MODUL OPNET – WiMAX WiMAX TUTORIAL USING 0PNET 14.5 A. Standard Wimax Worldwide Interoperability for Microwafe Access (WiMAX) adalah teknologi nirkabel yang memiliki berbagai aplikasi dalam cangkupan MAN (Metropolitan Area Network). WiMAX merupakan standar Broadband Wireless Access (BWA) dengan kemampuan untuk menyalurkan data berkecepatan tinggi (layaknya xDSL pada jaringan wireline). Banyak kemampuan lebih yang ditawarkan oleh teknologi WiMAX dibanding teknologi sebelumnya seperti kemampuan diterapkan dalam kondisi NLOS, aplikasinya baik untuk fixed, nomadic, portable maupun mobile. Ukuran kanal spectrum WiMAX yang bervariasi membuat sebuah BTS dapat lebih fleksibel dalam melayani banyak pengguna. Selain itu pula jangkauan spektrum WiMAX termasuk lebar sehingga para pengguna dapat tetap terkoneksi dengan BTS selama berada dalam jangkauan operasi dari BTS. WiMAX merupakan suatu label dunia yang dapat beroperasi melalui produk – produk berbasiskan standar IEEE 802.16. Secara sederhana perkembangan standar 802.16 dapat diuraikan sebagai berikut : 1. 802.16 Standar ini mengatur pemanfaatan diband frekuensi 10 – 66 Ghz. Aplikasi yang mampu didukung baru sebatas dalam kondisi LOS. 2. 802.16a Menggunakan frekuensi 2 - 11 Ghz, dapat digunakan untuk lingkungan NLOS. Standar ini difinalisasi pada januari 2003. Terdapat 3 spesifikasi pada physical layer didalam 802.16a, yaitu : a. Wireless MAN-SC : menggunakan format modulasi single carrier. TUJUAN : Mengetahui implementasi WiMAX pada jaringan. Mengetahui performa WiMAX pada berbagai skenario pada jaringan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MODUL OPNET – WiMAX
WiMAX TUTORIAL USING 0PNET 14.5
A. Standard Wimax
Worldwide Interoperability for Microwafe Access (WiMAX) adalah teknologi
nirkabel yang memiliki berbagai aplikasi dalam cangkupan MAN (Metropolitan Area
Network). WiMAX merupakan standar Broadband Wireless Access (BWA) dengan
kemampuan untuk menyalurkan data berkecepatan tinggi (layaknya xDSL pada jaringan
wireline). Banyak kemampuan lebih yang ditawarkan oleh teknologi WiMAX dibanding
teknologi sebelumnya seperti kemampuan diterapkan dalam kondisi NLOS, aplikasinya baik
untuk fixed, nomadic, portable maupun mobile. Ukuran kanal spectrum WiMAX yang
bervariasi membuat sebuah BTS dapat lebih fleksibel dalam melayani banyak
pengguna. Selain itu pula jangkauan spektrum WiMAX termasuk lebar sehingga para
pengguna dapat tetap terkoneksi dengan BTS selama berada dalam jangkauan operasi dari
BTS. WiMAX merupakan suatu label dunia yang dapat beroperasi melalui produk – produk
berbasiskan standar IEEE 802.16. Secara sederhana perkembangan standar 802.16
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. 802.16
Standar ini mengatur pemanfaatan diband frekuensi 10 – 66 Ghz. Aplikasi
yang mampu didukung baru sebatas dalam kondisi LOS.
2. 802.16a
Menggunakan frekuensi 2 - 11 Ghz, dapat digunakan untuk lingkungan
NLOS. Standar ini difinalisasi pada januari 2003. Terdapat 3 spesifikasi pada
physical layer didalam 802.16a, yaitu :
a. Wireless MAN-SC : menggunakan format modulasi single carrier.
TUJUAN :
Mengetahui implementasi WiMAX pada jaringan.
Mengetahui performa WiMAX pada berbagai skenario pada jaringan.
b. Wireless MAN-OFDM : mengunakan OFDM dengan 256 point FFT. Modulasi
ini bersifat mandatory untuk non-licensed band.
c. Wireless MAN-OFDMA : menggunakan OFDMA dengan2048 point FFT.
3. 802.16d
Standar ini disebut juga sebagai fixed WiMAX. Standar ini berbasis 802.16
dan 802.16a dengan beberapa perbaiakan. Selain itu, standar ini juga
dikenal sebagai 802.16-2004. Terdapat 2 opsi dalam transmisi pada 802.16d
yaitu TDD maupun FDD.
4. 802.16e
Standar ini disebut juga sebagai mobile WiMAX. Standar ini telah
difinalisasi pada akhir tahun 2005. Berbeda dengan sebelumnya, antara
standar 802.26d dengan 802.26e tidak bisa dilakukan interoperability
sehingga diperlukan perangkat hardware tambahan bila akan mengoperasikan
802.26e.
Perbandingan standart wimax Tabel 1.1
B. Struktur Layer
PHY Layer
Pada standar WiMAX, fungsi-fungsi penting yang diatur pada PHY adalah :
OFDM, Duplex System, Adaptive Antenna System (AAS), Variable Error
Correction, Adaptive Modulation. Semua fungsi-fungsi ini secara bersama-
sama memberikan keunggulan yang cukup berarti dibandingkan dengan BWA
eksisting.
Dengan teknologi OFDM memungkinkan komunikasi berlangsung dalam kondisi
multipath LOS dan NLOS antara BS dan SS. Metode OFDM yang digunakan
untuk WiMAX adalah Fast Fourier Transform (FFT) 256. Fitur PHY untuk
sistem duplex pada estándar WiMAX bisa diterapkan pada Frequency
Division Duplexing (FDD) dan Time Division Duplexing (TDD) atau keduanya TDD
dan FDD. Fitur ini memberikan kemudahan pengaturan spektrum frekuensi
yang akan digunakan oleh para operator agar didapatkan efisiensi spektrum
yang optimal.
fitur-fitur physical layer WiMAX Tabel 1.2
MAC Layer
WiMAX MAC protokol didesain untuk aplikasi PMP. Berbeda dengan WiFi,
mekanisme pengalokasian dipersiapkan untuk menangani ratusan terminal per
kanal dan setiap terminal dimungkinkan lagi untuk penggunaan secara
bersama (sharing) dengan beberapa pengguna akhir (end users). Digunakan dua
jalur data berkecepatan data tinggi untuk komunikasi dua arah antara BS dan SS,
masing-masing disebut Uplink (UL) untuk komunikasi menuju ke BS, dan
Downlink (DL) untuk komunikasi dari BS. Secara umum DL ditransmisikan secara
broadcast dari BS dan semua SS menerima sinyal DL tersebut tanpa koordinasi
langsung antara SS yang ada. Pada penggunaan sistem TDD, ditentukan periode
transmit untuk DL dan UL.
C. QoS Pada Wimax
Dengan lahirnya teknologi baru di jaringan wireless seperti WiMAX tentunya diiringi
dengan kemampuan yang lebih bila dibanding dengan teknologi generasi sebelumnya.
MAC Service Class Definition > untuk menentukan kelas layanan yang akan dipakai
11. Menentukan QoS Class pada base staion, klik kanan basestation > Edit Atribute > Wimax
parameter > Classifier Definition > Number of Row 3 > masukkan jenis layanan pada kelas-kelasnya
12. Menentukan apa yang akan diamati, klik kanan pada workplace > Choose Individual DES Statistic
Global Statistic : ftp, Video Conferencing, Voice,dan Wimax
Node Statistic : Client ftp, server ftp, Video Conferencing, Voice Application,dan
Wimax
13. untuk running simulasi klik ikon dibawah menu bar, tetapkan waktu 5 menit
B. Simulasi Dengan Deploy Wireless Network
Kali ini simulasi dengan template network yang kita inginkan dengan harapan
mempermudah untuk penelitian lebih lanjut model-model yang akan dipakai dalam sistem.
Cara ini sangat membantu untuk membentuk network sesuai kenginginan dan
mempersingkat waktu.
1. menu Topology > Deploy Wireless Network > Continue > pilih load file atau membuat
baru > tentukan lokasi
2. teknologi yang akan dipakai, Choose Technology > WiMAX > pilih bentuk cell = hexagon,
jumlah cell = 3, radius = 1km, dan letak mobile station = random
3. tentukan model yang akan dipakai dalam jaringan, Base Station =
wimax_bs_ethernet4_slip4_router_adv > Subscriber Station = wimax_ss_wkstn_adv = 1 >
next > finish
4. terbentuk jaringan seperti di bawah ini (gambar kiri) kemudian ditambah dengan
Application Profile, User Profile, Wimax config, server (gambar kanan)
5. lakukan seperti sesi sebelumnya mulai langkah 6 sampai langkah 10
6. lakukan klasifikasi pada masing-masing base station sesuai yang akan dilayanai,
Base station 1 = Interactive Voice > Gold
Base Station 2 = Streaming Multimedia > Silver
Base Station 3 = Best Effort > Bronze
Lebih jelasnya pada gambar berikut
7. Menentukan apa yang akan diamati, klik kanan pada workplace > Choose Individual DES Statistic
Global Statistic : ftp, Video Conferencing, Voice,dan Wimax
Node Statistic : Client ftp, server ftp, Video Conferencing, Voice Application,dan
Wimax
8. untuk running simulasi klik ikon dibawah menu bar, tetapkan waktu 5 menit
C. KONFIGURASI HANDOVER
1. Tambahkan satu node wimax_ss_wkstn_adv (Mobile Node) pada salah satu cell
2. Berikan IP pada masing-masing Base Station , klik Edit Atribute > IP > IP Routing
Parameter > Interface Information (9 Rows) > IF8 > Adress dan Subnet Mask
Base Station 1
IP > 192.168.1.1
Subnet Mask >
Class C (natural)
Base Station 2
IP >192.168.2.1
Subnet Mask >
Class C (natural)
Base Station 3
IP> 192.168.3.1
Subnet Mask >
Class C (natural)
3. misalkan Base Station 1 (cell 1) sebagai cell asal (Home Agent), sementara Base Station
2 (cell 2) dan Base Station 3 (cell 3) sebagai cell tujuan (Foreign Agent), klik kanan Base
Staion > Edit Atribute > IP > Mobile IP Router Parameters > Mobile IPv4 Parameters >
Interface Information > Number of Rows = 1 > Interface Name isikan IF8 >
Base Station 1
Agent Type >
Home Agent
Base Station 2
Agent Type >
Foreign Agent
Base Station 3
Agent Type >
Foreign Agent
4. Tentukan pergerakan mobile node dengan Trajectory, pada menu bar klik Topology >
Define Trajectory > diisikan nama Trajectory > Define Path > tentukan jalur pada workplace
> Continue untuk melanjutkan Trajectory > Complete untuk menghentikan Trajectory
5. Pakai Trajectory yang sudah dibuat kepada Mobile Node, klik kanan Mobile Node > Edit
Atribute > Trajectory > pilih nama Trajectory yang telah dibuat sebelumnya
6. Klik kanan pada jalur Trajectory > Edit Trajectory > untuk melihat atau mengedit
kecepatan (Gound Speed) dan lama waktu trajectory (Tranverse Time)
7. Running simulasi, tentukan waktu simulasi sesuai dengan waktu Trajectory berakhir
Hasil simulasi mobile node dengan handover
D. KONFIGURASI SCHEDULING
. Membuat duplikat skenario yang akan dipakai, dan diberi nama dengan scheduling yang
akan dipakai, pada menu bar > Scenario > Duplicate Scenario > beri nama scenario
<scheduling type>, untuk melihat ada berapa scenario yang dipakai dalam project pada
menu bar > Scenario > Manage Scenario, jadi ada beberapa scenario, antara lain :
Scenario x : tanpa memakai scheduling
Scenario x FIFO : dengan scheduling FIFO
Scenario x WFQ : dengan scheduling WFQ
Scenario x MDRR : dengan scheduling MDRR
2. Pada scenario pertama tidak diberlakukan scheduling
3. Pada scenario FIFO diberlakukan scheduling, pilih beberapa link pada network > pada
menu bar klik Protocol > IP > QoS > Configure QoS, kemudian pilih FIFO sebagai Skema
QoSnya
4. Pada scenario WFQ diberlakukan scheduling WFQ, pilih beberapa link pada network >
pada menu bar klik Protocol > IP > QoS > Configure QoS, kemudian pilih WFQ sebagai
Skema QoSnya
5. Pada scenario MDRR diberlakukan scheduling MDRR, pilih beberapa link pada network >
pada menu bar klik Protocol > IP > QoS > Configure QoS, kemudian pilih MDRR sebagai
Skema QoSnya
6. Kemudian masuk pada Manage Scenario, pada saat ini akan diamati Scnenario yang
memakai scheduling maka pada kolom Result diubah menjadi <collect> untuk merunning
7. Tunggu sampai simulasi pada masing-masing scenario selesai dilakukan
8. Untuk menampilkan hasil simulasi pilih icon View Result di bawah menu bar ,
kemudian pilih Current Project tapi beri tanda checklist pada scenario yang telah di run
Kemudian bagian bawahnya dipilih Global Statistic > layanan yang di pakai misal voice,
video conferencing, http, dsb. Pada bagian Presentaion ubah menjadi Overlaid untuk grafik
perbandingan supaya lebih mudah dengan warna yang berbeda
Hasil aplikasi HTTP (gambar kiri) dan Voice (gambar kanan) dengan beberapa scheduling
MODUL OPNET – IMS
IMS TUTORIAL USING 0PNET 14.5
A. OVERVIEW
IMS (IP Multizmedia Subsystem) merupakan teknologi yang muncul dengan diawali oleh kehadiran teknologi softswitch yang merupakan awal dari konsep teknologi NGN (Next Generation Network). Pada terminologi NGN, pemisahan softswitch dari fungsi application server memungkinkan penggelaran layanan atau aplikasi dapat dilakukan tanpa mengubah konfigurasi layer transport maupun layer akses di bawahnya. Perkembangan teknologi NGN selanjutnya bergerak maju menuju konvergensi layanan voice dan data antara PSTN dengan PLMN (mobile). Konvergensi antara jaringan PSTN, PLMN, dan jaringan data (khususnya IP) diharapkan dapat mempertemukan tiga kekuatan besar, yaitu layanan voice yang menjadi andalan PSTN, mobility, dan kekayaan layanan yang dimiliki PMLN dan internet-based application (transfer informasi, dan transaksi) yang menjadi kekuatan IP. Konvergensi ini berujung pada layanan multimedia dengan dukungan bandwidth yang memadai dan mobilitas tinggi. Di antara konsep, multimedia, mobile, dan IP inilah teknologi IMS lahir melengkapi teknologi NGN (softswitch).
Standar IMS mendefinisikan arsitektur umum yang menawarkan layanan VoIP dan multimedia dan secara internasional pertama kali dispesifikasikan oleh Third Generation Partnership Project (3GPP/3GPP2) dan juga dikembangkan oleh badan standarisasi lain seperti ETSI/TISPAN. Standar IMS mendukung banyak teknologi akses jaringan termasuk GSM, WCDMA, CDMA2000, akses pita lebar jaringan tetap, dan WLAN.
Prinsip dasar jaringan IMS adalah mengintegrasikan antara teknologi wireless dan wireline dengan berbagai layanan yang dapat ditangani, contohnya layanan suara dan layanan data. Prinsip dari teknologi ini yaitu mengatur session yang muncul untuk setiap layanan.
Jaringan 3G bertujuan menggabungkan dua paradigma sukses dalam komunikasi yaitu internet dan komunikasi seluler. IMS adalah elemen kunci dalam arsitektur 3G yang memungkinkan tersedianya akses seluler dimanapun ke seluruh layanan internet. IMS memungkinkan kita dapat browsing web favorit,
TUJUAN :
Mengetahui implementasi IMS pada jaringan.
Mengetahui performa IMS pada berbagai skenario pada jaringan.
VOICE SESSION
SOFTSWITCH
DATA SESSION PUSH TO TALK
Video RT Session
GAMING
SESSION
PrepaidVOICE SESSION Video RT Session
PUSH TO TALK
GAMING
SESSION
DATA SESSION
IMS
Prepaid
membaca/mengirim email, menonton film, atau mengikuti video conference dimanapun kita berada dengan menggunakan perangkat 3G.
Jadi, kenapa perlu IMS jika semua kelebihan internet sudah tersedia pada pengguna 3G melalui domain paket? Itu adalah karena QoS, pembebanan, dan integrasi layanan yang berbeda-beda. Problem utama dengan domain paket dalam memberikan laynan real-time multimedia adalah domain ini memberikan layanan yang bersifat best effort tanpa ada QoS. Jaringan tidak memberi jaminan jumlah bandwidth yang didapat pengguna untuk suatu koneksi khusus atau mengenai waktu tunda yang dialami paket. Karena itu, kualitas percakapan VoIP dapat berubah secara dramatis selama durasinya. Pada waktu tertentu suara pada ujung telepon yang lain dapat terdengar jelas, beberapa waktu kemudian sudah tidak terdengar dengan jelas lagi.
B. PERBEDAAN NGN dan IMS
Konsep Layanan Dasar Softswitch
Karena pada saat awal lahirnya softswitch lebih banyak diarahkan sebagai solusi layanan suara. Konsep dasar penyediaan layanan teleponi oleh softswitch adalah harus mampu menyediakan layanan teleponi minimal setingkat dengan layanan yang sudah diberikan oleh PSTN dengan berbagai kelengkapan fiturnya. Karena konsep ini maka session yang ditimbulkan untuk layanan data menjadi tidak efektif untuk dilewatkan pada satu server tunggal (softswitch). Hal ini dikarenakan database pelanggan dan atributnya yang terlibat dalam layanan data tidak seluruhnya menggunakan atribut layanan suara, demikian sebaliknya.
Konsep Layanan Dasar IMS
Dengan konsep IMS maka ketidakefisienan diatas dapat ditanggulangi dengan melibatkan IP Sub System (server) yang akan menangani layanan berdasarkan atributnya, dimana setiap layanan akan dikenali dengan session yang dibangkitkannya. Dengan IMS ini pula dimungkinkan untuk membangkitkan multi layanan dengan satu session, dimana hal ini akan lebih mengefisienkan proses komunikasi yang dibangun. Dalam hal ini protokol SIP (session initiation protocol) akan berperan.
IP Multimedia Subsystem (IMS) pada dasarnya dikhususkan untuk jaringan mobile dalam memberikan layanan telekomunikasi berbasis IP.
C. LAYER IMS
Pada konsep IMS dikenal tiga layer fungsi, yaitu: Service layer, Control Layer dan Transport Layer. Adapun keterangan fungsi masing-masing layer fungsional yang dikembangkan untuk IMS adalah sebagai berikut:
1) Control Layer
Control Layer merupakan bagian jaringan yang berfungsi sebagai pengendali proses pembangunan dan pemutusan hubungan yang melibatkan elemen-elemen jaringan pada layer yang lain berdasarkan signaling message yang diterima dari Transport Layer. Karakteristik layer ini adalah adanya elemen CSCF yang berfungsi sebagai sebuah mesin routing terpusat, policy manager dan policy enforcement point yang memfasilitasi pengiriman aplikasi multimedia real time menggunakan transport IP.
2) Service Layer
Service Layer merupakan bagian jaringan yang menyediakan dan mengeksekusi satu atau beberapa aplikasi layanan di dalam IMS. Service Layer juga mengontrol Media Server yang memberikan fungsi seperti conference, IVR, tone processing, dll. Protokol yang diterapkan antara control layer dan service layer adalah SIP (dengan elemen SIP application server).
3) Transport Layer
Transport Layer merupakan bagian jaringan yang berfungsi sebagai media transport bagi semua message di jaringan, seperti: call signaling, call & media setup atau informasi voice atau datanya sendiri. Pada transport layer ini, operator akan mengoptimalkan jaringan packet core eksisting untuk berinteraksi dengan control layer. Interface antara transport layer dengan control layer merupakan interface yang standard dan terbuka.
Pada intinya elemen utama IMS adalah HSS dan CSCF (Call Session Control Function)
dengan dukungan elemen-elemen pendukung lainnya. Berikut ini elemen-elemen
pembentuk IMS diantaranya :
1. CSCF (Call Session/control Function) : merupakan sebuah SIP server merupakan node
yang essensial dalam IMS. CSCF memproses signalling di dalam IMS. Terdapat tiga
tipe CSCF yaitu :
• P-CSCF (Proxy-CSCF) : merupakan titik kontak pertama antara terminal IMS dengan
jaringan IMS. Hal ini berarti bahwa semua permintaan yang diinisiasi oleh terminal
IMS atau ditujukan ke IMS melewati P-CSCF. P-CSCF mem-forward permintaan dan
response SIP baik dari terminal IMS ke jaringan IMS atau sebaliknya. Selain itu P-
CSCF berfungsi sebagai autentifikasi bagi IMS terminal pada saat registrasi IMS
terminal dengan IMS network.
I-CSCF (Interrogating-CSCF) : Adalah proxy SIP yang terletak pada ujung domain
administrasi. Alamat IP-nya dikeluarkan dalam rekaman DNS dari domain
(menggunakan NAPTR dan SRV), sehingga server yang jauh (contoh P-CSCF dan S-
CSCF dalam domain yang dikunjungi, atau dalam domain asing) dapat
menemukannya, dan menggunakannya sebagai titik kontak pertama untuk semua
paket SIP untuk domain ini. I-CSCF menghubungi HSS menggunakan antar muka
DIAMETER Cx dan Dx untuk mendapatkan kembali lokasi pengguna, dan kemudian
merutekan pesan SIP ke dalam S-CSCF. Sehingga ia menjadi simpul gateway untuk
IMS. Ia juga dapat menentukan S-CSCF mana yang akan melayani user. I-CSCF
dapat juga digunakan untuk menyembunyikan informasi sensitif jaringan internal
dari dunia luar seperti jumlah server, nama DNS, atau kapasitasnya dengan
mengenkripsi bagian pesan SIP.
S-CSCF (Serving-CSCF) : Adalah simpul pusat untuk bagian pensinyalan. Sebuah
Server SIP, tetapi mampu menunjukkan kontrol sesi sebaik mungkin. Bagian ini
selalu terletak pada jaringan asal. S-CSCF menggunakan antar muka DIAMETER Cx
dan Dx ke HSS untuk download dan upload profil pengguna – jika tidak ada
penyimpanan lokal pada UE. Fungsinya adalah sebagai berikut :
a. Menangani registrasi SIP, yang akan membantu menggabungkan lokasi
pengguna (alamat IP dari terminal) dan alamat SIP (sering disebut dengan PUI).
b. Berada pada seluruh pesan pensinyalan, dan bisa memeriksa seluruh pesan .
c. Memutuskan pada application server mana pesan SIP akan diteruskan, untuk
menyediakan layanannya.
d. Memperkuat kebijakan dari operator jaringan, sebagai contoh user tidak diberi
otoritas untuk membuat tipe sesi tertentu atau melakukan operasi tertentu.
2. HSS (Home Subscriber server) : database utama untuk user mengandung informasi
yang berhubungan dengan subscription untuk mendukung elemen-elemen yang
menangani session/call dari jaringan IMS. Ia memuat informasi yang berhubungan
dengan subscription (profile user), menjalankan autentikasi dan autorisasi terhadap
user, dan dapat menyediakan informasi mengenai lokasi dari user.
3. AS (Application Server): Merupakan server-server aplikasi yang menyediakan
layanan-layanan pada jaringan IMS.
4. Media Processing MRF/B/MGCF
MRF (Media Resource Function) dapat dibagi menjadi MRFC (Media Resource
Function Controller) dan MRFP (Media Resource Function Processor). MRF berfungsi
menyediakan sumber daya untuk media stream processing untuk menjalankan tugas
seperti media mixing, media announcement, media analysis dan media transcoding
seperti halnya speech recognition.
5. BGCF (Boder Gateway Control Function) : BGCF merupakan sebuah SIP server yang
mempunyai fungsi jika terdapat inisiasi dari terminal IMS ke alamat tujuan pada
pengguna di circuit-switched network seperti PSTN.
6. MGCF (Media Gateway Control Function) : MGCF merupakan node pusat dari
PSTN/CS gateway. MGCF mengimplementasikan konversi protocol dan mapping SIP
(control panggilan dari sisi IMS) ke ISUP atau BICC over IP.
7. SEG (Security Gateway) :Traffic yang keluar dan masuk domain melewati SEG dan
men-tunnel traffic ke SEG domain yang lain.Protokol security yang digunakan untuk
enkripsi, integritas data dan autentifikasi yaitu IPsec Encapsulating Security Payload
(ESP).
SIMULASI
Pada dasarnya di Opnet tidak bisa mensimulasikan IMS, kita harus menambahkan modul IMS tersendiri kedalam node model yang berada di program Opnet.
Pada modul SIP-IMS terdapat folder include copy-kan file yang ada didalamnya kedalam folder opnet pada foler models/std/include.
Simulasi IMS ini nanti tidak bisa memodelkan 100% komponen IMS, akan tetapi komponen pokoknya saja yaitu P-CSCF, I-CSCF dan S-CSCF, yang dalam hal ini sudah bisa mewakili IMS itu sendiri karena ketiga komponen itu merupakan komponen inti dari teknologi IMS.
Skenario dalam simulasi kali ini adalah terdapat sebuah jaringan computer yang terdiri dari server IMS (P-CSCF, S-CSCF, I-CSCF), 2 Client IMS. Layanan yang akan dibuat adalah VoIP.
1. Create a New Project
Buat project baru untuk jaringan Ethernet dengan cara :
1. Buka OPNET Modeler 14.0 –Educational Version, Klik New dari menu File.
2. Pilih Project Klik OK beri nama project <your initials>_Ethernet, dan nama scenario
Coax Klik OK.
3. Pada Startup Wizard: Initial Topology dialog box, pastikan bahwa anda memilih Create
Empty Scenario klik Next pilih Campus list Network Scale klik Next
masukkan nilai X= 10 dan nilai Y =10 klik N
ext sebanyak dua kali klik OK.
4. Tutup Object Palette dialog box.
2. Create the Network
Buat jaringan IMS dengan seperti gambar di bawah ini:
Yang diperlukan adalah :
a. 3 SIP_proxy dan 2 router yang ada pada sip object pallete
b. 2 work_station advanced pada ethernet_advanced object pallete
c. Hubungkan router dan SIP proxy dengan menggunakan link 1000baseX,
router dan workstation dengan 100baseT, dan router ke router dengan
PPP_ds3 pada object pallete link
d. Aplication dan profile config pada object pallete
Klik close
3. Configure the Network Nodes
3.1. Configuration Application Node
Application Node ini berfungsi untuk mendefinisikan layanan/service apa saja
yang disediakan oleh server.
Klik kanan pada ‘Applicaton Node’>klik ‘Edit Attributes’
Masukkan dan definisikan layanan voip seperti pada gambar di bawah.
3.2. Configuration Profile Node
Setelah mendefinisikan layanan-layanan apa saja yang tersedia, maka definisikan pula profile client, yakni pengkategorian layanan berdasarkan peran client.
Klik kanan pada ‘Profile Node’> klik ‘Edit Attributes’
3.3. Configuration CSCF Node
Pada IMS menggunakan proxy SIP sebagai CSCF, yaitu P-CSCF, I-CSCF, S-CSCF
P-CSCF I-CSCF
S-CSCF
3.4. Configuration Pemanggil dan Penerima Node
Pemanggil Penerima
4. DEFINED PARAMETERS TO SHOW (Individual Statistics)
Setelah melakukan mapping pada masing-masing workstation, selanjutnya definisikan/tentukan parameter-parameter apa saja yang akan dianalisis grafiknya dengan cara : Klik kanan pada workspace > Pilih menu ‘Choose Individual Statistics’
Definisikan Node Statistics seperti gambar dibawah.
5. RUN THE SIMULATION
Setelah menentukan parameter-parameter yang akan dianalisis, selanjutnya menjalankan simulasi yang ada, dengan cara : klik Configure Run Discrete Event Simulation (DES) pada toolbar. Isikan 15 minutes pada field duration (simulasi akan dilakukan selama 15 menit
secara virtual). Klik ‘Run’ > tunggu hingga simulasi selesai.
6. VIEW THE RESULTS
Setelah selesai, untuk melihat grafik hasil > klik kanan > view results.
Referensi
[1] Ahson, Syed and Ilyas, Mohammad, WiMAX Standard and Security, CRC Press Fance :
2008
[2] Roger Marks (June 29, 2006). "IEEE 802.16 WirelessMAN Standard: Myths and Facts".
Presentation at 2006 Wireless Communications Conference. Washington, DC: ieee802.org.
Retrieved August 26, 2011.
[3] http://en.wikipedia.org/wiki/WiMAX, Retrieved : December 14, 2011
[4] http://en.wikipedia.org/wiki/IP_Multimedia_Subsystem: December 15,2011
[5]http://www.ristinet.com/index.php?ch=8&lang=ind&n=278&page=2: December 15,2011
[6] www.wimaxforum.org/ , Retrieved : December 14, 2011