-
Optimalisasi MANajemen InSpeksi (MANIS) dengan APLIKASI SIMALANG
(SIstem MAnajemen PenyuLANG)
Moch. Rochim & Yudi Tahyudi PT PLN (Persero) Distribusi Jawa
Timur
APJ Banyuwangi Jln Nusantara N0.1 Banyuwangi
Email: [email protected] ; [email protected]
Keandalan sistem diperoleh dari perencanaan yang baik dan
pemeliharaan yang berkesinambungan dan komprehensif. Untuk
mengelola itu semua diperlukan sistem atau pola kerja yang
terstruktur yaitu manajemen inspeksi dan tindak lanjut. Manajemen
inspeksi dan tindak lanjut merupakan kegiatan yang meliputi tahapan
kerja mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengendalian dan
evaluasi pekerjaan pemeliharaan instalasi dan sistem distribusi
yang dilakukan secara terjadwal.
Manajemen inspeksi dan tindak lanjut merupakan baguan dari
manajemen asset yang berorientasi pada analisa dan evaluasi kondisi
asset sistem distribusi sehingga pada akhirnya dapat menciptakan
dan meningkatkan performa jaringan distribusi.
Kunci keberhasilan manajemen inspeksi dan tindak lanjut
menyangkut perencanaan inspeksi, pelaksanaan inspeksi, evaluasi
inspeksi, perencanaan tindak lanjut, pelaksanaan tindak lanjut,
evaluasi tindak lanjut dengan didukung sistem informasi / database
inspeksi dan tindak lanjut. Dalam hal ini sistem informasi tersebut
tersajikan dalam aplikasi data base berbasis under web SIMALANG
(sistem informasi manajemen penyulang).
Kata kunci: Manajemen Inspeksi, tindak lanjut, manajemen
penyulang, SIMALANG.
1. LATAR BELAKANG Keandalan sistem diperoleh dari perencanaan
yang baik
dan pemeliharaan yang berkesinambungan dan komprehensif. Untuk
mengelola itu semua diperlukan sistem atau pola kerja yang
terstruktur yaitu manajemen inspeksi dan tindak lanjut. Manajemen
inspeksi dan tindak lanjut merupakan kegiatan yang meliputi tahapan
kerja mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengendalian dan
evaluasi pekerjaan pemeliharaan instalasi maupun sistem distribusi
yang dilakukan secara terencana maupun tidak terencana.
Manajemen inspeksi dan tindak lanjut bertujuan untuk menciptakan
sistem jaringan yang handal dengan performansi yang tinggi sehingga
dapat mengefektifkan life time peralatan sesuai desain kriteria
serta mengefektifkan waktu maupun biaya pemeliaharaan.
2. LANDASAN TEORI 2.1. MANAJEMEN ASSET
Manajemen asset ialah sekumpulan ilmu, metoda, prosedur dan
tools untuk mengoptimalkan seluruh dampak bisnis dari biaya,
kinerja dan ekspos risiko (yang berhubungan dengan ketersediaan,
efisiensi, kualitas, umur maupun ketaatan peraturan / keselamatan /
lingkungan) dari asset fisik perusahaan. Ketesediaan Asset,
dipengaruhi langsung oleh : a. Keandalan asset (asset reliability)
b. Ukurannya Mean Time Between Failure c. Setara dengan frekuensi
kegagalan per satuan
waktu d. Ke-mampu-rawatan asset (asset maintainability) e.
Ukurannya Mean Time To Repair f. Setara dengan waktu rata-rata
untuk melakukan
perbaikan Pengelolaan asset bertujuan untuk: a. Meningkatkan
keandalan asset dan / atau b. Meningkatkan maintainability
asset
2.2. JENIS PEMELIHARAAN Pemeliharan jaringan distribusi terbagi
ke dalam 3 bagian, yaitu: Preventive maintenance
Preventive Maintenance (Time Base Maintenance) adalah kegiatan
pemeliharaan yang dilaksanakan
untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan secara tibatiba
dan untuk mempertahankan unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai
umur teknisnya. Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala dengan
berpedoman kepada : Instruction Manual dari pabrik, standar-standar
yang ada ( IEC, CIGRE, dan lain-lain ) dan pengalaman operasi di
lapangan. Pemeliharaan ini disebut juga dengan pemeliharaan
berdasarkan waktu ( Time Base Maintenance ).
Corrective maintenance Corrective Maintenance adalah
pemeliharaan yang dilakukan dengan berencana pada waktu-waktu
tertentu ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau unjuk
kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya dengan tujuan untuk
mengembalikan pada kondisi semula disertai perbaikan dan
penyempurnaan instalasi. Pemeliharaan ini disebut juga Curative
Maintenance, yang bisa berupa Trouble Shooting atau penggantian
part/bagian yang rusak atau kurang berfungsi yang dilaksanakan
dengan terencana.
Predictive maintenance Predictive Maintenance (Conditional
Maintenance) adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan cara
memprediksi kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan kapan
kemungkinannya peralatan listrik tersebut menuju kegagalan. Dengan
memprediksi kondisi tersebut dapat diketahui gejala kerusakan
secara dini. Cara yang biasa dipakai adalah memonitor kondisi
secara online baik pada saat peralatan beroperasi atau tidak
beroperasi. Untuk ini diperlukan peralatan dan personil khusus
untuk analisa. Pemeliharaan ini disebut juga pemeliharaan
berdasarkan kondisi (Condition Base Maintenance ).
Breakdown maintenance Breakdown Maintenance adalah pemeliharaan
yang dilakukan setelah terjadi kerusakan mendadak yang waktunya
tidak tertentu dan sifatnya darurat
-
3. MANAJEMEN INSPEKSI DAN TINDAK LANJUTPemeliharaan jaringan
distribusi yang ef
tidak terlepas dari peran manajemen PLN dalam mengelola
manajemen inspeksi dan tindak lanjut pemeliharaan, banyak hal yang
perlu diperhatikan dalam manajemen inspeksi dan tindak lanjut,
antara lain: 1. Perencanaan Inspeksi
Perencanaan inspeksi berdasarkan prioritas pemeliharaan dan
harus dilakukan oleh pegawai PLN.
2. Pelaksanaan Inspeksi Dilakukan oleh rekanan dengan
pendampingan dari pegawai PLN.
3. Evaluasi Inspeksi Menentukan prioritas tindak lanjut
berdasarkan hasil inspeksi, yaitu yang bersifat urgent dan
terencana.
4. Perencanaan tindak lanjut PLN merencanakan tindak lanjut
hasil inspeksi berdasarkan hasil evaluasi inspeksi dengan menetukan
skala prioritas pemeliharaan.
5. Pelaksanaan tindak lanjut Pelaksanaan tindak lanjut dilakukan
oleh rekanan melalui pengawasan pegawai PLN.
6. Evaluasi tindak lanjut Evaluasi hasil tindak lanjut dilakukan
oleh pegawai PLN sebagai dasar untuk menggambarkan kondisi sistem
yang sudah dipelihara.
7. Data base inspeksi dan tindak lanjut Hasil inspeksi dan
tindak lanjut harus terkelola dengbaik melalui sistem aplikasi,
untuk memudahkan evaluasi pekerjaan. Inspeksi tidak akan terkelola
dengan baik jika berupa hard copy laporan hasil inspeksi, sehingga
dibutuhkan suatu fasilitas aplikasi untuk menunjang analisa dan
evaluasi hasil inspeksi btindak lanjutnya.
Pemeliharaan rutin dapat terbagi ke dalam 4 jenis yaitu: Harian
(Daily)
Pemeliharaan harian dilakukan setiap hari yang meliputi inspeksi
konstruksi dan jarak aman (ROW) jaringan, pembersihan jaringan dari
layangan, rabaspemeliharaan gardu serta pengukuran beban gardu
Mingguan (Weekly) Pemeliharaan mingguan dilakukan setiap
seminggu sekali meliputi pemeliharaan konstruksi asset dan
pemeliharaan terhadap penyulang prioritas.
Bulanan (Monthly) Pemeliharaan bulanan dilakukan setiap sebulan
sekali meliputi pemeliharaan LBS, PMCB, pemeliharaan AMR.
Tahunan (Annualy) Pemeliharaan bulanan dilakukan setiap
sebulmeliputi inspeksi dengan thermovision & alis
rindupemeliharaan kubikel trafo pelanggan berkala pelanggan TM.
Kekuatan dari manajemen inspeksi terletak pada kendali manajemen
(man) dan sistem aplikasi pengolahan data (machine), peran
manajer/supervisor dapat dilihat pada workflow inspeksi dan tindak
lanjut (gambar 3.1).
Alur kerja atau workflow dari inspeksi dan tindak lanjut diawali
dengan proses perencanaan inspeksi melalui supervisi manajemen PLN
dengan menentukan skala prioritas area inspeksi. Perencanaan
inspeksi meliputi area atau wildiinspeksi, time task, dan
penanggung jawab inspeksi (PIC). Setiap rencana inspeksi melalui
pengendalian manajemen PLN melalui perintah kerja (PK), perintah
kerja diterbitkan setiap hari sebelum petugas inspeksi melakukan
inspeksi ke lapangan.
DAN TINDAK LANJUT Pemeliharaan jaringan distribusi yang efektif
dan efisien
n manajemen PLN dalam mengelola manajemen inspeksi dan tindak
lanjut pemeliharaan,
anyak hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen
Perencanaan inspeksi berdasarkan prioritas harus dilakukan oleh
pegawai PLN.
Dilakukan oleh rekanan dengan pendampingan dari
Menentukan prioritas tindak lanjut berdasarkan hasil inspeksi,
yaitu yang bersifat urgent dan terencana.
PLN merencanakan tindak lanjut hasil inspeksi berdasarkan hasil
evaluasi inspeksi dengan menetukan
Pelaksanaan tindak lanjut dilakukan oleh rekanan
Evaluasi hasil tindak lanjut dilakukan oleh pegawai PLN sebagai
dasar untuk menggambarkan kondisi
Hasil inspeksi dan tindak lanjut harus terkelola dengan uk
memudahkan
Inspeksi tidak akan terkelola dengan baik jika berupa hard copy
laporan hasil inspeksi, sehingga dibutuhkan suatu fasilitas
aplikasi untuk menunjang analisa dan evaluasi hasil inspeksi
berikut
rutin dapat terbagi ke dalam 4 jenis yaitu:
Pemeliharaan harian dilakukan setiap hari yang meliputi dan
jarak aman (ROW) jaringan,
rabas-rabas pohon, pengukuran beban gardu.
Pemeliharaan mingguan dilakukan setiap seminggu ruksi asset
dan
pemeliharaan terhadap penyulang prioritas.
setiap sebulan sekali pemeliharaan LBS, PMCB, Recloser, dan
setiap sebulan sekali inspeksi dengan thermovision & alis
rindu,
dan pengukuran
Kekuatan dari manajemen inspeksi terletak pada kendali manajemen
(man) dan sistem aplikasi pengolahan data
peran manajer/supervisor dapat dilihat pada inspeksi dan tindak
lanjut (gambar 3.1).
dari inspeksi dan tindak lanjut diawali dengan proses
perencanaan inspeksi melalui supervisi manajemen PLN dengan
menentukan skala prioritas area inspeksi. Perencanaan inspeksi
meliputi area atau wilayah yang
jawab inspeksi (PIC). Setiap rencana inspeksi melalui
pengendalian manajemen PLN melalui perintah kerja (PK), perintah
kerja diterbitkan setiap hari sebelum petugas inspeksi melakukan
inspeksi ke lapangan.
Petugas inspeksi melakukan inspeksi jaringan pada yang tercantum
pada perintah kerja yang sudah diterbitkan oleh manajemen PLN,
petugas inspeksi melakukan inspeksi konstruksi dan jarak aman
jaringan (kondisi hasil inspeksi jaringan di lapangan harus
tertuang dalam form inspeksi, mulai dari kondisi konstruksi,
penghantar dan jarak aman jaringan, serta memberikan rekomendasi
perbaikan untuk ditindaklanjuti dalam pemeliharaan.
Gambar 3.1 Workflow inspeksi dan tindak lanjutHasil inspeksi
petugas dievaluasi oleh manajemen PLN
sebagai dasar untuk merencanakan tindak lanjut pekerjaan
pemeliharaan jaringan dengan menentukan skala prioritas
pemeliharaan.
Dalam merencanakan pekerjaan tindak lanjut, hasil evaluasi
inspeksi dibagi ke dalam 2 sifat tindak lanjut hasil inspeksi
berdasarkan tingkat kesulitan pekerjaan dan resiko kegagalan
operasi jaringan, yaitu:
1. Tindak lanjut darurat (urgent)Tindak lanjut urgent atau
darurat dari hasil inspeksi harus segera ditindaklanjuti maksimal
H+5, tindak lanjut ini tidak memerlukan waktu pemadamandan dapat
menyebabkan secara cepat dari jaringan, sehingga harus segera
ditindaklanjuti.Tindak lanjut tersebut antara lain rabaspotong
pohon, pronggol pohon, pembersihan layinglayang, penggantian
isolator retak, pengpecah, perbaikan suspension isolator lepas dan
lain
2. Tindak lanjut terencanaTindak lanjut terencana dari hasil
inspeksi harus segera ditindaklanjuti maksimal H+14. Tindak lanjut
terencana ini berdasarkan tingkat kesulitan pekerjaan memerlukan
waktu pemadaman menyebabkan kegagalansehingga dapat klasifikasikan
sebagai prioritas kedua pemeliharaan setelah tindak lanjut darurat
(urgent). Tindak lanjut terencana ini meliputi pekerjaan
penggantian konstruksi antara lain arm tie keropos, cross arm
berkarat, isolator miring, tiang miring, konduktor rantas dan
lain
Petugas inspeksi melakukan inspeksi jaringan pada lokasi yang
tercantum pada perintah kerja yang sudah diterbitkan oleh manajemen
PLN, petugas inspeksi melakukan inspeksi konstruksi dan jarak aman
jaringan (right of way). Gambaran kondisi hasil inspeksi jaringan
di lapangan harus tertuang
ksi, mulai dari kondisi konstruksi, penghantar dan jarak aman
jaringan, serta memberikan rekomendasi perbaikan untuk
ditindaklanjuti dalam pemeliharaan.
Gambar 3.1 Workflow inspeksi dan tindak lanjut Hasil inspeksi
petugas dievaluasi oleh manajemen PLN
ebagai dasar untuk merencanakan tindak lanjut pekerjaan
pemeliharaan jaringan dengan menentukan skala prioritas
Dalam merencanakan pekerjaan tindak lanjut, hasil evaluasi
inspeksi dibagi ke dalam 2 sifat tindak lanjut hasil inspeksi
kan tingkat kesulitan pekerjaan dan resiko kegagalan
Tindak lanjut darurat (urgent) Tindak lanjut urgent atau darurat
dari hasil inspeksi harus segera ditindaklanjuti maksimal H+5,
tindak lanjut ini tidak memerlukan waktu pemadaman lama dan dapat
menyebabkan secara cepat kegagalan operasi dari jaringan, sehingga
harus segera ditindaklanjuti. Tindak lanjut tersebut antara lain
rabas-rabas pohon, potong pohon, pronggol pohon, pembersihan
laying-layang, penggantian isolator retak, penggantian arrester
pecah, perbaikan suspension isolator lepas dan lain-lain. Tindak
lanjut terencana Tindak lanjut terencana dari hasil inspeksi harus
segera ditindaklanjuti maksimal H+14. Tindak lanjut terencana
tingkat kesulitan pekerjaan memerlukan lama dan tidak
langsung
menyebabkan kegagalan operasi suplai tenaga listrik, sehingga
dapat klasifikasikan sebagai prioritas kedua pemeliharaan setelah
tindak lanjut darurat (urgent).
rencana ini meliputi pekerjaan penggantian konstruksi antara
lain arm tie keropos, cross arm berkarat, isolator miring, tiang
miring, konduktor rantas dan lain-lain.
-
Pelaksanaan tindak lanjut hasil inspeksi atau pemeliharaan
jaringan dilakukan oleh rekananpengawasan pegawai PLN berdasarakan
perintah kerja dari manajemen PLN. Tindak lanjut dari pekerjaan
kembali dievaluasi untuk menetukan effektifitas pemeliharaan dan
performance dari jaringan tersebut.
Manajemen PLN dari APJ melakukan sidak
inspeksipenyulang-penyulang yang sering terjadi gangguan, sebagai
tindak lanjut dari hasil temuanyya disampaikan ke unit setempat
untuk ditindaklanjuti upaya pemeliharaan preventif. Kegiatan sidak
inspeksi ini sebagai trigger atau pemacu semangat rekan-rekan unit
untuk mempertajam inspeksi maupun tindak lanjut pekerjaan
pemeliharaan.
Terlihat jelas bahwa peran manajemen PLNdominan dalam setiap
tahapan dari manajemen inspeksi antara lain dari perencanaan
inspeksi, analisa hasil inspeksi, perencaaan tindak lanjut dan pada
akhirnya dalam mengevaluasi progress tindak lanjut hasil inspeksi
secara keseluruhan.
Akan tetapi peran pengendalian oleh manajemen PLNtidak akan
maksimal jika tidak didukung oleh sistem informasi sebagai alat
untuk membantu dan mempertaanalisis maupun supervisi. Atas dasar
tersebut, kami kembangkan sistem aplikasi SI MALANG berbasis web
site yang merefer/merujuk pada manajemen penyulang. Manajemen
penyulang sendiri bertujuan untuk mengetahui dan menginformasikan
kondisi eksisting berkeandalan dari masing-masing penyulang.
Si MALANG (Sistem Informasi MPenyuLANG)
Sistem informasi ini adalah aplikasi berbasis web yang
dikembangkan secara swadaya dan berisikan potret gambaran kondisi
serta monitoring pergerakan progress pemeliharaan preventif dan
kinerja operasi dari penyulang maupun asset sistem distribusi.
Adapun tujuan dari dibuatnya aplikasi ini, antara lain: Kondisi
existing penyulang, baik konstruksi dan jarak
aman (ROW) Fasilitas atau tools sebagai bagian dari
manajemen
asset. Evaluasi kondisi penyulang dan upaya perbaikannya Sebagai
dasar perencanaan pekerjaan Historical kinerja penyulang Analisa
evaluasi performance penyulang Menganalis effektifitas pemeliharaan
terhadap kinerja
penyulang terkait Secara garis besar lingkup sistem informasi
dapat
digambarkan dalam gambar dibawah ini.
Pelaksanaan tindak lanjut hasil inspeksi atau pemeliharaan
jaringan dilakukan oleh rekanan dengan pengawasan pegawai PLN
berdasarakan perintah kerja dari manajemen PLN. Tindak lanjut dari
pekerjaan kembali dievaluasi untuk menetukan effektifitas
pemeliharaan dan
Manajemen PLN dari APJ melakukan sidak inspeksi ke penyulang
yang sering terjadi gangguan, sebagai
tindak lanjut dari hasil temuanyya disampaikan ke unit setempat
untuk ditindaklanjuti upaya pemeliharaan preventif. Kegiatan sidak
inspeksi ini sebagai trigger atau
nit untuk mempertajam inspeksi maupun tindak lanjut pekerjaan
pemeliharaan.
manajemen PLN harus dominan dalam setiap tahapan dari manajemen
inspeksi antara lain dari perencanaan inspeksi, analisa hasil
inspeksi,
lanjut dan pada akhirnya dalam lanjut hasil inspeksi secara
manajemen PLN tidak akan maksimal jika tidak didukung oleh
sistem informasi sebagai alat untuk membantu dan mempertajam
analisis maupun supervisi. Atas dasar tersebut, kami
MALANG berbasis web site yang merefer/merujuk pada manajemen
penyulang. Manajemen penyulang sendiri bertujuan untuk mengetahui
dan menginformasikan kondisi eksisting berikut level
stem Informasi MAnajemen
Sistem informasi ini adalah aplikasi berbasis web yang
dikembangkan secara swadaya dan berisikan potret atau
pergerakan progress pemeliharaan preventif dan kinerja operasi
dari penyulang
Adapun tujuan dari dibuatnya aplikasi ini, antara lain: Kondisi
existing penyulang, baik konstruksi dan jarak
agai bagian dari manajemen
Evaluasi kondisi penyulang dan upaya perbaikannya
penyulang Menganalis effektifitas pemeliharaan terhadap
kinerja
Secara garis besar lingkup sistem informasi dapat
Ruang lingkup Si MALANG ini dapat dideskripsikan sebagai berikut
: a. Profil Penyulang
Menginformasikan jumlah asset sistem distribusi yang terpasang
pada penyulang.
b. Hasil inspeksi Menampung hasil visual inspeksi terhadap
seluruh asset terpasang yang ada di setiap penyulang antara lain
tiang, konstruksi, aksesoris, dan jarak aman jaringan. Hasil
inspeksi akan mengidentifikasi ketidaksempurnaan konstruksi ataupun
kondisi yang rawan mengakibatkan penurunan keandalan penyulang.
c. Tindak lanjut inspeksi Pergerakan tindak lanjut pekerjaan
dari hasil dari inspeksi akan dapat dimonitor secara mudah,
termasuk hasil inspeksi yang belum ada tindak lanjutnya.
d. Evaluasi manajerial Dasar supervisi manajerial untuk
menentukan skala prioritas pemeliharaan
e. Objek Terinspeksi dan TindaklanjutGambaran kondisi penyulang
baik konstruksi maupun jarak aman jaringan (right of waybesi
berkarat, konduktor rantas, GSW rantas, cross arm berkarat, arm tie
patah, isolator retak, isolator berlumut dan berpolutan, cut out
retak dan modifikasi, arrester rusak, jarak aman jaringan dari
pohon diatas dan dibawah 3 meter, jenis pohon dengan klasifikasi
kecepatan pejarak aman jaringan dari benda seperti antena dan
lain
f. Gangguan dan pareto Historical gangguan penyulang dalam
periode tertentu, meliputi pareto penyebab, titik tumpu lokasi
gangguan, indikator relai kerja.
g. Input Data Base Sistem informasi ini tidak terlepas dari
inputan data, antara lain: 1. Data inspeksi dan tindak lanjut
Dasar inputan inspeksi ke dalam aplikasi berupa form lembar
kerja hasil inspeksi di lapangan oleh petugas. Form tersebut
berisikan check list kondisi obyek berikut rekomendasi
perbaikannyakan ditindak lanjuti setelah melalui evaluasi oleh
manajemen. Tindak lanjut pekerjaan ini diinputkan juga ke dalam
aplikasi, sehingga akan dapat memetakan obyek yang sudah maupun
yang belum ditindaklanj
2. Record kinerja operasi penyulangRecord gangguan penyulang GI
maupun peralatan proteksi yang terpasang dijaringan diinputkan,
antara lain data penyebab gangguan, lokasi gangguan (section), dan
energi.
h. Output Data Base Output dari sistem aplikasi ini adalah
penyulang maupun asset sistem distribusi dan dapat diajdikan tools
untuk analisa evaluasi. Adapun output akhir dari database ini
adalah berupa performance indicator antara lain:1. Pemeliharaan
a. Jumlah hasil inspeksi yang belum ditindaklanjutib. Rincian
inspeksi yang belum ditindaklanjutic. Hasil inspeksi yang belum
ditindaklanjuti per obd. Jumlah hasil inspeksi yang sudah
ditindaklanjutie. Rincian inspeksi yang sudah ditindaklanjutif.
Hasil inspeksi yang sudah ditindaklanjuti per ob
2. Gangguan a. Rekapitulasi gangguanb. Rekapitulasi penyebab
lingkup Si MALANG ini dapat dideskripsikan
Menginformasikan jumlah asset sistem distribusi yang .
Menampung hasil visual inspeksi terhadap seluruh asset terpasang
yang ada di setiap penyulang antara lain tiang, konstruksi,
aksesoris, dan jarak aman jaringan. Hasil inspeksi akan
mengidentifikasi ketidaksempurnaan
upun kondisi yang rawan mengakibatkan penurunan keandalan
penyulang.
Pergerakan tindak lanjut pekerjaan dari hasil dari inspeksi akan
dapat dimonitor secara mudah, termasuk hasil inspeksi yang belum
ada tindak lanjutnya.
Dasar supervisi manajerial untuk menentukan skala
Terinspeksi dan Tindaklanjut Gambaran kondisi penyulang baik
konstruksi maupun jarak
right of way), seperti tiang miring, tiang or rantas, GSW
rantas, cross arm
berkarat, arm tie patah, isolator retak, isolator berlumut dan
berpolutan, cut out retak dan modifikasi, arrester rusak, jarak
aman jaringan dari pohon diatas dan dibawah 3 meter, jenis pohon
dengan klasifikasi kecepatan pertumbuhan, jarak aman jaringan dari
benda seperti antena dan lain-lain.
Historical gangguan penyulang dalam periode tertentu, meliputi
pareto penyebab, titik tumpu lokasi gangguan,
ini tidak terlepas dari inputan data, antara
Data inspeksi dan tindak lanjut Dasar inputan inspeksi ke dalam
aplikasi berupa form lembar kerja hasil inspeksi di lapangan oleh
petugas. Form tersebut berisikan check list kondisi obyek berikut
rekomendasi perbaikannya. Rekomendasi hasil inspeksi akan ditindak
lanjuti setelah melalui evaluasi oleh manajemen. Tindak lanjut
pekerjaan ini diinputkan juga ke dalam aplikasi, sehingga akan
dapat memetakan obyek yang sudah maupun yang belum ditindaklanjuti.
Record kinerja operasi penyulang Record gangguan penyulang baik
yang dirasakan oleh GI maupun peralatan proteksi yang terpasang
dijaringan diinputkan, antara lain data penyebab gangguan,
lokasi
dan aktifitas penormalan suplai
stem aplikasi ini adalah gambaran kondisi penyulang maupun asset
sistem distribusi dan dapat
untuk analisa evaluasi. Adapun output akhir dari database ini
adalah berupa
antara lain:
Jumlah hasil inspeksi yang belum ditindaklanjuti Rincian
inspeksi yang belum ditindaklanjuti
asil inspeksi yang belum ditindaklanjuti per obyek Jumlah hasil
inspeksi yang sudah ditindaklanjuti
incian inspeksi yang sudah ditindaklanjuti inspeksi yang sudah
ditindaklanjuti per obyek
gangguan penyebab gangguan
-
c. Titik tumpu gangguan (fokus pada Sectiond. Gangguan per
indikator e. Padam terencana f. Lama padam per indikator (PMT,
Recloser, PMCB)
3. Pemeliharaan VS gangguan a. Korelasi volume pekerjaan
pemeliharaan (inspeksi dan
tindak lanjut) dengan kinerja atau gangguan penyulang fokus pada
section tertentu.
b. Korelasi penyebab gangguan dengan variasi dan volume
pekerjaan pemeliharaan.
Performance indicator tersebut dapat disajikan per unit, per
penyulang maupun per periode waktu yang bertujuan untuk memfokuskan
analisa evaluasi performancepemeliharaan dan kinerja penyulang
sebagai dasar untuk menentukan skala prioritas pemeliharaan
asset.
PREVIEW SIMALANG
Overview outline menu SIMALANG
Overview outline entry data inputan SIMALANG
Overview gangguan VS pemeliharaan SIMALANG fokus pada section
tertentu
Section)
ama padam per indikator (PMT, Recloser, PMCB)
Korelasi volume pekerjaan pemeliharaan (inspeksi dan tindak
lanjut) dengan kinerja atau gangguan
tertentu. Korelasi penyebab gangguan dengan variasi dan
at disajikan per unit, per penyulang maupun per periode waktu
yang bertujuan untuk
performance dari pemeliharaan dan kinerja penyulang sebagai
dasar untuk menentukan skala prioritas pemeliharaan asset.
PREVIEW SIMALANG
outline entry data inputan SIMALANG
gangguan VS pemeliharaan SIMALANG fokus pada section
tertentu
INSPEKTOR & TOOLS INSPECTIONUntuk menunjang keberhasilan
manajemen inspeksi, tidak
terlepas dari peran aktif petugas inspeksi sebagai inspektor di
lapangan. Petugas inspeksi dalam melakukan peran tugasnya sebagai
inspektor perlu dibekali kemampuan ketajaman dalam menginspeksi
jaringan, baik secara visual maupun menggunakan peralatan-peralatan
inspeksi. Untuk memkebutuhan itu kompetenasi petugas inspeksi,
manajemen PLN memfasilitasi petugas untuk ikut sertifikasi
kompetensi dan mengadakan swakelola pelatihan (area. Pengadaan
maupun pengembangan peralatanuntuk mempertajam inspeksi jaringan
sebagai sarana pendukung terus dilakukan oleh manajemen PLN baik
dari kantor distribusi maupun area.
Teknik untuk mempertajam inspeksi agar lebih fokus dibagi ke
dalam 2 bagian, yaitu: a. Inspeksi konstruksi
Untuk inspeksi konstruksi dilaktiap tiang dan konduktor dengan
cara jalan kaki.
b. Inspeksi jarak aman jaringan (Inspeksi jarak aman jaringan
(dengan menggunakan kendaraan sepeda motor, agar lebih cepat dalam
menemukan hasil insbenar rawan. Dalam melakukan inspeksi jaringan,
petugas membawa
peta jaringan dan form lembar kerja inspeksi. Form lembar kerja
inspeksi berisi hasil temuan atau kondisi jaringan berikut
rekomendasi perbaikannya.
Pemetaan area inspeksi maupun tindak lanjut dilakukan dengan
mengoptimalkan pengolahan data induk jaringan (PDPJ). Di PDPJ
ditambahkan gambaran kondisi jaringan yang rawan terhadap pohon,
petir maupun layangstrategi untuk inspeksi dan tindak lanjut.
4. KESIMPULAN 1. Manajemen asset yang meliputi perencanaan,
pengendalian dan evaluasi terhadap upaya perbaikan terhadap
perbaikan asset secara
2. Supervisi skala prioritas pemeliharaan.3. Fokus evaluasi
performance penyulang pada section
tertentu. 4. Effektifitas pemeliharaan asset.5. Konsistensi
manajemen terhadap
inspeksi
5. DAFTAR PUSTAKA Surat edaran No. 006E/465/PD.I, (1990).
Manajemen Pemeliharaan Jaringan Distribusi, Perusahaan Umum Listrik
Negara.
INSPEKTOR & TOOLS INSPECTION Untuk menunjang keberhasilan
manajemen inspeksi, tidak
petugas inspeksi sebagai inspektor di lapangan. Petugas inspeksi
dalam melakukan peran tugasnya sebagai inspektor perlu dibekali
kemampuan ketajaman dalam menginspeksi jaringan, baik secara visual
maupun
peralatan inspeksi. Untuk memenuhi kebutuhan itu kompetenasi
petugas inspeksi, manajemen PLN memfasilitasi petugas untuk ikut
sertifikasi kompetensi dan mengadakan swakelola pelatihan (in house
training) lokal di area. Pengadaan maupun pengembangan
peralatan-peralatan
m inspeksi jaringan sebagai sarana pendukung terus dilakukan
oleh manajemen PLN baik dari kantor distribusi maupun area.
Teknik untuk mempertajam inspeksi agar lebih fokus dibagi
Untuk inspeksi konstruksi dilakukan melalui pengamatan tiap
tiang dan konduktor dengan cara jalan kaki. Inspeksi jarak aman
jaringan (right of way) Inspeksi jarak aman jaringan (right of way)
dilakukan dengan menggunakan kendaraan sepeda motor, agar lebih
cepat dalam menemukan hasil inseksi yang memang benar-
Dalam melakukan inspeksi jaringan, petugas membawa peta jaringan
dan form lembar kerja inspeksi. Form lembar kerja inspeksi berisi
hasil temuan atau kondisi jaringan berikut
si maupun tindak lanjut dilakukan dengan mengoptimalkan
pengolahan data induk jaringan (PDPJ). Di PDPJ ditambahkan gambaran
kondisi jaringan yang rawan terhadap pohon, petir maupun
layang-layang sebagai strategi untuk inspeksi dan tindak
lanjut.
Manajemen asset yang meliputi perencanaan, pengendalian dan
evaluasi terhadap upaya perbaikan terhadap perbaikan asset secara
continues. Supervisi skala prioritas pemeliharaan. Fokus evaluasi
performance penyulang pada section
liharaan asset. Konsistensi manajemen terhadap workflow
manajemen
Surat edaran No. 006E/465/PD.I, (1990). Manajemen Pemeliharaan
Jaringan Distribusi, Perusahaan Umum