Page 1
1
UJI SITOTOKSISITAS CAMPURAN EKSTRAK Pandanus conoideus Lamb.
VARIETAS BUAH KUNING DAN ASAM LAURAT DARI VCO TERHADAP
SEL KANKER PAYUDARA T47D SECARA IN VITRO
IN VITRO CYTOTOXICITY TEST ON BREAST CANCER CELL LINE T47D
USING COMBINATION OF EXTRACT Pandanus conoideus Lamb. YELLOW
VARIETY AND LAURIC ACID FROM VCO
Okid Parama Astirin, Estu Retnaningtyas N., dan Auronita Puspa Pratiwi
Departement of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Sebelas Maret University, Surakarta.
ABSTRACT
Investigation on cell line T47D using extract Pandanus conoideus red variety
showed the extract could reactivate p53 mutation. This effect was expected caused
by interaction of �-tocopherol dan �-carotene which it’s contain (Astirin and
Budiani, 2007). Pandanus conoideus yellow variety has known containing
tocopherol higher than red variety (Budi and Paimin, 2005). Other investigation
showed LC50 P.conoideus yellow variety extract was at concentration 0,25µl/ml
(Pratiwi, unpublished). Wibowo et al (2007), showed that lauric acid from VCO
has cytotoxic activity on cell line T47D, MCF7, HT29, Raji, and HeLa. The aim of
this investigation has examined potentiation effect of cytotoxicity and
antiproliferative activity of combination of P.conoideus yellow variety extract and
lauric acid from VCO, and found effective concentration in proliferative inhibition
on breast cancer cell line T47D
This investigation included cytotoxicity and doubling time tested by direct
counting method. In cytotoxicity test, the cells had incubated for 24hr in RPMI
1640 media after added combination of yellow variety extract and lauric acid from
VCO in six group i. e control group and six concentration of lauric acid (0,1µl/ml,
0,05µl/ml, 0,025µl/ml, 0,0125µl/ml and 0,00625µl/ml) combined 0,25µl/ml
P.conoideus. Proliferatif inhibition activity has known by doubling time test for
72hr. Cell amount counted at 0, 24, 48, and 72hr.
Investigation resulted LC50 of combination of P.conoideus yellow variety
extract and lauric acid from VCO was in 0,25µl/ml P.conoideus and 0,0125µl/ml
lauric acid. Effective concentration on doubling time test was found in 0,125µl/ml
P.conoideus and 0,00625µl/ml lauric acid. The investigation also showed hat the
combination has sinergistic effect in cytotoxic and inhibition than using
P.conoideus yellow variety extract and lauric acid alone.
Keywords: P.conoideus yellow variety, Lauric acid, cytotoxicity, cell line T47D
Page 2
2
PENDAHULUAN
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker
di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar, kanker
lambung dan kanker hati (Harianto, 2005). Dari 58 juta kematian di seluruh dunia
dalam tahun 2005, tercatat 7,6 juta (13%) diantaranya disebabkan oleh kanker.
Salah satu kanker yang umum dijumpai adalah kanker payudara yang
menyebabkan sekitar 502.000 kematian tiap tahunnya (WHO, 2006). Berdasarkan
data Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2002,
kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan
(insidens rate 38 per 100.000 perempuan), kasus baru yang ditemukan sebesar
22,7% dengan jumlah kematian 14% per tahun dari seluruh kanker pada
perempuan di dunia (Komunitas Kesehatan, 2008). Menurut Tjindarbumi dan
Mangunkusumo (2002), di Indonesia penderita kanker payudara merupakan kasus
terbanyak kedua (12,10%) setelah kanker leher rahim (19,18%).
Kanker terjadi akibat kegagalan dalam koordinasi fungsi gen yang
diperlukan dalam proses proliferasi dan diferensiasi sel (merupakan penyakit
genetik) (Robbins, 1999). Pengendalian pertumbuhan sel tidak lepas dari adanya
gen tumor suppressor, yang salah satunya dikenal dengan nama p53. Ketika terjadi
kerusakan DNA sebelum terjadinya proses replikasi, maka dilakukan perbaikan,
apabila proses gagal protein p53 akan menginduksi terjadinya apoptosis (Alberts,
et al., 2002).
Sampai saat ini pengobatan kanker yang efektif dan efisien belum
ditemukan (Sugiyanto et al., 2003). Secara klinis, efektivitas obat anti kanker yang
ada saat ini belum memuaskan disebabkan oleh selektivitas yang rendah (Katzung,
2001). Salah satu pengobatan utama kanker saat ini adalah melalui kemoterapi.
Penemuan dan penggunaan kemoterapi menunjang hasil yang bagus, tetapi
toksisitas dan efek sampingnya sangat besar (Meiyanto et al., 2005).
Penelitian pada cell line T47D menggunakan Pandanus conoideus varietas
buah merah ternyata mampu mereaktivasi p53 termutasi (Astirin dan Budiani,
2007). P.conoideus varietas buah kuning diketahui memiliki kandungan tokoferol,
Page 3
3
yang merupakan antioksidan, lebih tinggi daripada buah merah (Budi cit Astirin
2008). Penelitian Gysin et al. (2002) menunjukkan kemampuan �-tokoferol dalam
penghambatan pertumbuhan sebesar 50% pada sel kanker prostat DU-145, 48%
pada kanker prostat LNCaP, dan 50% pada sel kanker kolon adenokarsinoma
(CaCo-2). Penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa resiko kanker lebih
rendah pada orang yang mengkonsumsi sayur dan buah yang banyak mengandung
karotenoid dan orang yang memiliki kadar �-karoten tinggi dalam serum darahnya
(Mayne, et al., 1996).
Penggunaan virgin coconut oil (VCO) sebagai pengobatan alternatif diduga
karena terdapat asam laurat pada minyak tersebut yang dapat mengurangi resiko
aterosklerosis dan resiko kanker serta penyakit degeneratif lainnya, mendukung
sistem kekebalan tubuh, mencegah osteoporosis dan mengontrol diabetes (Timoti,
2005). Penelitian yang telah dilakukan oleh Wibowo, et al (2007) menunjukkan
bahwa asam laurat memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker T47D, MCF7,
HT29, Raji, dan HeLa.
Berdasarkan pendekatan empiris, ekstrak P.conoideus varietas buah kuning
dan asam laurat dari VCO dipercaya berpotensi sebagai antikanker pada manusia.
Namun potensi antikanker campuran kedua bahan obat tradisional ini belum
pernah diteliti. Perlunya diadakan uji sitotoksisitas terhadap campuran bahan obat
ini didasari antara lain oleh kecenderungan masyarakat mencampur berbagai
ekstrak tanaman tradisional sebagai komponen jamu yang diminum sehari – hari.
Hasil penelitian lain mengenai sitotoksisitas campuran P.conoideus dengan agen
antikanker sarang semut terhadap sel kanker payudara, justru menunjukkan
aktivitas antagonistik. Oleh karena itu, diperlukan informasi apakah penggunaan
campuran ekstrak P.conoideus varietas buah kuning dengan asam laurat dari VCO
ini memberikan efek potensiasi atau antagonis dalam uji sitotoksisitas, khususnya
dalam kaitannya untuk pengembangan obat antikanker.
Page 4
4
BAHAN DAN METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak P.conoideus varietas
buah kuning, Asam Laurat dari VCO, kultur sel kanker T47D, Media RPMI 1640,
Aquadest, alkohol 70% HCl, NaOH, Fetal Bovine Serum (FBS), Penicillin/
Streptomycin, Fungizon, Hepes, Natrium bicarbonate, Tryphan blue, dan Tripsin
Metode Penelitian
Uji Sitotoksisitas
Berdasarkan uji pendahuluan yang telah dilakukan, konsentrasi perlakuan
yang digunakan pada uji sitotoksisitas untuk mengetahui nilai konsentrasi LC50 ini
adalah konsentrasi ekstrak buah kuning 2,5.10-1
µl/ml yang dikombinasikan dengan
konsentrasi asam laurat: 1.10-1
µl/ml, 5.10-2
µl/ml, 2,5.10-2
µl/ml, 1,25.10-2
µl/ml, dan
6,25.10-3
µl/ml. Selanjutnya sel diinkubasi selama 24 jam. Pasca perlakuan,
dilakukan pengamatan untuk mengetahui persentase kematian sel dengan metode
direct counting.
Uji Doubling Time
Konsenrasi perlakuan yang digunakan pada uji doubling time ini
konsentrasi dibawah LC50 yang telah diketahui melalui uji sitotoksisitas, yaitu
1,25.10-1�L/ml buah kuning dan 6,25.10
-3�L/ml asam laurat, 6,25.10
-2�L/ml buah
kuning dan 3,125.10-3�L/ml asam laurat serta konsentrasi 3,125.10
-2�L/ml buah
kuning dan 1,5625.10-3�L/ml asam laurat. Selanjutnya sel diinkubasi selama 72
jam. Penghitungan jumlah sel dilakukan pada jam ke-0, 24, 48, dan 72 dengan
metode direct counting.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada semua fase penelitian ini digunakan metode direct counting untuk
mengetahui jumlah sel dengan bantuan menggunakan hemositometer dan tryphan
blue sebagai counterstain. Metode ini dipilih karena senyawa uji yang digunakan
berwarna sehingga menimbulkan bias jika menggunakan ELISA reader yang
Page 5
5
berprinsip absorbansi. Sel yang mati akan terpulas biru karena tryphan blue
berikatan dengan protein intraseluler pada sel yang bocor akibat permeabilitas
membran sel terganggu (Rode et al., 2004), sedangkan sel hidup masih memiliki
membran sel yang utuh sehingga tryphan blue tidak dapat masuk ke dalam sel dan
sel tampak transparan sebagaimana ditunjukkan (Gambar 1).
Gambar 1. Sel T47D setelah penambahan tryphan blue. Sel yang hidup tampak
transparan (1) dan sel yang mati terpulas biru oleh tryphan blue (2)
Sel – sel kultur melepas suatu protein matriks ekstraseluler sehingga
menyebabkan sel – sel tersebut menempel satu sama lain dan menempel pada dasar
microplate (Freshney, 2000). Untuk memudahkan pengamatan dan perhitungan
diberikan tripsin ke dalam sumuran sel yang bertujuan melepas sel – sel dari dasar
microplate. Sel – sel yang telah terlepas dari dasar microplate akan tampak
berbentuk bulat – bulat, seperti terlihat pada Gambar 2.
a b
Gambar 2. Sel sebelum ditambahkan tripsin (a), sel setelah penambahan tripsin (b).
Keterangan: 1a. sel hidup (berbentuk seperti daun), 2a. sel mati
(berbentuk bulat), 1b. Sel hidup (tampak bercahaya), 2b. Sel mati
(berbentuk bulat tidak bercahaya)
2a2b
1a
1b
1
2
Page 6
6
Uji Sitotoksisitas
Target tahap ini adalah mendapatkan nilai LC50 dari campuran tersebut.
Hasil perhitungan setelah perlakuan uji sitotoksisitas tampak sebagaimana data
dalam Tabel 1. Dari data jumlah sel hidup dan sel mati hasil perhitungan, dapat
diketahui persentase kematian sel yang menunjukkan nilai LC50 (Tabel 2).
Tabel 1. Jumlah sel hasil uji sitotoksisitas campuran ekstrak P. conoideus Lamb.
varietas buah kuning dan asam laurat dari VCO terhadap sel kanker
payudara T47D (inkubasi 24 jam) Konsentrasi (µl/ml) Ulangan I Ulangan II Ulangan III
BK AL Hidup Mati Hidup Mati Hidup Mati
2,5.10-1
1,00.10-1
- 2,05.104 - 2,05.10
4 - 2,05.10
4
2,5.10-1
5,00.10-2
0,60.104 1,55.10
4 0,55.10
4 1,60.10
4 0,60.10
4 1,60.10
4
2,5.10-1
2,50.10-2
0,95.104 1,35.10
4 0,90.10
4 1,35.10
4 0,90.10
4 1,35.10
4
2,5.10-1
1,25.10-2
1,20.104 1,20.10
4 1,20.10
4 1,20.10
4 1,20.10
4 1,20.10
4
2,5.10-1
6,25.10-3
1,60.104 1,00.10
4 1,65.10
4 1,00.10
4 1,65.10
4 1,00.10
4
kontrol 3,70.104 - 3,70.10
4 - 3,70.10
4 -
Keterangan : BK= buah kuning, AL= asam laurat
Tabel 2. Nilai persentase kematian hasil uji sitotoksisitas campuran ekstrak
P.conoideus Lamb. varietas buah kuning dan asam laurat dari VCO
terhadap sel kanker payudara T47D (inkubasi 24 jam) Kelom-
pok
Konsentrasi (µl/ml) Ulangan I Ulangan II Ulangan
III
Rata-Rata ± SD
BK AL
1 2,5.10-1
1,00.10-1
100,00% 100,00% 100,00% 100,00±0,00e
2 2,5.10-1
5,00.10-2
72,09% 74,42% 72,09% 72,87±1,34d
3 2,5.10-1
2,50.10-2
1,31% 40,00% 40,00% 59,56±0,76c
4 2,5.10-1
1,25.10-2
50,00% 50,00% 50,00% 50,00±0,00b
5 2,5.10-1
6,25.10-3
38,46% 37,74% 37,74% 37,98±0,42a
Kontrol 0,00% 0,00% 0,00% 0,00±0,00f
Berdasarkan data Tabel 1 dan Tabel 2 diketahui nilai LC50 campuran
ekstrak P.conoideus Lamb. varietas buah kuning dan asam laurat dari VCO adalah
pada campuran konsentrasi 2,5.10-1
µl/mL buah kuning dan 1,25.10-2
µl/mL asam
laurat. Hal ini menunjukkan bahwa pencampuran kedua bahan tersebut
menunjukkan aktivitas potensiasi toksisitas terhadap cell line T47D karena nilai
konsentrasi asam laurat yang diperlukan dalam campuran untuk menyebabkan 50%
kematian sel lebih rendah daripada nilai LC50 asam laurat secara tunggal, yaitu
2,50.10-2
µl/ml.
Page 7
7
Pada kematian sel terdapat dua kemungkinan, yaitu kematian melalui jalur
apoptosis dan nekrosis. Nekrosis akan terjadi ketika sel atau jaringan terpapar
gangguan akut, seperti tekanan fisik ataupun pemaparan kimia yang cukup
signifikan berpengaruh terhadap sel. Hal ini akan memacu pelepasan enzim lisis
lisosomal seperti protease dan nuklease sehingga sel mengalami lisis dan diikuti
respon inflamasi. Sebaliknya, pada apoptosis terjadi pemotongan internuclesomed
DNA oleh enzim endonuklease sehingga terbentuk fragmen – fragmen. Proses ini
tidak menyebabkan sel kehilangan kandungan internalnya dan tidak menyebabkan
respon inflamasi. Apoptosis terjadi melalui beberapa tahapan, diantaranya
membran sel “blebbing” tapi tidak kehilangan integritasnya, agregasi sel kromatin
dan membran inti, penyusutan sitoplasma, kondensasi inti, diakhiri dengan
fragmentasi sel menjadi badan – badan apoptosis (Padanilam cit Rahmi, 2007).
Diduga penyebab terjadinya kematian sel karena penggunaan campuran ekstrak
buah kuning dan asam laurat adalah melalui proses apoptosis yang disebabkan
reaktivasi p53 termutasi oleh komponen yang terkandung dalam buah kuning
maupun asam laurat. Pemulihan kembali p53 termutasi, sebagaimana terdapat pada
sel T47D, dapat menghilangkan sel tumor dengan mengaktifkan kembali gen p53.
Pengembalian fungsi p53 yang mengalami mutasi berpotensi memicu apoptosis
masal yang dapat mematikan sel tumor secara efektif (Bykov et al., 2002).
Ekstrak buah kuning yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
minyak sehingga dapat langsung menembus membran lipid bilayer pada sel.
Demikian pula asam laurat yang merupakan derivat asam lemak. Asam lemak yang
masuk ke dalam membran inti akan memacu terjadinya lisis sel tumor, tetapi tidak
menimbulkan kerusakan sel normal (Nettleton, 1995). Kerusakan membran plasma
menyebabkan peningkatan kalsium influks melalui kanal ion pada membran
plasma atau dari retikulum endoplasma yang dapat memicu terjadinya apoptosis.
Keadaan ini bisa menyebabkan kerusakan membran mitokondria dan keluarnya
sitokrom c yang akan mengaktivasi procaspase 9 melalui pengikatan Apaf.
Caspase 9 akan mengaktivasi caspase lain yang berperan dalam fase degradasi
pada apoptosis (Purba, 2006, King, 2000). Pelepasan sitokrom c juga difasilitasi
oleh Bax yang terekspresi melalui induksi gen p53 (Meiyanto, et al., 2007).
Page 8
8
kontrol 2,5.10-1
µl/ml BK +1.10-1
µl/ml AL
2,5.10-1
µl/ml BK+5.10-2
µl/ml AL 2,5.10-1
µl/ml BK+2,5.10-2
µl/ml AL
2,5.10-1
µl/ml BK+1,25.10-2
µl/ml AL 2,5.10-1
µl/ml BK+6,25.10-3
µl/ml AL
Gambar 3. Hasil uji sitotoksik campuran ekstrak P. conoideus Lamb. varietas buah
kuning (BK) dan asam laurat (AL) dari VCO.
Keterangan: 1. sel hidup, 2. sel mati, 3. sel yang sedang membelah
Pada gambar hasil uji sitotoksik (Gambar 3) tidak hanya tampak sel yang
hidup dan yang mengalami kematian, namun dapat dilihat pula sel yang sedang
2
2
2
1
1
2
1 1
2
2
1 1
3
3
Page 9
9
mengalami pembelahan. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa semakin
rendah konsentrasi senyawa uji yang diberikan, sel yang mengalami pembelahan
(mitosis) semakin banyak. Hal tersebut berarti pada dosis tersebut selain kurang
toksis bagi cell line, aktivitas antiproliferatifnya pun rendah karena tidak dapat
menghambat cell cycle.
Gambar 4. Grafik hubungan persentase kematian dengan konsentrasi senyawa uji.
Keterangan: nilai konsentrasi diperoleh dari penjumlahan konsentrasi
senyawa uji.
Grafik hubungan konsentrasi terhadap persentase kematian sel (Gambar 4)
juga menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi berbanding lurus terhadap
tingkat kematian sel. Berdasarkan nilai slope persamaan regresi pada grafik
menunjukkan bahwa dalam setiap peningkatan satu unit konsentrasi, terjadi
peningkatan kematian sel sebesar 615,7. Nilai R2 yang mendekati 1 menunjukkan
bahwa peningkatan persentase kematian sangat erat kaitannya dengan peningkatan
konsentrasi larutan uji atau dapat dikatakan bahwa peningkatan persentase
kematian hampir murni disebabkan oleh peningkatan konsentrasi larutan uji. Untuk
mengetahui apakah potensiasi tersebut juga berlaku dalam penghambatan
pertumbuhan sel kanker payudara T47D dilakukan uji penggandaan waktu atau uji
doubling time. Melalui uji ini dapat dilihat bagaimana aktivitas antiproliferasinya.
Page 10
10
Uji Doubling Time
Gambar 5. Grafik rata - rata proliferasi sel T47D setelah perlakuan campuran
ekstrak buah kuning dan asam laurat dari VCO
Keterangan: 0: Kontrol
1: 3,125.10-2
buah kuning + 1,5625.10-3
asam laurat
2: 6,25.10-2
buah kuning + 3,125.10-3
asam laurat
3: 1,25.10-1
buah kuning + 6,25.10-3
asam laurat
Hasil uji menunjukkan adanya penurunan proliferasi sel dari kontrol
dibandingkan kelompok sel yang diberikan perlakuan senyawa uji. Pada Gambar 5
tampak bahwa setelah inkubasi 24 jam jumlah sel kontrol meningkat menjadi dua
kali lipat jumlah semula. Hal yang sama terjadi setelah masa inkubasi 48 jam dan
72 jam. Lain halnya dengan sel yang diberi perlakuan, peningkatan jumlah sel
tidak sebesar yang terjadi pada kontrol. Hal ini menunjukkan senyawa uji memiliki
kemampuan untuk menyebabkan cell cycle arrest sehingga aktivitas proliferasi sel
menurun Berdasarkan gambar tersebut pula dapat dilihat bahwa setelah masa
inkubasi 72 jam jumlah sel meningkat dua kali lipat dari hari sebelumnya untuk
setiap konsentrasi perlakuan, bahkan pada konsentrasi 6,25.10-2�L/ml buah kuning
dan 3,125.10-3�L/ml asam laurat serta konsentrasi 3,125.10
-2�L/ml buah kuning
dan 1,5625.10-3�L/ml asam laurat pola doubling time telah sejak masa inkubasi 48
jam. Fakta ini berarti menunjukkan bahwa efek penghentian (arrest) siklus sel oleh
0
1
2
3
Page 11
11
campuran ekstrak buah kuning dan asam laurat ini bersifat sementara. Menurut
Meiyanto, et al. (2005), efek reversible ini lebih tepat dikatakan sebagai cell cycle
delay atau penghambatan terjadinya siklus sel, sehingga untuk mempertahankan
kondisi arrest, perlu dilakukan penambahan larutan uji yang baru (dose
dependent).
Tabel 3. Persamaan regresi waktu inkubasi terhadap jumlah sel pada uji doubling
time menggunakan campuran ekstrak buah kuning dan asam laurat dari
VCO
Konsentrasi (�L/ml) Persamaan garis
regresi
Nilai
slope
R2 Nilai
doubling
time
Peningkatan
terhadap
kontrol
Kontrol Y=0.012x+4.303 0,012 0.999 24,916 0
3,125.10-2
+1,5625.10-3
Y=0.012x+4.289 0,012 0.998 26,083 1,047 kali
6,25.10-2
+3,125.10-3
Y=0.010x+4.273 0,010 0.992 32,900 1,320 kali
1,25.10-1
+6,25.10-3
Y= 0.008x+4.251 0,008 0.963 43,875 1,761 kali
Dari data pada Tabel 7 tampak bahwa perlakuan campuran ekstrak
P.conoideus Lamb. varietas buah kuning dan asam laurat dari VCO terhadap sel
T47D meningkatkan nilai doubling time. Nilai slope yang semakin tinggi berarti
waktu doubling time semakin singkat. Tampak bahwa semakin tinggi konsentrasi,
nilai slope semakin rendah dan waktu doubling time semakin panjang. Berdasarkan
uji doubling time, diketahui bahwa campuran senyawa ini memiliki aktivitas
antiproliferasi terhadap sel kanker T47D.
Kemampuan buah kuning dalam penghambatan proliferasi sel kanker T47D
diduga karena adanya interaksi antarkomponen yang terkandung di dalamnya,
yaitu �-tokoferol, betakaroten, dan karoten. Diduga senyawa – senyawa yang
berinteraksi tersebut memiliki kemampuan untuk menghambat aktivitas fosforilasi
Rb, sehingga terjadi pengikatan faktor transkripsi E2F dan menyebabkan
terjadinya penghentian siklus sel (cell cycle arrest) pada fase G1/S. Azzi and
Stocker (2000) dan Tasinato (1992) dalam Bradford, et. al. (2003), menyatakan
bahwa �-tokoferol memiliki kemampuan menghambat protein kinase C (PKC)
melalui aktivasi translokasi protein phosphatase 2A ke membran sel. Protein
Page 12
12
kinase ini berperan dalam fosforilasi Rb, sehingga apabila protein kinase C
terhambat aktivitasnya maka fosforilasi Rb tidak terjadi.
Tabel 4. Perbandingan nilai doubling time menggunakan ekstrak P.conoideus
varietas buah kuning dengan nilai doubling time menggunakan asam
laurat
Bahan
uji
Konsentrasi
(�L/ml) Persamaan garis
Nilai
slope R
2
Nilai
doubling
time
Peningkatan
terhadap
kontrol
Ekstrak
buah
kuning
Kontrol Y=0,1988x +0,562 0,1988 0,923 20,322 -
3,125.10-2
Y=0,159X +0,910 0,159 0,929 23,220 1,143 kali
6,25.10-2
Y=0,125X +1,180 0,125 0,944 27,376 1,347 kali
1,25.10-1
Y=0,088X +1,259 0,088 0,899 37,989 1,869 kali
Asam
laurat
Kontrol Y=0,012x+4,303 0,012 0,999 24,920 -
3,125.10-3
Y=0,012x+4,274 0,012 0,907 27,330 1,097 kali
6,25.10-3
y=0,011x+4,253 0,011 0,886 31,730 1,273 kali
1,25.10-2
y=0,008x+4,253 0,008 0,914 43, 630 1,751 kali
(Mentari, unpublished, Pratiwi, unpublished)
Gambar 6. Grafik nilai doubling time ekstrak Pandanus conoideus Lamb. varietas
buah kuning, asam laurat dari VCO serta campurannya
Keterangan: 1: 3,125.10-2
buah kuning + 1,5625.10-3
asam laurat
2: 6,25.10-2
buah kuning + 3,125.10-3
asam laurat
3: 1,25.10-1
buah kuning + 6,25.10-3
asam laurat
Konsentrasi
Page 13
13
Berdasarkan data pada Tabel 3, Tabel 4 serta grafik pada Gambar 6 tampak
bahwa pada konsentrasi paling rendah dari masing – bahan uji menunjukkan
peningkatan nilai doubling time terhadap kontrol. Peningkatan nilai doubling time
terhadap kontrol oleh campuran ekstrak buah kuning dan asam laurat paling rendah
dibandingkan peningkatan oleh komponen penyusunnya secara tunggal walaupun
waktu doubling time-nya lebih panjang daripada ekstrak buah kuning secara
tunggal. Pada konsentrasi menengah, campuran ekstrak buah kuning dan asam
laurat menunjukkan waktu doubling time terpanjang. Pada konsentrasi tertinggi
campuran ekstrak buah kuning dan asam laurat menunjukkan waktu doubling time
terpanjang dan peningkatan nilai doubling time terhadap kontrol yang tertinggi
dibandingkan asam laurat dan ekstrak buah kuning secara tunggal..
Berdasarkan grafik pada Gambar 6 dapat disimpulkan pula bahwa
campuran ekstrak P.conoideus varietas buah kuning dan asam laurat dari VCO
menunjukkan aktivitas potensiasi dalam penghambatan pertumbuhan sel kanker
dibandingkan kemampuan penghambatan penggunaan ekstrak buah kuning dan
asam laurat secara tunggal.
KESIMPULAN
Hasil uji sitotoksisitas dan uji doubling time menunjukkan bahwa
penggunaan campuran ekstrak buah kuning dan asam laurat dari VCO terhadap sel
kanker payudara T47D memberikan efek potensiasi dibandingkan penggunaan
buah kuning dan penggunaan asam laurat secara tunggal. Berdasarkan uji doubling
time, diketahui dosis efektif dalam penghambatan pertumbuhan sel kanker T47D
adalah pada konsentrasi 0,125�L/ml buah kuning dan 0,00625�L/ml asam laurat.
DAFTAR PUSTAKA
Alberts, B., A Johnson, J.Lewis, M.Raff, K.Roberts, et al. 2002. Molecular Biology
of the Cell, 4th Edition. New York: Garland Science
Page 14
14
Astirin O.P dan D. R. Budiani. 2007. Ekspresi p53 pada cell line T47D setelah
pemberian Pandanus conoideus varietas buah merah, Laporan penelitian
Penelitian Dasar, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Budi, I Made dan F. R. Parmin. 2005. Buah Merah. seri Agrisehat. Jakarta:
Penebar Swadaya. hal 20-48
Bradford, A., J. Atkinson, N. Fuller, R.P.Rand. 2003. The Effect of Vitamin E on
The Structure of Membrane Lipid Assemblies. Journal of Lipid Research in
Press. Published on July, 16 as manuscript M300146-JRL200
Bykov, V.J, N.I. Isadova, G. Selivanova, K. G. Wilman. 2001. Mutant p53
Dependent Growth Suppression Distinguishes Prima-1 from Know Anticancer
Drug: A Statictical Analysis of Information in the National Cancer Institutes
Database. Carsinogenesis 23(12): pp2011-2018
Freshney, R.I. 2000. Culture of animal Cells: A manual of Basic Technique p. 220.
Canada: Willey-lies.
Gysin, R., A. Azzi, T. Visarius. 2002. �-Tocopherol Inhibits Human Cancer Cell
Cycle Progression and Cell Proliferation by Down Regulation of Cyclin. The
FASEB Journal 16: 1952 - 1954
Harianto, R.Mutiara, H.Surachmat. 2005. Risiko Penggunaan Pil Kontrasepsi
Kombinasi Terhadap Kejadian Kanker Payudara Pada Reseptor KB di Perjan
RS Dr. Cipto Mangunkusumo. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.1,
April 2005, 84 – 99
Katzung, B.G. 2001. Basic and Clinical Pharmacology. 8th
edition. Philladelphia:
Mc Graw-Hill companies.
King, M.W. 2004. Tumor Suppressor and Cancer, IU School of Medicine. Sergio
Marchesini, p:1-11. [email protected]
Komunitas Kesehatan. 2008. Deteksi Kanker Lehar Rahim dan Kanker Payudara.
www.ruhyana.com/index.php
Meiyanto, E. dan E.P. Septisetyani. 2005. Efek Antiproliferatif dan Apoptosis
Fraksi Fenolik Ekstrak Etanolik Daun Gynura procumbens (Lour.) Merr.
terhadap Sel HeLa. Artocarpus 5(2):74-80
Page 15
15
Meiyanto, E., R.I. Jenie, F. Rahmi, dan E.P. Septisetyani. 2005. Aktivitas
Antikanker Minyak Buah Merah terhadap Sel Kanker Plasma Darah, Sel
Kanker Payudara, dan Sel Kanker Leher Rahim. Laporan Penelitian
Kerjasama UGM dengan Bernard T. Wahyu Wiryanta
Nettleton, J.A. 1995. Omega-3 Fatty Acid and Health. Chapman and Hall,
Thompson Publishing Company: USA
Purba, J.S. 2006. Sinyal Kalsium pada Apoptosis. Makalah Simposium Charming
to Death. Jakarta: Departemen Neurologi RSCM/FKUI.
Rahmi, F. 2007. Aktivitas Sitotoksik, Antiproliferatif dan Induksi Apoptosis
Ekstrak dan Fraksi Biji Pinang (Areca catechu L.) dengan dan tanpa
Kombinasi dengan Doxorubicin terhadap Sel T47D. Tesis. Program
Pascasarjana Fakultas Farmasi UGM
Robbins. 1999. Pathologic Basic of Disease. W.B. London Toronto Montreal
Sydney Tokyo: Sounders Company. Sixth edition. 1093 – 1117.
Rode, H.D., D.Eisel, I.Frost. 2004, Apoptosis, Cell Death dan Cell proliferaton
Manual, 3rd
ed. Roche Applied Science
Sugiyanto, B. Sudarto, E. Meiyanto, A.E. Nugroho, dan U.A. Jenie. 2003.
Aktivitas Karsinogenik Senyawa yang Berasal dari Tumbuhan. Majalah
Farmasi Indonesia 14: 206-255
The Alpha-Tocopherol, Beta Carotene Cancer Prevention Study Group. (1994) The
effect of vitamin E and beta carotene on the incidence of lung cancer and other
cancers in male smokers. N. Engl. J. Med, 330, 1029–1035.
Timothi, Hana. 2005. Aplikasi Teknologi Membran Pada Pembuatan Virgin
Coconut Oil (VCO). Nawapanca Adhiputra. [email protected]
Tjindarbumi, D. dan R.Mangunkusumo. 2002. Cancer in Indonesia, Present and
Future. Jpn J Clin Oncol 32(Supplement 1), S17-S2
Wibowo F.R, O.P. Astirin dan Dyah R Budiani, 2006, Sitotoksisitas buah Merah
(Pandanus conoideus Lam.) terhadap sel kanker, in-press
World Health Organization. 2006. Cancer. http://www.who.int