengan transportasi khususnya transportasi udara, yang merupakan pintu gerbang pertama wisatawan dunia yang datang berkunjung ke Solo, terdapat beberapa masalah yang perlu diteliti : Bagaimanakah strategi visual yang diterapkan pada bandara Adi Sumarmo Solo, dalam mewujudkan brand image (pengidentitasan) kota Solo? Bagaimana perwujudan ornamen sebagai salah satu bentuk strategi visual tersebut? Apakah wujud ornamen tersebut mampu mewakili peran sebagai salah satu brand image kota Solo?

3

A. Tujuan Penelitian 1. Menjelaskan bentuk strategi visual apa saja yang diterapkan dan dikembangkan oleh Pemerintah Kota Solo dalam upaya mewujudkan brand image (pengidentitasan)kota Solo. 2. Menjelaskan bentuk, warna, penempatan dan motif ornamen yang terdapat pada interior terminal penumpang Bandara Adi Sumarmo. 3. Menjelaskan apakah ornamen-ornamen yang dibentuk dan disusun dalam interior terminal penumpang Bandara Adi Sumarmo Surakarta mampu memberi peran sebagai salah satu brand image kota Solo. A. Manfaat Penelitian Dari penelitian yang akan dilakukan ini, diharapkan akan memberikan beberapa manfaat, yaitu : 1. Mengetahui dengan jelas tentang program pemerintah kota Solo yang berkaitan dengan pengidentitasan kota. 2. Mengetahui dengan jelas kaitan antara ornamen dalam sebuah fasilitas publik dengan upaya pengidentitasan sebuah kota, khususnya kota Solo. 3. Pada masa mendatang, diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain dan juga pemerintah kota lain dalam mengetahui peran serta ornamen dalam sebuah upaya pengidentitasan kota. 4. Diharapkan dapat menjadi sebuah penelitian yang kritis yang selanjutnya mampu berperan dalam pengembangan fasilitas publik, khususnya desain interior terminal penumpang Bandara Adi Sumarmo. A. Tinjauan Pustaka Dari penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, diketahui belum banyak penelitian tentang pengungkapan ornamen yang diterapkan pada sebuah fasilitas publik dari sudut pandang pengidentitasan sebuah kota, khususnya pada fasilitas publik terminal penumpang pada bandara. Bahkan penelitian yang berkaitan dengan pengungkapan visual pada Bandara Adi Sumarmo, belum ditemukan. Hal ini mungkin dikarenakan fasilitas bangunan terminal penumpang Bandara Adi Sumarmo yang baru memang belum lama terwujud. Dengan kondisi tersebut tentunya, keinginan dan kesempatan penulis berkaitan dengan fokus kajian lebih terbuka lebar. Belum banyak peneliti yang dalam proses penelitiannya menyinggung tentang Bandara Adi Sumarmo. Penelitian yang dilakukan oleh Tika Widiawati pada tahun 2010 yang berjudul : Analisis Sistem Antrian Pesawat Terbang Bandara Internasional Adi Sumarmo Surakarta, melakukan kajian tentang antrian pesawat terbang untuk menganalisa dan merumuskan teori antrian, lebih terfokus kepada peningkatan pelayanan terhadap penumpang. Dikemukakan bahwa system antrian pesawat terbang yang efektif dan efisien akan lebih memberikan kepastian 4

ketepatan waktu penerbangan, dengan asumsi armada pesawat dalam kondisi fit dan tidak terkendala masalah teknis pesawat. Penelitian yang lain berjudul : Perancangan Perkerasan Fleksibel dan Geometrik Landas Pacu Bandar Udara Adi Sumarmo Solo Menggunakan Pesawat Rencana MD11 dilakukan oleh Megga Aviani dan Maria Anastasia Sirjono pada tahun 1997, melakukan analisa tentang landasan pacu pesawat. Penelitian ini fokus terhadap perhitungan teknik sipil yang berkaitan dengan kebutuhan kekuatan konstruksi landasan pacu dengan asumsi kuat untuk pesawat terbang jenis pesawat berbadan besar MD-11. Pesawat buatan Mc Donell Douglass ini berbadan lebar dengan memiliki 3 konfigurasi mesin atau disebut juga dengan trijet, dengan daya jelajah antar negara. Hal ini memfasilitasi pesawat-pesawat besar karena terkait dengan status Bandara Adi sumarmo sebagai bandara internasional. B. Kerangka Teoretis Bandar Udara Adi Sumarmo Solo Bandar Udara (Bandara) Adi Sumarmo merupakan bandara internasional yang ada di kota Solo, meskipun secara administratif masuk ke dalam Wilayah Kabupaten Boyolali. Berdasarkan sejarah, Bandara Adi Sumarmo Surakarta dibangun pada zaman penjajahan Pemerintah Belanda pada tahun 1940 digunakan untuk lapangan terbang darurat. Dengan masuknya bala tentara Jepang, lapangan terbang tersebut dihancurkan oleh Belanda. Kemudian pada tahun 1942 dibangun kembali oleh Pemerintah Jepang yang digunakan untuk basis militer penerbangan Angkatan Laut (Kaigun-Bokusha). Setelah proklamasi kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945, kesanggupan dan kemampuan menyelenggarakan penerbangan dimanifestasikan dalam bentuk organisasi yang dinamakan Penerbangan Surakarta yang diresmikan pada tanggal 6 Februari 1946 selanjutnya pada bulan Mei 1946 dari Penerbangan Surakarta berubah nama menjadi Pangkalan Udara Panasan dimana kegiatan penerbangan hanya diperuntukan bagi penerbangan militer. Menjelang konferensi PATA pada tahun 1974 fasilitas pelabuhan udara keselamatan penerbangan ditingkatkan sehingga dapat dimanfaatkan untuk melayani penerbangan komersial disamping militer. Penerbangan komersial secara teratur resmi dibuka sejak 23 April 1974 dan dilayani oleh perusahaan penerbangan PT. Garuda Indonesia dengan route Jakarta Solo Jakarta 3 kali seminggu. Berdasarkan Surat Keputusan KSAU No. SKEP/07/VII/1979 tanggal 25 Juli 1979 Pangkalan Udara Utama / Lanuma Panasan diubah namanya menjadi Pangkalan Udara Utama / Lanuma Adi Sumarmo, nama ini diambil guna menghoramati jasajasa dari pahlawan bangsa Almarhum Kapten Udara Anumerta Adi Sumarmo Wiryo Koesoemo. Sesuai kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kepada wisatawan dalam bentuk kemudahan-kemudahan angkutan udara, Departemen Perhubungan telah menetapkan Bandara Internasinal Adi Sumarmo Surakarta ditingkatkan pelayanannya disamping melayani penerbangan domestik juga melayani perjalanan ke luar negeri. Penerbangan perdana Singapura Jakarta Solo pp diresmikan pada tanggal 1 Mei 1989 dan dilayani oleh PT. Garuda Indonesia dan sekarang sudah tidak lagi melayani route penerbangan tersebut. Sejak 2 Juni 5

1995 penerbangan langsung Singapura - Solo pp dilayani oleh Silk Air dan saat ini frekuensinya sebanyak 3 (tiga) kali seminggu, menggunakan pesawat jenis A-319/A320. Dalam perkembangannya sebagai bandara sipil komersial, Adi Sumarmo masih selalu merugi dalam balance reportnya. Laporan akhir tahun 2011 menyebutkan bahwa bandara ini rata-rata masih menanggung beban kerugian rata-rata sebesar 23 milyar per tahun. Analisa yang dipublikasikan menyebutkan bahwa kerugian ini antara lain disebabkan oleh : tingginya investasi, tingginya biaya operasional, biaya penyusutan dan pemeliharaan dan masih rendahnya pengguna jasa pelayanan udara bandara ini. Penyebab yang paling membutuhkan perhatian adalah masih rendahnya pengguna bandara (Solopos, 13 Januari 2012). Hal ini bukan karena rendahnya jumlah penumpang tetapi karena sebagian penumpang memilih menggunakan jasa bandara Adi Sucipto Yogyakarta. Sekitar 40% penumpang pada bandara Adi Sucipto Yogyakarta adalah masyarakat Solo dan sekitarnya. Dalam analisa awal opsi ini dipilih karena aksesibilitas bandara Solo yang masih belum mudah untuk dijangkau, berbeda halnya dengan bandara Ai Sucipto Yogyakarta yang cukup mudah dijangkau meskipun dari wilayah Solo dan sekitarnya. Kendati demikian rencana pengembangan kawasan bandara Adi Sumarmo Solo bakal terus dilakukan. Rencana investasi dan pengembangan ini meliputi antara lain pembangunan commercial important(CIP) lounge, pembenahan landasan, pembangunan air cargo, pembebasan lahan untuk investasi baru, pembuatan tower setinggi 40 m sebagai menara navigasi dan pembuatan parallel taxi way. Rencana investasi dan pengembangan ini akan direalisasikan dalam jangka waktu 15 20 tahun kedepan (Solopos, 13 Januari 2012). Seperti halnya bandara lain, bandara ini dipisahkan ke dalam 2 area, yaitu area air side dan land side. 1. Air side, meliputi : runway, apron pesawat dan penanganan bagasi (baggage handling). 2. Land side, meliputi : terminal penumpang; ticketing, registrasi, tax, boarding lounge, dan fasilitas gedung bandara. Terminal Penumpang Bandara Adi Sumarmo Terminal penumpang pada bandara adi Sumarmo, dalam hal ini sebagai obyek kajian, termasuk ke dalam skala kecil, sebagaimana halnya terminal penumpang pada Bandara Adi Sucipto Yogyakarta. Status sebagai bandara internasional membagi terminal penumpang menjadi dua bagian yaitu terminal internasional dan terminal domestic, dimana masing-masing mempunyai dua pintu untuk departure(keberangkatan) dan arrive(kedatangan). Luas terminal internasional pada bandara Adi Sumarmo adalah 764 m2 dan luas terminal domestik adalah 1.428 m2 (www.boyolalikab.go.id).

6

Foto udara area bandara Adi Sumarmo Solo Pada foto udara diatas, terlihat bahwa rancangan bandara ini, meskipun tidak dapat disaksikan dari darat, rancangan tersebut berbentuk menyerupai gunungan dalam wayang, yang notabene pernah berkembang pesat di kota Solo. Perlku diteliti lebih jauh apakah hal ini merupakan sebuah kebetulan ataukah memang dirancang sedemikian rupa demi kepentingan yang lain.

7

Foto depan area terminal penumpang

Dalam rancangan arsitektur terlihat bahwa rancangan tersebut menerapkan desain rumah joglo yang merupakan rancangan monumental rumah-rumah di Jawa Tengah. Rumah joglo, tumbuh dan berkembang pada masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah dengan memiliki ciri-ciri atau karakteristik khusus. Pada awal mulanya, rumah joglo mempunyai kerangka bangunan utama yang terdiri dari soko guru berupa empat tiang utama penyangga struktur bangunan serta tumpang sari yang berupa susunan balok yang disangga soko guru (www.rumahjoglo.net). Karakteristik tersebut bukan hanya pada bentuk fisik bangunan joglo namun mulai dari proses pembangunan, wujud detail bangunan, sampai pada proses penempatan (slupslupan)(Ismunandar, 1997 : 30). Sehingga wujud bangunan joglo pada awal mulanya bukan hanya merupakan bentuk fisik unsich, namun semua tata-cara, upacara-upacara yang menyertai juga merupakan bagian yang tak terpisahkan. Dalam perkembangannya, bentuk bangunan joglo adalah merupakan bentuk fisik saja.

8

Rumah joglo (www.wikipedia.com)

Melihat bangunan terminal bandara Adi Sumarmo, nampak bentuk bangunan mengikuti pola fisik bangunan joglo, terutama pada bagian penutup atau atapnya. Namun ketika kita masuk ke dalam, maka kita tidak dapat lagi menyaksikan elemen-elemen interior yang biasa diterapkan pada bangunan atau rumah joglo, seperti : 4 buah saka guru, saton, mirong, ander, molo, dan lain sebagainya(Soepratno, 2007 : 14).

Foto panel dinding

9

Foto desain lamp cover

Foto pada area ticketing

10

Foto ornamen kaki tiang

Ornamen pada plafon/ceiling

11

Penampilan ornament dalam interior maupun eksterior terlihat menghias pada sebagian besar ruang kosong pada area terminal, hal ini sesuai dengan salah satu fungsi ornament yaitu sebagai pengisi ruang-ruang kosong, dalam bahasa lain ornament diartikan sebagai sesuatu yang dirancang untuk menambah keindahan pada suatu benda dan merupakan elemen tambahan pada bentuk structural (Guntur, 2004 : 2). Dalam rancangan interior dan eksterior di atas merupakan apresiasi ornamen yang ditempatkan dalam sebuah wadah bangunan terminal penumpang Bandara Adi Sumarmo Solo. A. Asumsi Ornamen telah berkembang di Indonesia sejak masa lampau dimana banyak diterapkan pada interior rumah-rumah bangsawan. Tema dari ornament-ornamen yang berkembang di Jawa Tengah dan sekitarnya (ornament tradisional) banyak berkembang dari sumber gagasan yang berupa tumbuhan, dan binatang. Peninggalan rancang desain ornament ini masih ada sampai sekarang dan berkembang ke dalam bentuk-bentuk yang dimodifikasi. Kita dapat melihat bahwa ornament yang tertempel pada berbagai bidang pada area terminal, merupakan hal yang tidak kita temui pada bangunan-bangunan tradisional di Jawa Tengah, dimana ornament asli daerah berkembang. Perlu pembuktian lebih jauh mengenai ornament yang diterapkan dalam interior terminal penumpang Bandara Adi Sumarmo Solo ini, sejauh mana ornament asli Jawa Tengah khususnya teraplikasi ke dalam desain yang ada sekarang. Terdapat dugaan kuat bahwa penerapan ornament pada banyak bagian ini lebih ditujukan kepada pemenuhan kebutuhan branding dibandingkan dengan pengungkapan ornament asli daerah, dapat merupakan salah satu pertimbangan dalam rancang desain interior. B. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan ditempuh oleh penulis adalah menggunakan pendekatan kualitatif, dimana penelitian akan fokus terhadap pengkaitan antara wujud visual dengan upaya pengidentitasan sebuah kota. Untuk itu maka penulis akan memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Sumber data Sesuai dengan penelitian yang dipilih, maka akan menggali sumber-sumber data sebagai berikut : dinas-dinas terkait yang membawahi struktur kelembagaan Bandara Adi Sumarmo, desainer interior terminal penumpang bandara, perancang ornamen interior terminal penumpang.

12

Sumber data lainnya adalah buku-buku kepustakaan, dokumen-dokumen dan arsip, catatan-catatan penelitian yang terkait dan memperkuat analisis, juga gambar, foto, produk sejarah sebagai sumber data historis. 2. Teknik pengumpulan data Sesuai dengan bentuk penelitian dan jenis sumber data yang digunakan, meka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : Observasi berperan pasif. Observasi langsung, dilaksanakan secara informal, mengamati bentuk, warna, keberadaan ornament sebagai bahan deskripsi obyek. Untuk menunjang keaslian data di lokasi maka akan direkam dengan fotografi dan video. Dokumentasi. Teknik documenter baik dokumentasi primer mauun sekunder, kegiatan mengumpulkan data yang bersumber dari documenter/arsip resmi dan tak resmi yang terkait dengan fokus penelitian. Wawancara mendalam. Wawancara ini bersifat fleksibel dan terbuka, tidak terstruktur ketat, suasana informal serta dilakukan berulang kali terhadap informan yang sama. Pertanyaan yang diajukan mengarah pada data yang lebih rinci dan mendalam. Wawancara akan dilakukan terhadap pihak-pihak yang terkait dengan bidang penelitian. Pemilihan narasumber dalam penelitian ini bersifat selektif berdasarkan pada pertimbangan karakter empiris, landasan teoretis dan lain-lain. Pemilihan narasumber didasarkan pada kompetensi yang terkait dengan focus penelitian, namun tidak menutup kemungkinan untuk memilih narasumber lain yang dapat memberikan informasi yang akurat, dalam hal ini berarti narasumber dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dalam proses pengumpulan data. 1. Analisis data Penjabaran analisis dalam penelitian ini lebih menekankan pada bentuk interaksi analisis. Model ini dipilih karena memungkinkan untuk lebih banyak memberikan pencarian informasi dan mampu menyaring masukan serta paparan dalam rangkuman yang bersifat reduksi data dan penyimpulannya. Model yang digunakan dalam menganalisa data kualitatif dengan menerapkan system siklus, artinya peneliti selalu bergerak dan menjelajahi obyeknya selama proses berlangsung(Rohidi, 1992 : 19) A. Sistematika Penulisan Dalam laporan penelitian ini akan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut : 1. Bagian cover meliputi : halaman judul, meliputi judul penelitian, nama peneliti, NIM, program studi, logo lembaga, nama lembaga perguruan tinggi, tahun akademik. 13

2. Bab 1, meliputi pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoretis, metode penelitian, dan sistematika penulisan. 3. Bab 2, membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pengidentitasan kota, dilanjutkan dengan program pengidentitasan kota Solo. 4. Bab 3, membahas tentang ornament, baik sejarah, wujud, perkembangan, yang teraplikasi pada interior terminal penumpang. 5. Bab 4, menjelaskan hubungan wujud ornament yang diterapkan pada interior terminal penumpang dan upaya pengidentitasan kota Solo. 6. Kesimpulan, menyajikan hasil kesimpulan penelitian sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah yang bermuara pada hasil penelitian. 7. Daftar pustaka, daftar narasumber, daftar referensi internet.

Daftar Pustaka 1. Guntur, Studi Ornamen Sebuah Pengantar, Surakarta : STSI Press, 2004 2. Yudoseputro. Wiyoso, Jejak-jejak Bahasa Rupa Indonesia Lama, Yogyakarta : Yayasan Seni Visual Indonesia, 2008. 3. Dharsono. dkk. Estetika Seni Rupa Nusantara, Surakarta : ISI Press 2007 4. Soepratno, Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa 1, Semarang : Effhar& Dahara Prize, 2007 5. Zoest. Aart van, Semiotika, terj. Ani Soekowati, Jakarta : Yayasan Sumber Agung, 1993 6. Rohidi. Cecep R, Analisis Data Kualitatif, Semarang : IKIP Semarang Press, 1992.

14

15