BAB I STATUS PASIEN I. Identitas Pasien a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Tn D/Laki-laki/45tahun b. Pekerjaan/Pendidikan : Buruh c. Alamat : RT. 03 Tahtul Yaman II. Latar Belakang Sosio-ekonomi- demografi-lingkungan-keluarga a. Status Perkawinan : Belum menikah b. Jumlah anak/saudara : - / 2 dari 6 bersaudara c. Status ekonomi keluarga : Penghasilan Rp.1.500.000/bulan d. Kondisi Rumah Pasien tinggal dirumah panggung, mempunyai 3 kamar tidur, 1 kamar mandi dengan sumber air bersih dari sumur, sumber air minum dengan air sumur, ventilasi dan pencahayaan memadai, dapur bersatu dengan ruang makan, BAB di jamban leher angsa yang letaknya di dalam kamar mandi,penataan rumah rapi danbersih 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Tn D/Laki-laki/45tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : Buruh
c. Alamat : RT. 03 Tahtul Yaman
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : Belum menikah
b. Jumlah anak/saudara : - / 2 dari 6 bersaudara
c. Status ekonomi keluarga : Penghasilan Rp.1.500.000/bulan
d. Kondisi Rumah
Pasien tinggal dirumah panggung, mempunyai 3 kamar tidur, 1 kamar
mandi dengan sumber air bersih dari sumur, sumber air minum dengan air
sumur, ventilasi dan pencahayaan memadai, dapur bersatu dengan ruang
makan, BAB di jamban leher angsa yang letaknya di dalam kamar
mandi,penataan rumah rapi danbersih sampah rumah tangga dibuang di
belakang rumah. Jarak antar rumah tidak berdekatan.
- Kondisi Lingkungan Keluarga : Pasien tinggal bersama ibu dan seorang
saudaranya serta keponakannya. Ayah pasien telah lama meninggal.
Hubungan pasien dengan keluarga Baik dan harmonis
1
Rumah pasien tampak depan
Kamar mandi pasien
2
Ruangan belakang
Pemeriksaan telinga kiri pasien
III. Aspek Psikologis di Keluarga
- Pasien merupakan anak kedua dari enam bersaudara
- Tinggal ditempat yang padat penduduk
- Hubungan dengan keluarga baik
- Faktor stress dalam keluarga tidak ada
3
IV. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : Keluar cairan dari telinga kiri sejak 3 hari sebelum
berobat ke Puskesmas
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Os mengatakan cairan keluar dari telinga kiri sejak 3 hari yang lalu,
cairan berwarna kekuningan, kental, berbau, tidak berdarah dan terasa gatal.
Pasien juga mengeluh rasa sakit pada telinga kiri. Selain itu, keponakan
pasien juga mengatakan pendengaran pasien agak berkurang. Nyeri
dibelakang telinga disangkal, sakit tenggorok disangkal, sulit menelan
disangkal.
7 hari yang lalu pasien batuk dan pilek dengan ingus berwarna putih
bening, demam (+), batuk (+). Sekarang batuk, pilek dan demam sudah mulai
membaik. Os mengaku penyakit telinga pasien selalu kambuh-kambuhan
sejak dari 1 tahun yang lalu. Sehari-hari pasien suka mengorek-ngorek
telinganyamenggunakan cotton bud setelah mandi .
V. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga
satu tahun yang lalu,os pernah keluar cairan pada telinga kiri pasien dan
berobat ke puskesmas.
Os sering menderita batuk & pilek. suka mengorek telinga(+) Riwayat
trauma, keluar darah dari hidung, dan sering berenang disangkal.
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama.
Riwayat alergi dan asma pada keluarga disangkal penderita.
Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen,
memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi
atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran. 1,6
2.3.10 Komplikasi
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan
patologik yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten
dan kurang efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya
komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media
akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe
benigna pun dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi intra kranial yang serius
lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan
kolesteatom.1,4
29
A. Komplikasi ditelinga tengah :
1. Perforasi persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
B. Komplikasi telinga dalam
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf (sensorineural)
C. Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hidrosefalus otitis
Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intrakranial harus melewati 3
macam lintasan: 1
1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak
2. Menembus selaput otak.
3. Masuk kejaringan otak.
30
BAB III
ANALISA KASUS
Hubungan diagnosis dengan, anamnesis, pemeriksaan fisik, keadaan rumah
dan lingkungan sekitar:
Pada anamnesis Os mengatakan cairan keluar dari telinga kiri sejak 3 hari
yang lalu, cairan berwarna kekuningan, kental, berbau, tidak berdarah dan
terasa gatal. Pasien juga mengeluh rasa sakit pada telinga kiri. Selain itu,
keponakan pasien juga mengatakan pendengaran pasien agak berkurang. Nyeri
dibelakang telinga disangkal, sakit tenggorok disangkal, sulit menelan
disangkal.
7 hari yang lalu pasien batuk dan pilek dengan ingus berwarna putih
bening, demam (+), batuk (+). Sekarang batuk, pilek dan demam sudah mulai
membaik. Os mengaku penyakit telinga pasien selalu kambuh-kambuhan sejak
dari 1 tahun yang lalu. Sehari-hari pasien suka mengorek-ngorek
telinganyamenggunakan cotton bud setelah mandi .
Pada pemeriksaan fisik untuk pemeriksaan telinga di dapatkan perforasi
pada telinga kiri (+), keluar cairan berwarna kuning kental (+).Dari anamnesis
dan pemeriksaan fiskl didapatkan hubungan antara diagnosis pada penyakit
pasien.
Pasien tinggal dirumah panggung, mempunyai 3 kamar tidur, 1 kamar mandi
dengan sumber air bersih dari sumur, sumber air minum dengan air sumur,
ventilasi dan pencahayaan kurang memadai, dapur bersatu dengan ruang
makan, BAB di jamban leher angsa yang letaknya di dalam kamar mandi,
sampah rumah tangga dibuang di belakang rumah. Tidak ada hubungan antara
keadaan rumah pasien dengan penyakit yang diderita pasien.
31
Hubungan diagnosa dengan keluarga dan hubungan keluarga:
Pasien merupakan anak kedua dari 6 bersaudara. Pasien tinggal bersama
ibu seorang saudaranya seta seorang keponakannya. Ayah pasien telah
lama meninggal. Hubungan pasien dengan keluarga baik
Tidak ada hubungan antara keadaan keluarga dengan penyakit yang
diderita pasien.
Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga:
Pasien mandi tiga kali sehari mandi menggunakan sabun dan sikat gigi.
Sebelum makan pasien mencuci tangan, tetapi tidak pernah menggunakan
sabun, hanya dibasahkan saja.
Makan tiga kali sehari dan tidak ada pantangan untuk menu makanan,
untuk sayur dan buah pasien suka.
Pasien suka makan -makanan yang dijual di jalan terutama gorengan dan
es serut dan es doger yang dijajakan keliling .
Pasien mengkonsumsi rokok setiap hari. Dalam satu hari menghabiskan 1
bungkus rokok
Os tidak pernah berolahraga
Sering mengorek telinga menggunakan cotton bud sesudah mandi
Kurang mengkonsumsi air putih
7 hari yang lalu pasien batuk dan pilek dengan ingus berwarna putih
bening, demam (+), batuk (+). Sekarang batuk, pilek dan demam sudah
mulai membaik. Os mengaku penyakit telinga pasien selalu kambuh-
kambuhan sejak dari 1 tahun yang lalu. Sehari-hari pasien suka mengorek-
ngorek telinganyamenggunakan cotton bud setelah mandi.
Batuk dan pilek sudah sering pasien alami, karna mengganggap hal yang
sering setiap batuk pilek pasien tidak pernah berobat.
Penyakit yang diderita pasien mempunyai hubungan dengan perilaku
kesehatan dalam keluarga.
32
Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini:
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
penunjang, pasien didiagnosis menderita OMSK. Berdasarkan anamnesa, pasien
mengeluhkan keluarnya cairan dari telinga kanan yang sering kambuh, dimana
sekret awalnya berwarna putih, encer dan tidak berbau, kemudian menjadi agak
kental, kekuningan, dan berbau. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada telinga
kanan dan berdenging.
Pada pemeriksaan fisik pada telinga kanan tampak secret berwana kuning
kental, berbau dan terdapat perforasi sentral pada membrane timpani.
Penurunan pendengaran pada pasien OMSK tergantung dari derajat
kerusakan tulang-tulang pendengaran yang terjadi. Biasanya dijumpai tuli
konduktif, namun dapat pula terjadi tuli persepsi yaitu bila telah terjadi invasi ke
labirin, atau tuli campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun
proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat
menghambat bunyi sampai dengan efektif ke fenestra ovalis. Beratnya ketulian
tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistim pengantaran suara ke telinga tengah. Pada pasien ini dari hasil
pemeriksaan didapatkan perforasi sentral pada membran timpani.
Dalam proses penyembuhannya dapat terjadi penumbuhan epitel
skuamosa ke dalam telinga tengah. Kadang-kadang perluasan lapisan tengah ini
ke daerah atik mengakibatkan pembentukan kantong dan kolesteatom.
Pembentukan kolesteatom ini akan menekan tulang-tulang di sekitarnya sehingga
mengakibatkan terjadinya destruksi tulang, yang ditandai dengan sekret yang
kental dan berbau.
Prinsip pengobatan pasien OMSK benigna aktif adalah membersihkan
liang telinga dan kavum timpani serta pemberian antibiotika, baik topikal maupun
sistemik. Pasien diterapi secara konservatif. Pada stadium aktif dapat diberikan
antibiotik, cuci telinga dengan larutan H2O2 3%, dan dengan obat tetes telinga.
33
Pemberian antibiotik topikal pada telinga dengan sekret yang banyak tanpa
dibersihkan dulu adalah tidak efektif.
Edukasi tak kalah penting untuk mencegah penyakit ini aktif kembali.
Pada pasien dengan OMSK benign tenang tidak memerlukan pengobatan. Pasien
diingatkan untuk tidak mengorek telinga, menjaga agar air tidak masuk ke telinga
sewaktu mandi, dilarang berenang, dan segera berobat bila menderita ISPA. Bila
fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti,
timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid posisi Schuller
serta kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga. Pasien OMSK dengan
mastoiditis kronis dapat dilakukan mastoidektomi. Tujuan mastoidektomi adalah
menghentikan infeksi secara permanen, mencegah terjadinya komplikasi, dan
sejauh mungkin mempertahankan fungsi pendengaran.
Analisis untuk mengurangi paparan:
Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
menjaga keadaan gizi agar tetap baik
memakai masker ketika bepergian.
Penyaringan dalam membeli makanan dan minuman.
Mencuci makanan sebelum masak, memasak makanan hingga matang.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 49-63,73
2. Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997: 88-118
3. Sosialisman & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5. dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT & Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT (editor). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006
4. Thapa N, Shirastav RP. Intracranial Complication of Chronic Suppuratif Otitis Media, Attico-Antral Type: Experience at TUTH. J Neuroscience. 2004:1:36-39 Diunduh dari URL: http://www.jneuro.org. (Diakses tanggal 22 februari 2015)
5. Yeds PD, Flood LM, Banerjee A, Cliford K. CT-scanning of middle ear cholesteatome: what does the surgeon want to know?. The British Journal of Radiology. 2002:75:847-852.
6. Loy AHC, Tan AL, Lu PKS. Microbiology of Chronis Suppurative Otitis Media in Singapore. Singapore Med J. 2002:43:296-9
7. Djaafar, ZA. 2007. Kelainan Telinga Tengah. Telinga Hidung Tenggorokan, Edisi ke 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.