i OPTIMASI TWEEN 80 DAN SPAN 80 SEBAGAI EMULSIFYING AGENT SERTA CARBOPOL SEBAGAI GELLING AGENT DALAM SEDIAAN EMULGEL PHOTOPROTECTOR EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis L.): APLIKASI DESAIN FAKTORIAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Manda Ferry Laverius NIM : 078114010 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011
132
Embed
OPTIMASI TWEEN 80 DAN SPAN 80 SEBAGAI EMULSIFYING AGENT
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
OPTIMASI TWEEN 80 DAN SPAN 80 SEBAGAI EMULSIFYING AGENT
SERTA CARBOPOL SEBAGAI GELLING AGENT DALAM SEDIAAN
EMULGEL PHOTOPROTECTOR EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia
sinensis L.): APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh:
Manda Ferry Laverius
NIM : 078114010
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
ii
OPTIMASI TWEEN 80 DAN SPAN 80 SEBAGAI EMULSIFYING AGENT
SERTA CARBOPOL SEBAGAI GELLING AGENT DALAM SEDIAAN
EMULGEL PHOTOPROTECTOR EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia
sinensis L.): APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh:
Manda Ferry Laverius
NIM : 078114010
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
iii
iv
v
"Here's to the crazy ones. The misfits. The rebels. The troublemakers. The round
pegs in the square hole. The ones who see things differently. We're not fond of
rules. And we have no respect for the status quo. You can quote us, disagree
with us, glorify or vilify us. About the only thing you can't do is ignore us. Because
we change things. We push the human race forward. And while you see us as
the crazy ones, they see genius. BECAUSE THE PEOPLE WHO ARE CRAZY
ENOUGH TO THINK THEY CAN CHANGE THE WORLD, ARE THE ONES
WHO DO." [Apple Inc.]
"Kau pribumi terpelajar! Kalau mereka itu, pribumi itu, tidak terpelajar. Kau harus
bikin mereka jadi terpelajar. Kau harus bicara pada mereka, dengan bahasa
yang mereka tahu" [Pramoedya Ananta Toer]
Karya ini saya persembahkan:
untuk Tuhan, atas cinta dari permulaan, sekarang, dan selamanya.
untuk Bapak B. Gurusinga, Ibu S. Sembiring, dan Kartika Sari…
kalian mencintai saya, bocah yang begitu bandel dan sulit diatur,
saya juga mencintai kalian… sederhana, namun sangat bermakna.
untuk Bapak B.P. Zardani, Bapak L.J. Muljanto, Bruder Agus Sekti FIC…
sosok yang saya kagumi,
terima kasih telah mengajarkan saya untuk menjadi dewasa.
dan untuk kalian semua, umat manusia…mari kita menyembuhkan dunia ini.
and this one is also for you, little baby…
What if I give you my smile? Are you gonna stay for a while?
What if I put you in my dreams tonight? Are you gonna stay until it's bright?
Come on baby light my fire…
You know, little baby… gravitation is not responsible for people falling in love.
Like what’s Albert said, I have no special talents. I am only passionately curious…and for me creativity is intelligence having fun.
vi
vii
viii
PRAKATA
Syukur dan terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan atas segala cinta-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Optimasi
Tween 80 dan Span 80 sebagai Emulsifying Agent serta Carbopol sebagai Gelling
Agent dalam Sediaan Emulgel Photoprotector Ekstrak Teh Hijau (Camellia
sinensis L.): Aplikasi Desain Faktorial” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam pelaksanaan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini,
penulis telah mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orangtua dan adik tercinta atas segala doa, semangat, dan dukungan yang
tidak pernah berhenti diberikan kepada penulis.
2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing akademik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berpengaruh signifikan di antara emulsifying agent tween 80 dan span 80, gelling agent carbopol, atau interaksinya dalam menentukan respon sifat fisik (daya sebar dan viskositas) dan stabilitas fisik (pergeseran viskositas setelah penyimpanan selama satu bulan) emulgel photoprotector ekstrak teh hijau dan untuk mendapatkan komposisi optimum emulsifying agent dan gelling agent sehingga diperoleh emulgel yang mempunyai sifat fisik dan stabilitas fisik yang dikehendaki. Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental menggunakan desain faktorial dengan tiga faktor, yakni tween 80, span 80, dan carbopol pada dua level, yaitu level rendah dan level tinggi. Analisis statistik menggunakan uji Anova dengan taraf kepercayaan 95% dilakukan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh signifikan terhadap respon sifat fisik dan stabilitas fisik. Berdasarkan signifikansi pengaruh dari masing-masing faktor terhadap respon sifat fisik dan stabilitas fisik yang diamati, dilakukan prediksi hasil respon menggunakan software Design Expert 7.0.0™ untuk memperoleh komposisi optimum tween 80, span 80, dan carbopol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tween 80 dan carbopol merupakan faktor yang berpengaruh signifikan dalam menentukan respon viskositas. Sementara itu tween 80, span 80, carbopol, interaksi antara tween 80 dan span 80, serta interaksi antara ketiga faktor merupakan faktor yang berpengaruh signifikan dalam menentukan respon daya sebar, sedangkan tween 80, span 80, dan interaksi antara tween 80 dan span 80 merupakan faktor yang berpengaruh signifikan dalam menentukan respon pergeseran viskositas. Komposisi optimum untuk menghasilkan emulgel photoprotector ekstrak teh hijau dengan sifat fisik dan stabilitas fisik yang dikehendaki adalah 5,63 gram tween 80; 3,75 gram span 80; dan 133,41 gram carbopol, di mana pada komposisi tersebut menghasilkan respon daya sebar 3,30 cm; viskositas 249,93 d.Pa.s; dan pergeseran viskositas 0,70%.
Kata kunci: emulgel, tween 80, span 80, carbopol, desain faktorial
xxi
ABSTRACT
The aims of this research were to find out the factors which have significant influence between the emulsifying agent tween 80 and span 80, gelling agent carbopol, or their interaction in terms of determining the physical properties (spreadability and viscosity) and the physical stability (viscosity shift after one month storage) of photoprotector emulgel of green tea extract and to obtain the optimum composition of the emulsifying agents and the gelling agent so that would be produced emulgel which has the desired physical properties and physical stability. This research was the experimental design that used factorial design method with three factors (tween 80, span 80, and carbopol) at two levels (high level and low level). Anova was used as a tool for statistical analysis to determine the factors that significantly influence the response of physical properties and physical stability. According to the significance of the influence from each factor on the response of physical properties and physical stability, then prediction of the responses was performed using software Design Expert 7.0.0™ software to obtain the optimum composition of tween 80, span 80, and carbopol. The result showed that tween 80 and carbopol were the factors which have significant influence to determine the response of viscosity. Meanwhile, tween 80, span 80, carbopol, the interaction between tween 80 and span 80, and the interaction between these three factors were the factors and interactions that significantly influence the response of spreadability, whereas tween 80, span 80, and interaction between tween 80 and span 80 were the factors and interaction which have significant influence to determine the response of viscosity shift. The optimum composition to produced photoprotector emulgel of green tea extract which has the desired physical properties and physical stability was 5,63 gram tween 80; 3,75 gram span 80; and 133,41 gram carbopol, where that composition will produce spreadability 3,30 cm; viscosity 249,93 d.Pa.s; and viscosity shift 0,70%.
Kulit memiliki sejumlah antioksidan endogen yang dapat melindungi
kulit dari kerusakan oksidatif. Kulit secara berkesinambungan terpapar oxidative
stress baik secara endogen maupun dari lingkungan sekitar. Hal ini menyebabkan
terbentuknya ROS (Reactive Oxygen Species) dan pada akhirnya menyebabkan
kerusakan kulit. Antioksidan endogen pada kulit dapat berkurang oleh paparan
oxidative stress yang berkesinambungan tersebut. Sinar UV merupakan salah satu
penyebab kerusakan kulit melalui proses oksidatif. Kondisi ini menyebabkan
dibutuhkannya senyawa yang dapat berfungsi sebagai photoprotector terhadap
sinar UV sehingga potensi kerusakan oksidatif pada kulit oleh sinar UV dapat
dicegah. Sejumlah senyawa antioksidan alami dapat meningkatkan perlindungan
terhadap sinar UV dan dapat berfungsi sebagai photoprotector. Senyawa
antioksidan alami telah terbukti meningkatkan proteksi terhadap sinar UV yang
menginduksi ekspresi berlebihan dari matrix metalloproteinase (MMP1). MMP1
adalah enzim utama yang terlibat dalam kerusakan kolagen dan photoaging pada
kulit yang teradiasi sinar UV (Matsui et al., 2009)
Salah satu senyawa antioksidan alami adalah polifenol. Teh hijau
mengandung senyawa polifenol berupa katekin yang memberikan aktivitas
antioksidan sehingga dapat mengurangi kerusakan sel (Syah, 2006). Kandungan
polifenol dalam teh hijau antara lain epikatekin, epikatekin galat, epigalokatekin
.
2
dan epigalokatekin galat. Kandungan polifenol pada teh hijau ini sering digunakan
untuk pencegahan maupun terapi photodamage yang disebabkan oleh sinar UV.
Meskipun memiliki nilai SPF yang tidak terlalu besar, katekin pada teh hijau
dapat bertindak sebagai photoprotector terhadap sinar UV sehingga oxidative
stress yang disebabkan oleh paparan sinar UV dapat dicegah (Matsui et al., 2009)
Untuk mengaplikasikan ekstrak teh hijau yang mengandung polifenol
pada kulit perlu dibuat suatu sediaan topikal yang didesain untuk penggunaan
lokal pada kulit secara lebih praktis dan lebih efektif. Ada berbagai macam bentuk
sediaan topikal, antara lain lotion, cream, gel dan emulgel. Kelebihan gel yaitu
dapat memberikan rasa dingin di kulit dengan adanya kandungan air yang cukup
tinggi sehingga nyaman digunakan (Mitsui, 1997). Pada emulsi terdapat fase
minyak yang berfungsi sebagai emolien atau occlusive yang akan mencegah
penguapan sehingga kandungan air di dalam kulit dapat dipertahankan.
Peningkatan oklusivitas dari fase minyak pada sistem emulsi akan meningkatkan
hidrasi pada stratum corneum dan hal ini berhubungan dengan berkurangnya
hambatan difusi bagi zat terlarut. Oleh karena itu adanya sistem emulsi dalam
bentuk sediaan emulgel akan memberikan penetrasi tinggi di kulit (Block, 1996).
Atas dasar kelebihan dari emulsi dan gel tersebut maka sediaan emulgel akan
memberikan kenyamanan ketika digunakan serta dapat menjadi drug delivery
system yang baik bagi zat aktif yang terkandung di dalamnya ketika emulgel
diaplikasikan di kulit.
.
Pada sediaan emulgel terdapat sistem gel dan sistem emulsi. Pada sistem
emulsi, emulsifying agent akan berperan dalam menentukan sifat fisik dan
3
stabilitas fisik emulsi (Block, 1996). Twen 80 dan span 80 merupakan emulsifying
agent yang sering digunakan secara bersamaan. Tween 80 adalah emulsifying
agent larut air sehingga mampu membentuk emulsi tipe M/A. Span 80 adalah
emulsifying agent nonionik di mana gugus lipofilnya lebih dominan. Dalam
interfacial film theory, adanya stable interfacial complex condensed film yang
terbentuk saat emulsifying agent yang bersifat larut air dicampurkan dengan
emulsifying agent yang bersifat larut lemak mampu membentuk dan
mempertahankan emulsi dengan lebih efektif dibandingkan penggunaan
emulsifying agent tunggal (Kim, 2005). Pada sistem gel, gelling agent akan
berperan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas fisik gel. Carbopol
merupakan salah satu eksipien yang sering digunakan sebagai gelling agent dalam
sistem gel. Carbopol sebagai gelling agent akan membentuk jaringan struktural
yang menyebabkan kenaikan viskositas sehingga merupakan faktor yang penting
dalam sistem tersebut (Zats and Kushla, 1996). Oleh karena itu, emulsifying agent
dan gelling agent akan mempengaruhi sifat fisik dan kestabilan sistem emulgel.
Desain faktorial merupakan metode rasional untuk menyimpulkan dan
mengevaluasi secara obyektif pengaruh dari faktor-faktor dan interaksi antar
faktor terhadap kualitas produk sehingga desain faktorial dapat digunakan untuk
mengetahui pengaruh mana yang signifikan antara tween 80, span 80, carbopol,
dan interaksi ketiganya dalam menentukan respon sifat fisik dan stabilitas fisik.
Selain untuk menentukan pengaruh yang signifikan, desain faktorial juga dapat
digunakan untuk memperoleh sediaan dengan formula optimum. Diharapkan
dengan komposisi tween 80, span 80, dan carbopol yang optimum diperoleh
4
sediaan emulgel yang memenuhi kualitas fisik yang baik meliputi daya sebar dan
viskositas, serta stabilitas fisik yang baik sehingga dapat diterima oleh
masyarakat.
1. Perumusan masalah
a. Apakah persamaan desain faktorial dari respon sifat fisik (daya sebar,
viskositas) dan respon stabilitas fisik (pergeseran viskositas) signifikan
dalam memprediksi masing-masing respon?
b. Di antara tween 80, span 80, carbopol, dan interaksinya pada level yang
diteliti, manakah yang berpengaruh signifikan dalam menentukan sifat
fisik (daya sebar, viskositas) dan stabilitas fisik (pergeseran viskositas)
emulgel photoprotector ekstrak teh hijau?
c. Apakah dapat ditemukan komposisi optimum tween 80, span 80, dan
carbopol untuk menghasilkan emulgel photoprotector ekstrak teh hijau
dengan sifat fisik dan stabilitas fisik yang dikehendaki?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang
optimasi komposisi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent serta
carbopol sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel photoprotector ekstrak
teh hijau : aplikasi desain faktorial, belum pernah dilakukan.
5
3. Manfaat penelitian
a.
Menambah informasi dalam ilmu pengetahuan, khususnya bidang
kefarmasian mengenai bentuk sediaan emulgel photoprotector yang
menggunakan bahan alam sebagai zat aktifnya.
Manfaat teoritis.
b.
Menambah pengetahuan dalam bidang kefarmasian mengenai penggunaan
metode desain faktorial dalam melakukan optimasi formula emulgel
photoprotector ekstrak teh hijau.
Manfaat metodologis.
c.
Memperoleh formula optimum yang dapat diaplikasikan sehingga
menghasilkan sediaan emulgel photoprotector ekstrak teh hijau yang
memiliki sifat fisik dan stabilitas fisik yang dikehendaki.
Manfaat praktis.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Membuat sediaan emulgel photoprotector dengan bahan aktif ekstrak
teh hijau.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui apakah persamaan desain faktorial dari respon sifat fisik (daya
sebar, viskositas) dan respon stabilitas fisik (pergeseran viskositas)
signifikan dalam memprediksi masing-masing respon.
6
b. Menentukan faktor dan/atau interaksi yang berpengaruh signifikan di
antara tween 80, span 80, dan carbopol pada level yang diteliti dalam
menentukan sifat fisik (daya sebar, viskositas) dan stabilitas (pergeseran
viskositas) emulgel photoprotector ekstrak teh hijau.
c. Mengetahui apakah dapat ditemukan komposisi optimum tween 80, span
80, dan carbopol untuk menghasilkan emulgel photoprotector ekstrak teh
hijau dengan sifat fisik dan stabilitas fisik yang dikehendaki.
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Teh Hijau
Teh dapat dikelompokkan dalam tiga jenis berdasarkan pengolahannya,
yaitu teh hijau (tidak difermentasi), teh oolong (semifermentasi), dan teh hitam
(fermentasi penuh) (Syah, 2006). Teh hijau berasal dari pucuk daun tanaman teh
(Camellia sinensis L.) melalui proses pengolahan tertentu. Secara umum
berdasarkan proses pengolahannya, teh diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu
teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Teh hijau dibuat dengan cara pemanasan dan
penguapan untuk menginaktifkan enzim polifenol oksidase/fenolase sehingga
oksidase enzimatik terhadap katekin dapat dicegah (Hartoyo, 2003).
Teh hitam dibuat dengan cara memfermentasikan daun teh, yang
sebelumnya sedikit dikeringkan dengan udara hangat, dilayukan dan digiling di
bawah pengaruh panas yaitu melalui oksidase katekin dalam daun segar dengan
katalis polifenol oksidase atau yang disebut dengan fermentasi. Proses fermentasi
ini dihasilkan dalam oksidasi polifenol sederhana, yaitu katekin teh diubah
menjadi molekul yang lebih kompleks dan pekat sehingga member ciri khas teh
hitam, yaitu berwarna kuat dan tajam. Teh oolong diproses melalui pemanasan
daun dalam waktu singkat setelah penggulungan, oksidasi terhenti dalam proses
pemanasan, sehingga teh oolong disebut dengan teh semifermentasi. Karakteristik
teh oolong berada diantara teh hitam dan teh hijau (Syah, 2006).
8
Zat bioaktif dalam teh terutama merupakan polifenol golongan
flavonoid, yaitu flavanol tipe katekin seperti epikatekin (EC), epikatekin-3-galat
(ECG), epigalokatekin (EGC), dan epigalokatekin-3-galat (EGCG); serta flavonol
seperti kuersetin. Keempat tipe katekin tersebut merupakan antioksidan utama
dalam teh hijau (Svobodova, Psotova, and Walterova, 2003). Katekin teh
memiliki sifat tidak berwarna, larut air, serta membawa sifat pahit dan sepat pada
seduhan teh. Hampir semua sifat produk teh termasuk di dalamnya rasa, warna,
dan aroma, secara langsung maupun tidak, dihubungkan dengan modifikasi pada
katekin ini (Hartoyo, 2003).
B. Photoprotector
Photoprotection adalah mekanisme perlindungan kulit dari kerusakan
yang disebabkan oleh sinar ultraviolet (UV) dan sinar tampak (visible light).
Kerusakan yang mungkin muncul adalah kulit terbakar (sunburn), photoaging,
dan karsinogenesis. Melanin merupakan pigmen yang dapat berfungsi sebagai
photoprotector alami dan diproduksi langsung oleh kulit. Melanin akan menyerap
radiasi sinar UV dan secara aman mengubah energi dari foton UV menjadi panas.
Energi dari foton UV yang tidak diubah menjadi panas akan menyebabkan
terbentuknya radikal bebas atau spesies kimia reaktif yang berbahaya (Anonim,
2011).
Selain melanin, sejumlah senyawa antioksidan alami dapat berfungsi
sebagai photoprotector. Senyawa antioksidan alami telah terbukti meningkatkan
proteksi terhadap sinar UV yang menginduksi ekspresi berlebihan dari matrix
9
metalloproteinase (MMP1). MMP1 adalah enzim utama yang terlibat dalam
kerusakan kolagen dan photoaging pada kulit yang teradiasi sinar UV (Matsui et
al., 2009).
Sebagai senyawa antioksidan, pemberian EGCG secara topikal
menghasilkan pencegahan terhadap sinar UVB dalam menginduksi respon
inflamasi, imunosupresi dan oxidative stress. Penelitian secara in vitro dan in vivo
pada hewan dan manusia membuktikan bahwa polifenol dari teh hijau merupakan
agen photoprotective alami dan dapat digunakan sebagai agen farmakologi untuk
mencegah sinar UVB dalam menginduksi penyakit kulit yang mencakup
photoaging dan kanker kulit dengan diikuti penelitian lanjut secara klinis (Katiyar,
2003). Polifenol dari teh hijau mampu mencegah peningkatan peroksidasi lipid
yang disebabkan oleh cahaya. Pemberian EGCG secara topikal pada kulit yang
terpapar sinar UV secara signifikan mengurangi produksi nitric oxide dan
hydrogen peroxide, maupun infiltrasi leukosit yang diinduksi oleh sinar UVB.
Dengan demikian, pemberian EGCG terbukti mampu mencegah radiasi sinar
UVB dalam menginduksi pembentukan ROS (reactive oxygen species) (Nichols
and Katiyar, 2009). Meskipun memiliki nilai SPF yang tidak terlalu besar, ekstrak
teh hijau yang mengandung EGCG telah terbukti melindungi kulit terhadap sinar
UV yang menginduksi kerusakan DNA, supresi imun, dan oxidative stress
(Matsui et al., 2009).
10
C. Emulgel
Emulgel dibuat dengan mencampurkan emulsi dan gelling agent dengan
perbandingan tertentu. Bahan tambahan yang biasa digunakan dalam pembuatan
emulgel adalah gelling agent yang dapat meningkatkan viskositas, emulsifying
agent untuk menghasilkan emulsi yang stabil, humektan dan pengawet. Syarat
sediaan emulgel sama seperti syarat untuk sediaan gel, yaitu untuk penggunaan
dermatologi harus mempunyai syarat sebagai berikut; tiksotropik, mempunyai
daya sebar yang mudah melembutkan, dapat bercampur dengan beberapa zat
tambahan (Magdy, 2004).
D. Emulsifying Agent
Emulsifying agent adalah surfaktan yang mengurangi tegangan antar
muka antara minyak dan air, meminimalkan energi permukaan dari droplet yang
terbentuk (Allen, 2002). Emulsifying agent merupakan suatu molekul yang
mempunyai rantai hidrokarbon nonpolar dan polar pada tiap ujung rantai
molekulnya. Emulsifying agent akan dapat menarik fase minyak dan fase air
sekaligus dan emulsifying agent akan menempatkan diri berada di antara kedua
fase tersebut. Keberadaan emulsifying agent akan menurunkan tegangan
permukaan fase minyak dan fase air (Friberg, Quencer, and Hilton, 1996).
Emulsifying agent nonionik biasa digunakan dalam seluruh tipe produk
kosmetik dan farmasetik (Rieger, 1996). Emulsifying agent nonionik sangat
resisten terhadap elektrolit, perubahan pH dan kation polivalen (Aulton and
11
Diana, 1991). Emulsifying agent ini memiliki rentang dari komponen larut minyak
untuk menstabilkan emulsi A/M hingga material larut air yang memberikan
produk M/A. Emulsifying agent ini biasa digunakan untuk kombinasi emulsifying
agent larut air dan larut minyak untuk membentuk lapisan antarmuka yang
penting untuk stabilitas emulsi yang optimum. Emulsifying agent nonionik
memiliki toksisitas dan iritasi yang rendah (Billany, 2002). Emulsifying agent
nonionik memiliki bermacam-macam nilai hydrophile-lipophile balances (HLB)
yang dapat menstabilkan emulsi M/A atau A/M. Penggunaan emulsifying agent
nonionik yang baik bila menghasilkan nilai HLB yang seimbang antara dua
emulsifying agent nonionik, dimana salah satu bersifat hidrofilik dan yang lain
bersifat hidrofobik. Emulsifying agent nonionik bekerja dengan membentuk
lapisan antarmuka dari droplet-droplet, namun tidak memiliki muatan untuk
menstabilkan emulsi. Cara menstabilkan emulsi adalah dengan adanya gugus
polar dari emulsifying agent yang terhidrasi dan bulky, yang menyebabkan
halangan sterik antar droplet dan mencegah koalesen (Kim, 2005).
1. Tween 80
Tween 80 atau Polysorbate 80 merupakan ester oleat dari sorbitol di
mana tiap molekul anhidrida sorbitolnya berkopolimerisasi dengan 20 molekul
etilenoksida. Tween 80 berupa cairan kental berwarna kuning dan agak pahit
(Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009).
Polysorbate digunakan sebagai emulsifying agent pada emulsi
topikal tipe minyak dalam air, dikombinasikan dengan emulsifier hidrofilik
pada emulsi minyak dalam air, dan untuk menaikkan kemampuan menahan air
12
pada salep, dengan konsentrasi 1-15% sebagai solubilizer. Tween 80
digunakan secara luas pada kosmetik sebagai emulsifying agent (Smolinske,
1992). Tween 80 larut dalam air dan etanol (95%), namun tidak larut dalam
mineral oil dan vegetable oil. Aktivitas antimikroba dari pengawet golongan
paraben dapat mengurangi jumlah polysorbate (Rowe et al., 2009).
Gambar 1. Struktur Tween 80 (Anonim, 2010a)
2. Span 80
Span 80 mempunyai nama lain sorbitan monooleat. Pemeriannya
berupa warna kuning gading, cairan seperti minyak kental, bau khas tajam,
terasa lunak. Kelarutannya tidak larut tetapi terdispersi dalam air, bercampur
dengan alkohol, tidak larut dalam propilen glikol, larut dalam hampir semua
minyak mineral dan nabati, sedikit larut dalam eter. Berat jenis pada 20oC
adalah 1 gram. Nilai HLB 4,3. Viskositas pada 25o
Ester sorbitan secara luas digunakan dalam kosmetik, produk
makanan, dan formulasi sebagai surfaktan nonionik lipofilik. Ester sorbitan
secara umum dalam formulasi berfungsi sebagai emulsifying agent dalam
pembuatan krim, emulsi, dan salep untuk penggunaan topikal. Ketika
C adalah 1000 cps
(Smolinske, 1992). Span 80 dapat dimasukkan dalam basis tipe parafin untuk
membentuk basis tipe anhidrat yang mampu menyerap sejumlah besar air
(Anonim, 1988).
13
digunakan sebagai emulsifying agent tunggal, ester sorbitan menghasilkan
emulsi air dalam minyak yang stabil dan mikroemulsi, namun ester sorbitan
lebih sering digunakan dalam kombinasi bersama bermacam-macam proporsi
polysorbate untuk menghasilkan emulsi atau krim, baik tipe M/A atau A/M
(Rowe et al., 2009).
Gambar 2. Struktur Span 80 (Anonim, 2010b)
3. Hidrophile-Lipophile Balances (HLB)
Nilai HLB merupakan keseimbangan antara sifat lipofil dan hidrofil
dari suatu surfaktan. Nilai HLB biasa digunakan untuk surfaktan nonionik
(Rieger, 1996), dimana rentang nilai antara 0-20 (Florence and Atwood,
2006). Semakin lipofil suatu surfaktan, semakin rendah nilai HLB (Voigt,
1994).
Tabel I. Klasifikasi Emulsifying Agent Berdasarkan Nilai HLB HLB Pengunaan Dispersibilitas di air 1-3 Antifoaming agent Tidak 3-6 W/O emulsifying agent Jelek 7-9 Wetting agent Seperti susu yang bersifat tidak stabil 8-16 O/W emulsifying agent Dispersi seperti susu bersifat stabil 13-15 Detergents Dispersi transluent 15-18 Solubilizing agent Larutan jernih
(Kim, 2005)
14
E. Gelling Agent
Gel merupakan suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar dan saling diresapi cairan (Ansel, 1999). Gel pada umumnya
memiliki sifat rheologi pseudoplastik (Nairn, 1997).
Gelling agent yang digunakan dalam bidang farmasi dan kosmetik harus
inert, aman, dan non reaktif terhadap komponen formulasi lainnya. Gelling agent
yang digunakan dalam formulasi cair harus dapat memberikan atau menyediakan
bentuk martiks selama penyimpanan sediaan, dan matriks tersebut harus dapat
pecah dengan mudah ketika diberikan shear forces pada saat penggojogan atau
ketika diaplikasikan secara topikal (Zatz and Kushla, 1996).
Carbopol merupakan polimer sintesis dari kelompok acrylic polymers
yang membentuk rantai silang dengan polyalkenyl eter (Zatz and Kushla, 1996).
Carbopol dapat menstabilkan emulsi dengan mengentalkan fase kontinyu
sehingga mengurangi creaming dan coalescence atau dengan berfungsi sebagai
emulsifier pada konsentrasi kurang dari 1% (Zatz and Kushla, 1996). Carbopol
sensitif terhadap garam sehingga emulsi polimer yang terbentuk akan pecah ketika
diaplikasikan pada kulit dan memberikan lapisan minyak pada permukaan kulit.
Lapisan minyak ini tidak akan diemulsikan kembali ketika bersentuhan dengan air
sehingga akan melekat pada kulit (Zatz and Kushla, 1996).
Pada kondisi asam, sebagian gugus karboksil pada rantai polimer akan
membentuk gulungan. Penambahan basa akan memutuskan gugus karboksil dan
15
akan meningkatkan muatan negatif sehingga timbul gaya tolak-menolak
elektrostatis yang akan membuatnya menjadi gel yang rigid (kaku) dan
mengembang. Penambahan basa yang berlebihan membuat gel menjadi encer
karena kation-kation melindungi gugus-gugus karboksil dan juga mengurangi
gaya tolak-menolak elektrostatis. Jika ditambahkan amina yang berlebih pada
sistem dispersi carbopol, konsistensinya tidak berkurang, kemungkinan karena
efek sterik mencegah pelindung karboksil yang diserang (Barry, 1983).
Gambar 3. Struktur Carbopol (Rowe et al., 2009)
F. Analisis Ukuran Droplet
Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi tentang partikel kecil, salah
satunya adalah droplet. Dalam bidang kefarmasian terdapat beberapa informasi
yang perlu diperoleh dari droplet, yaitu bentuk dan luas permukaan droplet serta
ukuran droplet dan distribusi ukuran droplet. Data tentang ukuran droplet
diperoleh dalam diameter doplet dan distribusi diameter droplet, sedangkan
bentuk droplet memberi gambaran tentang luas permukaan spesifik droplet dan
teksturnya (Martin, Swarbrick, and Cammarata, 1993).
16
Metode mikroskopik merupakan metode sederhana yang hanya
menggunakan satu alat yaitu mikroskop yang bukan merupakan alat yang rumit
dan memerlukan penanganan khusus. Kerugian dari metode mikroskopik adalah
bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dua dimensi dari droplet tersebut, yaitu
diameter. Selain itu jumlah droplet yang harus dihitung sekitar 300-500 droplet
agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari distribusi, sehingga metode ini
membutuhkan waktu dan ketelitian (Martin et al.,1993).
Distribusi ukuran droplet dilihat dengan cara memplotkan jumlah droplet
yang terletak dalam suatu kisaran ukuran tertentu terhadap kisaran ukuran atau
ukuran droplet rata-rata, maka akan diperoleh kurva distribusi frekuensi. Plot
distribusi frekuensi yang didapat tidak selalu normal. Hal ini memberikan
gambaran yang jelas bahwa garis tengah rata-rata tidak dapat dicapai. Hal ini
perlu diperhatikan karena mungkin saja terdapat dua sampel yang garis tengah
atau diameter rata-ratanya sama tetapi distribusi berbeda. Dari kurva distribusi
frekuensi dapat juga terlihat ukuran partikel berapa yang sering muncul atau
terjadi pada sampel, disebut sebagai modus (Martin et al., 1993). Penelitian
parameter ukuran droplet dengan hanya melihat modus kurang sensitif dalam
menilai karakter droplet emulsi. Salah satu parameter ukuran droplet yang lebih
representatif dalam menilai karakter droplet adalah percentile 90. Percentile 90
merupakan suatu parameter nilai yang menunjukkan sejumlah 90% dari populasi
droplet yang diamati mempunyai ukuran kurang dari nilai yang tertera
(Setyaningsih, 2009).
17
G. Desain Faktorial
Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik
untuk memberikan model hubungan antara variabel-respon dengan satu atau lebih
variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisa tersebut berupa persamaan
matematika (Bolton, 1997). Desain faktorial merupakan desain yang digunakan
untuk mengevaluasi efek dari faktor yang dipelajari secara simultan dan efek yang
relatif penting dapat dinilai (Armstrong and James 1996). Desain faktorial
digunakan dalam penelitian dimana efek dari faktor atau kondisi yang berbeda
dalam penelitian ingin diketahui (Bolton, 1997).
Desain faktorial mengandung beberapa pengertian, yaitu faktor, level,
efek, respon. Faktor merupakan setiap besaran yang mempengaruhi respon (Voigt,
1994). Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Efek adalah perubahan
respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor. Efek faktor atau interaksi
merupakan rata-rata respon pada level tinggi dikurangi rata-rata respon pada level
rendah. Respon merupakan sifat atau hasil percobaan yang diamati. Respon yang
diamati harus dikuantitatifkan (Bolton, 1997).
Jumlah percobaan dalam desain faktorial adalah 2n, di mana 2
menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor. Langkah untuk percobaan
faktorial terdiri dari kombinasi semua level dari faktor. Pada desain faktorial dua
level dan tiga faktor diperlukan delapan formulasi (2n=8, dengan 2 menunjukkan
level dan n menunjukkan jumlah faktor). Rancangan penelitian desain faktorial
dengan tiga faktor dan dua level ditunjukkan pada Tabel II berikut:
18
Tabel II. Rancangan Percobaan Desain Faktorial Tiga Faktor dan Dua Level
Bolton, 1997, Pharmaceutical Statistics Practical and Clinical Applications, 3rd
Ed., 610-619, Marcel Dekker Inc., New York
72
Florence, A. T. and Atwood, D., 2006, Physicochemical Principles of Pharmacy,
4th
ed., 239., Pharmaceutical Press, London
Friberg, S.E., L.G. Quencer, and M.L. Hilton. 1996, Theory of Emulsions, in Lieberman H.A., Rieger, M.M., and Banker, G.S., (Eds.). Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse Systems, Volume 1, Second Edition, Revised and Expanded, 57. Marcel Dekker Inc., New York
Garg, A., Aggrawal, D., Garg, S., and Singla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid
Formulations: An Update, Pharmaceutical Technology, September 2002, 84-105, http://www.pharmtech.com, diakses tanggal 17 September 2010
Greenberg, L.A., 1954, Handbook of Cosmetic Materials, 325, Interscience
Publishers Inc., New York Hartoyo, A., 2003, Teh dan Khasiatnya bagi Kesehatan Sebuah Tinjauan Ilmiah,
15, Kanisius, Yogyakarta Katiyar, S.K., 2003, Skin Photoprotection by Green Tea: Antioxidant and
Immunomodulatory Effects, Department of Dermatology, University of Alabama at Birmingham, Birmingham
Kim, Cheng-ju, 2005, Advanced Pharmaceutics : Physicochemical Principles,
214-235, CRC Press LLC, Florida Magdy, I.M., 2004, Optimation of Chlorphenesin Emulgel Formulation. The
AAPS Journal (serial on line) 2004;6(3):26. http://www.Aapspharm sci.org/, diakses 31 Agustus 2010
Martin, A., Swarbrick, J., and Cammarata, A., 1993, Physical Pharmacy, 3rd ed.,
522-537, 1077-1119, Lea & Febiger, Philadelphia Matsui, M.S., Hsia, A., Miller, J.D., Hanneman, K., Scull, H., Cooper, K.D., et
al., 2009, Non-Sunscreen Photoprotection: Antioxidants Add Value to a Sunscreen, Departmentof Dermatology, University Hospitals, Case Medical Center, Cleveland
Mitsui, T., 1997, New Cosmetic Science, 38-45, Elsevier, Amsterdam Muth, J.E. De., 1999, Basic Statistics and Pharmaceutical Statistical
Applications, 265-289, Marcel Dekker Inc., New York Nairn, J. G., 1997, Topical Preparation, in Swarbrick, J., and Boylan, J.C.,
Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Vol. 15, 235, Marcel Dekker Inc., New York
73
Nichols, J. A., and Katiyar, S. K., 2009, Skin Photoprotection by Natural
Polyphenols: Anti-Inflammatory, Antioxidant, and DNA Repair Mechanisms, Department of Dermatology, University of Alabama at Birmingham, Birmingham
Ostle, B., 1956, Statistic in Research: Basic Concept and Techniques for Research
Workers, The Iowa State College Press, Iowa Rieger, M.M., 1996, Surfactants, in Lieberman, H.A., Rieger, M.M., Banker,
G.S., (Eds), Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse System, Vol.1, 226-227, Marcel Dekker Inc., New York
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th
edition, 580-584, Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association 2009, Washington D.C.
Saito, S.T., Gosmann, G., Saffi, J., Presser, M., Richter, M.F., Bergold, A.M., 2007, Characterization of Constituents and Antioxidant Activity of Brazilian Green Tea (Camellia sinensis var. assamica IAC-259 Cultivar) Extracts, Universidade Luterana do Brasil, Brazil
Setyaningsih, D., 2009, Perbedaan Metode Preparasi Emulsi A/M Ekstrak Etanol
Buah Momordica charantia, L terhadap Ukuran Droplet, Arah Penelitian Obat Bahan Alam, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Smolinske, S.C., 1992, Handbook of Food, Drug and Cosmetic Excipient, 295-
296, CRC Press, USA Svobodova, A., Psotova, J., and Walterova, D., 2003, Natural phenolics in
prevention of UV-Induced Skin Damage (A review), Biomed. Papers, 147(2), 137-145
Syah, A.N.A., 2006, Taklukkan Penyakit dengan Teh Hijau, 59-60, 61, 72,
PT.Agromedia Pustaka, Jakarta Voigt, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, ed IV, 330, 380, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta Zatz, J.L., and Kushla, G.P., 1996, Gels, in Lieberman, H.A., Lachman, L.,
Schwatz, J.B., (Eds.), Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse System, Vol. 2, 2nd Ed., 413-414, Marcel Dekker Inc, New York
74
LAMPIRAN
I. Certificate of Analysis (CoA) Ekstrak Teh Hijau
75
76
II. Perhitungan dosis ekstrak teh hijau untuk antioksidan
Berat jenis metanol =
IC
0.7918 g/mL
50 EGCG = 4,19 µg/mL = 4,19 x 10-4 g/100 mL = 4,19 x 10-4
Jumlah EGCG dalam emulgel yang dikehendaki= basis x 4,19 x 10
g/79,18 g
(pelarut yang digunakan adalah metanol)
-4
=500,325 g x 4,19x10
g/79,18 g
-4
= 2,648 x 10
g/79,18 g
-3
Ekstrak teh hijau yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kandungan
EGCG sebesar 8,40% b/b.
g
Ekstrak teh hijau yang ditambahkan ke dalam formula = 2,648.10-3
III. Perhitungan rHLB dan HLB
g x
100/8,40 = 0,031 g.
A. Perhitungan rHLB
Bahan rHLB (emulsi tipe minyak dalam air) Jumlah (g) Parafin cair 12 25 Σ 25
rHLB = = 12
77
B. Perhitungan HLB
Formula Tween 80 (g) Span 80 (g) Jumlah (g) F1 3,75 1,875 5,625 Fa 5,625 1,875 7,5 Fb 3,75 3,75 7,5 Fab 5,625 3,75 9,375 Fc 3,75 1,875 5,625 Fac 5,625 1,875 7,5 Fbc 3,75 3,75 7,5 Fabc 5,625 3,75 9,375
HLB tween 80 = 15
HLB span 80 = 4,3
1. Formula 1
HLB = = 11,43
2. Formula a
HLB = = 12,33
3. Formula b
HLB = = 9,65
4. Formula ab
HLB = = 10,72
5. Formula c
78
HLB = = 11,43
6. Formula ac
HLB = = 12,33
7. Formula bc
HLB = = 9,65
8. Formula abc
HLB = = 10,72
IV. Data sifat fisis dan stabilitas emulgel
A. Daya sebar (cm)
replikasi F1 Fac Fb Fc Fa Fbc Fab Fabc 1 3,9 3,6 3,7 3,5 3.6 3,6 3,5 3,0 2 3,8 3,5 3,8 3,5 3.7 3,6 3,6 3,2 3 3.9 3,5 3,6 3,6 3.7 3,5 3,6 3,2