Top Banner
UPACARA ADAT MANGUPA PATOBANG ANAK PADA MASYARAKAT BATAK ANGKOLA DI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
50

Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

Apr 30, 2019

Download

Documents

nguyennga
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

UPACARA ADAT MANGUPA PATOBANG ANAK

PADA MASYARAKAT BATAK ANGKOLA

DI TULANG BAWANG BARAT

(ANALISIS MAKNA SIMBOL)

(Skripsi)

Oleh:

SARIAH HARAHAP

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016

Page 2: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

Abstrak

UPACARAADAT MANGUPA PATOBANG ANAK

PADA MASYARAKAT BATAK ANGKOLA

DI TULANG BAWANGBARAT

(ANALISIS MAKNA SIMBOL)

Oleh:

Sariah Harahap

Masyarakat Batak Angkola di Tulang Bawang Barat masih melakukan upacara

adat mangupa patobang anak di tengah-tengah homogenitaas masyarakat

sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan

dan makna simbolis pada perlengkapan upacara mangupa patobang anak pada

masyarakat batak angkola di Tulang Bawang Barat. Metode yang digunakan

adalah metode hermeneutika. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data

menggunakan teknik analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukan upacara

adat mangupa patobang anak yang dilaksanakan masyarakat batak angkola di

Tulang Bawang Barat telah mengalami adaptasi dan modifikasi. Adaptasi meliputi

peringkasan prosesi-prosesi dan pergantian perlengkapan yang tidak ditemukan di

Tulang Bawang Barat dengan yang sejenis. Adaptasi dan modifikasi tidak

mengubah makna dari upacara.

Page 3: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

UPACARA ADAT MANGUPA PATOBANG ANAK

PADA MASYARAKAT BATAK ANGKOLA

DI TULANG BAWANG BARAT

(ANALISIS MAKNA SIMBOL)

(Skripsi)

Oleh:

SARIAH HARAHAP

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016

Page 4: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP
Page 5: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP
Page 6: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP
Page 7: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Utara, pada tanggal 08 Oktober

1993, anak kelima dari enam bersaudara putri dari pasangan Bapak

Sarimanaon Harahap dengan Ibu Masriana Siregar.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh:

1. Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 04 Jagakarsa, Jakarta Selatan, Provinsi

DKI Jakarta selesai tahun 2005

2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 3 Tulang Bawang Tengah,

Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung selesai tahun 2008

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 2Menggala, Kabupaten

Tulang Bawang, Provinsi Lampung selesai tahun 2011,

Tahun 2011 penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Sejarah Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN Undangan.

Pada tahun 2013 penulis melaksanakan KKL dengan tujuan Yogyakarta – Jawa

Tengah – Jakarta. Lalu pada tahun 2014 penulis melaksanakan KKN dan PPL di

SMA Negeri 1 Lemong, Pekon Pugung penengahan, Kecamatan Lemong,

Kabupaten Pesisir Barat.

Page 8: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan semua

kesempatan dalam hidup ini. Sehingga dengan segala rasa syukur dan kerendahan

hati, kupersembahkan skripsi ini kepada:

Kedua orangtuaku yang tercinta, Bapak Sarimanaon Harahap dan Ibu

Masriana Siregar yang telah mengupayakan segalanya demi tercapainya

cita-cita ku

Seluruh keluarga besarku yang menjadi alasan terkuatku untuk terus

berjuang

Para Bapak dan Ibu guru dan dosenku tercinta yang telah memberikan

motivasi dan inspirasi hingga Aku bisa berada pada tahap saat ini.

Almamater tercinta Universitas Lampung

Page 9: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

MOTTO

“ Learn from Yesterday, life for today, hope for tomorrow”

(belajar dari hari kemarin, hidup untuk hari ini, berharap untuk hari esok)

(albert einstein)

Page 10: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan Hidayah-

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upacara Adat Mangupa

Patobang Anak pada Masyarakat Batak Angkola di Tulang Bawang Barat

(Analisis Makna Simbol)” penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk

meraih gelar sarjana pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan,

dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesarnya kepada:

1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M. Hum, Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si, Wakil Dekan Bidang Akademikdan

kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.S, Wakil Dekan Bidang Keuangan, Umum

dan Kepegawaian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung;

4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaandan

alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Page 11: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

5. Bapak Drs.Zulkarnain, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

6. Bapak Drs. Syaiful. M, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

7. Ibu Dr. R. M Sinaga, M.Hum, Pembimbing I yang dengan ikhlas dan sabar

memberikan arahan, masukan, motivasi dan bimbingannya kepada penulis

dengan baik dalam menyelesaikan skripsi ini;

8. Bapak Drs. Wakidi, M.Hum, Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing

II yang dengan ikhlas dan senantiasa sabar membimbing, mengarahkan, dan

memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

9. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung Drs. H. Iskandar Syah, M.H, Drs. H. Ali Imron M.Hum, Drs. H.

Maskun M.H, Drs. Syaiful M, M.Si, Drs. Wakidi, M.Hum, Drs. Tontowi

Amsia, M.Si, Dr. R.M Sinaga, M.Hum, Hendry Susanto, S.S, M.Hum, M.

Basri, S.Pd, M.Pd, Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum, Suparman Arif,

S.Pd, M.Pd, Cheri Saputra, S.Pd, M.Pd, Myristica Imanita, S.Pd, M.Pd.;

10. Bapak dan Ibu staff tata usaha dan karyawan Universitas Lampung;

11. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) yang telah memberikan bantuan

beasiswa Bidik Misi;

12. Abang-Abangku Mepri Santosa Harahap (Alm), Aris Kirahman Harahap,

Suparman Harahap dan Maraindan Harahap yang telah menjadi sahabat dalam

berbagi cerita;

Page 12: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

13. Adikku tersayang Lani Wati Harahap terimakasih atas pengertian nya selama

ini;

14. Keponakan-keponakanku Nur Fadilah Harahap, Sahrul Ma’arif Harahap,

Nazwa Trisa Putri Harahap, Arbes Harahap, Adit Harahap, Sintia Amanda

Harahap dan Fathan Al-Mi’raj Harahap yang telah menjadi sumber motivasi

terbesarku untuk menjadi sukses;

15. Sahabat terbaikku Patrik Atena, Terimakasih atas persahabatan kita selama

ini, serta kebaikanmu yang begitu besar menolongku dalam segala keadaan;

16. Terimakasih kepada Uwak Muhammad Hakim Pasaribu, S.Pd, M.Pd beserta

keluarga atas semua bantuannya;

17. Terimakasih kepada seluruh responden dan narasumber yang telah

memberikan informasi sebagai data penelitian;

18. Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi.

Semoga amal ibadah dan ketulusan hati Bapak, Ibu serta saudara telah berikan

semua mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Peneliti menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Tulang Bawang, 01 Maret 2016

Penulis

Sariah Harahap

Page 13: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ....................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8

D. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERAANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 11

1. Konsep Kebudayaan ........................................................................ 11

2. Konsep Makna Simbol .................................................................... 12

3. Konsep Upacara Adat Mangupa Patobang Anak ........................... 13

3.1 Pengertian .................................................................................. 13

3.2 Tata Cara ................................................................................... 14

3.3 Perlengkapan dan Makna .......................................................... 16

B. Kerangka Pikir ..................................................................................... 19

C. Paradigma ............................................................................................ 20

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ................................................................................ 22

B. Lokasi Penelitian .................................................................................. 23

C. Variabel Penelitian ............................................................................... 24

D. Definisi Operasional Variabel .............................................................. 25

E. Informan ............................................................................................... 26

F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 26

1. Teknik Wawancara Mendalam ........................................................ 27

2. Teknik Observasi ............................................................................. 27

3. Teknik Dokumentasi ....................................................................... 28

G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 29

Page 14: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

ii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ...................................................... 32

1. Sejarah Singkat Kabupaten Tulang Bawang Barat ............................ 32

2. Letak dan Batas Kabupaten Tulang Bawang Barat ........................... 34

3. Kependudukan ................................................................................... 35

4. Pendidikan ......................................................................................... 36

5. Kesehatan ........................................................................................... 38

6. Keagamaan ........................................................................................ 39

B. Hasil Penelitian ....................................................................................... 40

1. Upacara Adat Mangupa Patobang Anak ........................................... 39

1.1 Deskripsi ...................................................................................... 39

1.2 Rangkaian Upacara ...................................................................... 43

1.2.1 Persiapan .......................................................................... 43

1.2.2 Pelaksanaan ..................................................................... 46

1.3 Perlengkapan Upacara ................................................................. 56

1.4 Peranan Dalihan Na Tolu ............................................................ 58

1.5 Peranan Masyarakat ..................................................................... 62

2. Makna Simbol Perlengkapan dalam Pelaksanaan Upacara Adat

Mangupa Patobang Anak ................................................................... 64

2.1 Makna Perlengkapan ................................................................... 64

2.2 Arti Penting Pelaksanaan Upacara .............................................. 74

2.3 Antara Masyarakat dan Pulungan ................................................ 74

2.4 Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Upacara adat Mangupa

Patobang Anak ............................................................................. 77

2.5 Sumber Pengetahuan Masyarakat Tentang Upacara adat Mangupa

Patobag Anak ............................................................................... 80

C. Pembahasan ............................................................................................ 81

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................................... 88

B. Saran ...................................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kecamatan Dan Luas Wilayahnya Tahun 2013 .................................. 32

Tabel 2. Jumlah Penduduk Di Kecamatan Dan Jenis Kelamin Tahun 2013 .... 34

Tabel 3. Jumlah Sekolah Negeri Berdasarkan Jenjang Pendidikan Di Kecamatan

Tahun 2013 ....................................................................................................... 35

Tabel 4. Jumlah Guru Dan Jumlah Murid Di Kecamatan Tahun 2013 ............ 36

Tabel 5. Jumlah Fasilitas Kesehatan Di Kecamatan Tahun 2013 ..................... 37

Tabel 6. Jumlah Sarana Ibadah Di Kecamatan Tahun 2013 ............................. 38

Tabel 7. Hubungan Antara Pulungan Dengan Gelar Adat Atau Panggilan Yang Di

Sematkan ........................................................................................................... 42

Tabel 8.Tata Urutan Nasihat Berdasarkan Struktur Kekerabatan ..................... 51

Tabel 9Keterangan Sistem Kekerabatan. .......................................................... 59

Page 16: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1Suasana Makan Bersama ............................................................... 47

Gambar 1.2Proses Penataan Burangir Taon-Taon............................................ 48 Gambar 1.3 Mempelai Diberikan Nama Gelar Dan Disahkan Dengan Cara Dipangir

Menggunakan Perlengkapan Salah Satunya Beras Kuning .......................................... 50 Gambar 1.4 Salah Satu Keharuan Ketika Memberikan Nasihat ....................... 53

Gambar 1.5Susunan Hidangan Upa-Upa .......................................................... 57

Gambar 1.6 Bunga Dingin-Dingin .................................................................... 72

Page 17: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masing-masing suku bangsa memiliki kebudayaanya sendiri. Kebudayaan

merupakan hasil cipta, rasa, karsa manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kebudayaan sendiri memiliki tiga wujud yaitu ide, aktivitas, dan hasil aktivitas

yang berupa benda atau artefak. “Suku bangsa adalah suatu golongan manusia

yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan, kesadaran

dan identitas tadi seringkali dikuatkan oleh kesatuan bahasa” (Koentjaraningrat,

2009: 215). Salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia adalah suku Batak.

Bangsa Batak termasuk salah satu kelompok pribumi di Indonesia tercinta ini.

Menurut Bagarna Sianipar (2013:10) Suku Batak dibagi dalam enam sub suku

yaitu 1).Batak Toba, 2).Batak Angkola, 3).Batak Mandailing, 4).Batak

Simalungun, 5).Batak Dairi dan 6).Batak Karo. Secara umum masing-masing sub-

suku Batak ini memiliki wilayah tersendiri. Seperti Batak Angkola dan

Mandailing yang pada zaman dahulu umumnya mendiami daerah Tapanuli

Tengah dan Tapanuli Selatan. Saat ini suku bangsa Batak sudah menyebar di

berbagai tempat di Indonesia. Salah satunya di daerah Tulang Bawang Barat.

Daerah Tulang Bawang Barat merupakan Kabupaten baru yang resmi berpisah

dari Kabupaten induknya (Tulang Bawang) pada tahun 2008. Mereka merantau

dan akhirnya menetap di perantauan hingga turun temurun.

Page 18: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

2

Hal ini seperti yang dikatakan Nuryani dkk bahwa “masyarakat Batak adalah

perantau-perantau yang ulet dan tangguh. Tetapi dimanapun mereka berada adat

istiadat dan budaya daerahnya tak pernah ditinggalkan” (Nuryani dkk, 2007:45)

Kedatangan masyarakat Batak ke Tulang Bawang Barat secara umum

dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi. Yaitu adanya harapan memperoleh

kesempatan untuk memperbaiki taraf hidup. Seperti pendapat Everett S Lie ada

empat faktor yang menyebabkan orang mengambil keputusan untuk melakukan

migrasi yaitu faktor yang terdapat di daerah asal, faktor yang terdapat di daerah

tujuan, rintangan yang menghambat dan faktor-faktor pribadi.

Pada migrasi masyarakat Batak ke Tulang Bawang Barat yang menjadi faktor di

daerah asal adalah kurangnya lapangan pekerjaan dan sulitnya akses komunikasi

dan informasi. Sedangkan faktor yang terdapat di daerah tujuan adalah harapan-

harapan yang tidak ditemukan di daerah asal.

Migrasi ini dilakukan oleh salah satu orang sebagai yang mengawali. Setelah

beberapa waktu berlalu, terjadi perbaikan taraf hidup di tempat baru. Lalu kabar

perbaikan taraf hidup itu terdengar oleh orang-orang di tempat asal. Sehingga

kerabat maupun tetangga di tempat asal berbondong-bondong melakukan migrasi

ke daerah tujuan.

Menurut hasil wawancara, di Tulang Bawang Barat sendiri migrasi ini berawal

pada tahun 1978. Diawali oleh sekitar 10 orang kepala keluarga mendiami tempat

yang terpisah pisah. Walaupun di perantauan tinggal ditempat terpisah, kesepuluh

keluarga tersebut saling berkomunikasi dan membuat agenda rutin pengajian.

Page 19: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

3

Tahun-tahun berikutnya, terjadi peningkatan jumlah masyarakat Batak di Tulang

Bawang Barat. Hingga sekarang terdapat kurang lebih empat ratus keluarga Batak

Angkola-Mandailing di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Masyarakat yang

melakukan migrasi, secara alamiah membawa kebudayaan yang dimilikinya

menjadi suatu yang telah mendarah daging. Seiring berjalanya waktu kebudayaan-

kebudayaan itu disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di lingkungan

baru.

Suku Batak yang ada di Tulang Bawang Barat masih menjunjung tinggi

persatuan. Dibuktikan dengan adanya perkumpulan-perkumpulan musyawarah

guna menyelesaikan masalah yang ada. Selain itu, telah dibentuk suatu paguyuban

di wilayah Way Abung II yang diberi nama Keluarga Besar Batak Muslim

(KBBM). Paguyuban ini bertujuan menghimpun masyarakat Batak Muslim yang

ada di Way Abung II dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat. Salah satu

kegiatanya yaitu Rap Mulak Tu Huta. Adalah merupakan kegiatan bersama-sama

pulang ke kampung halaman (Sumatera Utara). Selain bersilaturahmi dan melepas

rindu dengan keluarga, acara ini juga bertujuan mengenalkan anak-anak yang lahir

dan besar diperantauan agar mengenal kampung kelahiran orangtuanya. Dengan

harapan, suatu saat anak-anak perantauan tidak lupa dengan asal-usulnya dan tetap

melestarikan budaya yang ada.

Suku Batak Angkola di Tulang Bawang Barat masih menggunakan adat sebagai

pedoman hidup sehari-hari. Salah satunya dengan mempertahankan tradisi yaitu

melakukan upacara adat mangupa.

Page 20: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

4

Upacara adat mangupa adalah proses upacara adat yang merupakan ungkapan rasa

syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas keberhasilan yang diperoleh, serta

dilindunginya seseorang dari marabahaya. Upacara adat ini sudah menjadi tradisi

yang diperoleh dari nenek moyang masyarakat Angkola untuk tetap dilaksanakan

sampai sekarang.

Ada beberapa jenis upacara adat mangupa, yaitu mangupa anak tubu (menyambut

kelahiran bayi); manggoar daganak tubu untuk memberi nama anak yang baru

lahir; paginjamg obuk, untuk menggunting rambut anak yang baru lahir agar

tumbuh rambut baru; paijur daganak tubu untuk membawa anak yang masih bayi

keluar rumah; manangko dalan untuk membawa bayinya ke tempat yang

diinginkan, kemudian membawakan oleh-oleh kepada tetangga agar anak tersebut

kelak bisa pergi dengan perjalanan jauh; manjagit parompa yaitu memberikan

parompa sadun (ulos Batak) yang diberikan dari pihak mora kepada kelahiran

cucu pertama; patobang anak atau pabagas boru (pernikahan anak laki-laki

maupun perempuan) dan marbongkat bagas atau memasuki rumah baru.

Dari beberapa upacara mangupa yang telah disebutkan diatas, ada tiga upacara

mangupa yang wajib dilakukan, diantaranya mangupa marbongkat bagas,

patobang anak atau parbagas boru dan manjagit parompa. Dari ketiga upacara

mangupa diatas, yang tetap dilakukan dilokasi penelitian adalah mangupa

patobang anak dan mangupa parbagas boru. Sedangkan kedua yang lainya sudah

jarang dilakukan. Mangupa patobang anak dan parbagas boru itu sendiri

dilakukan dalam suasana pesta perkawinan.

Page 21: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

5

Pada masyarakat Batak, perkawinan adalah salah satu mata rantai

kehidupan yang cara pelaksanaanya melalui hukum-hukum adat yang

sudah menjadi darah daging dari dulu sampai sekarang. Tujuan

perkawinan pada masyarakat Batak pada umumnya:

1. Pertanggung-jawaban dalam naluri biologis atau melanjutkan

keturunan;

2. Untuk mendapatkan anak laki-laki sebagai ahli waris;

3. Memupuk hubungan kekeluargaan;

4. Menambah kaum kerabat;

5. Syarat untuk memperoleh kebahagiaan;

6. Melaksanakan ajaran agama;

7. Merupakan suatu keharusan. (Depdikbud, 1978: 25)

Upacara adat mangupa patobang anak bertujuan untuk mengucapkan rasa syukur

kepada Tuhan Yang Maha Esa atas jodoh yang telah diberikan kepada sang anak.

Selain itu juga, untuk memenuhi tuntutan tondi (jiwa). Upacara dilakukan di

kediaman pihak mempelai laki-laki dengan berbagai proses sesuai aturan yang

ada.

Menurut Barth (1988: 10) budaya adalah milik suatu bangsa tertentu berdasarkan

ciri masing-masing. Suatu budaya etnik tidak akan bertahan lama kecuali terjadi

isolasi geografis dan isolasi sosial. Apa yang dikemukakan oleh Barth dapat

dijadikan suatu alasan bahwa budaya masyarakat perlahan akan hilang selama

masyarakat itu berbaur dan berinteraksi dengan masyarakat lain.

Masyarakat Batak Angkola di Tulang Bawang Barat tentu mengalami interaksi

dan pengaruh sosial budaya dari lingkungan barunya, karena penduduk kabupaten

Tulang Bawang Barat terdiri dari suku bangsa lain yang mempunyai kebudayaan

masing-masing. Namun, hingga saat ini masyarakat Batak Angkola di Tulang

Bawang Barat masih bertahan dengan adat istiadatnya.

Page 22: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

6

Dengan fakta yang ada, bahwa masyarakat Batak Angkola di Tulang Bawang

Barat masih melaksanakan upacara adat mangupa patobang anak, maka hal ini

merupakan suatu fenomena budaya yang patut diteliti. Karena, ditengah-tengah

masyarakat yang plural dan sebagai masyarakat minoritas, masyarakat Batak

masih menjunjung tinggi adat dan istiadat.

“Upacara dan perlengkapan atau peralatan adalah dua unsur religi yang tidak bisa

dipisahkan. Keduanya amat berkaitan erat dalam pengertian yang satu

memerlukan yang lain. Dalam religi masyarakat bersahaja, suatu upacara tidak

atau belum boleh dilaksanakan bila peralatan yang harus menyertainya tidak atau

belum lengkap” (Noerid Haloei Radam, 2001: 30).

Seperti upacara-upacara adat yang lain, dalam suatu proses upacara adat mangupa

patobang anak ada perlengkapan yang harus disediakan. Dari masing-masing

perlengkapan yang disediakan tentunya memiliki makna simbol yang tersirat di

dalamnya. “Sebagai pranata sosial maka upacara tradisional penuh dengan

simbol-simbol yang merupakan alat komunikasi manusia. Sekaligus juga sebagai

penghubung dunia nyata dan dunia gaib. Terbentuknya simbol-simbol tersebut

berdasarkan nilai-nilai etis dan pandangan hidup yang berlaku dalam masyarakat”

(Depdikbud, 1985:1)

Dari penelitian pendahuluan yang dilakukan peneliti, melalui proses wawancara

tidak terstruktur, didapati bahwa delapan dari sepuluh orang tidak memahami

makna dalam upacara adat mangupa patobang anak. Hal tersebut memberi

gambaran bahwa masih banyak masyarakat Batak Angkola sendiri kurang

memahami makna yang terkandung dalam upacara mangupa patobang anak.

Page 23: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

7

Meskipun upacara tersebut masih dilakukan, namun kebanyakan si pelaku sendiri

tidak begitu paham dengan makna kegiatan yang dilaksanakan.

Sedangkan menurut Budiono Herusatoto (2008: 48) “pelaksanaan upacara adat

tradisional seharusnya dilaksanakan dengan penuh kesadaran, pemahaman dan

penghayatan yang tinggi yang dianut secara tradisional dari generasi satu ke

generasi berikutnya. Oleh karenanya, upaya mengkaji dan memahami makna

dibalik simbol-simbol dalam sebuah tradisi perlu dilakukan.”

Selain itu, tokoh adat setempat, Bapak Sarimanaon Harahap juga membenarkan

bahwa memang pemahaman masyarakat adat Batak Angkola mengenai makna

pada perlengkapan pada upacara mangupa patobang anak masih kurang.

(Sarimanaon harahap, wawancara dengan tokoh adat, 14 April 2015: 19.00)

Kurangnya pemahaman masyarakat ini menimbulkan suatu kekhawatiran akan

tergerusnya suatu kebudayaaan masyarakat Batak Angkola. Karena idealnya

dibutuhkan suatu pemahaman dan penghayatan yang tinggi dalam pelaksanaan

suatu kegiatan upacara. Hal ini dibutuhkan agar generasi-generasi selanjutnya

tetap memahami dan memaknai budaya ini serta berkeinginan untuk

melestarikannya menjadi sebuah kearifan lokal yang akan tetap ada.

Berangkat dari kenyataan kurangnya pemahaman masyarakat, maka peneliti

bermaksud melakukan penelitian dengan judul “upacara adat mangupa patobang

anak pada masyarakat Batak Angkola di Tulang Bawang Barat (Analisis Makna

Simbol)”.

Page 24: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Bagaimanakah pelaksanaan upacara adat mangupa patobang anak pada

masyarakat Batak Angkola di Tulang Bawang Barat?

2. Apa sajakah makna simbolis pada perlengkapan upacara adat mangupa

patobang anak pada masyarakat Batak Angkola di Tulang Bawang Barat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan upacara adat mangupa

patobang anak pada masyarakat Batak Angkola di Tulang Bawang Barat

2. Untuk mengetahui apa sajakah makna simbolis perlengkapan dalam

upacara adat mangupa patobang anak pada masyarakat Batak Angkola di

Tulang Bawang Barat

D. Kegunaan penelitian

Kegunaan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

a. Untuk memberikan tambahan referensi pengetahuan bidang ilmu

Antropologi tentang budaya adat Batak Angkola

b. Untuk referensi penelitian-penelitian selanjutnya

2. Kegunaan Praktis

Bagi para generasi muda agar dapat memahami kebudayaan leluhurnya

agar tetap dilestarikan menjadi suatu kearifan lokal.

Page 25: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

9

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Objek Penelitian : Upacara adat mangupa patobang anak

2. Subjek Penelitian : Masyarakat Batak Angkola di Kabupaten Tulang

Bawang Barat

3. Tempat Penelitian : Kabupaten Tulang Bawang Barat

4. Waktu Penelitian : 2015

5. Ilmu Penelitian : Antropologi Budaya

Page 26: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

10

REFERENSI

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hal 215

Bagarna Sianipar. 2013. Horas, dari Batak untuk Indonesia. Jakarta: Rumah

Indonesia. Hal xxi

Ibid. Hal 10

Endang Sri Nuryani, dkk. 2007. Mengenal Kebudayaan Suku-Suku Bangsa

Indonesia. Bandung: Angkasa. Hal 45

Depdikbud. 1978. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Sumatera Utara.

Jakarta: Depdikbud. Hal 25

F.Barth. 1988. Kelompok Etnis dan Batasannya. Jakarta: UI Press Hal 10

Noerid Haloei Radam.2001.Religi Orang Bukit. Yogyakarta: Semesta Hal 30

Depdikbud. 1985. Upacara Tradisional yang Berkaitan dengan Peristiwa Alam

dan Kepercayaan daerah Sumatera Utara. Jakarta: Depdikbud. Hal 1

Budiono Herusatoto. 2008. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta:

Hanindita Hal 48

Wawancara. Tokoh Adat: S. Harahap. Pada tanggal 14 April 2015. Pukul 19.00

Page 27: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Kebudayaan

“Secara epistemologis kata “kebudayaan” berasal dari bahasa Sansekerta

yaitu buddhayah yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau

“akal”. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang

bersangkutan dengan akal” (Koentjaraningrat, 2009: 146)

Menurut E. B Taylor dalam buku berjudul Sosiologi Suatu Pengantar

karangan Soerjono Soekanto, “kebudayaan adalah kompleks yang

mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat

istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang

didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat” (Soekanto, 2012:

150)

Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Solaeman Soemardi

“kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya

tersebut akan menghasilkan teknologi, kebudayaan atau benda yang akan

digunakan oleh masyarakat itu sendiri untuk memenuhi kehidupanya”.

(Soekanto, 2012: 151)

Page 28: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

12

Dari beberapa pendapat di atas, maka pengertian kebudayaan adalah

semua cipta, rasa dan karsa manusia untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

2. Konsep Makna Simbol

Untuk mendapat pemahaman mengenai masalah yang sedang diteliti, peneliti

menguraikan konsep makna simbol sebagai berikut ini. Menurut Mudjia

Raharjo makna bukanlah sekedar isyarat yang dibawa oleh bahasa. Karena

bahasa sudah dapat mengungkapkan realitas dengan jelas, tetapi pada saat

yang sama dapat menyembunyikan rapat-rapat, tergantung pada pemakainya.

Untuk memahami makna maka diperlukan pemahaman mengenai konteks

kapan, dimana dan dalam keadaan apa serta kepada atau oleh siapa kata

tersebut dipakai. (Raharjo, 2006: 39)

Sedangkan E. Sumaryono mengatakan “makna diberikan kepada objek oleh

subjek, sesuai dengan cara pandang subjek. Bagaimana makna itu diperoleh

tergantung dari banyak faktor. Yaitu siapa yang berbicara, keadaan khusus

yang berkaitan dengan waktu, tempat, ataupun situasi yang dapat mewarnai

arti sebuah peristiwa bahasa”. (Sumaryono, 1993: 29-30)

Menurut Blomer (Spradley, 1997:7) dasar interaksionisme simbolik adalah

“makna berbagai hal itu berasal dari, atau muncul dari interaksi sosial seorang

dengan orang lain. Kebudayaan sebagai suatu sistem makna yang dimiliki

bersama, dipelajari, diperbaiki, dipertahankan, dan didefisikan dalam konteks

orang yang berinteraksi.

Page 29: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

13

Sedangkan simbol atau lambang, memiliki pengertian yang berbeda dengan

tanda. Perbedaan itu menurut Agus Cremersdan De Santo Johanes, dijelaskan

sebagai berikut:

Simbol adalah tanda konkret dimana suatu penanda dihadirkan karena

adanya hubungan motivatif dengan penanda aktual . Linguis F Bresson

mengatakan simbol merupakan suatu objek, gerak isyarat atau gambaran

yang menurut hubungan penanda dengan yang ditandakan mengacu pada

suatu objek lain. Berbeda dengan tanda, simbol memiliki hubungan

analogis dengan objek lain itu. Searah dengan definisi linguistis, Levi-

Strauss membatasi simbol sebagai ekuivalen signikatif dari hal yang

ditandakan, dan yang berasal dari tingkatan realitas lain daripada

ditandakan itu. (Herusatoto, 2001: 154)

Maka menurut pendapat di atas, perbedaan antara lambang atau simbol

dengan tanda adalah makna yang di dalamnya. Simbol-simbol memiliki

keterkatitan analogis dengan konsep yang dibawanya. Sedangkan tanda lebih

merujuk pada wujud lahiriah yang dapat diamati, yang tidak memiliki

keterkaitan dengan konsep yang ditunjukkan oleh keberadaan tanda tersebut.

Untuk mempertegas konsep makna sebagai apa yang dibawa oleh simbol,

adalah dengan mengacu pada pendapat Clifford Geerzt yang mendefinisikan

konsep makna dalam istilah budaya mengacu kepada apa yang dibawa oleh

budaya. Budaya itu sendiri merupakan simbol-simbol yang harus ditafsirkan

maknanya. (Geerzt, 2000: 17)Jadi dapat disimpulkan bahwa makna adalah

hasil penafsiran atau intepretasi yang erat hubunganya dengan suatu hal atau

benda yang relatif bagi penafsiran. Dalam penelitian ini akan mengungkapkan

makna simbol dari perlengkapan upacara mangupa patobang anak.

3. Konsep Upacara Mangupa Patobang Anak

3.1 Pengertian

“Upacara tradisional adalah kegiatan sosial yang melibatkan seluruh warga

masyarakat, demi tercapainya keselamatan bersama. Manusia sebagai

makhluk sosial cenderung memiliki sifat ingin selalu bekerja sama. Hal

tersebut didorong oleh sifat alamiah manusia untuk melestarikan hidupnya”.

(Depdikbud, 1985: 1)

Page 30: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

14

Upacara mangupa adalah proses upacara adat yang dilaksanakan di

Tapanuli Selatan yang merupakan ungkapan rasa syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa atas keberhasilan yang diperoleh, dilindungi

dari bahaya dan untuk mengembalikan tondi ke badan agar kembali

sehat. Tondi adalah bagian roh yang bersemayam di dalam jasmani

manusia. Apabila tondi meninggalkan badan maka orang itu akan

jatuh sakit. Agar tondi tetap tenang, tegar dan kuat dalam badan, maka

diadakanlah upacara mangupa. (Simanjuntak, 2007: 1)

“Mangupa yaitu upacara adat dengan menyampaikan pesan-pesan adat dan

petunjuk kepada kedua pengantin bayo pangoli dan boru na di oli. Biasanya

mangupa dapat diartikan sebagai ungkapan kegembiraan atas sesuatu yang

telah terwujud.” (Pane, 2013 : 63)

“Upacara mangupa patobang anak adalah salah satu jenis upacara mangupa

yang dilaksanakan pada upacara pernikahan. Upacara ini dilaksanakan di

kediaman pihak pengantin laki-laki. Secara harfiah kata mangupa berarti

memberi. Kata patobang anak berasal dari kata tobang yang berarti tua.

Patobang anak berarti menuakan anak. Artinya mengantarkan anak menuju

kehidupan seseorang dewasa dengan segala tanggung jawab baru.”

(Sarimanaon Harahap, wawancara dengan tokoh adat , 10 Maret 2016:

19.00)

Upacara ini selain untuk mengungkapkan rasa syukur terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, upacara ini juga ditujukan untuk memberikan nasihat-nasihat

pernikahan kepada kedua mempelai. Serta dilakukan pemberian gelar adat

kepada kedua mempelai yang menandakan bahwa ia sudah wajib ikut dalam

kegiatan-kegiatan adat.

3.2 Tata Cara

Setelah selesai upacara akad nikah maka upacara yang akan diselenggarakan di

rumah mempelai laki-laki yaitu: martahi ulu ni tot (musyawarah suami-

istri dengan kerabat dekat (markahanggi) yang akan menikahkan

anak); martahi sahuta (musyawarah orang tua mempelai laki-laki dengan

orang-orang sekampung); martahi godang (musyawarah orang tua mempelai

laki-laki dengan kerabat dekat (markahanggi) juga dengan orang-orang

sekampung).

Pada martahi godang (musyawarah besar) dirancang kapan mangalo-alo

mora (menyambut kedatangan pihak keluarga mempelai perempuan). Pada

malam hari horja boru dimulai dengan maralok-alok. Siang harinya dimulai

dengan upacara manaekkon gondang, dengan membuka galanggang. Pada

malam harinya di rumah suhut diselenggarakan pokat harajaon untuk pasahat

karejo. Pesta pernikahan disebut Horja pabuat boru yang telah ditentukan

Page 31: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

15

keluarga pihak laki-laki dan keluarga pihak perempuan. Setelah kesepakatan

dicapai, maka kedua belah pihak keluarga mulailah mempersiapkan segala

sesuatu untuk pesta pernikahan untuk melaksanakan horja pabuat boru atau

horja mangalap boru. Kemudian diselenggarakan upacara patuaekkon tu

tapian raya bangunan.

Yang bermakna untuk menghanyutkan segala yang tidak baik dan untuk

meninggalkan segala perilaku remaja karena sudah memasuki masa berumah

tangga.

Pelaksanaan upacara perkawinan adat menurut Pandapotan Nasution

(2005: 270-413) ada beberapa alur yang harus dilakukan yaitu:

A. Acara di rumah Boru Na Ni Oli (pabuat boru) seperti:

1.) manyapai boru,

2.) mangaririt boru,

3.) padamos hata,

4.) patobang hata.

B. Manulak sere;

C. Mangalehen mangan pamunan;

D. Acara pernikahan.

E. Horja Haroan Boru seperti:

1) marpokat haroan boru,

2) Mangalo-alo boru,

3) pataon raja-raja dan koum sisolkot,

4) panaek gondang,

5) Seremonial upacara adat seperti:

a. Membawa pengantin ke Tapian Raya Bangunan,

b. Mangalehen Gorar (menabalkan gelar adat),

c. Mangupa.

Sejalan dengan itu proses upacara perkawinan di kenal dengan istilah horja

patobang anak dan pabagas boru, peristiwa perkawinan disebut dengan

Page 32: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

16

haroan boru, horja boru dengan alur upacara perkawinan adat seperti: 1)

Mangkobar boru, 2) Mangampar ruji, 3) horja pabuat boru, 4) manaekkon

gondang, 5) marosong- osong, 6) Maralok-alok,7) Manortor, 8) Manyambol

horbo pangupa, 9) Patuaekkon, dan 10) Mangupa. (Harahap, 1993: 259-396)

Upacara adat mangupa patobang anak masuk dalam proses upacara

perkawinan adat secara umum. Memiliki sebutan lain yaitu horja haroan

boru. Prosesinya yaitu: marpokat haroan boru yang disebut juga dengan

martahi, Mangalo-alo boru, pataon raja-raja dan koum sisolkot yang

disebut juga dengan mandokkoni , panaek gondang, membawa pengantin

ke tapian raya bangunan, mangalehen gorar (menabalkan gelar adat),

mangupa. (Sarimanaon Harahap, wawancara dengan tokoh adat , 10

Maret 2016: 19.00)

3.3 Perlengkapan dan Makna

Beranjak dari upacara adat tepian raya bangunan, maka kedua

mempelai diupa-upa dengan berbagai macam makanan seperti: 4 kaki

kambing, kepala kambing, 3 butir telur ayam, dan dibuat berbentuk

kerucut tempat garam. Lalu ditabur dengan udang dan berbagai macam

sayur-sayuran yang diletakkan di atas anduri (tampah yang terbuat dari

bambu) yang dilapisi oleh 3 bulung ujung (helai daun pisang). Setelah

diberi makan di berilah kata-kata nasihat-nasihat, tuntunan kehidupan

berumah tangga, berkeluarga, dan bermasyarakat. Acara ini disebut

mangupa patidahon godang ni roha (menunjukkan kebesaran hati) tu

anak dohot parumaen. Dalam sidang adat ini kedua mempelai

mendapatkan nasihat-nasihat sebagai bekal hidup menjalankan rumah

tangga yang berbahagia dari seluruh keluarga dan kalangan yang hadir

dalam sidang adat mangupa itu. (Pane, 2013 : 63)

Adapun macam-macam tingkatan menurut Pandapotan Nasution (2005:174-

181) pangupa yaitu:

1. Telur ayam (pira manuk)

Pangupa yang paling sederhana yang terdiri dari telur ayam dan nasi,

garam, ikan, udang, sayur daun ubi, dan air putih untuk diminum. Dan

yang hadir biasanya hanya satu rumah, kalau ada orang luar pun hanya

orang yang membawa upa-upa.

2. Ayam (pangupa manuk)

Page 33: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

17

Ayam yang akan disajikan dipanggang utuh tanpa dipotong-potong. Tiga

butir ayam yang direbus, ikan garing, nasi putih dan garam. Yang hadir

adalah anggota keluarga dan kaum kerabat lainnya.

3. Kambing (pangupa hambeng)

Acara ini dilakukan dengan acara yang benar-benar resmi. Adapun

bagian-bagian tubuh kambing yaitu kepala kambing, kaki depan kanan,

kaki kiri belakang, ekor sedikit dagingnya, hati, jantung dan serta isi

perut. Yang hadir adalah tentunya lebih lengkap dan ditambah dengan

namora natoras serta raja pamusuk.

4. Kerbau (pangupa horbo)

Pangupa yang paling tinggi dan biasanya pangupa yang dilakukan pada

acara-acara yang diadakan raja-raja dan keturunannya.

Bahan-bahan yang disediakan untuk pangupa horbo sama dengan yang diatas,

yaitu:

a. Nasi putih adalah nasi yang dilambangkan sebagai lambang perencanaan dan

tanda-tanda keikhlasan hati dalam segala hal. Untuk sampai keatas piring nasi

memerlukan proses panjang dan kerja keras yang mulai dari menabur bibit,

mencangkul, menanam, menyiangi, sampai kepada panen, menumbuk padi

menjadi beras, dan menanak beras menjadi nasi. Sedangkan warna putih

melambangkan keikhlasan.

b. Telur ayam. Telur sebagai lambang doa untuk memohon agar jiwa dan raga

bersatu padu, tetap selamat dan sehat.

c. Garam (sira) garam melambangkan kekuatan. Garam sangat dibutuhkan

manusia. Demikian juga yang diupa upa diharapkan tetap dibutuhkan dan

bermanfaat kepada orang lain.

Page 34: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

18

d. Air putih melambangkan keikhlasan karena di dalam melakukan sesuatu

haruslah dengan hati yang bersih dan ikhlas.

e. Ikan melambangkan dinamika dan persatuan. Ikan upa-upa terdiri dari dua

ekor melambangkan suami istri sebagai ikan. Yang selalu sama-sama ke hulu

dan ke hilir.

f. Udang melambangkan sebagai strategi kehidupan. Gerakan maju mundur

adalah karakter udang.

g. Daun ubi yang diikat lembar demi lembar. Daun ubi melambangkan sebagai

umur yang panjang dan bermanfaat.

h. Kepala kerbau. Pangupa yang paling besar adalah kerbau. Pangupa kepala

kerbau ini dihadapkan ke muka pengantin dalam keadaan utuh.

i. Namun, untuk pada saat ini sudah tidak digunakan. Setelah masuknya agam

Islam yang mana bertentangan dengan agama islam. Istilah adat yang

menyatakan hombar do adat dohot ibadat yang artinya adat dan ibadah tidak

dapat dipisahkan. Adat tidak boleh bertentangan dengan agama islam, jika

bertentangan dalam pelaksanaanya, maka adat itu dikesampingkan. Maka

kepala kerbau harus dihapuskan. (Pane, 2013 : 64)

Tempat pangupa, kepala kerbau diletakkan diatas induri. Setelah dialasi dengan

bulung-bulung ujung tiga helai sebagai lambang dalihan na tolu. Sedangkan

bahan-bahan lainnya telah dimasak disusun diatas piring besar. Induri adalah

lambang kemasyarakatan yang melambangkan pembeda antara yang benar dan

salah. Setelah acara adat pangupa ini selesai, maka pada malam harinya

dilanjutkan dengan acara mongoloi na loja yaitu meladeni yang bekerja selama

adat perkawinan itu berlangsung.serta suhut mengucapkan terimakasih kepada

kerabat yang selama ini membantu di dalam pelaksanaan horja godang. (Pane,

2013 : 65)

Page 35: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

19

B. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang, diketahui bahwa rendahnya pemahaman masyarakat

Batak Angkola mengenai makna simbol perlengkapan dalam upacara mangupa

patobang anak. Hal ini mungkin saja disebabkan karena keadaan dimana

masyarakat Batak Angkola yang hidup di perantauan. Meski masih melaksanakan

upacara yang berkaitan dengan adat istiadat, namun tidak dilakukan sama seperti

upacara yang dilakukan di daerah asalnya.

Maka dari itu peneliti ingin meneliti permasalahan mengenai bagaimana

pelaksanaan upacara adat mangupa patobang anak yang dilaksanakan di Tulang

Bawang Barat, serta makna simbol yang terkandung dalam perlengkapan pada

pelaksanaan upacara mangupa patobang anak yang ada di Tulang Bawang Barat.

Dalam sebuah upacara adat, pastilah memiliki tata cara pelaksanaanya serta

memiliki perlengkapan-perlengkapan yang dijadikan syarat. Dari perlengkapan-

perlengkapan yang ada memiliki makna masing-masing, serta memiliki nilai dan

tujuan yang baik. Langkah awal yang akan peneliti lakukan adalah melakukan

pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi atau

pengamatan mengenai pelaksanaan upacara adat mangupa patobang anak. Selain

observasi juga dilakukan pendokumentasian. Yaitu mengumpulkan data mengenai

masalah yang diteliti. Data-data merupakan dokumen seperti surat-surat, foto-foto

dan dokumen lain yang sejenis.

Selain itu juga, peneliti akan melakukan wawancara mendalam kepada informan

yang telah ditentukan, yaitu tokoh adat dan masyarakat yang mengerti mengenai

masalah yang sedang diteliti yaitu makna simbol upacara mangupa patobang

anak. Penentuan informan yang akan diwawancarai ini menggunakan teknik

snowballing. Seperti halnya bola salju, peneliti akan mengikuti kemana arah bola

menggelinding. Artinya peneliti akan menyudahi wawancara jika informasi yang

didapat telah lengkap dan terjadi data jenuh. Setelah data terkumpul, maka

dilakukan interpretasi terhadap hasil data yang didapat. Tahap terakhir yaitu

melakukan penulisan sehingga menjadi hasil penelitian ilmiah yang baik.

Page 36: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

20

C. Paradigma

Keterangan :

: Garis Makna

: Garis penjabaran

Pelaksanaan Upacara Mangupa

Patobang Anak

Makna

Tata Cara Perlengkapan

Page 37: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

21

REFERENSI

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka

Cipta. Hal 146

Soerjono Soekanto. 2012. Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali. Hal150

Ibid. Hal 151

Mudjia Raharjo 2006. Dasar –dasar Hermeneutika: antara Intensionalisme dan

Gadamerian. Yogyakarta: Ar-ruzz media.Hal 39

E. Sumaryono. 1993 Hermeneutika sebuah metode filsafat. Yogyakarta:

Kanisius. Hal 29-30

Budiono Herusatoto. 2001. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta:

Hanindita. Hal 154

Clifford Geertz. 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. Hal 17

Skripsi: Asri Annisyah Simanjuntak..2007. Perkawinan Etnis Angkola di

Desa Sibangkua Tapanuli Selatan. Medan: Unimed. Hal 1

Skripsi: Mahyar Sopyan Pane.2013. Analisis Fungsi dan Struktur Musikal

Gordang Sambilan dalam Upacara Adat Perkawinan Mandailing di Kota

Medan. Medan: USU. Hal 63

Wawancara: Sarimanaon Harahap. 10 Maret 2016: 19.00

Ibid.

Op.Cit. Mahyar Sopyan Pane. Hal 64-65

Page 38: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

22

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metodologi penelitian adalah serangkaian hukum, aturan, dan tata cara

tertentu yang diatur dan ditentukan berdasarkan kaidah ilmiah dalam

menyelenggarakan suatu penelitian dalam koridor keilmuan tertentu yang

hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. (Herdiansyah, 2010: 17)

Penelitian ini menggunakan metode hermeneutik. Hermeneutika adalah salah

satu model dalam penelitian kualitatif. Untuk memperjelas seperti apa metode

hermeneutika itu, berikut peneliti menuliskan beberapa konsep mengenai

hermeneutika.

Menurut Smith dalam Sutopo, “hermeneutik mengarah pada penafsiran

ekspresi penuh makna dan dilakukan dengan sengaja oleh manusia. Artinya,

kita melakukan intepretasi atas intepretasi yang telah dilakukan oleh pribadi

atau kelompok manusia terhadap situasi mereka sendiri”. (Sutopo, 2006: 28)

Menurut Sumaryono, “hermeneutika merupakan proses mengubah situasi

ketidaktahuan menjadi mengerti”. (Sumaryono, 2013: 24).

Page 39: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

23

Menurut Imam Chanafie “hermeneutika bertujuan menghilangkan misteri

yang terdapat dalam sebuah simbol dengan cara membuka selubung daya-

daya yang belum diketahui dan tersembunyi dalam simbol-simbol tersebut”.

(Chanafie, 1999:38)

Sedangkan menurut Fakhrudin Faiz, “hermeneutika sebagai metode atau cara

untuk menafsirkan simbol berupa teks atau sesuatu yang diperlakukan sebagai

teks untuk dicari arti dan maknanya, dimana metode ini mensyaratkan adanya

kemampuan untuk menafsirkan masa lampau yang tidak dialami, kemudian

dibawa ke masa sekarang” . (Geertz, 1992: 29)

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

metode hermenutik adalah salah satu model dalam penelitian kualitatif, dalam

penelitian ini akan digunakan untuk menafsirkan simbol yang terdapat pada

seni, aksi, dan tulisan manusia agar bisa diartikan untuk dicari maknanya.

Dalam penelitian ini yaitu mengkaji makna yang terkandung dalam upacara

mangupa patobang anak.

B. Lokasi Penelitian

“Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh

Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga

elemen yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang

berinteraksi secara sinergis. (Sugiyono, 2012: 215)

Lokasi penelitian adalah di Kabupaten Tulang Bawang Barat, khususnya

Kecamatan Tulang Bawang Tengah dan Kecamatan Tumijajar.

Page 40: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

24

Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan tertentu (purposive). Karena suku Batak

Angkola banyak berdomisili di tempat ini. Selain itu, masyarakat di dua

kecamatan ini tergabung dalam suatu komunitas. Jumlah anggota komunitas

Batak Angkola ini yaitu 99 KK.

Menurut Suwardi Endraswara, sampel adalah salah satu cara pembatasan

(penyempitan) wilayah yang akan digarap. Sampel dalam penelitian ini adalah

masyarakat yang mengerti dan memahami tentang makna dan tradisi upacara

mangupa patobang anak.

C. Variabel penelitian

Sutrisno Hadi dalam Suharsimi Arikunto mendefinisikan bahwa variabel sebagai

gejala yang bervariasi, misalnya jenis kelamin. Gejala adalah objek penelitian,

sehingga variabel adalah objek variabel yang bervariasi (Arikunto, 2010: 159)

“Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian, sering juga disebut

sebagai variabel penelitian yang merupakan hal-hal yang menjadi objek penelitian,

yang ditatap dalam suatu kegiatan penelitian, yang menunjukkan variasi, baik secara

kuantitatif maupun kualitatif “. (Arikunto, 2006:10).

Menurut Suryabrata istilah variabel dapat diartikan segala sesuatu yang akan

menjadi objek pengamatan penelitian.

Sering pula dinyatakan variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor yang

berperanan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti (Suryabrata, 2012: 25)

Page 41: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

25

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa variabel adalah

objek penelitian yang bervariasi baik faktor-faktor yang berperanan maupun

gejala yang akan diteliti.

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel tunggal. Dengan

fokus penelitian yaitu upacara mangupa patobang anak pada masyarakat Batak

Angkola di Tulang Bawang Barat.

D. Definisi Operasional Variabel

“Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variabel atau konsep dengan cara memberikan arti atau dengan menspesifikasikan

kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur

variabel tertentu”. (Nasir, 1988: 152)

Sedangkan menurut Suryabrata definisi operasional variabel adalah definisi yang

diambil berdasarkan sifat-sifat atau hal yang didefinisikan. (Suryabrata, 1983: 83)

Dari pendapat di atas, maka diperoleh sebuah pemahaman bahwa yang dimaksud

dengan definisi operasional variabel adalah definisi yang memberikan arti lebih

spesifik tentang variabel yang diteliti, agar variabel yang kita amati bisa di ukur

dengan jelas.

Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan definisi operasional variabel pada

upacara adat mangupa patobang anak pada masyarakat Batak Angkola di Tulang

Bawang Barat.

Page 42: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

26

E. Informan

Dalam melakukan penelitian, peneliti membutuhkan data yang akan diolah

yaitu berupa informasi-informasi. Seseorang yang menjadi sumber informasi

disebut dengan informan.

Informan-informan kunci yakni responden yang mempunyai

pengetahuan yang jauh lebih luas mengenai masalah yang ingin diteliti

daripada responden lain. Informan kunci berguna untuk memperoleh

informasi yang lebih mendalam yang tidak diketahui oleh orang lain

maupun untuk memperoleh perspektif yang tepat mengenai kejadian-

kejadian tertentu. (Suryabrata, 2006: 115)

Dalam memilih informan, peneliti menggunakan teknik snowballing. Yaitu

dari informan kunci, peneliti mencari subyek-subyek lain secara terus

menerus sampai peneliti merasa telah memiliki informasi yang cukup.

Dengan demikian, tidak dapat ditentukan berapa banyak subyek yang akan

dijadikan informan. Informan hendaknya memiliki beberapa kriteria,

Diantaranya:

Orang yang telah sering mengikuti pelaksanaan upacara mangupa

patobang anak

Memiliki kesediaan dan waktu yang cukup

Tokoh masyarakat dan tokoh adat

Memiliki pengetahuan yang luas tentang obyek yang diteliti.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian, seorang peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data diantaranya:

Page 43: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

27

1. Teknik Wawancara Mendalam

Menurut Sugiyono dalam Andi Prastowo, wawancara adalah pertemuan

dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.“Wawancara atau

metode interview mencakup cara yang dipergunakan seseorang untuk

tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau

pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap

berhadapan”. (Koentjaraningrat, 1973:162)

Adapun wawancara mendalam secara umum adalah sebuah

proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan

informan atau orang yang diwawancarai , dengan atau tanpa

menggunakan pedoman wawancara, yaitu pewawancara dan

informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama

(Bungin dalam Prastowo, 2010:159). Ketelibatan yang relatif

lama inilah yang menjadi karakter unik dari wawancara

mendalam. (Prastowo, 2011: 212)

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa wawancara

mendalam adalah bertemunya dua orang untuk bertukar informasi melalui

proses tanya jawab. Pada penelitian ini peneliti akan melakukan

wawancara kepada informan yang telah ditentukan yang mengerti

mengenai masalah yang sedang diteliti.

2. Teknik Observasi

“Observasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan jalan

mengamati, meneliti atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung”

(Kusmayadi, 2000:84).

Page 44: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

28

Sedangkan menurut Ronny Hanitijo Soemitro dalam P. Joko Subagyo

“observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis

mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian

dilakukan pencatatan” (Subagyo, 2011: 63)

Selain itu, Abdurrahmat Fathoni berpendapat bahwa “observasi adalah

teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan, disertai dengan

pencatatan tentang apa yang terjadi (keadaan atau prilaku) objek yang

diteliti “(Fathoni, 2011: 104)

Dari penjelasan diatas, maka observasi yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah suatu kegiatan pengamatan yang dilakukan dengan sengaja guna

mendapatkan informasi yang mendalam mengenai upacara adat mangupa

patobang anak.

3. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah teknik untuk melengkapi data dalam rangka

analisa masalah yang sedang diteliti. Informasi dari dokumen-dokumen

yang ada hubungannya dengan objek yang dipelajari.

Menurut Jonatahan Sarwono

Kajian dokumen merupakan sarana pembantu peneliti dalam

mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat-

surat, pengumuman, ikhtisar rapat, pernyataan tertulis kebijakan

tertentu, dan bahan-bahan tulisan lainya. Peneliti dengan

mempelajari dokumen-dokumen tersebut dapat mengenal budaya

dan nilai-nilai yang dianut oleh objek yang diteliti. (Sarwono,

2006: 225)

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data mengenai upacara

mangupa patobang anak melalui surat-surat, pengumuman dan bahan-

bahan tulisan lainya.

Page 45: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

29

G. Teknik Analisis data

“Analisis data merupakan tahap dalam sebuah penelitian yang memiliki fungsi

sangat penting. Hasil penelitian harus melalui proses analisis data terlebih

dahulu. Agar dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya” (Herdiansyah,

2010: 158)

Cresswell dalam Herdiansyah menyatakan bahwa penelitian

kualitatif adalah suatu proses penelitian ilmiah yang dimaksudkan

untuk memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial

dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang

disajikan, melaporkan pandangan terperinci daripada sumber

informasi, serta dilakukan dalam setting yang alamiah tanpa adanya

intervensi apapun dari peneliti.

Cresswell juga mengemukakan pendapat mengenai beberapa poin

penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis data

kualitatif. Antara lain:

1. Analisis data kualitatif dapat dilakukan secara simultan dengan

proses pengumpulan data, interpretasi data, dan penulisan

naratif lainya

2. Pastikan bahwa proses analisis data kualitatif yang telah

dilakukan beradasarkan pada proses reduksi data dan

interpretasi

3. Ubah data reduksi kedalam bentuk matriks

4. Identifikasi prosedur pengodean digunakan untuk mereduksi

informasi ke dalam tema atau kategori yang ada

5. Hasil analisis data yang telah melewati prosedur reduksi yang

telah diubah menjadi bentuk matriks yang telah diberi kode

selanjutnya disesuaikan dengan model kualitatif yang dipilih.

(Herdiansyah, 2010: 8)

Menurut Miles dan Huberman, tahapan-tahapan dalam proses

analisis data kualitatif, meliputi:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh di lapangan kemudian akan dituangkan dalam bentuk

laporan. Selanjutnya adalah proses mengubah rekaman data kedalam pola,

kategori dan disusun secara sistematis.

Page 46: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

30

Proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstrakan dan transformasi

data dari lapangan. Proses ini berlangsung selama penelitian berlangsung.

Fungsi dari reduksi data ini adalah untuk menajamkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu dan mengorganisir sehingga interpretasi bisa

dilakukan dengan mudah. Data yang direduksi akan memberikan

gambaran mengenai hasil pengamatan yang mempermudah peneliti dalam

mencari kembali data yang diperoleh jika diperlukan.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah penampilan data sekumpulan data yang memberi

kemungkinan untuk menarik kesimpulan dari pengambilan tindakan.

Bentuk penyajiannya antara lain dengan cara memasukkan data ke dalam

sejumlah matrik, grafik dan bagan yang diinginkan atau bisa juga hanya

dalam bentuk naratif saja.

3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi

Setelah data direduksi, akan dimasukkan kedalam bentuk bagan, matrik,

dan grafik, maka tindak lanjut peneliti adalah mencari konfigurasi yang

mungkin menjelaskan alur sebab akibat dan sebagainya. Kesimpulan harus

senantiasa diuji selama penelitian berlangsung.

Page 47: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

31

REFERENSI

Haris Herdiansyah. 2010. Metodologi penelitian kualitatif. Jakarta: Salemba

Humanika. Hal 17

HB Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif dasar Teori dan terapanya

dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Hal 28

E. Sumaryono. 1993 Hermeneutika sebuah metode filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Hal 24

Clifford Geertz. 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. Hal 29

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R n D. Bandung:

Alfabeta. Hal 215

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hal.159

Sumadi Suryabrata. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Hal 25

Muhammad Nasir. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal

152

Sumadi Suryabrata. 1985. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali. Hal 83

Ibid. Hal 115

Andi Prastowo.2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Prespektif Rancangan

Penelitian.Yogyakarta: Arruzz Media. Hal 212

Joko P Subagyo. 2011. Metode penelitian dalam teori dan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta. Hal 63

Abdurrahmat Fathoni. 2011. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan

Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 104

Jonathan Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 225

Op.Cit. Haris Herdiansyah. Hal 158

Page 48: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan data hasil penelitian, maka dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Masyarakat batak angkola di Tulang Bawang Barat masih tetap

melaksanakan upacara adat mangupa patobang anak di tengah-tengah

heterogenitas masyarakat yang ada di Tulang Bawang Barat.

2. Pelaksanaan upacara adat mangupa patobang anak di Tulang Bawang

Barat disesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar.

3. Penyesuaian tersebut tidak mengubah makna dari upacara itu sendiri.

B. SARAN

1. Hendaknya masyarakat tetap melaksanakan upacara adat mangupa

patobang anak sebagai identitas dan melestarikan adat istiadat sebagai

kearifan lokal.

2. Bagi generasi muda, disarankan melakukan penelitian-penelitian

bertemakan budaya bangsa. Sebagai inspirasi dan menambah kecintaan

kita terhadap budaya di Indonesia.

Page 49: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik

Jakarta: PT. Rineka Cipta

Barth, F. 1998. Kelompok Etnis dan Batasannya. Jakarta: UI Press

Depdikbud. 1978. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Sumatera

Utara. Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud. 1985. Upacara Tradisional yang Berkaitan dengan Peristiwa Alam

dan Kepercayaan daerah Sumatera Utara. Jakarta: Depdikbud.

Fathoni, Abdurrahmat. 2011. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan

Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta

Geertz, Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius

Haloei Radam, Noerid. 2001. Religi Orang Bukit. Yogyakarta: Semesta

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi penelitian kualitatif. Jakarta: Salemba

Humanika

Herusatoto, Budiono. 2001. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta:

Hanindita

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nasir. Muhammad. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Prespektif Rancangan

Penelitian.Yogyakarta: Arruzz Media.

Raharjo, Mudjia 2006. Dasar –dasar Hermeneutika:antara Intensionalisme dan

Gadamerian. Yogyakarta: Ar-ruzz media. Hal 39

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Sianipar, Bagarna 2013. Horas, dari Batak untuk Indonesia. Jakarta: Rumah

Indonesia.

Page 50: Oleh: SARIAH HARAHAP - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/21852/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDI TULANG BAWANG BARAT (ANALISIS MAKNA SIMBOL) (Skripsi) Oleh: SARIAH HARAHAP

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali

Sri Nuryani, Endang , dkk. 2007. Mengenal Kebudayaan Suku-Suku Bangsa

Indonesia. Bandung: Angkasa.

Subagyo, Joko P. 2011. Metode penelitian dalam teori dan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif dan R n D. Bandung:

Alfabeta

Sumaryono, E. 1993. Hermeneutika sebuah metode filsafat. Yogyakarta:

Kanisius.

Suryabrata, Sumadi. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Sutopo, HB. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif dasar Teori dan terapanya

dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Syani, Abdul. 2007. Sosiologi skematika, teori dan terapan. Jakarta: Cendana

Press

Sumber Lain

Wawancara:

1. Ali Kaspar Pakpahan, S.Ag, wawancara dengan tokoh masyarakat, 16 Juni

2015: 17.00)

2. Mahir Harahap, wawancara dengan tokoh adat, 10 Juni 2015: 19.00

3. Sarimanaon Harahap, wawancara dengan tokoh adat, 03 Juni 2015: 19.00

4. Muhammad Hakim Pasaribu, wawancara dengan tokoh adat, 15 Juni 2015:

15.00

5. Parsatuan Harahap, wawancara dengan tokoh adat, 10 Oktober 2015: 16:00

6. Masriana Siregar, wawancara dengan tokoh adat, 10 Oktober 2015: 20:00

Sumber Skripsi:

Skripsi: Asri Annisyah Simanjuntak..2007. Perkawinan Etnis Angkola di Desa

Sibangkua Tapanuli Selatan. Medan: Unimed.

Skripsi: Mahyar Sopyan Pane.2013. Analisis Fungsi dan Struktur Musikal

Gordang Sambilan dalam Upacara Adat Perkawinan Mandailing di Kota Medan.

Medan: USU.