i OPTIMASI KOMPOSISI POLYSORBATE 80 DAN GLISERIN SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DALAM LOTION VIRGIN COCONUT OIL DENGAN APLIKASI DESAIN FAKTORIAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Willy Hartanto NIM : 038114106 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
106
Embed
OPTIMASI KOMPOSISI POLYSORBATE 80 DAN GLISERIN … · Oleh : Willy Hartanto NIM : ... viskositas, perubahan viskositas ... penelitian ditemukan area komposisi optimum emulsifying
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
OPTIMASI KOMPOSISI POLYSORBATE 80 DAN GLISERIN SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DALAM LOTION VIRGIN COCONUT OIL DENGAN APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Willy Hartanto
NIM : 038114106
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
ii
OPTIMASI KOMPOSISI POLYSORBATE 80 DAN GLISERIN SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DALAM LOTION VIRGIN COCONUT OIL DENGAN APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Willy Hartanto
NIM : 038114106
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
v
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk :
My Lord JESUS CHRIST who love us
Papa, mama tercinta atas segala sesuatu yang
terbaik yang telah diberikan
Christian, Edwin, ie Hwa, ie Mei Chen, ie Lili atas
segala dukungan dan bantuannya
Chemistry 2003 yang kucintai dan kubanggakan
Harapan dan cita-citaku
Almamaterku yang tercinta
vi
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah
dan penyertaan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.).
Skripsi ini berjudul Optimasi Komposisi Polysorbate 80 dan Gliserin sebagai
Emulsifying Agent dalam lotion Virgin Coconut Oil dengan Aplikasi Desain
Faktorial.
Selama perkuliahan, penelitian hingga proses penyusunan skripsi,
penulis telah mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak yang berupa
dukungan, sarana, bimbingan, nasihat, kritik dan saran. Oleh karenanya pada
kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan terimakasih kepada :
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia membimbing dan meluangkan waktunya untuk penulis selama
penelitian dengan memberikan bimbingan, dukungan, nasihat, kritik dan saran
yang membangun.
3. Rini Dwiastuti, S.Farm., Apt. selaku dosen penguji yang telah bersedia
memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi.
4. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen penguji yang telah bersedia
memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi.
vii
5. Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan pengarahan dan masukan selama kuliah maupun
penyusunan skripsi.
6. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. Yang telah memberikan banyak referensi dan
masukan.
7. Pak Mus, Mas Agung, Mas Iswandi, Mas Ottok, Mas Wagiran, Mas Sigit,
Mas Andre, dan Mas Yuwono selaku laboran dan karyawan yang telah
membantu selama penelitian.
8. Papa dan mama tercinta atas dukungan moral dan materi yang terbaik yang
telah diberikan pada penulis. Adikku Christian, Edwin; ie Hwa, ie Mei Chen,
dan ie Lili atas segala dukungan dan bentuannya.
9. Rekan kerjaku (Shindi dan Silus) atas bantuan, kebersamaan, persahabatan,
dan kerjasamanya. Teman-teman senasib di lantai I : Saw Palmetto’s team
(Erma, Marlinna, Ratna, Yenny), effervescent’s team (Esti, Ranti, Tyas atas
bantuan selama persiapan ujian), sun screen’s team (Eva, Renny, Tirza),
repellant’s project (Indah), renal calculi’s team (Mita atas bantuan, dukungan
dan semangat yang ditimbulkannya; Rinto), Ariyanto, dan Nunu atas
dukungan dan kebersamaan selama penyusunan skripsi kita.
10. Para pelaku sensory assessment yang tidak dapat disebutkan namanya satu per
satu atas bantuannya yang mau mencoba lotion yang belum terdaftar.
11. Teman-teman Chemistry angkatan 2003 semuanya atas kebersamaan,
kenangan, dan persahabatan selama ini (semoga sampai selamanya) yang
membantu penulis selama kuliah dan tinggal di Yogyakarta.
x
INTISARI
Penelitian optimasi komposisi polysorbate 80 dan gliserin sebagai emulsifying agent dalam lotion Virgin Coconut Oil (VCO) bertujuan untuk mengetahui faktor yang dominan dalam menentukan sifat fisik lotion VCO dan untuk mengetahui area komposisi optimum dari emulsifying agent yang dapat menghasilkan lotion VCO yang dapat diterima konsumen.
Penelitian ini termasuk dalam rancangan ekperimental murni yang bersifat eksploratif dengan desain faktorial dengan 2 faktor, yaitu emulsifying agent yang berupa polysorbate 80-gliserin, dan 2 level yaitu level tinggi-level rendah. Untuk optimasi formula digunakan metode desain faktorial dengan kombinasi formula 1, a, b, dan ab. Optimasi tersebut dilakukan terhadap parameter sifat fisik lotion yang meliputi daya sebar, viskositas, perubahan viskositas, dan stabilitas sediaan selama penyimpanan satu bulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa polysorbate 80 diprediksi dominan dalam mempengaruhi daya sebar, viskositas segera setelah pembuatan, dan perubahan viskositas. Sementara itu, stabilitas lotion diprediksi dipengaruhi secara dominan oleh interaksi antara gliserin dengan polysorbate 80. Pada level penelitian ditemukan area komposisi optimum emulsifying agent yang menghasilkan karakter fisik lotion yang dikehendaki. Area optimum ditunjukkan melalui contour plot super imposed.
ABSTRACT The aim of research of polysorbate 80 and glycerine composition as an
emulsifying agent in Virgin Coconut Oil (VCO) lotion is to find out whose the dominant factors affect the physical characteristic of VCO lotion, and also to find out the area optimum the composition of emulsifying agent to produce a VCO lotion who can accepted by consumer.
This research is a pure experimental research, using factorial design method with two factors are polysorbate 80-glycerine as an emulsifying agent and two levels are high level-low level. The optimization formula used factorial design method with combination of all formulas. The optimization has done by measured lotion’s physical characteristic including spreadability, viscosity and physical stability after one month of storage.
The result of this research exhibit that polysorbate 80 predicted dominantly affect spreadability, viscosity measured as soon as the making process finished, and viscosity changing. In other hand, the interaction of the effect of glycerine and polysorbate 80 was the predicted factor dominant in determining the lotion’s stability. There’s an area optimum of emulsifying agent compotition at the research’s level whose results wanted physical characteristics of lotion. The optimum area exhibited by contour plot super imposed.
keterangan :Y = respon hasil atau sifat yang diamati
X1, X2 = level bagian A dan B
b0 = rata-rata dari semua percobaan
b1, b2, b12 = koefisien yang dihitung dari hasil percobaan
Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat
percobaan (2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah
faktor). Yaitu formula 1 untuk percobaan I, formula a untuk percobaan II, formula
b untuk percobaan III, dan formula ab untuk percobaan IV.
Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level
Formula Faktor A Faktor B Interaksi 1 - - + a + - - b - + - ab + + +
Keterangan : Faktor A = Gliserin Faktor B = Polysorbate 80 Formula 1 = faktor A level rendah, faktor B level rendah Formula a = faktor A level tinggi, faktor B level rendah Formula b = faktor A level rendah, faktor B level tinggi Formula ab = faktor A level tinggi, faktor B level tinggi
21
Berdasarkan persamaan diatas, dengan substitusi secara matematis, dapat
dihitung besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi dengan
Efek masing-masing faktor dan interaksinya terhadap daya sebar
lotion dapat dilihat pada tabel V. Hasil perhitungan dengan desain faktorial
menunjukkan bahwa besarnya efek gliserin terhadap daya sebar adalah |-0,18|;
42
efek polysorbate 80 adalah |-1,10|; dan efek interaksinya sebesar 0,27.
Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa polysorbate 80 diprediksi
mempunyai efek yang paling dominan terhadap daya sebar lotion daripada
gliserin dan interaksi keduanya. Gliserin bernilai negatif yang berarti bahwa
adanya gliserin dalam lotion akan menurunkan daya sebar lotion. Demikian
juga dengan polysorbate 80 yang bernilai negatif yang berarti bahwa adanya
polysorbate 80 akan menurunkan daya sebar lotion. Interaksi gliserin dengan
polysorbate 80 bernilai positif yang berarti interaksi kedua faktor tersebut
akan meningkatkan daya sebar lotion.
Daya sebar lotion lebih dipengaruhi oleh polysorbate 80 dikarenakan
polysorbate 80 lebih berperan sebagai emulsifying agent daripada gliserin.
Secara fisik, polysorbate 80 juga lebih kental daripada gliserin sehingga
polysorbate 80 lebih berpengaruh terhadap viskositas lotion. Lotion dengan
viskositas besar mempunyai daya sebar yang kecil.
Hubungan pengaruh peningkatan level gliserin dan polysorbate 80
terhadap daya sebar lotion, dapat dilihat pada grafik berikut :
level rendah
polysorbate 80
level tinggi polysorbate
80
6
6.5
7
7.5
8
8.5
9
20 24 28 32 36 40 44
Gliserin (gram)
Day
a se
bar
(cm
)
level rendah gliserin
level tinggi gliserin
6
6.5
7
7.5
8
8.5
9
17 20 23 26 29 32 35
Polysorbate 80 (gram)
Day
a se
bar
(cm
)
(11a) (11b)
Gambar 11. Grafik hubungan antara daya sebar-gliserin (11a) dan grafik hubungan antara daya sebar-polysorbate 80 (11b)
43
Peningkatan level gliserin akan mempengaruhi daya sebar lotion.
Peningkatan level gliserin pada penggunaan polysorbate 80 level rendah akan
menurunkan daya sebar lotion. Sedangkan peningkatan level gliserin pada
penggunaan polysorbate 80 level tinggi akan meningkatkan daya sebar lotion
(gambar 11a).
Peningkatan level polysorbate 80 akan mempengaruhi daya sebar
lotion. Peningkatan level polysorbate 80 pada penggunaan gliserin level
rendah dan level tinggi akan menurunkan daya sebar lotion. Akan tetapi
penurunan daya sebar lotion pada penggunaan gliserin level rendah lebih besar
daripada gliserin level tinggi (gambar 11b).
Adanya interaksi gliserin dengan polysorbate 80 yang ditunjukkan
dengan garis yang tidak sejajar (gambar 11a dan 11b). Efek daya sebar yang
diprediksi didominasi oleh polysorbate 80 bernilai negatif, maka jika
diinginkan daya sebar yang lebih besar dapat dilakukan dengan menurunkan
level gliserin. Level polysorbate 80 tidak diturunkan atau dinaikkan karena
polysorbate 80 merupakan faktor dominan yang akan sangat mempengaruhi
daya sebar sehingga dengan sedikit saja perubahan level polysorbate 80 akan
mempengaruhi daya sebar.
2. Viskositas
Efek masing-masing faktor dan interaksinya terhadap viskositas
lotion dapat dilihat pada tabel V. Hasil perhitungan dengan desain faktorial
menunjukkan bahwa besarnya efek gliserin terhadap viskositas lotion sebesar
|-4,17|; efek polysorbate 80 sebesar 17,7 ; dan efek interaksi keduanya sebesar
44
|-5,10|. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa polysorbate 80 dipredikasi
mempunyai pengaruh yang lebih dominan terhadap viskositas lotion daripada
gliserin dan interaksi keduanya.
Polysorbate 80 yang bernilai positif menunjukkan bahwa adanya
polysorbate 80 akan meningkatkan viskositas lotion. Gliserin dan interaksi
antara polysorbate 80 dengan gliserin bernilai negatif yang menunjukkan
bahwa gliserin dan interaksi polysorbate 80 dengan gliserin akan menurunkan
viskositas lotion.
Hubungan pengaruh peningkatan level gliserin dan polysorbate 80
terhadap viskositas lotion, dapat dilihat pada grafik berikut :
level rendah
polysorbate 80
level tinggi polysorbate
80
5
10
15
20
25
30
35
40
20 24 28 32 36 40 44
Gliserin (gram)
Vis
kosi
tas
(dP
a.s)
level rendah gliserin
level tinggi gliserin
5
10
15
20
25
30
35
40
17 20 23 26 29 32 35
Polysorbate 80 (gram)
Vis
kosi
tas
(dP
a.s)
(12a) (12b)
Gambar 12. Grafik hubungan antara viskositas-gliserin (12a) dan grafik hubungan antara viskositas-polysorbate 80 (12b)
Peningkatan level gliserin akan mempengaruhi viskositas lotion.
Peningkatan level gliserin pada penggunaan polysorbate 80 level rendah akan
meningkatkan viskositas lotion. Sedangkan peningkatan level gliserin pada
penggunaan polysorbate 80 level tinggi akan menurunkan viskositas lotion
(gambar 12a).
45
Peningkatan level polysorbate 80 akan mempengaruhi viskositas
lotion. Peningkatan level polysorbate 80 pada penggunaan gliserin level
rendah dan gliserin level tinggi akan meningkatkan viskositas lotion.
Peningkatan viskositas lotion dengan menggunakan gliserin level rendah lebih
besar daripada gliserin level tinggi (gambar 12b).
Penggunaan gliserin dapat menurunkan viskositas sedangkan
penggunaan polysorbate 80 dapat meningkatkan viskositas lotion. Hal ini
dapat disebabkan karena fungsi utama dari gliserin yang merupakan
moisturizer alami yang dapat menarik kelembaban udara di sekitarnya
sehingga dengan adanya gliserin akan membuat sistem menjadi lebih
higroskopis. Sehingga dengan semakin banyak air yang berasal dari gliserin
(fase eksternal bertambah), maka viskositas sistem akan turun.
Adanya interaksi gliserin dengan polysorbate 80 yang ditunjukkan
dengan garis yang tidak sejajar (gambar 12a dan 12b). Efek viskositas lotion
yang diprediksi didominasi oleh polysorbate 80 bernilai positif, maka jika
diinginkan viskositas lotion yang tinggi dapat dilakukan dengan mengurangi
level gliserin yang digunakan. Level polysorbate 80 tidak diturunkan atau
dinaikkan karena polysorbate 80 merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi viskositas sehingga dengan sedikit saja perubahan level
polysorbate 80 akan mempengaruhi viskositas.
46
3. Perubahan Viskositas
Efek masing-masing faktor dan interaksinya terhadap perubahan
viskositas lotion dapat dilihat pada tabel V. Hasil perhitungan dengan desain
faktorial menunjukkan bahwa besarnya efek gliserin terhadap perubahan
viskositas lotion sebesar 0,19 ; efek polysorbate 80 sebesar 9,14 ; dan efek
interaksi keduanya sebesar 5,22. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa
polysorbate 80 diprediksi mempunyai pengaruh yang lebih dominan terhadap
perubahan viskositas lotion daripada gliserin dan interaksi keduanya. Gliserin,
polysorbate 80, dan interaksi keduanya bernilai positif yang menunjukkan
bahwa adanya gliserin, polysorbate 80, dan interaksi keduanya akan
meningkatkan perubahan viskositas lotion selama penyimpanan.
Polysorbate 80 lebih dominan dalam mempengaruhi perubahan
viskositas dikarenakan polysorbate 80 lebih berperan emulsifying agent
daripada gliserin yang secara tidak langsung akan mempengaruhi viskositas
sistem. Selama masa penyimpanan, gliserin akan cenderung menarik
kelembaban dari lingkungan sehingga kandungan air dalam sistem meningkat.
Dengan meningkatnya kandungan air dalam sistem sedangkan air merupakan
fase eksternal maka fase eksternal akan bertambah banyak yang akan
menurunkan viskositas sistem. Viskositas yang menurun selama penyimpanan
akan memperbesar terjadinya perubahan viskositas sistem yang pada akhirnya
akan mempengaruhi stabilitas lotion.
Hubungan pengaruh peningkatan level gliserin dan polysorbate 80
terhadap viskositas lotion, dapat dilihat pada grafik berikut :
47
level rendah
polysorbate 80
level tinggi polysorbate
80
22
26
30
34
38
42
20 24 28 32 36 40 44
Gliserin (gram)
Per
ub
ahan
vis
kosi
tas
(%)
level rendah gliserin
level tinggi gliserin
22
26
30
34
38
42
17 20 23 26 29 32 35
Polysorbate 80 (gram)
Per
ub
ahan
vis
kosi
tas
(%)
(13a) (13b) Gambar 13. Grafik hubungan antara perubahan viskositas-gliserin (13a) dan
grafik hubungan antara perubahan viskositas-polysorbate 80 (13b)
Peningkatan level gliserin akan mempengaruhi perubahan viskositas
lotion. Peningkatan level gliserin pada penggunaan polysorbate 80 level
rendah akan menurunkan perubahan viskositas lotion. Sedangkan peningkatan
level gliserin pada penggunaan polysorbate 80 level tinggi akan meningkatkan
perubahan viskositas lotion (gambar 13a).
Peningkatan level polysorbate 80 akan mempengaruhi perubahan
viskositas lotion. Peningkatan level polysorbate 80 pada penggunaan gliserin
level rendah dan gliserin level tinggi akan meningkatkan perubahan viskositas
lotion. Peningkatan perubahan viskositas lotion yang lebih besar terjadi jika
menggunakan gliserin level tinggi (gambar 13b).
Adanya interaksi gliserin dengan polysorbate 80 yang ditunjukkan
dengan garis yang tidak sejajar (gambar 13a dan 13b). Efek perubahan
viskositas lotion yang diprediksi didominasi oleh polysorbate 80 bernilai
positif, maka jika ingin menurunkan perubahan viskositas lotion dapat
48
dilakukan dengan menurunkan level gliserin yang digunakan tanpa mengubah
level polysorbate 80 yang digunakan.
4. Stabilitas Lotion
Efek masing-masing faktor dan interaksinya terhadap perubahan
viskositas lotion dapat dilihat pada tabel V. Hasil perhitungan dengan desain
faktorial menunjukkan bahwa besarnya efek gliserin terhadap stabilitas lotion
sebesar |-0,35|; efek polysorbate 80 sebesar |-0,74|; dan efek interaksi
keduanya sebesar |-0,89|. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa interaksi
antara gliserin dengan polysorbate 80 diprediksi mempunyai pengaruh yang
lebih dominan terhadap stabilitas lotion daripada gliserin dan polysorbate 80.
Gliserin, polysorbate 80, dan interaksi keduanya bernialai negatif
yang menunjukkan bahwa adanya gliserin, polysorbate 80, dan interaksi
keduanya akan menurunkan stabilitas lotion selama penyimpanan. Efek
stabilitas lotion didominasi oleh interaksi antara gliserin dengan polysorbate
80 yang bernilai negatif.
Untuk melihat hubungan pengaruh peningkatan level gliserin dan
polysorbate 80 terhadap viskositas lotion, dapat dilihat pada grafik berikut :
49
level rendah
polysorbate 80
level tinggi polysorbate
80
98
98.4
98.8
99.2
99.6
100
100.4
100.8
20 24 28 32 36 40 44
Gliserin (gram)
Sta
bili
tas
loti
on
(%
)
level rendah gliserin
level tinggi gliserin
98
98.4
98.8
99.2
99.6
100
100.4
100.8
17 20 23 26 29 32 35
Polysorbate 80 (gram)
Sta
bili
tas
loti
on
(%
)
(14a) (14b)
Gambar 14. Grafik hubungan antara stabilitas lotion-gliserin (14a) dan grafik hubungan antara stabilitas lotion-polysorbate 80 (14b)
Peningkatan level gliserin akan mempengaruhi stabilitas lotion.
Peningkatan level gliserin pada penggunaan polysorbate 80 level rendah akan
meningkatkan stabilitas lotion. Sedangkan peningkatan level gliserin pada
penggunaan polysorbate 80 level tinggi akan menurunkan stabilitas lotion
(gambar 14a).
Peningkatan level polysorbate 80 akan mempengaruhi stabilitas lotion.
Peningkatan level polysorbate 80 pada penggunaan gliserin level rendah akan
meningkatkan stabilitas lotion. Peningkatan level polysorbate 80 pada
penggunaan gliserin level tinggi akan menurunkan stabilitas lotion (gambar 14b).
D. Optimasi Formula
Optimasi formula dilakukan untuk mendapatkan formula yang optimum,
di mana formula tersebut memiliki sifat fisik yang diharapkan. Sifat fisik yang
diharapkan adalah mampu memenuhi kemampuan spreadability fomula lotion.
Spreadabilty lotion menggambarkan sifat fisik lotion yang dapat dilihat dari daya
50
sebar dan viskositas lotion. Daya sebar mempengaruhi pemerataan sediaan saat
diaplikasikan di kulit. Viskositas yang terlalu tinggi dapat mempersulit
pengemasan dan pengeluaran sediaan dari kemasannya. Perubahan viskositas dan
stabilitas lotion berhubungan dengan kestabilan sediaan. Lotion dengan daya sebar
baik, viskositas yang cukup, pergeseran viskositas seminimal mungkin, dan
stabilitas lotion semaksimal mungkin diharapkan didapat dari hasil optim
3asi.
Hasil pengukuran sifat fisik lotion yang berupa daya sebar, viskositas,
perubahan viskositas, dan stabilitas lotion dapat dibuat contour plot. Contour plot
dibuat berdasarkan hasil perhitungan persamaan desain faktorial. Contour plot
masing-masing uji sifat fisik dapat ditentukan area optimum untuk mendapatkan
respon yang dikehendaki. Area tersebut digabungkan dalam contour plot super
imposed untuk kemudian ditentukan area komposisi optimum lotion berdasarkan
emulsifying agent yang digunakan.
1. Daya Sebar
Daya sebar merupakan parameter kemudahan lotion dalam
diaplikasikan di kulit. Lotion diharapkan mempunyai daya sebar yang baik
yang dapat menjamin lotion mudah diaplikasikan di kulit. Persamaan desain
faktorial untuk daya sebar lotion Virgin Coconut Oil adalah Y = 12,4028 -
(0,1806X1) - (0,0837X2) + (0,0028X1X2). Persamaan ini dapat dibuat contour
plot sebagai berikut :
51
Gambar 15. Contour plot daya sebar lotion
Berdasarkan contour plot daya sebar lotion dapat dilihat area
komposisi optimum lotion untuk mendapatkan respon daya sebar yang
dikehendaki yaitu 7,5 cm sampai 8 cm. Pemilihan diameter daya sebar
optimum ini didasarkan pada sensory assessment yang lebih menyukai
formula a di mana diameter rata-rata formula a sebesar 7,6667 cm dan berada
dalam rentang daya sebar yang optimum. Daya sebar 7,5 cm sampai 8 cm
diharapkan memberikan kemudahan saat diaplikasikan dan nyaman seperti
yang diinginkan konsumen.
2. Viskositas
Viskositas lotion yang dikehendaki adalah cukup yang berarti
viskositas tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Viskositas yang terlalu
besar akan menyulitkan pengemasan, pengeluaran sediaan dari kemasan, dan
mempersulit pemerataan sediaan saat diaplikasikan di kulit. Viskositas yang
terlalu kecil akan merepotkan konsumen karena sediaan terlalu cair sehingga
sediaan banyak yang terbuang.
52
Persamaan desain faktorial untuk viskositas lotion Virgin Coconut
Oil adalah Y = - 53,6368 + (3,1752X1) + (1,1213X2) - (0,0531X1X2).
Persamaan ini dapat dibuat contour plot sebagai berikut :
Gambar 16. Contour plot viskositas lotion
Berdasarkan contour plot viskositas lotion dapat dilihat area
komposisi optimum lotion untuk mendapatkan respon viskositas yang
dikehendaki yaitu 12 dPa.s sampai 17 dPa.s. Rentang viskositas 12 dPa.s
sampai 17 dPa.s dipilih berdasarkan pada sensory assessment yang lebih
menyukai formula a dengan viskositas rata-rata sebesar 12,2 dPa.s yang
berada dalam rentang viskositas yang digunakan, sehingga rentang viskositas
yang dipilih dianggap sebagai viskositas lotion yang optimum.
3. Perubahan Viskositas
Perubahan viskositas lotion berhubungan dengan kestabilan lotion
sehingga untuk mendapatkan lotion yang dapat diterima konsumen maka
lotion harus mempunyai perubahan viskositas yang seminimal mungkin.
Persamaan desain faktorial untuk perubahan viskositas lotion Virgin Coconut
53
Oil adalah Y = 57,1633 - (0,9795X1) - (1,4025X2) + (0,0544X1X2). Persamaan
tersebut dapat dibuat contour plot sebagai berikut :
Gambar 17. Contour plot perubahan viskositas lotion
Berdasarkan contour plot perubahan viskositas lotion dapat dilihat
area komposisi optimum lotion untuk mendapatkan respon perubahan
viskositas yang dikehendaki yaitu tidak terlalu besar karena perubahan
viskositas menentukan kestabilan lotion selama penyimpanan.
Menurut Zatz et al. (1996), emulsi yang mengandung 1% emulsifier
dan 1 % CMC (Carboxymethylcellulose), viskositasnya sebesar 780 mPa.s
pada waktu 1 minggu setelah pembuatan. Setelah penyimpanan selama 448
hari viskositas emulsi tersebut turun sepersepuluh kalinya. Umumnya
penyimpanan selama 2 bulan pada suhu 40°C menyebabkan perubahan
sebesar 15% atau lebih.
Lotion dalam penelitian mempunyai viskositas rata-rata kurang dari
50 dPa.s yang lebih kental daripada 780 mPa.s yang diharapkan mempunyai
perubahan viskositas kurang dari 15%. Perubahan viskositas yang kecil ini
54
dikarenakan nilai viskositas lotion dalam penelitian lebih besar dari perubahan
viskositas emulsi yang diungkapkan Zatz et al., yang dapat memperkecil
kemungkinan terjadinya gerak Brown. Semakin kecil gerak Brown yang
terjadi maka perubahan viskositas yang terjadi akan semakin kecil, akan tetapi
perubahan viskositas yang terjadi dalam penelitian ini lebih besar dari 15%.
Sensory assessment menunjukkan formula a dengan perubahan
viskositas lotion rata-rata sebesar 25% lebih disukai daripada formula yang
lain. Dengan perubahan viskositas sebesar 25%, lotion masih dapat diterima
konsumen maka perubahan viskositas lotion yang dianggap optimum adalah
kurang dari 26%.
4. Stabilitas Lotion
Stabilitas lotion juga berhubungan dengan kestabilan sediaan
sehingga untuk mendapatkan lotion yang dapat diterima konsumen maka
lotion harus mempunyai stabilitas lotion yang semaksimal mungkin.
Persamaan desain faktorial untuk stabilitas lotion Virgin Coconut Oil adalah
Y = 93,8920 - (0,2346X1) + (0,2187X2) - (0,0093X1X2). Persamaan tersebut
dapat dibuat contour plot sebagai berikut :
55
Gambar 18. Contour plot stabilitas lotion
Berdasarkan contour plot stabilitas lotion dapat dilihat area
komposisi optimum lotion untuk mendapatkan respon stabilitas lotion yang
dikehendaki yaitu tidak terlalu kecil karena semakin besar stabilitas lotion (�
100%) maka lotion akan semakin stabil. Rentang stabilitas lotion 99,5%
sampai 100% dipilih sebagai rentang yang optimum berdasarkan pada sensory
assessment yang lebih menyukai formula a di mana stabilitas lotion rata-
ratanya sebesar 99,9259%.
5. Contour Plot Super Imposed
Formula lotion yang optimum diprediksi dengan melihat area
optimum dari tiap-tiap uji sifat fisik yang kemudian digabungkan menjadi satu
contour plot yang disebut contour plot super imposed sebagai berikut :
56
Gambar 19. Contour plot super imposed
Melalui contour plot super imposed dapat diperkirakan area
komposisi optimum lotion Virgin Coconut Oil dengan sifat fisik yang
dikehendaki dalam batas level yang diteliti, yaitu 24 gram sampai 40 gram
gliserin dan 20 gram sampai 32 gram polysorbate 80.
Jumlah emulsifying agent yang digunakan dapat mempengaruhi sifat
fisik lotion terutama viskositas dan perubahan viskositas. Area yang diwarnai
pada contour plot super imposed dianggap sebagai formula optimum lotion
pada jumlah bahan yang diteliti.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Polysorbate 80 diprediksi dominan dalam menentukan daya sebar, viskositas,
dan perubahan viskositas (selama penyimpanan), sedangkan interaksi antara
gliserin dengan polysorbate 80 diprediksi dominan dalam menentukan
stabilitas lotion.
2. Ditemukan area komposisi optimum emulsifying agent melalui contour plot
super imposed pada faktor dan level yang diteliti.
B. Saran
1. Perlu dilakukan standarisasi kadar asam laurat dalam Virgin Coconut Oil
untuk memastikan bahwa Virgin Coconut Oil yang digunakan berkhasiat.
2. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan menggunakan emulsifying agent
yang mempunyai fungsi utama sebagai emulsifying agent dan antifoaming
agent untuk mengatasi foaming yang terbentuk selama pembuatan.
3. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan meningkatkan jumlah polysorbate
80 yang digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan viskositas lotion
sehingga diharapkan perubahan viskositas yang terjadi selama penyimpanan
menjadi lebih kecil.
57
58
4. Perlu dilakukan penelitian sejenis terhadap proses optimasi pembuatan lotion
Virgin Coconut Oil dengan menggunakan komposisi emulsifying agent pada
area yang telah diperoleh dalam penelitian ini.
5. Perlu dilakukan uji iritasi primer pada hewan uji untuk meyakinkan bahwa
formula yang dibuat tidak mengiritasi kulit.
6. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme
masuknya asam laurat ke dalam stratum germinativum dan kadar asam laurat
minimum yang dapat memicu pembentukan sel kulit baru sehingga lotion
Virgin Coconut Oil yang dibuat dapat juga dikatakan sebagai sediaan yang
berfungsi sebagi antiaging.
59
DAFTAR PUSTAKA
Allen, L.V., 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical
Compounding, Second Edition, 263, 268, 274 276, American Pharmaceutical Association, USA.
Anger, C.B., Rupp, D., Lo, P., and Takruri, H., 1996, Preservation of Dispersed
Systems, in Lieberman H.A., Rieger, M.M., and Banker, G.S., (Eds.), Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse Systems, Volume 2, Second Edition, Revised and Expanded, 397, Marcel Dekker, Inc., New York.
Anonim, 1976, Merck Index, 9th Edition, 581-582, Merck & Co., Inc., USA. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 378, Departemen Kesehatan
Republik Indonesi, Jakarta. Anonim, 1993, Kodeks Kosmetika Indonesia, Edisi II, Volume I, 389-390,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 72, 413, 687, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2000, Remington : The Science and Practice of Pharmacy, edited by
Limner, D., 20th Ed., 1037, University of The Sciences in Philadelphia, USA.
Anonim, 2006a, Lotion, http://www.en.wikipedia.org/wiki/lotion. Diakses pada
13 Januari 2006. Anonim, 2006b, Moisturizer, http://www.en.wikipedia.org/wiki/moisturizer.
Diakses pada 13 Januari 2006. Anonim, 2006c, Tween 80 and Span 80: Are They Safe?,
http://epic4health.com/tween80isits.html. Diakses pada 1 November 2006. Anonim, 2006d , Glycerol, http://en.wikipedia.org/wiki/Glycerine. Diakses pada 1
November 2006. Anonim, 2006e, Surfactans and Oleo Chemicals, http://www.greatvista
chemicals.com/surfactants_and_oleochemicals. Diakses pada 23 April 2006. Anonim, 2006f, Stearic Acid, a Fatty Acid, http://chemlabs.uoregon.edu/
GeneralResources/models/stearic_acid.html. Diakses pada 1 November 2006.
59
60
Anonim, 2006g, Glossary, http://www.lamasbeauty.com/glossary.html. Diakses pada 5 Desember 2006.
topic506.htm. Diakses pada 12 Februari 2007. Shilhavy, B., 2005, Virgin Coconut Oil, Tropical Traditional, Inc., Philipines. Smolinske, S.C., 1992, Handbook of Food, Drug and Cosmetic Excipient, 203,
CRC Press, USA. Sukartin, J.K., dan Sitanggang, M., 2005, Gempur Penyakit dengan VCO, 4, 14-
17, 22-25, AgroMedia Pustaka, Jakarta. Voigt, R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, 141, 316-343, 381-
382, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wilkinson, J.B., and More, R.J., 1982, Harry’s Cosmeticology, 7th Ed., 50-51, 69,
Chemical Publishing Company, Inc., New York. Young, A., 1972, Practical Cosmetic Science, 17-21, 53-55, 102, Mills & Boon
Limited, London. Zatz, J.L., Berry, J.J., and Alderman, D.A., 1996, Viscosity-Imparting Agents in
Disperse Systems, in Lieberman H.A., Rieger, M.M., and Banker, G.S., (Eds.), Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse Systems, Volume 1, Second Edition, Revised and Expanded, 290-291, Marcel Dekker, Inc., New York.