-
1
OPTIMASI EKSTRAKSI MINYAK BIJI BUNGA MERAK ( Caesalpinia
pulcherrima L.) SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER MINYAK
OPTIMATION EXTRACTION OF “BARBADOS PRIDE “ (Caesalpinia
pulcherrima L.) SEED OIL AS AN ALTERNATIVE SOURCE OF
VEGETABLE
OIL
Oleh,
Alfinda Puri Kencana
NIM: 652012020
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi: Kimia, Fakultas: Sains dan
Matematika guna
memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana
Sains (Kimia)
Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2016
-
2
-
3
-
4
-
1
OPTIMASI EKSTRAKSI MINYAK BIJI BUNGA MERAK ( Caesalpinia
pulcherrima L.) SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER MINYAK
OPTIMATION EXTRACTION OF “BARBADOS PRIDE “ (Caesalpinia
pulcherrima L.) SEED OIL AS AN ALTERNATIVE SOURCE OF
VEGETABLE
OIL
Alfinda Puri Kencana*, Hartati Soetjipto**, Margareta Novian
Cahyanti**
*Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika
**Dosen Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
Jl. Diponegoro No 52-60 Salatiga 50711 Jawa Tengah –
Indonesia
[email protected]
Abtract
The aims of this investigation are to determine the influence of
the extraction time
towards yield, to determine oil physico-chemical and composition
identification of
Caesalpinia pulcherrima L. seeds oil. Data were analyzed with
Randomized Completely
Block Design (RCBD), 6 treatments and 4 repetitions. As
treatments are variations of
extraction periods are 3 ; 6 ; 9 ; 12 ; 15 and 18 hours , and as
the block is the time of
analysis. Chemical composition of Caesalpinia pulcherrima L.
seeds oil was identified
by Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS). The result of
this investigation
shows that the optimum yield is 7,24 ± 1,11 % on 12 hours of
extraction. Extraction
periods did not influence the physical characteristics of
Caesalpinia pulcherrima L.
seeds oil, The characteristic of the seed oil showed that the
oil have oil water content
0,06 ± 0,02 % ; density 0,77 ± 0,06 g / mL; acid number 19,20 ±
0,64 mg NaOH/ g;
peroxide number 25,83 ± 1,26mgek/kg; lathering number 90,38 ±
0,39 mg KOH/ g. The
result purification of Kembang Merak seeds oil the nature of the
physio-chemical oil
produced in the most optimal yield with a 12 hour extraction;
loss fat ; 24,2 %; the
number of acid 7,655 mg NaOH / g fat ; the number of peroxide
277,39 mgek / kg , the
number of lathering 73,4564 mg KOH / g of fat. The result of
GC-MS shows that
Caesalpinia pulcherrima L. seeds oil contains of 6 main
components are 9,12-
oktadekadienoic acid 60,66% (Linoleic acid), heksadekanoic acid
19,58 % (palmitic
acid), oktadekanoic acid 13,11 % (stearic acid);12- oktadekanoic
acid 4,49% (oleic
acid); eikosanoic acid 1,15 % (arachidic acid); 9-heksadekenoic
acid 1,02 %
(palmitoleic acid).
Keywords :Caesalpinia pulcherrima L. seeds, extract, GC-MS, oil,
physico-chemical
yield
mailto:[email protected]
-
2
I. PENDAHULUAN
Minyak nabati merupakan sejenis minyak yang dihasilkan dari
tumbuhan, biasanya
berasal dari biji-bijian, seperti biji wijen, biji kapas, biji
kedelai dan sebagainya. Minyak
tersebut dikenal sebagai minyak tersembunyi (invisible fat),
sedangkan minyak yang telah
diekstrak dari bahan-bahan tersebut dan telah dimurnikan dikenal
sebagai minyak kasat mata
(visible fat). (Surat Keputusan KA. Badan POM, No.
HK.00.05.52.4040).
Berdasarkan data dari Oil World, total produksi 17 jenis minyak
nabati dan lemak dunia
diprediksi mencapai 236 juta ton pada tahun 2020, angka ini
bertambah dari tahun 2013 yang
berjumlah 189,5 juta ton. Diperkirakan, produksi akan naik
secara linear tetapi permintaan
tumbuh secara eksponensial (Amri, 2013). Melihat besarnya
kebutuhan akan minyak nabati,
maka diperlukan adanya sumber-sumber minyak nabati sebagai upaya
untuk memenuhi
kebutuhan tersebut dan salah satunya adalah biji Kembang Merak (
Caesalpinia pulcherrima
L). Prakash et al., (2001) melaporkan bahwa biji Kembang Merak
mengandung karbohidrat,
protein, lemak kasar yang terkandung di dalam biji Kembang Merak
sekitar 5,65%-6,0%. Biji
Kembang Merak juga memiliki kandungan mineral seperti fosfor,
magnesium, natrium,
kalium, kalsium dan besi (Aremu et al., 2006)
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan dari penelitian
ini adalah :
1. Menentukan rendemen optimal minyak biji Kembang Merak
(Caesalpinia
pulcherrima L.) ditinjau dari lama waktu ekstraksi.
2. Membandingkan sifat fisiko-kimia minyak Kembang Merak (C.
pulcherrima L.)
hasil berbagai variasi waktu ekstraksi.
3. Mengidentifikasi komposisi kimia biji Kembang Merak
(c.pulcherrima)
menggunakan Gas Chromatography–Mass Spectrometry (GC-MS).
II. METODE PENELITIAN
2.1. Bahan dan Piranti
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji Kembang
Merak (Caesalpinia
pulcherrima L.) yang diperoleh dari daerah Salatiga dan
sekitarnya, sedangkan bahan kimiawi
yang digunakan adalah heksana, kloroform(pro analysis, Merck),
asam asetat glasial (Merck,
Jerman), etanol (pro analysis, Merck), asam klorida (Merck,
Jerman), akuades, natrium
-
3
tiosulfat, kanji, kalium hidroksida, indikator fenolftalein
(FF), dan natrium hidroksida (Merck),
kalium iodida (pra kristal), asam fosfat, NaOH.
Piranti yang digunakan antara lain: neraca analitis 4 digit
(Mettler H 80, Mettler
Instrument Corp., USA), neraca analitis 2 digit (Ohaus TAJ602,
Ohaus Corp., USA), soxhlet,
penangas air (Memmert WNB 14, Jerman), rotary evaporator(Buchi
R0114, Swiss), Gas
Chromatography–Mass Spectrometry (GC-MS), grinder, buret,
pendingin tegak, dan peralatan
gelas, Moisture balance (Ohaus, MB 150).
2.2. Metode Penelitian
2.2.1. Preparasi Sampel Pembuatan Serbuk Biji Kembang Merak
Biji Kembang Merak yang sudah dikupas dikering anginkan,
kemudian
dihaluskan dengan grinder, dan diayak dengan ukuran 60 mesh
2.2.2. Ekstraksi Minyak Biji Kembang Merak (Abdulkadir dkk.,
2011 yang
dimodifikasi)
Sebanyak 50 g biji Kembang Merak yang telah dihaluskan,
diekstrak dengan pelarut
n-heksana sebanyak 150 mL pada suhu 70-80oC menggunakan
peralatan soxhlet
selama 3, 6, 9, 12, 15, dan 18 jam (sampai bening). Hasil
ekstraksi dipekatkan
dengan rotary evaporator pada suhu 70oC, selanjutnya minyak
hasil ekstraksi
dianalisa
Rendemen ( Sudarmadji dkk., 1997 )
Penentuan rendemen dilakukan dengan persen massa.
Rendemen =
a = persen kadar air (%)
2.2.3. Karakterisasi sifat Fisiko- Kimia Minyak
Penentuan aroma dan warna ditentukan dengan pemaparan secara
deskriptif,
penentuan kadar air (Moisture balance), bilangan peroksida (SNI
01-3555-1998),
bilangan penyabunan (SNI 01-3555-1998), dan bilangan asam (SNI
01-3555-1998).
Kadar air
Sebanyak 1 gram minyak biji kembang merak ditimbang dan
diukur
persen kadar airnya menggunakan moisturizer balance
-
4
Bilangan Asam (SNI 01-3555-1998)
Sebanyak 2 gram minyak ditambahkan 50 mL etanol 95% dan
ditambah
3-5 tetes indikator FF kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N
hingga warna
merah muda.
Perhitungan :
Bilangan Asam (mg NaOH/g minyak) = Keterangan :
V = Volume NaOH yang diperlukan dalam titrasi (mL)
T = Normalitas larutan standar NaOH
m = berat contoh (dalam gram)
Bilangan Penyabunan (SNI 01- 3555-1998)
Ditimbang 2 gram minyak ditambah dengan 25 mL KOH 0,5 M.
Lalu
direfluks selama 1 jam, setelah itu ditambahkan 0,5 mL
fenolftalein sebagai
indikator dan dititrasi dengan HCL 0,5 M sampai warna indikator
berubah
menjadi tidak berwarna.
Perhitungan :
Bilangan penyabunan (mg KOH/g lemak) =
Keterangan :
V0 = Volume dari larutan HCL 0,5 M untuk blanko (mL)
V1 = Volume (mL) larutan HCL 0,5 M untuk contoh
T = Normalitas larutan HCL 0,5 M
m = berat contoh (gram)
Bilangan Peroksida (SNI 01-3555-1998)
Ditimbang 0,3 gram minyak ditambah 30 mL campuran dari 55 mL
kloroform, 20 mL asam asetat glacial, dan 25 mL etanol 95%. 1
gram KI
ditambahkan dalam campuran tersebut dan disimpan di tempat yang
gelap
selama 30 menit.Kemudian ditambahkan 50 mL air suling bebas
CO2.
Penentuan bilangan peroksida dilakukan dengan mengukur jumlah KI
yang
-
5
teroksidasi melalui titrasi dengan Na2S2O3 0,02 N dengan larutan
kanji sebagai
indikator.
Perhitungan :
Bilangan peroksida(mg ek/kg) =
Keterangan :
V0 = Volume dari larutan natrium tiosulfat untuk blanko(mL)
V1 = Volume (mL) larutan natrium tiosulfat untuk contoh
T = Normalitas larutan standar natrium tiosulfat
m = berat contoh (gram)
2.3. Analisis Komposisi Kimia Minyak Biji Kembang Merak
Analisis komposisi kimia minyak biji kembang merak dilakukan
dengan
menggunakan Gas Chromatography–Mass Spectrometry (GCMS-QP20102
shimadzu)
di UII, Yogyakarta
2.4. Pemurnian Minyak (Swern, 1982 yang dimodifikasi dalam
Kartika dkk, 2012)
Pemurnian minyak biji Kembang Merak ( C. pulcherrima L. )
dilakukan dengan
kombinasi degumming dan netralisasi. Tahap degumming dilakukan
dengan
menambahkan larutan asam fosfat 20% sebanyak 0,2 - 0,3% (v/b) ke
dalam minyak
pada suhu 70oC sambil diaduk selama 25 menit. Selanjutnya
diikuti dengan tahap
netralisasi dengan menambahkan larutan NaOH dengan konsentrasi
18 °Be, sambil
diaduk selama 10 - 15 menit, kemudan campuran didekantasi untuk
memisahkan
pengotor dari minyak. Minyak yang terpisah selanjutnya dicuci
dengan air suhu panas
(60 -70oC) hingga pHnya netral. Tahap berikutnya minyak
dipanaskan pada suhu 80oC
untuk menguapkan air yang tersisa
Karakterisasi sifat Fisiko- Kimia Minyak
Bilangan Asam, Bilangan Penyabunan, Bilangan Peroksida,loss
minyak
Minyak yang hilang (Loss)
Loss (%) = Bobot Minyak Setelah Pencucian (g)
Bobot Minyak Kasar yang dimurnikan (g)
100 - X 100
-
6
2.5. Analisa Data(Steel, R., and J.H, Torie, 1989)
Data dianalisis dengan menggunakan rancangan dasar RAK
(Rancangan Acak Kelompok)
dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Sebagai perlakuan adalah lama
waktu ekstraksi yaitu : 3, 6,
9, 12, 15, dan 18 jam, sedangkan sebagai kelompok adalah waktu
analisis. Pengujian antar
rataan perlakuan dilakukan dengan menggunakan uji Beda Nyata
Jujur (BNJ) dengan tingkat
kebermaknaan 5%.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen Minyak Biji Kembang Merak
Hasil rataan rendemen minyak biji Kembang Merak (Caesalpinia
pulcherrima L.) antar
lama waktu ekstraksi 3 – 18 jam (Tabel 1) berkisar antara 2,58
±0,71% - 5,39± 2,01%
Tabel 1. Rataan Rendemen Minyak Biji Kembang Merak (% ± SE)
antar Lama Waktu
Ekstraksi 3-18 jam.
Keterangan : *R=Rendemen minyak biji Kembang Merak; SE =
Simpangan Baku Taksiran; W = BNJ 5 % *Angka-angka yang diikuti
huruf yang tidak sama menunjukkan antar perlakuan berbeda nyata
sebaliknya angka-
angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan
tidak berbeda nyata.
Lama waktu ekstraksi 3 dan 6 jam menghasilkan minyak yang
relatif sama yaitu
sebesar 2,58 % dan 3,57 %. Rendemen minyak biji Kembang Merak
mengalami peningkatan
pada lama waktu ekstraksi 9 jam sampai 12 jam, sedangkan pada
ekstraksi 12 - 15 jam tidak
terjadi peningkatan rendemen minyak, bahkan rendemen menurun
pada lama waktu ekstraksi
18 jam, hal ini dimungkinkan karena minyak telah habis
terekstrak (Ginting, 2004).
Peningkatan rendemen ekstrak seiring dengan lama waktu sampai
dengan 12 jam diduga
karena pada waktu ekstraksi yang relatif singkat, masih banyak
molekul minyak yang
terperangkap dalam jaringan sel (Handajani dkk., 2010). Rendemen
yang optimal diperoleh
pada lama waktu ekstraksi 12 jam (7,24%).
R Waktu Ekstraksi (jam)
3 6 9 12 15 18
(%±SE) 2,58±0,71 3,57±0,80 5,37 ±1,74 7,24± 1,11 8,04 ± 0,86
5,39± 2,01
W= 1,43 (a) (a) (b) (c) (c) (b)
-
7
Warna dan Aroma Minyak Biji Kembang Merak
Minyak biji Kembang Merak yang dihasilkan baik pada lama
ekstraksi 3 jam, 6 jam , 9
jam, 12 jam, 15 jam maupun 18 jam menghasilkan warna coklat tua
dan bau khas seperti
kacang. Minyak biji Kembang Merak yang dihasilkan antar lama
waktu ekstraksi, tidak
berbeda baik warna maupun aroma.
Gambar 1. Minyak biji Kembang Merak : (a) 3 jam,(b) 6 jam ,(c) 9
jam, (d) 12 jam, (e) 15 jam dan ( f ) 18 jam
Tabel 1. Rataan Sifat Fisiko-Kimia Minyak Biji Kembang Merak
Waktu Ekstraksi 12 jam
Jenis analisa
Hasil
(X ± SE)
Satuan
Warna Coklat tua jernih -
Massa Jenis 0,777 ± 0,06 g / mL
Kadar air 0,06 ± 0,02 %
Bilangan Peroksida 25,83 ± 1,26 mgek/kg
Bilangan Asam 19,20 ± 0,64 mg NaOH/g
Bilangan Penyabunan 90,38 ± 0,39 mg KOH/g
Keterangan : SE = Simpangan Baku Taksiran
Massa Jenis
Massa jenis merupakan pengukuran massa setiap satuan volume
benda. Semakin besar
massa jenis benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Hasil penelitian yang
menunjukkan massa jenis minyak biji Kembang Merak sebesar 0,77 ±
0,06 g/mL. Hasil ini
tidak terlalu berbeda dari massa jenis minyak pada umumnya yaitu
sebesar 0,8 g/mL (Sultan,
2013). Setiap jenis minyak mempunyai massa jenis yang khas,
tergantung pada jenis asam
lemak penyusun minyak tersebut (Nichols and Sanderson.,
2003).
(a) (b) (c) (d)
(e)
(f)
-
8
Kadar Air
Kadar air minyak biji Kembang Merak yang diperoleh adalah
sebesar 0,06%. Minyak
yang baik memiliki kadar air kurang dari 0,2%, karena minyak
dengan kadar air yang tinggi
dapat memperpendek masa umur simpan minyak dan akan menjadi
pemicu pertumbuhan
mikroba (Toscano and Maldini., 2007). Kadar air merupakan salah
satu parameter uji penting
terhadap sifat kimia minyak, karena terkait dengan reaksi
hidrolisis. Reaksi tersebut dapat
menyebabkan kerusakan minyak, karena adanya kandungan sejumlah
air dalam minyak
(Ketaren, 1986). Tingginya kadar air dalam minyak biji Kembang
Merak diduga karena
proses penyerapan uap air pada minyak yang dipengaruhi oleh
kelembaban udara sekitarnya
(Winarno dkk., 1980).
Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida minyak biji Kembang Merak yang diperoleh
adalah sebesar
25,83mgek/kg, nilai ini jauh lebih besar jika dibandingkan
dengan bilangan peroksida dalam
penelitian Oderinde et al. (2008) yang mempunyai bilangan
peroksida minyak biji Kembang
Merak sebesar 11,60mgek/kg. Parameter bilangan peroksida penting
dalam menentukan derajat
kerusakan pada minyak (Ketaren, 1986). Minyak yang baik memiliki
kadar bilangan
peroksida rendah, sehingga semakin rendah bilangan peroksida
semakin baik kualitas minyak
(Arlene dkk., 2010). Tingginya bilangan peroksida diduga karena
terjadi autooksidasi pada
minyak. Autooksidasi merupakan pembentukan radikal bebas pada
asam lemak tidak jenuh
yang disebabkan oleh faktor-faktor yang mempercepat terjadinya
reaksi seperti cahaya dan
panas (Winarno, 2004). Dalam penelitian ini, ekstraksi minyak
biji Kembang Merak
dilakukan dengan metoda soxhlet yang menggunakan panas untuk
waktu yang relatif panjang
yaitu 12 jam, sehingga peluang terjadinya proses autooksidasi
sangat besar.
Bilangan Asam
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai bilangan asam
minyak biji Kembang Merak
sebesar 19,20mg NaOH/g minyak. Nilai bilangan asam dalam
penelitian ini relatif lebih besar
dibandingkan dengan penelitian Oderinde et al. (2008) yang
mempunyai bilangan asam
minyak biji Kembang Merak sebesar 1,50 mgKOH/glemak. Nilai
bilangan asam yang tinggi ini
menunjukkan kadar asam lemak bebas yang tinggi pula dan diduga
berasal dari reaksi
hidrolisis minyak. Reaksi hidrolisis disebabkan oleh air dan
menghasilkan produk berupa
gliserol dan asam lemak bebas (Ketaren, 1986). Minyak dengan
bilangan asam yang kecil
mengindikasikan bahwa minyak tersebut memiliki kestabilan yang
besar dan bersifat non
-
9
irritant bagi kulit (Kurnia, 2014). Bilangan asam merupakan
ukuran dari jumlah asam lemak
bebas dari 1 g minyak atau lemak (Ketaren, 1986). Bilangan asam
yang kecil menunjukkan
kandungan asam lemak bebasnya cukup kecil dan terjadi sedikit
kerusakan (Handajani dkk.,
2008).
Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan minyak biji Kembang Merak yang diperoleh
sebesar 90,38
mgKOH/glemak. Nilai bilangan penyabunan dalam penelitian ini
relatif lebih besar dibandingkan
dengan penelitian Oderinde et al. (2008) yang mempunyai bilangan
penyabunan minyak biji
Kembang Merak sebesar 83,00 mgKOH/glemak. Bilangan penyabunan
menunjukkan rata-rata
massa molekul atau panjang rantai asam lemak bebas (Kittiphoom,
2012). Bilangan
penyabunan merupakan jumlah alkali yang dibutuhkan untuk
menyabunkan sejumlah contoh
minyak (Ketaren, 1986).
Identifikasi Senyawa Penyusun Minyak Kembang Merak (Caesalpinia
pulcherrima L)
Hasil analisa kromatografi gas ekstrak minyak biji Kembang Merak
disajikan dalam
Gambar 1. Kromatografi minyak biji Kembang Merak menunjukkan
adanya 6 senyawa dan
4 diantaranya merupakan senyawa yang dominan.
Gambar 2. Kromatogram gas Minyak Biji Kembang Merak(Caesalpinia
pulcherrima L.)
Komponen- komponen tersebut dianalisa lebih lanjut dengan
spektroskopi massa
kemudian spektra yang muncul dibandingkan dengan spektra
referensi dari Data Base
Wileyyang disajikan pada Gambar 3.
2
4
3
1
-
10
3a
3b
3c
Gambar 3. Perbandingan Spektra Minyak Biji Kembang Merak puncak
nomor 1 dengan Data Base Wiley
(3a) Spektrum puncak no 1 Minyak Biji Kembang Merak
(3b) Spektrum Asam 9,12- oktadekadienoat data base Wiley
(3c) Struktur molekul Asam 9,12- oktadekadienoat
Spektrum puncak no 1 ditampilkan pada gambar 3a, sedangkan
spektrum referensi
data base Wiley ditampilkan pada gambar 3b adalah asam 9,12-
oktadekadienoat. Bila dilihat
fragmentasinya maka spektrum 3a yang merupakan puncak dengan
waktu retensi 17,912
mengacu pada senyawa asam 9,12- oktadekadienoat (asam linoleat),
senyawa ini memiliki
BM pada M/Z 298. Serupa dengan gambar 3b, sehingga dapat
disimpulkan bahwa puncak no
1 adalah asam 9,12- oktadekadienoat.
-
11
4a
4b
4c
Gambar 4. Perbandingan Spektrum Minyak Biji Kembang Merak dengan
data base Wiley (4a) Spektrum puncak no 2 Minyak Biji Kembang
Merak
(4b) Spektrum asam heksadekanoat data base Wiley
(4c) Struktur molekul asam heksadekanoat
Dengan cara yang sama spektrum pada puncak nomor 2 Spektrum
ditampilkan
pada gambar 4a, sedangkan spektrum referensi data base Wiley
ditampilkan pada
gambar 4b adalah asam heksadekanoat. Bila dilihat fragmentasinya
maka spektrum 4a
yang merupakan puncak dengan waktu retensi 16,124 mengacu pada
senyawa asam
heksadekanoat (asam palmitat), senyawa ini memiliki BM pada M/Z
270. Serupa
dengan gambar 4b, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak no 2
adalah asam
heksadekanoat. Dengan cara yang sama pula puncak-puncak yang
terdeteksi pada
kromatografi gas (Gambar 2) dapat diidentifikasi komponenya.
Hasil identifikasi
-
12
perbandingan spektra minyak biji Kembang Merak dengan data base
Wiley disajikan
pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Kimiawi Penyusunan Minyak Biji Kembang
Merak
No
Puncak
Indeks
Retensi
Komponen
Kimia
Rumus
Molekul BM
Kandungan relatif
(%)
1 17,912 Asam 9,12-oktadekadienoat
(asam linoleat) C19H34O2
298
60,66
2 16,124 Asam heksadekanoat (asam
palmitat)
C17H34O2
270
19,58
3
4
5
6
18,154
17,992
20,006
15,932
Asam oktadekanoat
(asam stearat)
Asam 12-oktadekanoat
(asam oleat)
Asam eikosanoat
(asam arakidat)
Asam 9-heksadekenoat
(asam palmitoleat)
C19H38O2
C16H36O2
C21H42O2
C17H32O2
298
296
326
268
13,11
4,49
1,15
1,02
Tabel 2 menunjukkan puncak nomor 1 dengan waktu retensi 17,912
sesuai dengan
senyawa asam 9,12- oktadekadienoat dengan kadar 60,66%, dan
merupakan senyawa
dominan di dalam minyak biji Kembang Merak. Kadar paling rendah
ditunjukkan oleh
puncak nomor 6 yaitu asam 9- heksadekenoat dengan waktu retensi
15,932 dengan kadar
sebesar 1,02 %. Minyak biji Kembang Merak terdiri dari asam
lemak jenuh dan asam
lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh dalam minyak biji Kembang
Merak meliputi 2
komponen utama yaitu : Asam heksadekanoat (asam palmitat) 19,58%
dan Asam
oktadekanoat (asam stearat) 13,11 %. Asam palmitat dan stearat
berpotensi untuk
dijadikan bahan bakar biodiesel berkualitas baik (Ardiana,
2010).
Asam lemak tak jenuh dalam minyak biji Kembang Merak terdiri
dari 4 komponen
utama yaitu: asam 9,12- oktadekadienoat (asam linoleat) 60,66 %,
asam 12-oktadekanoat
(asam oleat) 4,49 %, asam eikosanoat (asam arakidat) 1,15 %, dan
asam 9-heksadekenoat
-
13
(asam palmitoleat) 1,02%. Dilihat dari kandungan asam lemak
tidak jenuh yang relatif
tinggi, maka minyak biji Kembang Merak sangat berpotensi untuk
dikembangkan dalam
bidang kosmeik dan pangan. Asam palmitat, stearat, dan oleat
merupakan beberapa asam
lemak yang juga penting dalam ilmu gizi (Nursanyoto, 1993 dalam
Desnelli, 2009).
Pemurnian Minyak Biji Kembang Merak (Caesalpinia pulcherrima
L.)
Hasil pemurnian minyak yang diperoleh pada lama waku ekstraksi
12 jam
menghasilkan minyak dengan karakteristik sebagai berikut : loss
minyak sebesar 24,2 %
dari bobot awal 5 gram; Bilangan Peroksida 77,39 mgek/kg;
Bilangan asam 7,655 mg NaOH/g
minyak ; Bilangan Penyabunan 73,4564 mg KOH/g minyak . Bila
dibandingkan dengan hasil
minyak kasar terjadi penurunan pada bilangan asam dan bilangan
penyabunan, namun
terjadi kenaikan pada bilangan peroksida hal ini disebabkan
karena minyak yang
dirumurnikan terjadi oksidasi pada saat pemanasan untuk
meghilangkan air yang terdapat
didalam minyak biji Kembang Merak.
IV. KESIMPULAN dan SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Lama waktu ekstraksi berpengaruh terhadap rendemen minyak
biji Kembang Merak
yang dihasilkan, tetapi tidak berpengaruh terhadap sifat fisik
warna dan aromanya.
Waktu optimum diperoleh pada lama waktu ekstraksi 12 jam dengan
rendemen 7,24 ±
1,11.
2. Sifat Fisiko- Kimia minyak biji Kembang Merak lama waktu
ekstraksi 12 jam sebagai
berikut: kadar air minyaksebesar 0,06%; massa jenis 0,77g/mL
bilangan peroksida
sebesar 25,83mgek/kg; bilangan asam sebesar 19,20 mg NaOH/g
minyak; dan bilangan
penyabunan sebesar 90,38mg KOH/g minyak.Hasil pemurnian minyak
biji Kembang Merak
lama waktu ekstraksi 12 sebagai berikut: loss minyak; 24,2 %;
Bilangan Peroksida
77,39 mgek/kg ; Bilangan asam 7,655 mg NaOH/g minyak ; Bilangan
Penyabunan 73,4564 mg
KOH/g minyak.
3. Hasil analisa GC-MS menunjukan minyak biji Kembang Merak
tersusun dari 6
komponen utama minyak biji Kembang Merak antara lain ; asam
9.12-
oktadekadienoat 60,66% (asam linoleat), asam heksadekanoat 19,58
% (asam
-
14
palmitat), asam oktadekanoat 13,11 % (asam stearat), asam 12-
oktadekanoat 4.49%
(asam oleat), asam eikosanoat 1,15 % (asam arakidat), asam
9-heksadekenoat 1,02%
(asam palmitoleat).
4.2. Saran
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan
pemurnian dengan tahap
yang lebih baik terhadap minyak biji Kembang Merak dan
diaplikasikan untuk
pembuatan sabun ataupun produk kosmetik yang lain.
-
15
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir M, and Abubakar I G. (2011). Production and Refining
Of Corn Oil From
Hominy Feeda By-Product Of Dehulling Operation.Journal of
Engineering and Applied Sciences. Volume 6, Issue 4, pp. 22-
28
Amri, Q. (2013). 2020, Kebutuhan Minyak Nabati Dunia Bergantung
kepada CPO
Indonesia. Sawit Indonesia.
http://www.sawitindonesia.com/kinerja/2020-
kebutuhan-minyak-nabati-dunia-bergantung-kepada-cpo-indonesia.
Diunduh pada 28 Juli 2016.
Ardiana, D. S. dan S. Saktika. (2010). Pembuatan biodiesel dari
Asam Lemak Jenuh
Biji Karet. Prosiding Seminar Rekayasa Kimia dan Proses .
Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang.
Aremu, M.O., O. Olaofe and T.E. Akintayo.(2006). A comparative
study on the
chemical and amino acid composition of some Nigerian
Under-Utilized
Legume Flours, Pak. J. Nutr., 5: 34-38.
Arlene, Ariestya., Steviana, K., dan Ign Suharto. (2010).
Pengaruh Temperatur dan
F/S terhadap Ekstraksi Minyak dari Biji Kemiri Sisa Penekanan
Mekanik.
Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses. Universitas
Diponegoro
Semarang.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. SNI 01-3555-1998: Cara
Uji Lemak dan
Minyak . Jakarta: Badan Standarisasi Nasional Indonesia.
Desnelli. dan Z. Fanani. (2009). Kinetika Reaksi Oksidasi Asam
Miristat, Atearat, dan
Oleat dalam Medium Minyak Kelapa, Minyak Kelapa Sawit, serta
Tanpa
Medium. Jurnal Penelitian Sains, 12 (1), pp. 12107-1 –
12107-6.
Ginting S. (2004). Pengaruh Lama Waktu Penyulingan Terhadap
Rendemen dan Mutu
Minyak Atsiri Daun Sereh Wangi. Fakultas Pertanian.
Universitas
Sumatera Utara
Handajani, S., Godras dan Baskara. (2010). Pengaruh Suhu
Ekstraksi Terhadap
Karakteristik Fisik, Kimia, dan Sensoris Minyak Wijen (Sesamum
indicum
L.). Majalah Agritech, Vol. 30, No 2.
Ketaren S. (1986). Minyak dan Lemak Pangan, Ed. 1.
Jakarta:UI-Press.
Kittiphoom, S. (2012). Utilization of Mango Seed. International
Food Research
Journal, 19 (4), pp. 1312-1335.
Kurnia , M. D., Hartati. S dan A. I. Kristijanto. (2014).
Karakterisasi dan Komposisi
Kimia Minyak Biji Tumbuhan Kupu-kupu (Bauhinia purpurea L.)
Bunga
Merah Muda. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan
Sains IX,
hal 11-17, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 21 Juni
2014.
Nichols, D.S. dan K. Sanderson. (2003). The Nomenclature,
Structure, and Properties
of Food Lipids. In: Sikorski, Z.E and A. Kolakowska, Ed.
Chemical and
Functional Properties of Food Lipids. CRC Press Washington. Pp.
29-59.
-
16
Oderinde, R. A., A. Adewuyi, and I. A. Ajayi, 2008.
Determination of the Mineral
Nutrients Characterization and Analysis of the Fat – Soluble
Vitamins of
Caesalpinia pulcherrima and Albizia lebbeck Seeds and Seed Oils.
Seed
Science and Biotechnology, Volume 2, pp. 74-78.
Prakash, D., N. Abhishek, S.K. Tewari and P.Pushpangadan.
(2001). Underutilised
legumes: potential sources for low-cost protein, Int. J. Food
Sci. and Nutr.,
52: 337-341.
Prapti, C . M., Wiwik dan A. Fatoni. (2011). Perbandingan Minyak
Nabati Kasar
Hasil Ekstraksi Buah Kepayang Segar dengan Luwek. Prosiding
Seminar
Nasional VoER ke -3, hal 471-481, Universitas Sriwijaya,
Palembang, 26-
27 Oktober 2011.
Srinivas, K.V.N.S.; Rao, Y.K.; Das, I.M.B.; Krishna, K.V.S.R.;
Kishore, K.H.; Murty,
U.S.N. (2003). Flavanoids from Caesalpinia pulcherrima.
Phytochemistry,
63, 789–793.
Steel, R., and J.H, Torie. (1989). Principle and Procedures of
Statistic A Biometrical
Approach, 2nd ed. Mc Grow-Hill International. Book Co, Kuga
Kusha,
Japan.
Sultan, R., Massa jenis. (2013),
http://sijagofisika.blogspot.com/2013/02/massa-
jenis.html, (27 juli 2016)
Surat Keputusan KA. BADAN POM RI NO. : HK.00.05.52.4040 :
KATEGORI
PANGAN. Jakarta : BADAN POM RI
Swern D. 1982. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products, 4th ed.
New York: John
Wiley and Sons.
Toscano, G. And E. Maldini. (2007). “Analysis of The Physical
and Chemical
Characteristics of Vegetable Oils as Fuel”. J. Of Ag. Eng. Vol
3, pp. 39-
47
Winarno, F. G., S. Fardiaz, dan D. Fardiaz. (1980) .Pengantar
Teknologi Pangan, P.T.
Gramedia, Jakarta.
Winarno F.G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
http://sijagofisika.blogspot.com/2013/02/massa-jenis.htmlhttp://sijagofisika.blogspot.com/2013/02/massa-jenis.html
-
17
-
18