ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RIIL, PRODUK DOMESTIK BRUTO, INVESTASI ASING, DAN UTANG LUAR NEGERI TERHADAP NERACA TRANSAKSI BERJALAN DI INDONESIA TAHUN 1988:1 – 2007:4 SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: SUSANA FAJARWATI NIM. F1106049 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
113
Embed
Oleh: SUSANA FAJARWATI NIM. F1106049 FAKULTAS …/Analisis... · judul “Analisis Pengaruh Nilai Tukar Riil, Produk Domestik Bruto, Investasi Asing, dan Utang Luar Negeri Terhadap
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RIIL, PRODUK DOMESTIK BRUTO,
INVESTASI ASING, DAN UTANG LUAR NEGERI TERHADAP NERACA
TRANSAKSI BERJALAN DI INDONESIA TAHUN 1988:1 – 2007:4
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
SUSANA FAJARWATI
NIM. F1106049
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahkan kepada:
Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan kekuatan
untuk menyelesaikan amanah ini
Karya sederhana ini aku hadiahkan kepada :
1. Ayah dan Ibuku tercinta yang telah memberi perhatian dan kasih
sayangnya
2. Eyang kakung dan Eyang uti (Alm.) yang memberi wejangan
dan bantuan materiil
3. Om dan tante yang tak ada hentinya memberi semangat dan
motivasi
4. Adikku dan si kecil terima kasih atas canda tawanya
5. Sahabat -sahabatku
6. Almamaterku
HALAMAN MOTTO
Man jadda Wa jadda, “Siapa yang bersungguh – sungguh, maka akan
berhasil”.
Mulailah dari hal yang kecil dan dari diri sendiri.
Manusia merencanakan, namun Tuhan yang menentukan
_Thomas A. Kempis_
Syukur adalah jalan yang mutlak untuk mendatangkan lebih banyak
kebaikan dalam hidup anda. _Marci Shimoff_
Hidup dan nasib bisa tampak berantakan, misterius, fantastis, dan
sporadis. Namun, setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari
sebuah holistic yang sempurna. Menerima kehidupan berarti menerima
kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apapun terjadi karena kebetulan. Ini
fakta yang tak terbantahkan. _Edensor_
Saat Allah menjawab doamu, Ia menambah imanmu . . .
Saat Allah belum menjawab doamu, Ia menambah kesabaranmu . . .
Saat Allah menjawab tapi bukan doamu, Ia memilih yang terbaik untukmu . .
.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Analisis Pengaruh Nilai Tukar Riil, Produk Domestik Bruto, Investasi Asing,
dan Utang Luar Negeri Terhadap Neraca Transaksi Berjalan Di Indonesia Tahun
1988:1 – 2007:4”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar
Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala yang penulis hadapi.
Namun berkat arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka akhirnya
skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan
yang mendalam penulis manghaturkan terima kasih kepada :
1. Riwi Sumantyo, SE selaku pembimbing yang dengan arif dan bijak telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan memberikan
masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.
2. Prof. Dr. M.Com, Ak. Bambang Sutopo, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dwi Prasetyani, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Lukman Hakim, SE., M.Si terima kasih atas pinjaman referensi – referensi dan
bantuan data-datanya yang diberikan.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta beserta staff dan karyawan yang telah memberikan ilmu, bimbingan,
arahan dan pelayanan kepada penulis.
7. Keluarga yang senantiasa selalu mendoakan, memberi dorongan dan bimbingan
kepada penulis.
8. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2006 Non Reguler dan semua
sahabatku terimakasih atas segala bantuan dan dukungannya.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung
maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya penelitian
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan.
Penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan perbaikan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK………………………………………………………………… ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………......…………….... v
HALAMAN MOTTO…………………………………………………….. vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. xiv
DAFTAR GRAFIK………………………………………………………. xv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah…………………………………... ……... 1
B. Perumusan Masalah………………………………………………. 7
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………. 7
D. Manfaat Penelitian………………………………………... ………8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori…………………………………………………… 9
1. Neraca Pembayaran……………………………………………. 9
a. Pengertian Neraca Pembayaran…………………………….. 9
b. Mekanisme Pencatatan Neraca Pembayaran………………..10
c. Struktur Neraca Pembayaran...……………………………...13
d. Konsep Keseimbangan Neraca Pembayaran……………......18
2. Nilai Tukar Riil (REER).…………………….....………..…....20
a. Sistem Nilai Tukar…………………………………………..20
b. Teori Nilai Tukar …………………………………………... 21
c. Perubahan – Perubahan Kurs Valuta Asing………………… 25
d. Kurs riil……………………………………………………... 28
e. Pengaruh perubahan kurs riil terhadap Transaksi berjalan…. 30
3. Produk Domestik Bruto……………………………………….. 30
a. Pengertian Produk Domestik Bruto…………………………. 30
b. Cara Penghitungan Produk Domestik Bruto………………... 32
c. Indikator Ekonomi Lain…………………………………….. 34
4. Investasi Asing………………………………………………... 36
a. Pengertian Investasi Asing………………………………….. 36
b. Peranan Penanaman Modal Asing………………………….. 37
c. Pola Investasi……………………………………………….. 39
5. Utang Luar Negeri……………………………………………. 40
a. Pengertian Utang Luar Negeri………………………………. 40
b. Jenis – jenis Utang Luar Negeri…………………………….. 41
B. Penelitian Terdahulu..…………………………………………... 44
1. Penelitian oleh Hari Murti…………………………………….. 44
2. Penelitian oleh Sabine Hermann dan Axel Jochem…………... 45
3. Penelitian oleh Matthieu Bussière, Marcel F, dan Gernot J.M...46
C. Kerangka Pemikiran……………………………………………... 47
D. Hipotesis…………………………………………………………. 50
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………….. 51
B. Jenis dan Sumber Data…………………………………………... 51
C. Definisi Variabel Operasional…………………………………… 52
1. Variabel Dependen…………………………………………... 52
a. Neraca Transaksi Berjalan………………………………... 52
2. Variabel Independen………………………………………… 52
a. Nilai tukar riil (REER)...………………………………… 52
b. Produk Domestik Bruto…………………………………. 53
c. Investasi Asing…………………………………………... 53
d. Utang Luar Negeri………………………………………. 53
D. Metode Pengumpulan Data……………………………………… 54
E. Metode Analisis Data……………………………………………. 54
1. Uji Statistik………………………………………………….. 55
a. Uji t (uji secara individu)………………………………... 55
b. Uji F (uji bersama - sama)………………………………..57
c. Uji R² (uji koefisien determinasi)……………………….. 59
2. Uji Asumsi Klasik…………………………………………… 59
a. Uji Multikolinieritas…………………………………….. 59
b. Uji Heteroskedastisitas………………………………….. 60
c. Uji Autokorelasi…………………………………………. 61
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum………………………………………………... 63
1. Neraca Pembayaran Indonesia………………………………....63
B. Perkembangan Variabel…………………………………………. 65
1. Perkembangan Neraca Transksi Berjalan Indonesia………… 65
2. Perkembangan Nilai Tukar Riil (REER) Indonesia………… 68
3. Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia………… 71
4. Perkembangan Investasi Asing (PMA) Indonesia…………. 74
5. Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia…………….. 77
C. Analisis Data dan Pembahasan………………………………….. 80
1. Analisis Regresi Linear Berganda…………………………… 80
2. Uji Statistik………………………………………………….. 81
a. Uji t……………………………………………………… 81
b. Uji F……………………………………………………... 83
c. Nilai R²…………………………………………………... 84
3. Analisis Ekonometrika………………………………………. 84
a. Uji Multikolinieritas…………………………………….. 84
b. Uji Heteroskedastisitas………………………………….. 85
c. Uji autokorelasi………………………………………….. 86
4. Interpretasi Ekonomi………………………………………… 87
a. Pengaruh REER Terhadap Neraca Transaksi Berjalan…..87
b. Pengaruh PDB Terhadap Neraca Transaksi Berjalan…… 88
c. Pengaruh PMA Terhadap Neraca Transaksi Berjalan…... 89
d. Pengaruh ULN Terhadap Neraca Transaksi Berjalan…… 90
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………………. 91
B. Saran……………………………………………………………... 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
1.1 Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan Indonesia Tahun 1984/85 – 1996/97................................................. 3
4.1 Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan Indonesia Tahun 1988:1-2007:4…………………………………… 66 4.2 Perkembangan Nilai Tukar Riil (REER) Indonesia Tahun 1988:1-2007:4…………………………………….69 4.3 Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 1988:1-2007:4…………………………………….72 4.4 Perkembangan Investasi asing (PMA) Indonesia Tahun 1988:1-2007:4…………………………………….75 4.5 Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia Tahun 1988:1-2007:4………………………………….....78 4.6 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda…………………………….80
4.7 Hasil Uji t…………………………………………………………....82
4.8 Hasil Uji F ……………………………………………………....83
4.9 Hasil Uji Multikolinieritas…………………………………….......... 85
4.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas………………………………….......... 85
4.1 Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan Indonesia Tahun 1988:1-2007:4….67
4.2 Perkembangan Nilai Tukar Riil (REER) Indonesia Tahun 1988:1-2007:4……70
4.3 Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 1988:1-2007:4…. ...73
4.4 Perkembangan Investasi asing (PMA) Indonesia Tahun 1988:1-2007:4……...76
4.5 Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia Tahun 1988:1-2007:4……….....79
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
1. Data-data Penelitian
2. Hasil Regresi Linear Berganda
3. Hasil Uji Multikolinearitas
4. Hasil Uji Heteroskedastisitas
ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RIIL, PRODUK DOMESTIK BRUTO, INVESTASI ASING, DAN UTANG LUAR NEGERI TERHADAP NERACA
TRANSAKSI BERJALAN DI INDONESIA TAHUN 1988:1 – 2007:4
ABSTRAK
Susana Fajarwati NIM. F1106049
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai tukar riil, produk domestik bruto, investasi asing, dan utang luar negeri terhadap neraca transaksi berjalan di Indonesia tahun 1988:1 – 2007:4. Sehubungan dengan masalah tersebut diajukan hipotesis yaitu, diduga variabel nilai tukar riil, produk domestik bruto, dan utang luar negeri berpengaruh negatif terhadap neraca transaksi berjalan. Sementara variabel investasi asing berpengaruh positif terhadap neraca transaksi berjalan.
Sejalan dengan masalah tersebut dan hipotesis penelitian maka penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa data neraca transaksi berjalan, nilai tukar riil , produk domestik bruto, investasi asing, dan data utang luar negeri Indonesia. Data- data tersebut diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) beberapa terbitan dari Bank Indonesia (BI), International Monetary Fund (IMF), dan dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel nilai tukar riil, produk domestik bruto, dan utang luar negeri berpengaruh positif terhadap neraca transaksi berjalan. Sementara variabel investasi asing berpengaruh negatif terhadap neraca transaksi berjalan. Hasil keempat variabel ini tidak sesuai dengan teori.
Berdasarkan temuan – temuan tersebut maka diajukan saran –saran, bagi Bank Indonesia sebagai otoritas moneter mampu menjaga kestabilan nilai kurs. Sementara bagi pemerintah, hendaknya mampu menciptakan kestabilan ekonomi keuangan dan politik serta mampu menciptakan iklim yang kondusif untuk meningkatkan kepercayaan para investor asing.
Kata Kunci: Neraca Transaksi Berjalan, Nilai Tukar Riil, Produk Domestik Bruto, Investasi Asing, Utang Luar Negeri, Indonesia, dan Ordinary Least Square (OLS).
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemakmuran merupakan harapan yang pasti dimiliki setiap negara.
Indikator negara yang makmur adalah perekonomian yang maju pesat dan
terpenuhinya kebutuhan dalam negeri. Berbagai upaya ditempuh setiap negara
untuk meningkatkan perekonomiannya. Selain dengan meningkatkan
pemasukan dari pajak, suatu negara juga melakukan perdagangan dengan
negara lain. Perdagangan internasional ini terjadi antara dua negara atau lebih
dengan landasan saling menguntungkan satu sama lain. Dimana salah satu
pihak mendapatkan keuntungan berupa uang atau pendapatan, sementara pihak
lain menerima barang atau jasa yang dibutuhkan dalam negerinya.
Kegiatan jual-beli atau transaksi ekonomi tersebut dicatat dalam suatu
neraca pembayaran internasional (NPI). Neraca pembayaran internasional
merupakan suatu catatan yang sistematis mengenai transaksi ekonomi yang
dilakukan oleh penduduk (residen) suatu negara dengan penduduk negara lain
(non residen) dalam jangka waktu tertentu (Sugiyono, 2003:3). Salah satu
tujuan penyusunan ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan posisi
cadangan devisa suatu negara. Bertambah atau berkurangnya posisi cadangan
devisa terkait dengan surplus atau defisitnya neraca pembayaran. Apabila
terjadi surplus neraca pembayaran, maka posisi cadangan devisa akan
bertambah sebesar surplus tersebut. Demikian sebaliknya, bila terjadi defisit
neraca pembayaran (Sugiyono, 2003 : 7).
Neraca pembayaran dikelompokkan kedalam 2 (dua) kelompok besar,
yaitu : transaksi berjalan (current account) dan transaksi modal (capital
account). Neraca transaksi berjalan merupakan transaksi yang terkait dengan
perdagangan, seperti ekspor-impor barang dan jasa, transaksi yang terkait
dengan penghasilan, seperti pembayaran bunga dan pembagian deviden, serta
transaksi yang terkait dengan transfer seperti hibah. Sementara transaksi modal
merupakan transaksi yang terkait dengan barang modal dan investasi seperti
penanaman modal langsung dan investasi portofolio (Sugiyono, 2003:2-3).
Apabila impor suatu negara melebihi ekspornya, maka negara tersebut
mengalami defisit transaksi berjalan (current account defisit). Sebaliknya, bila
ekspor suatu negara lebih besar dibanding impornya, maka negara tersebut
mengalami surplus transaksi berjalan (current account surplus).
Perekonomian Indonesia 1995/1996 ditandai dengan defisit transaksi
berjalan dalam jumlah besar, yaitu – US$ 7,943 miliar yang merupakan defisit
terbesar yang pernah terjadi. Defisit yang cukup besar sebelumnya adalah –
US$ 4,352 miliar pada 1991/1992, dan –US$ 4,051 miliar pada 1986/1987
yang ketika itu sampai memaksa pemerintah melakukan devaluasi 12
September 1986. Perkembangan neraca transaksi berjalan dapat dilihat pada
tabel 1.1 berikut (Prasetiantono, 1996:106).
Tabel 1.1 Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan Tahun 1984/85 – 1996/97 (US$ Juta)
Dari tabel diatas terlihat, bahwa neraca transaksi berjalan mengalami
defisit. Meskipun neraca perdagangan mengalami surplus karena nilai ekspor
lebih besar dibanding nilai impor. Tetapi secara keseluruhan setelah dikurangi
dengan jasa-jasa neraca transaksi berjalan mengalami defisit. Gejala krisis
keuangan ditahun 1997, mulai tampak dengan diawalinya defisit transaksi
berjalan yang cukup besar di tahun 1995/1996, yaitu sebesar 7,943 miliar US$.
Krisis nilai tukar yang berlangsung sejak Juli 1997 selain mengakibatkan aliran
modal keluar dalam jumlah besar juga menyebabkan turunnya aliran modal
dalam rangka kegiatan investasi serta menyulut timbulnya krisis utang luar
negeri swasta (Hakim, 1997:40).
Menurut Krugman dan Obstfeld, ada dua faktor utama yang mempengaruhi
saldo transakai berjalan, yaitu kurs riil mata uang domestik terhadap mata uang
asing dan pendapatan bersih domestik. Namun masih ada faktor lain yang juga
mempengaruhi saldo transaksi berjalan, seperti Investasi asing, pengeluaran
pemerintah, utang luar negeri dan lain sebagainya.
Kurs riil merupakan harga sejumlah produk luar negeri yang dijadikan
dalam produk domestik. Perubahan kurs riil mempengaruhi transaksi berjalan,
karena perubahan tersebut mencerminkan harga barang dan jasa domestik
relatif terhadap barang dan jasa luar negeri. Jika terjadi kenaikan pada kurs riil,
maka dapat memperbaiki posisi transaksi berjalan. Dikarenakan kurs riil yang
meningkat dapat menyebabkan produk luar negeri lebih mahal daripada produk
domestik. Sehingga konsumen luar negeri akan menanggapi pergeseran harga
ini dengan meningkatkan permintaan mereka terhadap ekspor kita, yang pada
akhirnya akan memperbaiki saldo transaksi berjalan.
Seperti yang telah disebutkan diatas, pendapatan bersih juga merupakan
faktor utama yang mempengaruhi saldo transaksi berjalan. Pendapatan bersih
merupakan hasil pengurangan antara pendapatan dengan pajak. Jika terjadi
kenaikan pendapatan bersih domestik, akan mendorong konsumen domestik
untuk meningkatkan perbelanjaan mereka atas semua barang, termasuk barang
impor dari luar negeri, maka kenaikan pendapatan bersih dapat memperburuk
kondisi neraca transaksi berjalan. Statistik neraca pembayaran diperlukan
dalam perhitungan pendapatan nasional, mengingat salah satu variabel
pendapatan nasional adalah nilai ekspor – impor barang dan jasa yang tercatat
dalam neraca pembayaran. Namun dalam penelitian ini yang digunakan adalah
produk domestik bruto sebagai proxy atau wakil dari variabel pendapatan
nasional. Perolehan pendapatan nasional dapat dilihat dari Produk Domestik
Bruto (PDB). Pada dasarnya PDB merupakan jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan
jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
Pemerintah selalu berupaya dalam menanggulangi masalah
ketidakseimbangan pada neraca pembayaran, misalnya defisit pada neraca
transaksi berjalan. Seringkali terjadinya defisit ini disebabkan oleh nilai atau
jumlah ekspor lebih kecil dibandingkan jumlah impornya. Besarnya impor
menyebabkan pengeluaran untuk pembayaran barang-barang impor tersebut
meningkat. Sehingga, jika tidak diimbangi dengan pemasukan dari ekspor akan
terjadi defisit transaksi berjalan. Secara teoritis, defisit transaksi berjalan dapat
ditutup dengan meningkatkan aliran modal masuk (capital inflow). Artinya
ketika transaksi berjalan mengalami defisit, maka aliran modal masuk dari luar
negeri akan dibuka lebar untuk mengimbanginya. Aliran modal ini pada
dasarnya masuk melalui 4 (empat) pos, yaitu investasi asing (FDI), deposit
asing pada bank-bank komersial nasional (Foreign Deposit), utang luar negeri
(offshore loan) baik swasta maupun pemerintah, dan investasi portofolio
(portfolio investment). Dari keempat pos tersebut, investasi asing adalah yang
paling aman. Dana yang didapat biasanya digunakan untuk mengadakan alat-
alat atau fasilitas produksi, seperti membeli lahan, membeli mesin, bahan baru
dan sebagainya (Erani dalam Andrik Agusta, 2008:7).
Selain investasi asing, banyak negara berkembang yang menggunakan
utang luar negeri sebagai alat untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan.
Upaya ini seringkali mengandung resiko, apabila tidak terdapat pengelolaan
yang baik. Masalah akan bertambah parah bila negara kesulitan untuk
membayar bunga dan cicilan utang. Terlihat sejak krisis ekonomi yang diawali
dengan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada
pertengahan tahun 1997 lalu nyaris memuat Indonesia bangkrut secara
finansial, karena jumlah utang luar negerinya, terutama dari sektor swasta yang
sangat besar, ditambah lagi dengan ketidakmampuan sebagian besar dari
perusahaan-perusahaan dalam negeri untuk membayar kembali utang luar
negeri mereka.
Seperti yang telah disebutkan diatas, neraca pembayaran khususnya neraca
transaksi berjalan merupakan catatan atau pembukuan yang dijadikan salah
satu tolok ukur perekonomian yang sehat suatu negara. Untuk mencegah
terjadinya defisit pada saldo transaksi berjalan, maka harus diketahui
penyebabnya. Namun jika sudah terlanjur terjadi defisit pada transaksi
berjalan, diharapkan pemerintah sebagai pembuat kebijakan mampu memilih
secara jeli kebijakan yang baik dalam mengatasi masalah tersebut.
Berdasarkan hal tersebut diatas, melatar belakangi penyusun untuk
melakukan penelitian dengan judul “ ANALISIS PENGARUH NILAI
TUKAR RIIL, PRODUK DOMESTIK BRUTO, INVESTASI ASING,
DAN UTANG LUAR NEGERI TERHADAP NERACA TRANSAKSI
BERJALAN DI INDONESIA TAHUN 1988:1 – 2007:4 “.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh nilai tukar riil terhadap neraca transaksi berjalan?
b. Bagaimana pengaruh produk domestik bruto terhadap neraca transaksi
berjalan?
c. Bagaimana pengaruh investasi asing terhadap neraca transaksi berjalan?
d. Bagaimana pengaruh utang luar negeri terhadap neraca transaksi berjalan?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Mengetahui pengaruh nilai tukar riil terhadap neraca transaksi berjalan.
b. Mengetahui pengaruh produk domestik bruto terhadap neraca transaksi
berjalan.
c. Mengetahui pengaruh investasi asing terhadap neraca transaksi berjalan.
d. Mengetahui pengaruh utang luar negeri terhadap neraca transaksi berjalan.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini diantaranya
sebagai berikut:
a. Bagi pihak yang berwenang dapat dijadikan bahan penetapan kebijakan
dalam mengantisipasi defisit pada neraca transaksi berjalan yang terjadi di
Indonesia.
b. Bagi peneliti berguna sebagai bahan latihan dan menambah pengetahuan
ilmiah sekaligus sebagai aplikasi dari mata kuliah yang dipelajari.
c. Dapat dipergunakan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti – peneliti
lain yang berminat melakukan penelitian dalam bidang permasalahan
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Neraca Pembayaran
a. Pengertian Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran merupakan suatu catatan yang sistematis mengenai
transaksi ekonomi yang dilakukan oleh penduduk (residen) suatu negara
dengan penduduk negara lainnya (non residen) dalam jangka waktu
tertentu (Sugiyono, 2002:3).
Menurut Tambunan, neraca pembayaran atau Balance of Payment
(BOP) adalah catatan sistematis dari semua transaksi ekonomi
internasional (perdagangan, investasi, pinjaman, dan sebagainya) yang
terjadi antara penduduk dalam negeri suatu negara dengan penduduk luar
negeri selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), yang biasanya
dinyatakan dalam dolar Amerika Serikat. Oleh karena itu, BOP sangat
berguna karena menunjukkan struktur dan komposisi transaksi ekonomi
dan posisi keuangan internasional suatu negara. Lembaga-lembaga
keuangan internasional seperti IMF, Bank Dunia, dan negara-negara donor
juga menggunakan BOP sebagai salah satu indikator dalam
mempertimbangkan pemberian bantuan keuangan kepada suatu negara.
Selain itu, BOP juga merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi
suatu negara disamping variabel-variabel ekonomi makro lainnya seperti
laju pertumbuhan PDB, tingkat pendapatan per kapita, tingkat inflasi,
tingkat suku bunga, dan nilai tukar mata uang domestik.
Sementara, menurut Sukirno neraca pembayaran adalah neraca
pembukuan yang menunjukkan nilai berbagai jenis transaksi (mutasi)
keuangan yang dilakukan diantara satu negara dengan negara-negara lain
dalam satu tahun tertentu.
b. Mekanisme Pencatatan Neraca Pembayaran
Pencatatan transaksi dalam NP menggunakan prinsip double entry
system, artinya setiap transaksi dicatat pada dua sisi, yaitu pada sisi debet
dan sisi kredit dengan nilai yang sama. Neraca pembayaran pada umumnya
disajikan dalam bentuk vertikal, yaitu dari atas ke bawah sehingga tidak
tampak sisi debet atau kredit, maka berdasarkan konvensi, pencatatan pada
sisi kredit diberi tanda plus (+) sedangkan pencatatan pada sisi debet diberi
tanda minus (-).
Sebagaimana
halnya dengan neraca
perusahaan, dalam
neraca pembayaran setiap transaksi yang mengakibatkan pengurangan
asset atau pertambahan kewajiban dicatat pada sisi kredit sedangkan
transaksi yang mengakibatkan pertambahan aset atau pengurangan
kewajiban dicatat pada sisi debet. Secara ringkas, pencatatan transaksi
dalam neraca pembayaran dapat dilihat dalam diagram di bawah ini.
Berdasarkan prinsip – prinsip pencatatan tersebut di atas, transaksi –
transaksi yang dicatat pada sisi debet dan kredit antara lain ialah sebagai
berikut:
a. Sisi Debet
1. Impor Barang
2. Jasa-jasa yang diterima penduduk dari bukan penduduk (impor
jasa)
3. Pemberian hadiah kepada bukan penduduk (transfer)
4. Penjualan kekayaan (assets) yang di miliki oleh bukan penduduk
5. Pembelian surat- surat berharga (securities) milik bukan penduduk
6. Penanaman modal langsung oleh penduduk di luar negeri (direct
investment abroad)
Kredit Debit
Kewajiban
Aset
7. Pinjaman yang diberikan kepada bukan penduduk
8. Pembayaran utang (debt repayments) kepada bukan penduduk
9. Pembelian emas milik bukan penduduk
Sesuai dengan sistem yang dianut, pencatatan transaksi – transaksi tersebut
di atas harus dibarengi dengan pencatatan di sisi kredit. Sebagai contoh,
apabila impor dibiayai dengan utang maka pencatatan debet (impor)
dibarengi dengan pencatatan kredit (kewajiban).
b. Sisi Kredit
1. Ekspor barang
2. Jasa-jasa yang diberikan penduduk kepada bukan penduduk
(ekspor jasa)
3. Penerimaan hadiah dari bukan penduduk (transfer)
4. Pembelian kekayaan (assets) milik penduduk oleh bukan penduduk
5. Penjualan surat-surat berharga (securities) milik penduduk kepada
bukan penduduk
6. Penanaman modal langsung (direct investment) oleh bukan
penduduk
7. Pinjaman yang diterima dari bukan penduduk
8. Pembayaran utang (debt repayments) oleh bukan penduduk
9. Penjualan emas milik penduduk kepada bukan penduduk
Sesuai dengan sistem yang dianut, pencatatan transaksi – transaksi tersebut
di atas harus dibarengi dengan pencatatan di sisi debet. Sebagai contoh,
apabila ekspor dibayar tunai maka pencatatan kredit (ekspor) dibarengi
dengan pencatatan debet (pertambahan aset).
c. Struktur Neraca Pembayaran
Dilihat dari strukturnya, neraca pembayaran dapat dikelompokkan
dalam dua kelompok besar, yaitu transaksi berjalan dan transaksi modal.
Struktur neraca pembayaran terdiri dari beberapa komponen yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut (Sugiyono, 2002:17-20):
1. Transaksi berjalan (current account)
a. Perdagangan barang (trade)
1) Ekspor (exports)
2) Impor (imports)
b. Jasa-jasa (services)
c. Penghasilan (income)
d. Transfer (transfers)
2. Transaksi Modal dan keuangan (capital and financial account)
a. Transaksi modal (capital account)
b. Transaksi keuangan di luar cadangan devisa (financial account)
1) Penanaman modal langsung (foreign direct investment)
2) Investasi surat berharga (portofolio investment)
3) Investasi lainnya
3. Perubahan cadangan devisa (changes in reserves)
4. Selisih perhitungan (errors and omissions)
Penjelasan mengenai masing – masing komponen dalam neraca
pembayaran adalah sebagai berikut :
1. Transaksi Berjalan (Current Account)
Transaksi berjalan meliputi perdagangan barang dan jasa, penghasilan
(income), dan current transfer. Secara keseluruhan, transaksi berjalan
menggambarkan nilai bersih antara sisi kredit dan sisi debet dari seluruh
transaksi yang tercatat dalam setiap komponen transaksi berjalan.
Secara analitis, dalam kelompok transaksi berjalan tersebut terdapat
dua neraca lainnya, yaitu neraca perdagangan, yang merupakan hasil bersih
dari perdagangan barang atau ekspor dan impor barang, dan neraca jasa
yang merupakan hasil bersih antara ekspor jasa dan impor jasa. Khusus
menenai neraca perdagangan, perhitungan baik ekspor maupun impor
harus dalam nilai free on board (f.o.b), bukan dalam nilai keseluruhan,
termasuk cost, insurance, dan freight (c.i.f), mengingat ongkos dan jasa
pengiriman merupakan kelompok transaksi jasa sehingga harus
dikelompokkan dalam jasa-jasa. Beberapa transaksi yang termasuk dalam
kelompok jasa antara lain ialah jasa transportasi, pariwisata, dan
komunikasi. Sementara itu, hasil penggunaan faktor produksi, modal dan
tenaga kerja dicatat dalam kelompok penghasilan (income), misalnya
dividen dan bunga. Selanjutnya transaksi dalam kelompok transfer meliputi
transaksi yang tidak menimbulkan kewajiban untuk melakukan
pembayaran (unrequited transfer), seperti hibah yang diterima pemerintah
maupun swasta.
2. Transaksi Modal dan keuangan (capital and financial account)
Transaksi modal dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu capital
transfer dan pembelian / penjualan non-financial asset, seperti paten, dan
copyrights. Capital transfer selain mencakup pemberian barang modal
(fixed assets), juga transfer uang dalam rangka pembelian barang modal.
Sementara itu, transaksi keuangan yang meliputi transaksi yang
menyebabkan bertambah atau berkurangnya asset dan atau kewajiban luar
negeri di bagi dalam dua kelompok besar, yaitu transaksi keuangan di luar
cadangan devisa (reserve assets) dan transaksi yang mengakibatkan
perubahan cadangan devisa. Kelompok transaksi keuangan di luar reserve
mencakup transaksi yang terkait dengan lalu lintas keuangan baik jangka
pendek, menengah, maupun panjang yang dilakukan baik oleh pemerintah,
perusahaan pemerintah, maupun swasta, termasuk penanaman modal asing.
Perlu dikemukakan bahwa pembayaran bunga pinjaman tidak
diperhitungkan dalam lalu lintas modal melainkan dalam jasa-jasa
mengingat transaksi tersebut merupakan transaksi jasa.
3. Perubahan cadangan devisa (changes in reserves)
Sementara itu, transaksi keuangan yang menyangkut cadangan devisa
atau reserve assets merupakan pos yang menampung surplus atau defisit
neraca pembayaran. Pos ini menunjukkan besarnya perubahan jumlah
cadangan devisa yang dikuasai oleh otoritas moneter1 sehubungan dengan
transaksi internasional yang terjadi pada periode waktu tertentu, biasanya
satu tahun.
Adapun komponen cadangan devisa yang dicatat dalam neraca
pembayaran meliputi:
- Emas moneter (monetary gold), yaitu emas yang dikelola otoritas
moneter baik yang disimpan di dalam negeri maupun di luar negeri;
- Reserves Position in the Fund (RPF), merupakan rekening yang
dimiliki anggota IMF yang bersifat likuid (Liquid claim) terhadap IMF.
Jumlah RPF yang dimiliki masing-masing anggotanya tergantung pada
besarnya setoran kuota dalam valuta asing.2 RPF dapat diperhitungkan
sebagai komponen cadangan devisa mengingat sewaktu-waktu dapat
ditarik dalam bentuk fasilitas yang dapat diberikan oleh IMF;
- Special Drawing Rights (SDR), merupakan rekening giro yang dimiliki
negara anggota IMF dalam satuan hitung SDR yang diciptakan oleh
IMF untuk digunakan dalam setiap kali melakukan transaksi keuangan
dengan IMF. Pembentukan rekening tersebut dimaksudkan untuk
menunjang stabilitas moneter internasional dengan cara melakukan
alokasi pada saat kondisi likuiditas internasional mengalami
ketidakseimbangan. Dengan demikian, SDR memungkinkan bertambah
besarnya cadangan devisa masing-masing negara, sekaligus menambah
1 Dalam hal Indonesia, hanya mencakup cadangan devisa yang dikelola oleh Bank Indonesia. 2 Setoran kuota dalam valuta asing ditetapkan minimal 25 % dari kuota negara anggota dan sisanya dalam bentuk mata uang domestik
likuiditas internasional. Besarnya rekening SDR masing-masing negara
anggota dapat berubah pada saat memperoleh alokasi atau tambahan
alokasi SDR dan pada saat melakukan pembelian atau melakukan
transaksi keuangan dengan IMF;
- Valuta asing (Foreign exchange), tagihan kepada bukan penduduk
dalam bentuk mata uang asing, saldo rekening giro, dan saldo
simpanan berjangka dalam valuta asing serta kertas berharga dalam
valuta asing.
4. Selisih perhitungan (errors and omissions)
Selisih perhitungan merupakan komponen penyeimbang neraca untuk
menampung selisih atau perbedaan antara pencatatan di sisi kredit dan di
sisi debet. Selisih antara sisi kredit dan sisi debet tersebut dapat terjadi,
mengingat dalam praktik sumber data pencatatan transaksi neraca
pembayaran pada sisi debet berbeda dengan sisi kredit sehingga
memungkinkan terjadinya perbedaan masing-masing sisi. Selain itu, selisih
perhitungan juga dapat terjadi karena kesalahan pencatatan, selisih waktu
pencatatan (time-lag), selisih kurs, dan kesulitan dalam pengumpulan data.
d. Konsep Keseimbangan Neraca Pembayaran
Konsep keseimbangan neraca pembayaran bukan dilihat dari sisi
neraca itu sendiri melainkan dilihat dari komponen tertentu yang ada dalam
neraca pembayaran sehingga akan terlihat apakah neraca pembayaran
mengalami surplus atau defisit. Komponen yang menimbulkan terjadinya
surplus atau defisit meliputi transaksi yang termasuk dalam transaksi
berjalan (current account) dan transaksi yang termasuk dalam transaksi
modal dan keuangan (capital and financial account) di luar cadangan
devisa (reserves assets), dan disebut dengan “ autonomous transaction”.
Sementara itu, komponen yang menampung surplus atau membiayai defisit
meliputi transaksi yang mengakibatkan perubahan cadangan devisa dan
disebut “ accommodating transaction”. Surplus pada autonomous
transaction terjadi apabila sisi kredit dari transaksi-transaksi yang dicatat
lebih besar daripada sisi debetnya; demikian pula sebaliknya apabila terjadi
defisit. Dalam literatur ekonomi dan keuangan internasional, autonomous
transaction digolongkan dalam transaksi-transaksi yang disebut transaksi-
transasksi “above the line” (diatas garis pemisah), sedangkan
accommodating transaction merupakan transaksi-transaksi “below the
line” (di bawah garis pemisah).
Secara umum, dikenal empat konsep keseimbangan neraca
pembayaran, yaitu:
a. Konsep Keseimbangan Perdagangan (Trade Balance)
Dalam konsep ini, transaksi yang termasuk dalam autonomous
transaction atau transaksi yang mengakibatkan surplus atau defisit
hanya transaksi ekspor dan impor barang sehingga keseimbangan
neraca pembayaran diukur dari besarnya surplus defisit kedua transaksi
tersebut. Apabila ekspor lebih besar daripada impor maka neraca
pembayaran negara bersangkutan mengalami surplus; demikian pula
sebaliknya.
b. Konsep Keseimbangan Transaksi Berjalan (Current Account Balance)
Untuk menentukan surplus atau defisit pada autonomous transaction
selain diperhitungkan ekspor dan impor, juga diperhitungkan jasa-jasa,
termasuk penghasilan (income) dan transfer. Surplus terjadi apabila
ekspor barang, jasa, penghasilan, dan transfer lebih besar daripada
impor barang, jasa, penghasilan, dan transfer; demikian pula
sebaliknya.
c. Konsep basic balance
Dalam konsep ini, yang termasuk dalam autonomous transaction selain
pos-pos dalam transaksi berjalan, juga komponen-komponen dalam
transaksi modal dan keuangan jangka panjang.
d. Konsep Overall Balance
Yang termasuk autonomous transaction dalam konsep ini adalah
komponen-komponen dalam transaksi berjalan, komponen-komponen
transaksi modal dan keuangan baik jangka panjang maupun jangka
pendek.
2. Nilai Tukar Mata Uang (Kurs)
a. Sistem Nilai Tukar
Nilai tukar mata uang atau yang sering disebut dengan kurs adalah
harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik atau dapat juga
dikatakan harga mata uang domestik terhadap mata uang asing
(Simorangkir dan Suseno, 2004: 4). Menurut Sukirno, nilai tukar mata
uang (kurs) adalah nilai yang menunjukkan jumlah mata uang dalam negeri
yang diperlukan untuk mendapat satu unit mata uang asing. Kurs valuta
asing adalah nilai pertukaran dari mata uang suatu negara terhadap negara
lainnya (Beam, 2003: 390).
Pada setiap negara terdapat suatu sistem kurs valuta asing yang
ditentukan oleh kebijakan yang dianut oleh pemerintah masing-masing
negara tersebut. Sistem kurs yang dipakai suatu negara, yaitu:
1.) Fixed exchange rate (sistem nilai tukar tetap) yaitu nilai mata uang
suatu negara ditetapkan oleh pemerintah atau Bank Sentral.
a.) Pegged to a currency, nilai tukar ditetapkan terhadap mata uang
tertentu.
b.) Pegged to a basket of currency, nilai tukar ditetapkan sekelompok
mata uang terkuat.
c.) Currency board, nilai tukar ditetapkan oleh dewan mata uang.
2.) Floating exchange rate (sistem nilai tukar mengambang).
a.) Managed floating exchange rate (sistem nilai tukar mengambang
terkendali), yaitu Pemerintah atau Bank Sentral akan menjaga
supaya nilai tukar berada diantara batas atas dan batas bawah.
b.) Free floating exchange rate (sistem nilai tukar mengambang
bebas), yaitu nilai tukar suatu negara diserahkan pada mekanisme
pasar (tidak ada intervensi dari pemerintah ataupun Bank Sentral).
b. Teori Nilai Tukar atau Kurs
Ada 4 pendekatan yang dikenal dalam proses pembentukan kurs
(Salvatore, 2000: 42-48):
1.) Pendekatan Perdagangan atau Pendekatan Elastisitas Terhadap
Pembentukan Kurs
Model ini melihat bahwa nilai tukar atau kurs antara dua mata uang
dari dua negara ditentukan oleh besar – kecilnya perdagangan barang dan
jasa yang berlangsung diantara kedua negara tersebut. Menurut pendekatan
ini kurs ekuilibrium adalah kurs yang akan menyeimbangkan nilai impor
dan ekspor dari suatu negara. Jika nilai impor negara tersebut lebih besar
ketimbang nilai ekspornya (artinya negara yang bersangkutan mengalami
defisit perdagangan), maka kurs mata uangnya akan mengalami
peningkatan (artinya mata uangnya mengalami depresiasi atau penurunan
nilai tukar), dan hal itu akan berlangsung secara cepat dalam sistem kurs
mengambang yang berlaku pada saat ini.
Peningkatan kurs (angka nominalnya) atau penurunan nilai tukar mata
uang tersebut akan membuat harga dari berbagai komoditi ekspornya
menjadi lebih murah bagi para importir atau pihak asing sedangkan
berbagai produk barang dan jasa impor menjadi lebih mahal bagi penduduk
domestik. Akibatnya, lambat laun ekspor negara tersebut akan mengalami
kenaikan sedangkan impornya akan terus menurun sampai pada akhirnya
nilai perdagangan internasionalnya benar – benar seimbang (impor sama
dengan ekspor).
Pendekatan elastisitas tersebut menekankan pentingnya peran
perdagangan atau arus pertukaran barang dan jasa dalam pembentukan
kurs. Sedangkan arus permodalan internasional juga memainkan peran
yang penting, namun bersifat pasif, yakni hanya untuk menutup atau
mengimbangi setiap bentuk ketidakseimbangan perdagangan temporer.
2.) Teori Paritas Daya Beli untuk Menjelaskan Proses Pembentukan Kurs
Pendekatan kurs ini lebih relevan diaplikasikan guna mengamati
pergerakan kurs dalam jangka panjang ketimbang dalam jangka pendek.
Teori ini mempostulasikan atau merumuskan gejala bahwa kurs antara dua
mata uang adalah identik dengan rasio dari tingkat dari harga umum dari
kedua negara yang bersangkutan. Sebagai contoh, jika harga satu karung
gandum di Amerika Serikat adalah $2, sedangkan harga gandum di Inggris
adalah £1 per karung, maka kurs yang berlaku antara dolar dan
poundsterling adalah R=$2 / £1 = 2. Jadi, berdasarkan hukum satu harga
(law of one price), komoditi yang sama seharusnya memiliki harga yang
sama pula (dalam kondisi itulah daya beli dari kedua mata uang tadi berada
dalam kondisi paritas atau persamaan).
3.) Pendekatan Moneter Terhadap Pembentukan Kurs dan Lonjakan Kurs
Pendekatan moneter (Monetary Approach) memberikan penjelasan
yang sangat kontras. Pendekatan ini mempostulasikan atau menyatakan
bahwa kurs tercipta dalam proses penyamaan atau penyeimbangan stok
atau total permintaan dan penawaran mata uang nasional di masing-masing
negara.
Penawaran uang di suatu negara diasumsikan dapat ditetapkan atau
diciptakan secara independen oleh otoritas moneter dari negara yang
bersangkutan. Namun sebaliknya, permintaan uang sangat ditentukan oleh
tingkat pendapatan riil negara tersebut, atau tingkat harga harga-harga
umum yang berlaku serta suku bunga. Semakin tinggi pendapatan riil dan
harga-harga yang berlaku di negara tersebut, maka akan semakin besar
pula permintaan uang di negara tersebut karena setiap individu dan
perusahan memerlukan lebih banyak uang untuk membiayai transaksi
hariannya. Di lain pihak, semakin tinggi suku bunga yang ada, maka akan
semakin besar biaya oportunities penyimpanan uang (tunai atau simpanan
yang tidak menghasilkan bunga) sehingga setiap orang akan memilih asset
atau sekuritas yang menghasilkan bunga seperti obligasi atau deposito
perbankan. Itu berarti, tingkat permintaan uang memiliki hubungan terbalik
dengan besaran atau tingkat bunga.
4.) Pendekatan Keseimbangan Portofolio Terhadap Pembentukan Kurs
Godfrey, uji White, dan lainnya (Aisyah, 2007:104). Dalam penelitian ini
digunakan uji LM ARCH untuk mengetahui ada atau tidaknya masalah
heteroskedastisitas pada model.
Tabel 4.9 Hasil uji Heteroskedastisitas
Nilai Obs*R-squared Nilai X² Keterangan
0,291312 3,841 Tidak terjadi Heteroskedastisitas
Sumber : Data diolah
Dari perhitungan diatas diperoleh X² (df=1, α= 5 %) = 3,841, sedangkan
Obs*R-squared sebesar 0,291312. Sehingga apabila dibandingkan maka
3,841 > Obs*R-squared. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini
tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah adanya korelasi antara anggota observasi satu
dengan observasi lain yang berlainan waktu. Jika terjadi korelasi antara
residual dengan residual yang lain, maka model mengandung masalah
autokorelasi. Untuk menguji adanya pengaruh autokorelasi dalam penelitian
ini menggunakan metode Durbin-Watson.
Berdasarkan hasil regresi pada tabel diperoleh nilai Durbin-Watson
2,143241 pada tabel statistik dengan menggunakan α=5% dan n=80
diperoleh dl=1,53, du=1,74, 4-dl=2,47, 4-du=2,26. Digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 4.3 Daerah Ho Diterima dan Ditolak dalam uji Autokorelasi
Ragu- Ragu- Ragu ragu Autokore- Tidak ada Autokore- Lasi (+) Autokorelasi lasi (-) 0 1,53 1,74 2,14 2,26 2,47 4
Oleh karena nilai Durbin-Watson sebesar 2,14 terletak antara du dan 4-
du, berarti hasil pengujian menunjukkan tidak terdapat autokorelasi pada
model penelitian.
4. Interpretasi Ekonomi
a. Pengaruh Nilai tukar riil (REER) terhadap Neraca transaksi
berjalan
Variabel nilai tukar riil memiliki koefisien sebesar 0,000337. Hal ini
berarti tanda parameter untuk kurs adalah positif, sehingga memiliki
hubungan positif pada tingkat signifikansi 5%. Jika kurs riil menguat sebesar
1%, maka akan menyebabkan kenaikan pula pada neraca transaksi berjalan
sebesar 0,0003%, begitupula sebaliknya. Bila dilihat dari nilai
probabilitasnya yaitu sebesar 0,0000 dapat dikatakan variabel tersebut
berpengaruh terhadap neraca transaksi berjalan.
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis, yang apabila kurs riil terdepresiasi,
secara relatif produk luar negeri menjadi lebih mahal daripada produk
domestik, setiap unit output domestik hanya dapat membeli lebih sedikit
output luar negeri. Konsumen luar negeri akan menanggapi pergeseran harga
ini dengan meningkatkan permintaan mereka terhadap ekspor kita.
Selanjutnya akan meningkatkan ekspor dan cenderung memperbaiki
transaksi berjalan domestik.
b. Pengaruh Produk Domestik Bruto terhadap Neraca transaksi
berjalan
Variabel pendapatan nasional memiliki koefisien sebesar 0,004564. Hal
ini berarti tanda parameter untuk PDB adalah positif, sehingga memiliki
hubungan positif pada tingkat signifikansi 5%. Jika PDB naik sebesar 1%,
maka transaksi berjalan akan mengalami kenaikan pula sebesar 0,0045%,
begitupula sebaliknya. Bila dilihat dari nilai probabilitasnya yaitu sebesar
0,0273 dapat dikatakan variabel tersebut berpengaruh terhadap neraca
transaksi berjalan.
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis, dikatakan jika produk domestik
bruto tinggi, kemudian diikuti oleh pendapatan per kapita penduduk yang
tinggi pula cenderung akan menyebabkan konsumen menjadi konsumtif
dengan melakukan impor. Sehingga bila impor lebih besar daripada ekspor
dapat menurunkan saldo transaksi berjalan atau bahkan menjadikannya
defisit.
Menurut penelitian ini, variabel PDB berpengaruh terhadap neraca
transaksi berjalan. Namun pada kenyataannya, variabel ini justru berdiri
sendiri, dimana ekspor yang dicatat dalam neraca transaksi berjalan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besar kecilnya produk
domestik bruto.
c. Pengaruh Investasi asing terhadap Neraca transaksi berjalan
Variabel PMA memiliki koefisien sebesar -0,257991. Hal ini berarti
tanda parameter untuk PMA adalah negatif, sehingga memiliki hubungan
negatif pada tingkat signifikansi 5%. Jika PMA naik sebesar 1%, maka
transaksi berjalan akan menurun sebesar 0,26%, begitupula sebaliknya. Bila
dilihat dari nilai probabilitasnya yaitu sebesar 0,0040 dapat dikatakan
variabel tersebut berpengaruh terhadap neraca transaksi berjalan.
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis, apabila PMA meningkat, maka
transaksi berjalan juga akan meningkat. Seperti yang telah dipaparkan
dimuka, bila terjadi defisit transaksi berjalan pemerintah berusaha
meningkatkan pemasukan modal asing. Modal asing tersebut dianggap yang
paling aman bila dibanding dengan utang luar negeri.
Kondisi di Indonesia memang tidak sesuai dengan teori. Dimungkinkan
jumlah modal asing yang masuk ke Indonesia belum maksimal, sehingga
modal asing tersebut tidak berperan secara langsung, bila terjadi masalah
defisit transaksi berjalan. Selain itu masuknya modal asing ke Indonesia itu
lebih digunakan untuk pembangunan infrastruktur, proyek-proyek dan pabrik
baru. Sehingga investasi itu akan meningkatkan pendapatan nasional. Tetapi
kurang berpengaruh terhadap saldo transaksi berjalan bila terjadi defisit.
d. Pengaruh Utang Luar Negeri terhadap Neraca transaksi berjalan
Variabel ULN memiliki koefisien sebesar 0,002777. Hal ini berarti tanda
parameter untuk ULN adalah positif, sehingga memiliki hubungan positif
pada tingkat signifikansi 5%. Jika ULN naik sebesar 1%, maka transaksi
berjalan akan naik pula sebesar 0,003%, begitupula sebaliknya. Bila dilihat
dari nilai probabilitasnya yaitu sebesar 0,0028 dapat dikatakan variabel
tersebut berpengaruh terhadap neraca transaksi berjalan.
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis, apabila terjadi defisit pada
transaksi berjalan, maka akan timbul kecenderungan untuk meningkatkan
arus masuk utang luar negeri.
Keadaan di Indonesia memang tidak sesuai dengan teori. Kemungkinan bila
utang luar negeri ditingkatkan lalu utang tersebut digunakan untuk
meningkatkan produktivitas barang ekspor, secara tidak langsung dapat
memperbaiki saldo transaksi berjalan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengujian secara empiris pada penelitian ini, maka akan ditarik
beberapa kesimpulan. Dari kesimpulan yang ada terdapat beberapa saran sehubungan
dengan permasalahan yang telah dikemukakan, sehingga hal ini dapat menjadi bahan
masukan bagi pihak – pihak terkait.
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian mengenai analisis pengaruh nilai tukar,
pendapatan nasional, investasi asing, dan utang luar negeri terhadap neraca transaksi
berjalan adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh nilai tukar riil (REER) terhadap neraca transaksi berjalan
Variabel nilai tukar riil (REER) memiliki hubungan positif dan signifikan
terhadap neraca transaksi berjalan di Indonesia. Nilai koefisiennya sebesar
0,000337, yang berarti jika nilai tukar riil (REER) menguat sebesar 1%, maka
neraca transaksi berjalan naik pula sebesar 0,0003%. Hal ini tidak sesuai
dengan hipotesis.
2. Pengaruh produk domestik bruto terhadap neraca transaksi berjalan
Variabel produk domestik bruto (PDB) memiliki hubungan positif, tetapi
signifikan terhadap neraca transaksi berjalan di Indonesia. Nilai koefisiennya
sebesar 0,004564 yang berarti jika pendapatan nasional (PDB) naik sebesar
1%, maka neraca transaksi berjalan naik pula sebesar 0,0045%. Hal ini tidak
sesuai dengan hipotesis.
3. Pengaruh investasi asing terhadap neraca transaksi berjalan
Variabel investasi asing (PMA) memiliki hubungan negatif dan signifikan
terhadap neraca transaksi berjalan di Indonesia. Nilai koefisiennya sebesar -
0,257991, yang berarti jika nilai tukar (PMA) naik sebesar 1%, maka neraca
transaksi berjalan akan turun sebesar 0,26%. Hal ini tidak sesuai dengan
hipotesis.
4. Pengaruh utang luar negeri terhadap neraca transaksi berjalan
Variabel utang luar negeri (ULN) memiliki hubungan positif dan signifikan
terhadap neraca transaksi berjalan di Indonesia. Nilai koefisiennya sebesar
0,002777 yang berarti jika utang luar negeri (ULN) naik sebesar 1%, maka
neraca transaksi berjalan akan naik pula sebesar 0,003%. Hal ini tidak sesuai
dengan hipotesis.
B. Saran
Berdasarkan studi empiris ini dapat diusulkan beberapa saran yang sebaiknya
dijalankan oleh otoritas moneter, dalam hal ini adalah pemerintah dan Bank Indonesia
(BI), antara lain :
1. Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter sangat penting untuk membuat
langkah – langkah selain menjaga kestabilan nilai kurs. Hendaknya Bank
Indonesia bekerja sam dengan pemerintah dengan menjaga tingkat harga
umum, agar tidak terjadi inflasi.
2. GDP mengukur pendapatan yang diterima oleh semua orang dalam 1 (satu)
wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu. GDP yang tertinggi merupakan
indikator membaiknya perekonomian Indonesia. Salah satu caranya dengan
meningkatkan kualitas barang ekspor. Sehingga dapat mendongkrak saldo
neraca transaksi berjalan, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan
nasional.
3. Pemerintah perlu menciptakan kestabilan ekonomi keuangan dan politik, serta
menciptakan iklim yang kondusif. Sehingga berdampak untuk meningkatkan
kepercayaan pada investor terhadap kondisi ekonomi Indonesia.
4. Pemerintah dapat megusahakan peningkatan penerimaan dalam sektor pajak
dan menekan pengeluaran untuk menutupi pembiayaan cicilan pokok dan
bunga utang luar negeri yang kian meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, Andrik. 2008. Neraca Transaksi Berjalan dan Analisis Variabel Penentunya. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Bussière, Matthieu, Marcel Fratzscher dan Gernot J. Müller. 2004. Current Account Dynamics In OECD And EU Acceding Countries. European Central Bank.
Ghofur, Soma. 2008. Analisis Pengaruh Inflasi, Penanaman Modal Asing, dan Utang
Luar Negeri Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 1981 – 2005. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga Hakim, Lukman. 1997. Kliping Analisis Neraca Pembayaran Bank Indonesia 1978 –
1997. Center For Economic, Social And Regional Analysis (CESRA). Hermann, Sabine dan Axel Jochem. 2005. Determinants of Current Account
Developments In The Central And East European EU Member States Consequences For The Enlargement Of The Euro Area. Deutsche Bundesbank. Jerman
Indikator Ekonomi.1988 - 2007. Laju Inflasi Gabungan 27 Kota di Indonesia. Jakarta :
Badan Pusat Statistik. Insukindro, Maryatmo, dan Aliman. 2003. Ekonometrika Dasar. Yogyakarta : Bank
Indonesia dan FE UGM. Jhingan, M.L. 1988. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : Rajawali
Pers. Krugman, Paul R. and Maurice Obstfeld. 1999. Ekonomi Internasional (Teori dan
Kebijakan). Edisi kedua. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Prasetiantono, Tony. 1996. Utang Luar Negeri dan Defisit Transaksi Berjalan Dalam
Perekonomian Indonesia. Jurnal Kelola: UGM Rahwanto, Hariawan. 2007. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan
Devisa Indonesia : Periode tahun 1975 – 2005. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Salvatore, Dominick. 2000. Ekonomi Internasional. Jakarta : Erlangga. Simorangkir, Iskandar, dan Suseno. 2004. Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar Seri
Kebanksentralan No. 12. Jakarta : Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, Bank Indonesia.
Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. 1988 – 2007. Data Statistik : Posisi
Pinjaman Luar Negeri Pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara. Jakarta : Bank Indonesia.
_______________. 1988 – 2007. Data Statistik : Neraca Pembayaran. Jakarta : Bank Indonesia.
_______________. 1988 – 2007. Data Statistik : Nilai Tukar Beberapa Mata Uang
Asing. Jakarta : Bank Indonesia. _______________. 1988 – 2007. Data Statistik : Rencana Penanaman Modal Asing
(PMA) yang Disetujui Pemerintah. Jakarta : Bank Indonesia Statistik Indonesia. 1988 - 2007. Posisi Pinjaman Luar Negeri Pemerintah dan Badan
Usaha Milik Negara. Jakarta: Badan Pusat Statistik. _______________. 1988 – 2007. Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar harga Berlaku. Jakarta : Badan Pusat Statistik. Sugiyono, F.X.,. 2002. Neraca Pembayaran : Konsep, Metodologi dan Penerapan.
Seri Kebanksentralan No. 4. Jakarta : Pusat Pendidikan Dan Studi Kebanksentralan.
Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Makroekonomi. Edisi Kedua. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada. Suryawati. 2000. Peranan Investasi Asing Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Negara-negara Asia Timur. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol.5 No. 2. Tambunan, Tulus. 2001. Transformasi Ekonomi Di Indonesia. Jakarta : Salemba
Empat. Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta : Erlangga. Yumanita, Diana, Dwi Mukti Wibowo, Giri Triboto, Hotbin Sigalingging, M. Seto
Pranoto, Rahmat Dwi Saputro. 2001. Profil Pinjaman Luar Negeri Indonesia Dan Permasalahannya. Jakarta : Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, Bank Indonesia.
LAMPIRAN 1
Data CA (Current Account), Nilai Tukar Riil (REER), Produk Domestik Bruto (PDB), Investasing Asing (PMA), dan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia Tahun