OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANG DIPUPUK CAIRAN RUMEN DENGAN KEPADATAN YANG BERBEDA TERHADAP SINTASAN LARVA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus Vannamei) STADIA ZOEA SAMPAI MYSIS ANDI SELVI (105 94 00616 11) PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MAKASSAR 2015
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANGDIPUPUK CAIRAN RUMEN DENGAN KEPADATAN YANG
BERBEDA TERHADAP SINTASAN LARVA UDANGVANNAMEI (Litopenaeus Vannamei) STADIA ZOEA SAMPAI
MYSIS
ANDI SELVI(105 94 00616 11)
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MAKASSAR2015
OPTIMASI PEMBERIAN SKELETONEMA COSTATUM YANGDIPUPUK CAIRAN RUMEN DENGAN KEPADATAN YANG
BERBEDA TERHADAP SINTASAN LARVA UDANGVANNAMEI (Litopenaeus Vannamei) STADIA ZOEA SAMPAI
MYSIS
SKRIPSI
ANDI SELVI(105 94 00616 11)
SkripsiSebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Perikanan pada Program StudiBudidaya Perairan
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Optimasi Pemberian Skeletonema Costatum Yang Dipupuk Cairan
Rumen Dengan Kepadatan Yang Berbeda Terhadap Sintasan Larva Udang
Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Pada Stadia Zoea Sampai Mysis adalah
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri yang belum diajukan oleh
siapapun, bukan merupakan pengambil alihan tulisan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebut kedalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Makassar, Oktober 2015
Andi Selvi
vi
ABSTAK
Andi Selvi. 105 94 00616 11. Optimasi Pemberian Skeletonema CostatumYang Dipupuk Cairan Rumen Dengan Kepadatan Yang Berbeda TerhadapSintasan Larva Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Stadia Zoea SampaiMysis. Dibimbing oleh MURNI dan ANDI KHAERIYAH.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan frekuensi pemberianskeletonema costatum yang dipupuk cairan rumen yang optimal dalammeningkatkan sintasan larva udang vannamei.
Metode penelitian yang digunakan adalah larva udang vannamei stadia zoeayang diperoleh dari panti pembenihan di Galesong Utara. Larva udang vannameiyang digunakan sebanyak 200 ekor/wadah penelitian. Jumlah wadah penelitiansebanyak 12 buah dengan kapasitas masing-masing wadah sebanyak 45 liter airnamun hanya diisi air sebanyak 20 liter. Perlakuan yang dicobakan adalahpemberian pakan dengan kepadatan yang berbeda terhadap sintasan larva udangvannamei. Pada penelitian ini terdapat 3 perlakuan, yaitu pemberian pakan yangdipupuk cairan rumen dengan kepadatan 300 ml/wadah 3 (perlakuan A),pemberian pakan yang dipupuk cairan rumen dengan kepadatan 400 ml/wadah(perlakuan B), pemberian pakan yang dipupuk cairan rumen dengan kepadatan500 ml/wadah (perlakuan C), dan tanpa pemberian cairan rumen (perlakuan D).
Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh perlakuan terbaik pada perlakuanC (pemberian pakan dengan frekuensi 500 ml/wadah) dengan sintasan 55,33%.
Disarankan perlu dilakukan penelitian dengan kepadatan pemberian pakanyang lebih tinggi untuk memperoleh tingkat kelangsungan hidup atau sintasanyang banyak. Perlu memperhatikan parameter kualitas air agar tetap dalamkondisi layak untuk kelangsungan hidup larva udang vannamei.
Kata kunci : Cairan Rumen, Sintasan, Skeletonema Costatum
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmatnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, guna memenuhi salah satu
syarat kelulusan pada program studi budidaya perairan jurusan perikanan fakultas
pertanian dan perikanan Universitas Muhammadiayah Makassar. Dengan
selesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibunda Murni, S.Pi., M.Si, selaku pembimbing I yang telah sabar dalam
memberikan bimbingan, saran, dan masukan dalam pembuatan skripsi
ini.
2. Ibunda Ir. Andi Khaeriyah., M.Pd, selaku pembimbing II yang telah sabar
dalam memberikan bimbingan, saran, dan musukan dalam pembuatan
skripsi ini.
3. Ayahanda H. Burhanuddin, S.Pi., M.P, selaku penguji I yang telah
memberikan kritikan dan saran yang bersifat membangun guna untuk
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibunda A. Chadijah, S.Pi., M.Si, selaku penguji II yang telah memberikan
kritikan dan saran yang bersifat membangun guna untuk menyelesaikan
skripsi ini.
5. Ayahanda Ir. H. Saleh Molla, MM, Selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
viii
6. Seluruh staf dosen pengajar dan staf administrasi Fakultas pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah banyak memberikan
pelayanan selama penulis mengikuti kegiatan perkuliahan sampai pada
penyelesaian studi.
7. Ibunda Sitti Faridah S.Pi, M.Si dan ibunda Kasturi yang telah
memberikan bantuan berupa ijin penelitian serta menggunakan alat
penelitian selama di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP)
Takalar.
8. Rekan- rekan mahasiswa yang senantiasa bersama dalam menjalankan
Aktivitas kampus, saya ucapkan terima kasih.
Ucapan terimakasih pula penulis sampaikan terkhusus buat Ayahanda
dan ibunda tercinta serta saudara yang telah tulus memberikan dorongan spiritual
dan materi dalam penyelesaikan pendidikan. Akhirnya penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu perikanan dimasa yang
akan datang.
Makassar, Oktober 2015
Andi Selvi
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul iHalaman Pengesahan iiHalaman Pengesahan Komisi Penguji iiiPernyataan Mengenai Skripsi Dan Sumber Informasi ivAbstrak vKata Pengantar viDaftar Isi viiiDaftar Tabel xDaftar Gambar xiDaftar Lampiran xii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 11.2. Tujuan dan Kegunaan 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Skeletonema Costatum 32.2. Klasifikasi dan Morfologi Udang Vannamei 5
2.2.1. Klasifikasi Udang Vannamei 52.2.2.Morfologi Udang Vannamei 62.2.3. Habitat dan Siklus Hidup 62.2.4. Perkembangan Stadia Larva 72.2.5. Sintasan 9
41,24%, abu 18,54%, dan air 10,92%. Berdasarkan komposisi zat makanan yang
terkandung didalamnya dapat dipastikan bahwa pemanfaatan isi rumen dalam
batas-batas tertentu tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bila dijadikan
bahan pencampur pakan berbagai ternak.
2.4. Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah satu faktor penentu tingkat kesuburan dan
produktivitas perairan. Perubahan kualitas air lingkungan dapat terjadi karena
gangguan eksternal seperti masuknya bahan pencemar. Fluktuasi kualitas air akan
mempengaruhi kehidupan organisme yang hidup didalamnya. Organisme
memerlukan lingkungan yang sesuai untuk tumbuh dan berkembang sehingga
kondisi perairan akan menentukan kelulusan hidup organisme tersebut (Wardoyo,
1975). Ada beberapa kualitas air yang sangat penting dicermati selama proses
budidaya berlangsung, seperti:
2.4.1. Suhu
Pertumbuhan udang optimal terjadi pada kisaran suhu 25-30 C, serta berakibat
kematian pada suhu di atas 35C (Fast, 1992). Hasil pengukuran suhu pada penelitian
ini Suhu air berkisar antara 26-30 C dengan fluktuasi yang tidak mengganggu
kehidupan udang uji. Apabila suhu berada di atas kisaran normal maka udang
mengalami gangguan fisiologis dan menyebabkan kematian.. Sedangkan apabila
dibawah kisaran,udang tidak mampu mencapai suhu optimal untuk memolting
sehingga udang mengalami gagal moulting dan mati. Peningkatan suhu
12
mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi,
menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, seperti gas-gas: O2, CO2, NO2
dan CH4 dan sebagainya (Effendie, 2000). Secara langsung perubahan suhu air
yang mendadak seperti pada musim hujan akan menyebabkan udang stres bahkan
mengalami kematian (Cholik et al, 1998).
2.4.2. Salinitas
Hasil pengukuran salinitas air dalam percobaan berkisar antara 30-33 ppt.
Penurunan dan kenaikkan salinitas sebesar 4 ppt dapat menyebabkan udang stres
dan ganti kulit (Eddy, 1990). Perubahan salinitas yang lebih rendah dari kisaran
optimal ini mengakibatkan banyak kematian pada udang. Proses penyerapan
oksigen dari air media ke dalam tubuh udang dipengaruhi antara lain oleh salinitas
(Lockwood, 1989). Sesuai dengan pendapat Tricahyo (1995) bahwa pada kondisi
salinitas rendah dari kisaran optimal udang lebih cepat berganti kulit dan rentang
terserang penyakit sehingga produktifitas menurun.Peningkatan salinitas akan
meningkatkan energi yang dibutuhkan untuk osmoregulasi sehingga laju
metabolisme dalam tubuh udang juga meningkat.
Haliman dan Adijaya (2005), salinitas dan pH air berhubungan dengan
keseimbangan ion dan proses osmoregulasi di dalam tubuh udang. Salinitas air
berpengaruh terhadap tekanan osmotik udang dan ion-ion cairan tubuh udang.
Semakin tinggi salinitas air, maka semakin besar tekanan osmotiknya sehingga
dapat menghambat pertumbuhan udang yang disebabkan energi yang didapatkan
dari makanan sebagian besar tersalurkan untuk pembentukan daging.
2.4.3. Oksigen terlarut
13
Hasil pengukuran Oksigen Terlarut pada penelitian ini berkisar 1,24 -4,99
sehingga Kandungan oksigen terlarut (dissolved oxigen), sangat mempengaruhi
metabolisme tubuh udang. Kadar oksigen terlarut yang baik berkisar 4 – 6 ppm
untuk pertumbuhan udang.. Pada akhir pengukuran oksigen, udang uji masing-
masing perlakuan ada yang mengalami kematian dan ada yang tidak mengalami
kematian namun kondisinya lemah, pergerakkan dan respon berkurang akibat
kekurangan oksigen terlarut. Konsentrasi DO (oksigen terlarut) minimal yang
dibutuhkan spesies uji agar dapat bertahan hidup selama 24 jam adalah sebesar 0,75–
2,5 mg/L dan spesies laut akan mati jika kadar DO di bawah 1,25 mg/L selama
beberapa jam. Tingkat DO antara 2,5–3 mg/L mengakibatkan pengurangan kecepatan
berenang, sedangkan pada tingkat DO 5,3–8 mg/L baik untuk kelangsungan hidup
dan pertumbuhannya (Anonimus, 1968).
2.4.4. Derajat Keasaman (pH)
pH optimal antara 7,5-8,5. Umumnya, perubahan pH air dipengaruhi oleh
sifat tanahnya, seperti tanah yang mengandung pirit menyebabkan pH air asam
antara 3-4. Umumnya, pH air pada sore hari lebih tinggi daripada pagi hari,
penyebabnya yaitu adanya kegiatan fotosintesis oleh pakan alami, seperti :
fitoplankton yang menyerap CO2. Sebaliknya pada pagi hari CO2 melimpah
karena hasil pernapasan udang.
Pada pengamatan menunjukkan bahwa kisaran pH air selama penelitian
adalah antara 6,00 hingga 9,28. Menurut Boyd (1990), pH perairan yang sesuai
untuk pertumbuhan udang adalah antara 6,5 hingga 9,0. Schmittou (1992)
menyatakan bahwa pH perairan yang optimum untuk pertumbuhan udang
vanammei adalah 8,0. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pH perairan yang
14
berada dibawah kisaran pH ideal untuk pertumbuhan udang vanammei (dibawah
pH 6,5). Meskipun demikian, kondisi pH tersebut masih berada pada kisaran yang
tidak membahayakan bagi kehidupan udang vanammei. Kondisi perairan
dianggap membahayakan bagi kehidupan udang vanammei apabila lebih rendah
dari4,0 (Boyd, 1990). Kondisi ini tidak terjadi pada semua model ekosistem yang
sedang diteliti.
15
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015. Bertempat di Balai
Budidaya Air Payau (BBAP), Desa Mapakalompo, Kecamatan Galesong Selatan,
Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Alat yang akan digunakan selama penelitian.
Nama Alat Kegunaan
Ember volume 25 literSelang dan batu aerasiMikroskopObjek glass
Cover glass
Gelas ukurPipet tetesTermometerpH meter
Refraktometer
Haemocytometer
Media kultur Skeletonema costatumPenyuplai oksigenPengamatan dan penghitungan sampleMeletakkan objek yang akan diamatidengan mikroskopPenutup objek yang telah diletakkan diatas kaca preparatSampling sintasanUkur pupukPengukur suhuMengukur pH ( derajat keasaman ataukebasaan )Mengukur kadar/konsentrasi bahanatau zat terlarutPengukur salinitas
Sedangkan bahan yang akan digunakan disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Bahan yang akan digunakan selama penelitian.
16
Nama Bahan Kegunaan
Skeletonema costatumCairan rumen
Organisme ujiPupuk
3.3. Wadah dan Media Pemeliharaan
Wadah penelitian yang digunakan adalah baskom plastik berkapasitas 30
liter sebanyak 12 buah dengan wadah kontrol. Masing–masing baskom diisi air
laut sebanyak 20 liter dan dilengkapi dengan aerasi. Media yang digunakan
adalah air laut yang telah disterilkan yang terlebih dahulu ditampung dan
diendapkan selama 24 jam kemudian dipindahkan ke wadah penelitian dengan
menggunakan pompa Dab yang dilengkapi dengan selang ¾ cm yang diujung
selang dipasangi saringan kapas.
3.4. Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah benih udang vannamei,
stadia zoea dengan ukuran panjang ± 3,30 mm.
3.5. Pakan Uji
Pakan uji yang digunakan pada pemeliharaan benih udang vannamei adalah
pakan alami Skeletonema costatum yang diperoleh dari laboratorium Pakan alami
di BBAP Takalar.
3.6. Prosedur Penelitian
3.6.1. Persiapan Wadah dan Peralatan
Wadah dan peralatan yang digunakan pada penelitian ini terlebih dahulu
disikat merata pada bagian permukaan kemudian dicuci dan dikeringkan selama
17
24 jam. Pengeringan peralatan aerasi dilakukan selama 1 hari. Setelah wadah
kering kemudian diisi dengan air laut.
3.6.2. Persiapan Cairan Rumen
Isi rumen sapi diambil dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH)
Sungguminasa Gowa. Cairan rumen sapi diambil dari isi rumen sapi dengan cara
filtrasi (penyaringan dengan kain katun) dibawah kondisi dingin. Cairan rumen
hasil filtrasi disentrifuse dengan kecepatan 10.000 x g selama 10 menit pada suhu
4 0C untuk memisahkan supernatan dari sel-sel dan isi sel mikroba (Lee et al.
2000).
3.6.3. Kultur Skeletonema Costatum
Kultur S. costatum skala intermediate menggunakan ember berkapasitas 25
liter. Sebelum kultur dilakukan, perlengkapan yang akan digunakan harus
disterilkan, dengan mengunakan detergen kemudian dibilas dengan air tawar.
Peralatan yang digunakan antara lain selang aerasi dan batu aerasi.
Penggunaan air laut terlebih dahulu dinetralkan dengan menggunakan
natrium thiosulfat. Setelah itu, air laut yang sudah dinetralkan dengan kadar
garam 28 ppt dimasukkan ke wadah kultur sebanyak 20 liter. Air media kultur
diberikan cairan rumen sesuai dengan dosis yang terbaik dari penelitian
pendahuluan yang dilakukan sebelumnya setelah itu diberikan aerasi dan ditunggu
beberapa saat agar cairan rumen tercampur secara merata terlebih dahulu sebelum
bibit skeletonema costatum dimasukkan. Jumlah bibit skeletonema costatum yang
diberikan sebanyak 100 ml/liter. Setelah cairan rumen sudah bercampur dengan
18
skeletonema costatum maka sudah bisa diberikan pada larva udang vannamei
sebagai pakan alami.
3.6.4. Pemeliharaan Benih
Sebelu penebaran benih udang vanamei, terlebih dahulu dilakukan
adaptasi lingkungan terutama suhu dan salinitas. Padat tebar benih udang
vannamei dengan kepadatan 10 ekor/liter. Benih udang vannamei dipelihara
selama 6 hari. Selama masa pemeliharaan diberi pakan skeletonema costatum
dengan kepadatan sesuai perlakuan. Penyiponan dilakukan apabila ada sisa pakan
atau kotoran benih udang vanamei yang mengendap didasar wadah penelitian.
Untuk mengetahui sintasan dilakukan sampling dengan cara menggunakan gelas
ukur.
3.7. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari tiga perlakuan. Masing–masing perlakuan diulang tiga
kali dan setiap perlakuan diberi kontrol sehingga jumlah satuan percobaan
sebanyak 12 unit. Tata letak satuan percobaan setelah pengacakan seperti
disajikan pada Gambar 2
Gambar 2. Tata letak satuan percobaan setelah pengacakan
B3 A2
B2A1C2
C1 D B
D
A3 C3 B1 DA
19
Perlakuan A : Pemberian pakan dengan kepadatan 300 ml/wadah
Perlakuan B : Pemberian pakan dengan kepadatan 400 ml/wadah
Perlakuan C : Pemberian pakan dengan kepadatan 500 ml/wadah
Perlakuan D : Kontrol setiap perlakuan (tanpa cairan rumen)
3.8. Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.8.1. Sintasan
Sintasan larva udang vannamei dilakukan dengan cara mengambil hewan
uji kemudian dilakukan penyamplingan tiap wadah, adapun rumus yang
dianjurkan oleh Effendi (1997) dalam menghitung sintasan adalah sebagai berikut:
= 100%Dimana : SR = Sintasan (%)
Nt = Jumlah individu pada akhir penelitian (ind)
No = Jumlah individu pada awal penelitian (ind)
3.8.2. Kualitas Air
Sebagai data penunjang dilakukan pengukuran parameter kualitas air yang
meliputi : suhu, salinitas, DO, dan pH. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap
hari.
3.9. Analisis data
Untuk mengetahui penggunaan cairan rumen sebagai pupuk pakan alami
Skeletonema costatum dengan frekuensi yang berbeda terhadap sintasan larva
udang Vannamei, maka dianalisis menggunakan analisis sidik ragam pada tingkat
20
kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) untuk
melihat perbedaan antar perlakuan (Gasperz, 1991).
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sintasan Larva Udang Vannamei
Hasil penelitian tentang optimasi pemberian skeletonema costatum yang
dipupuk cairan rumen dengan kepadatan yg berbedah terhadap pengamatan
sintasan larva udang vannamei stadia zoea - mysis pada tiap perlakuan pada tabel
yang ideal bagi kehidupan dan pertumbuhan udang adalah antara 7,5-8,5.
Kisaran salinitas pada semua perlakuan masih layak untuk pertumbuhan
udang. Haliman dan Adijaya (2005), kisaran salinitas optimal untuk udang windu
berkisar antara 15-30 ppt, sedangkan Trono (1981) salinitas untuk pertumbuhan
udang dengan baik pada salinitas 15-30 ppt. Kisaran salinitas pada masing-masing
perlakuan relative rendah disebabkan oleh rendahnya suhu rata-rata lingkungan
pada saat penelitian akibat fluktuasi musim selama penelitian.
Konsentrasi oksigen terlarut pada setiap perlakuan masih layak untuk
pemeliharaan udang karena masih mampu di tolerir oleh udang vannamei.
Haliman dan Adijaya (2005), kadar oksigen terlarut yang baik berkisar 4-6 ppm.
Nilai tersebut menunjukan bahwa kandungan oksigen yang terdapat pada media
pemeliharaan masih optimal dan cukup baik dalam mendukung pertumbuhan
udang vanamei.
26
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
pemberian pakan dengan kepadatan yang berbeda pada setiap perlakuan
memberikan efek yang berpengaruh nyata terhadap sintasan larva udang
vannamei. Peningkatan kelulushidupan tertinggi terdapat pada perlakuan C
(kepadatan 500 ml/wadah) dengan sintasan rata-rata 55,33 %. Berdasarkan hasil
analisis varians menujukkan bahwa perlakuan pemberian kepadatan pakan
berbeda nyata dalam peningkatan kelulushidupan (sintasan) antara perlakuan
(p>0,05). Hasil uji lanjut diperoleh data bahwa perlakuan A berbeda nyata
terhadap perlakuan B dan C. Perlakuan B berbeda nyata dengan perlakuan A dan
C. Perlakuan C berbeda nyata dengan perlakuan A dan B.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan pemberian pakan Skeletonema
Costatum terhadap udang vanammei dengan kepadatan yang lebih tinggi untuk
mendapatkan sintasan yang lebih baik. Perlu memperhatikan parameter kualitas
air agar tetap dalam kondisi layak untuk kelangsungan hidup larva udang, agar
lebih mendapatkan hasil yang baik terlebih dahulu melakukan uji lep pada rumen
sehingga mengetahui bakteri yang menguntungkan dan merugikan pada rumen.
27
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, T. Dkk. (2006). Rumput Laut. Jakarta : Penerbit Penebar Swadaya.Anonim.(2003).LaporanParktikumPenentuanKadaAir.http://www.scribed.com/doc/14098051/Laporan-praktikum-penentuan-kadar-air.Diaksestanggal 23 April 2011.
Anggorodi HR. 1979. Nutrisi Aneka Ternak . Jakarta.
Djarijah, A. S. 1995. Pakan Udang Alami. Penerbit Kanasius. Yogyakarta.
Gaspersz, V. 1991. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Edisi Pertama.Penerbit : Tarsito. Bandung.
Haliman R.W, Adijaya DS. 2004. Udang Vannamei. Jakarta: Penebar Swadaya.
Haliman, R.W. & Adijaya, D. (2005). Udang Vannamei, Pembudidayaan danProspek Pasar Udang Putih yang Tahan Penyakit. Penebar Swadaya.Jakarta.
Isnansetyo, A. dan Kurniastuti. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton danZooplankton. Pakan Alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. PenerbitKanisus. Yogyakarta.
Lee S.S., J.K. Ha and K.J. Cheng. 2000. Relativecontributions of bacteria.protozoa and fungitoin vitrodegradation of orchard grass cellwalls andtheir interactions. Appl. Environ.Microbiol.
Mudjiman A. 2004. Makanan Ikan Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Soetedjo, H., 2011. Kiat Sukses Budidaya Air Tawar. Araska Press, Yogyakarta.118 hal.
Suriawiria, U. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa. Bandung.
Trinci A. P. J., D. R. Davies, K. Gull, M. L. Lawrence, B. B. Nielsen, A. Rickers
and M. K. Theodorou. 1994. Anaerobic Fungi in Herbivorous Animals.
Myco.
Trono (1981), Trono, G.C.Jr., 1981. Influence of Enviromental Factor on TheStructure and Distribution of Seawed Communities. Report On The
28
Training Course On Gracilaria Algae. The Marine Sciences Centre.University of The Philippines. Manila Philippines.
29
Lampiran Penelitian
Lampiran 1. Tabel tingkat kelulushidupan atau sintasan (%) larva udang vannamei
(Litopenaeus Vannamei) stadia zoea sampai mysis selama penelitian.