Simangunsong dan Solihah Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(2): 68-77 (2009) 68 OPTIMASI DALAM PERUSAHAAN KAYU LAPIS: STUDI KASUS DI PT. PUTRA SUMBER UTAMA TIMBER-JAMBI Optimzatius in Plywood Company : A Case Study at PT. Putra Sumber Utama Timber-Jambi Bintang SIMANGUNSONG 1 dan Endartya Nur SOLIHAH 2 Corresponding Author : [email protected]ABSTRACT Forest products industry in Indonesia is now facing major issues such as a huge log deficit, a low industrial efficiency, and a declined in forest products competitiveness. Production cost and optimization analysis are then conducted to provide insight for the firms so they can operate efficiently and have high products competitiveness. The results show that a production cost varies from US$ 193.60 per m 3 to US$ 247.68 per m 3 with an average of US$ 214.50 per m 3 and a firm’s profit would increase by 18% even though production decreased by 1.5% when the firm operates at optimum level. Keywords : Plywood industry, optimization, production cost analysis, competitiveness PENDAHULUAN Industri kayu lapis merupakan salah satu sub-sektor industri yang penting dalam menyumbang devisa bagi negara Indonesia, namun jumlah devisa dan kontribusinya terus menurun pada periode 1994-2006 (BPS 2007). Nilai ekspor kayu lapis terus menurun akibat banyaknya perusahaan kayu lapis yang berhenti berproduksi atau yang berproduksi di bawah normal. APKINDO (2006) dalam Manurung et al. 2007 melaporkan jumlah perusahaan kayu lapis dan panel kayu lainnya per 6 Oktober 2006 adalah 130 perusahaan, namun yang aktif hanya berjumlah 68 perusahaan. Menurunnya pasokan bahan baku kayu, khususnya kayu yang berasal dari hutan alam produksi merupakan salah satu penyebab utama. Hal ini terjadi akibat kerusakan hutan alam produksi yang semakin parah. Sementara itu, realisasi pembangunan hutan tanaman industri (HTI), khususnya HTI kayu perkakas, sebagai sumber bahan baku sampai dengan bulan Juli tahun 2007 ternyata sangat rendah, yaitu baru mencapai 0,97 juta ha (Simangunsong et al. 2008). Faktor-faktor penyebab lainnya adalah inefisiensi proses produksi dan daya saing produk yang rendah. Penurunan pasokan kayu bulat, inefisiensi proses produksi dan daya saing produk yang rendah ini perlu diatasi agar perusahaan-perusahaan kayu lapis tersebut dapat tetap beroperasi dengan sehat dan berdaya saing tinggi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah optimasi pemanfaatan faktor-faktor produksi, seperti bahan baku kayu, waktu penggunaan mesin, dan modal dengan menerapkan model program linier oleh setiap perusahaan. Penerapan model program linear ini juga sekaligus mampu menentukan kombinasi produk yang memaksimumkan keuntungan. Tujuan penelitian adalah menentukan kombinasi produksi optimum dengan memperhatikan keterbatasan sumberdaya seperti bahan baku, teknologi, waktu dan kapasitas mesin sehingga diperoleh keuntungan perusahaan yang maksimum. METODE PENELITIAN Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer meliputi: jenis, jumlah, dan harga bahan baku, bahan penolong dan sumberdaya lainnya yang tersedia dan yang digunakan untuk menghasilkan produk kayu lapis; jumlah dan upah atau gaji karyawan; produktivitas mesin-mesin utama dalam pembuatan kayu lapis, seperti mesin kupas, mesin pengering, core composser, F/B composser, mesin kempa dingin, mesin kempa panas, sizer, sander. Data primer ini diperoleh dengan cara melakukan pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan serta wawancara dengan karyawan, tenaga kerja, dan staf perusahaan. Sedangkan data sekunder meliputi: keadaan umum industri dan struktur organisasi; jumlah produksi dan harga jual produk kayu lapis; data ekspor-impor produk kayu lapis; nilai kurs valuta asing; dan formula perekat dan standar operasi alat (mesin) yang digunakan. Data sekunder diperoleh dengan mengutip dari berbagai literatur, laporan perusahaan, berbagai publikasi yang diterbitkan oleh Departemen Kehutanan dan Badan Pusat Statistik. Data primer dan data sekunder yang diperoleh kemudian dianalisis. Analisis data yang dilakukan adalah analisis biaya produksi untuk setiap jenis produk kayu lapis 1 Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor 2 Alumnus Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor
14
Embed
OPTIMASI DALAM PERUSAHAAN KAYU LAPIS: STUDI KASUS DI …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Simangunsong dan Solihah
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(2): 68-77 (2009)
68
OPTIMASI DALAM PERUSAHAAN KAYU LAPIS: STUDI KASUS DI PT. PUTRA SUMBER UTAMA TIMBER-JAMBI
Optimzatius in Plywood Company : A Case Study at PT. Putra Sumber Utama Timber-Jambi
Forest products industry in Indonesia is now facing major issues such as a huge log deficit, a low industrial efficiency, and a declined in forest products competitiveness. Production cost and optimization analysis are then conducted to provide insight for the firms so they can operate efficiently and have high products competitiveness. The results show that a production cost varies from US$ 193.60 per m3 to US$ 247.68 per m3 with an average of US$ 214.50 per m3 and a firm’s profit would increase by 18% even though production decreased by 1.5% when the firm operates at optimum level. Keywords : Plywood industry, optimization, production cost
analysis, competitiveness
PENDAHULUAN
Industri kayu lapis merupakan salah satu sub-sektor industri yang penting dalam menyumbang devisa bagi negara Indonesia, namun jumlah devisa dan kontribusinya terus menurun pada periode 1994-2006 (BPS 2007). Nilai ekspor kayu lapis terus menurun akibat banyaknya perusahaan kayu lapis yang berhenti berproduksi atau yang berproduksi di bawah normal. APKINDO (2006) dalam Manurung et al. 2007 melaporkan jumlah perusahaan kayu lapis dan panel kayu lainnya per 6 Oktober 2006 adalah 130 perusahaan, namun yang aktif hanya berjumlah 68 perusahaan.
Menurunnya pasokan bahan baku kayu, khususnya kayu yang berasal dari hutan alam produksi merupakan salah satu penyebab utama. Hal ini terjadi akibat kerusakan hutan alam produksi yang semakin parah. Sementara itu, realisasi pembangunan hutan tanaman industri (HTI), khususnya HTI kayu perkakas, sebagai sumber bahan baku sampai dengan bulan Juli tahun 2007 ternyata sangat rendah, yaitu baru mencapai 0,97 juta ha (Simangunsong et al. 2008). Faktor-faktor penyebab lainnya adalah inefisiensi proses produksi dan daya saing produk yang rendah.
Penurunan pasokan kayu bulat, inefisiensi proses produksi dan daya saing produk yang rendah ini perlu diatasi agar perusahaan-perusahaan kayu lapis tersebut dapat tetap beroperasi dengan sehat dan berdaya saing tinggi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah optimasi pemanfaatan faktor-faktor produksi, seperti bahan baku kayu, waktu penggunaan mesin, dan modal dengan menerapkan model program linier oleh setiap perusahaan. Penerapan model program linear ini juga sekaligus mampu menentukan kombinasi produk yang memaksimumkan keuntungan.
Tujuan penelitian adalah menentukan kombinasi produksi optimum dengan memperhatikan keterbatasan sumberdaya seperti bahan baku, teknologi, waktu dan kapasitas mesin sehingga diperoleh keuntungan perusahaan yang maksimum.
METODE PENELITIAN
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data
sekunder. Data primer meliputi: jenis, jumlah, dan harga
bahan baku, bahan penolong dan sumberdaya lainnya yang
tersedia dan yang digunakan untuk menghasilkan produk
kayu lapis; jumlah dan upah atau gaji karyawan; produktivitas
mesin-mesin utama dalam pembuatan kayu lapis, seperti
mesin kupas, mesin pengering, core composser, F/B
composser, mesin kempa dingin, mesin kempa panas, sizer,
sander. Data primer ini diperoleh dengan cara melakukan
pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan serta
wawancara dengan karyawan, tenaga kerja, dan staf
perusahaan. Sedangkan data sekunder meliputi: keadaan
umum industri dan struktur organisasi; jumlah produksi dan
harga jual produk kayu lapis; data ekspor-impor produk kayu
lapis; nilai kurs valuta asing; dan formula perekat dan standar
operasi alat (mesin) yang digunakan. Data sekunder
diperoleh dengan mengutip dari berbagai literatur, laporan
perusahaan, berbagai publikasi yang diterbitkan oleh
Departemen Kehutanan dan Badan Pusat Statistik.
Data primer dan data sekunder yang diperoleh
kemudian dianalisis. Analisis data yang dilakukan adalah
analisis biaya produksi untuk setiap jenis produk kayu lapis
1 Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor 2 Alumnus Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor
Optimasi Dalam Perusahaan Kayu Lapis
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(2): 68-77 (2009)
69
dan analisis optimasi produk. Analisis biaya produksi
dilakukan untuk mengetahui struktur dan besarnya biaya
produksi, serta besarnya keuntungan yang dapat diperoleh
dari setiap produk kayu lapis.
Analisis optimasi produk yang dilakukan menggunakan
model program linier yang mengacu pada Simangunsong
(1991) dengan beberapa modifikasi. Program linier ini terdiri
dari fungsi tujuan dan fungsi kendala. Fungsi tujuan yang
akan dicapai adalah keuntungan maksimum dari hasil
penjualan produk kayu lapis untuk periode satu bulan dalam
satuan US$. Besarnya keuntungan per m3 dari tiap jenis
produk kayu lapis yang dihasilkan merupakan selisih antara
harga jual per m3 produk kayu lapis dengan biaya produksi
per m3 produk kayu lapis untuk masing-masing jenis produk
kayu lapis. Ada pun kendala yang dipertimbangkan dalam
penelitian ini adalah ketersedian kayu bulat; ketersediaan
modal; jumlah perekat; kapasitas produksi dari mesin-mesin
utama seperti rotary lathe, continous dryer, roller dryer,core
composser, F/B composser; waktu penggunaan dari mesin-
mesin utama seperti cold press, hot press, sizer, sander;
dan produksi minimum. Selain mendapatkan kombinasi optimal dari produk
yang akan memaksimalkan keuntungan, perlu juga dilakukan analisis kepekaan. Analisis kepekaan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi terhadap solusi optimum. Analisis kepekaan dilihat pada sistem industri kayu lapis yang berkaitan dengan perubahan nilai dari sumberdaya yang tersedia dan keuntungan atau pendapatan dari setiap produk kayu lapis.
Dari 64 jenis produk kayu lapis yang dihasilkan oleh di PT. Putra Sumber Utama Timber selama ini, 21 jenis produk kayu lapis (X1 sampai X21) dipilih sebagai produk yang dianalisis dalam optimasi produk dengan pertimbangan bahwa produk-produk tersebut sering diproduksi dan
merupakan produk-produk utama yang diproduksi dengan menggunakan jenis bahan baku yang sama. Secara rinci jenis-jenis produk di PT. Putra Sumber Utama Timber disajikan pada Tabel 1.
Model program linier untuk permasalahan perusahaan kayu lapis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut (Lihat Taha 2003; Winston and Albright 1997; Nasendi dan Anwar 1985) :
Max
Kendala:
i = 1,2,……,m
j = 1,2,........,n
dimana : Cj = Keuntungan kotor belum dikurangi biaya tetap produk
kayu lapis ke-j per m3 ; Xj = Jumlah produk kayu lapis jenis ke-j per bulan; aij = Koefisien input-output yang menyatakan banyaknya
sumberdaya ke-i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit output kegiatan ke-j, misalnya volume kayu bulat yang diperlukan untuk menghasilkan 1 m3 kayu lapis jenis ke-j ;
bi = Banyaknya sumberdaya ke-i yang tersedia dalam kegiatan ke-j, misalnya jumlah kayu bulat yang tersedia per bulan;
n = Banyaknya jenis kayu lapis yang diproduksi; m = Jumlah macam sumberdaya yang tersedia, misalnya
jumlah kayu bulat yang tersedia, ketersediaan modal, dan jumlah perekat;
Z = Nilai fungsi tujuan, yaitu keuntungan pabrik kayu lapis per-bulan.
Tabel 1. Jenis-jenis produk kayu lapis PT. Putra Sumber Utama Timber.
Pada kondisi aktual, jumlah produksi rata-rata kayu lapis
adalah 8,956 m3 per bulan dengan rata-rata total biaya sebesar
US$ 3,93 juta, yang terdiri dari biaya tetap sebesar US$ 0.49
juta (atau 12%) dan biaya variabel sebesar US$ 3.44 juta (atau
88%). Komponen biaya variabel terbesar adalah biaya bahan
baku kayu (55%), disusul oleh biaya perekat sebesar (13%),
biaya upah langsung sebesar (12 %) dan biaya bahan
pembantu sebesar 2 % (Tabel 2).
Apabila biaya produksi dirinci untuk setiap jenis produk
kayu lapis, khususnya jenis produk kayu lapis yang diteliti,
besarnya biaya produksi bervariasi dari US$ 193.60 per m3
hingga US$ 247.68 per m3 dengan rata-rata US$ 214.50 per
m3 (Tabel 3). Produk dengan biaya produksi per m3 tertinggi
adalah truck flooring dengan ketebalan 14,5 mm (X13), yaitu
sebesar US$ 247.68 dimana US$ 223.99 diantaranya
merupakan biaya bahan baku kayu. Produk dengan biaya
produksi per m3 terendah adalah produk 3 ply dengan
ketebalan 3,6 mm (X1), yaitu sebesar US$ 193.60, dimana
US$ 180.54 diantaranya merupakan biaya bahan baku kayu.
Perbedaan biaya produksi per m3 diantara produk disebabkan
oleh perbedaan dalam ketebalan produk yang mempengaruhi
komposisi veneer yang dipakai sehingga jumlah bahan baku
kayu, perekat, bahan pembantu, dan upah tenaga kerja yang
digunakan bervariasi.
Apabila biaya produksi kayu lapis dalam penelitian ini
dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya,
seperti Siregar (1988), FAO (1989), Irvan (1992),
Simangunsong (1991), dan Wardana (2003), biaya variabel
hasil penelitian ini ternyata jauh lebih besar (lihat Tabel 4).
Perbedaan ini terutama disebabkan oleh perbedaan nilai tukar
rupiah yang digunakan dalam menghitung biaya. Di samping
itu, kapasitas dan rata-rata produksi, upah tenaga kerja pada
setiap penelitian berbeda.
Optimasi Dalam Perusahaan Kayu Lapis
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(2): 68-77 (2009)
71
Tabel 2. Biaya produksi kayu lapis dan LVL setiap bulan pada kondisi aktual dan optimum
Komponen Biaya Aktual*) Optimum**)
(US$/bulan) % (US$/bulan)
Biaya Tetap 0.49 juta 12.43 - asuransi/kasir 0.45 juta 11.52 - umum/adm 0.04 juta 0.91 - Biaya Variabel 3.44 juta 87.57 1.89 juta log 2.17 juta 55.20 1.72 juta perekat 0.51 juta 12.92 0.04 juta bahan pembantu 0.08 juta 2.03 0.12 juta upah langsung 0.49 juta 12.42 0.01 juta spare part 0.06 juta 1.62 - BBM 0.13 juta 3.39 - Biaya Produksi 3.93 juta 100.00 1.89 juta
Keterangan : *) untuk 64 produk **) untuk 21 produk (yang diteliti Tabel 3. Biaya produksi dan keuntungan per m3 produk pada kondisi aktual
Jenis Produk
Biaya Variabel Total
Biaya Variabel Harga Jual
Keuntungan (belum dikurangi biaya tetap) Bahan Baku
Kayu Perekat
Bahan Pembantu
Upah Langsung
…………………………………………...(US$/m3)…………….……………….…………
X1 180.54 3.12 6.35 3.59 193.60 371.87 178.27
X2 187.48 4.57 7.70 4.12 203.87 371.87 168.00
X3 196.41 5.88 9.06 0.50 211.85 468.28 256.43
X4 190.46 5.49 9.06 6.42 211.43 317.98 106.55
X5 196.41 7.24 11.76 1.30 216.71 602.80 386.09
X6 194.50 2.01 9.06 0.53 206.09 395.12 189.03
X7 195.63 3.67 9.06 0.29 208.66 380.89 172.23
X8 195.63 5.37 11.76 0.35 213.12 353.50 140.38
X9 195.63 3.95 9.06 0.26 208.90 380.89 171.99
X10 195.63 3.95 9.06 0.28 208.92 380.89 171.97
X11 196.41 7.51 14.47 1.44 219.83 602.80 382.97
X12 195.14 7.24 14.47 0.89 217.74 602.80 385.06
X13 223.99 8.00 14.47 1.22 247.68 602.80 355.12
X14 197.60 4.22 11.76 0.31 213.90 380.89 166.99
X15 196.94 7.45 17.18 1.23 222.79 602.80 380.01
X16 187.48 4.69 14.47 1.21 207.86 372.62 164.76
X17 197.55 3.59 14.47 0.24 215.86 380.89 165.03
X18 194.79 3.84 17.18 0.26 216.07 380.89 164.82
X19 200.11 2.33 19.88 0.28 222.59 399.87 177.28
X20 190.30 2.07 22.59 0.25 215.21 399.87 184.66
X21 192.12 4.28 25.30 0.03 221.72 415.50 193.78
Tabel 4. Biaya produksi industri kayu lapis beberapa hasil penelitian
Sumber : FAO (1989), Siregar (1988), Irvan (1992), Simangunsong (1991) dan Wardana (2003)
Optimasi produk
Biaya produksi yang dihitung dalam rangka optimasi
produk adalah biaya variabel per m3 untuk setiap jenis produk
pada kondisi aktual. Biaya tetap setiap untuk setiap jenis
produk tidak dapat dihitung karena data yang diperlukan untuk
menghitungnya tidak tersedia sehingga keuntungan per m3 dari
setiap produk yang diperoleh belum dikurangi oleh biaya tetap.
Rata-rata biaya produksi variabel aktual yang dikeluarkan
oleh perusahaan adalah 3.44 juta per bulan atau US$ 384 per
m3 (Tabel 2). Angka ini jauh lebih besar dibandingkan rata-
rata biaya variabel yang diperoleh dalam penelitian ini,
khususnya rata-rata biaya variabel dari 21 produk kayu lapis
yang diteliti, yaitu US$ 214.50 per m3. Perbedaan nilai
menunjukkan adanya kesempatan perusahaan meningkatkan
keuntungan. Berdasarkan input-output koefisien yang dihitung dan
disajikan pada Tabel 5 serta dengan memperhatikan jumlah sumberdaya tersedia yang menjadi kendala setiap bulannya seperti yang disajikan pada Tabel 6, solusi optimum untuk perusahaan di PT. Putra Sumber Utama Timber adalah dengan menghasilkan 21 jenis produk kayu lapis dengan dua produk utama, yaitu 3,937 m3 produk truck flooring (X15) dengan ketebalan 17.0 mm dan 2,858 m3 jenis film face (X16) dengan ketebalan 18.0 mm (Tabel 7). Sementara itu, produk-produk yang lain hanya diproduksi pada tingkat minimum. Jumlah produksi optimum adalah 8,826 m3 per bulan, atau 1,5% lebih rendah dibandingkan jumlah produksi pada kondisi aktual. Keuntungan maksimum yang diperoleh adalah US$ 2.54 juta dengan jumlah produksi sebesar 8,826 m3 per bulan. Bila dibandingkan dengan kondisi aktual dimana keuntungan yang diperoleh sebesar US$ 2.08 juta dengan rata-rata
produksi 8,956 m3 per bulan, maka optimasi telah meningkatkan keuntungan sebesar 18,2%, meskipun jumlah produksi menurun sebesar 1,5%.
Optimasi produk yang dilakukan menyebabkan beberapa
sumberdaya menjadi berlebih (abundant), seperti: perekat
WBP dan T2; kapasitas mesin kupas 9’ (rotary 9’), mesin
kupas 8’ (rotary 8’), mesin kupas 5’ (rotary 5’), mesin kupas 4’
bervariasi antara US$ 193.60 hingga US$ 247.68 per meter
kubik produk. Solusi optimum menunjukkan bahwa dari 21
produk kayu lapis yang dianalisis, ada 2 produk utama yang
dihasilkan, yaitu produk X15 dan X16, sementara produk yang
lain hanya diproduksi pada tingkat minimum. Jumlah produksi
optimum adalah 8,826 m3 per bulan, atau 1,5% lebih rendah
dibandingkan jumlah produksi pada kondisi aktual. Pada
Optimasi Dalam Perusahaan Kayu Lapis
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(2): 68-77 (2009)
77
kondisi optimum keuntungan perusahaan per bulan meningkat
sebesar 18% daripada kondisi aktual dengan total keuntungan
sebesar US$ 2.54 juta per bulan. Solusi optimum juga ternyata
lebih sensitif terhadap perubahan biaya produksi dibandingkan
dengan perubahan ketersediaan bahan baku.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2007. Indikator Ekonomi edisi Juli 2007 [Buletin]. Badan Pusat Statistik : Jakarta.
FAO. 1989. Wood-Based Panel: Situation and Outlook. Directorate General of Forest Utilization, Ministry of Forestry: Jakarta.
Irvan. 1992. Optimasi Produksi Kayu Lapis Dengan Metode Program Linier Di PT. Sumatra Timber Utama Damai [Skripsi]. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Manurung EGT, Simangunsong BCH, Sukadri DS, Widyantoro B, Justianto A, Ramadhan S, Sumardjani L, Rochadi D, Permadi P, Priyono BM, Sukmananto B. 2007. Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia. Departemen Kehutanan: Jakarta.
Nasendi BD, Anwar A. 1985. Program Liniar dan Variasinya. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Simangunsong BCH, Elias, Tambunan A, Manurung EGT. 2008. Indonesia Forestry Outlook 2020. Departemen Kehutanan: Jakarta.
Simangunsong BCH. 1991. Optimasi Penggunaan Sumberdaya dan Penganekaragaman Produk Dalam Industri Kayu Lapis [Tesis]. Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Siregar HS. 1988. Analisis Biaya Produksi Kayu Lapis Di PT. Tjipta Rimba Djaya Medan Sumatera Utara [Skripsi]. Fakultas kehutanan, Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Taha HA. 2003. Operations Research: An Introduction. Seventh Edition. Pearson Education International: Upper Saddle River.
Wardana DBP. 2003. Optimasi Produksi Kayu Lapis: Studi Kasus di PT. Kampari Wood Industries, Riau [Skripsi]. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Winston WL, Albright. SC. 1997. Practical Management science: spreadsheet modeling and applications. Duxbury Press. Belmont, CA.
rnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(2): 74-83 (2009)