-
OPTIMALISASI PENYALURAN DANA ZAKAT DI LEMBAGA AMIL
ZAKAT MUHAMMADIYAH (LAZISMU) KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum (SH)
Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah Fakultas Agama
Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
NURFAIDAH
105 25 11098 16
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H/2020 M
-
ii
OPTIMALISASI PENYALURAN DANA ZAKAT DI LEMBAGA AMIL
ZAKAT MUHAMMADIYAH (LAZISMU) KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum (SH)
Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah Fakultas Agama
Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
NURFAIDAH
105 25 11098 16
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H/2020 M
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
-
vii
ABSTRAK
Nurfaidah. 105 25 11098 16. Judul Skripsi : Optimalisasi
Penyaluran Dana
Zakat Di Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah (Lazismu) Kota
Makassar.
Dibimbing oleh HURRIAH ALI HASAN dan HASANUDDIN.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang
dilakukan di Lembaga
Amil Zakat Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Makassar. Penelitian ini
termasuk
penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui
optimalisasi penyaluran
dana zakat di Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah (Lazismu) Kota
Makassar..
Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu, (X) Dana
Zakat, (Y) Optimalisasi Penyaluran.
Total sampel dalam penelitian ini berjumlah 88 orang.
Pengumpulan data
dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner atau angket. Adapun
yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat (mustahiq) yang
menerima dana
zakat di Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah (LAZISMU) Kota
Makassar
sebanyak 723 orang, dengan menggunakan rumus Slovin maka
menghasilkan
sampel sebanyak 88 sampel. Selanjutnya, data yang diperoleh
melalui instrument
tersebut kemudian diolah melalui analisis regresi linear
sederhana dengan
bantuan aplikasi Statistical Package for the Social Sciences
(SPSS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa optimalisasi penyaluran dana
zakat di
Lembagha Amil Zakat Muhammadiyah Kota Makassar sudah termasuk
kategori
optimal dari hasil analisis data yang menggunakan uji
frekuensi.
Kata Kunci : Penyaluran Dana Zakat
-
viii
ABSTRACT
Nurfaidah. 105 25 11098 16. Thesis Title: Optimization of the
Distribution of
Zakat Funds at the Muhammadiyah Amil Zakat Institution (Lazismu)
Makassar
City. Supervised By HURRIAH ALI HASAN and HASANUDDIN.
This type of research is a quantitative study conducted at the
Amil Zakat
Muhammadiyah Institute (LAZISMU) Makassar City. This research is
a
quantitative research which aims to find out the optimization of
zakat fund
distribution in Amil Zakat Muhammadiyah Institute (Lazismu)
Makassar City. In
this study consists of two variables, namely (X) Zakat Funds,
(Y) Optimization of
Distribution.
The total sample in this study amounted to 88 people. Data
collection is done by
distributing questionnaires or questionnaires. As for the
population in this study
were the people (mustahiq) who received zakat funds at the
Muhammadiyah Amil
Zakat Institute (LAZISMU) in Makassar City as many as 723
people, using the
Slovin formula produced 88 samples. Furthermore, the data
obtained through the
instrument is then processed through simple linear regression
analysis with the
help of the Statistical Package for the Social Sciences (SPSS)
application.
The results showed that optimizing the distribution of zakat
funds in the Amil
Zakat Board of Muhammadiyah Makassar City was included in the
optimal
category from the results of data analysis using the frequency
test.
Keywords: Zakat Fund Distribution
-
ix
KATA PENGANTAR
“Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah S.W.T, Atas limpahan
rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulisan Proposal ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah Saw.
Nabi
penyempurna akhlakul karimah yang menjadi suri teladan bagi
seluruh ummat
manusia dipermukaan bumi ini. Proposal ini dengan judul
“Optimalisasi
Penyaluran Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah
(LAZISMU) Kota Makassar“ merupakan tugas akhir yang diajukan
untuk
memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Hukum Ekonomi
Syariah pada
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Proposal ini tidak akan
terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga
kepada kedua Orang Tua Tercinta Mansur dan Masnah, atas segala
bimbingan,
kasih sayang yang tulus, jasa dan pengorbanannya sehingga
Proposal ini bisa saya
kerjakan dengan baik. Penghargaan, simpuh dan sujud serta doa
cinta terkirim
semoga Allah SWT senantiasa memberikan umur panjang, nikmat
kesehatan dan
nikmat iman serta perlindungan-Nya, Allahuma Aamiin.
-
x
Selanjutnya pada kesempatan ini penulis juga tak lupa
mengucapkan
Penghargaan dan Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak
yang telah memberikan bantuannya, kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE.,MM., selaku
Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas
Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP dan Bapak
Hasanuddin,
SE,Sy.,ME selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Hukum Ekonomi
Syariah,
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Hurriah Ali Hasan, ST.,ME.,Ph.D selaku Pembimbing I dan
Bapak
Hasanuddin, SE.Sy.,ME selaku Pembimbing II, yang dengan
tulus
membimbing penulis, melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan
yang amat
berharga sejak dari awal sampai selesainya skripsi ini.
5. Para Dosen pengajar Jurusan Hukum Ekonomi Syariah
Universitas
Muhammadiyah Makassar atas bimbingan, arahan, didikan, dan
motivasi
yang diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan.
6. Segenap staf tata usaha Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah
Makassar yang telah memberikan pelayanan administrasi dan
bantuan kepada
penulis.
7. Bapak Drs. Kamaruddin Kasim selaku Ketua Badan Pengurus
Lembaga Amil
Zakat Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Makassar yang telah
memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Lazismu
Kota
Makassar.
8. Ibu Dr Hj. Aisyah Ismail, S.H.,M.H yang telah memberikan
kesempatan
kepada penulis untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
di
-
xi
Pengadilan Tinggi Agama Makassar dan Ibu Dra.Hj. Ummi Salam,
S.H.,M.H
yang telah menempatkan penulis di bagian Panitera Muda Banding,
serta para
hakim, panitera, dan stafnya yang dengan senang hati telah
membantu,
membimbing serta memotivasi penulis selama melaksanakan praktek
kerja
lapangan.
9. Bapak Drs. M. Nawir (Pimpinan Pondok Pesantren KH Ahmad
Dahlan
Muhammadiyah Bantaeng) yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk
melakukan Kuliah Kerja Profesi (KKP-Plus) di Ereng-Ereng dan
yang telah
membimbing penulis selama 2 bulan di lokasi KKP-Plus.
10. Saudara tercinta (Muh. Afdal dan Nurulafdhaliyah) Terima
kasih atas semua
bantuannya. Mudah-mudahan Allah memperkenangkan semua cita
dan
mimpi-mimpi kita. Allahumma Aamiin.
11. Segenap rekan-rekan Akademik Jurusan Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar khususnya kelas
HES C
2016.
12. Kakanda dan Saudara seperjuangan di barisan Merah, (BPH IMM
FAI
Berkhidmat/Harmoni) yang senantiasa memberi semangat dan
motivasi bagi
penulis. Terima kasih untuk susah-senang, canda-tawa dan
ilmunya. Kita
indah karena kita berbeda.
13. Rekan-Rekan Pengurus HMJ HES 2016/2018. Terima kasih
atas
semangatnya, suka duka berhimpunan, dan kebersamaannya.
14. Saudara seperjuanganku (Indah Lestari) yang selalu bersama
dalam suka
maupun duka. Thanks buat segala bantuan dan motivasinya selama
ini,
kebersamaan kita selama kurang lebih 8 tahun tidak akan
terlupakan.
15. Kakanda-Kakanda di Lembaga Fakultas Agama Islam yang
senantiasa
mensupport dan memberikan ilmunya kepada penulis, serta
adinda-adinda
angkatan 17-19 selamat berproses.
-
xii
Demi kesempurnaan Proposal ini, saran dan kritik yang
sifatnya
membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan Proposal ini
dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan atas bantuan serta bimbingan
semua pihak
semoga senantiasa mendapatkan pahala kebaikan dari Allah. Swt.
Allahumma
Aamiin.
Makassar, 24 Juni 2020
Penulis
Nurfaidah
-
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
.....................................................................................i
HALAMAN JUDUL
........................................................................................ii
PENGESAHAN SKRIPSI
................................................................................iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH
...............................................................iv
PERSETUJUAN
PEMBIMBING....................................................................v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
...........................................vi
ABSTRAK
........................................................................................................vii
ABSTRACT
......................................................................................................viii
KATA PENGANTAR
......................................................................................ix
DAFTAR ISI
.....................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL
.............................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR
........................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
.................................................................................1
A. Latar Belakang
.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah
..................................................................................7
C. Tujuan Penelitian
....................................................................................7
D. Manfaat Penelitian
..................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
......................................................................9
A. Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat
.......................................................9
1. Pengertian Zakat
..............................................................................9
2. Dasar Hukum
...................................................................................13
3. Macam-macam Zakat
......................................................................17
4. Pendayagunaan Dana Zakat
..............................................................17
5. Lembaga Amil dan Zakat
.................................................................22
B. Konsep Penyaluran
.................................................................................27
1. Pengertian Penyaluran
.....................................................................27
2. Jenis-jenis Penyaluran
.....................................................................28
3. Macam-macam Penyaluran
.............................................................29
4. Bentuk Penyaluran
..........................................................................30
-
xiv
BAB III METODE PENELITIAN
.................................................................32
A. Jenis Penelitian
.......................................................................................32
B. Lokasi dan Objek Penelitian
..................................................................32
C. Definisi Operasional Variabel
................................................................32
D. Populasi dan Sampel
..............................................................................34
E. Instrumen Penelitian
...............................................................................35
F. Teknik Pengumpulan Data
.....................................................................36
G. Teknik Analisis Data
..............................................................................38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
................................39
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
......................................................39
B. Deskripsi Hasil Responden
....................................................................50
C. Pembahasan Hasil Penelitian
.................................................................69
BAB V PENUTUP
............................................................................................71
A. Kesimpulan
............................................................................................71
B. Saran
.......................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA
.......................................................................................73
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
-
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Contoh Lampiran Kuesioner
...........................................................37
Tabel 3.2 Skala Likert
......................................................................................38
Tabel 4.1 Strategi Lazismu
...............................................................................46
Tabel 4.2 Karakteristik Mustahiq berdasarkan Jenis Kelamin
.........................58
Tabel 4.3 Karakteristik Mustahiq berdasarkan Umur.
.....................................58
Tabel 4.4 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Pertama
........................60
Tabel 4.5 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Kedua
...........................60
Tabel 4.6 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Ketiga
...........................61
Tabel 4.7 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Keempat
.......................62
Tabel 4.8 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Kelima
..........................62
Tabel 4.9 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Keenam
........................63
Tabel 4.10 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Ketujuh
.........................64
Tabel 4.11 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Kedelapan
....................64
Tabel 4.12 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Kesembilan
..................65
Tabel 4.13 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Kesepuluh
....................66
Tabel 4.14 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Kesebelas
.....................66
Tabel 4.15 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Keduabelas
...................67
Tabel 4.16 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Ketigabelas
...................68
Tabel 4.17 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Keempatbelas
...............68
Tabel 4.18 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Kelimabelas
.................69
-
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Lazismu Kota Makakassar
..............................50
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna diturunkan oleh Allah STW
dimuka bumi
untuk menjadi rahmatan lil‟alamin. Islam menjadi satu-satunya
agama yang
memberikan pandangan hidup yang lugas dan dinamis yang mampu
menjawab
tantangan zaman tanpa lekang oleh waktu. Islam yang diperuntukan
bagi seluruh
umat manusia, kehadiranya merupakan rahmat (kasih sayang) Allah
kepada alam
semesta, kalimat rahmtan lil‟alamin secara umum ajaran yang
dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW (Islam) mempunyai dasar-dasar sebagai pedomgan
hidup yang
menyeluruh meliputi bidang-bidang aqidah, bagaimana seharusnya
manusia
bersikap yang baik dan menjauhi sikap hidup yang buruk dan yang
selanjutnya
adalah mu‟amalat atau kemasyarakatan baik dalam lingkungan,
keluarga,
bertetangga, berekonomi, bergaul antar bangsa, dan sebagainya.
Demikianlah
agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai agama
yang
universal, menjadi pedoman bagi umat manusia dalam segala aspek
kehidupan di
dunia dan akhirat1. Islam dibangun oleh lima pilar utama salah
satunya adalah zakat.
Pemanfaatan harta atau rezeki diberikan Allah SWT, ajaran Islam
memberi
wadah yang jelas, diantaranya adalah melalui zakat. Zakat
sebagai sarana
1 Farid Wadjdy dan Mursyid, Wakaf dan Kesejahteraan Umat (
Filantropi Islam yang
Hampir Terlupakan ) Yokyakarta:2007, hlm.4-6
-
2
pendistribusian pendapatan dan pemerataan rezeki. Zakat adalah
salah satu rukun
Islam dan kewajiban umat Islam dalam rangka pelaksanaan dua
kalimat syahadat.2
Sebagaimana diketahui dalam Islam, zakat dan berbagai bentuk
ibadah sedekah
lainnya memiliki posisi yang sangat potensial sebagai sumber
pendapatan dan
pembelanjaan masyarakat muslim, disamping itu juga sebagai
sumber daya untuk
mengatasi berbagai macam permasalahan yang diakibatkan dari
interaksi manusia.
Zakat berposisi fardu‟ain (kewajiban pribadi atau individu) bagi
rakyat yang
beragama Islam. Islam menganjurkan umatnya untuk hidup wajar,
baik sandang
pangan maupun tempat tinggal (rumah) pendidikan dan agamanya.
Islam dibangun
oleh lima pilar utama salah satunya adalah zakat.
Zakat merupakan salah satu sendi pokok ajaran Islam. Shalat yang
disebut
tiang agama sering sekali disandingkan dengan perintah
menunaikan zakat di dalam
al-Qur‟an. Dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya
syariat Islam. Hal ini
didasarkan pada masuknya zakat sebagai salah satu rukun Islam
yang diharuskan
bahkan wajib hukumnya untuk ditunaikan dengan kesadaran personal
yang kolektif
di dalam ajaran Islam.3 Zakat bukan kewajiban yang hanya
mengandung nilai
teologis atau kewajiban saja, tetapi ada unsur hubungan manusia
atau
hablumminannas yang mengandung nilai sosial yang sangat berarti.
Zakat
merupakan mediator dalam mensucikan diri dan hati dari bakhil
dan cinta harta
2 Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan, Hukum kewarisan, Hukum
Acara Peradilan
Agama dan Zakat, Jakarta: Sinar Grafika, 1995, hlm. 130 3 Sa‟ad
Marton, Ekonomi Islam di Tengah Krisis Ekonomi Global, Zikrul
Hakim, Jakarta :
2004, hlm. 105
-
3
serta merupakan suatu instrumen sosial yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan
dasar fakir miskin.
Optimalisasi merupakan sebuah proses kegiatan atau program yang
sudah
berjalan tetapi perlu di maksimalkan kembali untuk kegiatan yang
lebuh baik sesuai
tujuan dan target. Dalam hal ini yang perlu dilakukan untuk
mengoptimalkan
potensi zakat, maka harus diadakannya sosialisasi dan edukasi
mengenai zakat,
perlu adanya kerjasama antara pemerintah dan lembaga zakat untuk
membangun
sistem yang mengatur tentang zakat nasional. Dengan adanya
sosialisasi dan
edukasi diharapkan masyarakat sadar akan kewajiban membayar
zakat dan
memberikan melalui lembaga-lembaga zakat, supaya potensi
tersebut dapat
dimanfaatkan dengan baik.
Dana zakat yang dikelola dengan sistem dan manajemen yang
amanah,
profesional dan integral dengan bimbingan dan pengawasan dari
pemerintah dan
masyarakat akan menjadi pemacu gerak ekonomi dalam mayarakat
dan
menyehatkan tatanan sosial hingga makin berkurangnya kesenjangan
antara
kelompok masyarakat yang mampu dan kelompok masyarakat yang
kurang
mampu.4
Penyaluran dana zakat ini harus ditangani oleh lembaga yang
mampu
melakukan pembinaan, pendampingan dan monitoring kepada para
mustahik yang
sedang melakukan kegiatan usaha agar dapat berjalan dengan baik.
Pemberdayaan
4 Umroatun Khasanah, Manajemen Zakat Modern : Instrumen
Pemberdayaan Ekonomi umat,
Malang UIN maliki press, 2010, hlm.198
-
4
ekonomi dengan semacam ini diharapkan dapat merubah pola pikir
mustahik
menjadi seorang muzakki.
Pengeloaan zakat bukanlah semata-mata dilakukan secara
individual dari
para muzzaki diserahkan kepada mustahik, tetapi dilaksanakan
oleh sebuah lembaga
yang khusus manangani zakat, yang memenuhi persyaratan tertentu
yang disebut
Amil zakat. Kemudian Amil zakat inilah yang bertugas untuk
mensosialisasikann
kepada masyarakat, melakukan penghimpunan dan penyaluran zakat
dengan tepat
dan benar.5
Diitetapkannya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan
Zakat, yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011,
merupakan
momentum bagi ummat Islam untuk mengoptimalkan dan pendayagunaan
zakat
untuk kesejahteraan umat.6 Bagi Muhammadiyah sebenarnya
pengelolaan zakat
telah dilakukan sejak berdirinya persyerikatan ini, terutama di
lingkungan sendiri.
Namun belum memperlihatkan daya guna yang signifikan dalam
meningkatkan
kesejahteraan umat, karena selain dikelola secara amatiran dan
parsial oleh Cabang
atau Ranting, juga jumlah zakat yang berhasil dikumpulkan
relative kecil.
Oleh karena itu muhammadiyah sebagai organisasi dakwah Islam
terbesar,
sudah seharusnya „ Menjemput bola „ dengan memanfaatkan momentum
ini, bahkan
sudah seharusnya tampil di depan menjadi pelopor gerakan
pengumpulan dan
pendayagunaan zakat.
5SkripsiFakhriah,"http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32985/1/DINI%
20FAKHRIAH%201112046300014.pdf", ( diakses pada tanggal 29
November 2019 pukul 23.21 ). 6 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
-
5
Masalah ekonomi akan menjadi bagian dari pada kehidupan manusia
yang
akan tetap menjadi wacana pokok sehari-hari. Maka kemiskinan
dalam segala
dimensinya merupakan permasalahan yang harus diatasi melalu
program
pemerintah dan partisipasi semua elemen masyarakat. Salah satu
yang menunjang
kesejahteraan hidup di dunia dan menunjang kehidupan di akhirat
adalah adanya
kesejahteraan sosial-ekonomi . Ini merupakan seperangkat
alternative untuk
mensejahterakan umat Islam dalam kemiskinan, maka untuk itu
perlu adanya
lembaga-lembaga sosial Islam sebagai upaya menanggulangi masalah
sosial
tersebut. Dengan demikian sudah jelas bahwa peran
lembaga-lembaga amil zakat
sangatlah penting.
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Makassar mencoba tampil
memenuhi tuntutan tersebut, dengan membentuk LAZ pada priode
2000–2005, yang
kemudian direvitalisasi dengan pembentukan TIM Pengelola Zakat,
Infaq dan
Shadaqah (ZIS) yang bernaung di bawah majelis Waqaf dan ZIS
Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Kota Makassar. Kemudian berkembang menjadi satu
lembaga yang
berdiri sendiri dengan nama Lembaga Amil Zakat Infak dan
Shadaqah
Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Makassar.7
Lembaga Amil Zakat, Infaq, Shadakah, selanjutnya disebut
sebagai
Lembaga, adalah unsur pembantu Pimpinan Muhammadiyah yang
diserahi tugas
sebagai pelaksana program dan kegiatan pendukung yang bersifat
khusus dalam
7 Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah Kota Makassar, Pedoman
Pengelolaan ZIS Lazismu
Makassar, (Makassar : Syakir Media Press 2017 ), hlm. 2-3.
-
6
bidang zakat, infaq, dan shadaqah sesuai dengan kebijakan
Pemerintah
Muhammadiyah masing-masing tingkat. Pengelolaan zakat, infaq,
shadaqah, dan
dana sosial keagamaan lainnya adalah kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan
pengkoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat,
infaq, shadakah dan dana sosial lainnya. Zakat, Infaq, Shadaqah
dan Daana Sosial
lainnya selanjutnnya disebut ZISKA.8
Upaya Mengoptimalkan penyaluran zakat menjadi tepat guna dan
tepat
sasaran. Salah Satu lembaga pengelola zakat di Indonesia
khusunya Kota Makassar
yang mempunyai strategi yang baik dalam penyaluran dana zakat
adalah Lembaga
amil Zakat Muhammadiyah Kota Makassar (LAZISMU). Lazismu adalah
lembaga
zakat tingkat nasional yang berkhidmat dalam pemberdayaan
masyarakat melalui
pendayagunaan secara produktif dana zakat, infaq, wakaf dan dana
kedermawanan
lainnya baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi
lainnya.
Penyaluran dana zakat pada LAZISMU Kota Makassar selalu
bersifat
produktif dan konsumtif sesuai dengan kebutuhan mustahik. Zakat
dapat tersalurkan
secara efektif dengan indikator adanya sasaran dan penggunaan
yang tepat oleh
mustahik. Penyaluran zakat yang dilakukan Lembaga Amil Zakat
Muhammadiyah
(LAZISMU) Kota Makassar, Memiliki cara tersendiri dalam
pengumpulan dan
penyaluran dana zakat. Dalam penyaluran dana zakat, Lembaga Amil
Zakat
Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Makassar memiliki beberapa program
salah
satunya adalah Program Peduli Guru (Skolah Muhammadiyah) dan
Guru Mengaji,
8 Buku Pedoman dan Panduan Lazismu
-
7
Kado Ramadhan, Bantuan ke Fakir Miskin, Kaum Duafa, Beasiswa,
Bantuan
Kesehatan (Berobat) dan bantuan-bantuan lain pada umumnya
(Kegiataan Ortom)
Seperti Donasi Bencana, Pinjaman Modal Usaha (Sifatnya Pinjaman
Dana
Bergulir), Kurban Pak Kumis dan masih banyak lagi beberapa
program- program
lainnya. Melalui berbagai macam program ini dapat membantu
mustahik untuk
meningkatkan taraf hidup mustahiq menjadi lebih baik dan
diharapkan mampu
menjadi muzakki.
Dari uraian diatas, jelas bahwa Lembaga Amil Zakat
Muhammadiyah
(LAZISMU) Kota Makassar merupakan lembaga yang memiliki berbagai
strategi
dalam mengoptimalisasian penyaluran dana zakatnya melalui
berbagai macam
program, Oleh karena itu peneliti mengangkat judul “Optimalisasi
Penyaluran
Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah (LAZISMU) Kota
Makassar“
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyaluran dana zakat di Lembaga Amil Zakat
Muhammadiyah
(Lazismu) Kota Makassar ?
2. Bagaiamana optimalisasi penyaluran dana zakat di Lembaga Amil
Zakat
Muhammadiyah (Lazismu) kota Makassar ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka
dalam study
penelitian ini dapat disusun tujuan penelitian sebagai berikut
:
-
8
1. Untuk Mengetahui Bagaimana penyaluran dana zakat di Lembaga
Amil
Zakat Muhammadiyah (Lazismu) Kota Makassar.
2. Untuk Mengetahui optimalisasi penyaluran dana zakat di
Lembaga Amil
Zakat Muhammadiyah (Lazismu) Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan referensi dalam menambah wawasan keilmuan
mengenai zakat.
b. Dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan
tentang kajian fiqhi muamalat terutama fiqhi zakat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis, sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan
dan
tambahan wawasan mengenai penyaluran zakat di Lazismu Kota
Makassar.
b. Bagi Perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat digunakaan
sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
c. Bagi pembaca, diharapkan mampu memberikan referensi bagi
pembaca dan berguna untuk penelitian serupa dimasa yang akan
datang.
-
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat
1. Pengertian Zakat
Kata zakat berasal dari kata zaka yang merupakan Isim Mashdar,
yang secara
etimologis mempunyai beberapa arti, yaitu suci, tumbuh, berkah,
terpuji, dan
berkembang.9 Sedangkan secara terminologis zakat adalah sejumlah
harta tertentu
yang di wajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang
berhak.10
Menurut
Undang- Undang No. 38 Tahun 1998 tentang pengelolaan zakat,
pengertian zakat
adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau
badan yang dimiliki
oleh orang muslim sesuai ketentuan agama untuk diberikan kepada
yang berhak
menerimanya.11
Zakat adalah salah satu rukun Islam, tiang Agama yang menjadi
dasar
tegaknya Agama dalam diri manusia. Zakat juga merupakan ibadah
seperti sholat,
puasa, dan lainnya dan telah diatur dengan rinci berdasarkan
Al-qur‟an dan sunnah.
Orang yang mengeluarkan zakat disebut muzakki dan orang yang
berhak menerima
zakat disebut mustahik.12
9 Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir : Kamus Arab Indonesia, (
Yokyakarta : Pondok
Pesantren Al-Munawir, 1984), hlm. 615. 10
Yusuf Qardawi, Hukum zakat, Penerjemah Dr. Salman Harun et al.,
( Jakarta : Litera
Antar Nusa, Cet. 10, 2007 ), hlm. 34. 11
Lihat Pasal 1 Ayat (3) Kompilasi Hukum ekonomi Syariah. 12
Kementerian Agama Republik Indonesia, Tanya Jawab
Zakat,(Jakarta:Direktorat jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam,,2012), hlm.5
-
10
Secara bahasa, zakat berarti al-barakah (keberkahan), al-nama‟
(kesuburan),
thaharah (kesucian), dan berarti juga tazkiyah
(mensucikan).13
Sedangkan
penjelasan makna secara harfiah tersebut mengerucut pada
pengertian zakat sebagai
proses pembersihan diri yang didapatkan setelah pelaksanaan
kewajiban membayar
zakat.14
Zakat dengan arti al-barakah punya pengertian bahwa harta yang
dizakatkan
diharapkan akan membawa berkah terutama bagi dirinya sendiri.
Zakat dengan arti
al-nama‟ punya pengertian bahwa harta yang wajib dizakatkan
adalah harta yang
dimaksudkan untuk dikembangkan atau yang mempunyai potensi
berkembang.
Zakat dengan arti al-thaharah dimaksudkan agar harta yang telah
dizakatkan,
menjadikan sisa hartanya yang lain suci dari hak milik orang
lain. Sedang zakat
dengan arti al-tazkiyah dimaksudkan agar orang yang membayar
zakat mendapatkan
ketenangan batin karena telah tersucikan jiwanya dari sifat
kekikiran dan hasil usaha
yang mungkin terslip hak orang lain.15
Adapun pengertian zakat menurut istilah fikih adalah sejumlah
harta tertentu
yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada golongan yang
berhak
menerimanya, yang dimaksud dengan definisi tertentu di atas
yakni bahwa harta
13
Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqy, Pedoman Zakat, Semarang :
PT.Pustaka Rizki
Putra, Cet.ke-10, 2006, hlm. 3 14
Fazlur Rahman, Economic Doktrines of Islam. Terj Suroyo
Nastangin “Doktrin Ekonomi
Islam”, Yogyakarta : Dana Bhakti Wakaf, 1996, hlm. 235 15
Syakir Jamaluddin, Kuliah Fiqh Ibadah, Yogyakarta : LPPI UMY,
2010, hlm.193.
-
11
yang diwajibkan Allah untuk dizakatkan itu sudah tertentu
jenisnya, tertentu
jumlahnya dan tertentu batas waktunya.16
Zakat termasuk dalam ibadah maliyah ijtima‟iyah, artinya ibadah
di bidang
harta yang memiliki kedudukan yang sangat penting strategis dan
menentukan, baik
dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan
kesejahteraan umat
dalam membangun masyarakat. Jika zakat dikelolah dengan baik,
pengambilan
maupun pendistribusiannya, pasti akan dapat mengangkat
kesejahteraan
masyarakat.17
Menurut Ahmad Rofiq (ahli fikih), zakat adalah ibadah dan
kewajiban sosial
bagi para aghniya‟ (hartawan) setelah kekayaannya memenuhi batas
minimal
(nishab) dan rentang waktu setahun (haul). Tujuannya untuk
mewujudkan
pemerataan keadilan dalam ekonomi. Menurut Umar bin Al-Khattab,
zakat
disyariatkan untuk merubah mereka yang semula mustahk (penerima)
zakat menjadi
muzakki (pemberi/pembayar zakat).18
Zakat menurut Ibnu Taimiyah dapat membersihkan jiwa orang
yang
berzakat. “Jiwa orang yang berzakat itu menjadi bersih dan
kekayaannya akan
bersih pula. Bersih dan bertambah maknanya.
16
Ibid . 194 17
Kama, Anis Zakaria, dkk.Paduan Syar‟i : Zakat pendapatan dan
jasa bagi ASN (PNS), TNI,
POLRI, KARYAWAN, PENGUSAHA, DAN PROFESIONAL DI KOTA MAKASSAR,
(Makassar:
BAZNAS Kota Makassar, 2017),hlm.1 18
Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual : dari Normatif ke Pemaknaan
Sosial, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2004, hlm. 259
-
12
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Zakat adalah harta yang
wajib
disisihkan oleh seorang Muslim atau lembaga yang dimilii oleh
Muslim untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya.19
“Menurut Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan
Zakat pada Bab I Pasal 1 ayat (2) menjelaskan bahwa pengertian
zakat adalah
harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan
usaha untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat
Islam.” 20
Bila kita melihat secara lahiriah, maka harta akan berkurang,
kalau
dikeluarkan zakatnya. Dalam pandangan Allah, tidak demikian,
karena membawa
berkat, atau pahalanya yang bertambah. Kadang-kadang kehendak
Allah, bertolak
belakang dengan kemauan manusia yang dangkal, dan tidak memahami
kehendak
Allah. Sekiranya kita menyadari, maka harta yang kita miliki
sebenarnya
merupakan titipan dan amanah dari Allah dan penggunaannya pun
harus sesuai
dengan ketentuan dari Allah.
Zakat adalah solusi permasalahan ekonomi yang terjadi di
Indonesia. Zakat
dalam konteks kenegaraan adalah bagian dari pemasukan Negara.
Seharusnya zakat
dapat membantu persoalan pengangguran yang terjadi di
Indonesia.21
Yusuf Qardhawi berpendapat bahwa menunaikan zakat termasuk amal
ibadah
sosial dalam rangka membantu orang-orang miskin dan golongan
ekonomi lemah
untuk menjunjung ekonomi mereka sehingga mampu berdiri sendiri
dimasa
19
Pasal 675 ayat (1) Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. 20
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat 21
Todaro. Michael. Ekonomi untuk negara Berkembang.Jakarta:Bumi
Aksara. 1995
-
13
mendatang dan tabah dalam mempertahankan kewajiban-kewajibannya
kepada
Allah.22
Selain zakat ada beberapa istilah lain, yaitu infak dan sedekah
(shadaqah)
.yang dimaksud dengan infaq adalah harta yang dikeluarkan oleh
seseorang atau
badan usaha diluar zakat untuk kemaslahatan umum,23
sedangkan yang dimaksud
sedekah adalah harta atau non harta yang dikeluarkan oleh
seseorang atau badan
usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum.24
Ada kesamaan arti dalam kata zakat, infak, dan sedekah sebagai
satu bendtuk
pengeluaran sesuatu yang menjadi milik seseorang kepada kepada
orang lain secara
ikhlas, yang bertujuan mengharap pahala dan keridhaan Allah SWT.
Perbedaannya,
zakat merupakan bentuk pemberian dari seseorang yang diwajibkan
(imperative),
maka zakat disebut juga sedekah wajib atau infaq wajib. Dalam
pengertian bahwa
pengaturan zakat telah ditentukan jenis, jumlah yang wajib
dizakati, serta waktu
pelaksanaan zakat tersebut. Zakat dibedakan menjadi dua, yaitu
zakat mal dan
zakat fitrah. Adapun dalam pengertian infaq dan sedekah tidak
bersifat wajib, hanya
merupakan anjuran. Anjuran pelaksaan infaq dan sedekah lebih
bersifat luas dan
umum tidak ditentukan jenis, jumlah dan waktu
pelaksanaannya.25
2. Dasar Hukum
a. Al-Qur‟an
22
Yusuf Qardhawi, Musykillah al-Faqr Wakaifa Aalajaha Al Islam,
Beirut : 1966, hlm. 127 23
Lihat Pasal 1 ayat (3) UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat 24
Ibid . (ayat 4) 25
Suparman Usman, Hukum Islam : Asas-asas dan Pengantar Studyi
Hukum dalam Tata
Hukum Indonesia, (Jakarta : Gaya Media Pratama, Cet. 2, 2002),
hlm. 159.
-
14
Mengeluarkan zakat hukumnya adalah wajib sebagai salah satu
rukun
Islam. Perintah menunaikan zakat dijelaskan dalam firman Allah
SWT Qs. At-
Taubah (9) : 103.
ٌَّ َصََلتََك ْى إِ ِٓ ٍْ َصّمِ َعهَ َٔ ا َٓ ْى بِ ِٓ ٍ تَُزّكِ
َٔ ُْْى ُز ِّٓ ْى َصذَقَتً تَُط ِٓ اِن َٕ ٍْ أَْي ُخذْ ِي
ٌٍع َعِهٍى ًِ ُ َس َّللاَّ َٔ ُٓى ٌٍ نَ َسَك
Terjemahan :
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk
mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.26
Firman Allah SWT dalam Qs. At-Taubah (9) : 60
ُت ِنْهفُقَزَ ذَقََٰ ا ٱنصَّ ًَ فِى إََِّ َٔ ْى ُٓ َؤنَّفَِت
قُهُٕبُ ًُ ٱْن َٔ ا َٓ ٍْ ٍَ َعهَ ِهٍ ًِ ٱْنعََٰ َٔ ٍِ ِكٍ َسَٰ ًَ
ٱْن َٔ آِء
ُ ٱَّللَّ َٔ ۗ ِ ٍَ ٱَّللَّ ٍِ ٱنسَّبٍِِم ۖ فَِزٌَضتً ّيِ ٱْب َٔ
ِ فِى َسبٍِِم ٱَّللَّ َٔ ٍَ ِزِيٍٱْنغََٰ َٔ قَاِب ٱنّزِ
َعِهٌٍى َحِكٍىٌ
Terjemahan :
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah
dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.27
Menurut tafsir Quraish Shihab terkait ayat di atas menjelaskan
bahwa zakat
yang diwajibkan itu hanya akan diberikan kepada orang yang tidak
mendapatkan
sesuatu yang dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, orang sakit
yang tidak dapat
bekerja dan tidak memiliki harta, orang yang bertugas
mengumpulkan dan
26
Departement Agama, Al-Qur‟an dan terjemahan 27
Ibid.
-
15
mendistribusikan zakat. Muallaf karena diharapkan keIslamannya
dan manfaatnya
untuk membantu dan membela agama Allah. Orang yang berdakwah
kepada Islam.
Selain itu, zakat juga digunakan untuk membebaskan budak dan
tawanan, melunasi
utang orang-orang yang berutang dan tidak mampu membayar kalau
utang itu bukan
karena perbuatan dosa, aniaya atau kebodohan. Zakat juga
digunakan untuk
memasok perbekalan para mujahidin yang berjihad di jalan Allah
serta berbagai
jalan kebaikan dan ketaatan yang berhubungan dengan jihad.
Membantu para
musafir yang terputus dari kemungkinan melanjutkan perjalanan
dan terasingkan
dari keluarganya. Allah menyariatkan itu semua sebagai kewajiban
dari-Nya demi
kemaslahatan hamba-hamba-Nya. Allah Maha Mengetahui maslahat
makhluk-Nya
dan Mahabijaksana atas apa yang disyariatkan.28
b. Hadits
Selain di dalam Al-Qur‟an, zakat juga banyak dibahas di beberapa
hadist,
salah satunya hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar dalam
kitab Shahih
Bukhari yaitu perintah menunaikan zakat disebutkan dalam hadits
dari Abu
Abdirrahman Abdullah bin umar bin khattab radhiyallahu „anhuma,
Rasulullah
SAW bersabda :
ا ًَ ُٓ ُْ ًَ هللاُ َع اِب َرِضٍِ اْنَخطَّ َز ْب ًَ ٍِ ُع ٍِ
َعْبِذ هللاِ ْب ًَ ْح ٍْ أَبًِ َعْبِذ انزَّ َع
ٍس : ًْ ًَ اإِْلْسَلَُو َعهَى َخ ُل : بُُِ ْٕ َل هللاِ صهى هللا
ٔسهى ٌَقُ ْٕ ْعُت َرُس ًِ قَاَل: َس
ٌْ ادَةُ أَ َٓ َكاةِ َش ٌْتَاُء انزَّ إِ َٔ َلَةِ إِقَاُو انصَّ
َٔ ُل هللاِ ْٕ ذاً َرُس ًَّ ٌَّ ُيَح أَ َٔ الَ إِنََّ إِالَّ
هللاُ
. ]رٔاِ انتزيذي ٔيسهى [ ٌَ ُو َرَيَضا ْٕ َص َٔ ٍِْت َحجُّ اْنبَ
َٔ
28
M. Quraisy Syihāb, Tafsīr al-Mishbāh, Jakarta: Lentera Hati,
2002, hlm.141
-
16
Artinya :
“Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khattab r.a dia
berkata :
saya mendengar Rasulullah SAW., bersabda : “Islam dibangun di
atas lima
perkara : Bersaksi bahwa tiada Tuhan yang patut disembah kecuali
Allah dan
bahwa Nabi Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan
zakat,
melaksanakan haji ke Baitullah (bagi yang mampu), dan puasa
Ramadhan.” (HR.
Tirmidzi dan Muslim)29
Dari beberapa uraian dalil di atas dapat disimpulkan bahwa
setiap harta yang
kita miliki terdapat hak orang lain yang wajib untuk diberikan
berupa zakat. Dalam
hal ini zakat dapat berfungsi membersihkan harta yang kita
miliki serta menjauhkan
kita dari sifat kikir.
c. Peraturan Perundang-Undangan
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011
tentang
Pengelolaan Zakat.
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014
tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan
Zakat.
3) Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 52 Tahun
2014
tentang Syarat dan Tata Cara Penghitungan Zakat Mal dan Zakat
Fitrah serta
Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif.
29
Shahibul Bukhari, Kitabul Iman, Bab Al Iman Wa Qaulin Nabiyyi
Shallallahu „alaihi wa
sallam,” Buniyal Islamu „ala khamsin”, No. 8
-
17
4) Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 tentang
Zakat
Penghasilan.30
Dasar hukum zakat telah dijelaskan bahwa wajib hukumnya bagi
yang telah
memenuhi syarat, wajib zakat itu bagi semua orang muslim yang
mempunyai harta
cukup atau lebih dan dosa bagi orang yang menunda atau
meninggalkan zakat,
karena zakat merupakan rukun terpenting dalam rukun Islam
setelah shalat.
3. Macam-macam Zakat
Zakat secara umum terdiri dari dua macam yaitu zakat fitrah
(jiwa) dan zakat
maal (harta benda).
1. Zakat fitrah adalah zakat untuk menyucikan jiwa. Zakat fitrah
wajib
dikeluarkan satu kali dalam setahun oleh setiap muslim. Jumlah
zakat yang
harus dikeluarkan sebanyak 2,5 kg perjiwa, yang didistribusikan
pada
tanggal 1 syawal setelah shalat shubuh sebelum shalat idhul
fitri.
2. Zakat maal adalah zakat untuk menyucikan harta. Zakat maal
wajib
dikeluarkan, apabila harta itu telah memenuhi syarat-syarat
wajib zakat.
Jenis harta yang wajib dikeluarkan zakatnya yaitu berupa hasil
peternakan,
hasil pertanian, hasil dagangan, barang tambang atau hasil laut,
hasil
pendapatan usaha (profesi), investasi pabrik, emas dan
perak.31
30Kama, Anis Zakaria, dkk.Panduan Syar‟i :Zakat pendapatan dan
jasa bagi ASN (PNS), TNI,
Polri, Karyawan, Pengusaha, dan Profesionaldi Kota Makassar,
(Makassar: BAZNAS Kota
Makassar, 2017),hlm.11-12. 31
Umiarso dan hevina, Zakat Untuk Ke Berkahan Umat dan Zaman,
(Jakarta: Lentera Ilmu
Cendekia 2015), hlm. 24-26.
-
18
4. Pendayagunaan Dana Zakat
Zakat mempunyai 2 dimensi yaitu dimensi ibadah (ritual) dan
dimensi social
(ibadah social). Dana zakat dapat didayagunakan untuk
memperkecil jurang
pemisah antara si kaya dan si miskin, menumbuh kembangkan
solidaritas sosial,
menghilangkan sikap materialism dan individualisme egoisme.
Zakat juga dapat
didayagunakan untuk kepentingan public seperti sarana ibadah,
jalan trasportasi,
pindidikan, kesehatan pembangunan rumah sakit dan lain-lainnya
sepanjang tidak
melanggar ketentuan syariat Islam dalam QS. At-Taubah: 60.
Berdasarkan ayat
tersebut 8 golongan, dapat dikategorikan kepada 3 bagian :32
a. Menyangkut sosial welfare (kesejahteraan social) yang
bertujuan
memperbaiki kondisi si lemah dengan mengatur distribusi
penghasilan dan
kekayaan.
b. Menunjang kegiatan sosial keagamaan (fii Sabilillah).
c. Menyangkut pelayanan administrative (Wal Amiliin).
Delapan (8) golongan yang berhak menerima zakat berdasarkan QS.
At-
Taubah: 60 adalah :
1) Fakir dan Miskin (Orang –orang Fakir dan Miskin)
Fakir Yaitu orang-orang yang tidak memiliki harta atau pekerjaan
sama
sekali, atau memiliki harta/pekerjaan yang tidak dapat menutupi
setengah dari
kebutuhannya.
32
Mardani, Pendayagunaan Zakat, Jakarta: FE USAKI, Majalah Ekonomi
Syaria, Vol. 6 No.
3 , 2007/1428 H, hlm. 54.
-
19
Miskin yaitu orang yang memiliki harta/pekerjaan yang hanya
dapat
menutupi diatas setengah dari kebutuhannya. Adapun yang
dimaksud
kebutuhanyang tersebut di atas adalah kebutuhan primer yang
sederhana.
Sehingga apabila harta/pekerjaan tidak dapat menutupi di atas
setengah dari
kebutuhan primernya yang sederhana, maka ia tergolong qafir. Dan
apabila
dapat menutupi di atas setengah kebutuhan primernnya yang
sederhana ia
tergolong miskin.
Pada Umumnya para ulama membedakan anggota fakir dan miskin
tetapi
dalam penggunaanya,telah dianggap sebagai satu kata yang
menunjukan kepada
orang yng tidak memiliki harta senisab dan tidak mampu secara
ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan pokok kesehariannya atau mereka yang
kebutuhannya
tidak mencukupi.
Dengan demikian Pendistribusian dana zakat untuk sector fakir
dan miskin
mencakup :
a) Pembagunan sarana dam prasarana pertanian.
b) Pembangunan sector industri.
c) Penyelenggaraan sarana-sarana pendidikan.
d) Pembangunan pemukiman.
e) Jaminan hidup bagi orang jompo dan anak yatim.
f) Pengadaan sarana kesehatan.
g) Pemberian qard al-hasan (dana kebajikan).
-
20
2) Amiliin (Pengurus –pengurus zakat)
Rasyid Ridha menjelaskan yang dimaksud dengan amil zakat adalah
mereka
yang ditugaskan oleh Imam atau Pemerintah atau yang mewakilinya
untuk
melaksanakan pengumpulan zakat yang dinamai al-jubat, serta
menyimpan atau
memelihara yang disebut al-Khazanah, termasuk pula para
pengembala,
petugas administrasi.33
Amil adalah mereka yang bekerja untuk pengelolaan
zakat, menghimpun, mencari para mustahik zakat dan membagikan
zakat.34
3) Mu‟allafah Qulabuhum (Orang yang masuk Islam)
Mu‟allaf Qulubuhum adalah suatu kaum pada awal masa Islam yang
masih
lemah imamnya kemudian hatinnya dibujuk agar lebih lebih mantap
dalam
agama Islam.
Untuk itu sasaran dana mu‟allaf dalam konteks kemasyarakatan
kita
sekarang dapat pula diwujudkan dalam bentuk
a) Usaha penyadaran kembali orang yang terpelosok dalam tindak
sosial
dan kejahatan.
b) Biaya rehabilitas mental korban penyalahgunaan obat
psikotrotika.
c) Pembinaan masyarakat dan suku traising dan sebagainnya.
4) Ar- Riqab (Budak)
Pada hakikatnya kata riqab menunjukkan pada sekelompok orang
yang
bertindas dan dieksploitasi oleh manusia lain. Dengan dimikian
dana zakat
33
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, (Mesir : al-Manar, Jilid
10, 1368 H), hlm.
513. 34
Dr. Mardani, Hukum Ekonomi Syariah, (Bandung : PT Refika
Aditama, 2011), hlm. 54.
-
21
untuk sector ini dapat digunakan untuk menyelamatkan manusia
dalam
kezhaliman manusia lainnya, seperti pendapat Hanabilah,
Malikiyah, Ibadiyah,
dan Imamiyah yang membolehkan penggunaan dana zakat untuk
menembus
para tawaran perang.
5) Gharimin (Orang-orang yang berutang)
Menurut bahasa garim adalah mereka yang tertindih utang dan tak
sanggup
membayar. Penggunaan dana zakat untuk sector ini di samping
untuk
membayar utang orang tertindih utang dan terkenah musibah
.35
6) Fi Sabilillah (Orang yang berjuang dijalan Allah)
Meskipun yang dimaksud dengan fi sabilillah dalam ayat adalah
keperluan
perang, tetapi para fuqaha dan muhaditsin mengartikan bahwa kata
ini
mencakup seluruh kemaslahatan umum dalam rangka menegakkan
agama.
Mahmud Syaltut mengartikan bahwa sabilillah adalah semua
bentuk
kemaslahatan umum yang tidak dimiliki dan dipergunakan secara
perorangan.36
7) Ibnu Sabil ( Musafir yang kehabisan bekal )
Para fuqaha mengartiakan ibnu sabil dengan “musafir yang
kehabisan
bekal” . Melihat kondisi masyaraat dewasa ini, maka dana zakat
untuk sektor
ini tidak hanya untuk musafir yang kehabisan bekal tetapi juga
dipentukkan
untuk para pengungsi karena alas an politik, musibah alam dan
seagainya.37
35
. Ibid. 55. 36
.Ibid. 55. 37
Ibid. 56.
-
22
Zakat yang terkumpul dari dana masyarakat muslim melalui
lembaga
pengelola zakat dapat menjadikan zakat menjadi salah satu
instrument yang secara
khusus dapat mengatasi masalah kemiskinan dan dapat
mensejahterakan masyarakat
ekonomi lemah. Namun demikian, dalam rangka penyaluran dana
zakat sebagai
kekuatan ekonomi masyarakat, maka keberadaan institusi zakat
sebagai lembaga
publik yang ada di masyarakat menjadi amat sangat penting.38
5. Lembaga Amil dan Zakat
Dana zakat untuk Penyaluran Zakat akan lebih optimal bila
dilaksanakan
lembaga amil zakat karena LAZ sebagai organisasi yang terpercaya
untuk
pengalokasian, pendayagunaan, dan pendistribusian dana zakat,
mereka tidak
memberikan dana zakat begitu saja melainkan mereka mendampingi,
memberikan
pengarahan serta pelatihan agar dana zakat tersebut benar-benar
dijadikan modal
kerja sehingga penerima zakat tersebut memperoleh pendapatan
yang layak dan
mandiri.
Lembaga Amil Zakat diakui oleh Undang-Undang sebagai bentuk
partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan dana zakat, infaq dan sedekah di
Indonesia. Pasal 1
poin 1 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 menyebutkan bahwa
pengelolaan
zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
terhadap
pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.
Berdasarkan
ketentuan diatas ada tiga peran yang dimainkan dalam pengelolaan
zakat, yaitu
38
Djamal Doa, Pengelolaan Zakat Oleh untuk Memerangi Kemiskinan (
Jakarta : Nuansa
Madani, 2004 ), hlm. 93.
-
23
operator, pengawasan dan regulator. Peran yang dimainkan LAZ
hanya sebagian
kecil, yaitu sebagai operator. Sedangkan peran-peran yang lain
menjadi kewenangan
pemerintah. Peran ini diatur dalam Pasal 8 yang menyatakan badan
amil zakat
sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 dan lembaga amil zakat
sebagaimana di
maksud pada Pasal 7 mempunyai tugas pokok mengumpulkan,
mendistribusikan
dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama.
LAZ dengan BAZ memiliki peran dan kedudukan yang sama, yaitu
membantu
pemerintah mengelola zakat. Keduanya berdiri sendiri dalam
melakukan asset zakat.
Keberadaan LAZ maupun BAZ harus mampu mewujudkan tujuan besar
yang
dilaksanakannya pengelolaan zakat, seperti meningkatkan fungsi
pranata
keagamaan untuk kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial,
serta meningkatkan
hasil guna dan daya guna zakat.39
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat yang
baru,
membawa perubahan terhadap peran LAZ dalam menjalankan fungsi
pengelolaan
zakat. Pasal 17 yang menyatakan bahwa untuk membantu BAZNAS
dalam
pelaksanaan pengumpulan dan pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat,
masyarakat dapat membentuk LAZ.
Jika dalam Undang-Undang yang lama posisi keduannya dipandang
sejajar
dan seimbang dalam menjalankan fungsi pengelolaan zakat, dalam
Undang-Undang
yang baru ini peran LAZ menjadi dikerdilkan dan diposisikan
sebagai subordinat
39
Fakhruddin, Fiqh, hlm. 253-254
-
24
dari BAZ yang dibentuk oleh pemerintah. Adapun lembaga LAZ resmi
yang ada di
Indonesia yaitu :
1) BAZNAS
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan
satu-
satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan
Presiden RI No. 8
Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan
menyalurkan zakat,
infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Lahirnya
Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan
peran BAZNAS
sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat
secara nasional.
Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga
pemerintah
nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada
Presiden
melalui Menteri Agama. Dengan demikian, BAZNAS bersama
Pemerintah
bertanggung jawab untuk mengawal pengelolaan zakat yang
berasaskan: syariat
Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum,
terintegrasi dan
akuntabilitas.
BAZNAS mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan zakat pada
tingkat
provinsi. Dalam melaksanakan tugas, BAZNAS provinsi
menyelenggarakan
fungsi sebagai berikut:
a. perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat di
tingkat provinsi.
b. pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat di
tingkat provinsi.
-
25
c. pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat di
tingkat provinsi.
d. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat di tingkat
provinsi.
e. pemberian rekomendasi dalam proses izin pembukaan perwakilan
LAZ
berskala nasional di provinsi.
Selanjutnya, dalam melaksanakan tugas dan fungsi, BAZNAS
provinsi
wajib melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat di tingkat
provinsi.
b) melakukan koordinasi dengan kantor wilayah kementerian
agama
provinsi dan instansi terkait di tingkat provinsi dalam
pelaksanaan
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
c) melaporkan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan zakat,
infak
dan sedekah, serta dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS
dan
gubernur setiap 6 (Enam) bulan dan akhir tahun.
d) melakukan verifikasi administratif dan faktual atas
pengajuan
rekomendasi dalam proses izin pembukaan perwakilan LAZ berskala
nasional
di provinsi.
2) LAZISMU
LAZISMU adalah lembaga zakat tingkat nasional yang berkhidmat
dalam
pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif
dana zakat, infaq,
-
26
wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari perseorangan,
lembaga, perusahaan dan
instansi lainnya. Latar belakang berdirinya LAZISMU terdiri atas
dua faktor. Pertama,
fakta Indonesia yang berselimut dengan kemiskinan yang masih
meluas, kebodohan dan
indeks pembangunan manusia yang sangat rendah. Semuanya
berakibat dan sekaligus
disebabkan tatanan keadilan sosial yang lemah.
Kedua, zakat diyakini mampu bersumbangsih dalam mendorong
keadilan sosial,
pembangunan manusia dan mampu mengentaskan kemiskinan. Sebagai
negara
berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi
zakat, infaq dan wakaf
yang terbilang cukup tinggi. Namun, potensi yang ada belum dapat
dikelola dan
didayagunakan secara maksimal sehingga tidak memberi dampak yang
signifikan bagi
penyelesaian persoalan yang ada.
Berdirinya LAZISMU dimaksudkan sebagai institusi pengelola zakat
dengan
manajemen modern yang dapat menghantarkan zakat menjadi bagian
dari
penyelesai masalah (problem solver) sosial masyarakat yang terus
berkembang.
Dengan budaya kerja amanah, professional dan transparan, LAZISMU
berusaha
mengembangkan diri menjadi Lembaga Zakat terpercaya. Dan seiring
waktu,
kepercayaan publik semakin menguat.40
LAZISMU memiliki tugas dan fungsi: 41
a. Perencanaan penghimpunan, pendistribusian, dan pendayagunaan
dana
ZISKA
40
https://www.lazismu.org/latar-belakang 11 (diakses pada tanggal
13 Desember 2019 Pukul
16.00) 41
Buku Panduan dan Pedoman Lazismu, hlm 11
https://www.lazismu.org/latar-belakang
-
27
b. Pengelolaan penghimpunan, pendistribusian, dan pendayagunaan
dana
ZISKA
c. Pengendalian penghimpunan, pendistribusian, dan pendayagunaan
dana
ZISKA
d. Pelaporan pelaksanaan pengelolaan dana ZISKA
B. Konsep Penyaluran
1. Pengertian Penyaluran
Kata Penyaluran dan pendistribusian berasal dari bahasa inggris
yaitu
distribute yang berarti pembagian, secara terminology penyaluran
adalah
(pembagian, pengiriman) kepada orang banyak atau beberapa
tempat. Pengertian
yang mendefinisikan distribusi sebagai penyaluran barang
keperluan sehari-hari
(terutama dalam masa darurat) oleh pemerintah kepada pegawai
negeri, penduduk
dan sebagainnya. 42
Menurut Philip Kotler dalam bukunnya “Management Pemasaran”
mengatakan bahwa penyaluran adalah serangkaian organisasi yang
saling
tergantung yang terlibat dalam suatu proses untuk menjadikan
suatu produk atau
jasa yang siap untuk digunakan atau dikomsusmsi. Dalam hal ini
ditribusi dapat
diartikan sebagai kegiatan (membagikan, mengirim) keberapa orang
atau keberapa
tempat.
42
W.H.S Poerwadaminta, Kamus Umum Bahsa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pusataka, 1999),
cet 7, hlm. 259.
-
28
Penyaluran diartikan sebagai proses, cara, dan perbuatan
mendistribusikan.43
Dalam penelitian ini, penyaluran dana yang dimaksud adalah
proses atau cara
pendistribusian uang/sesuatu yang dilakukan oleh lembaga
pengelola zakat untuk
suatu keperluan tertentu.
2. Jenis-jenis Penyaluran
Ada tiga jenis penyaluran yang dpat ditemukan dalam aktifitas
ekonomi
msyarakat, yaitu:
a. Resiprositas
Resiprositas menunjuk pada gerakan diantara kelompok-kelompok
simetris
yang saling berhubungan. Ini terjadi pada hubungan timbal balik
antara individu-
individu atau antara kelompok sering dilakukan dalam hubungan
seperti ini,
resiprositas merupakan kewajiban membayar atau membalas kembali
kepada
orang atau kelompok sering dilakukan. Dalam hubungan seperti
ini, resiprositas
merupakan kewajiban membayar atau membalas kembali kepada orang
atau
kelompok lain atas apa yang mereka berikan atau lakukan untuk
kita, atau dalam
tindakan yang nyata membayar atau membalas kembali kepada orang
atau
kelompok lain.
b. Redistribusi
Menurut sahlin definisi redistribusi adalah sebagai polingan
yaitu
perpindahan barang atau jasayang tersetralisasi, yang melibatkan
proses
43
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka,
2007), hlm. 894
-
29
pengumpulan kembali dari anggota-nggota suatu kelompok melali
pusat dan
pembagian kembali kepada anggota-anggota kelompok tersebut. Jadi
Redistribusi
merupakan gerakan approsiasi kearah pusat kemudianan dari pusat
didistribusikan
kembali.44
c. Pertukaran
Pertukaran (exchange) merupakan distribusi yang dilakukan atau
terjadi
melalu pasar. Pertukaran yang dilakukan adalah yang menunjukkan
tentang
penciptaan keuntungan dn reinvestasi keuntungan kedalam produksi
serta harga
yang ditetapkan pada prinsip keseimbangan antara permintaan dan
penawaran. 45
3. Macam-macam Penyaluran
Ada 3 macam penyaluran yang dapat di temukan dalam aktifitas
ekonomi
masyrakat yaitu:
a. Penyaluran barang konsumsi
Dalam hal in barang disalurkan atau didistribusikan adalah
barang yang
dapat langsung digunakan konsumen atau masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan
hidupnya .
b. Penyaluran Jasa
Dalam hal ini penyaluran dilakukan adalah secara langsung
kepada
konsumen tampa melalui prantara karena jasa dihasilkan dan
dikomsumsi pada
saat bersamaan.
44
Damsar, Pengantar Sosiaologi Ekonomi, (Jakarta: Preanda Media
Group, 2009), Cet 1,
hlm. 104-111 45
Ibid. 104-111
-
30
c. Penyaluran Kekayaan
Menurut Ulama Hanafiah, Kekayaan adalah segala sesuatu yang
dimiliki
dan dapat diambil manfaatnya, sepertih tanah, binatang dan uang.
Kekayaan
adalah nilai asset seseorang diukur paa waktu tertentu.
d. Penyaluran Pendapatan
Pendapatan merupakan upaya yang memiliki pengaruh secara
ekonomis.46
Dalam Kutipan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa maksud
dengan
management penyaluran dan ZIZ adalah Sesutu aktivitas atau
kegiatan untuk
mengatur sesuai dengan fungsi management ZIS yang di lembaga
tersebut dalam
upaya menyalurkan dana ZIS yang di dapatkan oleh donator atau
muzakki sehingga
dana ZIS bisa cepat disalurkan kepihak yang membutuhkan yaitu
mustahik.
4. Bentuk Penyaluran
Ada dua bentuk penyaluran dana antara lain :
a. Bentuk sesaat, dalam hal ini berarti bahwa zakat hanya
diberikan
kepada seseorang satu kali atau sesaat saja. Dalam hal ini juga
berarti bahwa
penyaluran kepada mustahik tidak disertai target terjadinya
kemandirian ekonomi
dalam diri mustahik. Hal ini dikarenakan mustahik yang
bersangkutan tidak
mungkin lagi mandiri, seperti diri pada orang tua yang sudah
jompo, orang cacat.
Sifat dan bantuan sasaat ini idealnya adalah hibah.
b. Bentuk pemberdayaan, merupakan penyaluran dana zakat yang
disertai target merubah keadaan penerima dari kondisi kategori
mustahik menjadi
46
Fandi Tjiptono, Strategi Bisnis Modern, (Yokyakarta, Andi,
2000), cet 1, hlm. 135.
-
31
kategori muzakki. Target ini adalah target yang amat besar yang
tidak dengan
mudah dalam jangka waktu yang amat singkat. Untuk itu penyaluran
dana zakat
harus disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalah
yang ada pada
ppenerima. Apabila permasalahannya adalah kemiskinan tersebut
sehingga dapat
dicarikan solusi yang tepat demi tercapainnya target yang telah
dicanangkan.47
47
Lili Bariadi Zen, M. Hudi, Zakat dan Wirausaha, (Ciputat : CED,
2005), hlm. 25.
-
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Penelitian
Kuntitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap
bagian-bagian dan
fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian
kuantitatif adalah
mengembangkan dan menggunakan model-model matematis dan
teori-teori dan
hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran
adalah bagian
yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini
memberikan hubungan yang
fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dan
hubungan-
hubungan kuantitatif.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Lokasi dan objek penelitian akan dilakukan oleh peneliti adalah
LAZISMU di
Gedung Pusat Dakwah Islamiyah Muhammadiyah (PUSDIM) Makassar
di
JL.Lompobattang No.201 Pusat Makassar, Sulawesi Selatan. Alasan
Peneliti
memilih lokasi dan objek ini karena lembaga ini merupakan salah
satu lembaga
amil zakat yang berada dalam naungan Muhammadiyah serta LAZISMU
Kota
Makassar ini merupakan cabang terbesar di Kota Makassar.
C. Devinisi Operasional Variabel
Devinisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang
memberitahukan
bagaimana cara mengukur suaru variabel, dengan kata lain
devinisi operasional
-
33
adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagimana cara untuk mengukur
suatu
variabel. Berdasarkan variabel-variabel yang telah di
identifikasi diatas, maka
formulasi definisi operasional penelitian ini adalah:
1. Zakat
Zakat merupakan salah satu sendi pokok ajaran Islam. Hal ini
didasarkan
pada masuknya zakat sebagai salah satu rukun Islam di dalam
ajaran Islam. Shalat
yang disebut sebagai tiang agama sering sekali disandingkan
dengan perintah
menunaikan zakat di dalam al-Qur‟an. Sebagai pertanda persamaan
derajat atas
keduanya.
Sayyid Sabid mendefinisikan zakat adalah sebutan dari suatu hak
Allah
yang dikeluarkan seseorang untuk fakir dan miskin, dinamakan
zakat, karena
dengan mengeluarkan zakat itu, didalamnya terkandung harapan
untuk
memperoleh berkah, pembersih jiwa dari sifat kikir bagi orang
kaya dan
menghilangkan rasa iri hati orang-orang miskin serta memupuknya
dengan
berbagai kebajikan.48
2. Optimalisasi Penyaluran
Optimalisasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik dan
tertinggi,
sedangkan optimalisasi berarti suatu proses meninggikan atau
meningkatkan.49
Sedangkan penyaluran merupakan kata lain dari ditribusi, secara
umum pengertian
distribusi dalam ekonomi Islam adalah penyaluran atau pemberian
harta dari
48
Ibrahim Anis, et al., Al-Mu‟jam al-Wasith Juz 1 (Mesir: Dar
al-Ma‟arif, 1972), hlm 396 49
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1995), hlm.628.
-
34
individu atau umum kepada pihak yang membutuhkan, atau dengan
singkatnya
distribusi bisa juga disebut dengan sedekah. Dalam penyaluran
zakat
sesungguhnya mempunyai konsep perencanaan dan pelaksanaan yang
cermat
dalam mengkaji penyebab kemiskinan apabila penyaluran zakat
kepada mustahik
lebih dioptimalkan.50
Optimalisasi zakat yang berupa bantuan modal bergulir,
penyaluran zakat
yang perlu diperbaiki dalam memaksimalkan bantuan untuk mustahik
dan
memberikan pengawasan dari LAZ terhadap mustahik yang menerima
bantuan
modal bergulir karena masih ada mustahik yang kondisi
pendapatannya masih
tetap.
D. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi menurut Suharsimi Arikunto, adalah “keseluruhan objek
yang
diteliti.”51
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek
atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah mustahik penerima zakat di
Lazismu
Kota Makassar. Berdasarkan data yang diperoleh di Lazismu Kota
Makassar
terdapat beberapa 723 mustahik penerima manfaat52
.
50
Skripsi Firdaus Gladis Desita ,
Htpp://diglib.uinsby.ac.id/id/eprint/22500, (diakses pada
tanggal 9 Desember 2019 pukul 09.00. 51
Suharsimi Arikunto, ProsedurPenelitian,(Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hlm. 102 52 Dokumen Lazismu
-
35
b. Sampel
Sampel adalah ”sebagian dari seluruh populasi yang
diteliti”.53
, maka dari
itu sampel dari penelitian ini adalah para mustahiq yang
menerima bantuan dana
zakat di Lazismu Kota Makassar. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan
dalam penelitian kali ini menggunakan rumus slovin sebagai
berikut:
Rumus : n =
( )
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = Tingkat Error (10 %) = 0,10
Diketahui : n =
( )
n =
( )
n =
( )
n = 88
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat bantu penelitian yang
dipilih dan
digunakan untuk melakukan kegiatan pengumpulan data agar
kegiatan tersebut
terstruktural dan sistematis. Penelitian kuantitatif instrument
utamanya adalah
penelitian berdasarkan data Lapangan.
53
Mardalis, Metode Penelitian,(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm.
55.
-
36
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik penelitian data merupakan langkah yang paling strategis
dalam
penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data.Data yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari
instansi, lembaga atau
sumber-sumber yang lain. Data yang dikumpul kemudian diolah dan
dianalisis.
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung suatu kegiatan yang
sedang
dilakukan. Observasi bertujuan untuk mendapatkan data-data
kongkret di tempat
penelitian. Pada waktu melakukan observasi, analis sistem dapat
ikut juga
berpartisipasi atau hanya untuk mengamati saja orang-orang yang
sedang
melakukan suatu kegiatan tertentu yang diobservasikan.
2. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden
untuk dijawabkan. Dalam hal ini, jumlah maupun kualifikasi para
responden
ditentukan berdasarkan dengan metode pengambilan sampel. Cara
pengumpulan
data ini dipilih dangan harapan bahwa peneliti mampu memperoleh
informasi
yang relevan dengan permasalahan yang dikaji dan mempunyai
kekuatan yang
tinggi.54
54
Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Statistik (Jakarta: PT Bumi
Aksara,2002), hlm.16
-
37
Tabel 3.1
Contoh Lampiran Kuesioner
No
Pernyataan
SS
S
KS
TS
STS
1
2
3
4
5
Teknik pengumpulan data dengan menyusun daftar pertanyaan
atau
pernyataan tertulis yang diajukan kepada responden sampel yang
akan diteliti.
Jumlah pertanyaan yang ada, diambil dari masing-masing item yang
diperoleh dari
masing-masing indikator variabel, baik variabel independen
maupun variabel
dependen. Angket diberikan langsung kepada responden dengan
tujuan agar lebih
efektif dan efisien menjangkau jumlah sampel dan mudah memberi
penjelasan
berkenaan dengan pengisian angket tersebut. Jawaban responden
berupa pilihan
alternatif yang ada yaitu:
Tabel 3.2
Skala Likert
Alternatif Jawaban
Jawaban Skor
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Kurang Setuju (KS) 3
-
38
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk
menyediaan
dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari
pencatatan
sumber-sumber informasi khusus dari karangan atau tulisan,
wasiat, buku, undang-
undang dan sebagainya. Dalam artian umum dokumentasi merupakan
sebuah
pencarian, penyelidikan, pengumpulan, pengawetan, penguasaan,
pemakaian dan
penyediaan dokumen. Dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan
keterangan
dan penerangan pengetahuan dan bukti. Dalam hal ini termasuk
kegunaan dari
arsip perpustakaan dan kepustakaan.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses menyusun data agar data tersebut
ditafsirkan untuk
mengetahui optimalisasi penyaluran dana zakat di Lembaga Amil
Zakat
Muhammadiyah Makassar (LAZISMU), maka digunakan analisis
statistika berikut:
Uji Distribusi Frekuensi adalah daftar nilai data (bisa nilai
individual atau
nilai data yang sudah di kelompokkan) yang disertai dengan nilai
frekuensi yang
sesuai. Pengelompokan data ini dimaksudkan agar ciri-ciri
penting data tersebut
dapat segera terlihat. Dan daftar frekuensinini akan memberikan
gambaran yang
khas tentang bagaimana keragaman data. Karena sifat keragaman
data sangat
penting untuk diketahuai.
-
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lazismu adalah lembaga zakat tingkat nasional yang berkhidmat
dalam
pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif
dana zakat,
infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari
perseorangan, lembaga,
perusahaan dan instansi lainnya.
Didirikan oleh PP. Muhammadiyah pada tanggal 17 Juli 2002,
selanjutnya
dikukuhkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia sebagai Lembaga
Amil
Zakat Nasional melalui SK No. 457/21 November 2002. Dengan telah
berlakunya
Undang-undang Zakat nomor 23 tahun 2011, Peraturan Pemerintah
nomor 14
tahun 2014, dan Keputusan Mentri Agama Republik Indonesia nomor
333 tahun
2015. Lazismu sebagai lembaga amil zakat nasional telah
dikukuhkan kembali
melalui SK Mentri Agama Republik Indonesia nomor 730 tahun
2016.
Latar belakang berdirinya LAZISMU terdiri atas dua faktor.
Pertama, fakta
bahwa Indonesia umat Islam yang berselimut dengan kemiskinan
yang masih
meluas, kebodohan dan indeks pembangunan manusia yang sangat
rendah.
Semuanya berakibat dan sekaligus disebabkan tatanan keadilan
sosial yang lemah.
Kedua, Zakat diyakini mampu bersumbangsih besar dalam mendorong
keadilan
sosial, pembangunan manusia dan mampu mengentaskan kemiskinan.
Sebagai
negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki
potensi zakat,
-
40
infaq dan wakaf yang terbilang cukup tinggi. Namun, potensi yang
ada belum
dapat dikelola dan didayagunakan secara maksimal sehingga tidak
memberi
dampak yang signifikan bagi penyelesaian persoalan yang ada.
Berdirinya LAZISMU dimaksudkan sebagai institusi pengelola zakat
dengan
manajemen modern yang dapat menghantarkan zakat menjadi bagian
dari
penyelesai masalah (problem solver) sosial masyarakat yang terus
berkembang.
Dengan budaya kerja amanah, professional dan transparan,
LAZISMU
berusaha mengembangkan diri menjadi Lembaga Zakat terpercaya.
Dan seiring
waktu, kepercayaan publik semakin menguat. Dengan spirit
kreatifitas dan inovasi,
LAZISMU senantiasa menproduksi program-program pendayagunaan
yang
mampu menjawab tantangan perubahan dan problem sosial masyarakat
yang
berkembang.
Dalam operasional programnya, LAZISMU didukung oleh Jaringan
Multi
Lini, sebuah jaringan konsolidasi lembaga zakat yang tersebar di
seluruh propinsi
(berbasis kabupaten/kota) yang menjadikan program-program
pendayagunaan
LAZISMU mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia secara cepat,
terfokus
dan tepat sasaran. Lazismu Makassar adalah salah satu jaringan
Lazismu di
Sulawesi Selatan yang beroperasi di Kota Makassar dan
sekitarnya.55
1. Visi dan Misi LAZISMU Kota Makassar
a. Visi
“Menjadi Lembaga Amil Zakat Terpercaya”
55
www.lazismumakassar.org. Diakses pada 19 Juni 2020. Pukul 15.15
WITA
http://www.lazismumakassar.org/
-
41
b. Misi
1. Optimalisasi pengelolaan ZIS yang amanah, profesional dan
transparan.
2. Optimalisasi pendayagunaan ZIS yang kreatif, inovatif dan
produktif.
3. Optimalisasi pelayanan donatur.
2. Perkembangan Lazismu Kota Makassar
Di Kota Makassar Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah (Lazismu)
sebagai lembaga otonom sudah ada sejak tahun 2003 , namun
hanya
beroperasi di kalangan terbatas khususnya di cabang Makassar dan
cabang
Karunrung. Setelah Muktamar Muhammadiyah ke-45 di Malang bulan
Juli
tahun 2005, maka struktur pimpinan mengalami perkembangan
diantaranya
“Majelis Wakaf” dikembangkan menjadi “Majelis Wakaf dan ZIS”,
Lazismu
diintegrasikan ke dalam persyarikatan dengan nama “Tim Pengelola
Zakat
Muhammadiyah” yang dibentuk pada bulan September 2008. Tim
ini
melakukan kegiatan membentuk Unit Pengumpulan Zakat disingkat
menjadi
“UPZ” di cabang-cabang Muhammadiyah dan amal usaha
Muhammadiyah,
untuk melakukan pendataan Muzakki dan Mustahik, mengumpul
dan
mendistribusikan ZIS tahun 1429 H-2009 M dan menyusun
Pedoman
Pengelolaan ZIS. Perkembangan terakhir, dalam lokakarya Nasional
Lembaga
Pengelola ZIS Muhammadiyah yang berlangsung tanggal 28 Januari
2009 di
Jakarta disepakati semua lembaga pengelola ZIS di lingkungan
Muhammadiyah harus terintegrasi dalam satu payung hukum Lazismu
dengan
model "JEJARING". Karena itu Tim Pengelola Zakat
Muhammadiyah
-
42
Makassar menyesuaikan diri menjadi Lazismu MAKASSAR JEJARING
LAZISMU PUSAT JAKARTA.56
3. Kebijakan Strategis Pendayagunaan
a. Misi Pendayagunaan :
Terciptanya kehidupan sosial ekonomi umat yang berkualitas
sebagai
benteng atas problem kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan
pada
masyarakat melalui berbagai program yang di kembangkan
Muhammadiyah.
b. Kebijakan Strategis Pendayagunaan :
1. Prioritas penerima manfaat adalah kelompok fakir, miskin,
dan
fisabilillah.
2. Pendistribusian ZIS dilakukan secara terprogram (terencana
dan
terukur) sesuai core gerakan Muhammadiyah, yakni :
pendidikan,
ekonomi, sosial-dakwah.
3. Melakukan sinergi dengan majelis, lembaga, ortom, dan
amal-usaha
Muhammadiyah dalam merealisasikan program.
4. Melakukan sinergi dengan institusi dan komunitas diluar
Muhammadiyah untuk memperluas dakwah sekaligus meningkatkan
awareness public kepada persyarikatan.
56
Ibid
-
43
5. Meminimalisir bantuan karitas kecuali bersifat darurat
seperti di
kawasan timur Indonesia, daerah yang terpapar bencana dan
upaya-
upaya penyelmatan.
6. Intermediasi bagi setiap usaha yang menciptakan kondisi dan
factor-
faktor pendukung bagi terwujudnya masyarakat islam yang
sebenar-
benarnya Visi Muhammadiyah 2025.
7. Memobilisasi pelembagaan gerakan ZIS di seluruh struktur
Muhammadiyah dan amal usaha.
c. Sinergi Pendayagunaan
Berpijak pada posisi LAZISMU sebagai lembaga intermediate,
maka
dalam penyaluran dan pendayagunaan dana ziswaf bersinergi
dengan
berbagai lembaga baik di internal Muhammadiyah maupun lembaga
diluar
Muhammadiyah. Seperti program pendayagunaan bidang
pertanian,
lazismu bersinergi dengan MPM (Majelis Pemberdayaan Masyarakat)
PP
Muhammadiyah, program kemanusiaan bersinergi dengan LPB PP
Muhammadiyah, masalah sosial bersinergi dengan MPS
Muhammadiyah,
bidang ekonomi dengan MEK Muhammadiyah dan untuk
pemberdayaan
kaum perempuan lazismu bersinergi dengan PP „Aisyiyah. Sedang
sinergi
dengan lembaga di luar Muhammadiyah, LAZISMU telah
menggandeng
berbagai lembaga dan komunitas dalam menyalurkan dan
mendayagunakan dana ziswaf seperti lembaga IWAPI, komunitas
WIRAMUDA, berbagai komunitas hobby dan profesi dan
sebagainya.
-
44
Tujuan dari sinergi adalah agar pendayagunaan memberi manfaat
yang
maksimal kepada masyarakat karena dikelola oleh lembaga
pengelola
yang expert serta menjangkau lokasi sasaran program yang lebih
luas.
4. Program Strategis
1. Optimalisasi pengumpulan ZIS
2. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PEM)
3. Pengembangan Sumber Daya Insani (PSDI)
4. Pelayanan Sosial Masyarakat (Penolong Kesengsaraan Oemoem
(PKO)).
5. Program Kerja
1. Optimalisasi pengumpulan ZIS
a. Sosialisasi melalui brosur, banner, spanduk, baliho dll
b. Menjalin kemitraan dengan AUM dan lembaga lainnya
c. Membuka rekening di berbagai bank syariah
d. Membetuk TIM Jemput ZIS cepat
e. Bekerja sama Majalah Khittah dalam pelaporan ZIS
f. Pendataan Kartu Donator Tetap
2. Pemberdayaan Ekonomi Du‟afa
a. Pemberian bantuan modal usaha micro
b. Pelatihan manajemen usaha
c. Pendampingan
3. Pengembangan Sumber Daya Insani (PSDI)
a. Bantuan beasiswa cerdas
-
45
b. Bantuan Guru Honorer
c. Pelatihan Quantum Teaching
4. Pengembangan Dakwah
a. Bantuan Sarana dan Prasarana Dakwah
b. Pembinaan da‟i Pencerah
c. Layanan Pengajian
5. Pelayanan Sosial Masyarakat (Penolong Kesengsaraan Oemoem
(PKO))
a. Bantuan Sembako kepada fakir miskin
b. Siaga Bencana
c. Bantuan Pengobatan
d. Peduli Muallaf
6. Strategi Lazismu Kota Makassar57
Tabel 4.1 Strategi Lazismu
57
Ibid
Sistem
Gerakan
1. Meningkatkan pemahaman tentang zakat di kalangan
warga Muhammadiyah dan masyarakat umum.
2. Meningkatkan kesadaran berzakat melalui lembaga di
kalangan warga Muhammadiyah maupun masyarakat
umum.
3. Penataan keselmagaan Lazismu dengan membangun
sistem administrasi dan sistem keuangan yang berbasis
-
46
manajemen risiko dalam rangka meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan ZISKA
(Zakat, Infaq, Sedekah, dan Dana Soasial Keagamaan).
4. Memperkuat program-program Muhammadiyah di dalam
pemberantasan kemiskinan.
5. Merumuskan panduan dan pedoman organisasi Lazismu.
Organisasi dan
Kepemimpinan
1. Menata struktur kepengurusan.
2. Merumus fungsi, tujuan dan job deskripsi Dewan
Pengurus, Badan Pengawas dan Dewan Syariah
Lazismu.
3. Membangun sistem informasi manajemen berbasis
digital.
4. Melakukan dan mendorong proses kaderisasi di bidang
pengelolaan ZISKA.
Jaringan 1. Meningkatkan kerjasama dan sinergi dengan
majelis,
lembaga dan amal usaha dalam persyarikatan
Muhammadiyah.
2. Mempererat kerjasama dengan lembaga-lembaga
pemerintah dan swasta.
3. Meningkat kerjasama dengan Amil Zakat lainnya ditingkat
nasional.
4. Memperluas kerjasama dengan mitra-mitra internasional
-
47
yang memiliki kesamaan tujuan dengan Lazismu.
Sumber Daya 1. Melakukan pembinaan sumber daya Amil secara
terpadu
melalui kegiatan kegiatan pelatihan dan peningkatan
keterampilan.
2. Memiliki materi induk sistem kaderisasi dan pelatihan
serta peningkatan keterampilan.
3. Memperluas penggalangan sumber daya finansial di dalam
dan di luar Muhammadiyah.
4. Menyusun kepegawaian kepegawaian, penggajian dan
pengembangan karir sebagai Amil di lingkungan
persyarikatan Muhammadiyah.
5. Meningkatkan partisipasi Lazismu dalam forum-forum
Konferensi, workshop dan pelatihan di bidang filantropi
Islam tingkat nasional dan internasional.
Aksi Layanan 1. Melaksanakan kegiatan unggulan Lazismu di
bidang
pendidikan dakwah sosial dan pemberdayaan masyarakat.
2. Merumuskan target dan capaian program-program layanan
Lazismu yang terkait dengan pemberdayaan,
pengembangan dan pelayanan.
3. Meningkatkan layanan terhadap muzakki.
4. Meningkatkan layanan terhadap mustahik.
-
48
7. Struktur Organisasi
Setiap lembaga pada umumnya mempunyai struktur organisasi.
Penyusunan struktur organisasi merupakan langkah awal dalam
memulai
pelaksanaan kegiatan organisasi, dengan kata lain penyusunan
struktur
organisasi adalah langkah terencana dalam suatu lembaga
untuk
melaksanakan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan
pengawasan. Struktur organisasi sering disebut dengan bagan atau
skema
organisasi dengan cara memberikan gambaran secara skematis
tentang
hubungan pekerjaan antara orang yang satu dengan lainnya yang
terdapat
dalam satu organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Demikian
pula halnya
dengan Lazismu Kota Makassar, stafnya melakukan pekerjaan sesuai
dengan
tanggungjawab dan wewenangnya masing-masing , dan satu sama
lainnya
saling berhubungan dalam usaha menciptakan tujuan lembaga yang
akan
dicapai.
Untuk lebih jelasnya, akan digambarkan struktur organisasi
Lazismu
Kota Makassar, sebagai beriku :
-
49
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Lazismu Kota Makakassar58
= Garis Komando
- - - - - - - = Garis Kordinasi
8. Susunan Pengelola Lembaga Amil, Zakat, Infaq, dan
Shadaqah
Muhammadiyah Kota Makassar Periode 2015-2020
a. Dewan Syariah
Ketua : Drs.H.M.Nurdin Massi, M.Pd.I
Anggota : Dr.H.Baharuddin Ali, M.Ag
b. Badan Pengawas
Ketua : Drs.M.Syukri Pasangki
Anggota : Drs.Erman Niwidaty
c. Badan Pengurus
Ketua : Drs.Kamaruddin Kasim
Wakil Ketua : Drs.Aminuddin Langke, S.Ag.,M.Ag
58
Struktur O