Top Banner
OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA Disusun oleh: Ahmad Agung Masykuri NIM 13405241057 Siti Rahmawati NIM 13312244017 Arum Restu Widyasti NIM 14303241052 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2015
28

OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

Apr 22, 2023

Download

Documents

Pipit Utami
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI

UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN

INDONESIA

Disusun oleh:

Ahmad Agung Masykuri NIM 13405241057

Siti Rahmawati NIM 13312244017

Arum Restu Widyasti NIM 14303241052

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2015

Page 2: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

ii

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul karya tulis : Optimalisasi Lumbung Pangan Desa (LPD)

sebagai Upaya Mewujudkan Ketahanan

Pangan Indonesia

2. Ketua Pelaksana

a. Nama : Ahmad Agung Masykuri

b. NIM : 13405241057

c. Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Sosial/Pendidikan Geografi

d. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta

e. Alamat : Samirono CT VI, Depok, Sleman,

Yogyakarta

f. No Telp/Hp : 085281419309

g. E-mail : [email protected]

3. Jumlah anggota : 2 orang

4. Dosen pendamping

a. Nama Lengkap dan Gelar : Drs. Heru Pramono, S.U

b. NIP : 19501227 198003 1 001

c. Alamat Rumah : Karangsari 06/31 Wedomartani Ngemplak

Sleman

a. No. Tlp/Hp : 085281419309

Yogyakarta, 21 April 2015

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

(Drs. Heru Pramono, S.U)

NIP 19501227 198003 1 001

Ketua Kelompok

(Ahmad Agung Masykuri)

NIM 13405241057

Wakil Rektor III UNY

(Prof. Dr. Sumaryanto, M.Kes)

NIP 19650301 199001 1 001

Page 3: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

iii

SURAT PERNYATAAN PESERTA

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ahmad Agung Masykuri

NIM : 13405241057

Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Sosial/Pendidikan Geografi

Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta

No. Tlp/Hp : 085281419309

Nama : Siti Rahmawati

NIM : 13312244017

Fakultas/Jurusan : FMIPA/Pendidikan IPA

Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta

No. Tlp/Hp : 085736204797

Nama : Arum Restu Widyasti

NIM : 14303241052

Fakultas/Jurusan : FMIPA/Pendidikan Kimia

Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta

No. Tlp/Hp : 083840648276

Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis dengan judul, “Optimalisasi Lumbung

Pangan Desa (LPD) sebagai Upaya Mewujudkan Ketahanan Pangan Indonesia”

adalah asli (orisinil) merupakan hasil karya tulis kami dan buka njiblakan. Karya

tulis tersebut belu pernah dan/atau tidak sedang diikut sertakan dalam lomba lain

serta belum pernah dipublikasikan kecuali dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah

SCEPTA 2015 yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Malang.

Apabila dikemudian hari terbukti sebaliknya, maka kami bersedia mendapat

sanksi dan didiskualifikasi dari kompetisi tersebut. demikian surat ini dibuat

dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan dari siapapun.

Yogyakarta, 21 April 2015

Yang Menyatakan,

Ketua Kelompok

(Ahmad Agung Masykuri)

NIM 13405241057

Anggota I

(Siti Rahmawati)

NIM 13312244017

Anggota II

(Arum Restu Widyasti)

NIM 14303241052

Page 4: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul; “Rehabilitasi

Mahasiswa Pemakai Narkoba Berbasis Kampus”. Dengan tersusunnya karya tulis

ini kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta kami yang telah memberikan dorongan semangat moral

maupun material kepada kami.

2. Prof. Dr. Sumaryanto, M.Kes selaku Wakil Rektor 3 yang mendorong Mahasiswa

untuk terus berkarya.

3. Teman-teman yang selalu memberi dorongan dan semangat serta memberikan

kritik dan saran atas karya tulis ini.

4. Semua pihak yang telah membantu kami yang tidak dapat kami sebutkan satu

persatu.

Kami sadar bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih banyak

mengalami kekurangan dan kesalahan untuk itu kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat kami harapkan dari semua pihak. Akhir kata dengan segala

keterbatasan penulis sebagai manusia biasa, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak. Amin.

Yogyakarta, 21 April 2015

Penulis

Page 5: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN PESERTA .......................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................. v

ABSTRAK .................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................... 3

D. Manfaat ................................................................................................. 3

BAB II TELAAH PUSTAKA

A. Lumbung Pangan .................................................................................. 4

B. Ketahanan Pangan ................................................................................ 5

BAB III METODE PENULISAN

A. Jenis Penulisan ...................................................................................... 11

B. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 11

C. Analisis Data ......................................................................................... 11

D. Bagan Alur Penulisan ........................................................................... 12

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

A. Alasan Pengoptimalan Lumbung Pangan Desa (LPD) dalam

Ketahanan Pangan di Indonesia ............................................................ 13

B. Upaya-upaya Pemberdayaan Lumbung Pangan Desa (LPD)

untuk Ketahanan Pangan di Indonesia .................................................. 16

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan ............................................................................................... 19

B. Rekomendasi ......................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 20

Page 6: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

vi

ABSTRAK

Pangan merupakan kebutuhan primer bagi manusia yang dibutuhkan selama

kehidupan. Ketersediaan pangan bagi kehidupan masyarakat harus selalu terjamin

keberadannya. Ketahanan pangan telah diatur di UU No.7 tahun 1996 Pasal 45

yang mengamatkan bahwa pemerintahan bersama masyarakat bertanggungjawab

mewujudkan ketahanan pangan. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010

sejumlah 237 juta jiwa yang 90% masyarakat Indonesia menjadikan beras sebagai

makanan pokok untuk memenuhi kebutuhan pangan setiap harinya. Menurut

Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan (periode 2010 – 2014) menyatakan

bahwa masyarakat Indonesia mengonsumsi beras pada tahun 2014 sebanyak 130

kilogram/tahun/kapita (kompas.com pada 4 September 2014). Namun, pada tahun

2011 dan 2012 terjadi penurunan konsumsi rata – rata beras nasional sekitar

139,15 kg/kapita/tahun pada tahun 2010 menjadi sekitar 137,1 kg/kapita/tahun di

tahun 2011 dan turun lagi menjadi 135,01 kg/kapita/tahun (Direktorat Pangan dan

Pertanian, 2013).

Penurunan konsumsi tersebut dikarenakan adanya konservasi lahan pertanian

produktif menjadi lahan nonproduktif, selain itu karena ketidakmampuan

masyarakat kelas kebawah membeli beras. Hal inilah yang menyebabkan

penurunan kebutuhan pangan masyarakat. Selama ini Lumbung Pangan Desa

(LPD) yang berfungsi untuk menyimpan cadangan dan hasil panen belum dapat

digunakan secara optimal dan keberfungsiannya masih sedikit sehingga perlu

adanya upaya untuk memaksimalkan kegunaan Lumbung Pangan Desa (LPD)

yang dapat mengatasi kerawanan pangan di Indonesia. Jenis penulisan yang

digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan sumber data sekunder. Penulisan ini

bertujuan untuk (1) mengetahui pentingnya pengoptimalan Lumbung Pangan

Desa (LPD) sebagai upaya mewujudkan ketahanan pangan Indonesia dan (2)

mengetahui upaya pemberdayaan Lumbung Pangan Desa (LPD) sebagai upaya

mewujudkan ketahanan pangan Indonesia. Pengoptimalan Lumbung Pangan Desa

(LPD) ini dapat menjadi salah satu cara untuk mengatasi kekurangan pangan

karena adanya penyimpanan dan cadangan makanan. Masyarakat bersama – sama

mendukung dan ikut andil dalam mewujudkan ketahanan pangan Indonesia

melalui Lumbung Pangan Desa (LPD).

Kata kunci: Ketahanan, LPD, Optimalisasi, Pangan.

Page 7: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan Swasembada Pangan dengan Ketahanan Pangan ............. 7

Tabel 2. Konsumsi dan Surplus/Defisit Beras Tahun 2008-2012 .................... 11

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sebaran Geografis Produksi Beras di Indonesia, 2012 .................. 12

Page 8: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia.

Ketersediaan pangan bagi kehidupan masyarakat harus selalu terjamin

keberadaannya. Ketahanan pangan ini di atur di dalam UU No. 7 tahun 1996

Pasal 45 yang mengamatkan bahwa pemerintah bersama masyarakat

bertanggungjawab mewujudkan ketahanan pangan. Pemerintah

menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan

terhadap ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah dan mutunya, aman,

merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Selanjutnya, masyarakat

memiliki peran dalam ketahanan pangan, yaitu memiliki kesempatan untuk

berperan seluas-luasnya dalam mewujudkan perlindungan bagi orang

perseorangan yang mengkonsumsi pangan, sesuai dengan ketentuan undang-

undang dan peraturan yang berlaku. Masyarakat dapat menyampaikan

permasalahan, masukan dan atau cara pemecahan mengenai hal-hal di bidang

pangan.

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 sejumlah 237 juta jiwa.

Sedangkan 90% masyarakat Indonesia sekarang ini menjadikan beras sebagai

komoditas utama dalam pemenuhan kebutuhan pangan setiap harinya.

Kegiatan konsumsi tersebut menurut Wakil Menteri Pertanian Rusman

Heriawan (periode 2010-2014) menyatakan bahwa konsumsi yang dilakukan

masyarakat Indonesia terhadap hasil pengolahan beras yang berupa nasi pada

tahun 2014 sebanyak 130 kilogram/tahun/kapita (kompas.com pada 4

September 2014). Di sisi lain, konsumsi beras di tahun 2014 mengalami

penurunan tingkat konsumsi dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2011

dan 2012 konsumsi rata-rata beras nasional per kapita per tahun mengalami

penurunan dari sekitar 139,15 kg/kapita/tahun pada tahun 2010 menjadi sekitar

Page 9: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

2

137,1 kg/kapita/tahun di tahun 2011 dan turun lagi menjadi sekitar 135,01

kg/kapita/tahun (Direktorat Pangan dan Pertanian, 2013).

Penurunan konsumsi rata-rata beras per kapita per tahun di atas terkait

dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang cenderung mengurangi

konsumsi nasi khususnya pada masyarakat kelas menengah yang jumlahnya

semakin bertambah. Namun tidak dapat dipungkiri, penurunan konsumsi rata-

rata beras tersebut dapat disebabkan oleh ketidakmampuan masyarakat kelas

menengah ke bawah untuk membeli beras yang menjadi bahan pokok makanan

sehari-hari. Tidak hanya itu, terjadinya konservasi lahan pertanian produktif

menjadi lahan nonproduktif. Saat ini konservasi lahan produktif pertanian di

Indonesia terjadi rata-rata sekitar 100 ribu hektare per tahun. Sedangkan

pemerintah hanya mampu menciptakan lahan sawah baru sekitar 40 ribu hektar

per tahun (diakses dari http://www.tempo.co/, pada tanggal 19 Maret 2014).

Hal ini dapat menyebabkan penurunan dalam pemenuhan kebutuhan pangan

masyarakat dan akhirnya menyebabkan kerawanan pangan di masyarakat.

Upaya pemberdayaan dan peningkatan ketahanan pangan di masyarakat

dapat dilakukan dengan mengoptimalkan Lumbung Pangan Desa (LPD)

kembali. Pengoptimalan ini bertujuan untuk menyimpan hasil panen

masyarakat yang mampu dikelola oleh masyarakat sendiri. Tidak hanya itu,

Lumbung Pangan Desa (LPD) mampu menjadi tempat penyimpan cadangan

beras nasional di luar cadangan beras pemerintah yang dikelola oleh Perum

Bulog.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditentukan rumusan masalah,

sebagai berikut:

1. Mengapa perlu adanya pengoptimalan Lumbung Pangan Desa (LPD) dalam

ketahanan pangan di Indonesia?

2. Bagaimana upaya pemberdayaan Lumbung Pangan Desa (LPD) dalam

ketahanan pangan di Indonesia?

Page 10: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

3

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat ditentukan tujuan dari

penulisan karya tulis ilmiah ini, sebagai berikut:

1. Memaparkan perlu adanya pengoptimalan Lumbung Pangan Desa (LPD)

dalam ketahanan pangan di Indonesia.

2. Mendeskripsikan upaya pemberdayaan Lumbung Pangan Desa (LPD)

dalam ketahanan pangan di Indonesia.

D. Manfaat

Berdasarkan tujuan kepenulisan di atas, maka dapat diketahui manfaat

kepenulisan karya tulis ilmiah ini, sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

a. Dapat mengembangkan khasanah kelimuan dan pengetahuan, terutama

di ketahanan pangan di Indonesia.

b. Sebagai penerapan prosedur penulisan ilmiah melalui karya tulis.

2. Manfaat praktis

a. Memberikan solusi permasalahan krisis pangan dan ketahanan pangan

yang ada di Indonesia.

b. Sebagai rekomendasi pembuatan kebijakan masalah ketahanan pangan

bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Page 11: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

4

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Lumbung Pangan

Lumbung pangan merupakan cadangan pangan yang berfungsi untuk

menjaga stok atau stabilitas pangan baik karena musim paceklik atau karena

ada kondisi darurat seperti bencana alam (Rachmat dkk, 2010:ii).

Menurut Kusumowardini (dalam Saleh dkk, 2011:14) istilah lumbung

pangan sebagai berikut:

Istilah lumpung pangan telah dikenal oleh masyarkaat di beberapa

daerah. Lumbung yang ada sering dikonotasikan sebagai lumbung

paceklik. Lumbung paceklik tersebut dibentuk sebagai cadangan bagi

petani di musim paceklik sehingga petani dapat meminjam gabah untuk

mencukupi kebutuhan rumah tangga. Keberadaan lumbung pangan

merupakan lembaga alternatif yang diupayakan dapat menggantikan

peran kelembagaan lokal yang sekarang mengalami banyak kehancuran.

Keberadaan lumbungan tidak hanya diperlukan pada masa paceklik saja

melainkan sebagai alternatif penyediaan modal bagi petani. Peran yang

dijalankan oleh lumbung pangan adalah sebagai berikut:

1. Menampung surplus produksi pangan pedesaan pada saat panen.

2. Melayani kebutuhan pangan pedesaan pada musim paceklik.

3. Melakukan simulasi pemupukan modal melalui iuran dalam bentuk

bahan pangan maupun tunai.

4. Membantu petani yang kesulitan modal usaha dengan cara

menyediakan alternatif kredit mikro bagi warga komunitas sehingga

warga terhindar dari praktek-praktek bank harian dari para pengijon.

5. Menghindari petani dari kerugian penjualan dini atas produksi usaha

tani untuk memenuhi kebutuhan mendesak dan menghindarkan

petani untuk membeli bahan pangan pokok dengan harga tinggi pada

musim paceklik.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa lumbung pangan adalah

cadangan bagi para petani di musim paceklik yang berfungsi untuk menjaga

stok atau stabilitas pangan dan dapat digunakan untuk meminjam gabah untuk

mencukupi kebutuhan rumah tangga.

Lebih lanjut, lumbung pangan memiliki fungsi yang disampaikan oleh

Soemarno (2010:3) adalah sebagai berikut:

Page 12: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

5

Lumbung pangan akan memberikan pinjaman pangan tanpa ada kewajiban

untuk mengembalikan. Ini sifatnya bantuan dan besarannya tergantung

tingkat kerusakan dan kesepakatan warga. Begitu pula bila musim

kemarau datang lebih lama, warga tak perlu panik kekurangan makanan.

Lumbung pangan mereka siap kapan saja membantu warga yang dilanda

paceklik.

Warga yang kekurangan benih untuk musim tanam berikutnya, misalnya

karena benih cadangan ikut terjual untuk kebutuhan anak sekolah, juga

tidak usah gelisah. Mereka bisa meminjam benih dari lumbung pangan itu.

Lumbung ini tidak hanya menyimpan gabah kering giling, umbi-umbian,

atau kacangkacangan, tetapi juga keperluan petani lainnya seperti benih.

Menurut Soemarno (2010:11-12) program pembangunan sistem dan

kelembagaan Lumbung Desa Modern merupakan upaya pemberdayaan petani

untuk mengatasi gejolak harga gabah, dengan mengembangkan manajemen

stok disertai distribusi secara optimal yang mempunyai tujuan antara lain:

Mengintegrasikan subsistem produksi dan pasar, sehingga menjamin

adanya kepastian harga produk tanaman pangan yang dapat memperbaiki

pendapatan petani,

Memasyarakatkan dan memperkuat sistem lumbung pangan

untukmeningkatkan nilai tambah produk tanaman pangan dan ketahanan

pangan,

Mengembangkan kerjasama kemitraan dengan pihak lain untuk

mengembangkan agribisnis tanaman pangan.

B. Ketahanan Pangan

Menurut FAO (1997) ketahanan pangan merupakan situasi dimana

semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk

memperoleh pangan bagi seluruh anggota keluarganya, dan dimana rumah

tangga tidak beresiko untuk mengalami kehilangan kedua akses tersebut. hal

tersebut berarti konsep ketahanan pangan mencakup ketersediaan yang

mewadahi, stabilitas, dan akses terhadap pangan-pangan utama. Ketersediaan

pangan yang memadahi mengandung arti bahwa secara rata-rata, pangan

tersedia dalam jumlah yang mampu memenuhi kebutuhan konsumsi. Stabilitas

merujuk pada kemungkinan bahwa pada siatuasi yang sesulit apapun, konsumsi

pangan tidak akan jatuh di bawah kebutuhan gizi yang dianjurkan. Sedangkan

akses mengacu pada fakta bahwa masih banyak masyarakat yang mengalami

kelaparan karena ketidakadaan sumberdaya untuk memproduksi pangan atau

ketidakmampuan untuk membeli pangan sesuai kebutuhan. Determinan utama

Page 13: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

6

dari ketahanan pangan adalah daya beli atau pendapat untuk memenuhi biaya

hidup (Tabor et al dalam Saleh, 2011).

Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, ketahanan

pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin

dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,

merata, dan terjangkau. Selanjutnya, pemerintah bersama masyarakat

bertanggung jawab untuk mewujudkan ketahanan pangan. Dalam rangka

mewujudkan ketahanan pangan tersebut, pemerintah menyelenggarakan

pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap ketersediaan

pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, beragam,

merata, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Selain itu, masyarkat

memiliki kesempatan untuk berperan seluas-luasnya dalam mewujudkan

perlindungan bagi orang perseorangan yang mengkonsumsi pangan, sesuai

dengan ketentuan Undang-Undang yang berlaku. Dalam partisipasinya,

masyarakat dapat menyampaikan permasalahan, masukan dan atau cara

pemecahan mengenai hal-hal di bidang pangan.

Deklarasi Roma tentang Ketahanan Pangan Dunia (Rome Declaration

on World Food Security) yang dicanangkan pada saat Pertemuan Puncak

Pangan Dunia (World Food Summit) tanggal 13-17 November 1996,

mendefinisikan ketahanan pangan sebagai: ‘Food security exists when all

people, at all time, have physical and economic access to sufficient, safe and

nutritions food to meet their dietary needs and food preferences for an active

and healthy life’. Kondisi ketahanan pangan tercapai jika semua individu, pada

setiap saat, memiliki akses secara fisik dan finansial untuk mendapatkan

pangan yang cukup, aman, dan bergizi, sesuai dengan kebutuhan dan seleranya

untuk dapat hidup sehat dan produktif (Kemenristek, 2006:2).

Dari defini di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ketahanan pangan

adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari

tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata,

dan terjangkau pada setiap saat.

Ketahanan pangan memiliki pengertian yang berbeda dengan

swasembada pangan. Hal ini menurut Rahman (2010:7) disebabkan

Page 14: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

7

swasembada pangan umumnya merupakan capaian peningkatan ketersediaan

pangan dengan wilayah nasional, sedangkan ketahanan pangan lebih

mengutamakan akses setiap individu untuk memperoleh pangan yang bergizi

untuk sehat dan produktif. Perbedaan tersebut selanjutnya oleh Rahmat

(2010:7) dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 1. Perbedaan Swasembada Pangan dengan Ketahanan Pangan

Indikator Swasembada Pangan Ketahanan Pangan

Lingkup Nasional Rumah tangga dan individu

Sasaran Komoditas pangan Manusia

Strategi Substitusi impor Peningkatan ketersediaan pangan,

akses pangan dan penyerapan

pangan

Output Peningkatan produksi

pangan

Status gizi (penurunan: kelaparan,

gizi kurang dan gizi buruk)

Outcome Kecukupan pangan oleh

produk domestik

Manusia sehat dan produktif (angka

harapan hidup tinggi)

Alasan ketahanan pangan perlu diterapkan di Indonesia dibandingkan

swasembada yang disampaikan oleh Direktorat Pangan dan Pertanian

(2013:359) sebagai berikut:

1. Upaya pencapaian swasembada beras secara mati-matian (at all costs)

memerlukan biaya terlalu besar, yang akan menghilangkan kesempatan

bagi komoditas-komoditas lain yang berdaya saing tinggi di pasar ekspor

dan pasar domestik untuk berkembang. Sebagai contoh, pada APBN 2013

dialokasikan Rp 200 triliun untuk program swasembada beras untuk

pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi, subsidi pupuk dan benih,

dan lain-lain.

2. Luas lahan sawah terus mengalami konversi ke penggunaan lain, baik

untuk non-pertanian maupun beralih ke komoditas non-beras.

Kecenderungan ini akan terus terjadi karena sulit dicegah. Sementara itu,

pencetakan sawah baru berjalan lambat karena berbagai persoalan.

Page 15: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

8

Walaupun terdapat lahan terlantar/tidur sangat luas, lahan tersebut tidak

serta-merta dapat digunakan untuk pembuatan sawah karena masalah status

pemilikan/penguasaan lahan yang rumit.

3. Hasil-hasil riset hingga saat belum dapat menghasilkan varietas padi

dengan produktivitas tinggi (diatas 7 ton GKG/ha). Produktivitas padi yang

ada di Indonesia sebenarnya sudah jauh melebihi produktivitas padi di

Thailand dan Vietnam, sehingga sulit dinaikkan.

4. Swasembada on-trend sebesar 70-80% dari kebutuhan beras nasional

dipandang sudah memadai. Selebihnya, 20-30% dapat diimpor dari negara-

negara lain. Yang penting adalah memenuhi prinsip ketahanan pangan

sebagaimana telah disampaikan dimuka. Upaya yang telah dilakukan

pemerintah Indonesia untuk memperoleh jaminan pasokan beras dari

Vietnam melalui penandatanganan MoU (nota kesepahaman) 18 September

2012 yang berisi bahwa Vietnam siap memasok beras sebanyak 1,5 juta ton

per tahun jika Indonesia membutuhkannya sewaktu-waktu untuk cadangan

beras nasional. Kesepakatan dengan Vietnam itu berlaku untuk 2013-2017.

Sebelumnya, Indonesia juga telah menandatangani MoU dengan Thailand

dan Kamboja dengan komitmen masing-masing menyediakan 1,1 juta ton

per tahun.

Ada delapan masalah tentang ketersediaan pangan yang disampaikan

oleh Kemenristek (2006:11), sebagai berikut:

1. Kebutuhan pangan masyarkat lebih tinggi dari kapasitas produksi dalam

negeri,

2. Pengurangan luasan lahan pertanian produktif akibat konversi

penggunaannya untuk kepentingan non-pertanian,

3. Pola konsumsi yang masih sangat didominasi oleh beras, upaya

diversifikasi pangan masih terkendala oleh keterbatasan pengetahuan dan

keterjangkauan,

4. Pasokan pangan hingga tingkat rumah tangga sering terhambat sebagai

akibat dari kebterbatasan jaringan transportasi,

5. Beberapa produk pangan tidak tersedia sepanjang tahun karena siklus

produksi alami jenis komoditas pangan yang dibudidayakan, faktor

Page 16: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

9

agroklimat, dan belum berkembangnya agroindustri untuk pengolahan

/pengawetannya;

6. Masih sering dijumpai produk pangan yang tidak memenuhi standar

kesehatan pangan dan/atau sesuai dengan syarat kehalalannya;

7. Belum semua rumah tangga secara ekonomi mampu memenuhi kebutuhan

pangan pokoknya;

8. Marjin keuntungan usahatani tanaman pangan sangat kecil, sehingga

sangat menghambat motivasi petani untuk meningkatkan produksinya.

Ada tiga komponen kebijakan untuk menjamin ketahanan pangan di

Indonesia yang diajukan oleh Worldbank (2011:1), yaitu:

1. Ketersediaan pangan: Indonesia secara umum tidak memiliki masalah

terhadap ketersediaan pangan. Indonesia memproduksi sekitar 31 juta ton

beras setiap tahunnya dan mengkonsumsi sedikit diatas tingkat produksi

tersebut; dimana impor umumnya kurang dari 7% komsumsi. Lebih jauh

jaringan distribusi swasta ang berjalan secara effisien turut memperkuat

ketahanan pangan di seluruh Indonesia. Beberapa kebijakan kunci yang

memiliki pengaruh terhadap ketersediaan pangan meliputi:

a. Larangan impor beras

b. Upaya Kementreian Pertanian untuk mendorong produksi pangan

c. Pengaturan BULOG mengenai ketersediaan stok beras

2. Keterjangkauan pangan. Elemen terpenting dari kebijakan ketahanan

pangan ialah adanya jaminan bagi kaum miskin untuk menjangkau sumber

makanan yang mencukupi. Cara terbaik yang harus diambil untuk

mencapai tujuan ini ialah dengan memperluas strategi pertumbuhan

ekonomi, khususnya eprtumbuhan yang memberikan manfaat bagi kaum

miskin. Kebijakan ini dapat didukung melalui program bantuan langsung

kepada masyarkaat miskin, yang diberikan secara seksama dengan target

yang sesuai. Sejumlah kebijakan penting yang mempengaruhi

keterjangkauan pangan meliputi:

a. Program Raskin yang selama ini telah memberikan subsidi beras bagi

hampir 9 juta rumah tangga.

b. Upaya BULOG untuk mempertahankan harga pagu beras.

Page 17: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

10

c. Hambatan perdagangan yang mengakibatkan harga pangan domestik

lebih tinggi dibandingkan harga dunia.

3. Kualitas Makanan dan Nutrisi: Hal yang juga penting untuk diperhatikan,

sebagai bagian dari kebijakan untuk menjamin ketersediaan pangan yang

mencukupi bagi penduduk, ialah kualitas pangan itu sendiri. Artinya

penduduk dapat mengkonsumsi nutrisi-nutrisi mikro (gizi dan vitamin)

yang mencukupi untuk dapat hidup sehat. Konsumsi pangan pada setiap

kelompok pengeluaran rumah tangga telah meningkat pada jenis-jenis

pangan yang berkualitas lebih baik. Namun, seperti catatan diatas, keadaan

nutrisi makanan belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan sejak akhir

krisis. Sejumlah kebijakan penting yang berpengaruh terhadap kualitas

pangan dan nutrisi meliputi:

a. Upaya untuk melindungi sejumlah komoditas pangan penting

b. Memperkenalkan program pangan tambahan setelah krisis

c. Penyebarluasan dan pemasaran informasi mengenai nutrisi

Page 18: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

11

BAB III

METODE PENULISAN

A. Jenis Penulisan

Jenis Penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini adalah

penulisan deskriptif kualitatif. Nana Syaodih (2013: 72) menyebutkan

bahwa metode deskriptif mendeskripsikan atau menggambarkan

fenomena – fenomena yang ada. penelitian ini mengkaji bentuk aktivitas,

karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan

fenomena lain. Pendekataan deskriptif kualitatif merupakan pendekataan

yang menganalisis fakta – fakta yang ditemui mengenai kebutuhan

pangan masyarakat dengan ketersediaan pangan. Kemudian dari analisis

fakta – fakta tersebut mencari solusi yang tepat untuk mengatasi

permasalahan tersebut.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumenter

(documentary study)). Menurut (Nana Syaodih 2013: 201) studi

dokumenter merupakan teknik pengumpulan data dengan menghimpun

dan menganalisis dokumen – dokumen, baik dokumen tertulis, gambar,

maupun elektronik. Bahan yang digunakan dalam penulisan ini yaitu

buku – buku yang relevan, jurnal, artikel, dan internet yang sesuai dengan

permasalahan yang dikaji.

C. Analisis Data

Analisis data dilakukan pada saat dan setelah pengumpulan data.

Teknik analisis data menggunakan content isi (analisis isi). Analisis ini

dilakukan dengan memilih sumber data dari bahan pustaka yang sesuai

dengan objek kajian. Sumber data yang telah didapat dianalisis (diurai),

dibandingkan, dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang

Page 19: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

12

sistematis, padu dan utuh sehingga menghasilkan kesimpulan mengenai

pengoptimalan dan solusi dari ketahanan pangan.

D. Bagan Alur Penulisan

Masalah

Rumusan Masalah

Pengumpulan Data

Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Page 20: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

13

BAB IV

ANALISIS DAN SINTESIS

A. Alasan Pengoptimalan Lumbung Pangan Desa (LPD) dalam Ketahanan

Pangan di Indonesia

Kebutuhan pangan di Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini

berkaitan dengan jumlah presentase pertumbuhan penduduk satu dekade

terakhir sejumlah 1,49% dari jumlah penduduk Indonesia. Presentase tersebut

diproyeksikan akan menjadi bonus demografi untuk Indonesia di tahun 2035

dengan jumlah penduduk Indonesia 305.652.400 jiwa. Tentu jumlah penduduk

yang banyak ini akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan pangan

setiap individunya. Sedangkan pada tahun 2011 dan 2012, kebutuhan konsumsi

terhadap beras masih tinggi dibandingkan dengan bahan pangan yang lain,

yaitu pada tahun 2011 sejumlah 137,1 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2012

sejumlah 135,01 kg/kapita/tahun.

Tabel 2. Konsumsi dan Surplus/Defisit Beras Tahun 2008-2012

Tahun Konsumsi

(000 ton)*)

Produksi

(000 ton)

Surplus/Defisit

Ribu Ton %

2008 31.799 33.915 2.116,3 6,24

2009 32.195 36.205 4.009,9 11,08

2010 33.068 37.369 4.301,3 11,51

2011 33.056 36.968 3.912,1 10,58

2012 33.047 38.823 5.776,2 14,88

Laju

(%/Thn) 0.97 3.48 - -

Keterangan: *) terdiri dari konsumsi rumah tangga, penggunaan untuk

pakan, bibit, industri pengolahan (makanan dan non makanan) dan

tercecer (diolah dari NBM, BKP dalam Direktorat Pangan dan Pertanian,

2013:114)

Page 21: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

14

Dari tabel di atas, terjadi peningkatan surplus beras pada tahun 2011 dan

tahun 2012 yang di sisi lain terjadi penurunan laju konsumsi terhadap beras.

Namun, laju konsumsi per tahunnya hanya sebesar 0,97% yang menjadikan

kebutuhan akan beras masih tinggi. Sehingga kebutuhan akan pangan perlu

menjadi perhatian khusus, terutama dengan adanya konservasi lahan pertanian

menjadi lahan non-pertanian setiap tahunnya. Konservasi tersebut menjadi

perhatian di beberapa wilayah Indonesia yang kaitannya berhubungan dengan

produksi beras di suatu wilayah. Terpusatnya pembangunan industri yang

masih ada di Pulau Jawa. Menjadikan banyak lahan pertanian menjadi lahan

pertanian berubah menjadi lahan untuk industri dan perumahan. Sedangkan,

Pulau Jawa menjadi sentral produksi beras sebanyak 53% dari produksi

nasional.

Gambar 1. Sebaran Geografis Produksi Beras di Indonesia, 2012

Sumber: Direktorat Pangan dan Pertanian (2013)

Konservasi lahan pertanian menjadi konservasi lahan non-pertanian

merupakan akibat adanya pertumbuhan ekonomi dan pertambahan jumlah

penduduk yang terus meningkat. Menurut Rustiadi dan Reti (dalam Handari,

2012:33) hal tersebut tercermin dari : (1) pertumbuhan aktivitas pemanfaatan

sumberdaya alam akibat meningkatnya permintaan kebutuhan terhadap

penggunaan lahan, (2) adanya pergeseran kontribusi sektor-sektor

53%

23%

11%

7% 5%

1%

Sebaran Geografis Produksi Beras di Indonesia, 2012

Jawa

Sumatera

Sulawesi

Kalimantan

Nusa Tenggara

Maluku

Page 22: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

15

pembangunan primer, khusunya dari sektor pertanian dan pengolahan

sumberdaya ke sektor sekunder (manufaktur) dan sektor tersier (jasa). Dalam

hukum ekonomi pasar, alih fungsi lahan berlangsung dari aktivitas yang land

rentnya rendah ke aktivitas yang land rent nya tinggi. Yang dimaksud land rent

adalah nilai keuntungan bersih dari aktivitas pemanfaatan lahan per satuan luas

lahan dan waktu tertentu.

Ketersediaan lahan yang semakin menyempit untuk sektor pertanian akan

berdampak kepada hasil produksi beras yang dihasilkan. Mengecilnya lahan

dalam memproduksi beras dan pertambahan penduduk yang meningkat satu

dekade terakhir dengan proyeksi pertumbuhan penduduk yang besar di tahun

2035, mampu membuat pasokan pangan di Indonesia menjadi lemah. Hal ini

akan mempengaruhi kebutuhan pangan di suatu wilayah yang pada akhirnya

akan membuat bencana kelaparan melanda. Dari permasalahan tersebut maka

ketahanan pangan menjadi hal penting dalam tercukupinya pangan di

masyarakat, baik secara kuantitas maupun kualitas, serta mampu dijangkau

oleh kalangan masyarakat menengah ke bawah.

Ketersediaan pangan perlu menjadi sasaran utama dalam kebijakan

pangan bagi pemerintah di suatu negara. Ketersediaan pangan tersebut dalam

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15/Permentan/OT.140/2/2013 Lampiran

IV menyebutkan bahwa ada tiga sumber dalam ketersediaan pangan tersebut,

yaitu: (1) produksi dalam negeri; (2) pemasukan pangan; dan (3) cadangan

pangan. Bila terjadi kesenjangan antara produksi dengan kebutuhan pangan di

suatu wilayah dapat diatasi dengan melepas cadangan pangan, oleh sebab itu

cadangan pangan merupakan salah satu komponen penting dalam ketersediaan

pangan.

Alasan yang mendasari perlu adanya pengembangan lumbung pangan di

masyarakat sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor

15/Permentan/OT.140/2/2013 Lampiran IV adalah (a) Bank Dunia pada tahun

2008 memperingatkan bahwa cadangan pangan Indonesia berada dalam titik

terendah sehingga bisa menjadi masalah serius jika tidak diatasi sejak awal

mengingat cadangan pangan dunia turun hampir setengahnya; (b) situasi iklim

di Indonesia saat ini tidak menentuk dan kurang bersahabat telah menyebabkan

Page 23: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

16

bencana (longsor, banjir, kekeringan), sehingga menuntut manajemen

cadangan pangan yang efektif dan efisien agar dapat mengatasi kerawanan

pangan; (c) masa panen tidak merata antar waktu dan daerah mengharuskan

adanya cadangan pangan; dan (d) banyaknya kejadian darurat memerlukan

adanya cadangan pangan untuk penanganan pasca bencana, penanganan rawan

pangan, dan bantuan pangan wilayah. Disamping itu, cadangan pangan juga

dapat digunakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan

pangan yang bersifat sementara yang disebabkan gangguan atau terhentinya

pasokan bangan pangan, misalnya karena putus prasarana dan sarana

transportasi akibat bencana alam.

B. Upaya-upaya Pemberdayaan Lumbung Pangan Desa (LPD) untuk

Ketahanan Pangan di Indonesia

Pengembangan Lumbung Pangan Desa (LPD) untuk ketahanan pangan di

Indonesia telah dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012

tentang Pangan (pasal 23 ayat 1) yang mengamanatkan bahwa “Dalam

mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian, pangan, dan ketahanan pangan,

pemerintah menetapkan cadangan pangan nasional”. Selanjutnya (Pasal 23 ayat

2) dijelaskan bahwa “Cadangan pangan nasional terdiri dari cadangan pangan

pemerintah, cadangan pangan pemerintah daerah dan cadangan pangan

masyarakat”. Pada pasal 33 ayat 1 dijelaskan bahwa “Masyarakat mempunyai

hak dan kesempatan seluas-seluasnya dalam upaya mewujudkan Cadangan

Pangan Masyarakat” kemudian pada ayat 2 “Pemerintah dan Pemerintah

Daerah memfasilitasi pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat sesuai

dengan kearifan lokal”. Selanjutnya, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 68

Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan (pasal 5 ayat 1 dan 2) yang

menegaskan bahwa: (1) “cadangan pangan nasional terdiri atas cadangan

pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat”; dan (2) “cadangan

pangan pemerintah terdiri dari cadangan pangan pemerintah desa, pemerintah

kabupaten/kota, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat”.

Daerah-daerah yang marginal mengalami kerawanan pangan

dibandingkan dengan daerah yang subur. Maka kelompok Lumbung Pangan

Page 24: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

17

Desa yang di kembangkan di daerah rawan pangan ini mampu membantu

anggotanya dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan

terjadinya kekurangan pangan yang bersifat sementara yang disebabkan

gangguan atau terhentina pasokan bahan pangan, misalnya bila terjadi

kekeringan yang mengakibatkan terjadinya musim paceklik atau karena

putusnya prasarana dan sarana transportasi akibat bencana alam.

Pengembangan Lumbung Pangan Desa perlu adanya tahapan-tahapan

dalam menjadikan lumbung pangan ini mampu menjadi ketahanan pangan

suatu wilayah. Ada 3 (tiga) tahapan dalam perencanaan program Lumbung

Pangan Masyarakat menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor

15/Permentan/OT.140/2/2013 Lampiran IV, yaitu tahap penumbuhan, tahap

pengembangan, dan tahap kemandirian. Dengan proses tersebut, masyarakat

mampu mengelola dan mengembangkan volume stok cadangan pangan yang

dapat memenuhi kebutuhan seluruh anggota dan masyarakat sekitar saat

menghadapi kelangkaan pangan dan/atau menghadapi kerawanan pangan

transien.

Pada tahap penumbuhan, kegiatan yang dilakukan meliputi identifikasi

kelompok dan lokasi, penetapan kelompok sasaran dan pemanfaatan dana Dana

Alokasi Khusus (DAK) untuk pembangunan fisik lumbung pangan.

Pembangunan fisik lumbung melalui difasilitasi Dana Alokasi Khusus (DAK)

bidang Pertanian yang dibangun di atas lahan milik kelompok atau lahan yang

sudah dihibahkan kepada kelompok. Tahap pengembangan, mencakup

pengadaan bahan pangan untuk pengisian lumbung dan pengembangan

kapasitas kelompok. Selanjutnya Tahap Kemandirian, mencakup penguatan

kelembagaan kelompok dan pemantapan cadangan pangan serta kelembagaan

cadangan pangan masyarakat.

Langkah-langkah kegiatan pada masing-masing tahapan sebagai berikut:

1. Tahapan Penumbuhan

a. Identifikasi desa dan kelompok;

b. Sosialisasi;

c. Seleksi;

d. Penetapan;

Page 25: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

18

e. Pemanfaatan Dana Bantuan Sosial untuk pembangunan fisik lumbung;

f. Inventarisasi

2. Tahap Pengembangan

a. verifikasi;

b. penetapan;

c. sosialisasi kegiatan;

d. pelatihan;

e. penyusunan RUK;

f. penyaluran Dana Bantuan Sosial ;

g. pengisian cadangan pangan;

h. penguatan kelembagaan;

i. penguatan cadangan pangan;

j. pembinaaan.

3. Tahap Kemandirian

a. penyaluran dana Bantuan Sosial untuk penguatan modal;

b. pemantapan kelembagaan lumbung pangan;

c. pemantapan cadangan pangan;

d. pelatihan dalam rangka menunjang keberlanjutan;

e. pendampingan.

Page 26: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

19

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Bersadarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa

hal sebagai berikut:

1. Kebutuhan pangan di Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini di dukung

dengan proyeksi bonus demografi Indonesia di tahun 2035 dengan jumlah

penduduk Indonesia 305.652.400 jiwa. Hal ini menjadikan lahan pertanian

yang semakin menyempit akan berdampak kepada hasil produksi beras

yang dihasilkan. Alasan pengembangan lumbung pangan di masyarakat

adalah (a) cadangan pangan Indonesia berada dalam titik terendah; (b)

bencana di Indonesia perlu adanya manajemen cadangan pangan yang

efektif dan efisien agar dapat mengatasi kerawanan pangan; (c) masa

panen tidak merata antar waktu dan daerah mengharuskan adanya

cadangan pangan; dan (d) banyaknya kejadian darurat memerlukan adanya

cadangan pangan untuk penanganan pasca bencana, penanganan rawan

pangan, dan bantuan pangan wilayah.

2. Pengembangan Lumbung Pangan Desa perlu adanya tahapan-tahapan

dalam menjadikan lumbung pangan ini mampu menjadi ketahanan pangan

suatu wilayah. Ada 3 (tiga) tahapan dalam perencanaan program Lumbung

Pangan Masyarakat menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor

15/Permentan/OT.140/2/2013 Lampiran IV, yaitu tahap penumbuhan,

tahap pengembangan, dan tahap kemandirian.

B. Rekomendasi

Optimalisasi Lumbung Pangan Desa (LPD) dapat diterapkan di

masyarakat dalam upaya untuk ketahanan pangan nasional ketika musim

paceklik. Di lain sisi, pengoptimalan Lumbung Pangan Desa (LPD) menjadi

salah satu cadangan selain BULOG dalam menyimpan bahan pangan untuk

kesejahteraan masyarakat luas.

Page 27: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

20

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pangan dan Pertanian. 2013. Rencana pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019. Jakarta:

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional.

Handari, Anita Widhy. 2012. Implementasi Kebijakan Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Magelang. Tesis

Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang.

Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia. 2006. Indonesia

2005 – 2025 Buku Putih. Jakarta: Penelitian, Pengembangan dan

Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Ketahanan Pangan.

Diakses dari www.batan.go.id/ref_utama/buku_putih_pangan.pdf, pada

tanggal 20 Maret 2015.

Konsumsi Beras RI Per Orang 130 Kg Per Tahun, Jepang Hanya 30 Kg. 2014.

Diakses dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/09/04/15

1401326/Konsumsi.Beras.RI.Per.Orang.130.Kg.Per.Tahun.Jepang.Hany

a.30.Kg, pada tanggal 19 Maret 2015.

Lampiran IV Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15/Permentan.OT.140/2/2013.

Diakses dari bkp.riau.go.id/download/Pedum_lumbung2013.pdf, pada

tanggal 22 Maret 2015.

Menteri Pertanian: Kekurangan Pangan di Depan Mata. 2014. Diakses dari

http://www.tempo.co/read/news/2014/09/10/090605950/Menteri-Pertanian-

Kekurangan-Pangan-di-Depan-Mata, pada tanggal 19 Maret 2014.

Pangan untuk Indonesia. 2011. Diakses dari

http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publicati

on/280016-1106130305439/617331-1110769011447/810296-

1110769073153/ feeding.pdf., pada tanggal 20 Maret 2015.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2002 tentang

Ketahanan Pangan. Diakses dari http://bkpd.jabarprov.go.id

/file/2014/02/Peraturan-Pemerintah-No-68-Tahun-2002-Tentang-

Ketahanan-Pangan.pdf., pada tanggal 22 Maret 2015.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2002 tentang

Ketahanan Pangan. Diakses dari

http://bkpd.jabarprov.go.id/file/2014/02/Peraturan-Pemerintah-No-68-

Tahun-2002-Tentang-Ketahanan-Pangan.pdf., pada tanggal 22 Maret

2015.

Page 28: OPTIMALISASI LUMBUNG PANGAN DESA (LPD) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

21

Rachmat, Dr. Muchjidin, Dkk. 2010. Kajian Sistem Kelembagaan Cadangan

Pangan Masyarakat Perdesaan Untuk Mengurangi 25% Resiko

Kerawanan Pangan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi Dan Kebijakan

Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Pertanian.

Rahman, Ahmad Zaki. 2010. Kaitan Pembangunan Pertanian Melalui Agribisnis

dengan Ketahanan Pangan Indonesia. Diakses dari

http://ipb.ac.id/lombaartikel/pendaftaran/ uploads/tpb/sosial-dan-

ekonomi/Kaitan_Pembangunan_Pertanian_melaluiAgribisnis_

dengan_Ketahanan_Pangan_Indonesi.pdf, pada tanggal 20 Maret 2015.

Saleh, Rahmat. 2011. Stategi Peningkatan Ketahanan Pangan Rumahtangga

Miskin Melalui Kelembagaan Pangan Lokal. Bogor: ITB.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Soemarno. 2010. Model Pengembangan LPMD (Lumbung Pangan Masyarakat

Desa). Malang: PPs Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Diakses dari http://www.halalmui

.org/images/stories/pdf/dasarhukum/UU-No.7-Tahun-1996-Tentang-

Pangan.pdf, pada tanggal 19 Maret 2015.