Top Banner
Hari/tanggal : Kamis/23 April 2010 Waktu : 10.00 – 14.00 WIB OVARIOHISTERECTOMY Kelompok Va: Septi Rubiyani B04061375 Septiani Purwanti H B04062593 Bahtiar Hidayat H B04062864 Khoirun Nisa’ B04063319 Ikrar Trisnaning H.U B04063461
33

OH

Jun 19, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: OH

Hari/tanggal : Kamis/23 April 2010

Waktu : 10.00 – 14.00 WIB

OVARIOHISTERECTOMY

Kelompok Va:

Septi Rubiyani B04061375

Septiani Purwanti H B04062593

Bahtiar Hidayat H B04062864

Khoirun Nisa’ B04063319

Ikrar Trisnaning H.U B04063461

Bagian Bedah dan Radiologi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi

Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor

2009

Page 2: OH

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ovariohisterectomy merupakan tindakan pembedahan untuk pengangkatan

atau pembuangan ovarium dan uterus sekaligus. Operasi ini dilakukan untuk

mensterilkan hewan betina dengan maksud menghilangkan fase estrus atau untuk

terapi penyakit yang terdapat pada uterus, seperti resiko tumor ovarium, serivks,

dan uterus. Selain itu, operasi juga dilakukan untuk memperkecil terjadinya

piometra pada betina yang tidak steril.

Sterilisasi biasanya dilakukan saat hewan berumur masih muda. Pada

kasus pyometra sterilisasi dilakukan sebagai terapi karena ketidakseimbangan

cairan sehingga melalui tindakan bedah ini dapat menyembuhkan penyakit

tersebut.

Ovariohisterectomy dapat dilakukan pada hampir semua fase siklus

reproduksi, tetapi paling baik dilakukan sebelum pubertas dan selama fase

anestrus.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan pelaksanaan opreasi ovariohisterectomi adalah untuk:

Mencegah anak kucing yang tidak diinginkan (menekan populasi kucing).

Mengurangi populasi kucing liar. Kucing liar mempunyai resiko besar

membawa banyak bibit penyakit bagi manusia (rabies, parasit) dan dan bagi

hewan lain (rebies, FIV, FIA, FeLV dan parasit).

Menghindari penyakit genetic dan deformitas congenital. Penyakit-penyakit

yang dapat diwariskan dan yang diduga dapat diwariskan contohnya adalah

polycystic kidney disease (PKD), lysosomal storage disease dan amyloidosis.

Mencegahan atau treatment penyakit ovarium dan uterus. Ovariohysterectomy

pada usia muda pada kucing betina dapat mencegah penyakit ovarium dan

uterus. Penyakit-penyakit tersebut adalah kanker uterus, kanker ovarium,

polycystic ovaries, metritis atau endometritis, mucometra, cystic endometrial

hyperplasia, pyometra, ectopic pregnancy, prolaps uterusdan torsio uterus.

Mencegah atau mengurangi penyakit yang disebabkan olah abnormalitas

hormone (estrogen dan progesterone). Kondisi yang mengindikasikan adanya

kelebihan hormone antara lain adalah: vaginal hyperplasia, mamari neoplasia

Page 3: OH

dan tumor, mammary enlargement, cystic endometrial hyperplasia, pyometra

dan pseudoregnancy. Jika ovariohysterectomy dilakukan setelah estrus

pertama, resiko terjadinya tumor mammary menjadi 8%; jika dilakukan

setelah siklus estrus kedua, resiko terjadinya tumor tersebut meningkat sampai

26%; jika dilakukan setelah 2,5 tahun, ovariohysterectomy bukan merupakan

tindakan pencegahan yang tepat untuk menghindari tumor mammary

(Saunders, 2003).

II. MATERI dan METODE

2.1 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan antara lain alkohol 70 %, iodium tincture 3 %,

xylazin 2 %, Natrium Klorida 0,9%, ketamin 10 %, atropin sulfa, amoxicllin, dan

oxytetracycline. Hewan coba yang digunakan adalah kucing betina.

Alat-alat yang digunakan adalah stetoskop, termometer, scalpel, pinset

anatomis dan syrorgis, jarum, spoit, kain penutup, tampon, tang arteri, towel

clamp, gunting lurus dan bengkok, needle holder, gurita, perban, plester, cat gut

3/0 atau 4/0, pisau cukur, dan peralatan lain yang mendukung operasi.

2.2 Pra Operasi

1. Persiapan ruang operasi

Ruang operasi dibersihkan dari kotoran dengan disapu (dibersihkan

dari debu), kemudian disterilisasi dengan radiasi atau dengan desinfektan

(alkohol 70%).

2. Preparasi alat

Sterilisasi alat-alat bedah

Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan seluruh

mikroba yang terdapat pada alat-alat bedah, agar jaringan yang steril atau

pembuluh darah pada pasien yang akan dibedah tidak terkontaminasi oleh

mikroba pathogen. Peralatan bedah minor yang dipakai dalam operasi

antara lain empat buah towel clamp, dua buah pinset anatomis dan

syrorgis, satu gagang scalpel dan blade untuk menyayat kulit, dua buah

gunting untuk memotong jaringan atau bagian organ lainnya, empat tang

Page 4: OH

arteri lurus anatomis untuk menghentikan pendarahan, dan satu buah

needle holder.

Pembungkusan alat-alat bedah

1. Kain pembungkus dibuka di atas meja, kemudian wadah peralatan

diposisikan di bagian tengah

2. Sisi kain yang dekat dengan tubuh dilipat hingga menutupi

peralatan dan ujung lainnya dilipat mendekati tubuh

3. Sisi bagian kanan dilipat, kemudian bagian kiri

4. Disiapkan kain wadah yang telah dibungkus dengan kain

pembungkus pertama diposisikan kembali di bagian tengah pada

sisi diagonal

5. Sisi bagian kanan dilipat, kemudian bagian kiri

6. Ujung lainnya dilipat mendekati tubuh dan diselipkan untuk

memudahkan pada saat membuka

7. Sterilisasi dengan oven dengan suhu 100°C selama 60 menit.

Penanganan dan penyimpanan alat bedah

1. Peralatan dikeluarkan

2. Peralatan didinginkan dan dikeringkan dalam rak

3. Peralatan ditempatkan dibagian tengah

4. Setelah kering, disimpan dalam tempat yang tidak berair dan

berdebu serta terlindung dari kontaminasi

5. Disimpan dalam ventilasi yang mempunyai sirkulasi udara yang

baik dan terkena cahaya

Pembukaan alat bedah yang sudah steril

1. Kain dibuka dari bagian yang diselipkan

2. Peralatan diletakkan di atas meja

3. Persiapan obat-obatan

Obat-obatan yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut:

- Desinfektan : Alkohol 70%, iodine tinctur

- Preanestesi : Atropin sulfa ( dosis 0,025 mg/kg BB )

- Sedatif : Xylazine ( dosis 2 mg/kg BB )

- Anestetik : Ketamin ( dosis 10-15 mg/kg BB )

Page 5: OH

- Anti pendarahan : Adona, vitamin K ( dosis 1-5 mg/kg BB )

- Cairan infus : NaCl Fisiologis, Ringer laktat

- Antibiotik : Oxytetraciclyne ( dosis 14 mg/kg BB ),

Amoxicillin ( dosis 20 mg/kg BB PO selama 5

hari post operasi ), penicillin.

4. Persiapan perlengkapan operator dan asisten 1

Perlengkapan yang dibutuhkan operator dan asisten 1, yaitu tutup

kepala, masker, sikat tangan (2 buah per orang), handuk kecil, baju

operasi, dan sarung tangan. Perlengkapan-perlengkapan tersebut

disterilisasi dengan urutan tertentu. Baju operasi dilipat sedemikian hingga

bagian yang bersinggungan dengan pasien berada di dalam. Duk dilipat

sedemikian hingga bagian yang bersinggungan langsung dengan

permukaan duk dilipat ke dalam. Baju operasi, duk serta perlengkapan

yang lain kemudian dibungkus dengan dua lapis kain seperti membungkus

peralatan dengan urutan dari bawah, yaitu sarung tangan yang sudah

dibungkus dengan kertas/plastik/alumunium foil, baju operasi yang telah

dilipat, handuk yang telah dilipat, dua sikat yang bersih, masker, dan yang

teratas penutup kepala. Kemudian perlengkapan yang sudah dibungkus

dimasukkan ke dalam autoklaf pada suhu 60ºC selama 15-30 menit.

Pemakaian perlengkapan diawali dengan pembukaan bungkusan.

Perlengkapan yang telah disterilisasi dibuka bungkusnya sebagaimana

pembukaan bungkusan peralatan. Pertama operator dan asisten 1

mengenakan penutup kepala (untuk operator dan asisten 1 berambut

panjang, rambut diikat dan dimasukkan). Kemudian operator dan asisten 1

mengenakan masker. Operator dan asisten 1 mencuci tangan dengan

prosedur yang tepat. Pertama tangan kanan dan kiri dibasahi. Kemudian

disikat dengan sikat yang sudah steril dan sudah diberi sabun dari ujung

jari dan sela-sela jari hingga siku. Kemudian dibilas 10-15 kali,

pembilasan juga dimulai dari ujung jari hingga siku. Setelah mencuci

tangan kanan dan kiri keran ditutup menggunaka siku. Tangan operator

dan asisten 1 dikeringkan dengan handuk. Masing-masing sisi handuk

untuk satu tangan. Operator dan asisten 1 memakai baju operasi, tangan

Page 6: OH

operator dan asisten 1 dimasukkan ke dalam baju yang masih terlipat.

Kemudian dengan dibantu asisten yang steril baju operasi dikancingkan.

Operator dan asisten 1 memakai sarung tangan. Tangan kanan

dimasukkan ke dalam sarung tangan, hala yang harus diperhatikan adalah

hindari tangan menyentuh bagian sarung tangan yang akan bersinggungan

dengan pasien. Dilanjutkan mengenakan sarung tangan di tangan kiri.

Operator dan asisten 1 siap melakukan operasi.

5. Persiapan Hewan

Kucing yang akan dioperasi terlebih dahulu diperiksa kondisi

kesehatannya. Kucing diukur suhu (suhu normal kucing 38-39,2ºC).

Kucing dihitung frekuensi nafas dan frekuensi jantungnya (frekuensi

denyut jantung normal kucing 120-130/menit, frekuensi nafas normal

kucing 20-30/menit). Kucing ditimbang berat badannya. Kucing

diperhatikan limfonodusnya serta mukosanya.

2.3 Operasi

Sebelum operasi, dilakukan pemeriksaan fisik (PE) terlebih dahulu untuk

mengetahui kondisi normal hewan yang akan dioperasi. Hasil pemeriksaan PE

dicatat pada tabel protokol bedah yang dapat dilihat pada lampiran. Setelah itu

hewan diberi premedikasi berupa atropin dengan rute subkutan 10 menit

sebelum diberikan anastesi umum. Selanjutnya anastetikum campuran

xylazine dan ketamine diberikan dengan cara injeksi intramuscular.

Pre medikasi

Atropin sulfas (0,25 mg)

Jumlah pemberian=berat badan× dosis ap likasikandungansediaan

Jumlah pemberian=2,2 kg×0.025

mgkgBB

0.25 mg=0.22 mL

Anastetikum

Selang 15 menit, kucing diberi sediaan anestetikum

Xylazine (2%)

Page 7: OH

Jumlah pemberian=berat badan ×dosis aplikasikandungansediaan

Jumlah pemberian=2,2 kg×2,2

mgkgBB

20 mg=0.24 mL

Ketamin HCl (10%)

Jumlah pemberian=berat badan× dosis aplikasikandungan sediaan

Jumlah pemberian=2,2 kg×15

mgkgBB

100 mg=0.33 mL

Operasi dilakukan setelah hewan teranastesi. Hewan dicukur di daerah

ventral abdomen, setelah hewan diletakkan pada posisi dorsoventral (terlentang)

kemudian daerah sayatan dibersihkan dan didesinfeksi. Sayatan dilakukan pada

garis median abdomen (linea alba) berdasarkan pada ukuran dan besar hewan, jika

uterus membesar atau memanjang maka sayatan lebih diperpanjang. Pada kucing

sayatan sebaiknya dilakukan pada 1/3 bagian medial abdomen karena lebih mudah

mengeluarkan ovarium dibandingkan corpus uterus.

Cornua uterus dikeluarkan (menggunakan spay hook atau jari tangan),

kemudian setelah diangkat akan ditemukan ovarium yang tertahan oleh

ligamentum dan selaput penggantungnya (mesovarium). Kumpulan ligamentum,

pembuluh darah (a.v ovarica) dan mesovarium dan lemak diatas ovarium dijepit

menggunakan klem. Kemudian 1 cm diatas jepitan itu, dijepit lagi menggunakan

klem. Benang silk digunakan sebagai pengikat kumpulan ligamentum,

mesovarium dan pembuluh darah di dorsal jepitan kedua. Pemotongan dilakukan

diantara kedua jepitan klem. Setelah pemotongan sebaiknya satu klem jangan

dilepas sebagai orientasi pengontrolan terjadinya perdarahan atau tidak. Hal yang

sama dilakukan pada ovarium berikutnya.

Pada corpus uterus penjepitan dilakukan di daerah dorsal serviks,

kemudian pembuluh darah (a.v uterina dextra et sinistra) sebaiknya diikat

bersama dengan pengikatan pada corpus uterus di ventral penjepitan yang

pertama, pengikatan dilakukan sebanyak 2-3 kali. Di dorsal penjepitan yang

pertama dilakukan lagi penjepitan menggunakan klem. Pemotongan dilakukan

Page 8: OH

diantara kedua penjepitan tersebut, permukaan bekas sayatan pada corpus uterus

bila perlu dapat dijahit.

Setelah seluruh bagian ovarium dan uterus dapat diambil, dilakukan

penutupan rongga abdomen dan lapisan subkutan serta penutupan kulit. Sebelum

dijahit, diberikan antibiotic penicillin secara topikal. Setelah penjahitan selesai,

diberikan antibiotic oxytetrasiklin dengan perhitungan dosis sebagai berikut:

Oxytetracyclin (20%)

Jumlah pemberian=berat badan× dosis aplikasikandungan sediaan

Jumlah pemberian=2,2 kg×14

mgkgBB

200 mg=0.15 mL

Bekas jahitan dibersihkan dari darah dengan H2O2 sehingga

meminimalisasi terjadinya infeksi oleh bakteri, selanjutnya bekas jahitan

diteteskan povidone iodine dan ditutup dengan kasa dan plester.

Page 9: OH

2.3 Post Operasi

Selama postoperasi dilakukan pemantauan kondisi hewan seperti

temperatur, frekuensi denyut jantung, frekuensi nafas serta kondisi luka. Hasil

pemeriksaan dicatat pada tabel yang terdapat pada lampiran. Antibiotik

amoxicillin diberikan selama sehari 2 kali dengan dosis 25 mg/ kg BB.

Amoxicilin (25 mg/mL, PO)

Jumlah1 x pemberian=berat badan× dosis aplikasikandungan sediaan

Jumlah1 x pemberian=2,2 kg×20

mgkgBB

25 mg=1.76 mL

III. HASIL dan PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Signalement dan Status Present

Hasil pengamatan pre-operasi yang dilakukan diperoleh signalement

sebagai berikut :

Hewan : Kucing

Ras/breed : Domestic House Cat (DHS)

Nama hewan : Mengmeng

Jenis kelamin : Betina

Berat badan : 2,2 kg

Warna : Hitam putih

Tanda khusus : Ujung ekor bengkok

Serta diperoleh status present sebagai berikut :

Keadaan gizi : Baik

Frekuensi nafas : 136 kali/menit

Frekuensi nadi : 16 kali/menit

Page 10: OH

Suhu tubuh : 38,5C

Diameter pupil : 0,7 cm

Mukosa : pucat

3.1.2 Perhitungan Obat-obatan

Perhitungan obat-obatan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah

sebagai berikut :

Premedikasi

Atropin sulfa (0,25 mg)

Jumlah pemberian=berat badan× dosis aplikasikandungan sediaan

Jumlah pemberian=2,2 kg×0.025

mgkgBB

0.25 mg=0.22 mL

Anastetikum

Ketamin 10 %

Jumlah pemberian=berat badan× dosis aplikasikandungan sediaan

Jumlah pemb erian=2,2 kg×15

mgkgBB

100 mg=0.33 mL

Xylazin 2%

Jumlah pemberian=berat badan× dosis aplikasikandungan sediaan

Jumlah pemberian=2,2 kg×2,2

mgkgBB

20 mg=0.24 mL

Antibiotik

Oxytetracyclin

Jumla h pemberian=berat badan× dosis aplikasikandungan sediaan

Keadaan normal

f. nafas : 16-40/mnt

f. jantung : 120-140/mnt

suhu : 38-39oC

(Merck Veterinary Manual 9th Edition)

Page 11: OH

Jumlah pemberian=2,2 kg×14

mgkgBB

200 mg=0.15 mL

Amoxicilin (antibiotik maintenance)

Jumlah1 x pemberian=berat badan× dosis aplikasikandungan sediaan

Jumlah1 x pemberian=2,2 kg×20

mgkgBB

25 mg=1.76 mL

diberikan selama lima

hari (2 X 1)

3.1.3 Data Pengamatan Operasi dan Post Operasi

Berikut adalah tabel pengamatan yang dilakukan selama proses operasi

dan post operasi

Tabel 1 Pengamatan saat operasi

Parameter yang diukur

Menit ke-

0 15 30 45 60 75 Keluar r.operasi

F. Jantung (x/menit) 100 88 108 124 132 116 100

F. Nafas (x/menit) 16 16 20 16 20 20 16

Temperatur 0C 37,2 35.9 35.7 34.8 34.7 34.4 35.6

Diameter pupil (cm) 0.7 0.8 0.8 0.8 0.8 0.7 0.7

Mukosa pucat pucat pucat pucat pucat pucat pucat

Tabel 2 Pengamatan post operasi

Parameter

Pengamatan hari ke-

I II III IV V

P M P M P M P M P M

Nafas 16 16 18 20 18 16 16 18 16 16

Jantung 132 136 140 144 140 132 136 136 134 136

Suhu 38.2 40 39.1 39 38.1 38.4 38.4 38.1 39.1 39.2

∅ pupil 0.7 0.8 0.7 1 0.7 0.8 0.7 0.8 0.7 0.8

Makan + + + + + + + + + +

Minum + + + + + + + + + +

Urinasi + - + - + - - + - -

Defekasi - - - + - - - - - -

Skor feces - - - 4 - - - - - -

Jahitan Basah Basah Kering Kering Kering

Page 12: OH

3.2 Pembahasan

Ovariohysterectomy memiliki banyak nama lain, diantaranya yaitu: spay,

femal neutering, sterilization, fixing, desexing, ovary and uterine ablation, dan

pengangkatan uterus (O’Meara). Ovariohysterectomy merupakan tindakan bedah

yang sering dilakukan pada hewan kecil di praktek-praktek hewan (Rice, 1996).

Berikut adalah anatomi dari ovariohysterectomy (Hosgood, 1998):

Kedua ovarium berada di caudal ginjal, dengan ovarium kanan berada lebih

cranial dan lebih sulit dijangkau.

Ligamentum suspensorium yang arahnya craniodorsal dari ovarium

menautkan ovarium dengan dinding tubuh.

Ligamentum utama dari ovarium menautkan ovarium dengan uterus.

Ligamentum yang cukup kuat ini, nantinya akan di jepit dengan tang arteri.

Arteri dan vena pada ovarium sangat rapuh dan mudah pecah. Tertetak pada

bagian dorsal dari ovarium. Pada hewan tua, arteri dan vena tersebut kadang

ditutupi oleh lemak.

Ligamentum sekitar menautkan ovarium dengan dorsolateral tubuh.

Gb2. Anatomi topografi

organ reproduksi kucing bagian dalam (O’Meara).

Pada ovariohysterectomy, dilakukan teknik bedah laparotomi medianus

posterior. Penyayatan kulit dilakukan pada bagian caudal umbilical. Pada anjing,

penyayatan dilakukan lebih ke cranial, karena badan uterus terletak lebih cranial

apabila dibandingkan dengan kucing (Hosgood, 1998).

Page 13: OH

Gb 4. Anatomi organ reproduksi kucing

bagian dalam (O’Meara).

Selain tujuan atau kegunaan dilakukan operasi ovariohisterectomy, jenis

operasi ini juga mempunyai kelemahan atau kerugian. Adapun kerugian dari

dilakukannya ovariohysterectomy antara lain:

Obesitas

Hilangnya potensi breed dan nilai genetic.

Setelah dilakukan ovariohysterectomy, terdapat beberapa komplikasi yang

mungkin akan terjadi, diantaranya yaitu (Saunders, 2003):

Pendarahan (hemoragi). Hemoragi dilaporkan sebagai kausa kematian paling

umum setelah ovariohysterectomy (Pearson, 1973). Pendarahan dapat

disebabkan karena pembuluh ovarium yang rupture ketika ligamentum

suspensorium ditarik (diregangkan).

Ovariant remnant syndrome. Sindroma ini menyebabkan hewan tetap estrus

pasca ovariohysterectomy (Osborne, 1979). Hal ini disebabkan karena

pengambilan ovarium yang tidak sempurna (tuntas).

Uterine stump pyometra, inflamasi dan granuloma.

Fistula pada traktus reproduksi. Fistula tersebut berkembang dari adanya

respon inflamasi terhadap material operasi (benang).

Urinary incontinence. Merupakan kejadian tidak dapat mengatur spincter

vesica urinary. Hal ini dapat terjadi karena adanya perlekatan (adhesi) atau

Page 14: OH

granuloma pangkal uterus (sisa) yang mengganggu fungsi spincter vesica

urinary.

Dari kemungkinan komplikasi yang telah dijelaskan di atas, kucing yang

kami operasi tidak mengalami kondisi tersebut. Obesitas belum terlihat, hal ini

dimungkinkan karena operasi baru dilakukan satu minggu yang lalu, namun

kecenderungan untuk obesitas telah terlihat. Nafsu makan dan volume makan

yang banyak pasca operasi dapat mengarah ke arah obesitas.

Masa operasi

Operasi ini berlangsung dari pukul 11.27 – 12.40 WIB dengan induksi

maintenance ketamin HCL setengah dosis sebanyak satu kali.

Selama masa operasi frekuensi jantung fluktuatif dan tidak berada pada

batas normal frekuensi jantung sesuai dengan Merck Vet Manual. Hal ini

kemungkina terjadi karena kerja obat anastetikum yang mempunyai kerja

menurunkan frekuensi jantung. Hal ini dapat terjadi karena dosis anastesi yang

diberikan dalah dua kali dosis penuh. Karena pada saat pemberian pertama jumlah

anastetikum yang diberikan tidak seluruhnya masuk, dikarenakan pemasangan

jarum spoid yang kurang benar. Pada menit ke-0, frekuensi jantung 100

kali/menit, dilanjutkan pada menit ke-15 frekuensi jantung 88 kali/ menit.

Keadaan ini dimungkinkan karena efek ketamin. Efek samping xylazin meliputi

bradikardia dan penurunan cardiac output (Sardjana dan Kusumawati 2004).

Menurut Slatter (2003), efek samping yang tidak diinginkan dari ketamin

menyebabkan pendepresan kardiovaskuler dan respirasi minimal, dapat

menyebabkan hipotermia, recovery yang lama. Ketamin bekerja pada fase 1 dan

2 anastesi. Peningkatan frekuensi jantung pada menit ke-30 mendekati kisaran

normal dapat terjadi karena pembedahan yang dilakukan mengakibatkan

pendarahan sehingga jantung memompa darah lebih cepat. Pada menit ke-75

menjelang operasi selesai, frekuensi jantung kembali melemah. Hal ini dapat

disebabkan karena pembedahan telah selesai dilakukan dan efek xylazin yang

notabene merupakan depresan masih ada.

Frekuensi nafas relatif konstan yaitu berada pada kisaran normal 16-20

kali/ menit. Hal ini tidak berkorelasi positif dengan keadaan pemberian dosis

Page 15: OH

anastetikum yang dilakukan. Seharusnya dengan pemberian dua kali dosis

anastetikum, frekuensi nafas pasien mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Slatter (2003) bahwa efek ketamin adalah menurunkan frekuensi

nafas.

Suhu tubuh mengalami penurunan selama proses operasi. Pada menit ke-0

suhu tubuh berada pada kisaran normal. Hal ini dimungkinkan kerja obat

anstetikum yang belum maksimal. Pada menit berikutnya penurunan suhu tubuh

terjadi. Hal ini dapat disebabkan karena efek obat anastetikum. Menurut Sessler

(2010), semua jenis anestetikum menyebabkan kemampuan tubuh untuk

homeostasis menurun. Ini merupakan faktor yang menyebabkan selama

pembiusan suhu pasien akan menurun. Selama operasi OH, besarnya sayatan di

abdomen ternyata mempengaruhi besarnya penurunan suhu. Menurut Ardelean et

al (2008), kucing yang di OH dengan sayatan kecil mengurangi penurunan suhu

0,5ºC daripada dengan sayatan besar. Selain itu, bila suhu ruang operasi dingin

maka suhu tubuh kucing bisa turun hingga sebesar 3ºC. Jadi wajar jika suhu yang

diperoleh selama operasi menurun. Peningkatan suhu setelah kelaur dari ruang

operasi dapat disebabkan karena proses homeostasis tubuh yang mulai kembali

dan efek pengompresan air hangat yang dilakukan untuk mengembalikan susu ke

keadaan normal.

Pupil selama operasi membesar karena saat pembiusan otot-otot termasuk

otot mata mengalami relaksasi. Akibat relaksasi ini diameter pupil ini membesar.

Diameter pupil selama operasi masih mungkin diukur karena setelah pemberian

ketamin, refleks mulut dan menelan tetap ada dan mata masih terbuka (anonim

2008).

Warna mukosa selama operasi pucat. Hal ini terjadi karena tekanan darah

yang rendah pula. Sehingga suplai darah ke daerah mukosa pun berkurang. Akibat

suplai darah yang berkurang mukosa menjadi pucat.

Page 16: OH

Mukosa kucing saat pembiusan

Post operasi

Kucing mulai memberikan refleks pada jam 20.00 WIB dan mulai berdiri

dan telungkup pada jam 20.15 WIB. Saat operasi berlangsung dosis anatesi yang

digunakan dua kali dosis penuh, ditambah dengan induksi maintenance sebanyak

satu kali. Hal ini merupakan faktor yang penyebabkan proses recovery yang lama.

Sehingga recovery yang baru terjadi pada pukul 20.00 WIB normal terjadi dalam

kondisi ini. Lima jam post operasi, kucing defekasi setelah beberapa jam

sebelumnya mengalami urinasi.

Selama masa post operasi, frekuensi nafas dan jantung berada pada kisaran

normal yaitu 16-40 kali/ menit untuk nafas dan 120-140 kali/ menit untuk jantung.

Keadaan ini didukung dengan nafsu makan dan minum pasien yang normal

bahkan cenderung tinggi, sehingga mendukung keadaan fisiologis hewan.

Keadaan anomali terjadi pada pada hari ke-II post operasi yang menunjukkan

frekuensi jantung 144 kali/menit. Keadaan ini disebabkan karena pemeriksaan

jantung dilakukan setelah pemberian antibiotik. Saat pemberian antibiotik, kucing

berontak sehingga mengharuskan dilakukan restrain. Sikap berontak dan

penanganan restrain yang dilakukan merupakan salah satu pemicu meningkatnya

frekuensi jantung.

Selama post operasi, suhu tubuh berada pada kisaran normal, yaitu 37-

390C. Tetapi terjadi peningkatan pada hari ke-I malam post operasi. Peningkatan

dimungkinkan karena adanya reaksi inflamasi benang jahit. Peningkatan tidak

terjadi pada pagi harinya karena efek analgesik ketamin belum hilang sepenuhnya.

Page 17: OH

Dalam medlinux.blogspot.com/2009/02/ketamin.html, dijelaskan bahwa ketamin

yang merupakan zat anestesi yang bersifat analgesic memiliki aksi satu arah,

berarti efek analgesinya akan hilang bila obat itu telah didetoksikasi/dieksresi.

Meskipun sebelumnya telah terjadi defekasi dan urinasi, kemungkinan efek

ketamin masih ada mengingat dosis anastesi yang diberikan saat operasi

berlangsung (dua kali dosis penuh). Hari berikutnya berangsur normal, hal ini

terjadi karena efek pemberian antibiotik mulai bekerja. Pada hari ke-5 post

operasi, suhu meningkat 1-20C. Hal ini terjadi karena pengukuran dilakukan saat

suhu lingkungan naik. Jadi, kenaikan suhu tubuh kucing disebabkan karena suhu

lingkungan yang tinggi.

Nafsu makan dan minum kucing normal. Namun defekasi hanya terjadi

pada hari ke-2 dengan konsistensi yang cukup padat (konsistensi feses normal

kucing) dan urinasi terjadi sehari sekali. Kemungkinan siklus defekasi kucing 2

hari sekali. Karena sebelum operasi dilaksanakan, kucing defekasi tiap dua hari

sekali. Jika demikian, hari ke-4 post operasi seharusnya kucing defekasi. Namun

hal ini tidak terjadi. Kemungkinan kucing mengalami konstipasi atau adanya

keadaan patologis di daerah anus. Karena setiap kali akan melakukan pengukuran

suhu, kucing selalu menghindar dan meraung. Kemungkinan adanya konstipasi

diperkuat dengan keadaan kucing yang hanya minum air ketika dicekok.

Mukosa kucing berwarna rose (pink pucat). Warna normal untuk mukosa

kucing.

Gambar mukosa kucing post operasi

Hasil pengukuran diameter pupil kucing berkisar antara 0.7-0.8 cm.

Diameter pupil bergantung pada banyak sedikitnya cahaya yang diterima. Pada

Page 18: OH

hari ke-2 post operasi diameter pupil mencapai angka 1 cm. Hal ini wajar karena

pengukuran dilakukan malam hari. Sehingga pupil membesar akibat sedikitnya

cahaya yang ada di lingkungan.

Perban dibuka pada hari ke-3 post operasi dengan pertimbangan luka

jahitan operasi sudah mongering. Sebenarnya pada hari ke-2, luka operasi sudah

mulai mengering, namun penutupan luka dengan perban masih dilakukan karena

kucing menjilat-jilati dan menggingit jahitan operasi. Keadaan ini dapat

mengakibatkan terjadinya infeksi.

Jahitan operasi pada hari ke-2 post operasi.

IV. KESIMPULAN

Ovariohisterectomy dilakukan dengan teknik pembedahan laparotomi

medianus posterior. Titik orientasinya adalah 1-2 cm caudal umbilical. Bifucartio

uterus terletak di bagian bawah vesica urinaria (VU), sehingga VU dicari pertama

kali. Ovariohisterectomy dilakukan dengan tujuan menghilangkan siklus estrus

pada hewan betina dan terapi penyakit genital pada organ reproduksi betina.

Selama proses operasi, kucing mengalami penurunan frekuensi nafas dan jantung

yang disebabkan karena pemberian anastetikum dua kali dosis penuh. Pengamatan

kondisi kucing selama post operasi menunjukkan kondisi yang normal kecuali

defekasi yang jarang dan volume air minum yang dikonsumsi minim. Tapi kucing

menunjukkan keadaan tubuh yang sehat.

Page 19: OH

V. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Spaying or Nautering Your Pets.

http://www.parkwayanimal.com/information/general_information/spaying

_neutering_your_pet.htm.

Anonim. 2008. Preanastesi dan Anastesi sebelum Operasi.

http://heriblog.wordpress.com/2008/08/23/preanastesi-dan-anastesi-

sebelum-operasi/. (27 April 2010)

Ardelean V, A. Ardelean, C. Mircu, Gh. Bonca, H. Cernescu, S Zarcula, G

Korodi. 2008. Evaluation Of Rectal Temperature In Cats Before, During

And After Ovariectomy Surgery. Lucrări Stiinłifice Medicină Veterinară

Vol. Xli.

Hosgood, G dan Johnny D.H. 1998. Small Animal Paediatric Medicine and

Surgery. London: Reed Educational and Professional Publishing Ltd.

http://books.google.co.id/books?

id=LP9E_F7BTnYC&pg=PA165&dq=small+animal+ovariohysterectomy

+is&lr=&cd=12#v=onepage&q=small%20animal%20ovariohysterectomy

%20is&f=false

O’Meara, Shauna. Spaying Cats A Complete Veterinary Guide to Feline Spay

Surgery.

http://www.pet-informed-veterinary-advice-online.com/index.html

Osborne dan Polzin D.J. 1979. Canine Estrogen-Responsive Incontinance.

Pearson. 1973. The Complication of Ovariohysterectomy in the Bitch. Jurnal

Small aminal Prctices 14:257.

Rice, Dan. 1996. The Complete Book of Dog Breeding. China: Barron’s

Educational Series,

Saunders. 2003. Text Book Of Small Animal Surgey.Philadelpia: The Curtis

Center Independence square west

Sessler DI. 2007. Lower Body Temperatures increase Blood Loss during Surgery.

http://www.healthjockey.com/2007/12/28/lower-body-temperatures-

increase-blood-loss-during-surgery/. (26 April 2010)

Page 20: OH

Lampiran 1. Grafik pengamatan ststus present kucing selama operasi

0 15 30 45 60 75 Keluar r.operasi0

20

40

60

80

100

120

140

10088

108

124132

116

100

frekuensi jantung

0 15 30 45 60 75 Keluar r.operasi0

5

10

15

20

25

16 16

20

16

20 20

16

frekuensi nafas

Page 21: OH

0 15 30 45 60 75 Keluar r.operasi33

33.5

34

34.5

35

35.5

36

36.5

37

37.537.2

35.935.7

34.8 34.734.4

35.6

suhu tubuh

0 15 30 45 60 75 Keluar r.operasi0.64

0.66

0.68

0.7

0.72

0.74

0.76

0.78

0.8

0.82

0.700000000000001

0.8 0.8 0.8 0.8

0.700000000000001

0.700000000000001

diameter pupil

Page 22: OH

Lampiran 2. Grafik pengamatan status present post operasi

P M P M P M P M P MI II III IV V

0

5

10

15

20

25

16 1618

2018

16 1618

16 16

frekuensi nafas

P M P M P M P M P MI II III IV V

126128130132134136138140142144146

132

136

140

144

140

132

136 136134

136

frekuensi jantung

Page 23: OH

P M P M P M P M P M37

37.5

38

38.5

39

39.5

40

40.5

38.2

40

39.1 39

38.138.4 38.4

38.1

39.1 39.2

suhu tubuh

P M P M P M P M P MI II III IV V

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

0.70.8

0.7

1

0.70.8

0.70.8

0.70.8

diameter pupil