OPTIMASI ASAM TARTRAT DAN NATRIUM BIKARBONAT DALAM FORMULA GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK HERBA PEGAGAN (Centellae asiaticae Herba) DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh Ignatius Alfa Mardhiprasetya NIM: 058114095 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009
106
Embed
OPTIMASI ASAM TARTRAT DAN NATRIUM BIKARBONAT DALAM … · OPTIMASI ASAM TARTRAT DAN NATRIUM BIKARBONAT DALAM FORMULA GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK HERBA PEGAGAN (Centellae asiaticae
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
OPTIMASI ASAM TARTRAT DAN NATRIUM BIKARBONAT
DALAM FORMULA GRANUL EFFERVESCENT
EKSTRAK HERBA PEGAGAN (Centellae asiaticae Herba)
DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh
Ignatius Alfa Mardhiprasetya
NIM: 058114095
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
ii
OPTIMASI ASAM TARTRAT DAN NATRIUM BIKARBONAT
DALAM FORMULA GRANUL EFFERVESCENT
EKSTRAK HERBA PEGAGAN (Centellae asiaticae Herba)
DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh
Ignatius Alfa Mardhiprasetya
NIM: 058114095
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
iii
iv
seggenap keemerdek
a
y
Perg
“Ambil
kaanku, i
apa saja y
ang telah
Kep
semua k
seg
gunakan
cin
sebab su
ah ya Tu
ingatank
yang kup
Eng
h membe
pada-Mu
kupersem
galanya i
nlah itu m
Beril
ta-Mu da
udah cuk
v
uhan dan
ku, budik
punyai d
kaulah
erikan it
-lah, ya T
mbahkan
itu milik
menurut
lah aku
an rahm
kuplah it
n terimala
ku serta s
dan kumi
u kepada
Tuhan,
n kemba
k-Mu.
kehenda
at-Mu
tu bagiku
Kupers
Tuhan
Ayah B
Sahaba
Almam
ah
segenap
iliki
aku.
li;
ak-Mu.
u.”
(
sembahka
yang mah
Bunda terc
t setia,
materku
kehenda
(St. Ignat
an untuk:
ha kasih,
cinta,
akku;
ius L.)
:
vi
vii
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Allah Yang Mahakasih atas kasih karunia dan spirit ilahi yang
mengalir tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Optimasi Asam Tartrat dan Natrium Bikarbonat dalam Formula Granul Effervescent
Ekstrak Herba Pegagan (Centellae asiaticae Herba) dengan Metode Desain
Faktorial” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis mengucapkan syukur dan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan skripsi ini, khususnya:
1. Ayah dan Bunda tercinta atas kasih sayang, doa dan ruang hatinya.
2. Fakultas Farmasi dan Civitas Akademika Universitas Sanata Dharma yang telah
meletakkan dasar spiritualitas ignasian; nilai-nilai humanitas dan pengembangan
kesadaran ilmiah.
3. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Penelitian ini menggunakan kombinasi asam tartrat dan natrium bikarbonat
sebagai eksipien dalam granul effervescent ekstrak herba pegagan (Centellae asiaticae Herba) dan diharapkan dapat menghasilkan granul effervescent dengan sifat yang memenuhi persyaratan. Pada penelitian ini digunakan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor asam tartrat, natrium bikarbonat, atau interaksi keduanya yang berpengaruh dominan terhadap sifat fisik granul, serta mengetahui area komposisi optimum campuran asam tartrat dan natrium bikarbonat yang dapat menghasilkan sifat fisik granul effervescent yang dikehendaki.
Sifat fisik granul effervescecent yang diuji adalah kecepatan alir (>10 g/detik), waktu larut granul (<150 detik), kandungan lembab granul (≤0,99%) dan pH larutan (5-7). Hasil penelitian menunjukkan asam tartrat memberi efek dominan pada waktu larut granul effervescent. Natrium bikarbonat memberi efek dominan pada pH larutan dan kandungan lembab granul. Interaksi asam tartrat-natrium bikarbonat memberi efek dominan pada kecepatan alir granul. Area pada contour plot super imposed diduga merupakan kombinasi optimum asam tartrat dan natrium bikarbonat terbatas pada level yang diteliti.
Kata kunci: granul effervescent, asam tartrat, natrium bikarbonat, desain faktorial dan herba pegagan (Centellae asiaticae Herba).
xix
ABSTRACT
This research applied combination of tartaric acid and sodium bicarbonate as
excipient to produce effervescent granule of Centellae asiaticae Herba extract with certain physical characteristics. The research used factorial design method with two factors and two levels.
The aims of this research were to observe dominant factor and the interaction effect between tartaric acid and sodium bicarbonate, to find out the optimal area of tartaric acid and sodium bicarbonate mix to produce effervescent granul which fulfill the granul requirements.
The physical characteristics of effervescent granule, evaluated were flow rete (>10 g/second), dissolve time (<150 second), moisture content (≤0,99%) and solution pH (5-7). The result showed that tartaric acid dominant in dissolve time. Sodium bicarbonate dominant in solution pH and moisture content. The interaction tartaric acid-sodium bicarbonate dominant in flow rate. The area in contour plot super imposed was supposed as the optimum combination of tartaric acid and sodium bicarbonate in the tested level.
Keterangan: X = Nilai rata-rata (6 replikasi) SD = Standar deviasi
1. Hasil uji organoleptis
Pemeriksaan organoleptis dilakukan sebagai pengenalan awal terhadap
ekstrak sebelum penelitian. Pemeriksaan yang dilakukan berupa penampakan fisik
meliputi bentuk warna, bau, dan rasa. Pengujian dilakukan menggunakan
pancaindera dan hasilnya tertera pada tabel IV.
2. Hasil uji daya lekat
Daya lekat dilihat berdasarkan waktu yang diperlukan untuk memisahkan 2
gelas objek yang sebelumnya telah dilekatkan dengan ekstrak. Semakin lama kedua
gelas objek melekat, maka daya lekatnya semakin tinggi. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui kemampuan ekstrak dalam mengikat bahan tambahan yang akan
digunakan dalam pembuatan granul. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk
melepaskan kedua objek gelas maka kemampuan ekstrak cenderung semakin kuat
untuk menghasilkan daya ikat antar partikel untuk membentuk granul. Diperoleh
daya lekat ekstrak herba pegagan 48,81±5,68 detik (tabel V), menunjukkan bahwa
ekstrak sangat lengket dan berpotensi menimbulkan permasalahan saat granulasi.
35
3. Hasil uji viskositas
Uji viskositas dilakukan menggunakan viscotester tipe VT-04 E dengan rotor
no. 4. Alat ini bekerja dengan prinsip penghambatan perputaran rotor oleh ekstrak
yang diuji. Semakin kental ekstrak yang dihasikan, maka semakin besar pula daya
hambat ekstrak terhadap perputaran rotor. Bentuk dan ukuran rotor harus disesuaikan
dengan konsistensi ekstrak agar rotor dapat tetap berputar dalam ekstrak yang diuji.
Ekstrak herba pegagan yang diuji sangat kental sehingga rotor no. 4 tidak
dapat berputar. Oleh sebab itu disimpulkan bahwa ekstrak memiliki visikositas di
atas 400 dPa.S (Tabel V), melebihi kemampuan ukur alat (400 dPa.S). Dalam
pembuatan granul, viskositas ekstrak yang terlalu tinggi akan mempersulit
pencampuran. Hal tersebut diatasi dengan mengeringkan ekstrak dengan laktosa.
4. Hasil uji kandungan lembab
Pengujian kandungan lembab dilakukan dengan menggunakan alat moisture
analyzer. Alat ini bekerja dengan mengukur selisih bobot ekstrak sebelum dan
setelah dipanaskan pada suhu 105o C selama 15 menit. Bobot ekstrak akan menyusut
karena lembab di dalamnya hilang akibat pemanasan. Dari penyusutan bobot tersebut
dapat diketahui persentase kandungan lembab di dalam ekstrak. Pada pemeriksaan
ini didapatkan rata-rata kandungan lembab ekstrak sebesar 12,34±0,66% (Tabel V).
Jadi dapat disimpulkan bahwa ekstrak herba pegagan pada penelitian ini sudah sesuai
dengan penggolongan ekstrak kental yakni kandungan lembab kurang dari 30%
(Voigt, 1994).
36
5. Hasil uji kualitatif
Rf 1,00 - bercak I Rf 0,50
- bercak II
Rf 0,00 S1 S2 S3 S4 X1 X2 X3
Foto 1. Identifikasi Asiatikosida dengan KLT
Fase gerak : kloroform: metanol: air (65:25:4) Fase diam : silica gel GF254 Standar : TECA (Titrated Ectract of Centella Asiatica) Jarak Pengembangan : 15 cm Penampak bercak : Lieberman-Burchard
Keterangan gambar: S1 = TECA dengan kadar asiatikosid 2,34 µg/µl S2 = TECA dengan kadar asiatikosid 0,936 µg/µl S3 = TECA dengan kadar asiatikosid 0,655 µg/µl S4 = TECA dengan kadar asiatikosid 0,374 µg/µl X1 = Sampel 1 X2 = Sampel 2 X3 = Sampel 3 Bercak I = Asiatikosid Bercak II = Madekosid
37
Tabel VI. Hasil Deteksi Standar Asiatikosid dan Asiatikosid dalam Ekstrak Herba Pegagan dengan KLT
Bercak Rf
Standar 0,81 ± 0,01 Sampel 1 0,82 Sampel 2 0,82 Sampel 3 0,83
Sistem Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan fase gerak kloroform:
methanol: air dengan perbandingan 65:25:4, fase diam yang digunakan silika gel
GF254. Sistem ini merupakan fase normal karena menggunakan fase gerak non polar
dan fase diam polar. Sebagai baku standar digunakan TECA dengan kandungan
asiatikosid : madekosid : air (58,5 : 41,4 : 0,1) (Soegihardjo dan Koensoemardiyah,
1995). Kromatogram disemprot dengan pereaksi Lieberman-Burchard sebagai
pereaksi penampak bercak, kemudian dipanaskan dalam oven selama 10 menit
dengan suhu 105o C.
Hasil deteksi memperlihatkan 2 bercak pada baku dan 3 bercak pada sampel.
Bercak I merupakan asiatikosid kemudian bercak II merupakan madekosid.
Asiatikosid merupakan senyawa yang kurang polar sehingga afinitasnya terhadap
fase gerak lebih besar dari pada fase diam. Madekosid lebih polar dari asiatikosid
sehingga lebih terikat pada fase diam. Bercak ketiga diperkirakan senyawa triterpen
lain yang strukturnya mirip dengan asiatikosid.
Bercak asiatikosida pada standar memiliki Rf 0,81 ± 0,01, dan harga rata-rata
Rf asiatikosida pada sampel 0,82. Rf sampel sama dengan standar sehingga dapat
disimpulkan bahwa sampel mengandung senyawa asiatikosid.
38
6. Hasil penetapan kadar asiatikosid
Penetapan kadar asiatikosid dilakukan dengan metode KLT, dan pengukuran
menggunakan program image J. Image J merupakan program dari NIH (The
National Institute of Health) yang dapat digunakan untuk menganalisis ukuran
bercak melalui image. Image J dapat menghitung area dan nilai pixel dari area yang
sudah ditentukan.
Pembuatan kurva baku dilakukan dengan 4 seri larutan baku yakni 0,37; 0,66;
0,94; 2,34 µg/µl (Tabel VII).
Tabel VII. Hubungan antara Kadar Asiatikosid Baku dengan Luas Area Bercak
Keterangan : Efek A = efek asam tartrat Efek B = efek natrium bikarbonat Efek interaksi = efek interaksi campuran antara asam tartrat dan natrium bikarbonat
1. Uji kecepatan alir
Pengujian kecepatan alir bertujuan untuk mengetahui kecepatan alir granul
yang dihasilkan. Kecepatan alir yang dikehendaki lebih besar dari 10 g/detik.
Menurut Guyot (cit., Fudholi, 1983), apabila waktu yang diperlukan 100 gram serbuk
untuk mengalir lebih lama dari 10 detik (T>10) dapat dikatakan bahwa dalam
42
fabrikasi pada skala industri akan dijumpai kesulitan dalam hal regularitas berat
tablet.
Data hasil pengujian menunjukkan semua formula memiliki kecepatan alir
granul yang diinginkan.
a b
Gambar 2. Pengaruh Level Asam Tartrat (a) dan Natrium Bikarbonat (b) terhadap Kecepatan Alir Granul
Berdasarkan perhitungan desain factorial, diperoleh efek asam tartrat dalam
menentukan kecepatan alir granul adalah 2,18, efek natrium bikarbonat 1,76, dan
efek interaksi keduanya sebesar 3,58. Efek asam tartrat, natrium bikarbonat dan
interaksi asam tartrat-natrium bikarbonat bernilai positif, menunjukkan bahwa
ketiganya meningkatkan kecepatan alir granul.
Gambar 2a, menunjukan bertambahnya jumlah asam tartrat akan menurunkan
kecepatan alir granul pada penggunaan level rendah natrium bikarbonat dan akan
meningkatkan kecepatan alir granul pada penggunaan level tinggi basa. Demikian
juga pada gambar 2b menunjukkan bertambahnya jumlah natrium bikarbonat akan
menurunkan kecepatan alir granul pada penggunaan level rendah asam dan
meningkatkan kecepatan alir pada penggunaan level tinggi asam tartrat. Kedua garis
45,00
46,00
47,00
48,00
49,00
1000 1150 1300 1450 1600
Kecepa
tan Alir (g/detik)
Asam Tartrat (mg)
Level Rendah Basa Level Tinggi Basa
45,00
46,00
47,00
48,00
49,00
1117,2 1285,2 1453,2 1621,2 1789,2
Kecepa
tan Alir (g/detik)
Natrium Bikarbonat (mg)
Level Rendah Asam Level Tinggi Asam
43
yang saling berpotongan pada gambar 2a dan 2b menunjukkan adanya interaksi antar
faktor.
Perhitungan Yate’s treatment dengan taraf kepercayaan 95% (F tabel 4,35)
untuk respon kecepatan alir granul diperlihatkan pada tabel X.
Tabel X. Perhitungan Yate’s Treatment pada Respon Kecepatan Alir Granul
Keterangan a= asam tartrat; b= natrium bikarbonat; ab= interaksi
Perhitungan Yate’s treatment waktu larut granul menunjukkan F hitung
interaksi lebih besar dari F tabel menandakan adanya interaksi. F hitung asam tartrat
lebih besar dari F tabel menunjukkan pengaruh yang signifikan dan peran dominan
dalam menentukan waktu larut granul. Natrium bikarbonat tidak berpengaruh
signifikan karena F hitungnya lebih kecil dari F tabel.
49
Kelarutan asam tartrat jauh lebih besar dari natrium bikarbonat sehingga
asam tartrat berperan dominan. Pada suhu 20°C kelarutan asam tartrat 139 g/100 ml
sedangkan natrium bikarbonat 8,7 g/100 ml. Reaksi effervescent menyebabkan
adanya interaksi oleh kedua faktor.
4. Uji pH larutan
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pH larutan effervescent ekstrak
herba pegagan. Nilai pH larutan dengan standar deviasi kecil menunjukkan campuran
granul yang homogen. Pada penelitian ini ditetapkan range pH 5-7 untuk membantu
kesetabilan asiatikosid dalam kondisi asam. Selain itu, pH yang terlalu rendah
berpotensi mengiritasi lambung.
Ekstrak herba pegagan pada sediaan effervescent memberikan pengaruh
tertentu sehingga pH larutan tidak dapat dihitung berdasarkan reaksi penetralan
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan semua formula menghasilkan larutan
effervescent dengan pH yang dikehendaki.
a b Gambar 5. Pengaruh Level Asam Tartrat (a) dan Natrium Bikarbonat (b) terhadap pH
Larutan Granul Effervescent
4,00
5,00
6,00
7,00
1000 1150 1300 1450 1600
pH
Asam Tartrat (mg)Level Rendah Basa Level Tinggi Basa
4,00
5,00
6,00
7,00
1117,2 1285,2 1453,2 1621,2 1789,2
pH
Natrium Bikarbonat (mg)
Level Rendah Asam Level Tinggi Asam
50
Berdasarkan perhitungan desain faktorial efek asam tartrat dalam menentukan
pH larutan granul effervescent adalah | 0,70|, besar efek dari natrium bikarbonat
adalah 2,98, dan interaksi asam tartrat-natrium bikarbonat adalah 1. Asam tartrat
bernilai negatif menunjukkan bahwa efek ini menurunkan pH larutan. Natrium
bikarbonat dan interaksi asam tartrat-natrium bikarbonat bernilai positif berarti
meningkatkan pH larutan.
Gambar 5a menunjukkan bahwa peningkatan asam tartrat akan menurunkan
pH larutan pada level rendah natrium bikarbonat, dan meningkatkan pH larutan pada
level tinggi natrium bikarbonat. Pada gambar 5b menunjukkan bahwa dengan
peningkatan jumlah natrium bikarbonat akan menaikan respon pH larutan
effervescent baik pada level rendah maupun level tinggi asam tartrat. Diperkirakan
ada interaksi antar faktor karena kedua garis yang pada gambar 5a dan 5b saling
berpotongan.
Perhitungan Yate’s treatment dengan taraf kepercayaan 95% (F tabel 4,35)
untuk respon pH larutan granul effervescent diperlihatkan pada tabel XIII.
Tabel XIII. Perhitungan Yate’s treatment pada Respon pH Larutan Granul
Source of Variation
Degrees of freedom
Sum of Squares
Mean Squares F
Replicates 5 0,538 0,108 Treatment 3 15,482 5,161
a 1 0,711 0,711 8,358b 1 13,276 13,276 156,121
ab 1 1,495 1,495 17,581Experimental
error 20 1,701 0,085
Total 23 17,720
Keterangan a= asam tartrat; b= natrium bikarbonat; ab= interaksi
51
Hasil perhitungan pada tabel XIII menunjukkan F hitung interaksi lebih besar
dari F tabel menandakan adanya interaksi antara asam tartrat dan natrium bikarbonat
dalam mempengaruhi respon pH larutan. Pengaruh natrium bikarbonat dalam
mempengaruhi pH larutan lebih dominan dibandingkan asam tartrat.
Natrium bikarbonat berperan menghasilkan CO2 pada larutan effervescent.
Meningkatnya kadar CO2 menyebabkan pH larutan meningkat. Hal ini yang
menyebabkan natrium bikarbonat berperan dominan meningkatkan pH larutan.
F. Optimasi Formula
Formula granul effervescent dikatakan optimum apabila formula tersebut
memiliki sifat fisik yang baik sesuai yang dikehendaki. Uji sifat fisik yang dilakukan
sebagai kontrol kualitas granul effervescent adalah kecepatan alir, waktu larut, pH
dan kandungan lembab.
1. Kecepatan alir
Persamaan desain faktorial yang diperoleh dari perhitungan kecepatan alir
granul adalah Y = 59,47 – 1,11.10-2XA – 1,02.10-2 XB + 8,88.10-6XA XB
Berdasarkan persamaan tersebut dapat diperoleh suatu area contour plot
kecepatan alir granul effervescent ekstrak herba pegagan, tertera pada gambar 6.
52
Gambar 6. Contour Plot Kecepatan Alir Granul
Melalui contour plot tersebut, dapat ditentukan area komposisi yang optimum
dari granul effervescent ekstrak herba pegagan untuk mendapatkan respon kecepatan
alir yang diinginkan, terbatas pada level yang diteliti. Menurut Guyot (cit., Fudholi,
1983), apabila waktu yang diperlukan 100 gram serbuk untuk mengalir lebih lama
dari 10 detik (T>10) dapat dikatakan bahwa dalam fabrikasi pada skala industri akan
dijumpai kesulitan dalam hal regularitas berat tablet. Berdasarkan contour plot
tersebut dipilih semua area karena memenuhi kecepatan alir yang dikehendaki yakni
di atas 10 g/detik.
2. Kandungan lembab
Persamaan desain faktorial yang diperoleh dari kandungan lembab granul
effervescent adalah Y = 0,71 + 2,50.10-4XA + 1,49.10-4XB – 1,49.10-7XA XB.
Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh area contour plot kandungan
granul effervescent ekstrak herba pegagan, tertera pada gambar 7.
1117,2
1285,2
1453,2
1621,2
1789,2
1000 1150 1300 1450 1600
Kecepatan Alir Granul Effervescent (g/detik)
46,3 g/detik 47 g/detik 47,7 g/detik 48,5 g/detik
Asam Tartrat (mg)
Natrium
Bikarbo
nat (m
g)
53
Gambar 7. Contour Plot Kandungan Lembab Granul Effervescent
Melalui contour plot tersebut ditemukan area optimum yang memenuhi
persyaratan kandungan lembab granul effervescent ekstrak herba pegagan yang
dikehendaki terbatas pada level yang diteliti. Menurut Allen (2007), kandungan
lembab granul effervescent < 1%, pada penelitian ini digunakan kandungan lembab ≤
0,99 %. Formula I (asam tinggi-basa tinggi), formula b (asam rendah-basa tinggi),
dan formula ab (asam rendah-basa rendah) seluruhnya berada pada area ≤ 0,99 %.
3. Waktu larut
Persamaan desain faktorial yang diperoleh dari waktu larut granul
effervescent adalah Y = 0,44 + 5,85.10-2 XA + 2,88.10-2 XB – 2,61.10-5XA XB.
Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh area contour plot waktu larut
granul effervescent ekstrak herba pegagan, tertera pada gambar 8.
54
Gambar 8. Contour Plot Waktu Larut Granul Effervescent
Melalui contour plot tersebut, dapat ditentukan adanya area optimum dari
granul effervescent ekstrak herba pegagan untuk memperoleh waktu larut yang
dikehendaki terbatas pada level yang diteliti. Waktu larut dari granul effervescent
yang dikehendaki adalah kurang dari 2,5 menit (Wehling dan Fred, 2004).
Berdasarkan contour plot semua kurva memenuhi persyaratan waktu larut sehingga
dapat dipilih semua area untuk contour plot tersebut.
4. pH larutan
Persamaan desain faktorial yang diperoleh dari pH larutan granul effervescent
adalah Y = 7,74 – 4,19.10-3XA – 1,01.10-3XB + 2,48.10-6XA XB.
Berdasarkan persamaan tersbut diperoleh area contour plot pH larutan granul
effervescent ekstrak herba pegagan, tertera pada gambar 9.
1117,2
1285,2
1453,2
1621,2
1789,2
1000 1150 1300 1450 1600
Waktu Larut Granul Effervescent (detik)
63 detik 67 detik 72 detik 77 detik
Asam Tartrat (mg)
Natrium
Bikarbo
nat (m
g)
55
Gambar 9. Contour Plot pH Larutan Granul Effervescent
Berdasarkan hasil contour plot dapat ditentukan area optimum dari granul
effervescent ekstrak herba pegagan untuk mendapatkan pH larutan yang dikehendaki
terbatas pada level yang diteliti. Asiatikosid stabil pada pH asam, pada penelitian ini
dipilih pH 5-7 untuk pH larutan optimum. pH yang terlalu asam berpotensi
menyebabkan iritasi lambung dan member rasa larutan yang terlalu asam. Oleh
karena itu dipilih area dengan rentang pH larutan 5-7.
5. Superimposed contour plot
Melalui contour plot masing-masing uji sifat fisik granul, dibuat suatu
contour plot super imposed dengan menggabungkan area optimum dari masing-
masing contour plot uji sifat fisik granul effervescent, kemudian ditentukan area
56
komposisi optimum campuran asam tartrat-natrium bikarbonat sebagai formula
optimum granul effervescent ekstrak herba pegagan, terbatas pada level yang diteliti.
Formula optimum granul effervescent ekstrak herba pegagan, dapat diprediksi
dengan mencari area komposisi optimum untuk seluruh uji sifat fisik granul
effervescent yang dilakukan. Kurva area optimum uji sifat fisik granul effervescent
yang telah dipilih digabungkan dalam suatu contour plot super imposed. Pada level
yang diteliti, ditemukan area komposisi optimum campuran asam tartrat-natrium
bikarbonat untuk semua uji sifat fisik granul effervescent ekstrak herba pegagan.
Gambar 10. Contour Plot super Imposed Granul Effervescent Ekstrak Herba Pegagan
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa
kesimpulan, sebagai berikut:
1. Ekstrak herba pegagan dapat diformulasi menjadi sediaan granul effervescent.
Rasa larutan effervescent yang dihasilkan manis dan sedikit asam dengan sensasi
segar.
2. Asam tartrat memberi efek dominan pada waktu larut granul effervescent.
Natrium bikarbonat memberi efek dominan pada pH larutan. Interaksi asam
tartrat-natrium bikarbonat memberi efek dominan pada kecepatan alir granul.
3. Ditemukan area komposisi optimum asam tartrat dan natrium bikarbonat.
B. Saran
1. Perlu dilakukan optimasi formula dengan bahan pengisi lain yang dapat
berfungsi sebagai pengering.
2. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan level asam dan basa yang sama pada
kondisi ruangan yang memenuhi persyaratan (RH 25%, suhu 25oC).
58
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1986, Sediaan Galenik, 5-20, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 48, 488, 601, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 1999, WHO Monographs on Selected Medicinal Plants, Vol 1, 77-83, World Health Organization, Geneva
Anonim, 2004, Monografi Ekstrak Tumbuhan Indonesia, vol 1, 77-79, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 2008a, Medicina Systemica, http://www.adaptogeno.com, diakses pada 11 September 2008
Anonim, 2008b, Madecassol® tab, Drug Info MIMS Indonesia, http://www.mims.com/madecassol tab, diakses pada 24 Juli 2009
Anonim, 2008c, http://www.scientistsolution.com/t11475-image+j.html, diakses tanggal 20 okober 2008
Anonim, 2009a, Material Data Sheet Tartaric Acid MSDS, http://www.sciencelab.com, diakses tanggal 22 Juli 2009
Anonim, 2009b, Material Data Sheet Sodium Bicarbonate MSDS, http://www.sciencelab.com, diakses tanggal 22 Juli 2009
Allen, 2007, Effervescent Oral Care Compositions and Methods Of Use, http://www.wipo.int/pctdb/en/wo.jsp?wo=200703827&DISPLAY=DESC, diakses tanggal 12 maret 2009
Ansel, H. C., 1989, Introduction to Pharmaceutical Dosage Form, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, 147-148, 214, 607-608, Indonesia University Press, Jakarta
Avani, Shah, T., Dua, R., Renuka, 2006, Effervescent tablet, http://www.pharmpedia.com/Effervescent_tablet, diakses tanggal 11 Januari 2009
Banker, G.S., and Anderson, N.R., 1986, Tablet, in Lachman, L. Lieberman, H.A., and Kanig, L., The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, Jilid II, Ed. III, 463-737, Universitas Indonesia Press, Jakarta
59
Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistics, Practical and Clinical Application, 3rd
Ed., 308-337, Marcel Dekker, Inc., New York
Fudholi, A, 1983, Metodologi Formulasi Dalam Kompresi Direk, Medika 7, 586-
593, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Heinrich, M., Barnes, J., Gibbsons, S., and Williamson, E.M., 2004, Fundamentals of Pharmacognosy and Phytotherapy, 280, Elsever Science Ltd., London
Kormin, S., 2005, The Effect of Heat Processing On Triterpene Glycosides and Antioxidant Activity of Herbal Pegagan (Centella asiatica L. Urban) Drink, 20
Lachman, Lieberman L.,Herbert,A.,dan Joseph B.S., 1989, Pharmaceutical Dosage Form, 105, 107, 120, Marcel Dekker Inc, New York
Lindberg, N., Engfors, H., Ericsson, T., 1992, Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Effervescent Pharmaceutical in Swarbricck, J., Boylan, J.C., Vol 5, 45-47, 50, 56-59, Marcel Dekker, Inc., New York
Mohrle, R., 1989, Effervescent Tablet, in Lieberman, H.A., Lachman, L., (eds), Pharmaceutical Dosage Form, Tablet, Vol. I, 287-305, Penerbit Warner Lambert Company, Morris Pliains, New Jersey
Parikh, M., 1997, Handbook of Pharmaceutical Granulation Technology, 63-64, Marcel Dekker, New York
Pramono, S., 2004, Standarisasi ekstrak herba pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) berdasarkan kadar asiatikosida secara KLT-densitometri, Majalah Farmasi Indonesia, Vol. 15, no 3, 118-123, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta
Robinson, J.R., and Mc Ginity, J.W., 2002, Effervescent Granules and Methods for Their Preparation, United States Patent: 6,488,961 http://www.pharmcast.com Diakses pada 11 September 2008
Soegihardjo, C. J. dan Koensoemardiyah, 1995, Produksi Asiatikosida dan Senyawa Sekerabat dengan Kultur Suspensi Sel dari Centella Asiatica L. Urban, Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Stahl, E., 1985, Drug Analysis by Chromatography and Microscopy : a practical supplement to to pharmacopias, diterjemahkan oleh Kosasih P. dan Soediro, 205-207, ITB, Bandung
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Ed V, 141-142, 564, 577-578, diterjemahkan oleh Soendari Noerono, UGM Press, Yogyakarta
60
Wehling and Fred, 2004, Effervescent Composition Including Stevia, http://www.patentstorm.us/patent/6811793.html, diakses tanggal 11 Januari 2009
Wibisono, B. P., 2009, Optimasi Asam Sitrat dan Natrium Bikarbonat dalam Formula Granul Effervescent Ekstrak Herba Pegagan (Centellae asiaticae Herba) Dengan Metode Desain Faktorial, skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Zeligs, M. A., and Bradlow H. L., 2006, Diindolylmethane (DIM), formed spontaneously from Indole-3-carbinol (I3C), is the dominant anti-proliferative indol in cell culture media after adding I3C, http://www.aidic.it/IBIC2008/webpapers/86Alupuli.pdf, diakses tanggal 22 Desember 2008
61
Lampiran 1. Surat Keterangan Resmi Simplisia Herba Pegagan
62
Lampiran 2. Notasi dan Formula Desain Faktorial
1. Notasi
Formula Faktor A Faktor B Interaksi 1 - - + a + - - b - + - ab + + +
2. Formula Desain Faktorial
Formula Asam Tartrat (mg)
Natrium Bikarbonat (mg)
1 1000 1117,2 a 1600 1117,2 b 1000 1789,2 ab 1600 1789,2
Totolan sebanyak 3 µl Persamaan kurva baku : Y = 2838499,64X – 2188507,45
2. Penetapan Kadar asiatikosida dalam ekstrak pegagan
Sampel AUC Kadar (%) Rata-rata (%) 1 4882581 1,66
1.42 2 3785338 1,40 3 2898660 1,19
65
Lampiran 5. Data Sifat Fisik Granul
1. Kecepatan alir (gram/detik)
No Formula 1 Formula a Formula b Formula ab 1 43,10 43,86 41,49 50,00 2 47,85 45,66 48,54 48,31 3 46,95 48,54 45,05 48,54 4 47,17 45,05 49,26 50,00 5 48,54 46,30 43,10 47,62 6 47,62 47,62 48,31 48,54 X 46,87 46,17 45,96 48,84
SD 1,92 1,71 3,23 0,96
2. Kandungan lembab (%)
No Formula 1 Formula a Formula b Formula ab 1 1,12% 0,90% 1,02% 0,90% 2 0,86% 1,08% 0,90% 0,96% 3 0,96% 0,98% 0,92% 0,90% 4 0,78% 0,92% 1,02% 1,10% 5 1,12% 1,08% 0,92% 0,96% 6 0,94% 1,08% 0,98% 0,90% X 0,96% 1,01% 0,96% 0,95%
SD 0,14 0,09 0,05 0,08
3. Waktu larut (detik)
No Formula 1 Formula a Formula b Formula ab 1 57,67 72,32 59,06 73,12 2 66,99 86,81 68,19 69,78 3 76,97 84,72 58,87 68,79 4 47,30 73,97 63,42 72,28 5 55,37 77,53 65,34 73,04 6 67,07 81,41 67,33 67,28 X 61,90 79,46 63,70 70,72
SD 10,52 5,84 4,02 2,45
66
4. pH larutan
No Formula 1 Formula a Formula b Formula ab 1 4,17 4,30 6,12 6,25 2 5,22 4,38 6,22 6,42 3 4,85 4,81 6,17 6,25 4 5,63 4,26 6,35 6,38 5 5,69 4,23 5,97 6,46 6 5,68 4,20 6,34 6,34 X 5,21 4,36 6,20 6,35
SD 0,61 0,23 0,14 0,09
67
Lampiran 6. Perhitungan Desain Faktorial
1. Kecepatan Alir Formula Asam tartrat Na- Bikarbonat Interaksi Respon
1 - - + 46,87 a + - - 46,17 b - + - 45,96 ab + + + 48,84