OPINI MAHASISWA MENGENAI IWAN FALS SEBAGAI BRAND AMBASSADOR DALAM IKLAN TOP COFFE (Survei di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNTIRTA) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Ilmu Humas Program Studi Ilmu Komunikasi Oleh : FATHUL LATIF 6662072935 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG 2014
126
Embed
OPINI MAHASISWA MENGENAI IWAN FALS SEBAGAI …repository.fisip-untirta.ac.id/381/1/KOM - OPINI MAHASISWA MENGEN… · dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui opini mahasiswa
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
OPINI MAHASISWA MENGENAI IWAN FALS
SEBAGAI BRAND AMBASSADOR DALAM
IKLAN TOP COFFE (Survei di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNTIRTA)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada
Konsentrasi Ilmu Humas Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh :
FATHUL LATIF
6662072935
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG
2014
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Be a Strong Man in the Hard Times
And Be a Super Man in The Good Times”
Skripsi Ini Ku Persembahkan untuk Kedua Orang Tua Tercinta, Istri Tersayang
dan Keluarga Terkasih,
Terima kasish untuk apa yang telah kalian berikan.
Cinta, Kasih Sayang, Kesabaran dan Ketulusan Kalian akan selalu ku ingat.
ABSTRAKSI
Fathul latif. NIM 6662072935. Skripsi “Opini Mahasiswa Mengenai Iwan Fals
Sebagai Brand Ambassador Dalam Iklan Top Coffee (Survei Di Kalangan
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNTIRTA)
Opini merupakan suatu sikap seseorang tentang sesuatu yang dilihat atau
didengarnya, opini bisa bersifat positif atau negatif tergantung oleh latar belakang dan
faktor psikologis yang terdapat pada diri seseorang tersebut. Iklan merupakan sebuah
media untuk promosi dan menjadi sebuah pemanfaatan kemajuan elektronik pada
sebuah kegiatan pemasaran suatu produk. PT WINGS memanfaatkan iklan televisi
untuk mempromosikan produk terbarunya yaitu kopi Top Coffee, sedangkan dalam
iklan tentu saja diperlukan brand ambassador untuk mengkomunikasikan iklan
tersebut. Iwan Fals seorang musisi legendaris Indonesia dipilih untuk menjadi brand
ambassador. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana opini
mahasiswa mengenai Iwan Fals sebagai brand ambassador dalam iklan Top Coffee,
dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui opini mahasiswa mengenai Iwan
Fals sebagai brand ambassador Iwan Fals dalam iklan Top Coffee. Teori yang
digunakan adalah teori perbedaan individu, sedangkan metode yang digunakan adalah
metode survei dengan pendekatan kuantitatif dan jenis penelitian ini bersifat
deskriptif. Data dikumpulkan dari hasil penyebaran kuesioner dan studi kepustakaan.
Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa ilmu komunikasi UNTIRTA sebanyak
85 orang. Hasil analisis deskriptif untuk variabel brand ambassador yang terbagi 4
(empat) sub variabel diperoleh angka sebesar 66,6% untuk visibility yang artinya
tergolong positif, 66,6% untuk credibility yang artinya tergolong positif, 67,6% untuk
attraction yang artinya tergolong positif dan 67,6% yang juga tergolong positif.
Sedangkan untuk hasil total analisis deskriptif variabel brand ambassador diperoleh
angka sebesar 66,84% yang artinya cukup baik.
Kata kunci : Opini, Brand Ambassador.
ABSTRACT
Fathul latif. NIM 6662072935. Thesis “Student Opinion About Iwan Fals As
Brand Ambassador in Top Coffee Ad” (Survey Among Science Of Communication
Student UNTIRTA)
The opinion is attitude someone about something which have seen or heard, opinion
can have positive quality or negative quality depend from background and
psychological factor which there on that someone.Advertising is a medium for
promotion and become an electronic advance in the utilization of a marketing activity
of product. WING Corporation use television advertising to promote their newest
product that is Top Coffee, while in advertising certainly be required a brand
ambassador for communicate that advertisement. Iwan Fals a Indonesian legendary
singer selected to be a brand ambassador in this Top Coffee advertisement.
Formulation of the problem in this research is how the opinion student about Iwan
Fals as brand ambassador on Top Coffee advertisement. Theory which used is
individual differences theory, when the method which used is survey method with
quantitative approach. Data were collected from questionnaires deployment result
and literature study. Sample in this research is science of communication student
UNTIRTA as much as 85 student. Result of descriptive analysis for variable brand
ambassador which devided in 4 (four) sub-variables figures obtained by 65,6% for
visibility which mean positif, 66,6% for credibility which mean positif, 67,6% for
attraction which mean positif and 67,6 for power which mean positif too.whereas
total result for analysis descriptive for brand ambassador variabel figures obtained
by 66,84% which means good enaugh.
Keyword : Opinion, Brand Ambassador.
KATA PENGANTAR
Tidak ada kata paling indah kecuali puji dan syukur kepada Allah SWT yang
telah menentukan segala sesuatu berada di tangan-Nya, sehingga tidak ada seorang
pun yang luput dari ketentuan dan ketetapan-Nya. Hanya berkat rahmat dan hidayah-
Nyalah peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Penggunaan
Brand Ambassador Iwan Fals Dalam Iklan Top Coffee Terhadap Minat Beli”.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Kekasih Allah SWT dan
teladan bagi semua manusia yakni Nabi suci Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat dan para pengikutnya sampai akhir jaman.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana ilmu komunikasi. Peneliti menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatan waktu, pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki oleh peneliti. Hambatan dan kesulitan mewarnai proses
penyusunan skripsi ini. Namun berkat bantuan, bimbingan, petunjuk serta motivasi
dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat teratasi dengan baik. Oleh karena
itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada :
1. Hj. Mulhiyah selaku ibu kandung, yang pastinya selalu mendoakan peneliti
baik siang maupun malam sehingga pada akhirnya tidak ada balasan yang
mampu peneliti persembahkan kepada beliau.
i
2. Syifa Alawiyah, S.Pd selaku istri tercinta, yang selalu memotivasi dan
semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu
Komunikasi.
4. Puspita Asri Praceka, S.Sos., M.Ikom selaku Sekretaris Jurusan Program
Studi Ilmu komunikasi.
5. M. Jaiz, S.Sos., M.Ikom selaku Dosen Pembimbing I yang sudah dengan
sabarnya membimbing peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Teguh Imam Prasetya, S.Sos., M.Ikom selaku Dosen Pembimbing II yang
juga telah sabar memberikan arahan kepada peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu kepada
peneliti. Ilmu-ilmu tersebut sungguh sangat bermanfaat dan semoga kelak
akan terlihat keberhasilan dari ilmu yang telah peneliti dapatkan tersebut.
Serang, Mei 2014
Peneliti
Fathul latif
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL
PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAKSI
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................ 8
1.3 Identifikasi Masalah ............................................................. 8
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................... 8
1.5 Kegunaan Penelitian............................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 10
iii
2.1 Pengertian Komunikasi ........................................................ 10
2.1.1 Tujuan Komunikasi ..................................................... 12
2.1.2 Tipe Komunikasi ......................................................... 12
2.2 Komunikasi Massa ............................................................... 14
2.2.1 Fungsi Komunikasi Massa .......................................... 15
2.2.2 Efek Komunikasi Massa ............................................. 18
2.3 Media Massa …… ............................................................... 19
2.3.1 Karakteristik Media Massa ........................................... 19
2.4 Pengertian Televisi ............................................................... 20
2.4.1 Karakteristik Khusus Televisi ...................................... 22
2.4.2 Fungsi Televisi ............................................................ 23
komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi di mana
pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di
depan khalayak yang lebih besar.
4. Komunikasi Massa (Mass Communication) dapat didefinisikan sebagai
proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari
sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya masal melalui
13
alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan
film.13
2.2 Komunikasi Massa
Pengertian komunikasi massa merujuk kepada pendapat Tan dan Wright,
dalam Liliweri 1991 merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran
(media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal,
berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan
menimbulkan efek tertentu.
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner
(Rakhmat, seperti yang disitir Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999), yakni :
Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa
pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa
komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun
komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak. Media komunikasi
yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi. Keduanya dikenal
sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah disebut sebagai media cetak;
serta media film.
Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli
komunikasi yang lain yaitu Gerbner 1967 komunikasi massa adalah produksi dan 13 Hafiel Cangar. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. h 29-35
14
distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinu
serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri14
.
Bentuk komunikasi massa merupakan jenis komunikasi yang ditujukan
kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media
cetak atau elektronik, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak
dan sesaat. Bitter (1980 :10) komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Gerbner
(1967) komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan
teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinu serta paling luas dimiliki
orang dalam masyarakat industri15
.
Jadi yang dimaksud komunikasi massa adalah komunikasi yang
menggunakan media massa sebagai alat penyampaian pesan kepada khalayak luas
yang tidak terbatas.
2.2.1 Fungsi komunikasi massa
Mengenai fungsi komunikasi massa, dalam buku Aneka Suara, Satu Dunia
(Many Voices One World) dengan MacBride sebagai editornya, diterangkan
dengan cukup gamblang yang patut disimak oleh para mahasiswa dan peminat
komunikasi. Diuraikan disitu bahwa apabila komunikasi dipandang dari arti yang
14 Ardianto, Elvinaro. Lukiati, Komala. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya Offset h 3 15 Jalaludin Rakhmat. 2005. Psikologi Komunikasi (edisi revisi). Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. h 188
15
lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, terfakta, dan
ide maka fungsinya dalam tiap sistem sosial adalah sebagai berikut:
pemirsa. Televisi tambah marak lagi setelah dikembangkannya Direct Broadcsat
Satellite (DBS).
Menurut catatan Agee, et al, siaran percobaan televisi di Amerika Serikat
dimulai pada tahun 1920an. Para ilmuwan terus mengembangkan teknologi
komunikasi dalam bentuk televisi ini. Antara tahun 1890 dan 1920, sekelompok
ilmuwan Inggris, Perancis, Rusia dan Jerman menyarankan pengembangan
teknik-teknik transmisi gambar televisi. John L. Baird, sebagai penemu dari
Skotlandia, memperagakan pertama kali teknologi gambar hidup televisi di
London tahun 1926. Hal itu televisi dapat menayangkan gambar-gambar hidup
seperti film layar lebar. Semantara itu, the English Broadcast Corporation (BBC)
merupakan televisi siaran yang pertama di dunia yang membuat jadwal televisi
secara teratur pada 2 Nopember 1936.21
2.4.2 Karakteristik khusus televisi
Sama halnya dengan media lainnya, televisi juga memiliki sejumlah
karakteristik yang bersifat khusus. Antara lain adalah sebagai berikut :22
a. Selain menyajikan suara, televisi juga menyajikan gerakan, visi, dan
warna.
21 Elvinaro Ardianto, Lukiati, Komala. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya. h 125 22 M. Linggar Anggoro. 2005. Teori & Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di Indonesia.
Jakarta: PT. Bumi Aksara. h 149-150
22
b. Fungsi utama televisi adalah sebagai media hiburan. Akan tetapi di
beberapa negara berkembang, televisi juga merupakan simbol status.
Perbedaan fungsi ini jelas membawa konsekuensi pada jenis acara yang
ditayangkan.
c. Pembuatan program televisi relatif lebih lama dan mahal, apalagi bila
dibandingkan dengan program radio. Untuk menekan biaya, pihak
produsen sering menjalin kerja sama dengan perusahaan atau pihak lain.
Konsekuensinya, harus toleran terhadap iklan atau pesan khusus dari
perusahaan tersebut. Karena mahalnya pembuatan acara televisi maka
iklan harus ditingkatkan. Lambat laun sikap masyarakat terhadap iklan
pun mulai berubah.
d. Karena mengandalkan tayangan secara visual maka segala sesuatu yang
tampak harus dibuat semenarik mungkin. Bila ini dikaitkan dengan
kegiatan humas, para praktisi humas yang terkait harus mempersiapkan
sebaik mungkin untuk tampil secara prima.
e. Dibandingkan dengan media-media lainnya televisi memang relatif jauh
lebih mahal. Dukungan teknologi dan finansial yang dibutuhkannya juga
jauh lebih besar.
2.4.3 Fungsi Televisi
Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan
radio siaran), yakni memberi penerangan, mendidik dan menghibur.
23
Adapun fungsi siaran televisi adalah :23
1. Fungsi penerangan. Fungsi ini didukung oleh sifat-sifat yang dimiliki
televisi, yakni.
a. Sifat immediacy. Suatu peristiwa yang disiarkan dapat dilihat dan
didengar pada saat peristiwa itu berlangsung, seakan-akan kita
berhadapan dengan peristiwa itu, atau dengan kata lain bersifat tidak
media.
b. Sifat realisme artinya beradasarkan kenyataan atau seakan-akan
nyata. Sifat ini lebih mengefektifkan fungsi penerangan
2. Fungsi Hiburan, fungsi ini menempati porsi yang lebih banyak
dibandingkan dengan fungsi lainnya. Hampir semua sajian televisi
berbobot hiburan. Beritapun tidak lepas dari berita yag mnggelitik
3. Fungsi pendidikan, fungsi televisi dalam pendidikan bersifat massal,
tidak dibatasi oleh ruang kelas.
2.5 Iklan
kata iklan berasal dari bahasa Melayu, sebenarnya akar katanya dari bahasa
Arab yaitu I’lan. Istilah iklan sebenarnya belum lama muncul dalam
perbendaharaan kata bahasa Indonesia. Menurut sebuah sumber, istilah iklan
23 Bambang. 2000. Komunikasi Massa: Dalam Karakter Ilmu Komunikasi . Jakarta: Epshilon
Alpha Betha. h 83
24
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1951 oleh Soedardjo Tjokrosiswono,
seorang tokoh pers nasional, untuk menggantikan istilah advertentie (bahasa
Belanda) dan advertising (bahasa Inggris) agar sesuai dengan semangat
penggunaan bahasa nasional Indonesia.24
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia jilid ketiga disebutkan bahwa iklan
adalah berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik
pada barang dan jasa yang ditawarkan25
. Definisi iklan yang baku di Indonesia
dapat dilihat dalam Kitab Tata Krama dan Tata Cara Periklanan di Indonesia.
Dalam Tata Krama dan Tata Cara Periklanan di Indonesia dinyatakan bahwa iklan
segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat suatu media
dan dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal serta ditujukan kepada sebagian atau
seluruh masyarakat.26
Iklan dapat dipandang berbeda tergantung dengan profesi orang yang
bersangkutan. Bagi seorang pebisnis, iklan adalah alat pemasaran yang penting
yang membantu mengkreasi kesadaran konsumen akan merk (brand awareness)
dan loyalitas serta merangsang permintaan. Bagi art director di sebuah agensi
periklanan, iklan merupakan sebuah ekspresi kreatif dari suatu konsep mengenai
produk atau jasa. Sedangkan bagi perencana media, iklan adalah cara sebuah
24 Tams Djajakusumah. 1982. Periklanan. Bandung; Armico. h 127 25 Depdiknas. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. h 421 26 pksm.mercubuana.ac.id/new/.../files.../43001-4-290156815880.doc (diakses pada 15 februari 2013)
25
perusahaan menggunakan media massa untuk berkomunikasi dengan pelanggan
potensial mereka.
Oleh karena banyaknya definisi iklan dari berbagai prosfesi yang berbeda
ini, maka perlu ditekankan definisi umum yang bisa memberikan gambaran lebih
jelas tentang apa itu iklan. Definisi iklan dari O‟Guinn, Allen, dan Semenik iklan
adalah suatu upaya untuk membujuk melalui media dengan membayar27
.
Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling dikenal dan paling
banyak dibahas orang, hal ini kemungkinan karena daya jangkaunya yang luas.
Iklan juga menjadi instrument promosi yang sangat penting, khusunya bagi
perusahaan yang memproduksi barang atau jasa yang ditujukan kepada
masyarakat luas. Belanja iklan di Indonesia pada 2005 tercatat sekitar Rp. 23
triliun rupiah. Televisi mendominasi 70 persen (Rp 16 triliun) dari nilai belanja
iklan tersebut, surat kabar Rp.6 triliun, majalah dan tabloid Rp. 1 triliun.28
O‟Guinn, Allen, dan Semenik kemudian menyimpulkan bahwa suatu
komunikasi bisa diklasifikasikan sebagai iklan, bila memnuhi tiga kriteria yang
esensial:
1. Komunikasi itu haruslah dengan bayaran.
2. Komunikasi itu haruslah disampaikan ke khalayak via media massa.
27 Idi Subandi Ibrahim. 2007. Kecerdasan Komunikasi Seni Berkomunikasi Kepada Publik.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media. h 128. 28 Morissan, M.A. 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Prenada Media
Group. h 18
26
3. Komunikasi itu haruslah menjadi upaya persuasi atau membujuk.29
2.6 Opini
Menurut William Albig dalam buku Modern Public Opinion mengatakan
bahwa opini adalah pernyataan mengenai suatu hal yang sifatnya bertentangan
atau sedikitnya terdapat pandangan yang berlainan mengenai suatu hal
(kontroversial). Dapat dikatakan lebih lanjut bahwa opini sangat berhubungan
dengan sikap, perbedaan sikap yang bertentangan akan menghasilkan bentuk
persoalan atau situasi dan biasanya tertanam dalam benak seseorang sampai
seseorang menemukan cara dengan menggunakan media atau sarana lain untuk
mengungkapkan secara verbal.30
Menurut Sunarjo opini merupakan jawaban terbuka terhadap suatu
persoalan atau issue ataupun jawaban yang berdasarkan kata-kata yang diajukan
secara tertulis ataupun lisan. Sunarjo juga menambahkan opini dianggap sebagai
jawaban lisan pada individu yang member respon kepada stimulus dimana dalam
situasi atau keadaan yang umumnya diajukan sebagai suatu pertanyaan.31
Opini dapat dinyatakan secara verbal dan terbuka dengan kata-kata yang
dapat ditafsirkan secara jelas (overt opinion). Vincent Price mendefinisikan overt
opinion sebagai menyatakan pendapat dengan berbagai macam kegiatan atau
29 Idi Subandi Ibrahim. Op .Cit. 2007. 30 Oemi Abdurrahman. 2003. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung : PT Citra Aditya Bhakti. h 53 31 Djoenaesih S. Sunarjo. 1997. Opini Public. Yogyakarta : Liberty Offset. h 85
27
mengemukakan kegiatan-kegiatan yang menjadi perhatian bersama dengan tata
cara perilaku yang khas.32
Opini itu sendiri tidak memiliki tingkatan atau strata, namun mempunyai
arah yaitu seperti di bawah ini :
1. Opini positif, jika individu memberikan pernyataan setuju.
2. Netral, jika individu memberikan pernyataan ragu-ragu.
3. Opini negative, jika individu memberikan pernyataan tidak setuju.33
2.6.1 Faktor Pembentuk Opini
Untuk mengetahui opini individu (personal) terhadap suatu objek, dapat
dilihat dari unsur pembentukan opininya. Setiap opini mempunyai 3 unsur yaitu34
:
1. Kepercayaan (berkaitan dengan unsur kognitif)
Kepercayaan mengacu kepada sesuatu yang diterima khalayak, benar
atau tidak berdasarkan pengalaman masa lalu, pengetahuan dan
informasi sekarang dan persepsi yang berkesinambungan.
2. Nilai (berkaitan dengan unsur afektif)
Melibatkan kesuka-ketidaksukaan, cinta dan kebencian, hasrat dan
ketakutan, bagaimana orang menilai sesuatu dan intensitas penilaiannya
apakah kuat, lemah ataukah netral.
32 Ibid. h 87-88 33 Onong Uchjana Effendi. 2000. Radio Siaran Teori dan Praktek. Bandung: Mandar Maju. h 85
34 William L. Rivers & Clevemathew. 1994. Etika Media Massa dan Kecenderungan Untuk
Melanggarnya. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum. h 1
28
3. Pengharapan
Mengandung citra seseorang tentang apa keadaannya setelah tindakan.
Pengharapan ditentukan dari pertimbangan terhadap sesuatu yang terjadi
pada masa lalu, keadaan sekarang dan sesuatu yang kira-kira akan
terjadi jika dilakukan perbuatan tertentu.
2.7 Brand ambassador
Strategi kreatif yang dilakukan oleh perusahan untuk meningkatkan minat
dan menjaga atau membentuk citra serta memposisikan suatu produk terhadap
konsumen biasanya melalui penunjukkan brand ambassador. Penunjukkan brand
ambassador biasanya juga dilatarbelakangi oleh citra positif yang dibawanya
sehingga dapat mewakili citra produk secara keseluruhan.
Penunjukkan brand ambassador biasanya dilakukan untuk simbolisasi yang
dapat mewakili keinginan, hasrat, atau kebutuhan dapat dengan mudah diterima
oleh konsumen. Biasanya diwakili oleh maskot, tokoh profesional, dan tokoh
agama.35
Penunjukan brand ambassador sendiri biasanya diwakili oleh sosok selebriti
atau atlet yang menjadi panutan dan idola dari masyarakat luas. Karena
penggunaan selebriti kerap merepresentasikan produk secara keseluruhan. Hal ini
dikarenakan daya tarik yang dimiliki oleh selebriti ataupun atlet tersebut, serta
35 Jhon E. Kennedy dan R. Dermawan Soemanagara. 2006. Op. Cit. h 135
29
citra positif yang dimilikinya. Penggunaan brand ambassador dilakukan oleh
perusahaan untuk mempengaruhi atau mengajak konsumen untuk menggunakan
produk, pemilihan brand ambassador biasanya seorang selebriti yang terkenal.36
Dalam bukunya, Royan mengatakan bahwa alasan yang masuk akal dari
produsen menggunakan selebriti dalam iklannya adalah personality sang artis atau
atlet mempengaruhi personality merk, pilihan bintang yang tepat dapat
mempegaruhi personality merk, pilihan bintang yang tepat dapat memepengaruhi
tumbuhnya market share, diharapakan personality sang bintang akan melekat pada
merk dan diharapkan sang bintang menjadi brand ambassador yang dapat
menarik minat beli konsumen.37
Pemilihan selebriti yang tepat akan mengikat erat brand produk menjadi
brand seperti yang diwakili oleh selebriti. Menurut Philip Kotler seorang selebriti
yang sangat berpengaruh disebabkan memiliki kredibilitas yang didukung faktor
keahlian, sifat, dapat dipercaya, dan adanya kesukaan.38
Brand ambassador memiliki beberapa variabel yang telah dikembangkan
oleh Rossiter dan Percy, yaitu: 39
a. Visibility
Visibility adalah seberapa jauh popularitas yang melekat pada selebritis
yang mewakili produk tersebut, dalam penelitian ini yaitu Iwan Fals.
36Fransiscius Royan. 2005. Marketing Celebrities. Jakarta: Erlangga. h 7 37 Ibid. h 5 38 Ibid. h 8 39 Ibid. h 15-19
30
Masyarakat Indonesia telah mengenal Iwan Fals sebagai penyanyi yang
legendaris dan memiliki banyak penggemar.
b. Credibility
Credibility adalah sejauh mana keahlian dan objektivitas sang bintang.
Keahlian ini akan bersangkut paut pada pengetahuan selebriti tentang
produk yang akan diiklankan dan objektivitas merujuk pada kemampuan
selebriti untuk memberikan kepercayaan diri pada konsumen suatu
produk.
c. Attraction
Ada dua hal penting dalam penggunaan selebriti jika dihubungkan dengan
daya tarik. Pertama adalah tingkat disukai audiens/masyarakat, dan yang
kedua adalah tingkat kesamaan dengan personality yang diinginkan
pengguna produk, dimana keduanya tidak dapat dipisahkan dan harus
saling berdampingan. Brand ambassador yang disukai masyarakat dan
memiliki daya tarik cenderung menjadi trendsetter masyarakat mulai dari
pakaian hingga produk-produk yang dipakai oleh selebriti tersebut.
d. Power
Power adalah kemampuan brand ambassador dalam menarik konsumen
untuk membeli. Selebriti yang menjadi brand ambassador harus memiliki
kemampuan dalam menarik konsumen untuk menggunakan produk. Brand
ambassador selain harus terkenal dan menarik juga harus berada di level
pemujaan oleh audiens. Pada tingkat ini pemujaan yang tinggi tersebut
31
dengan sendirinya akan menimbulkan dorongan yang kuat pada audiens
untuk membeli.
Dari beberapa pengertian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa brand
ambassador adalah seseorang yang dapat mewakili produk atau perusahaan dan
dapat berbicara banyak tentang produk yang diwakilinya sehingga memberikan
dampak yang besar pada produk terhadap konsumen. Seorang brand ambassador
harus cocok dengan produknya dan target pasarnya agar berhasil membentuk
identitas tersendiri terhadap produk tersebut dan membedakannya dengan produk
lain yang sejenis.
32
2.8 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.9 Teori Perbedaan Individu (Individual Differences Theory)
Peneliti memutuskan untuk menggunakan teori perbedaan individu
(individual differences theory) yang merupakan pengembangan dari model S-O-
Attraction
Tingkat
kesamaan
Jujur
Credibility
Ahli
Percaya diri
Dipercaya
IWAN FALS
(BRAND AMBASSADOR)
Power
Inspiritif
Unik
Visibility
Dikenal
Disukai
Disenangi
OPINI MAHASISWA
IKLAN TOP COFFEE
Opini Positif
Opini Negatif
33
R. Teori ini diketengahkan oleh Martin De Fleur. Nama lengkap dari teori ini
adalah individual differences theory of mass communication. Dalam model S-O-R
menjelaskan bahwa khalayak dalam menerima pesan dianggap bersikap pasif,
namun De Fleur kemudian melakukan modifikasi terhadap model tersebut dengan
teori perbedaan individu ini.
Teori ini menelaah perbedaan-perbedaan di antara individu-individu sebagai
sasaran media massa ketika mereka diterpa, sehingga menimbulkan efek tertentu.
Menurut teori ini, individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media
massa secara selektif menaruh perhatian kepada pesan-pesan terutama jika pesan
yang disampaikan berkaitan dengan kepentingannya yang didukung oleh nilai-
nilainya. Tanggapan pesan-pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya, jadi
efek media massa pada khalayak massa bukan seragam, melainkan beragam
disebabkan secara individual berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaan.40
Anggapan dasar dari teori perbedaan individu adalah bahwa setiap manusia
amat bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini
sebagian dimulai dari perbedaan secara biologis, tetapi ini juga dikarenakan oleh
pengetahuan setiap individu yang berbeda-beda. Manusia yang dibesarkan dalam
lingkungan yang berpikir secara kritis berbeda cara berpikirnya dengan manusia
yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang pasif.41
40 Onong Uchyana. Op.Cit. 2003. h 275 41 Ibid. h 276
34
Asumsi dari teori ini adalah pesan-pesan yang disampikan oleh media massa
ditangkap oleh individu sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan personal
individu, efek komunikasi pada individu akan beragam walaupun individu
menerima pesan yang sama karena terdapat faktor psikologis dalam menerima
pesan yang disampaikan oleh media massa. Masing-masing individu mempunyai
perhatian, minat, keinginan yang berbeda yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
psikologis yang ada pada diri individu tersebut sehingga mempengaruhi dalam
menerima pesan yang disampaikan oleh media massa.42
Teori De Fleur ini secara
eksplisit telah mengakui adanya intervensi variabel-variabel psikologis yang
berinteraksi dengan terpaan media massa dalam menghasilkan efek.
42 Ibid.
35
2.10 Kerangka Teori
Gambar 2.2
Kerangka Teori
Opini Mahasiswa Mengenai Iwan Fals Sebagai Brand ambassador dalam
Iklan Top Coffee
IKLAN TOP COFFEE
TEORI PERBEDAAN INDIVIDU
(FAKTOR PSIKOLOGIS)
Attraction
Tingkat
kesamaan
Jujur
Credibility
Percaya diri
Ahli
Dipercaya
IWAN FALS
(BRAND AMBASSADOR)
Power
Inspiratif
Unik
Visibility
Dikenal
Disukai
Disenangi
OPINI MAHASISWA
Opini Positif
Opini Negatif
36
2.11 Operasionalisasi Variabel
Untuk memperjelas gambaran operasional variabel dalam penelitian ini
dapat dilihat beradasarkan pada tabel berikut :
Tabel 2.1
Variabel Indikator Alat ukur
Brand
ambassador (X)
a. Visibility
b. Credibility
c. Attraction
d. Power
Dikenal
Disukai
Disenangi
Percaya diri
Ahli
Dipercaya
Tingakat kesamaan
Jujur
Inspiratif
Unik
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian mengenai opini mahasiswa mengenai Iwan Fals sebagai brand
ambassador dalam iklan Top Coffee, peneliti menggunakan jenis penelitian
kuantitatif. Riset kuantitatif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan
masalah yang hasilnya dapat di generalisasikan, dengan demikian tidak terlalu
mementingkan kedalaman data atau analisis. Periset lebih mementingkan aspek
keluasan data sehingga data atau hasil riset dianggap merupakan representasi dari
seluruh populasi.43
Metode kuantitatif dinamakan pula metode tradisional, karena metode ini
cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk
penelitian. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa
angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
3.2 Teknik Penelitian
Peneliti menggunakan teknik survei untuk pengumpulan data. Metode
survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta – fakta dari
43 Rachmat Kriyantono. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:Kencana. h 55
38
gejala – gejala yang ada dan mencari keterangan – keterangan secara faktual,baik
tentang institusi sosial,ekonomi atau politik dari suatu kelompok atau suatu
daerah. Metode survei ini membedah dan menguliti serta mengenal masalah –
masalah dan mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktik – praktik
yang sedang berlangsung.
Survei adalah metode riset dengan menggunakan kuesioner sebagai
instrument pengumpulan datanya. Tujuannya untuk memperoleh informasi
tentang sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tertentu. Dalam
survei proses pengumpulan dan analisis data sosial bersifat sangat terstruktur dan
mendetail melalui kuesioner sebagai instrument utama untuk mendapatkan
informasi dari sejumlah responden yang diasumsikan mewakili populasi secara
spesifik. Karena itu penggunaan teknik sampling yang benar sangat menentukan
kualitas riset.44
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian yang dilakukan ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu data
primer dan data sekunder.
44 Ibid. Hal 59
39
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau
tangan pertama di lapangan.
2. Data sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung. Dapat diperoleh juga
melalui data dari pihak universitas untuk jumlah mahasiswa. Data
primer umumnya berbentuk catatan atau laporan dokumentasi oleh
lembaga tertentu yang dipublikasikan.
Berdasarkan jenis data yang digunakan oleh peneliti, teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini meliputi dua metode, yaitu :
1. Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel
yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.45
Pada penelitian ini, peneliti menyebar kuesioner kepada mahasiswa
ilmu komunikasi.
45 Sugyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta. h 74
40
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala Likert dengan menggunakan data ordinal. Skala ini disebut skala
Likert, karena pertama kali dikembangkan oleh Rensis Likert, dan
sering disebut sebagai method of summated ratings yang berarti nilai
peringkat setiap jawaban atau tanggapan itu dijumlahkan sehingga
mencapai nilai total.46
Responden akan diminta menjawab pertanyaan
dengan pilihan jawaban sebagai berikut:
a. Sangat Setuju (SS), yang memiliki skor 4.
b. Setuju (S), yang memilki skor 3.
c. Tidak Setuju (TS), yang memiliki skor 2.
d. Sangat Tidak Setuju (STS), yang memiliki skor 1.47
2. Studi kepustakaan
Studi dokumentasi digunakan sebagai data sekunder. Studi
dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa
berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi.48
Studi Kepustakaan yaitu mencari data penunjang melalui buku
dan data lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Dalam hal ini adalah dengan menggunakan buku-buku ilmu
46 Rosady Ruslan. 2006. .Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi , Jakarta: PT Raja
Grafindo. h 196 47 Singarimbun. 1989. Metode Penelitian Survai Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES. h 102 48 Soehartono Irawan. 2002. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya. h 70.
41
komunikasi. Semua itu digunakan sebagai referensi atau pedoman dan
dasar teori bagi pembahasan masalah.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kuantitas atau karakter tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya49
.
Pengertian lainnya bahwa populasi adalah semua unit yang menjadi
objek penelitian. Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat populasi adalah
kumpulan dari objek yang diteliti. Dari beberapa definisi tentang populasi di
atas penulis menyimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan dari objek
yang diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa UNTIRTA
jurusan ilmu komunikasi angkatan 2009, 2010, 2011 dan 2012. Berikut data
jumlah mahasiswa ilmu komunikasi Universitas Sultan Agen Tirtayasa :
49 Ibid. Hal 61
42
Tabel 3.1
Jumlah Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Agen Tirtayasa50
No Jumlah mahasiswa ilmu komunikasi Jumlah
1 Angkatan 2009 154
2 Angkatan 2010 139
3 Angkatan 2011 145
4 Angkatan 2012 116
Total 554
3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.51
Definisi lainnya mengenai sampel adalah sebagian
individu yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian.52
Sedangkan
menurut Nasution dan Usman ” sampel adalah bagian dari populasi yang
diteliti”
Sampel sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel yang diambil dari populasi tersebut haruslah
representatif atau benar-benar dapat mewakili populasi yang diteliti. Sebab
50 Bagian Akademik dan Kemahasiswaan FISIP UNTIRTA 2013 51 Soehartono Irawan. Op. Cit. 2002. h 62 52 Narbuko, Cholid dan abu Ahmadi. 2005. Metode Penelitian.Jakarta: Bumi Aksara. h 107
43
apa yang dipelajari dari sampel tersebut harus dapat diberlakukan pada
populasinya.53
3.5 Teknik Penarikan Sampel
Dalam penelitian ini peniliti menggunakan teknik penarikan sampel acak
(Probability sampling). Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel.54
Jenis sampel probabilitas yang digunakan
adalah Simple Random Sampling (sederhana), dikatakan sederhana karena
pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu.55
Sampel diambil berdasarkan ketentuan
presisi ditetapkan diantara ± 10% dengan ketentuan besarnya sampel pada tingkat
kesalahan 0,1 dan tingkat kepercayaan (reability) 90 %.
Dengan menggunakan rumus yamane dibawah ini:
n = N
N.d² +1
Keterangan:
n = jumlah sampel
53 Sugyono. Op. Cit. 2008. h 74 54 Ibid. h 63 55 Ibid. h 64
44
N = Jumlah Populasi
d² = Presisi / tingkat kesalahan (10%) = 0,1
n = N
N.d² +1
n = 554
554.(0.1)²+1
n = 554
554.(0.01)+1
= 84,7 atau dibulatkan 85 orang
Berdasarkan rumus Yamane diperoleh sampel sebanyak delapan puluh lima
mahasiswa.
3.6 Uji Reliabilitas dan Validitas Data
3.6.1 Uji Reliabiltas Data
Sebelum melakukan penelitian dengan menyebarkan angket pada
sejumlah sampel penelitian, peneliti melakukan uji validitas. Uji validitas
dilakukan di tempat atau lokasi yang memiliki kemiripan karakteristik
45
dengan tempat penelitian asli. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan di
Komplek Untirta, Pakupatan – Serang.
Peneliti menggunakan SPSS 16 sebagai penguji data validitas dan
realibilitas. Kevalidan masing-masing pertanyaan dapat dilihat dari hasil
perhitungan SPSS pada nilai corrected item total correlation. Suatu butir
pertanyaan dikatakan valid jika r-hitung yang merupakan nilai corrected
item total correlation lebih besar dari r-tabel. Setelah nilai r diketahui, maka
dibandingkan dengan taraf signifikansi 5% atau 1% dengan melihat baris N-
2. Jika nilai r di atas angka kritik 5%, maka data instrumen dinyatakan
valid.56
Sementara alat ukur disebut reliabel bila alat ukur tersebut secara
konsisten memberikan hasil atau jawaban yang sama terhadap gejala yang
sama, walau digunakan berulang kali. Reliabilitas mengandung arti bahwa
alat ukur tersebut stabil (tidak berubah-ubah), dapat diandalkan
(dependable), dan tetap (consistent).57
Peneliti melakukan uji reliabilitas dengan menghitung koefisien Alpha
Cronbach dari masing-masing item dalam suatu variabel. Instrumen yang
56 Rachmat Kriyantono. Op.Cit. 2008. h l39 57 Triton P.B. 2006. Terapan Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: Andi Offset. h. 248.
46
dipakai dalam variabel tersebut dikatakan reliabel apabila memiliki Alpha
Cronbach lebih dari 0,6058
. Berikut ini tabel tingkat reliabilitas nilai Alpha :
Tabel 3.2
Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha
3.6.2 Uji Validitas Data
Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana instrumen
(misalnya kuesioner) akan mengukur apa yang ingin diukur59
. Dalam
penelitian ini, penulis menguji validitas dengan menggunakan program
58 Imam Ghozali. 2006. Aplikasi Analitis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. h 98 59 Rachmat Kriyantono. 2008. Riset Komunikasi, Cetakan ke-3. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. h 141
Nilai Alpha Tingkat Reliabilitas
0.00 – 0.20 Kurang Reliabel
0.20 – 0.40 Agak Reliabel
0.40 – 0.60 Cukup Reliabel
0.60 – 0.80 Reliabel
0.80 – 1.00 Sangat Reliabel
47
aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16. Uji
validitas dalam penelitian dilakukan untuk memastikan bahwa masing-
masing pertanyaan akan terklarifikasi pada variabel-variabel yang telah
ditetapkan (construct validity). Syarat instrumen yang baik adalah instrumen
tersebut harus valid. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang hendak diukur. Suatu alat ukur yang validitasnya tinggi
akan mempunyai varian kesalahan yang kecil, sehingga data yang terkumpul
merupakan data yang dapat dipercaya. Uji validitas digunakan untuk
mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam
mendefinisikan suatu variabel.60
3.6.3 Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas
Tabel 3.3
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.774 10
Output SPSS yang terdiri dari 10 pertanyaan dalam variabel brand
ambassador tersebut menunjukkan tabel Reliability Coefficients yang
60 Yustiawaty Nursarah. 2010. Hubungan Antara Persepsi Karyawan Outsource dengan Citra
PT. Advanced Career Indonesia. Skripsi. h. 39
48
terlihat sebagai Croanbach’s Alpha 0,888 > 0,60. Dapat disimpulkan bahwa
konstruk pertanyaan tersebut reliable.
Tabel 3.4
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
Q1 23.60 9.076 .481 .864
Q2 23.70 8.769 .569 .857
Q3 23.53 8.602 .701 .847
Q4 23.47 9.016 .594 .856
Q5 23.70 8.424 .698 .846
Q6 23.50 9.362 .426 .868
Q7 23.63 8.585 .652 .850
Q8 23.77 9.082 .457 .867
Q9 23.63 8.585 .652 .850
Q10 23.57 8.737 .625 .853
Menentukan besarnya nilai R table dengan ketentuan df = jumlah
sampel -2 atau 30 – 2 = 28 dengan tingkat signifikansi sebesar 5% angkanya
= 0,361 yang terdapat dalam tabel nilai-nilai r product moment. Analisa
output dapat dilihat pada bagian correlated item total correlation. Dari tabel
di atas item pertanyaan sudah valid.
49
3.7 Teknik Analisis Data
Statistik inferensial digunakan untuk riset ekplanatif yang bertujuan
menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel. Sebelum memilih jenis
rumus yang dikehendaki.
3.7.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah metode yang digunakan untuk
mendeskripsikan variabel, yaitu variabel brand ambassador. Dalam analisis
deskriptif ini, perhitungan yang digunakan untuk mengetahui tingkat
presentase skor jawaban dari variabel, dengan rumus sebagai berikut :
% =𝐧
𝐍𝐗𝟏𝟎𝟎%
Keterangan :
n = skor empirik (skor yang diperoleh)
N = jumlah seluruh skor atau nilai (skor ideal)
Perhitungan deskriptif presentase ini mempunyai langkah-langkah
sebagai berikut :
4. Menentukan angka presentase maksimal
𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐦𝐚𝐤𝐬𝐢𝐦𝐚𝐥
𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐦𝐚𝐤𝐬𝐢𝐦𝐚𝐥 𝐗 𝟏𝟎𝟎%
50
𝟓
𝟓 𝑿 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟎𝟎%
5. Menentukan angka presentase minimal
𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐥
𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐦𝐚𝐤𝐬𝐢𝐦𝐚𝐥 𝐗 𝟏𝟎𝟎%
𝟏
𝟓 𝑿 𝟏𝟎𝟎% = 𝟐𝟎%
6. Menentukan interval kelas presentase, diperoleh dari pembagian
kriteria terhadap rentang presentase (100% − 20% = 80%), maka
didapat 80% : 5 = 16%.
Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang
diperoleh (dalam %) dengan analisis deskriptif persentase diperoleh
sebagai berikut :
Tabel 3.5
Kriteria Analisis Deskriptif Persentase
No Rentang Persentase Kriteria
1
2
3
4
5
84% − 100%
83% − 67%
66% − 50%
49% – 33%
32% – 16%
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
51
3.8 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang diambil dalam penelitian ini adalah Kampus Universitas