-
KASUS PENYAKIT INGUSAN (BOVINE MALIGNANT CATARRH)PADA SAPI BALI
DI JAWA BARAT
Oleh :
Ngepkep GINTING
PENDAHULUAN
Penyakit ingusan dikenal di Indonesia sejak tahun 1894,
ditemukanpertama kali oleh Paszotta pada kerbau di daerah Kediri
(4). Tahun 1910, C.A.Penning melaporkan bahwa penyakit ingusan
telah menyebar ke seluruhIndonesia meskipun sifatnya sporadis.
Hewan-hewan yang diserang adalahkerbau dan sapi, termasuk sapi
perah. Dalam tahun 1916 di daerah Purwokertopernah ditemukan
penyakit ini oleh Van Der Poel dengan sifat enzootik (4).Penyakit
ingusan ditemukan di mana-mana di muka bumi ini. Penyakit ini
tidakdapat dihilangkan karena cara penularannya belum diketahui
secara pasti,kekebalannya dapat dikatakan tidak ada dan
pengobatannya belum ditemukanhingga saat ini. Di beberapa negara
pemberantasannya telah dicoba melaluivaksinasi, namun hasilnya
kurang menggembirakan (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8).Maksud penelitian
ini adalah mengadakan evaluasi penyakit ingusan di JawaBarat
setelah sekian lama tidak dilaporkan kepada khalayak ramai.
MATERIAL DAN CARA KERJA
Penelitian diadakan sejak tahun 1975 hingga permulaan tahun
1978.Selama periode tersebut ditemukan 3 peternakan yang terserang
penyakitingusan yaitu PT REJO SARI BUMI (Aneka Usaha Pertanian
SukamantriCiomas) pada tanggal 15 Oktober 1976, PT CARGILL
INDONESIA (CibadakSukabumi) pada tanggal 4 Oktober 1977 dan Pusat
Penelitian danPengembangan Ternak (Ciawi - Bogor) sekitar Desember
1977 dan Januari1978. Pemeriksaan diadakan secara klinik,
patologi-anatomik dan histo-patologik. Jumlah yang diterima dari PT
REJO SARI BUMI, PT CARGILLINDONESIA dan dari Pusat Penelitian dan
Pengembangan Ternak masing-masing 5 ekor, 1 ekor dan 6 ekor.
HASIL PENELITIAN
Secara klinik terlihat gejala-gejala kurus (kecuali yang
perakut), gemetar,bulu kering, respirasi cepat, tidak ada nafsu
makan, temperatur 39,3°C,conjunctivitis, rhinitis, lendir yang
mukopurulent dari mata dan hidung. Matasangat sensitif pada sinar,
cornea keruh, salivasi, saluran pernafasan bagiandepan penuh berisi
exudat yang mukopurulent, erosi pada bagian dalam pipi,
7
-
NGEPKEP GIMPING Kasus Penyakit ingusan (Bovine Malignant
Catarrh)
lidah, gusi, sebelah dalam dan luar bibir dan sekitar lobang
hidung. Kelenjarpertahanan bengkak terutama lymphoglandula
praescapula, diarrhea danoedem sekitar mata. Berdasarkan gejala dan
jalan penyakit maka bentuk yangditemukan adalah bentuk perakut,
bentuk akut dan bentuk kepala dan mata(Gambar 1, 2, 3).
Secara patologi-anatomik gambarannya sebagai berikut: keadaan
umumhewan jelek (kecuali bentuk yang perakut), pada kulit sekitar
lobang hidung danbibir ada lesio (Gambar 4), lendir yang
mukopurulent pada mata dan hidung(Gambar 1, 2, 3). Selaput lendir
bagian luar, jaringan di bawah kulit dan otothiperemia. Pembuluh
darah penuh dengan darah, darah berwarna merah tuadan menggumpal
serta kelenjar pertahanan sedikit membesar. Lesio padaselaput
lendir mulut, pada mulut ditemukan ludah yang mukopurulent,
erosidan petechian pada selaput lendir lidah, larynx, pharynx, gusi
dan bagian dalambibir (Gambar 5, 6, 7, 8, 9). Saluran pernafasan
bagian luar penuh denganexudat yang mukopurulent dan erosi pada
cungur hidung (Gambar 3). Padasinus terdapat exudat mukopurulent
dan pada trachea selain ditemukan exudatyang mukopurulent juga
erosi dan hiperemi dari pada mucosanya (Gambar 10).Paru-paru
diselaputi oleh fibrin, membesar, konsistensinya meninggi,
disana-sini ditemukan petechian, bidang sayatannya berdarah, uji
apungtenggelam, exudat yang mukopurulent pada bronchi dan kelenjar
pertahanansekitar paru-paru sedikit membesar dan bidang sayatannya
hiperemi (Gambar11). Pada epicard dan endocard ditemukan petechian
dan echymose di beberapatempat (Gambar 12, 13), jantung degenerasi
dan penuh dengan gumpalandarah, dan pada pleura dan diaphragma
ditemukan petechian. Di beberapatempat pada peritoneum, omentum dan
mesenterium ditemukan petechian(Gambar 14). Hati sedikit membesar
diselubungi fibrin, degenerasi lemak,bidang sayatan berdarah,
kantong empedu penuh dengan cairan empedu,petechian dan echymose
pada selaput lendir kantong empedu (Gambar 15) dankelenjar
pertahanan sekitar hati sedikit membesar serta bidang
sayatannyahiperemi. Limpa, omasum, rumen dan reticulum tidak ada
kelainan. Usus halusberisi massa yang berdarah dan di beberapa
tempat pada selaput lendirnyaditemukan hiperemi (Gambar 16, 17) dan
kelenjar pertahanan mesenteriumsedikit membesar serta bidang
sayatannya hiperemi. Selaput lendir caecum danrectum hiperemi.
Hiperemia dan perdarahan pada conjunctiva serta corneakelihatan
kabur (Gambar 18). Ginjal sedikit membesar, petechian di
beberapatempat, kapsul mudah dilepaskan dan pada bidang sayatan
keluar darah. Padaselaput lendir kantong air kencing ditemukan
hiperemia. Selaput lendir uterus
8
-
Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, Bulletin no. 17, 1979
juga mengalami hiperemi (Gambar 19). Otak hiperemi dan
permukaannyakelihatan seperti dimasak (Gambar 20).
Secara histopatologik pada otak ditemukan meningitis, oedem
dimana-mana, oedem perivasculer dan infiltrasi lymphocyt.
Infiltrasi darilymphocyt secara perivasculer terutama pada cerebrum
dan pembuluh darahmembesar serta berisi sel-sel bundar (Gambar 21,
22). Kelainan syaraf yang lainadalah pada motor vagus dan inti
glossopharyngeus yaitu beberapa pyknosis,hyperchromatosis dan
karyorhexis. Pada bibir dan lidah ditemukan nekrosis daripada
epithel dan pembendungan. Sekitar mulut ditemukan
stomatitiscatarrhalis dan pada tonsil serta pharynx ditemukan oedem
dan pembendungan.Pada oesophagus dan abomasum selain oedem dan
pembendungan ditemukanjuga hemosiderosis. Pada usus halus ditemukan
oedem, pembendungan daninfiltrasi dari pada sel-sel lymphoid.
Kelainan pada jantung adalah oedem,degenerasi berbutir, degenerasi
lemak secara lokal, pembendungan, hemoside-rosis dan infiltrasi
dari pada sel-sel lymphoid secara perivasculer. Pada
ginjalditemukan glomerulonephritis akuta, infiltrasi sel-sel
lymphoid, hemosiderosis,infiltrasi sel-sel lymphocyt secara
perivasculer dan pembendungan. Hatimembesar, pembendungan,
degenerasi parenchymateus, hemosiderosis, pro-liferasi dari pada
pembuluh empedu secara lokal, degenerasi lemak secara lokal,oedem
perivasculer dan hepa hepatitis interstitialis secara lokal.
Pembendunganpada conjunctiva dan keratitis parenchymatosa pada
cornea. Pada paru-paruditemukan oedem, hemosiderosis dan
bronchopneumonia akuta. Tracheaoedem perivasculer dan hepatitis
interstitialis secara lokal. PembenBungandungan, hemosiderosis dan
proliferasi dari sel-sel reticulo-endothelial. Kelenjarpertahanan
membesar, proliferasi sel-sel reticulo-endothelial dan
lymphadenitisakuta.
Kesimpulan dari pengamatan klinik, patologi-anatomik dan
histopatologikadalah sebagai berikut : adanya conjunctivitis,
keratitis, lendir yang muko-purulent dari mata dan lobang hidung,
stomatitis, lymphadenitis, petechian dimana-mana, bronchopneumonia,
meningitis, oedem dan infiltrasi sel-sellymphocyt secara
perivasculer pada otak, jantung, ginjal dan hati sertaproliferasi
dari pada sel-sel reticulo-endothelial. Kelainan di atas
merupakangambaran dari pada penyakit ingusan (Bovine Malignant
Catarrh).
PEMBAHA SAN
Kelainan-kelainan yang telah digambarkan baik secara klinik,
patologi-anatomik dan histopatologik dapat dilihat pada semua kasus
yang diperiksa dan
9
-
NGEPKEP GINTING : Kasus Penyakit ingusan (Bovine Malignant
Catarrh)
sesuai dengan apa yang telah dikemukakan oleh Mansjoer dan
Ressang. Hewanyang diserang penyakit hanya sapi Bali, suatu hal
yang sangat menarik karenapeneliti-peneliti sebelumnya dapat
menemukan pada hewan lain juga antara lainpada kerbau dan sapi
perah di Indonesia (4, 5).
Di luar negeri tentu sulit kita menemukan sapi Bali, akan tetapi
penyakitingusan sering timbul. Hal itu berarti bahwa seharusnya
bukan sapi Bali soloyang terserang. Perlu diteliti lebih lanjut
faktor-faktor apa yang menyebabkansapi Bali sangat peka terhadap
penyakit ingusan terutama di wilayah JawaBarat.
Kasus yang terjadi selalu pada bulan-bulan musim hujan yaitu
tahun 1976dan 1977 masing-masing pada bulan Oktober, pada tahun
1977/1978 sekitarbulan Desember dan Januari. Curah hujan pada bulan
Oktober 1976 adalah391 mm dengan kelembaban 78%, pada bulan Oktober
1977 adalah 348 mmdengan kelembaban 85% dan pada bulan
Desember/Januari 1978 adalah410 mm dengan kelembaban 89% (data
diperoleh dari Lembaga Pusat Peneliti-an Pertanian Bogor).
Penelitian tentang pengaruh musim dan kelembabanterhadap penyebaran
penyakit ingusan adalah salah satu hal yang perlu puladipikirkan
baik di Jawa Barat maupun Bi tempat-tempat lain di
Indonesia.Berdasarkan kenyataan di atas maka memasukkan sapi Bali
ke daerah JawaBarat sebaiknya tidak dilaksanakan.
KESIMPULAN
Dalam pekerjaan ini dilaporkan beberapa kasus penyakit ingusan
(BovineMalignant Catarrh) pada sapi Bali di Jawa Barat yang
diteliti selama 3 tahun,yaitu dari tahun 1975 - awal 1978. Masih
perlu diteliti apa sebabnya hewan laintidak ikut diserang penyakit
tersebut dan mengapa kasus selalu timbul padamusim hujan.
SUMMARY
Some cases of Bovine Malignant Catarrh from West Java during
1975 untilthe beginning of 1978 were diagnosed and described. The
cases were found in therainy season and only on Bali Cattle. Based
on result of these finding it wassuggested that breeding of Bali
Cattle should not be conducted at West Java inthe future.
10
-
Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, Bulletin no. 17, 1979
Gambar 1. Lendir yang mukopurulent pada mata dan hidung dapat
dilihat jelas pada penyakitingusan.
Gambar 2. Foto jarak dekat dari gambar 1.
11
-
NGEPKEP GurrING : Kasus Penyakit ingusan (Bovine Malignant
Catarrh)
bO
aO
a
cuti
a
. • !=
a aa no
g.
.0aa
a
tb
▪
tl
Ofl
a"a
0a.
a aOD
OZ
"0
•
a
a
•
u0%. Ct.
ar.CI 04
O '74""
ria.a.0a
12
-
Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, Bulletin no. 17, 1979
13
-
NGEPKEP GINTING : Kasus Penyakit ingusan (Bovine Malignant
Catarrh)
Gambar 7. Erosi dan petechian pada selaput lendir abomasum.
Gambar 8. Erosi dan petechian pada bagian dalam bibir pada
penyakit ingusan.
14
-
Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, Bulletin no. 17, 1979
15
-
Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, Bulletin no. 17, 1979
Gambar 13. Petechian dan echymose pada endocard akibat penyakit
ingusan.
Gambar 14. Petechian pada omentum dan mesenterium akibat
penyakit ingusan.
17
-
NGEPKEP GiNTrNG : Kasus Penyakit ingusan (Bovine Malignant
Catarrh)
Gambar 15. Petechian dan echymose pada selaput lendir kantong
empedu akibat penyakitingusan.
Gambar 16. Massa yang berdarah ditemukan dalam usus halus akibat
penyakit ingusan.
18
-
Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, Bulletin no. 17, 1979
Gambar 17. Hiperemi dari selaput lendir usus halus akibat
penyakit ingusan.
Gambar 18. Hiperemia dan perdarahan pada conjunctiva serta
cornea kelihatan kabur akibatpenyakit ingusan.
19
-
NGEPKEP Gum/cc : Kasus Penyakit ingusan (Bovine Malignant
Catarrh)
Gambar 19. Hiperemia pada selaput lendir uterus akibat penyakit
ingusan.
Gambar 20. Otak hiperemi dan permukaannya kelihatan seperti
dimasak akibat penyakitingusan.
20
-
bmbaga Penelitian Penyakit Hewan, Bulletin no. 17, 1979
Gambar 21. Infiltrasi dari lymphocyt secara perivasculer
terutama pada cerebrum dan pembuluhdarah membesar serta berisi
sel-sel bundar akibat penyakit ingusan.
Gambar 22. Pembesaran dari gambar 21.
21
-
NGEPKEP GINTING : Kasus Penyakit ingusan (Bovine Malignant
Catarrh)
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama ditujukan kepada pimpinan PT. REJO SARI BUMI,
PT.CARGILL INDONESIA serta Pusat Penelitian dan Pengembangan
Ternakyang telah memberikan kesempatan dalam pelaksanaan penelitian
ini. Jugakepada seluruh karyawan Bagian Patologi Lembaga Penelitian
Penyakit Hewanterutama kepada Sdri Sriyana yang telah membantu
pelaksanaan penelitiansampai tulisan ini tersusun.
DAFTAR PUSTAKA
1. Belschner, H. G. 1974. Cattle Diseases. 4th ed. : 48 - 53.
Angus & Robertson,Sydney.
2. Blood, D. C. & Henderson, J. A. 1974. Veterinary
Medicine. 4th ed.: 491 -494. Bailliere Tindall, London.
3. Hungerford, T. G. 1970. Diseases of Livestock. 7th ed. : 288
- 291. Mc Graw -Hill Book Company, Sydney.
4. Mansjoer, M. 1954. Penyelidikan Tentang Penyakit Ingusan Pada
Sapi danKerbau di Indonesia, Terutama di Pulau Lombok (Thesis).
5. Ressang, A. A. 1963. Patologi khusus Veteriner : 507 -
510.
6. Smith, H. A., Jones, T. C. & Hunt, R. D. 1972. Veterinary
Pathology. 4thed.: 426 - 429. Lea & Febiger, Philadelphia.
7. Seddon, H. R. 1966. Diseases of Domestic Animals in
Australia. Part 4, : 97 -100. Commonwealth of Australia Department
of Health.
8. The Merck Veterinary Manual. 1973. 4th ed. : 266 - 268. Merck
& Co., Inc.Rahway, N. Y., U. S. A.
22
Page 1Page 2Page 3Page 4Page 5Page 6Page 7Page 8Page 9Page
10Page 11Page 12Page 13Page 14Page 15