1. IdentitasNama: Tn.ZUmur: 54 TahunJenisKelamin: Laki-laki
Agama : IslamSukuBangsa: Bugis, IndonesiaAlamat: PangkepPekerjaan:
WiraswastaStatus: Menikah
2. Anamnesisa. Dilakukansecara AutoanamnesisTanggal
:16-06-2015Tempat : IGD Bedah
b. Keluhan utama: Nyeri pada lengan bawah kanan
c. Riwayat penyakit sekarang: Dialami sejak 5 jam sebelum masuk
rumah sakit akibat kecelakaan lalu lintas. Pasien sedang
mengenderai motor dengan kecepatan tinggi kemudian berusaha
menghindari mobil dari arah berlawanan. Akhirnya pasien menabrak
pembatas jalan dan jatuh. Tangan pasien tekena aspal dan batu.
d. Riwayat pingsan dan muntah tidak ada.Riwayat nyeri kepala
tidak adaRiwayat mendapat penanganan sebelumnya di RSUD Daya berupa
penjahitan luka.Riwayat penyakit terdahulu tidak ada Riwayat
penyakit keluarga tidak adaRiwayat Alergi tidak ada
3. PemeriksaanFisik:Primary survey:a. Airway : clearb.
Breathing: Frekuensi napas: 20x/menit, spontan, simetris, tipe
torakoabdominal.c. Circulation: Nadi: 84x/menit, regular, kuat
angkat, TD: 120/80 mmHgd. Disability: GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor
Secondary surveyKepala: NormocephaleMata: Konjungtiva Anemis:
Kanan: Kiri: Hidung: Tidak ada DeviasiTidak ada krepitasiTidak
tampak adanya darah maupun sekretTidak ada pernapasan cuping
hidungMulut: Sianosis per oral tidakTelinga: OvalTidak tampak
secretLeher: Kelenjar getah bening tidak ada pembesaranKelenjar
tiroid tidak terabaToraksCorI: Iktus kordis terlihatP:iktus kordis
terabaP: batas jantung dalam batas normalA:Bunyi jantung 1&2
murni regularPulI: Simetris pada keadaan statis dan dinamisP:
Fremitus taktil sama kanan dan kiriFremitus vocal sama kanan dan
kiriP: Sonor seluruh lapang paruA: Vesikuler breathing sound sama
kanan dan kiriRhonki /Wheezing /Abdomen I : Datar lembutA: Bising
usus (+)P: Timpani ke 4 QuadranP: Defans muscular (-),
Pekaksamping/pekakpindah (-/-), Nyeri tekan (-)
Gambar 1: Antebrachii kanan dari aspek anterior
Gambar 2: Antebrachii kanan dari aspek lateral
Gambar 4: Antebrachii kanan dari aspek posterior
Gambar 5: Antebrachii kanan dari aspek medialStatus
Lokalis:Regio antebrachii kanan:Look: Tampak luka terjahit
semisirkular di aspek lateral sepanjang 6 cm, Debris (+)Feel: Nyeri
tekan adaROM: Gerak aktif dan passif sendi siku tidak bisa dinilai
karena nyeri Gerak aktif dan pasif sendi pergelangan tangan sulit
dinilai karena nyeriNVD: sensibilitas baik, pulsasi arteri radialis
teraba CRT < 2
Pemeriksaan penunjang:Laboratorium tanggal
15/6/2015Hemoglobin11.7
Hematokrit34.9
Leukosit18. 090
Trombosit315.000
Eritrosit4.66
Clotting time800
Bleeding Time300
HbsAgNon-reactive
Gambar 5: Foto x-ray AP/Lateral forearm Gambar 6: Foto x-ray
AP/Oblique manusDiagnosis kerja: Open communitive fracture 1/3
right distal radiusTindakan: Infus Ringer Laktat Analgetic
Antibiotik Anti tetanus DebridementResumeSeorang laki-laki 54 tahun
datang dengan keluhan nyeri pada lengan bawah kanan akibat
kecelakaan lalu lintas 5 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien
pernah mendapatkan penanganan dari RSUD Daya berupa jahitan luka
sebelum dirujuk ke RSWS. Dari pemeriksaan fisik didapatkan luka
terjahit semisirkular di aspek lateral antebrachii kanan. Tampak
luka di aspek posterior, Ada deformitas, ada swelling, ada
hematoma.Nyeri tekan ada. Motion sendi siku dan sendi pergelangan
tangan tidak bisa dinilai karena nyeri. Sensibilitas baik, pulsasi
arteri radialis dextra masih teraba. Capillary Refill Time kurang
dari 2 detik. Riwayat penyakit dahulu tidak ada.
PEMBAHASANI. FrakturDefinisiFraktur adalah hilangnya kontinuitas
tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang
bersifat total maupun yang bersifat parsial.1Fraktur atau patah
tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan/atautulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma
yang menyebabkan tulang patah dapatberupa trauma langsung,misalnya
benturan padalengan bawah yang menyebabkan fraktur radius dan ulna,
dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnyajatuh bertumpu pada
tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.
Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan,
dan arahnya.Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat
dapat menyebabkan tulangpatah dengan luka terbuka sampai ke tulang
yang disebut fraktur terbuka. Fraktur di dekat sendi atau mengenai
sendi dapat menyebabkan fraktur disertai luksasi sendi yang disebut
fraktur dislokasi.EtiologiUntuk mengetahui proses terjadinya
fraktur maka perlu diketahui terlebih dahulu keadaan fisik dan
keadaan trauma yang menyebabkan tulang tersebut patah. Kebanyakan
fraktur terjadi sebagai bentuk kegagalan tulang menahan tekanan,
terutama tekanan membengkok, memutar, dan tarikan.1,2Trauma dapat
bersifat : Trauma langsung, trauma langsung menyebabkan penekanan
pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang
terjadi biasanya bersifat kominutif dan jaringan lunaknya ikut
mengalami kerusakan. Trauma tidak langsung, trauma yang dihantarkan
kedaerah yang lebih jauh dari daerah fraktur. Pada keadaan ini
biasanya jaringan lunak didapatkan tetap utuh.1Tekanan pada tulang
dapat berupa: Tekanan berputar yang mengakibatkan fraktur bersifat
spiral ataupun oblique. Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur
transversal. Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan
fraktur impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi. Kompresi
vertical dapat menyebabkan fraktur kominutif. Trauma langsung
dengan disertai adanya resistensi pada suatu jarak tertentu akan
menyebabkan fraktur oblique. Fraktur yang disebabkan remuk. Trauma
karena tarikan pada ligamentum ataupun tendon akan menarik sebagian
tulang.1KlasifikasiKlasifikasi secara etiologi: Fraktur traumatik,
terjadi sebagai akibat dari fraktur secara tiba tiba. Fraktur
patologis, terjadi sebagai akibat dari kelemahan tulang sebelumnya
disebabkan oleh kelainan patologis dalam tulang. Fraktur stress,
sebagai akibat dari trauma yang terus menerus pada satu
tempat.1
Klasifikasi secara klinis: Fraktur tertutup / simple fraktur,
merupakan suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia
luar. Fraktur terbuka, merupakan fraktur yang mempunyai hubungan
dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak dapat
berbentuk dari dalam ataupun dari luar. Fraktur dengan komplikasi,
merupakan suatu fraktur disertai dengan komplikasi baik kelainan
bentuk ataupun adanya infeksi.1Klasifikasi secara radiologis:
Lokalisasi- Diafisial - Metafisial - Intra artikular - Fraktur
dengan dislokasi
( Sumber : Pengantar Ilmu Bedah ortopedi, 2007 )
Konfigurasi- Fraktur transversal- Fraktur oblique- Fraktur
spiral- Fraktur Z- Fraktur segmental- Fraktur kominutif, fraktur
yang lebih dari dua segmen.- Fraktur baji, biasa pada vertebra
karena trauma kompresi.- Fraktur avulse, suatu segmen kecil yang
tertarik.- Fraktur depresi- Fraktur impaksi- Fraktur burst- Fraktur
epifisis
( Sumber : Pengantar Ilmu Bedah ortopedi, 2007 )
Ekstensi- Frakktur total
- Fraktur tidak total
- Fraktur bucle atau torus
- Fraktur garis rambut
- Fraktur green stick.
( Sumber : Pengantar Ilmu Bedah ortopedi, 2007 )II. Fraktur
TerbukaDefinisiFraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana
terjadi hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga
terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa
infeksi. Luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang tajam yang
keluar menembus kulit atau dari luar karena tertembus peluru atau
trauma langsung.1,2Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat
yang memerlukan penaganan terstandard untuk mengurangi resiko
infeksi. Selain penyembuhan infeksi juga diharapkan terjadi
penyembuhan dari fraktur dan restorsi fungsi dari anggota
gerak.1,2
KlasifikasiKlasifikasi yang dianut berdasarkan Gustilo, dan
Templemen:
Gambar 3: Menunjukkan klasifikasi open fracture berdasarkan
Gustilo and Anderson
Gambar 4: Menunjukkan klasifikasi dari Tscherne
TatalaksanaPenanggulangan fraktur terbuka Obati fraktur tebuka
sebagai suatu kegawatan dengan melakukan primary survey yang
dimulai dari airway, breathing, circulation, disability dan
exposurenya. Melakukan resusitasi pada pasien. Evaluasi lokasi
lukanya dari kepala hingga ke kaki. Identifikasi luka pada
ekstremitas Melakukan penilaian neurologi di lokasi injury.
Melakukan penilaian pada jaringan kulit dan tissue yang rusak
dengan melakukan eksplorasi di ruangan yg steril atau dengan
melakukan pemeriksaan radiologi. Identifikasi kerusakan skeletal
dengan melakukan pemeriksaan radiografi. Pada luka yang berdarah
lebih baik dilakukan direk pressure daripada dilakukan limb
tourniquet atau limb clamping. Melakukan inisiasi antibiotik.
Melakukan reduksi pada tempat fraktur. Melakukan debridement
sebelum melakukan fiksasi pada fraktur. Sesetengah luka harus
dilakukan debridement berulang kali.Tahap tahap pengobatan fraktur
terbuka Pembersihan luka. Pembersihan dilakukan dengan cara irigasi
dengan NaCl fisiologis secara mekanis untuk mengeluarkan benda
asing yang melekat. Eksisi jaringan mati dan tersangka mati (
debridement ). Semua jaringan yang kehilangan vaskularisasinya
merupakan daerah tempat pembenihan sehingga diperlukan eksisi
secara operasi kulit, jaringan subkutaneus, jaringan lemak, fascia,
otot, an fragmen fragmen yang lepas. Pengobatan fraktur itu
sendiri, Fraktur dengan luka yang hebat memerlukan suatu traksi
skeletal atau reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna tulang.
Penutupan kulit, apabila fraktur terbuka diobati dalam waktu emas (
6 7 jam mulai dari terjadinya kecelakaan ). Hal ini tidak dilakukan
apabila mengakibatkan kulit menjadi tegang. Luka dapat dibiarkan
terbuka namun tidak lebih dari 10 hari. Pemberian antibiotic.
Pencegahan tetanus.1,2
Komplikasi Infeksi Compartment syndromeIII. FRAKTUR RADIUS
KLASIFIKASI Berikut ini gejala klinis dari beberapa jenis fraktur
yang terdapat pada fraktur radius : Fraktur Kaput RadiusFraktur
kaput radius sering ditemukan pada orang dewasa tetapi hampir tidak
pernah ditemukan pada anak-anak. Fraktur ini kadang-kadang terasa
nyeri saat lengan bawah dirotasi, dan nyeri tekan pada sisi lateral
siku memberi petunjuk untuk mendiagnosisnya. Fraktur Leher
RadiusJatuh pada tangan yang terentang dapat memaksa siku ke dalam
valgus dan mendorong kaput radius pada kapitulum. Pada orang dewasa
kaput radius dapat retak atau, patah sedangkan pada anak-anak
tulang lebih mungkin mengalami fraktur pada leher radius. Setelah
jatuh, anak mengeluh nyeri pada siku. Pada fraktur ini kemungkinan
terdapat nyeri tekan pada kaput radius dan nyeri bila lengan
berotasi. Fraktur Diafisis RadiusKalau terdapat nyeri tekan lokal,
sebaiknya dilakukan pemeriksaan x-ray Fraktur Distal RadiusFraktur
Distal Radius dibagi dalam :1) Fraktur GaleazziFraktur Galeazzi
yaitu Fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi sendi
radio-ulna distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dan angulasi
ke arah dorsal. Dislokasi mengenai ulna ke arah dorsal dan medial.
Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang dan lengan
bawah dalam keadaan pronasi, atau terjadi karena pukulan langsung
pada pergelangan tangan bagian dorsolateral. Fraktur Galeazzi jauh
lebih sering terjadi daripada fraktur Monteggia. Ujung bagian bawah
ulna yang menonjol merupakan tanda yang mencolok. Perlu dilakukan
pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang sering terjadi.
Gambar 6. Fraktur Galeazzi
2) Fraktur CollesFraktur ini akibat terjatuh dengan tangan
terentang. Fraktur radius terjadi di korpus distal, biasanya
sekitar 2 cm dari permukaan artikular. Fragmen distal bergeser ke
arah dorsal dan proksimal, memperlihatkan gambaran deformitas
garpu-makan malam (dinner-fork). Kemungkinan dapat disertai dengan
fraktur pada prosesus styloideus ulna.Fraktur radius bagian distal
(sampai 1 inci dari ujung distal) dengan angulasi ke posterior,
dislokasi ke posterior dan deviasi pragmen distal ke radial. Dapat
bersifat kominutiva. Dapat disertai fraktur prosesus stiloid ulna.
Fraktur collees dapat terjadi setelah terjatuh, sehingga dapat
menyebabkan fraktur pada ujung bawah radius dengan pergeseran
posterior dari fragmen distal
3) Fraktur SmithFraktur ini akibat jatuh pada punggung tangan
atau pukulan keras secara langsung pada punggung tangan. Pasien
mengalami cedera pergelangan tangan, tetapi tidak terdapat
deformitas. Fraktur radius bagian distal dengan angulasi atau
dislokasi fragmen distal ke arah ventral dengan diviasi radius
tangan yang memberikan gambaran deformitas sekop kebun (garden
spade).
Gambar 7. Fraktur Colles dan fraktur Smith
Gambar 8. Gambaran radiologi fraktur Smith
Gambar 9. Gambaran radiologi fraktur Colles
4) Fraktur Lempeng EpifisisFraktur Lempeng Epifisis merupakan
fraktur pada tulang panjang di daerah ujung tulang pada dislokasi
sendi serta robekan ligament.Klasifikasi menurut Salter-Harris
merupakan klasifikasi yang dianut dan dibagi dalam 5 tipe
Gambar 10. Klasifikasi Salter Harris
Paling umum adalah tipe II, dengan fragmen metafisis triangular
terlihat di dorsal.
Tipe ITerjadi pemisahan total lempeng epifisis tanpa adanya
fraktur pada tulang, sel-sel pertumbuhan lempeng epifisis masih
melekat pada epifisis. Fraktur ini terjadi oleh karena adanya
shearing force dan sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada
anak-anak yang lebih muda. Pengobatan dengan reduksi tertutup mudah
oleh karena masih ada perlekatan periosteum yang utuh dan intak.
Prognosis biasanya baik bila direposisisdengan cepat
Gambar 11. Cedera Salter Harris tipe I Tipe IIMerupakan jenis
fraktur yang sering ditemukan. Garis fraktur melalui sepanjang
lempeng epifisis dan membelok ke metafisis dan akan membentuk suatu
fragmen metafisis yang berbentuk segitiga yang disebut tanda
Thurson-Holland. Sel-sel pertumbuhan pada lempeng epifisis juga
masih melekat. Trauma yang menghasilkan jenis fraktur ini biasanya
terjadi pada anak-anak yang lebih tua. Periosteum mengalami robekan
pada daerah konveks tetapi tetap utuh pada daerah konkaf.
Pengobatan dengan reposisi secepatnya tidak begitu sulit kecuali
bila reposisi terlambat harus dilakukan tindakan operasi. Prognosis
biasanya baik, tergantung kerusakan pembuluh darah
Gambar 12. Cedera Salter Harris tipe II pada tulang radius
ulna
Tipe IIIFraktur lempeng epifisis tipe III merupakan fraktur
intra-artikuler. Garis fraktur mulai permukaan sendi melewati
lempeng epifisis kemudian sepanjang garis lempeng epifisis. Jenis
fraktur ini bersifat intra-artikuler dan biasanya ditemukan pada
epifisis tibia distal. Oleh karena fraktur ini bersifat
intra-artikuler dan diperlukan reduksi yang akurat maka sebaiknya
dilakukan operasi terbuka dan fiksasi interna dengan mempergunakan
pin yang halus.
Gambar 13. Cedera Salter Harris tipe III atau Tillaux fracture
Tipe IVFraktur tipe ini juga merupakan fraktur intra-artikuler yang
melalui permukaan sendi memotong epifisis serta seluruh lapisan
epifisis dan berlanjut pada sebagian metafisis. Jenis fraktur ini
misalnya fraktur kondilus lateralis humeri pada anak-anak.
Pengobatan dengan operasi terbuka dan fiksasi interna dilakukan
karena fraktur tidak stabil akibat tarikan otot. Prognosis jelek
bila reduksi tidak dilakuakn.
Gambar 14. Cedera Salter Harris tipe IV
Tipe VFraktur tipe V merupakan fraktur akibat hancurnya epifisis
yang diteruskan pada lempeng epifisis. Biasanya terjadi pada daerah
sendi penopang badan yaitu sendi pergelangan kaki dan sendi lutut.
Diagnosa sulit karena secara radiologik tidak dapat dilihat.
Prognosis jelek karena dapat terjadi kerusakan sebagian atau
seluruh lempeng pertumbuhan.
Gambar 15. Cedera Salter Harris tipe V
5) Fraktur MonteggiaFraktur jenis ini disebabkan oleh pronasi
lengan bawah yang dipaksakan saat jatuh atau pukulan secara
langsung pada bagian dorsal sepertiga proksimal dengan angulasi
anterior yang disertai dengan dislokasi anterior kaput
radius.(14)
Gambar 16. Fraktur MonteggiaCT scan di gunakan untuk mendeteksi
letak struktur fraktur yang kompleks dan menentukan apakah fraktur
tersebut merupakan fraktur kompresi, burst fraktur atau fraktur
dislokasi. Biasanya dengan scan MRI fraktur ini akan lebih jelas
mengevaluasi trauma jaringan lunak, kerusakan ligament dan adanya
pendarahan
FRAKTUR GALEAZZIDefinisiAdalah cedera patah tulang yang
melibatkan shaft radius dengan dislokasi dari distal radoiulnar
joint (DRUJ), cedera ini menganggu aktivitas sendi pergelangan
tangan.
EpidemiologiFraktur Galeazzi mencapai 3-7% dari semua patah
tulang lengan bawah. Terdapat paling sering pada pria. Meskipun
fraktur Galeazzi jarang dilaporkan, fraktut ini diperkirakan
mencapai 7% dari seluruh fraktur lengan bawah pada orang
dewasa.
EtiologiPenyebab dari fraktur Galeazzi biasanya akibat menahan
beban tubuh saat terjatuh sehingga menyebabkan hiperpronasi dari
antebrachii.Mekanisme traumaAda beberapa perbedaan pendapat pada
mekanisme yang tepat yang menyebabkan terjadinya fraktur Galeazzi.
Mekanisme yang paling mungkin adalah jatuh dengan tumpuan pada
tangan disertai dengan pronasi lengan bawah yang ekstrim. Daya
tersebut diduga melewati artikulasi radiocarpal, mengakibatkan
dislokasi dan pemendekan dari tulang radius. Terjadi fraktur pada
1/3 distal radius dan subluksasi atau dislokasi sendi radioulnar
distal. Deforming forces termasuk brakioradialis, kuadriseps
pronator, dan ekstensor ibu jari, serta berat tangan. Cedera otot
dan jaringan lunak yang deformasi yang terkait dengan fraktur ini
tidak dapat dikontrol dengan imobilisasi plester.
DIAGNOSISGambaran klinisTerdapat gejala fraktur dan dislokasi
pada daerah distal lengan bawah. Adanya tonjolan tulang atau nyeri
pada ujung ulnar adalah manifestasi yang paling sering ditemukan.
Nyeri dan edema pada jaringan lunak bisa didapatkan pada daerah
fraktur radius 1/3 distal dan pada pergelangan tangan. Cedera ini
harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologi. Anterior
interroseous nerve palsy juga bisa terjadi tapi sering dilewati
karena tidak ada komponen sensorik pada temuan ini. Nervus
interosseous anterior merupakan cabang dari nervus medianus. Cedera
pada nervus interosseous anterior ini bisa mengakibatkan paralisis
dari fleksor policis longus dan fleksor digitorum profundus pada
jari telunjuk, dan menyebabkan hilangnya mekanisme menjepit antara
ibu jari dengan jari telunjuk.
Pemeriksaan radiologisDengan pemeriksaan rontgen diagnosis dapat
ditegakkan. Foto radiologi lengan bawah posisi anteroposterior (AP)
dan lateral di perlukan untuk menegakkan diagnosis. Foto radiologi
ekstremitas kontralateral bisa diambil untuk perbandingan. Foto
polos lengan bawah bisa ditemukan cedera pada sendi radioulnar
distal: Fraktur pada dasar dari styloideus ulnaris. Pelebaran dari
ruang sendi radioulnar distal yang bisa terlihat pada foto posisi
AP. Dislokasi radius yang relative dengan ulna pada foto lateral,
yang bisa didapatkan dengan mengabduksikan bahu 90. Pemendekan dari
radius lebih dari 5 mm relatif dengan ulnar distal.
Gambar 2. Foto radiologis posisi anteroposterior menunjukkan
fraktur Galeazzi klasik: fraktur radius yang berbentuk oblik dan
transversum dengan adanya dislokasi sendi radioulnar distal.(3)
PENATALAKSANAANPrinsip-prinsip pengobatan fraktur1. Pertolongan
pertama membersihkan jalan napas, menutup luka dengan verban yang
bersih dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena agar
penderita merasa nyaman dan mengurangi nyeri sebelum diangkut
dengan ambulans2. Penilaian klinis nilai luka, apakah luka tembus
tulang atau tidak, adakah trauma pembuluh darah atau saraf atau
trauma alat-alat dalam yang lain.3. Resusitasi kebanyakan penderita
dengan fraktur multiple tiba di rumah sakit dengan syok, sehingga
diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada frakturnya
sendiri berupa transfusi darah dan cairan-cairan lainnya serta
obat-obat anti nyeri.
Prinsip Pengobatan ada 4, yaitu :1. Recognition (diagnosis dan
penilaian fraktur)Awal pengobatan perlu diperhatikan : Lokalisasi
fraktur Bentuk fraktur Menentukan teknik yang sesuai dengan
pengobatan Komplikasi yang mungkin selama dan sesudah pengobatan2.
ReductionMengurangi fraktur dengan cara reposisi fraktur. Harus
dengan posisi yang baik yaitu: Alignment yang sempurna Aposisi yang
sempurna3. RetentionImobilisasi fraktur4.
RehabilitationMengembalikan aktifitas fungsional semaksimal
mungkin.Fraktur bersifat tidak stabil dan terdapat dislokasi
sehingga sebaiknya dilakukan operasi dengan fiksasi interna. Pada
fraktur Galeazzi harus dilakukan reposisi secara akurat dan
mobilisasi segera karena bagian distal mengalami dislokasi. Dengan
reposisi yang akurat dan cepat maka dislokasi sendi ulna distal
juga tereposisi dengan sendirinya. Apabila reposisi spontan tidak
terjadi maka reposisi dilakukan dengan fiksasi K-Wire. Operasi
terbuka dengan fiksasi rigid mempergunakan plate dan screw.Open
reduction internal fixation merupakan terapi pilihan, karena closed
treatment dikaitkan dengan tingkat kegagalan yang tinggi. Fiksasi
plate dan screw adalah terapi pilihan. Pendekatan Henry anterior
(interval antara fleksor karpi radialis dan brakioradialis)
biasanya menyediakan eksposur yang cukup untuk melihat fraktur
radius, dengan fiksasi plate pada permukaan yang datar, permukaan
volar dari radius.Cedera sendi radioulnar distal biasanya
menyebabkan ketidakstabilan bagian dorsal, karena itu, capsulotomy
dorsal dapat dilakukan untuk mendapatkan akses ke sendi radioulnar
distal jika tetap dislokasi setelah radius difiksasi. Fiksasi
Kirschner wire mungkin diperlukan untuk mempertahankan reduksi dari
sendi radioulnar distal jika ianya tidak stabil. Jika sendi
radioulnar distal diyakini stabil, bagaimanapun, imobilisasi
plester pasca operasi mungkin sudah cukup. ORIF (Open Reduction
internal fixation)Reposisi terbuka dan fiksasi internaKeuntungan :
Reposisi anatomis Mobilisasi dini tanpa fiksasi luarIndikasi :
Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avaskular nekrosisnya
tinggi. Misalnya fraktur talus dan fraktur collum femur Fraktur
yang tidak bisa direposisi tetutup, misalnya fraktur avulse dan
fraktur dislokasi Fraktur yang dapat direposisi tetapi sullit
dipertahankan Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil
yang lebih baik dengan operasi, misalnya fraktur femur
Gambar. Fiksasi internal
Ada 3 kemungkinan yang bisa terjadi pada pasien dengan fraktur
Galeazzi:1. Sendi radio-ulnar tereduksi dan stabilTidak dilakukan
tindakan lanjut. Lengan di istirihatkan untuk beberapa hari,
kemudian dilakukan pergerakan aktif dengan hati-hati. Sendi
radio-ulnar harus diperiksa baik secara klinis dan radiologis
setelah 6 minggu.2. Sendi radio-ulnar tereduksi tapi tidak
stabilImobilisasi lengan dalam posisi stabil (biasanya supinasi),
jika diperlukan disertai juga dengan K-wire transversum. Lengan di
balut dengan cast di bagian atas siku selama 6 minggu. Jika
terdapat fragmen styloideus ulnaris yang besar, maka harus
direduksi dan difiksasi.
3. Sendi radio-ulnar tidak tereduksiKeadaan ini jarang
didapatkan. Open reduction harus dilakukan untuk membersihkan
jaringan lunak yang rusak. Setelah itu lengan di imobilisasi dalam
posisi supinasi selama 6 minggu.
Manajemen pascaoperasi:1. Jika sendi radioulnar distal stabil:
Pergerakan dini adalah dianjurkan.2. Jika sendi radioulnar distal
tidak stabil: Imobilisasi lengan dalam posisi supinasi selama 4
sampai 6 minggu dengan menggunakan long arm splint atau cast.3. Pin
sendi radioulnar distal, jika diperlukan, dan akan dilepas pada 6
sampai 8 minggu.
Komplikasi1. Malunion: Reduksi nonanatomik dari fraktur radius
disertai dengan kegagalan untuk mengembalikan alignment rotasi atau
lateral dapat mengakibatkan hilangnya fungsi supinasi dan pronasi,
serta nyeri pada range of motion. Ini mungkin memerlukan osteotomy
atau ulnar distal shortening untuk kasus-kasus di mana gejala
pemendekan dari radius mengakibatkan ulnocarpal impaction2.
Nonunion: Ini jarang terjadi dengan fiksasi yang stabil, tetapi
mungkin memerlukan bone grafting.3. Compartement syndrome:
kecurigaan klinis harus diikuti dengan pemantauan tekanan
kompartemen dengan fasciotomy darurat setelah didiagnosa sebagai
sindrom kompartemen.4. Cedera neurovaskuler: Biasanya iatrogenik.
Cedera saraf radialis superfisial (dibawahnya brakioradialis)
adalah beresiko dengan pendekatan radius anterior. Cedera saraf
interoseus posterior (di supinator) adalah beresiko dengan
pendekatan radius proksimal. Jika pemulihan tidak terjadi,
eksplorasi saraf setelah 3 bulan.5. Radioulnar synostosis: Jarang
terjadi (3% sampai 9,4% kejadian) Faktor risiko meliputi: Fraktur
kedua tulang pada tingkat yang sama (11% kejadian). Closed head
injury Penundaan operasi > 2 minggu. Satu sayatan untuk fiksasi
kedua fraktur lengan bawah. Penetrasi pada membran interoseus oleh
bone grafting atau screw, fragmen tulang, atau peralatan bedah.
Crush injury. Infeksi. Prognosis terburuk adalah dengan synostosis
distal, dan yang terbaik adalah dengan synostosis diafisis.6.
Dislokasi rekuren: Ini bisa terjadi akibat dari malreduksi dari
radius. Ini menekankan bahwa perlunya pemulihan secara anatomi pada
fraktur radius untuk memastikan penyembuhan yang cukup dan fungsi
biomekanik dari sendi radioulnar distal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Apley. A Graham, louis Solomon.Buku Ajar Orthopedi dan
fraktur sistem Alpley. Penerbit widya medika. Jakarta1. Solomon L,
Warwick D, Nayagam S. Injuries of the forearm and wrist. In:
(Solomon L, Warwick D, Nayagam S. eds.) Apleys System of
Orthopaedics and Fractures. Ninth Edition.UK: Hodder Arnold.20101.
Rasjad Chairuddin, Struktur dan Fungsi Tulang dalam: Rasjad
Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Cetakan keenam. Penerbit
PT. Yarsif Watampone. Jakarta. 2009.1. Sjamsuhidajat. R, Wim De
Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah ed 2. Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta.20051. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.
Edisi 6. Ekstermitas Superior: Lengan Bawah. EGC: Jakarta. 2006.
Hal: 4671. Reksoprodjo, Soelarto. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penerbit buku kedokteran
EGC. Jakarta.
28 | Page