OPTIMASI EKSTRAKSI ULTRASONIK DENGAN VARIASI PELARUT DAN LAMA EKTRAKSI TERHADAP KADAR ALKALOID TOTAL PADA TANAMAN ANTING-ANTING (Acalypha indica L.) MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS SKRIPSI Oleh: YANI’ QORIATI NIM. 14630049 JURUSAN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2018
101
Embed
OPTIMASI EKSTRAKSI ULTRASONIK DENGAN VARIASI …etheses.uin-malang.ac.id/13871/1/14630049.pdf7. Seluruh dosen dan laboran Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
OPTIMASI EKSTRAKSI ULTRASONIK DENGAN VARIASI PELARUT
DAN LAMA EKTRAKSI TERHADAP KADAR ALKALOID TOTAL
PADA TANAMAN ANTING-ANTING (Acalypha indica L.)
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
SKRIPSI
Oleh:
YANI’ QORIATI
NIM. 14630049
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2018
i
OPTIMASI EKSTRAKSI ULTRASONIK DENGAN VARIASI PELARUT
DAN LAMA EKTRAKSI TERHADAP KADAR ALKALOID TOTAL
PADA TANAMAN ANTING-ANTING (Acalypha indica L.)
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
SKRIPSI
Oleh:
YANI’ QORIATI
NIM. 14630049
Diajukan Kepada:
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
JURUSAN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2018
ii
iii
iv
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT saya akhirnya bisa menyelesaikan tugas akhir ini. Tanpa kehendak-Nya dan dukungan dari orang-orang sekitar, saya tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh
karena itu, saya ingin mempersembahkan tulisan ini untuk:
Kedua orang tua saya, Bapak H. Yusuf dan Ibu Nur Asyiah Jamil yang selama ini telah memberikan segala bentuk dukungan mulai dari awal masuk kuliah hingga saya bisa memperoleh gelar sarjana ini. Terima kasih untuk
segalanya, mungkin kiranya tulisan ini hanya sebagian kecil hal yang bisa saya persembahkan untuk kalian berdua, karena semua kebaikan kalian berdua takkan
bisa terbalas dengan apapun. Semoga kalian berdua diberi kesehatan, kebahagiaan dan panjang umur, Aamiin ..
Adek pertamaku, Robbithotul Ummah yang masih kuliah di UB dan adek keduaku, Fin Fin Nadliroh yang masih mondok di PP. Mansyaul Huda 2, terima
kasih telah menemani saya selama berproses belajar dan saling mensupport selama kuliah bareng di Malang agar tetap sabar menjalani setiap ujian hidup selama ini.
Bapak dan Ibu Dosen Kimia, khususnya untuk Ibu Elok Kamilah Hayati,
M.Si, Ibu Nur Aini, M. Si, Ibu Armeida Dwi Ridhowati Madjid, M. Si, dan Bapak Dr. Anton Prasetyo, M.Si yang telah memotivasi, memberikan arahan, dan membimbing saya dengan sangat sabar selama ini. Dari proses pembelajaran
selama S-1 ini saya bisa lebih mengerti dan memahami ilmu kimia dengan baik dan pembekalan dari pembimbing agama surat al-Mulk dan an-Naba’ untuk
amalan setiap hari. Kiranya semoga kebaikan Bapak dan Ibu Dosen mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT, Aamiin ...
Seluruh teman-teman kimia 2014 khususnya KIMIA-B 2014 yang telah menjadi bagian dari penelitian ku. Untuk sahabat saya Fadhlina Tsaniyatur
Rahmah terimakasih telah menjadi sandaran tempatku curhat segala suka dukaku dalam menjalani rencana Allah Yang Maha Baik. Untuk Widya, Nely, Risa, Diah, Elsa, Vivin, Cicik, Dian, Puja, Boby, Aray, Vika, Laili, Fitri, Sely, Aldwin, dan
Intan terima kasih untuk segala bantuan supportnya selama ini. Semoga Allah memberikan keberkahan atas semua kerja keras yang kita lakukan. Semoga cita-
cita kita semua bisa terwujud dan kita semua sukses, Aamiin ..
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas
segala nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Optimasi Ekstraksi Ultrasonik dengan Variasi Pelarut dan Lama Ektraksi
terhadap Kadar Alkaloid Total pada Tanaman Anting-anting (Acalypha indica L.)
menggunakan Spektrofotometer UV-Vis” dengan sebaik mungkin. Shalawat serta
salam selalu penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, sosok teladan
dalam membangun peradaban dan budaya pemikiran. Iringan doa dan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
1. Orang tua penulis, Bapak H. Yusuf dan Ibu Nur Asyiah Jamil, serta kedua
saudara yang telah banyak memberikan perhatian, nasihat, doa, dan dukungan
baik moril maupun materiil kepada penulis yang tak mungkin terbalaskan.
2. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Haris, M.Ag., selaku rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Ibu Dr. Sri Harini, M.Si., selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang.
4. Ibu Elok Kamilah Hayati, M.Si., selaku dosen pembimbing dan ketua Jurusan
Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
5. Ibu Nur Aini, M.Si., selaku dosen pembimbing agama yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu Armeida Dwi Ridhowati Madjid, M.Si., selaku konsultan dalam
penulisan skripsi ini.
vii
7. Seluruh dosen dan laboran Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah memberikan ilmu, pengetahuan,
pengalaman, dan wawasannya sebagai pedoman dan bekal bagi penulis.
8. Teman-teman Jurusan Kimia angkatan 2014 khususnya kelompok Anting-
anting (Acalypha indica L.), serta semua mahasiswa Kimia Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah memberikan
motivasi dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan secara satu persatu dalam
menyelesaikan penelitian ini baik berupa moril maupun materiil.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat menambah ilmu
pengetahuan baru bagi para pembaca.
Malang, 5 Desember 2018
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
خصاملل ..................................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 5 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
1.4 Batasan Masalah ........................................................................................... 5 1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7
2.1 Tanaman Anting-anting (Acalypha indica L.) ............................................. 7
2.1.1 Morfologi dan Klasifikasi Tanaman Anting-anting ............................ 7 2.1.2 Kandungan Kimia Tanaman Anting-anting ......................................... 8
2.1.3 Manfaat Tanaman Anting-anting ........................................................ 9 2.2 Alkaloid ........................................................................................................ 10
2.2.2 Sifat Fisika ........................................................................................... 13 2.2.3 Sifat Kimia .......................................................................................... 13
2.3 Ekstraksi Ultrasonik Senyawa Alkaloid pada Tanaman Anting-anting ....... 14 2.4 Identifikasi Alkaloid Total menggunakan Spektrofotometer UV-Vis ......... 17
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 19
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................................ 19
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................ 19 3.2.1 Alat ...................................................................................................... 19 3.2.2 Bahan ................................................................................................... 19
3.3 Rancangan Penelitian ................................................................................... 19 3.4 Tahapan Penelitian ....................................................................................... 21
3.5 Cara Kerja .................................................................................................... 21 3.5.1 Preparasi Sampel ................................................................................. 21 3.5.2 Analisis Kadar Air ............................................................................... 21
3.5.3 Ekstraksi Ultrasonik Senyawa Alkaloid Tanaman Anting-anting ...... 22 3.5.4 Analisis Kadar Alkaloid Total dengan Spektrofotometer UV-Vis ...... 23
ix
3.5.4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ............................ 23
3.5.4.2 Penentuan Waktu Kestabilan ................................................... 23 3.5.4.4 Pembuatan Kurva Baku Berberin Klorida ............................... 24
3.5.4.4 Penentuan Kadar Alkaloid Total Tanaman Anting-anting ....... 24 3.5.4.5 Analisis Data ............................................................................ 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 26
4.1 Preparasi Sampel ........................................................................................ 26
4.2 Analisis Kadar Air ...................................................................................... 27 4.3 Ekstraksi Ultrasonik Senyawa Alkaloid pada Tanaman Anting-anting ..... 28 4.4 Analisis Kadar Alkaloid Total dengan Spektrofotometer UV-Vis ............. 30
4.4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ...................................... 30 4.4.2 Penentuan Waktu Kestabilan ............................................................. 31
4.4.3 Pembuatan Kurva Baku Berberin Klorida ......................................... 33 4.4.4 Penentuan Kadar Alkaloid Total Tanaman Anting-anting ................. 35
4.5 Pemanfaatan Tanaman Anting-anting dalam Perspektif Islam .................. 41
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 45
Lampiran 4 Data dan Perhitungan Hasil Penelitian ............................................. 63 Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian .................................................................... 69
Lampiran 6 Hasil Analisis Spektrofotometer UV-Vis ......................................... 70 Lampiran 7 Hasil Statistik Two Way ANOVA .....................................................75
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil penelitian ekstraksi maserasi tanaman anting-anting .............. 15 Tabel 3.1 Kombinasi variasi pelarut dan lama ekstraksi ................................... 20 Tabel 4.1 Hasil rendemen ekstrak tanaman anting-anting ................................ 29
Tabel 4.2 Hasil alkaloid total ekstrak tanaman anting-anting ........................... 38 Tabel 4.3 Pelarut organik dan sifat fisiknya ...................................................... 39
Tabel L.4.1 Hasil rendemen ekstrak metanol pada tanaman anting-anting .......... 64 Tabel L.4.2 Hasil rendemen ekstrak etanol pada tanaman anting-anting ............ 64 Tabel L.4.3 Hasil rendemen ekstrak etil asetat pada tanaman anting-anting ....... 64
Tabel L.4.4 Hasil uji LOD dan LOQ ................................................................... 67 Tabel L.4.5 Hasil kadar alkaloid total ekstrak tanaman anting-anting ................. 68
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tanaman anting-anting (Acalypha indica L.) ................................ 8 Gambar 2.2 Struktur sederhana senyawa alkaloid (piridina) ............................ 12 Gambar 2.3 Proses ekstraksi ultrasonik ............................................................ 15
Gambar 4.1 Panjang gelombang maksimum berberin klorida ........................... 31 Gambar 4.2 Kurva hubungan antara waktu pengukuran dan absorbansi BCG-
alkaloid .......................................................................................... 32 Gambar 4.3 Kurva hubungan antara konsentrasi dan absorbansi standar berberin klorida ............................................................................. 33
Gambar 4.4 Reaksi alkaloid dengan asam kuat ................................................. 37 Gambar 4.5 Reaksi pembebasan amina dengan cara pembasaan....................... 37
Gambar 4.6 Dugaan reaksi antara alkaloid dan BCG ....................................... 37 Gambar L.4.1 (a) Tanaman anting-anting (b) Tanaman anting-anting kering
(c) Serbuk tanaman anting-anting ................................................ 69
Gambar L.4.2 (a) Serbuk Tanaman anting-anting ditambah pelarut (b) Proses ekstraksi ultrasonik (c) Filtrat ekstrak dialiri gas nitrogen sampai
terbentuk ekstrak pekat ................................................................. 69 Gambar L.4.3 (a) Partisi menggunakan metode BCG (b) Hasil ekstrak etil asetat
(c) Hasil ekstrak etanol (d) Hasil ekstrak metanol ....................... 69
xiii
ABSTRAK
Qoriati, Yani. 2018. Optimasi Ekstraksi Ultrasonik dengan Variasi Pelarut
dan Lama Ektraksi Terhadap Kadar Alkaloid Total pada Tanaman
Anting-anting (Acalypha indica L.) Menggunakan Spektrofotometer
UV-Vis. Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing I: Elok
Kata kunci: Anting-anting (Acalypha indica L.), Alkaloid total, Ekstraksi
ultrasonik, Spektrofotometer UV-Vis
Tanaman anting-anting (Acalypha indica L.) merupakan tanaman gulma yang tumbuh di daerah tropis. Tanaman ini dapat digunakan sebagai obat karena mengandung metabolit sekunder, salah satunya adalah alkaloid. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi optimum ekstraksi senyawa alkaloid dengan metode ultrasonik dengan variasi pelarut dan lama ekstraksi.
Penentuan kadar alkaloid total pada tanaman anting-anting menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Ekstraksi senyawa alkaloid pada tanaman anting-anting dilakukan
menggunakan metode ekstraksi ultrasonik dengan frekuensi 42 kHz menggunakan suhu kamar. Pada saat ekstraksi ultrasonik digunakan perbandingan berat sampel :
volume pelarut (b/v) yaitu 1:10 dengan variasi pelarut (metanol, etanol, dan etil asetat) dan lama ekstraksi (10, 20, dan 30 menit). Ekstrak pekat metanol, etanol, dan etil asetat ditentukan kadar alkaloid totalnya dengan menambahkan BCG,
buffer fosfat pH 4,7, dan kloroform dalam corong pisah. Diambil fase kloroform dan diidentifikasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λmaks 421,9 nm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak tanaman anting-anting menghasilkan rendemen terbanyak pada ekstrak metanol sebesar 5,477%. Pada uji statistik Two Way ANOVA menggunakan tingkat kepercayaan hasil uji 95%
menunjukkan adanya pengaruh variasi pelarut dan lama ekstraksi terhadap kadar alkaloid total pada tanaman anting-anting. Menurut uji BNT, ekstrak tanaman
anting-anting pada pelarut etil asetat dengan lama ekstraksi 20 menit menghasilkan kadar alkaloid total tertinggi sebesar 0,286 mg/g.
xiv
ABSTRACT
Qoriati, Yani. 2018. Optimization of Ultrasonic Extraction with Various
Solvent and Extraction Time to Determine of Total Alkaloid Content
in Anting-anting (Acalypha indica L.) Using UV-Vis
Spectrophotometer. Thesis. Departemen of Chemistry, Faculty of Science and Technology, Maulana Malik Ibrahim the State Islamic
University of Malang. Supervisor I: Elok Kamilah Hayati, M.Si; Supervisor II: Nur Aini, M.Si; Consultant: Armeida Dwi Ridhowati Madjid, M.Si.
Anting-anting (Acalypha indica L.) is a weed which grows in the tropics.
This plant can be used as a medicine due to its secondary metabolites, one of them
is alkaloid. The aim of this study was to determine the optimum condition for alkaloid extraction by ultrasonic method with various solvent and extraction time.
The determination of total alkaloid content of anting-anting plant was using UV-Vis spectrophotometer.
Extraction of alkaloid compound in anting-anting plant was carried out
using ultrasonic extraction method with frequency 42 kHz at room temperature in ultrasonic extraction, the ratio of sample : solvent (b/v) was 1:10 with varied
solvents (methanol, ethanol, and ethyl acetate) and extraction times (10, 20, and 30 minutes). The total alkaloid of the concentrated extracts from varied solvent were determined by total alkaloid content adding with BCG, phosphate buffer pH
4,7, and chloroform in separating funnel. Chloroform phase was taken and identified using UV-Vis spectrophotometer with λmax 421,9 nm.
The results showed that anting-anting plant extract with methanol produced the highest yield 5.477%. Two Way ANOVA test with 95% confidence level implied the influence of varied solvents and extraction times on total alkaloid
content in anting-anting plant. According to BNT test, extract anting-anting plant with ethyl acetate solvent and extraction time 20 minutes produced the highest
total alkaloid content 0.286 mg/g.
xv
امللخص
حتسني االستخالص ابملوجات فوق الصوتية مع نوع املذيب ووقت .٨١٠٢ قرايطي ، ايين.ابستخدام (.Acalypha indica L)انتيج -انتيجاالستخراج ملستوايت قلويدات الكلي يف النبات
. رسالة الليسانس. قسم الكيمياء، كلية العلوم والتكنولوجيا، جامعة UV-Vis))األشعة فوق البنفسجية املرئية موالان مالك إبراهيم اإلسالمية احلكومية ماالنج. املشرفة األوىل: ايلوك كاملة حيايت، املاجستري؛ املشرفة الثانية:
القلويدات الكلية، استخراج ابملوجات فوق (،.Acalypha indica L) انتيج -الكلمات الرئيسية: انتيج الصوتية، األشعة فوق البنفسجية املرئية سفيكرتوفوطميرت
بااتت شجرية تنمو يف املناطق املدارية. ميكن هي ن (.Acalypha indica L) انتيج -نبات انتيجاستخدام هذا النبات كدواء ألنه حيتوي على مستقلبات اثنوية ، واحدة منها عبارة عن قلويد. كان الغرض من هذه الدراسة هو حتديد الظروف املثلى الستخراج مركبات قلويد بواسطة طريقة املوجات فوق الصوتية مع
األشعة فوق وقت االستخراج. حتديد حمتوى القلويد الكلي للنبااتت احللقية ابستخداماختالفات يف املذيبات و البنفسجية املرئية.
الكيلو هري ٢٤استخراج مركبات قلويد ابستخدام طرق االستخراج ابملوجات فوق الصوتية مع الثورات ول وإيثانول وأسيتات إيثيل( مع تغري املذيبات )ميثان ١:١١ح( يف \تز و درجات غرفة. نسبة ثقل : حجم )ث
دقيقة(. مت تقسيم املستخلصات املركزة من امليثانول واإليثانول وأسيتات ٠١و ٤١و ١١ووقت االستخالص ) و مت حتديد ابستخدام األشعة فوق البنفسجية املرئية.(BCG) اإليثيل ابستخدام طريقة خضرة الربوموكريزول
. ٪٧٧٢٥٥انتيج حمصول عايل يف مستخلص امليثانول بنسبة -حصلت النتائج أن مستخلص نبات انتيجمن نتائج االختبار أظهر أتثري تغري ٪٥٧اإلحصائية ابستخدام مستوى الثقة يف حتليل التباين يف االختبار مزدوج
، تنص على أن BNTاملذيب وزمن االستخراج على مستوايت القلويد الكلي يف نبااتت القرط. وفقا الختبار ١٧٤٬٠ دقيقة هو 02الفرق احلقيقي مع أعلى قيمة يف مذيبات أسيتات اإليثيل ووقت االستخالص ملدة نتائج
ميليغرام/غرام.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman anting-anting (Acalypha indica L.) adalah tanaman herba semusim
yang tumbuh di daerah tropis. Tanaman anting-anting ini biasanya tumbuh liar di
pekarangan rumah, pinggir jalan, kebun, ladang, dan tepi hutan. Masyarakat
sering menggunakan tanaman anting-anting untuk mengobati penyakit disentri
basiler, disentri amuba, diare, malnutrisi, mimisan, muntah darah, buang air besar
berdarah, dan malaria (Arisandi, 2008). Selain pemanfaatannya sebagai obat,
ekstrak tanaman anting-anting dapat berpotensi sebagai senyawa antioksidan,
(Febriyanti, dkk., 2014). Selain itu, di dalam tanaman ini terdapat senyawa lain
yaitu minyak atsiri, flavon, flavanon, flavanol, isoflavon, khalkon,
dihidroksiflavanol, dan antosianin (Pambudi, dkk., 2014). Salah satu senyawa
aktif pada tanaman anting-anting yang dapat digunakan sebagai obat yaitu
alkaloid yang secara umum dapat ditemukan pada bagian dari tanaman anting-
anting (Batubara, dkk., 2016).
Pada penelitian Hayati, dkk. (2012) menunjukkan bahwa dalam ekstrak etil
asetat tanaman anting-anting dari hasil uji fitokimia terdapat senyawa tanin,
alkaloid, dan steroid. Pada ekstrak etanol tanaman anting-anting mengandung
alkaloid (Yanti, 2014), sedangkan pada ekstrak metanol tanaman anting-anting
mengandung tanin, flavonoid, dan alkaloid (Batubara, dkk., 2016).
9
2.1.3 Manfaat Tanaman Anting-anting
Setiap sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT mempunyai manfaat dan
tidak sia-sia. Manusia sebagai makhluk yang paling istimewa diberikan
kesempatan untuk mengambil manfaat dari hewan dan tumbuhan. Tumbuhan
diciptakan dengan berbagai manfaat. Firman Allah SWT dalam surat Thaahaa
ayat 53:
Artinya :
“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu dibumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuhan-
tumbuhan yang bermacam-macam” (QS. Thaahaa (20): 53).
Beberapa kata yang harus digaris bawahi dalam lafadz ini yaitu azwaajaan
yang artinya berjenis-jenis, nabaatin yang artinya tumbuh-tumbuhan dan syatta
yang artinya bermacam-macam. Quthb (2001) menjelaskan bahwa tumbuh-
tumbuhan yang diciptakan Allah SWT memiliki kemuliaan di dalamnya, yang
berasal dari kemuliaan Allah SWT. Hal ini mengisyaratkan kepada manusia untuk
menerima dan merespon ciptaan Allah SWT dengan sikap yang memuliakan,
memperhatikan, dan memperhitungkannya, bukan menghina, melalaikan, dan
meremehkannya agar dapat diketahui manfaat-manfaat yang terdapat pada
berbagai jenis tumbuhan termasuk tanaman anting-anting.
Tanaman anting-anting mempunyai banyak manfaat. Tanaman ini
merupakan tanaman yang tumbuh liar dan mempunyai banyak kandungan
10
metabolit sekunder terutama alkaloid yang dapat digunakan sebagai obat.
Pemanfaatan tanaman ini sebagai obat sudah banyak dilakukan. Tanaman ini
dapat dimanfaatkan mulai dari akar, batang, dan daunnya. Akar dan daunnya
dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri (Batubara, dkk., 2014), mengobati
penyakit kulit (Hutapea, 1993), dan menurunkan kadar gula darah (Kawatu, dkk.,
2012). Buahnya dapat digunakan untuk mengobati asma, batuk, dan bronkitis.
Seluruh bagian tanaman digunakan sebagai ekspektoran, laksatif, dan rematik
(Hutapea, 1993).
Masyarakat sering menggunakan tanaman anting-anting untuk mengobati
penyakit disentri basiler, disentri amuba, diare, malnutrisi, mimisan, muntah
darah, buang air besar berdarah, dan malaria (Arisandi, 2008). Bagian tanaman
anting-anting digunakan untuk pengobatan tradisional yaitu buahnya dapat
digunakan untuk mengobati asma, batuk, bronkitis, dan sakit telinga. Seluruh
bagian tanaman digunakan sebagai ekspektoran, laksatif, dan rematik. Daunnya
digunakan untuk mengobati penyakit kulit (Hutapea, 1993). Berdasarkan
penelitian Hayati, dkk. (2012), ekstrak etil asetat pada tanaman anting-anting
berpotensi sebagai antimalaria. Ekstrak metanol tanaman anting-anting memiliki
aktivitas sebagai anti-inflamasi (Jagatheeswari, dkk., 2013). Ekstrak etanol dari
anting-anting mempunyai aktivitas sebagai antibakteri (Zamrodi, 2011).
2.2 Alkaloid
2.2.1 Penggolongan Alkaloid
Alkaloid termasuk dalam suatu golongan senyawa organik yang paling
banyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuh-
tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Alkaloid merupakan
11
kelompok terbesar dari metabolit sekunder yang memiliki atom nitrogen. Semua
alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat
basa. Sebagian besar alkaloid mempunyai aktivitas biologis tertentu. Beberapa
alkaloid dilaporkan memiliki sifat beracun, tetapi ada pula yang sangat berguna
dalam pengobatan (Lenny, 2006).
Alkaloid biasanya didapatkan pada berbagai tanaman seperti akar, batang,
daun, dan biji. Alkaloid pada tanaman berfungsi sebagai racun yang dapat
melindungi dari serangga dan herbivora, faktor pengatur pertumbuhan, dan
senyawa simpanan yang mampu menyuplai nitrogen dan unsur-unsur lain yang
diperlukan tanaman, serta dapat mempertahankan keseimbangan basa mineral
dalam memepertahankan keseimbangan ion dalam tumbuhan karena alkaloid
memiliki sifat basa. Sedangkan dalam pengobatan, alkaloid memberikan efek
fisiologis pada susunan syaraf pusat (obat anti rasa sakit dan obat tidur) dan dalam
jumlah besar sangat beracun terhadap manusia (Robinson, 1995).
Alkaloid kebanyakan bersifat basa. Sifat tersebut tergantung adanya
pasangan elektron pada nitrogen. Kebasaan alkaloid tergantung pada pasangan
elektron bebas pada atom nitrogen mereka. Menurut Robinson (1995), alkaloid
dikelompokkan menjadi:
1. Alkaloid Sejati
Alkaloid sejati adalah racun. Senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologi
yang luas. Hampir semuanya bersifat basa dan lazim mengandung nitrogen
dalam cincin heterosiklik yang diturunkan dari asam amino. Alkaloid sejati
biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik.
12
2. Protoalkaloid
Protoalkaloid merupakan asam amino yang relatif sederhana dan nitrogen asam
amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh
berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa, contohnya
meskalin, ephedin, dan N,N- dimetiltriptamin.
3. Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa biasanya
bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam kelas ini yaitu alkaloid
stereoidal dan purin.
Berikut salah satu struktur senyawa alkaloid dapat dilihat pada Gambar 2.2
(Azzahra, dkk., 2015).
HN
Gambar 2.2 Struktur sederhana senyawa alkaloid (piperidin)
Sebagian besar alkaloid bersifat heterogen dan mempunyai kerangka dasar
polisiklik termasuk cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung subtituen yang
tidak terlalu bervariasi. Atom nitrogen alkali kebanyakan dalam bentuk gugus
amin (-NR2) atau gugus amida (-CO-NR2) dan tidak pernah dalam bentuk gugus
nitro (NO2). Subtituen oksigen terdapat pada gugus fenol (-OH), metoksi (-OCH3)
atau gugus metilendioksi (-O-CH2-O), dan gugus N-metil merupakan ciri sebagian
besar alkaloid (Lenny, 2006).
13
2.2.2 Sifat Fisika
Alkaloid sebagian besar diisolasi berupa padatan kristal dengan titik didih
berkisar 87-238˚C. Umumnya alkaloid mempunyai 1 atom N meskipun ada
beberapa yang mempunyai lebih dari 1 atom N seperti pada ergoramin yang
memiliki 5 atom N. Alkaloid sedikit amorf, beberapa berupa cairan seperti nikotin
dan konin. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, namun beberapa senyawa
kompleks spesies aromatik berwarna seperti berberin berwarna kuning dan
betanin berwarna merah. Pada umumnya, alkaloid larut dalam pelarut organik
namun ada beberapa yang larut dalam air seperti pseudoalkaloid dan
protoalkaloid. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air
(Sastrohamidjojo, 1996).
2.2.3 Sifat Kimia
Alkaloid terdiri atas karbon, hidrogen, nitrogen, dan sebagian besar
diantaranya mengandung oksigen. Kebasaan senyawa alkaloid mudah mengalami
dekomposisi oleh panas dan sinar matahari dengan adanya oksigen, beberapa
tersublimasi tanpa dekomposisi contohnya kafein. Alkaloid sebagian besar
sifatnya basa. Menurut Sastrohamidjojo (1996), sifat ini tergantung pada adanya
pasangan elektron pada nitrogen. Jika gugus fungsionalnya berdekatan dengan
nitrogen maka sifatnya melepaskan elektron, seperti contoh gugus alkil, maka
ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa.
Trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa
daripada etilamin. Sebaliknya, jika gugus fungsional yang berdekatan bersifat
menarik elektron, seperti contoh gugus karbonil, maka ketersediaan pasangan
14
elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral
atau bahkan sedikit asam.
2.3 Ekstraksi Ultrasonik Senyawa Alkaloid pada Tanaman Anting-anting
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutan terhadap dua cairan yang tidak saling larut. Tujuan ekstraksi bahan alam
adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi
alkaloid dilakukan berdasarkan sifat umum yang dimilikinya (Harborne, 1987).
Ekstraksi pada penelitian ini menggunakan metode ekstraksi ultrasonik.
Ekstraksi ultrasonik merupakan ekstraksi dengan perambatan energi melalui
gelombang ultrasonik dengan menggunakan cairan sebagai media perambatan
yang dapat meningkatkan intensitas perpindahan energi, sehingga proses ekstraksi
lebih maksimal. Proses dari ekstraksi ultrasonik yaitu gelombang ultrasonik
mengenai sampel menyebabkan tegangan mekanik, sehingga sampel menjadi
partikel dengan ruang-ruang kecil dan gelombang ini menimbulkan efek kavitasi.
Efek kavitasi ini merupakan proses pembentukan gelembung-gelembung mikro
yang dikarenakan meningkatnya tekanan pada ekstraksi akibat gelombang
ultrasonik. Gelembung kavitasi tersebut akan memecah dinding sel dan pelarut
akan berdifusi dalam sel, sehingga senyawa alkaloid yang ada didalam sel akan
keluar dan terekstraksi seperti pada Gambar 2.3 (Torres, dkk., 2017).
15
Gambar 2.3 Proses ekstraksi ultrasonik
Kelebihan dari ekstraksi ultrasonik adalah teknik ekstraksi yang cepat, lebih
sedikit mengkonsumsi energi, dan memungkinkan pengurangan pelarut, sehingga
menghasilkan randemen yang lebih tinggi. Frekuensi pada ultrasonik yaitu antara
20 kHz-500 MHz (Winata dan Yunianta, 2015). Penggunaan gelombang
ultrasonik pada proses ekstraksi diharapkan dapat menghasilkan ekstrak dengan
alkaloid total yang optimal. Pada Tabel 2.1 memaparkan hasil rendemen ekstraksi
menggunakan metode maserasi pada tanaman anting-anting.
Tabel 2.1 Hasil penelitian ekstraksi maserasi tanaman anting-anting (Fasya, dkk.,
2014; Pranitasari, 2016; Kuspradini, 2017)
Pelarut Volume
(ml)
Berat sampel
(g)
Lama ekstraksi
(jam)
Rendemen
(%)
Metanol 300 100 3 x 24 3,39
Etanol 250 50 3 x 24 2,56
Etil asetat 350 150 2 x 24 1,91
Berdasarkan penelitian Dai, dkk. (2015) pada ekstraksi tanaman Dipsacus
asperiodes menggunakan 3 metode ekstraksi yaitu soxhlet, maserasi, dan
ultrasonik menghasilkan nilai alkaloid total yaitu 0,520; 0,286; dan 0,590 mg/g
dengan lama ekstraksi 6, 48, dan 1 jam. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa
16
ekstraksi ultrasonik menghasilkan alkaloid total yang optimal dan waktu yang
singkat untuk mengekstrak, sehingga metode ini lebih efisien untuk mengekstrak
senyawa alkaloid dibandingkan dengan metode ekstraksi konvensional seperti
soxhlet dan maserasi.
Pemilihan pelarut organik yang digunakan dalam ekstraksi komponen aktif
merupakan faktor penting untuk mencapai tujuan ekstraksi komponen selain itu
dapat memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan sifat pelarut dan
senyawa bahan alam dalam pelarut tersebut. Sifat kelarutan zat didasarkan pada
teori like-dissolve like yaitu zat yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar
dan zat yang bersifat non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (Khopkar,
2003). Alkaloid dapat diekstraksi menggunakan pelarut etanol pada buah
Actinidia arguta menghasilkan kadar alkaloid total 0,96 mg/g (Liu dan Chang,
2015) dan pada tanaman Dipsacus asperoides menghasilkan kadar alkaloid total
0,059 mg/g (Dai, dkk., 2015). Pelarut metanol digunakan untuk ekstraksi pada
tanaman Mentha longifolia menghasilkan kadar alkaloid total 0,081 mg/g
(Adham, 2015) dan pada tanaman Nitraria schoberi menghasilkan kadar alkaloid
total 1,14 mg/g (Zaree, dkk., 2013). Pelarut etil asetat digunakan untuk ekstraksi
pada ekstrak kayu Hibiscus tillaceus menghasilkan kadar alkaloid total sebesar
66,01 mg/g (Tambe dan Bhambar, 2014).
Selain pengaruh pelarut, waktu ekstraksi juga mempengaruhi hasil dari
ekstrak tersebut. Ekstraksi ultrasonik pada tanaman Simaba dengan lama ekstraksi
10 dan 30 menit menghasilkan kadar alkaloid total 0,127 dan 0,093 mg/g serta
hasil terbaik yaitu pada lama ekstraksi 10 menit (Ramos, dkk., 2017). Sedangkan
pada tanaman Actinidia arguta diekstraksi dengan ultrasonik menggunakan lama
17
ekstraksi 20, 30, dan 60 menit menghasilkan kadar alkaloid total terbaik pada
lama ekstraksi 20 menit sebesar 0,96 mg/g (Liu dan Chang, 2015). Pada penelitian
Zhanga, dkk. (2005) mengatakan bahwa ekstraksi ultrasonik pada buah Macleaya
cordata menggunakan lama ekstraksi 10, 20, dan 30 menit menghasilkan kadar
alkaloid total 5,64; 5,97; dan 6,89 mg/g serta didapat hasil terbaik pada menit ke
30.
2.4 Identifikasi Alkaloid Total menggunakan Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer UV-Vis adalah alat untuk menganalisa senyawa baik
kualitatif maupun kuantitatif dengan cara mengukur absorbansi suatu cuplikan
sampel sebagai fungsi dari konsentrasi. Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis
yaitu interaksi antara radiasi elektromagnetik berupa sinar monokromatis dari
sumber sinar dengan materi berupa molekul. Besar energi yang diserap
menyebabkan elektron mengalami eksitasi dari keadaan ground state ke keadaan
tereksitasi yang memiliki energi lebih tinggi (Day dan Underwood, 2002).
Isolasi senyawa alkaloid telah banyak dilakukan, salah satunya adalah
dengan menggunakan metode spektrofotometri sederhana dengan cara
pengekstraksian senyawa alkaloid dari bagian suatu tanaman obat dan pereaksi
yang digunakan adalah Bromocresol Green (BCG). Larutan standar yang
digunakan adalah berberin klorida, dimana larutan standar berberin klorida
digunakan sebagai pengidentifikasian alkaloid total dalam tanaman obat itu
sendiri. Penentuan alkaloid total dengan larutan standar berberin klorida dapat
diukur pada panjang gelombang maksimumnya yaitu sebesar 415 nm.
Penentuan alkaloid total menggunakan metode spektrofotometer UV-Vis
menghasilkan alkaloid total sebesar 41,666 mg/g (Tabasum, dkk., 2016). Pada
18
penelitian John, dkk. (2014) menyatakan bahwa penentuan alkaloid total dengan
metode spektrofotometer UV-Vis menghasilkan alkaloid total sebesar 28,53 mg/g.
Sedangkan pada penelitian Adham (2015) menunjukkan pada penentuan alkaloid
total menggunakan metode gravimetri menghasilkan alkaloid total 0,081 mg/g.
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Juli 2018 di Laboratorium
Kimia Analitik di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat alat gelas,
Pembuatan kurva baku dilakukan untuk membuat kurva hubungan antara
absorbansi dengan konsentrasi standar berberin klorida. Menurut hukum Lambert-
Beer, intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus
dengan konsentrasi larutan. Variasi konsentrasi standar berberin klorida yang
digunakan yaitu 0, 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 ppm. Pengukuran dilakukan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum
standar berberin klorida yaitu 421,9 nm. Hasil yang diperoleh berupa kurva
hubungan antara konsentrasi larutan standar berberin klorida dengan absorbansi
seperti pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Kurva hubungan antara konsentrasi dan absorbansi standar berberin
klorida
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi larutan standar
berberin klorida maka akan semakin besar pula nilai absorbansinya. Hal ini sesuai
dengan hukum Lambert-Beer yang telah dikemukakan sebelumnya. Dari kurva
baku tersebut diperoleh persamaan regresi yaitu y = 0,0148x - 0,002 dengan nilai
R2 = 0,9986 dimana y adalah absorbansi dan x adalah konsentrasi standar berberin
y = 0.0148x - 0.002
R² = 0.9986
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0 5 10 15 20 25 30 35
Absorban
si
Konsentrasi (ppm)
34
klorida. Persamaan regresi dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi
standar berberin klorida dan selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung kadar
alkaloid total yang ada pada tanaman anting-anting. Dari kurva yang sudah
didapat, perlu dilakukan validasi metode untuk mengetahui performa analitik dari
spektrofotometer UV-Vis. Validasi metode statistik meliputi uji linieritas, akurasi,
penentuan batas deteksi, dan batas kuantitasi.
Uji linieritas adalah metode untuk membuktikan kelinieran antara
absorbansi dengan konsentrasi analit yang ditunjukkan dengan nilai korelasi (R2).
Linieritas dari kurva baku berberin klorida yaitu 0,9986. Hal ini berarti bahwa
±99% perubahan absorbansi yang terjadi dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi
berberin klorida, sedangkan 1% dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan nilai
koefisien regresi R2 yang hampir mendekati 1 telah memenuhi syarat linieritas
yang ditetapkan yaitu 0,98 (Harmita, 2004), maka hubungan antara absorbansi
dengan konsentrasi menjadi sangat linear dan sesuai dengan hukum Lambert-
Beer. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen spektrofotometer UV-Vis yang
digunakan dalam kondisi baik.
Uji akurasi adalah metode untuk mengetahui keakuratan suatu metode yang
digunakan. Akurasi dari kurva standar berberin klorida dalam % recovery untuk
konsentrasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 ppm yaitu 96,89; 96,08; 95,58; 100,98;
100,27; dan 100,43%. Data ini sudah memenuhi syarat nilai akurasi yang
ditetapkan yaitu pada rentang 80-110% (AOAC, 2006). Jika data diluar rentang
tersebut, maka disebabkan adanya gangguan dari pengotor yang ada dalam larutan
standar dan dapat mempengaruhi pembacaan absorbansi pada spektrofotometer
UV-Vis.
35
Batas deteksi (LOD) merupakan parameter uji batas jumlah analit terkecil
dari sampel yang dapat dideteksi dan masih memberikan respon signifikan
dibanding blangko (Harmita, 2004). Hasil LOD yang didapat dari pembuatan
kurva baku berberin klorida yaitu 0,0089 ppm, artinya apabila konsentrasi
berberin klorida yang terukur dalam instrumen > 0,0089 ppm, dapat dipastikan
bahwa sinyal tersebut berasal dari berberin klorida.
Batas Kuantitasi (LOQ) adalah konsentrasi atau jumlah terendah dari analit
yang masih dapat ditentukan, sehingga memenuhi kriteria akurasi. Hasil LOQ
yang diperoleh dari pembuatan kurva baku berberin klorida yaitu sebesar 0,0299
ppm. Hal ini menandakan bahwa alat memiliki akurasi yang tinggi karena
konsentrasi larutan standar lebih besar dari nilai LOQ.
4.4.4 Penentuan Kadar Alkaloid Total Tanaman Anting-anting
Penentuan kadar alkaloid total digunakan untuk menentuan seberapa besar
kandungan alkaloid yang ada pada ekstrak tanaman anting-anting. Isolasi senyawa
alkaloid total pada penelitian ini yaitu menggunakan metode spektrofotometri
sederhana dengan pengekstraksian senyawa alkaloid pada bagian tanamana
anting-anting menggunakan pereaksi BCG. Metode ini dapat mendeteksi seberapa
besar kandungan alkaloid total pada tanaman anting-aning menggunakan larutan
standar berberin klorida berdasarkan pada reaksi alkaloid dan BCG membentuk
warna kuning.
Ekstrak pekat dari tanaman anting-anting diambil sebanyak 10 mg.
Penambahan HCl 2 N digunakan untuk membentuk garam alkaloid. Menurut
Robinson (1995), alkaloid bereaksi dengan asam kuat membentuk garam alkaloid.
Adapun reaksi yang terjadi pada penambahan HCl seperti pada gambar 4.3.
36
Penambahan NaOH 0,1 N digunakan untuk membebaskan alkaloid dari
garamnya, sehingga terbentuk alkaloid bebas. Alkaloid bebas tidak dapat larut
dalam air melainkan dapat larut dalam pelarut organik. Proses ini merupakan
proses pembebasan amina dari garamnya dengan penambahan basa seperti reaksi
pada Gambar 4.4.
Larutan ekstrak tanaman anting-anting ditambah dengan larutan buffer
fosfat pH 4,7 agar memberikan hasil optimum saat BCG bereaksi dengan alkaloid.
Penambahan BCG berfungsi sebagai reagen warna yang akan berikatan dengan
alkaloid membentuk kompleks pasangan ion alkaloid-BCG pada Gambar 4.5.
Penambahan kloroform bertujuan untuk menarik alkaloid yang sudah bebas dari
garamnya. Hal ini dikarenakan alkaloid bebas mudah larut dalam pelarut organik
sedangkan garam alkaloid tidak larut. Ekstrak dikocok untuk meningkatkan proses
distribusi atau pengikatan alkaloid bebas ke dalam kloroform. Pengocokon
dilakukan selama 10 menit sampai tidak ada gelembung gas di dalam corong
pisah. Corong pisah diletakkan pada posisi tergantung dan didiamkan hingga
terbentuk dua lapisan yang tidak saling bercampur. Lapisan atas merupakan fraksi
air dan lapisan bawah merupakan fraksi organik (kloroform). Hal ini dikarenakan
massa jenis kloroform yaitu 1,498 g/mL lebih besar daripada massa jenis air yaitu
1 g/mL. Fraksi organik diambil dan ditanda bataskan dengan kloroform. Warna
dari fraksi kloroform ini adalah kuning yang selanjutnya diidentifikasi kadar
alkaloid total dengan spektrofotometer UV-Vis.
37
HN
+ H Cl
H2+
N
Cl-
Gambar 4.3 Reaksi alkaloid dengan asam kuat (Robinson, 1995)
H2+
N
Cl- + Na+OH-
N
+ H2O + Na+ Cl-
H
Gambar 4.4 Reaksi pembebasan amina dengan cara pembasaan (Robinson, 1995)
+
Br
HO
Br
CH3
H3C
Br
O
Br
SO3H
NH
Br
HO
Br
CH3
H3C
Br
O
Br
SO3
+ -
H2N
Gambar 4.5 Dugaan reaksi antara alkaloid dan BCG
Penentuan kadar alkaloid total dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis
karena metodenya lebih mudah, sensitifitasnya cukup baik, dan mempunyai
kepekaan yang tinggi. Hasil kadar alkaloid total ekstrak tanaman anting-anting
terdapat pada Tabel 4.2.
Alkaloid
BCG
Kompleks pasangan ion alkaloid-BCG
38
Tabel 4.2 Hasil kadar alkaloid total ekstrak tanaman anting-anting
No Perlakuan Rata-rata kadar alkaloid total (mg/g) ± SD
1 Metanol 10 menit 0,078 ± 0,0047 c
2 Metanol 20 menit 0,045 ± 0,0017 ab
3 Metanol 30 menit 0,066 ± 0,0016 c
4 Etanol 10 menit 0,044 ± 0,0031 ab
5 Etanol 20 menit 0,061 ± 0,0018 bc
6 Etanol 30 menit 0,040 ± 0,0015 a
7 Etil asetat 10 menit 0,193 ± 0,0022 e
8 Etil asetat 20 menit 0,286 ± 0,0009 f
9 Etil asetat 30 menit 0,134 ± 0,0017 d Keterangan: Nilai yang didampingi notasi huruf yang berbeda *a*, *b*, *c*, *ab* dan
*bc* menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT
Berdasarkan hasil pada Tabel 4.2 dilakukan analisis Two Way ANOVA
untuk mengetahui adanya hubungan antara variasi pelarut dan lama ekstraksi
terhadap kadar alkaloid total pada tanaman anting-anting. Pada uji statistik dengan
Two Way ANOVA menggunakan tingkat kepercayaan hasil uji 95% didapat hasil
nilai signifikan < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh variasi pelarut dan lama
ekstraksi terhadap kadar alkaloid total pada tanaman anting-anting. Hasil uji BNT
menyatakan bahwa pada notasi d, e, dan f merupakan perlakuan yang beda nyata,
tetapi hasil beda nyata dengan nilai tertinggi pada notasi f yaitu perlakuan etil
asetat 20 menit. Hal ini menunjukkan bahwa hasil tertinggi dari kadar alkaloid
total pada tanaman anting-anting yaitu pada pelarut etil asetat dan lama ekstraksi
20 menit.
Ekstraksi ultrasonik dapat dipengaruhi oleh kepolaran, viskositas, dan
tekanan uap dari pelarut yang digunakan. Tingkat kepolaran pelarut bisa dilihat
dari konstanta dielektriknya. Semakin tinggi konstanta dielektrik maka pelarut
tersebut semakin bersifat polar (Sudarmadji, dkk., 2007). Viskositas pelarut yang
rendah memiliki kemampuan difusi yang tinggi menyebabkan mudahnya pelarut
39
berdifusi ke dalam pori-pori dari matriks tanaman untuk mengeluarkan senyawa
bioaktif. Pelarut yang mempunyai tekanan uap yang rendah akan menimbulkan
gelembung-gelembung kavitasi yang kecil yang mengakibatkan sulitnya senyawa
terekstrak keluar sel (Wijekoon, dkk., 2011). Sifat fisik dari pelarut yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Pelarut organik dan sifat fisiknya (Rezaie, dkk., 2015)
Pelarut Konstanta dielektrik
(ɛr)
Viskositas
(cP)
Tekanan uap
(mmHg)
Metanol 33 0,54 96
Etanol 30 1,07 44
Etil asetat 6 0,42 73
Kadar alkaloid total ekstrak tanaman anting-anting pada Tabel 4.3 yang
tertinggi yaitu sebesar 0,286 mg/g pada pelarut etil asetat dengan lama ekstraksi
20 menit. Ekstrak pada pelarut etil asetat menghasilkan kadar alkaloid total yang
tinggi tetapi rendemen yang dihasilkan paling sedikit dari metanol dan etanol. Hal
ini dikarenakan hasil dari rendemen ekstrak kasar yang tinggi belum tentu
menentukan alkaloid yang terekstrak dalam jumlah yang tinggi pula. Selektivitas
pelarut dapat mempengaruhi kemurnian ekstrak yang akan didapat dalam proses
ekstraksi. Pelarut yang mempunyai selektivitas tinggi dapat mengekstrak senyawa
alkaloid dengan jumlah yang banyak seperti pada pelarut etil asetat.
Pada saat ekstraksi ultrasonik, pelarut akan menarik senyawa yang sesuai
dengan sifat kepolarannya. Senyawa akan lebih mudah keluar dari sel tanaman
jika viskositas dari pelarut lebih rendah dan tekanan uap yang tinggi. Viskositas
yang rendah mempunyai kemampuan difusi yang tinggi untuk mengekstrak
senyawa alkaloid paling banyak dari dalam matriks tanaman. Tekanan uap yang
40
tinggi akan menimbulkan gelembung kavitasi yang dihasilkan lebih banyak, tetapi
tekanan uap yang terlalu tinggi dapat menyebabkan efektivitas gelembung
kavitasi menurun. Gelembung kavitasi yang banyak akan memudahkan sel
tanaman rusak dan mengeluarkan senyawa dalam sel. Tidak semua senyawa akan
terekstrak dalam pelarut karena perbedaan kepolaran. Alkaloid merupakan
senyawa metabolit sekunder yang memiliki sifat semi polar. Sesuai dengan
prinsip like-dissolve like maka alkaloid akan lebih banyak terekstrak ke pelarut
yang sifatnya semi polar seperti pada pelarut etil asetat. Pada Tabel 4.3 dapat
dilihat bahwa etil asetat merupakan pelarut dengan konstanta dielektrik yang
paling rendah, sehingga sifatnya semi polar, mempunyai viskositas yang rendah
dan tekanan uap yang tidak terlalu tinggi maka paling baik digunakan untuk
mengekstrak senyawa alkaloid.
Lama ekstraksi 20 menit merupakan waktu optimum alkaloid terekstrak
secara maksimal, sehingga kadar alkaloid total yang didapat paling tinggi pada
menit tersebut. Pada menit ke 10 dimungkinkan alkaloid yang terekstrak sedikit
karena kontak pelarut untuk memecah dinding sel butuh waktu yang lebih lama
lagi agar alkaloid yang keluar dari sel lebih banyak. Pada menit ke 30
dimungkinkan ekstraksi terlalu lama dan menyebabkan alkaloid rusak dan hasil
kadar alkaloid totalnya lebih sedikit. Menurut Denni, dkk. (2012), ekstraksi
ultrasonik senyawa metabolit sekunder yang tidak tahan panas seperti fenolik
akan mengalami degradasi kandungan fenolik disebabkan oleh pengaruh lama
waktu pemaparan gelombang ultrasonik dan meningkatnya suhu, sehingga
mengakibatkan berkurangnya kandungan total fenolik yang terekstrak.
41
Pada penelitian Kusumadewi dan Anam (2016) menyatakan bahwa hasil
kadar alkaloid total pada tanaman pohon api-api (Avicennia marina) ekstrak etil
asetat, metanol, dan etanol berturut-turut yaitu 213,478; 88,841; dan 13,623 mg/g.
Kadar alkaloid tertinggi yaitu pada ekstrak etil asetat. Waktu ekstraksi ultrasonik
pada senyawa alkaloid yang terbaik menurut Liu dan Chang (2015) yaitu 20
menit. Hal ini sesuai dengan hasil yang didapat dalam penelitian ini bahwa hasil
kadar alkaloid total pada tanaman anting-anting yang paling tinggi ada pada
pelarut etil asetat dan lama ekstraksi 20 menit.
4.5 Pemanfaatan Tanaman Anting-anting dalam Perspektif Islam
Penelitian ini mengkaji tentang optimasi ekstraksi ultrasonik pada salah satu
senyawa kimia yaitu alkaloid yang terkandung dalam tanaman anting-anting.
Allah SWT dalam ayat al-Qur’an menyeru kepada manusia untuk memperhatikan
dan merenungkan setiap ciptaan Allah yang menakjubkan. Agar manusia
senantiasa berfikir dan menjadi hamba Allah yang patuh dihadapan Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. ali ‘Imran ayat 190:
Artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (QS. ali ‘Imran
(3): 190).
QS. ali ‘Imran ayat 190 menunjukkan bahwa kekuasaan dan kebesaran
Allah SWT yang telah menciptakan alam beserta isinya seperti hewan dan
tumbuhan. Tidak ada ciptaan Allah yang sia-sia, melainkan Allah menciptakan
sesuatu dengan hikmah tertentu. Ayat ini merupakan seruan kepada manusia
42
untuk berpikir tentang proses penciptaan semesta. Apabila seseorang mencermati
dan memikirkan tentang proses penciptaan langit-langit dan bumi, maka ia akan
menemukan tanda-tanda atas kekuasaan Allah. Dalam tafsir Ibnu Kasir (2004)
menerangkan bahwa orang-orang yang berakal akan memikirkan segala ciptaan
Allah SWT yang terdapat di langit dan di bumi. Mereka memahami dan
mempelajarinya, serta mengambil hikmahnya maka mereka mampu menunjukkan
betapa besarnya keagungan Allah SWT atas segala ciptaan-Nya.
Salah satu ciptaan Allah kepada umat manusia yang ada di bumi adalah
bermacam-macam tumbuhan dengan berbagai manfaat. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam al-Qur’an surat asy Syu’ara ayat 7:
Artinya: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami
tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?”(QS. asy Syu’ara (26): 7).
Berdasarkan ayat tersebut, pada lafadz zauj karim bermakna tumbuhan yang
baik, yaitu tumbuhan yang subur dan bermanfaat (Shihab, 2002). Dari ayat di atas
dapat dilihat bahwa Allah SWT menumbuhkan berbagai macam tumbuhan yang
baik untuk makhluk-Nya yaitu tumbuhan yang bermanfaat. Manfaat tumbuhan
salah satunya digunakan sebagai tumbuhan obat seperti tanaman anting-anting.
Bagian dari tanaman anting-anting dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat
untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Ekstraksi ultrasonik dapat mengekstak senyawa alkaloid yang ada pada
tanaman anting-anting menggunakan variasi pelarut (metanol, etanol, dan etil
43
asetat) serta lama ekstraksi (10, 20, dan 30 menit). Semua makhluk termasuk
tanaman anting-anting sudah ditetapkan kadarnya dalam segala hal. Allah
berfirman dalam surat al-Qamar ayat 49 yaitu mengenai penciptaan segala
makhluk dengan kadar tertentu.
Artinya: “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran” (QS. al-
Qamar (54): 49).
Ayat tersebut menunjukkan bahwa segala sesuatu yang diciptakan oleh
Allah itu mempunyai kadar atau ukuran masing-masing. Tafsir Ibnu Katsir (2004)
menjelaskan bahwa Allah SWT telah menentukan atau memberi ukuran/kadar
masing-masing makhluk-Nya dan memberi petunjuk kepada makhluk-Nya. Allah
telah memberikan kadar setiap senyawa pada tumbuhan yang berbeda-beda
misalnya pada tanaman anting-anting yang telah Allah tetapkan kadar alkaloid
total yang tidak kita ketahui jumlahnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada tanaman anting-anting mempunyai kadar alkaloid total yang berbeda-beda
tergantung pada variasi pelarut dan lama ekstraksi yang dilakukan seperti pada
pelarut metanol dengan lama ekstraksi 10, 20, dan 30 menit menghasilkan
alkaloid total sebesar 0,078; 0,045; dan 0,066 mg/g. Pada pelarut etanol dengan
lama ekstraksi 10, 20, dan 30 menit menghasilkan alkaloid total sebesar 0,044;
0,061; dan 0,040 mg/g. Pada pelarut etil asetat dengan lama ekstraksi 10, 20, dan
30 menit menghasilkan alkaloid total sebesar 0,193; 0,286; dan 0,134 mg/g. Hasil
optimum dari variasi pelarut dan lama ekstraksi terhadap kadar alkaloid total pada
44
tanaman anting-anting yaitu pada pelarut etil asetat dengan lama ekstraksi 20
menit menghasilkan kadar alkaloid total sebesar 0,286 mg/g.
45
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
kondisi optimum ekstraksi ultrasonik pada tanaman anting-anting dengan variasi
pelarut dan lama ekstraksi terhadap kadar alkaloid total pada tanaman anting-
anting menggunakan spektrofotometer UV-Vis yaitu didapat kadar alkaloid total
tertinggi yaitu pada pelarut etil asetat dengan lama ekstraksi 20 menit sebesar
0,286 mg/g.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penambahan volume pelarut pada rasio bahan : pelarut pada
proses ekstraksi ultrasonik agar larutan tidak cepat jenuh dan waktu ekstraksi
ultrasonik bisa menggunakan rentang lain seperti 5, 15, 25 menit. Metode
penentuan kadar alkaloid total sebaiknya menggunakan HPLC agar diketahui
kadar alkaloid yang didapat lebih optimal.
46
DAFTAR PUSTAKA
Adham, A. Z. 2015. Comparative Extraction Methods, Phytochemical Constituents, Fluorescence Analysis and HPLC Validation of Rosmarinic Acid Content in Mentha piperita, Mentha longifolia and Osimum basilicum.
Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, 3 (6): 130-139.
Al-Maraghi, A. M. 1992. Terjemahan Tafsir Al-Maraghi Jilid 14. Semarang. CV: Toha Putra Semarang.
AOAC (Association of Official Analytical Chemist). 2006. Official Method of Analysis. Washington DC: Assosiation of Official Analytical Chemistry.
Arisandi, Y. 2008. Khasiat Tanaman Obat. Jakarta: Pusaka Buku Murah.
Azzahra, F., Lukmayani, Y., dan Sajidah, E.R. 2015. Isolasi dan Karakterisasi Alkaloid dari Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz dan Pav). Jurnal
Rekayasa Pertanian dan Biosistem, 1 (5): 45-52. Badria, F. A. A. dan Habib, M. S. A. 2016. Comparative Study for Methods of
Extraction of Harmala Alkaloids. World Journal of Pharmaceutical Sciences, 4 (8): 116-124.
Batubara, I., Wahyuni, W. T., dan Firdaus, I. 2016. Utilization of Anting-Anting
(Acalypha indica) Leaves as Antibacterial. Journal Earth and
Environmental Science, 1 (31): 1-5.
Cowan, M. M. 1999. Plant Products Antimicrobial Agents. Jurnal Reviews, 14 (4): 564-582.
Dai, J., Lin, H., Niu, S., Wu, X., Wu, Y., dan Zhang, H. 2015. Total Alkaloids in Dipsacus asperoides and Their Effects on Proliferation of Osteosarcoma
SaOS-2 Cell Lines and Gene Expression of VEGF. Biomedical Research, 26 (1): 37-42.
Day, R. A. dan Underwood A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Denni, K. S., Dyah, H. W., dan Aji, P. 2012. Pengujian Kandungan Fenol
Kappahycus alvarezzi dengan Metode Ekstraksi Ultrasonik dengan Variasi
Suhu dan Waktu. Jurnal Teknik Kimia, 3 (19): 38-43.
Fasya, G. A, Jannah, M., dan Hanapi, A. 2014. Uji Toksisitas dan Fitokimia Ekstrak Kasar Metanol, Kloroform dan n-Heksana Alga Coklat Sargassum vulgare dari Pantai Kapong Pamekasan Madura. Jurnal Alchemy, 3 (2):
194-203.
47
Febriyanti, M., Supriyatna, dan Abdulah, R. 2014. Kandungan Kimia dan
Aktivitas Sitotoksik Ekstrak dan Fraksi Herba Anting-Anting Terhadap Sel Kanker Payudara MCF-7. Jurnal Farmasi Indonesia, 7 (1): 19-26.
Felicia. 2009. Efek Neuterapi Ekstrak Akar Achalypa indica L. Terhadap Katak
Bufo Dosis 20 mg dan 25 mg. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Halimah, N. 2010. Uji Fitokimia dan Uji Toksisitas Ekstrak Tanaman Anting-anting (Acalypha indica Linn) Terhadap Larva Udang (Artemia salina Leach). Skripsi. Malang: Jurusan Kimia Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang.
Handayani, H., Sriherfyana, H. F., dan Yunianta. 2016. Ekstraksi Antioksidan Daun Sirsak Metode Ultrasonic Bath (Kajian Rasio Bahan : Pelarut dan Lama Ekstraksi). Jurnal Pangan dan Agroindustri, 4 (1): 262-271.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: ITB.
Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, 1 (3): 117-135.
Hayati, E. K., Jannah, A., dan Ningsih, R. 2012. Identifikasi Senyawa dan
Aktivitas Antimalaria In Vivo Ekstrak Etil Asetat Tanaman Anting-Anting
Jagatheeswari, D., Deepa, J., Ali, H. S. J., dan Ranganathan, P. 2013. Acalypha indica L. an Important Medicinal Plant: a Review of Its Traditional Uses, and Pharmacological Properties. International Journal of Research in
Botany, 3 (1): 19-22.
John, B., Sulaiman, C. T., George, S., dan Reddy, V. R. K. Spectrophotometric Estimation of Total Alkaloids in Selected Justicia Species. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 6 (5): 647-649.
Kawatu, C., Bodhi, W., dan Mongi, J. Uji Efek Ekstrak Etanol Daun Kucing-
Kucingan (Acalypha indica L.) Terhadap Kadar Gula Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus novergicus). Jurnal Ilmiah Farmasi, 2 (1): 81-84.
Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik . Jakarta: UI Press.
48
Kumala, I. D. 2007. Kajian Ekstraksi Umbi Gadung (Dioscoreae hispida), Rerak (Sapindus rasak) dan Biji Sirsak (Annona miricata L.) Sebagai Bahan
Pengawet Alami. Skripsi. Bandung: Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
Kuspradini. 2017. Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Daun Pometia pinnata. Jurnal Jamu Indonesia, 1 (1): 26-34.
Kusumadewi, R. dan Anam, K. 2016. Korelasi Aktivitas Inhibisi Xantin Oksidase
dengan Kandungan Total Alkaloid dan Total Fenol Eksudat Avecennia
marina. Jurnal Kimia, 1 (14): 1-8.
Lenny, S. 2006. Senyawa flavonoida, Fenilpraponoida, dan Alkaloida. Karya Ilmiah. Medan: USU.
Liu, Y. dan Chang, L. 2015. Extraction Process Optimization of Total Alkaloid from Actinidia arguta. International Conference on Materials,
Environmental and Biological Engineering, 1 (1): 131-134. Mokoginta, E. P. 2013. Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Aktivitas Penangkal
Radikal Bebas Ekstrak Metanol Kulit Biji Pinang Yaki (Areca vestiaria giseke). Skripsi. Sam Ratulangi: Manado.
Pambudi, A., Syaefudin, Noriko, N., Swandari, R., dan Azura P. R. 2014.
Identifikasi Bioaktif Golongan Flavonoid Tanaman Anting-Anting
(Acalypha indica L.). Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi, 2 (3): 178-187.
Patel, R. K., Patel, J. B., dan Trivedi, P. D. 2015. Spectrophotometric Method for
The Estimation of Total Alkaloids in The Tinospora cordifolia M. and Its
Herbal Formulations. International Jurnal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 7 (10): 249-251.
Perwita, F. A. 2011. Teknologi Ekstraksi Daun Ungu (Graptophyllum pictum)
dalam Ethanol 70% dengan Metode Perlokasi. Skripsi. Solo: Program
Sarjana UNS.
Pranitasari, T. A. 2016. Uji Aktivitas Antimalaria Ekstrak Daun Acalypha indica L. dengan Ekstraksi Bertingkat Secara In Vitro Terhadap Plasmodium Falciparum. Skripsi. UNAIR Surabaya.
Quthb, S. 2001. Tafsir Fi Zhilalil Qur'an: di Bawah Naungan al-Qur'an Jilid 7
Terjemah As'ad Yasin. Jakarta: Gema Insani. Robinson, T. 1995. Kandungan Senyawa Organik Tumbuhan Tinggi.
Diterjemahkan oleh Prof. Dr. Kosasih Padmawinata. Bandung: ITB.
49
Ramos, A., Jose, L. P., Jefferson, R., Danielle, O., Silvia, L. B., dan Ana, C. F. A.
2017. An Experimental Design Approach to Obtain Canthinone Alkaloid-Enriched Extracts From Simaba aff. paraensis. Arabian Journal of
Chemistry, 5 (2): 1-6. Sastrohamidjojo, H. 1996. Dasar-Dasar Spektroskopi. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada (UGM).
Shihab, M. Q. 2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati. Sulistijowati, S. dan Gunawan, D. 2001. Efek Ekstrak Daun Kembang Bulan
(Thitonia difersifolia A. Gray) Terhadap Candica albicans Serta Profil Kromatografinya. Jakarta: Pusat Peneitian dan Pengembangan Kesehatan.
Tambe, V. D. dan Bhambar, R. S. 2014. Estimation of Total Phenol, Tannin,
Alkaloid and Flavonoid in Hibiscus tiliaceus Linn. Wood Extracts,
Department of Pharmacognosy, 2 (4): 41-47.
Tabasum, S., Khare, S., dan Jain, K. 2016. Spectrophotometric Quantification of Total Phenolic, Flavonoid, and Alkaloid Contents of Abrus precatorius L. Seeds. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 9 (2): 371-
374.
Torres, N. M., Talavera, T. A., Andrews, H. E., Contreras, A. S., dan Pacecho, N. 2017. Ultrasond Assisted Extraction for the Recovery of Phenolic Compound from Vegetable Sources. Agronomy, 7 (47): 1-19.
Vinatoru, M. 2001. An Overview of The Ultrasonically Assisted Extraction of
Bioactive Principles From Herbs. Ultrasonic Sonochemistry, 8 (1): 303-313. Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soedani
Noerono Soewandi, Apt. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
Wahyuni, D. T. dan Simon, B. W. 2015. Pengaruh Jenis Pelarut dan Lama Ekstraksi Terhadap Ekstrak Karotenoid Labu Kuning dengan Metode Gelombang Ultrasonik. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3 (2): 390-401.
Widi, R. K. dan Indriati, T. 2007. Penjaringan dan Identifikasi Senyawa Alkaloid
dalam Batang Kayu Kuning (Arcangelisia flava Merr.). Jurnal Ilmu Dasar, 8 (1): 24-29.
Wijayakusuma, H. 2006. Atasi Asam Urat dan Rematik Al Hembring. Jakarta: Niaga Swadaya.
Wijekoon, J. O., Bhat, R., dan Karim, A. A. 2011. Effect of Extraction Solvents on
The Phenolic Compounds and Antioxidant Activities of Bunga Kantan
(Etlingera elatior Jack.) Inflorescence. Journal of Food and Analysis, 24 (1): 615-619.
50
Winata, E. W. dan Yunianta. 2015. Ekstraksi Antosianin Buah Murbei (Morus
alba L.) Metode Ultrasonic Bath (Kajian Waktu dan Rasio Bahan : Pelarut). Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3 (2): 773-783.
Yanti, M. 2014. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam Ekstrak Daun
Sirsak Hutan (Annona glabra). Skripsi. Bogor: IPB.
Zamrodi, M. 2011. Uji Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa Aktif
Tanaman Anting-anting (Acalypha indica L.). Skripsi. Malang: Jurusan Kimia Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Zaree, R., Farhadi, M., Mohamdzadeh, Z., dan Goudarzi, R. 2013. Extraction and Comparison of Alkaloids in Different Organs During Different Phonological
Periods of Nitraria schoberi. Annals of Biological Research, 4 (2): 130-135. Zhanga, F., Chena, B., Xiaoa, S., dan Yaoa, S. 2005. Optimization and
Comparison of Different Extraction Techniques for Sanguinarine and Chelerythrine in Fruits of Macleaya cordata. Separation and Purification
Technology, 42 (1): 283-290.
51
LAMPIRAN
Lampiran 1. Rancangan Penelitian
L.1.1 Rancangan Penelitian
Tanaman anting-anting
(Acalypha indica L.)
Sampel
- Preparasi sampel
Diekstraksi dengan ekstraksi ultrasonik dengan
variasi pelarut (metanol, etanol, etil asetat) dan
Kadar air = (berat sampel+cawan sebelum oven)−(berat sampel+cawan setelah oven)
(berat sampel +cawan sebelum oven)−(berat cawan kosong) x100%
= (61,8607−61,5584)g
(61,8607−56,8607)g x100%
= 0,3023 g
5 g x100%
= 6,046%
L.4.2 Perhitungan Rendemen Ekstraksi Ultrasonik
Hasil dari nilai rendemen dapat dihitung menggunakan Persamaan 3.2. Hasil
rendemen dari ekstrak tanaman anting-anting menggunakan ekstraksi ultrasonik
pada Tabel L.4.1-L.4.3. Contoh dari perhitungan rendemen yaitu sebagai berikut.
Rendemen metanol 10 menit ulangan 1 = 0,1056
2,0042× 100%
= 5,2689%
64
Tabel L.4.1 Hasil rendemen ekstrak metanol pada tanaman anting-anting
Ekstrak Ulangan Berat
ekstrak
(g)
Berat
botol
kosong
(g)
Berat
botol+ekstrak
(g)
Berat
ekstrak
pekat (g)
Metanol 10 menit
1 2,0042 10,0616 10,1672 0,1056
2 2,0043 10,0563 10,1588 0,1025
3 2,0046 10,0623 10,1645 0,1022
Metanol 20 menit
1 2,0046 10,0636 10,1697 0,1061
2 2,0044 10,0619 10,1704 0,1085
3 2,0049 10,0712 10,1805 0,1093
Metanol 30
menit
1 2,0047 10,0653 10,1723 0,1070
2 2,0049 10,0591 10,1663 0,1072
3 2,0049 10,0621 10,1692 0,1071
Tabel L.4.2 Hasil rendemen ekstrak etanol pada tanaman anting-anting
Ekstrak Ulangan Berat
ekstrak
(g)
Berat
botol
kosong
(g)
Berat
botol+ekstrak
(g)
Berat
ekstrak
pekat (g)
Etanol 10
menit
1 2,0048 10,0632 10,1256 0,0624
2 2,0051 10,0531 10,1243 0,0712
3 2,0049 10,0618 10,1321 0,0703
Etanol 20 menit
1 2,0040 10,0612 10,1252 0,0640
2 2,0056 10,0569 10,1326 0,0757
3 2,0034 10,0711 10,1464 0,0753
Etanol 30 menit
1 2,0046 10,0652 10,1512 0,0860
2 2,0044 10,0561 10,1384 0,0823
3 2,0046 10,0702 10,1540 0,0838
Tabel L.4.3 Hasil rendemen ekstrak etil asetat pada tanaman anting-anting
Ekstrak Ulangan Berat
ekstrak
(g)
Berat
botol
kosong
(g)
Berat
botol+ekstrak
(g)
Berat
ekstrak
pekat (g)
Etil asetat 10
menit
1 2,0044 10,0693 10,0927 0,0234
2 2,0042 10,0561 10,0786 0,0225
3 2,0046 10,0699 10,0951 0,0252
Etil asetat 20 menit
1 2,0040 10,0721 10,0973 0,0252
2 2,0047 10,0498 10,0768 0,0270
3 2,0044 10,0562 10,0839 0,0277
Etil asetat 30 menit
1 2,0048 10,0657 10,0907 0,0250
2 2,0047 10,0532 10,0751 0,0219
3 2,0041 10,0565 10,0913 0,0348
65
L.4.3 Hasil Uji Linieritas
Hasil linieritas ditunjukkan pada Gambar 4.2 dengan nilai R2 = 0,998 dan
nilai kemiringan (slope) = 0,0148.
L.4.4 Hasil Uji Akurasi
a. 5 ppm
y = 0,0148x – 0,002
0,0697 = 0,0148x – 0,002
0,0697 + 0,002 = 0,0148x
x = 0,0717 ppm
% Recovery = 0,0717 ppm
5 ppm x 100% = 96,89%
b. 10 ppm
y = 0,0148x – 0,002
0,1402 = 0,0148x – 0,002
0,1402 + 0,002 = 0,0148x
x = 9,6081 ppm
% Recovery = 9,6081 ppm
10 ppm x 100% = 96,08%
c. 15 ppm
y = 0,0148x – 0,002
0,2102 = 0,0148x – 0,002
0,2102 + 0,002 = 0,0148x
x = 14,3378 ppm
% Recovery = 14,3378 ppm
15 ppm x 100% = 95,58%
66
d. 20 ppm
y = 0,0148x – 0,002
0,2969 = 0,0148x – 0,002
0,2969 + 0,002 = 0,0148x
x = 20,1959 ppm
% Recovery = 20,1959 ppm
20 ppm x 100% = 100,98%
e. 25 ppm
y = 0,0148x – 0,002
0,3690 = 0,0148x – 0,002
0,3690 + 0,002 = 0,0148x
x = 25,0676 ppm
% Recovery = 25,0676 ppm
25 ppm x 100% = 100,27%
f. 30 ppm
y = 0,0148x – 0,002
0,4439 = 0,0148x – 0,002
0,4439 + 0,002 = 0,0148x
x = 30,1284 ppm
% Recovery = 30,1284 ppm
30 ppm x 100% = 100,43%
67
L.4.5 Hasil Uji LOD dan LOQ
Tabel L.4.4 Hasil uji LOD dan LOQ
Sampel Konsentrasi
(ppm)
y ŷ (y-ŷ) (y-ŷ)^2
Blangko 0 0,0066 -0,002 0,0086 0,00007396
Standar 1 5 0,0697 0,072 -0,0023 0,00000529
Standar 2 10 0,1402 0,146 -0,0058 0,00003364
Standar 3 15 0,2102 0,220 -0,0098 0,00009604
Standar 4 20 0,2969 0,294 0,0029 0,00000841
Standar 5 25 0,3690 0,368 0,0010 0,00000100
Standar 6 30 0,4439 0,442 0,0019 0,00000361
Jumlah 0,00022195
SD x/y 0,00004439
LOD 0,00899797
LOQ 0,02999324
a. SD x/y = √Σ ((𝑦 − ŷ)2
: (𝑛 − 2))
= √(0,00022195) ∶ (7 − 2)
= 0,00004439
b. LOD = 3 x SD 𝑥/𝑦
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
= 3 x 0,00004439
0,0148
= 0,00899797
c. LOQ = 10 x SD 𝑥/𝑦
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
= 10 x 0,00004439
0,0148
= 0,02999324
L.3.10 Perhitungan Kadar Alkaloid Total
Contoh perhitungan kadar alkaloid total pada metanol 10 menit ulangan 1
yaitu:
y = 0,0148x – 0,002
68
0,2430 = 0,0148x – 0,002
0,2430 + 0,002 = 0,0148x
x = 16,5540 mg/L
Kadar alkaloid total = 16,5540
mg
L x 0,01 L
2 g
= 0,0827 mg/g
Tabel L.4.5 Hasil kadar alkaloid total ekstrak tanaman anting-anting
Ekstrak Ulangan Absorbansi Rata-rata kadar alkaloid
total (mg/g) ± SD
Metanol 10 menit 1 0,2430
0,078 ± 0,0047 Metanol 10 menit 2 0,2254
Metanol 10 menit 3 0,2155
Metanol 20 menit 1 0,1266
0,045 ± 0,0017 Metanol 20 menit 2 0,1295
Metanol 20 menit 3 0,1363
Metanol 30 menit 1 0,1952
0,066 ± 0,0016 Metanol 30 menit 2 0,1859
Metanol 30 menit 3 0,1913
Etanol 10 menit 1 0,1217
0,044 ± 0,0031 Etanol 10 menit 2 0,1292
Etanol 10 menit 3 0,1257
Etanol 20 menit 1 0,1842
0,061 ± 0,0018 Etanol 20 menit 2 0,1740
Etanol 20 menit 3 0,1797
Etanol 30 menit 1 0,1193
0,040 ± 0,0015 Etanol 30 menit 2 0,1184
Etanol 30 menit 3 0,1214
Etil asetat 10 menit 1 0,5693
0,193 ± 0,0022 Etil asetat 10 menit 2 0,5800
Etil asetat 10 menit 3 0,5682
Etil asetat 20 menit 1 0,8459
0,286 ± 0,0009 Etil asetat 20 menit 2 0,8482
Etil asetat 20 menit 3 0,8431
Etil asetat 30 menit 1 0,3895
0,134 ± 0,0017 Etil asetat 30 menit 2 0,3954
Etil asetat 30 menit 3 0,3995
69
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian
(a) (b) (c) Gambar L.4.1 (a) Tanaman anting-anting (b) Tanaman anting-anting kering (c)
Serbuk tanaman anting-anting
(a) (b) (c)
Gambar L.4.2 (a) Serbuk tanaman anting-anting ditambah pelarut (b) Proses ekstraksi ultrasonik (c) Filtrat ekstrak dialiri gas nitrogen sampai terbentuk ekstrak pekat
(a) (b) (c) (d) Gambar L.4.2 (a) Partisi menggunakan metode BCG (b) Hasil ekstrak etil asetat
(c) Hasil ekstrak etanol (d) Hasil ekstrak metanol
70
Lampiran 6. Hasil Analisis Spektrofotometer UV-Vis