i OLAHRAGA DALAM PERSPEKTIF HADIS SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh Arfan Akbar NIM: 107034001786 PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H. / 2014 M
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
OLAHRAGA DALAM PERSPEKTIF HADIS
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh
Arfan Akbar
NIM: 107034001786
PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1435 H. / 2014 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan gelar strata 1 (S1), di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah penulis
cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
penulis atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 08 Mei 2014
Penulis,
(Arfan Akbar)
iii
OLAHRAGA DALAM PERSPEKTIF HADIS
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh
Arfan Akbar
NIM: 107034001786
Pembimbing
Dr. Bustamin, M. Si
NIP: 196307011998031003
PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1435 H. / 2014 M
iv
v
Abstrak
Olahraga merupakan sebuah budaya dan juga merupakan sebuah
keharusan yang sangat dibutuhkan oleh umat manusia, maka dari itu, skripsi ini
mencoba mengkaji tentang olahraga lebih dalam lagi dilihat dari segi perspektif
hadis dengan secara umum, seperti definisi olahraga, karakteristik olahraga,
manfaat olahraga dan jenis-jenis olaharaga.
Pembahasan skripsi ini lebih ditekankan tentang olahraga yang dianjurkan
Rasulullah Saw, yang mengandung hikmah dan manfaat yang bisa dipetik di
dalamnya seperti berenang, memanah dan berkuda. Ketiganya, mengandung
aspek kesehatan/kekuatan, keterampilan, kecermatan, sportifitas, dan
berkompetisi dan hadis-hadis tentang olahraga yang dibahas dalam skripsi ini,
memakai kajian tematik.
Selanjutnya, penelitian ini difokuskan pada analisis matan hadis yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Abu Daud dan Imam Baihaqi. Hadis tersebut
diriwayatkan secara al-Riwayah bi al-Ma’na dan menjelaskan hadis-hadis yang
berkaitan tentang olahraga tersebut.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allâh SWT, yang menyinari hamba-Nya
dengan cahaya yang terang, dan menjadikan al-Qur’ân dan Hadis sebagai obat
bagi penyakit hati, petunjuk, dan rahmat bagi orang-orang, sehingga dengan
taufîq-Nya penelitian berjudul ”Olahraga dalam Perspektif Hadis” ini, dapat
diselesaikan. Demikian juga, salawat serta salam semoga selalu tercurahkan untuk
Nabi Muhammad Rasulullah saw.
Sebagai karya tulis hamba yang dha’îf, tentunya di dalam penelitian ini
masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, yang kelak ditemukan oleh
mereka yang mau menelaahnya dengan teliti. Segala kesalahan tersebut tak lain
adalah keterbatasan penulis di dalam melakukan penelitian ini.
Penelitian ini merupakan wujud kepedulian dan rasa keingintahuan penulis
terhadap beberapa masalah yang kelihatannya sepele namun penting untuk dikaji
kembali sebagai bentuk pemahaman yang lebih mendalam lagi terkait Olahraga.
Penulis juga menyadari bahwa, penelitian ini tak luput dari jasa lembaga dan
orang-orang tertentu yang telah membantu penulis, baik secara moril maupun
materil. Atas segala bantuan tersebut penulis sampaikan banyak terima kasih;
khususnya kepada:
1. Dr. Bustamin, M.Si, selaku pembimbing yang telah banyak membantu,
membimbing dan mengarahkan penulisan skripsi ini. (Jazâhu Allâh
wanafa’anâ bi ’ulûmihû fi al-dârayn)
vii
2. Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Prof. Dr.
Komaruddin Hidayat (Rektor), Prof. Dr. Masri Mansoer, MA, (Dekan
Fakultas Ushuluddin), Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA (Ketua Jurusan
Tafsir-Hadis), Jauhar Azizy, MA (Sekjur Tafsir-Hadis). (Jazâhumullâh
wanafa’anâ bi ’ulûmihim fi al-dârayn)
3. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, khususnya dosen-
dosen di jurusan Tafsir-Hadis yang telah banyak berbagi ilmu kepada
penulis, sehingga berkat merekalah penulis mendapatkan setetes air dari
samudera ilmu pengetahuan. (Jazâhumullâh wanafa’anâ bi ’ulûmihim)
4. Kedua orang tua, Ayahanda tercinta Husin, S.Pd dan Ibunda tercinta
Dufiyati, S.Pd yang selalu memberi motivasi, bimbingan, pendidikan
dan pengajaran, serta senantiasa mendoakan penulis untuk mencapai
kesuksesan di masa depan. Semoga penulis selalu mendapatkan ridha
mereka, dan dapat berbakti kepada keduanya. (Allâhumma irhamhumâ
wa ihfazhhumâ kamâ rabbayânî saghîran, waballigh maqâsidahumâ
wa thawwil ’umûrahumâ fî thâ’âtik)
5. Drs. H. Harun Rasyid, MA selaku orangtua penulis yang telah mendidik
penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. (Jazâhumullâh
wanafa’anâ bi ’ulûmihim)
6. Segenap sivitas lembaga FORMAL, BEDEBU Fc dan THE JAK Mania
Ciledug Plus. Allahumma waffiqnâ fî kulli khayr.
7. Teman-teman penulis di manapun berada, khususnya sahabat-sahabat,
seluruh mahasiswa Tafsir-Hadis angkatan 2007/2008, khusunya kelas
TH-B, teman-teman seperjuangan, yaitu : Iwong at-Tijani.S.Th.i, Ibad
Dikutip oleh Mohammad Hasan “Olahraga Perspektif Hadis (Studi Ma’ani al-Hadis)”,Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tanggal 14 Januari 2013.
13
Sedangkan dalam permainan yang dicari adalah kepuasan dalam melakukan
kegiatan tersebut.8 Ciri inilah menurut penulis merupakan ciri paling hakiki
dari kegiatan olahraga.
3. Realitas Olahraga
Menurut H.J.S Husdarta dalam buku Sejarah Dan Filsafat Olahraga, yang
dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu, perilaku dalam olahraga sering
digambarkan bukan hanya bersifat artifisial, imaginer, atau hanya ilusi,
sebaliknya olahraga dikatakan sebagai kegiatan yang real dan nyata.
Keterlibatan seseorang dalam olahraga tidak semata-mata terpaku mengikuti
peranan yang telah ditetapan melainkan dia bersama pemain yang lain
memainkan permainan yang real dalam konteks permainan.9 Dengan kata
lain seseorang yang sedang melakukan kegiatan olahraga dituntut untuk
berjuang dengan sungguh-sungguh. Hal ini karena ada tantangan yang harus
dilawan dan diatasi. Seorang atlet baru akan merasa puas jika bisa bermain
lebih baik dari lawannya, hal ini kerana dalam olahraga selalu ada tantangan
yang harus dijawab oleh seorang atlet dengan prestasi yang lebih baik dari
lawannya.
4. Prinsip Prestasi (Kompetisi)
Menurut H.J.S Husdarta dalam buku Sejarah Dan Filsafat Olahraga, yang
dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu, olahraga pada dasarnya tidak selalu
mengacu pada maksud dan tujuan eksternal seperti halnya semua bentuk
permainan. Olahraga juga selalu diwarnai oleh drama dalam setiap
gerakkanya. Karena itu upaya untuk mempertahankan „unsur ketegangan‟
sebagai titik tengah antara kondisi yang membosankan dan tuntunan yang
berlebihan merupakan komponen yang absolut dari cirri dunia olahraga.10
Artinya untuk membedakan olahraga dengan permainan pada umumnya
harus ada satu membedakan olahraga dengan permainan pada umumnya
harus ada satu tujuan tertentu yang ditetapkan setinggi-tingginya yaitu
prestasi yang melebihi pencapaian orang lain sebagai pengakuan bahwa
kegiatan olahraga yang dilakukan tersebut berbeda dengan permainan yang
hanya mengandalkan unsur keberuntungan yang tidak rasional. Pencapaian
prestasi ini akan melibatkan kesulitan tertentu yang menghadang, resiko,
frustasi dan kemungkinan kegagalan. Dengan demikian prinsip prestasi ini
dinyatakan melalui aspek jasmaniah sesuai dengan realitas olahraga dan
olahraga sebagai kegiatan fisik.
5. Dimensi Sosial
Menurut H.J.S Husdarta dalam buku Sejarah Dan Filsafat Olahraga, yang
dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu, olahraga tidak mungkin dilakukan
seorang diri. Hal ini karena dalam olahraga apa prinsip permainan dan
prinsip pestasi. Dengan dua prinsip tersebut akan selalu ada pihak lain yang
harus ditandingi permainan dan prestasinya. Bahkan untuk olahraga yang
8 Dini Rosdiani, Dinamika Olahraga Dan Pengembangan Nilai (Bandung : Alfabeta, 2012)
hal. 78. Dikutip oleh Mohammad Hasan “Olahraga Perspektif Hadis (Studi Ma’ani al-
Hadis)”,Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tanggal 14 Januari 2013. 9 H.J.S. Husdarta,Sejarah Dan Filsafat Olahraga (Bandung : Alfabeta, 2010) hal. 138.
Dikutip dari “Enam manfaat olahraga bagi anak” dalam www.kompas.com diakses pada
28 Mei 2012 jam 15.48 WIB.
18
Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yang dikutip dari
www.kompas.com yaitu olahraga dapat memperbaiki penampilan dan
citra tubuh pun membaik. Dengan olahraga seseorang bisa tampil
lebih menarik dan ini akan memicu kepercayaan diri.21
d. Meningkatkan Suhu Tubuh
Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yang dikutip dari
www.kompas.com yaitu olahraga akan memicu sel darah putih
melepaskan pirogen, protein yang meningkatkan temperature tubuh.
Sensasi rasa hangat ini sudah terbukti meningkatkan endorfin dalam
darah dan mengubah sirkuit di otak, terutama yang mengontrol mood.
Olahraga juga memiliki efek menenangkan seperti halnya saat
berendam air hangat.22
2. Manfaat Kegiatan Olahraga Terhadap Rohani antara lain :
a. Mencegah Pikiran Negatif
Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya saat berolahraga
pikiran-pikiran yang sifatnya merusak alias self-destructive bisa
dialihkan. Menurut Keith Johnsgard, Ph.D. penulis buku Conquering
Depression and Anxiety through Exercise, seperti dikutif di surat
kabar harian kompas pada 11 April 201223
“Olahraga akan membantu
penguasaan diri dan ini sangat penting untuk mencegah perilaku
buruk”. Untuk mendapatkan manfaat ini seseorang bisa memilih jenis
olahraga favorit di masa kecil.
b. Memicu Anti-Depresan Alami
Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yang dikutip dari
www.kompas.com yaitu olahraga mirip dengan kegiatan bersenag-
senang karena aktivitas fisik yang satu ini membuat tubuh memompa
neurotransmiter serotonin yang akan mengembalikan mood. Selain itu
juga kadar dopamin dan neropinephrine, keduanya adalah pemicu rasa
bahagia alami. Berolahraga juga akan membuat tryptophan memasuki
otak. Tryptophan adalah asam amino yang bisa meningkatkan level
serotonin.24
c. Merasa Bahagia
Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya ketika berolahraga,
tubuh melepaskan zat kimia yang dikenal sebagai endorfin yang
21
Prita Daneswari “Cara Olahraga Tingkatkan Kepercayaan Diri Kita” dalam
www.mediaindonesia.com diakses pada 22 Mei 2012 jam 11.58 WIB. Dikutip oleh Mohammad
Hasan “Olahraga Perspektif Hadis (Studi Ma’ani al-Hadis)”,Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Tanggal 14 Januari 2013. 22
Dikutip dari “Mengapa Olahraga Bikin Bahagia” dalam www.kompas.com diakses pada
16 februari 2012 jam 07.35 WIB. 23
Dikutip dari “Mengapa Olahraga Bikin Bahagia” dalam www.kompas.com diakses pada
16 februari 2012 jam 07.35 WIB. 24
Dikutip dari “Mengapa Olahraga Bikin Bahagia” dalam www.kompas.com diakses pada
16 februari 2012 jam 07.35 WIB.
19
mengurangi stres dan membuat seseorang merasa lebih baik secara
psikologis. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan diri.
d. Meningkatkan Perhatian dan Konsentrasi
Menurut Mohammad Hasan dalam skripnya yang dikutip dari
www.mediaindonesia.com yaitu Olahraga juga meningkatkan
perhatian dan konsentrasi yang berarti bahwa seseorang dapat lebih
focus pada pekerjaannya. Dengan begitu, pekerjaan akan merasa jauh
lebih baik.25
3. Manfaat Kegiatan Olahraga Terhadap Social antara lain :
a. Membantu Bersosialisasi
Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yaitu, Apakah itu
bergabung dengan gym, berjalan di taman, mengikuti yoga atau kelas
tari, olahraga member ruang dan kesempatan untuk bertemu orang lain
dan membentuk ikatan. Sosialisasi tentunya akan menambah
kepercayaan diri seseorang.
b. Menjadi Kompotitif
Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yang dikutip dari
www.mediaindonesia.com yaitu Berolahraga mungkin menimbulkan
keinginan untuk menantang diri sendiri atau orang lain. Hal ini
termasuk dari salah satu esensi olahraga yaitu bermain, latihan fisik,
dan kompetisi. Dengan begitu, seseorang akan merasa tertantang dan
bila berhasil dalam kompetisi akan merasa berada di puncak dunia.26
c. Meningkatkan Saling Pengertian dan Hubungan emosional
Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yang dikutip dari
www.mediaindonesia.com yaitu Olahraga akan membuat seseorang
mempunyai watak social, terlepas dari karakter olahraga yang
individu atau olahraga berkelompok. Dengan memiliki kelompoknya,
seseorang bisa memahami adanya perbedaan, persaingan,
persahabatan, kemenangan, dan kekalahan, serta bisa belajar
menyingkapi semua hal yang terjadi pada dirinya.27
4. Manfaat Kegiatan Olahraga bagi Kecerdasan
Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yang dikutip dari
www.mediaindonesia.com yaitu Olahraga bukan hanya melatih otot
tubuh, namun olahraga juga melatih otak. Begitulah hasil riset yang
dilakukan peneliti University of Chicago, Amerika Serikat, seperti
25
Prita Daneswari “Cara Olahraga Tingkatkan Kepercayaan Diri Kita” dalam
www.mediaindonesia.com diakses pada 22 Mei 2012 jam 11.58 WIB. 26
Prita Daneswari “Cara Olahraga Tingkatkan Kepercayaan Diri Kita” dalam
www.mediaindonesia.com diakses pada 22 Mei 2012 jam 11.58 WIB. 27
Dikutip dari “Enam manfaat olahraga bagi anak” dalam www.kompas.com diakses pada
28 Mei 2012 jam 15.48 WIB.
20
diberitakan Sciencedaily.com. Dalam riset tersebut ditemukan bagian
otak yang berkaitan dengan kegiatan merencanakan dan mengawasi
menjadi aktif saat seorang atlet, atau penggemar olahraga mendengarkan
pembicaraan seputar olahraga kegemaran mereka. Penelitian itu juga
membuktikan kegiatan yang nonbahasa, seperti berolahraga atau
menonton pertandingan olahraga, meningkatkan kemampuan otak
seseorang untuk memahami bahasa dalam jalannya olahraga.28
E. Tujuan Olahraga
Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya olahraga pada dasarnya berisi
kegiatan yang berorientasi pada gerak dan pelaksanaannya tergantung pada
tujuan yang ingin dicapai oleh pelakunya. Berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional, tujuannya olahraga dibagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut :
1. Olahraga prestasi (olahraga kompotitif) yang menekankan pada
pencapaian prestasi, kemenangan, atau keunggulan dalam perlombaan
atau pertandingn.
2. Olahraga pendidikan yang menekankan pada pencapaian tujuan
pendidikan.
3. Olahraga profesional yang menekankan pencapaian tujuan yang bersifat
material.
4. Olahraga kesehatan untuk pencapaian drajat sehat yang lebih baik.
Berdasarkan jenis dan tujun olahraga di atas, maka itensitas olahraga itu
sendiri akan sangat ditentukan oleh tujuan apa yang hendak dicapai,
seseorang melakukan olahraga memiliki tujuan seperti untuk
mendapatkan prestasi, kesenangan atau kegembiraan, pendidikan,
pemeliharaan kesehatan, atau sebagai mata pencaharian. Apabila
olahraga tersebut dilakukan secara teratur, terarah, dan terkendali maka
akan memberikan manfaat kepada diri seseorang.
28
Dikutip dari “Manfaat Lain Olahraga” dalam www.mediaindonesia.com diakses pada 24
Mei 2012 jam 20.21 WIB
21
BAB III
HADIS TENTANG OLAHRAGA
A. Hadis Tematik Tentang Olahraga
Olahraga banyak macamnya mulai dari jalan kaki, lari, berenang,
memanah, berkuda, gulat dan lain-lain. Olahraga sangatlah penting apalagi kalau
dilihat dari unsur tujuan dan manfaatnya, dari segi pendidikan anak usia dini atau
balita olahraga memberikan efek positif terhadap anak, seperti penyembuhan
terhadap penyakit dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya olahraga
dalam mewujudkan generasi yang kuat jasmaninya. Sebagaimana Allah
menjelaskan dalam al-Qurân surat Al-Anfaal 8/60 :
Artinya : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja
yang kamu sanggupi…….”(QS. Al-Anfaal : 60)1
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan
Ibnu Numair mereka berdua berkata; telah menceritakan kepada kami
'Abdullah bin Idris dari Rabi'ah bin 'Utsman dari Muhammad bin Yahya
bin Habban dari Al A'raj dari Abu Hurairah dia berkata; "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Orang mukmin kuat lebih disukai
oleh Allah Swt dari pada mukmin yang lemah. Namun begitu, kedua-
duanya sama-sama mempunyai kelebihan. Jagalah agar kamu dalam
1 Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Jumanatul 'Ali -
ART, 2007).
22
keadaan (situasi) yang bermanfaat bagi dirimu dan mohonlah selalu
pertolongan kepada Allah Ta‟ala, dan jangan bosan. Jika engkau
mendapat cobaan, jangan berkata: “seandainya (tadi) aku perbuat begini
dan begitu (tentu tidak akan begini jadinya).” Tetapi ucapkanlah : “Allah
Maha Kuasa berbuat sekehendak-Nya.” Karena kata-kata “law”
(seandainya) member peluang bagi syaetan.” (HR. Muslim).
Banyak sekali hadis yang penulis temukan di dalam kitab al-Kutub al-
Tis‟ah dan kitab-kitab lain, mengenai kata . dan . Penulis meneliti
dari kata terdapat 4 hadis, sedangkan kata terdapat 13 hadis dan dari
kata yaitu ada 7 hadis. Adapun hadis-hadisnya tercantum dalam tabel di
bawah ini:
NO HADIS TEMA HADIS KITAB
1 Berenang Sunan Nasa‟I, Juz
5, hal. 302.
2
Berenang
Musnad Ahmad bin
Hanbal, Juz 1, hal.
78.
2 Ma‟mur Daud, Terjemah Hadis Shahih Muslim. (Malaysia : KLANG BOOK
CENTRE,1995). cet ke-II. jilid IV, No.2287. hal. 244.
23
3
Berenang
Musnad Ahmad bin
Hanbal, Juz 3, hal.
407.
4
Berenang
Musnad Ahmad bin
Hanbal, Juz 5, hal.
250.
5 Memanah Sunan abu Daud,
Juz 2, hal. 320.
6 Memanah
Musnad Ahmad bin
Hanbal, Juz 4, hal.
144.
24
7 Memanah Sunan at-Tirmidzi,
Juz 5, hal. 270.
8 Memanah
Sunan ad-Darimi,
Juz 2, hal. 269.
9 Memanah
Musnad Ahmad bin
Hanbal, Juz 4, hal.
156.
25
10 Memanah Sunan Nasa‟I, Juz
3, hal. 39.
11 Memanah Sunan Nasa‟I, Juz
2, hal. 446.
12 Memanah Sahih Bukhari, Juz
3, hal. 1063.
13 Memanah Sahih Muslim, Juz
6, hal. 52.
26
14 Memanah Sahih Muslim, Juz
6, hal. 52.
15 Memanah
Musnad Ahmad bin
Hanbal, Juz 2, hal.
202.
16 Memanah
Musnad Ahmad bin
Hanbal, Juz 3, hal.
265.
27
17 Memanah
Musnad Ahmad bin
Hanbal, Juz 3, hal.
343.
18
:
.
Berkuda Sunan ibnu Majah,
Juz 2, hal. 940.
28
19 Berkuda Sunan Abu Daud,
Juz 2, hal. 320.
20 Berkuda Sunan Abu Daud,
Juz 4, hal. 114.
21 Berkuda Sunan Ibnu Majah,
Juz 2, hal. 940.
29
22 Berkuda Sunan Tirmidzi, Juz
4, hal. 174.
23 Berkuda Sunan ad-Darimi,
Juz 2, hal. 269.
24 Berkuda
Musnad Ahmad bin
Hanbal, Juz 4, hal.
148.
30
Maka dari itu, timbulah sebuah keharusan untuk menjaga kesehatan
melalui olahraga, sebagaimana hadis berikut :
1. Anjuran untuk Berolahraga
:
Artinya: Memanahlah dan kenderailah olehmu (kuda). Namun, memanah
lebih saya sukaidaripada berkuda. Sesungguhnya setiap hal yang menjadi
permainan seseorang adalah batil kecuali yang memanah dengan
busurnya, mendidik/melatih kudanya dan bersenang-senang dengan
istrinya.(HR.Ibnu Majah).3
. Artinya : “ Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar Ahmad bin
Husain al-Qadli telah mengabarkan kepaada kami Abu Ja‟far Muhammad
bin Ali‟ bin Dahim as-Syaibani saya Ahmad bin Ubaid bin Ishak bin
Mubarrak al-Athar, mengabarkan kepada kami Ayahku, meriwayatkan
kepada kami Qais dari Lais dari Mujahid dari Ibn Umar berkata:
bersabda Rasulullah Saw: ajarilah anak-anak kalian berenang, memanah,
menenun bagi anak perempuan.” (HR Imam al-Baihaqi). 4
Secara umum, isi kandungan (maksud dan makna ) hadis di atas adalah
bentuk dari kontinuitas tradisi bangsa Arab (Arab pra-Islam) yang dinilai tidak
bertentangan dengan agama bahkan menjadi alat pemicu alat dakwah.
3 Al-Hafizh Abi Abdillah Muhammad ibn Yazid Al-Qazwiniy (Al-Qazwiniy), Sunan
Ibnu Mājah, (Beirut : Dar al-Ihya al-Kutub al-„Arabiyah), juz. II, h. 940. 4 Abu Bakar bin Husain al-Baihaqi, Syu‟bal Iman al-Baihaqi, Bab fi Huquqi wal Auladina
wa Ahlina wa Hiya Qiyam, (Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyah, 1989), juz VI, Cet. I, hadis 8664, h.
401.
31
Olahraga yang bersifat ketangkasan telah menjadi tradisi bangsa Arab
adapun jenis olahraga pada waktu itu didominasi dengan kegiatan memanah,
berkuda, dan bermain pedang. Pada waktu itu orang-orang tangguh diperlukan
dalam berperang melawan musuhnya, maka harus memiliki keahlian dan
ketangakasan serta fisik yang kuat, olahraga yang bisa dicapai yaitu dengan
berkuda dan bermain pedang, demikian juga dengan memanah. Barang siapa yang
pandai bermain kuda, bermain pedang, ataupun memanah maka ia dapat direkrut
menjadi pasukan perang.5
Sedangkan maksud Nabi saw menyerukan untuk belajar berenang, untuk
apa? padahal pada waktu itu secara geografis, negara Arab pada saat itu
merupakan dataran yang tandus, kering dan tidak ada sungai yang mengalir. Dari
maksud hadis tersebut dapat dipahami bahwa Nabi sungguh luar biasa, yang
bertujuan sebagai antsipasi terhadap bentuk pendidikan di masa depan, bahwa
maksud anjuran Nabi saw itu pasti relevan dan sesuai dengan konteks kehidupan
zaman.6
Adapun ayat al-Qurân yang menjadi landasannya, sebagai dasar
memperkuat peryataan hadis diatas.
. Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. (Qs.al-
Qashas: 26).7
5 Khamdan, dkk. Studi Hadis: Teori dan Metodologi (kritik terhadap hadis-hadis
pendidikan), (Yogyakarta: Idea Press, 2012). hal.241 6 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hal.13
7 Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Jumanatul 'Ali -
ART, 2007).
32
.
Artinya: “dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja
yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang
(yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan
musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya”...(QS. al-Anfaal: 60).8
Dari beberapa matan hadis di atas, memiliki “ Nilai Pendidikan”, dimana
para ahli dalam bidang pendidikan islam telah membagi dalam tiga term, dari
ketiga term tersebut memiliki kesamaan makna, namun secara esensial memiliki
perbedaan baik secara tekstual maupun secara kontekstual. Yaitu: al-Tarbiyah, al-
Ta‟lim, dan al-ta‟dib.9
Adapun nilai-nilai yang terkandung dari matan hadis di atas:
1. Tanggung jawab pendidikan fisik
Beberapa tanggung jawab yang dianjurkan oleh Islam di pundak para
pendidik diantaranya tanggung jawab pendidikan fisik, agar anak-anak
mampu tumbuh dewasa dengan kondisi fisik yang kuat, sehat,
semangat dan selamat, sehingga siap untuk menjalani tugasnya
sebagai khalifah di bumi.
2. Kewajiban memberi nafkah kepada keluarga dan anak
Kewajiban orang tua salah satunya adalah memberi nafkah kepada
keluarga dan anak-anak, baik dari segi makanan, pakaian, tempat
8 Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Jumanatul 'Ali -
ART, 2007). 9 Khamdan, dkk. Studi Hadis: Teori dan Metodologi (kritik terhadap hadis-hadis
pendidikan), (Yogyakarta: Idea Press, 2012). hal. 243.
33
tinggal dan memberikan pendidikan yang cukup sebagai bekal di masa
depan, maupun memberikan life skill (keterampilan ). Karena semua
itu akan berpengaruh pada pola pendidikan jasmani.
3. Membiasakan untuk berolahraga
Melaksanakan perintah Allah, maka Islam menyerukan agar
mempelajari renang dan memanah, sesuai hadis diatas dan Qs. Al-
Anfal:60.
4. Adanya kekuatan mental dan jasmani
Olahraga merupakan sikap, perilaku, akhlak, aqidah, logika pendidkan
dan inisiatif, di dalamnya tidak semata-mata menggerakan otot saja.
Melainkan ada kekuatan mental yang berkembang dan masih banyak
lagi, selain untuk kesehatan jasmani itu sendiri.10
Olahraga Renang, sebuah olahraga yang dilaksankan untuk melatih
pernafasan dan melatih kekuatan-kekuatan baik tangan maupun kaki, yang akan
menjadikan badan sehat dan bugar. Selain itu dari segi pendidikan, berenang
memberi gambaran bahwa seseorang harus bergerak dalam mengarungi
kehidupan ini, tanpa bergerak seseorang akan mati dan tidak akan mendapatkan
sesuatu apapaun (bekal di dunia dan akhirat).
Olahraga Memanah, adalah suatu usaha untuk menghasilkan suatu sasaran
yang memerlukan kosentrasi penuh dan berkesinambungan, Memanah adalah
simbol dari fokus atau kosentrasi dan istiqomah. Maksudnya, bahwa dalam hidup
ini harus mempunyai tujuan dan sasaran yang jelas, upaya untuk mencapainya
10
Arif Rohman Hakim, S.Ag, Studi Hadis: Teori dan Metodologi, (Yogyakarta: Idea
Press). hal. 245
34
haruslah dilakukan dengan ikhtiar sungguh-sungguh, ikhlas dan fokus
(istiqomah), fokus disini pada proses bukan pada hasil akhir.
Keterampilan Menenun, merupakan salah satu kegiatan kerajian kesenian,
yang membutuhkan kosentrasi, ketelitian dan kesabaran untuk mendapatkan hasil
yang baik. Begitu juga dalam hidup ini, bila ingin mendapatkan hasil yang
maksimal kita harus disiplin dalam segala hal dan sabar.
Pendidikan olahraga pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Dengan adanya
hadis ini, sekarang banyak cabang olahraga dan tidak hanya diperuntukan laki-laki
tetapi perempuan juga.
2. Belajar Olahraga Termasuk Hak Anak atas Orang Tuanya
.
Artinya : Telah meriwayatkan kepada kami Abu al-Qasyim Abdur-Rahman
bin Muhammad al-Siraj, saya Abu Hasan Ahmad bin Muhammad bin
Abdus al-Tharaifi, telah meriwayatkan kepada kami Zaid bin Abdu
Rabbah, telah meriwayatkan kepada kami Baqiyah dari Isa bin Ibrahim,
dari al-Zuhri dari Abi Sulaiman, Maula Abu Rafi‟ dari Abu Rafi‟ berkata:
bertanya kepada Rasulullah: wahai Rasulullah apaah seorang anak
mempunyai hak atas mereka? Rasulullah menjawab: iya. Hak anak-anak
atas orang tuanya, diajarkan menulis, berenang, memanah, dan diberi
sesuatu yang baik-baik.”(HR. Imam al-Baihaqi). 11
11
Abu Bakar bin Husain al-Baihaqi, Syu‟bal Iman al-Baihaqi, Bab fi Huquqi wal
Auladina wa Ahlina wa Hiya Qiyam, (Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyah, 1989), juz VI, Cet. I, hadis
8665, h. 401.
35
Hadis di atas menjelaskan berenang dan memanah termasuk hak anak atas
orang tuanya. Definisi Hak al-walad 'ala al-wâlid adalah sesuatu yang harus
diberikan orang tua terhadap anaknya. Menurut hemat penulis, secara tekstual ada
tiga aspek yang dapat diambil dari hadis Nabi mengenai kewajiban orang tua
dalam mendidik anak yaitu al-kitabah (menulis), al-Sibâhah (berenang) dan al-
Rimâyah (memanah). Tetapi yang akan penulis bahas disini adalah al-Sibâhah
(berenang) dan al-Rimâyah (memanah).
Makna kata as-Sibâhah sama dengan kata as-Sibhu yaitu berenang.12
Menurut penulis, ada dua hal yang bisa dipahami dari kata as-sibâhah. Pertama,
penjelajahan lautan. Bahwa hidup bukan hanya di darat semata, itu adalah hal
yang pasti. Karena itu, pemahaman tentang kelautan sekaligus kaitannya dengan
ilmu pengetahuan tidaklah sedikit. Bahari sebagai dunia (unsur bumi) lain dari
daratan ini memiliki banyak fungsi yang harus dikuak lewat pendidikan. Lahirnya
ilmu kelautan bisa dijadikan contoh tentang pentingnya laut. Dengan kata lain,
pendidikan bukan hanya berlangsung di satu tempat (daratan) saja melainkan
harus mampu menyebrangi samudra yang luas. Inilah mengapa dalam hadis lain
Nabi menganjurkan agar mencari ilmu ke negri China.13
Suatu Negara yang
dipisah oleh jarak laut yang sangat luas. Karena itu, memaknai "berenang" bukan
hanya mengajar terapung di air tapi bagaimana seorang anak mempunyai
keinginan untuk menyebrangi lautan sehingga menemukan kekuasaan Allah yang
tak terhingga ini.
12
Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwîr versi Indonesia-arab, (Surabaya :
Pustaka Progressif, 2007), cet I, hal. 603. 13
Hadis mengenai "Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri cina", menganjurkan untuk
menuntut ilmu, dimanapun ilmu itu berada, sekalipun harus menyeberangi lautan. (Para 'ulama'
mengatakan hadis ini tidak shohih). sebagai contoh, perjalanan Nabi Musa „Alaihissalam untuk
menemui Nabi Khidhir „Alaihissalam dalam rangka menuntut ilmu yang disebutkan oleh Allah
dalam Surat al-Kahfi. Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya. (Bandung : Al-
Jumanatul 'Ali -ART, 2007). hal.300.
36
Kedua, kemampuan mengambil hikmah. Dalam banyak literatur tasawuf
disebutkan syari'at adalah perahu. Maka menyelam menemukan hakekat (ma'rifat)
merupakan kelanjutan jalan menuju Allah (thariqah dan bahkan hakikat). Jalan-
jalan ini bisa ditemukan dengan kecerdasan mencari hikmah di balik dunia ini.
Kontemplasi atau 'uzlah dari kehidupan duniawi untuk mencari kesempurnaan
hidup akhirati kemudian menjadi sangat penting.
Dalam hadis yang lain dijelaskan tentang keutamaan menuntut ilmu yaitu
hadis yang telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah bahwa Nabi
telah bersabda :
.
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At Tamimi
dan Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Al 'Ala Al Hamdani -
dan lafadh ini milik Yahya- dia berkata; telah mengabarkan kepada kami,
dan berkata yang lainnya, telah menceritakan kepada kami Abu
Mu'awiyah dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: “Barang
siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan
jalan ke surga baginya”. (HR. Muslim). 14
Hemat penulis, makna "Surga" disini dapat diartikan dengan bermacam-
macam makna, yaitu dapat diartikan sebagai kebahagiaan, ketenangan (al-
sakinah), ketentraman dan rahmah baik didunia maupun diakhirat nanti. Dengan
berlandas tumpu pada pemahaman ini, maka anak didik harus diarahkan pada
pertanggung jawabannya kelak di akhirat. Sehingga ilmu yang didapat bukan
14
Imam abi Husain Muslim ibnu al-Hajjaj al-Qusyairi an-Nisaburi, Muhtashor Shahih
Muslim (Bairut : al-Maktabatul Islami, 1987), hlm. 498.
37
menggantung di atas teori-teori tapi juga mendarat dalam dunia praktek prilaku
sehari-hari.
Kata Ar-Rimâyah merupakan bentuk masdar dari kata ramay yang artinya
melemparkan (memanah).15
Sedangkan antara Berenang dan memanah
merupakan suatu tempat yang berlawanan. Berenang merupakan suatu tempat
yang identik dengan lautan, sedangkan memanah merupakan tempat yang berada
di daratan. Namun dua tempat tersebut tidak bisa dipisahkan mengingat unsur
tempat yang kita diami ini mengandung unsur daratan dan lautan. Disamping
perintah Nabi Muhammad saw untuk memberikan pelajaran tentang "berenang",
dalam hadis itu juga dianjurkan untuk memberikan keterampilan memanah (al
rimâyah). Secara substantif kata ini juga tidak bisa hanya berhenti pada memanah
an sich tapi bisa meluas pada ranah cita-cita masa depan ataupun ketrampilan.
Untuk menumbuhkan minat belajar, anak harus diberikan gambaran tentang
kehidupan masa depan.
Diakui atau tidak, cita-cita akan memotivasi anak untuk terus mengejar
apa yang akan dicapai. Tujuan hidup yang layak baik di dunia maupun di akhirat
harus mampu dibidik oleh anak sejak dini. Sehingga arah dan orientasi hidupnya
mulai terbayang. Pendidikan semacam ini begitu sangat penting mengingat
sampai saat ini pendidikan hanya berupa pengulangan bahasa dan kata bukan
menumbuhkan ide. Berani untuk bercita-cita merupakan petunjuk awal bagi
cerahnya masa depan anak.
Hal inilah yang perlu dikembang suburkan dalam diri anak. Maka
membiarkan anak hanyut dalam retorika dan transfer ide merupakan penindasan
15
Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwîr versi Indonesia-arab, (Surabaya :
Pustaka Progressif, 2007), cet I, hal. 536.
38
terselubung atas nama pendidikan. Sebaliknya, membiarkan anak didik melesat
bagai anak panah menuju masa depan yang dicita-citakannya harus terus
dikembangkan. Atau dengan kata lain, tidak boleh ada pembelengguan potensi
dari orang tua lebih-lebih dari guru terhadap anak. Karena dalam hadis lain Nabi
bersabda bahwa anak diciptakan pada suatu zaman yang sangat mungkin berbeda
jauh dengan zaman yang ditemui oleh orang tuanya.16
Ia akan terus berjalan
seiring dengan berputarnya waktu dan perjalanan zaman melewati berbagai
tikungan dan rintangan yang berbeda pula.
Al-Qurân al-Karim, dalam mengarahkan pendidikannya kepada manusia
dengan memandang, menghadapi dan memperlakukan makhluk tersebut sejalan
dengan unsur penciptaannya : jasmani, akal dan jiwa. Atau, dengan kata lain,
"mengarahkannya menjadi manusia seutuhnya serta untuk mencapai rasa aman,
ada sekian banyak sikap yang dituntut oleh agama dari pemeluknya.17
Menurut
Prof. Mubyarto, seperti yang dikutip oleh Quraish shihab ada lima hal pokok
untuk mencapai hal tersebut :
1. Kebutuhan dasar setiap masyarakat harus terpenuhi,
2. Manusia terjamin dalam mencari nafkah,
3. Manusia bebas untuk memilih bagaimana untuk mewujudkan
hidupnya sesuai dengan cita-citanya.
4. Ada kemungkinan untuk mengembangkan bakat-bakat dan
kemampuannya.
16
Adnan Hasan Shalih Baharits, Mendidik Anak Laki-laki, (Jakarta : Gema Insani, 2007),
hlm. 232. 17
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qurân : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung : Mizan. 1994) hal. 175.
39
5. Partisipasi dalam kehidupan sosial politik, sehinga seseorang tidak
semata-mata menjadi obyek penetu orang lain.18
Untuk itu orang tua harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada anak-
anaknya serta bagaimana metode yang telah dituntunkan oleh junjungan umat ini.
Seorang pendidik, baik orang tua maupun guru hendaknya mengetahui betapa
besarnya tanggung-jawab mereka di hadapan Allah terhadap pendidikan putra-
putrinya. Semakin baik interaksi manusia dengan manusia, dan interaksi manusia
dengan Tuhan, serta interaksinya dengan alam, pasti semakin banyak yang dapat
dimanfaatkan dari alam raya ini.19
3. Olahraga Bukan Merupakan Perbuatan Yang Sia-sia
.
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Manshur, telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb, telah mengabarkan
kepadaku 'Amr bin Al Harits dari Abu Ali Tsumamah bin Syufi Al
Hamdani, bahwa ia mendengar Uqbah ibn Amir berkata: Saya
mendengar Rasulullah SAW. bersabda ketika beliau sedang berada di
atas mimbar: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa
saja yang kamu sanggupi. Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu
adalah memanah! Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah
memanah! Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah
memanah!” (HR. Abu Daud). 20
18
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qurân : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung : Mizan. 1994) hal. 162. 19
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qurân : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung : Mizan. 1994) hal. 161. 20
Abu Daud Sulaiman Ibn al-Asy‟ats al-Sajatsani al-Ardi, Sunan Abu Daud, (Kairo: Dar
al-Hadits,1988). Juz . hal.
40
.
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah;
telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun; telah memberitakan
kepada kami Hisyam bin Ad Dastuwa`i dari Yahya bin Abu Katsir dari
Abu Sallam dari Abdullah bin Azraq dari Uqbah bin Amir Al Juhani dari
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah
akan memasukkan tiga orang ke dalam surga dengan satu anak panah;
pertama; pembuatnya, yang mana ia membuatnya dengan berharap
kebaikan, kedua; yang membidikkannya, dan ketiga; yang
membentangkannya". Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:,memanahlah dan kenderailah olehmu (kuda). Namun, memanah
lebih saya sukaidaripada berkuda. Sesungguhnya setiap hal yang menjadi
permainan seseorang adalah batil kecuali yang memanah dengan
busurnya, mendidik/melatih kudanya dan bersenang-senang dengan
istrinya, sungguh semuanya adalah hak. (HR. Ibnu Majah).
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari „Uqbah bin
„Amir al-Juhani, Rasulullah saw bersabda :
21
Al-Hafizh Abi Abdillah Muhammad ibn Yazid Al-Qazwiniy (Al-Qazwiniy), Sunan
Ibnu Mājah, (Beirut : Dar al-Ihya al-Kutub al-„Arabiyah), juz. II, h. 940.
41
.
Artinya : “Telah meriwayatkan kepada kami Musa bin Harun,
meriwayatkan kepada kami Ishaq bin Rahawiyah, di dalam sanad yang
lain telah menceritakan kepada Ja‟far bin Muhammad al-Faryabi, dan
telah menceritakan kepada kami Abu al-Asbaghi Abdul Aziz bin Yahya al-
Harani, keduanya berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin Salamah bin Abdul Rahim, dan dari Abdul Wahab bin Bakhat, dari
Atha‟ bin Abu Rabah berkata: saya melihat Jabir bin Abdullah dan Jabir
bin Umair al-Anshari latihan memanah, lalu salah seorang diantara
mereka merasa jenuh lalu temannya berkata engkau itu malas: Aku
pernah mendengar Rasulullah bersabda: setiap sesuatu yang bukan
merupakan dzikir kepada Allah adalah permainan dan kelalaian,kecuali
empat perkara yaitu: “seorang laki-laki berjalan diantara dua sasaran
(untuk memanah), seseorang yang melatih kudanya, belaian seorang
suami terhadap istrinya, mengajar/belajar berenang.”(HR. Imam at-
Thabrani). 22
Hadis di atas menjelaskan bahwa berenang, memanah dan berkuda bukan
perbuatan yang sia-sia, menurut ahli fiqih yang namanya belajar apapun
bentuknya tidak akan sia-sia sampai mempelajari ilmu-ilmu yang lain sekalipun.
Hal yang sia-sia adalah menyia-nyiakan waktu luang sebagaimana sabda
Nabi :
Artinya : “Akan datang waktu yang lima sebelum yang lima : waktu
hidupmu sebelum waktu matimu, waktu luangmu sebelum waktu sempitmu,
waktu kayamu sebelum waktu miskinmu, waktu mudamu sebelum waktu
tuamu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu,” (Muttafaq „Alaih)23
22
Sulaiman bin Ahmad bin Ayub Abu al-Qasyim at-Thabrani, Al-Mu‟jam al-Kabir fi Bab
Jim, (al-Maushul: Maktabah al-Ulum wal Hikam, 1983), Juz II, h. 193. 23
Muhyiddin Abi Zakaria Yahya, Riyadu al-Shalihin, 1997, cet. ke III, jilid III, hal. 423.
42
Menyia-nyiakan waktu dengan unsur melalaikan hak dan kewajiban
kepada sang khaliq menurut Ahli fiqih hal tersebut yang dilarang, bahkan
diharamkan keberadaannya. Akan tetapi hal lain yang dapat berguna baik untuk
manusia itu sendiri juga orang lain, contohnya olahraga menurut ahli fiqih
sangatlah dianjurkan bahkan diwajibkan keberadaannya.24
Olahraga sangatlah
berguna bagi kesehatan diri sendiri, juga orang lain. Dalam hal ini, menolong
sesama manusia dalam unsur sosial kemasyarakatan yang di junjungnya dalam
keadaan terdesak seperti bencana alam dan lain-lain.
B. Asbab al-Wurud al-Hadis
Dalam memahami suatu hadis, tidak cukup hanya melihat teks hadisnya
saja, khususnya ketika hadis itu mempunyai Asbâb alWurûd, melainkan kita harus
melihat konteksnya. Untuk menggali pesan moral dari suatu hadis, perlu
memperhatikan konteks historisnya, kepada siapa hadis itu disampaikan Nabi
SAW, dalam kondisi sosial kulturalnya Nabi SAW waktu menyampaikan.25
Supaya tidak keliru dalam pemahaman suatu hadis harus memperhatikan konteks
historisnya. Sangat penting Asbâb al-Wurûd itu dalam memahami suatu hadis agar
tidak keliru dalam memahami suatu hadis.
1. Pengertian Asbâb al-Wurûd.
Secara etimologis Asbâb al-Wurûd merupakan susunan idofah yang berasal
dari kata asbâb dan al-wurûd. Kata asbâb adalah bentuk yang dapat
menghubungkan kepada suatu yang lain. Atau penyebab terjadinya sesuatu.
Sedangkan kata al-Wurûd merupakan isim masdar (kata benda abstrak) dari
24
Yusuf Al-Qardhawi, Pandangan-Pandangan Hukum Islam, (Bandung: Mizan Press,
1999), cet.II, hal. 120. 25
Said Agil Husain Munawar, Abdul Mustaqin, Asbabul Wurud (studi kritis hadis nabi
pendekatan sosio-historis-kontekstual). (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), cet. I, hal. 5-6.
43
warada, yaridu, wurudan yang berarti datang atau sampai. Dengan demikian
Asbâb al-Wurûd adalah datangnya sesuatu, maka sebab-sebab atau latar belakang
munculnya suatu hadis.26
Menurut pendapat Hasbi Ash-Shiddiqe, bahwa Asbâb al-Wurûd adalah
ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi SAW menurunkan sabdabya dan masa-
masa Nabi SAW menuturkanya.27
2. Fungsi dan Tujuan Asbâb al-Wurûd
Asbâb al-Wurûd al-Hadis mempunyai fungsi lain untuk memahami ajaran
islam secara komperhensif. Asbab al-wurud dapat juga membantu kita mana yang
datang terlebih dahulu diantara dua hadis yang bertentangan.
Adapun urgensi dan signifikasi Asbâb al-Wurûd menurut imam al-suyuti
antara lain untuk :
a. Membatasi pengertian hadis yang masih mutlak.
b. Menentukan adanya takhsis yang bersifat umum. Yaitu menentukan
kekhususan suatu hadis yang bersifat umum, dengan memperhatikan
konteks asbab al-wurud.
c. Mentafsil (merinci) hadis yang bersifat global.
d. Menentukan ada dan tidaknya naskh mansukh dalam suatu hadis.
e. Menjelaskan 'illat (sebab-sebab) ditetapkannya hukum.
f. Menjelaskan maksud suatu hadis yang masih musykil (sulit dipahami). 28
26
Said Agil Husain Munawar, Abdul Mustaqin, Asbabul Wurud (studi kritis hadis nabi