Page 1
OCCLUSIVE ARTERIAL DISEASE
Arterial occlusion hasil dari atherosclerotic, thromboembolism, atau vasculitis (inflamasi
dari dinding vessel). Secara klinis presentation disorder tersebut dihasilkan dari
penurunan perfusi ke limb atau organ-organ.
1. PERIPHERAL ARTERIAL DISEASE
Etiologi
Pembentukan atherosclerotic plaque pada large dan medium size artery akan
dihasilkan pada keadaan chronic occlusive arterial disease dengan progressive
stenosis dan obstruksi aliran darah.
Epidemiologi
4% dengan usia melewati 40 tahun dan 15%-20% melebihi 70 tahun.
Pathologi
PAD identik dengan atherosclerotic coronary arteri disease dan risk factor major
coronary (e.g., cigarette smoking, diabetes mellitus, dyslipidemia, dan
hypertension) juga berhubungan dengan PAD. 40% pasien PAD secara klinis
significant CAD. Selanjutnya PAD memiliki dua kali lipat samapai lima kali lipat
meningkatkan resiko kematian dari cardiovascular dibandingkan dengan yang tidak
memiliki kondisi tersebut.
Pathofisiologi
Patofisiologi PAD similar dengan CAD. Ischemic terjadi pada region yang
dipengaruhi dimana terjadi ketidak seimbangan oksigen supply dan demand
meningkat, exercise meningkatkan demand aliran darah pada limb’s skeletal muscle
dan stenosis atau obstruksi arteri tidak mampu untuk menyediakan supply yang
adequat. Istirahat akan memperbaiki symptom sebagai keseimbangan antara
oksigen supply dan demand.
Selama exercise, produk dari sskeletal muscle metabolism beraksi secaralokal untuk
mendilatasi arteriol. Hasil penurunan vascular resistence membuat peningkatan
aliran darahuntuk aktive muscle (recall taht flow = pressure ÷ resistence).
Peningkatan aliran darah menstimulus haelty arterial endothelium untuk
Page 2
melepaskan vasodilating factor seperti nitric oxide, yang selanjutnya meningkatkan
radii of upstream conduit vessel. Meskipun pada PAD obstruksi arteri tidak dapat
merespon terhadap stimuli vasodilating, kemudian hanya membatasi flow increase.
Clinical Presentation
Symptom
Cardinal symptom PAD meliputi intermittent claudication dan rest pain.
Intermittent claudication menunjukkan pain, sense of fatigue, atau other discomfort
yang terjadi pada muscle yang dipengaruhi dengan exercise khususnya berjalan dan
membaik dengan istirahat. Lokasi symptom berhubungan dengan tempat proximal
stenosis.
RELATION OF STENOTIC SITE TO CLAUDICATION SYMPTOM
Site Location of claudication Symptom
Distal aorta or iliac arteries Buttock, hips, thighs or calves
Femoral and popliteal arteries Calves
Subclavian or axillary arteries Arms
Tibial and peroneal arteral arteries Ankle or pedal
Subclavian, axillary or brachial arteries Shoulder, biceps or forearm
Symptom membaik dalam beberapa menit setelah berhenti dari aktivitas.
Symptom yang mirip limb claudication biasanya hasil dari nonatherosclerotic yang
menyebabkan arterial occlusive disease.
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS OF EXERTIONAL
LEG PAIN
Vascular Causes
Atherosclerotic
Thrombosis
Vasculitis
Thromboangiitis obliterant
Takayasu cell arteritis
Giant cell arteritis
Page 3
Aortic coarctation
Fibromuscular dysplasia
Irradiation
Endofibrosis of the external iliac artery
Extravascular compression
Arterial entrapment (e.g., popliteal artery
entrapment, thoracic outlet syndrome)
Adventitial cysts
Nonvascular Causes
Lumbosacral radiculopathy
Degenerative arthritis
Spinal stenosis
Herniated disc
Arthritis
Hip, knees
Venous insufficiency
Myositis
McArdle syndrome
Symptom yang terjadi pada saat istirahat dengan critical limb ischemic, khasnya
pasien mengeluh pain or paeathesia pada foot or toes dari ekstrimitas yang
terpengaruhi. This discomfort worsens on leg elevated and improves with leg
dependency, asa might be anticipated by affect of gravity on perfusion pressure.
Pain dapat menjadi parah pada tempat kulit fissuring, ulceration atau necrosis.
Sering juga kulit sensitive dan berat dari selimut atau sheet mendatangkan pain.
pasien dengan diabetes neuropathy dapat mengalami little atau no pain meskipun
severe ischemic.
Kritical limb dan digital ischemic dapat dihasilkan dari arterial occlusion atau
karena atherosclerosis. Kondisinya meliputi thromboangiitis oblitent, vasculitis
seperti systemic lupus erythematous atau scleroderma, vasospasm, atheromatous
embolism dan acute arterial occlusion caused bya thrombosis or embolism. acute
gouty arthritis, trauma, dan sensory neuropathy seperti disebabkan diabetes
mellitus, lumbosacral radiculopathy dan complex regional pain syndrome dapat
Page 4
menyebabkan foot pain. Leg ulceration juga terjadi pada pasien dengan venous
insufficiency dan sensory neuropathy khususnya berhubungan dengan diabetes
mellitus. Venous ulcer terletak dekat medial malleolus dan irregular border dan
pink base dengan granulation tissue, menghasilkan milder pain daripada arterial
ulcer. Neurotrophic ulcer terjadi dimana tekanan atau trauma biasanya pada telapak
kaki. Ulcer-nya dalam, sering terinfeksi dan biasanya tidak nyeri karena hilang
sensasi.
Categorization
Klasifikasi pasien PAD tergantung pada keparahan symptom dan terdeteksinya
ketidknormalan pemeriksaan fisik. Fontaine menggambarkan schema yang
mengklasifikasikan pasien pada satu dari empat stage progressiong from
asymptomatic sampai kondisi kritical limb ischemic. Beberapa profesional vascular
sociatias mengadopsi suatu komtemporer, yang menggambarkan klasifikasi
meliputi asymptomatic pasien, three grade of cladication dan three grade dari
critical limb ischemic ranging dari rest pain alone sampai minor dan major tissue
loss.
FONTAINE CLASSIFICATION OF PERIPHERAL ARTERIAL
DISEASE
Stage Symptoms
I Asymptomatic
II Intermittent cladication
IIa Pain-free, claudication walking >200m
IIb Pain-free, claudication walking <200m
III Rest and nocturnal pain
IV Necrosis, gangrene
CLINICAL CATEGORIES OF CHRONIC LIMB ISCHEMIA
Grade Category
0
Clinical description
Asymptomatic, not hemodynamically correst
I 1
2
3
Mild cladication
Moderate cladication
Severe claudication
Page 5
II 4
5
Ischemic rest pain
Minor tissue loss; nonhealing ulcer, focal gangrene with
diffuse pedal ulcer
III 6 Major tissue los extending above trasmetatarsal level,
functional foot no longer salvageable
Evaluasi PAD
1. Ratio blood pressure pada ankle terhadap arms (ankle-brachial index [ABI])
untuk mendeteksi aliran darah dengan menggunakan b lood pressure cuff
dan doppler instrument. Normal ABI ≥1,0 (ankle pressure sama atau sedikit
lebih besar daripada arms pressure). Index <0,9 meruapakan diagnostik
PAD dan berhubungan dengan claudication, sedangkan index <0,5 sering
terlihat pada pasien dengan rest pain dan severe arterial compromise of
affected extremity.≤
2. Test untuk menilai perfusi peripheral meliputi :
- limb systolic pressure measurement (menggunakan pneumatic cuff yang
diletakkan sepanjang extremity)
- pulse volume recording (e.g., graphical measurement volume changes in
segment of extremity with each pulse)
3. Duplex ultrasonography, menggunakan gunakan metode noninvasive untuk
visualisasi dan menilai panjangnya arteri stenosis dan corresponding
reduction in blood flow
4. Other more advanced imaging studies (e.g., magnetic resonance
angiography, computed tomographic, or intra-arterial contrast angiography)
dilakukan bila revascularisasi direncanakan.
2. ACUTE ARTERIAL OCCLUSION
Etiologi
Page 6
Disebabkan oleh embolisasi dari cardiac atau proximal vascular site atau thrombus
formation in situ. Origin arterial embolism paling sering jantung, biasanya
dihasilkan dari disorder yang meliputi intracardiac stasis of flow. Emboli juga
berasal dari thrombus atau atheromatous material di aorta. Jarang, arterial emboli
berasal darivenous circulation. Jika venous clot berjalan ke right-heart chamber dan
mampu melewati abnormal intracardiac communication (c/ arterial septal defect),
dan kemudian masuk ke sirkulasi arteri systemic, kondisi demikian dinamakan
paradoxaical embolism.
ORIGIN OF ARTERIAL EMBOLISM
Cardiac Origin
Stagnant left atrial flow (e.g., atrial fibrillation, mitral stenosis)
Left ventricular mural thrombus (e.g., dilated cardiomyopathy, myocardial infacrtion,
ventricular aneurysm)
Valvular lesion (endocarditis, mitral stenosis, thrombus on prosthetic valve)
Left atrial myxoma (mobile tumor in left atrium)
Aortic Origin
Thrombus material overlying atherosclerotic segment
Venous Origin
Paradoxical embolism travels through intracardiac shunt
Primary arterial thrombosis muncul pada tempat endothelial damageatau
atherosclerotic stenosis atau dalam bypass graft.
Panjangnya tissue damange dari thromboembolism tregantung pada tempat occlusi
arteri, durasi acclusi, dan degree collateral circulation serving the tissue beyond the
obstruction.
Sign and Symptom
Page 7
Terjadi karena adanya penurunan supplay darah, meliputi pain, pallor, paralysis,
parasthesia and pulseleessness (“Five Ps”). Jika Sixth P, poikilothermia (coolness).
Treatment
Pasien yang terbukti acute arterial occlusion harus diteatment dengan anticoagulant
agent seperti heparin untukk mencegah perkembangan clot dan mereduksi emboli
yang lain. Revascularisasi, surgical embolectomy atau bypass surgery
diindikasikan jika limb viability dalam resiko.
ACUTE LIMB ISCHEMIC
Etiologi
Acute limb ischemic terjadi ketika arterial occlusi yang mendadak menurunkan
aliran darah ke tangan atau kaki.
Clinical Presentasi
Berhubungan dengan lokasi dari occlusi arteri dan menghasilkan penurunan aliran
darah.
Physical Finding
Temuan fisik dapat meliputi :
- Tidak adanya pulse distal karena occlusi,
- Coolness,
- Pallor,
- Delayed capillary return dan venous filling,
- Berkurangnya atau tidak adanya persepsi sensori
- Muscular weakness atau paralysis
Kumpulan symptom dan sign tersebut sering disebut dengan five Ps : pain,
pulselessness, pallor, paresthesias, dan paralysis.
Prognosis
- 5 year survival rate after acute limb ischemic disebabkan thrombosis (45%) dan
after embolism (<20%)
- 1 month survival rate in person older than 75 year of age with acute limb ischemic
(40%)
Page 8
- Risk of limb loss depend on severity of ischemic and elapsed time before a
revascularization procedur is undertaken.
Skema klasifikasi severity ischemic dan viability of limb, sepanjang berhubungan
dengan neurological finding dan Doppler signal.
- Categori I, viable limb, not immediately threatened, tidak ada sensori maupun
motorik abnormalitas dan aliran darah terdeteksi dengan Doppler
- Categori II, treatened viability, mengindikasikan bahwa severity ischemic akan
menyebabkan limb loss kecuali suplay darah diperbaiki secara tepat. Dibagi
menjadi 2 : marginally dan immediately threatened limb, yang kemudian
dikarakteristikan dengan pain, sensory deficit dan muscular weakness. Introgasi
Doppler tidak dapat mendeteksialiran darah arteri.
- Categori III, irreversible limb ischemic menimbulkan tissue loss dan
membutuhkan amputasi, Dikarakteristikan dengan hilangnya sensasi, paralysis,
tidak terdeteksinya aliran darah baik arteri maupun vena distal dengan Doppler.
CLINICAL CATEGORIES OF ACUTE LIMB ISCHEMIC
(Modified from the SVS/ ISCVS Classification)
Category Description/prognosis Findings Doppler signals
Sensory loss Muscle weakness Arterial Venous
I.Viable Not immediately threatened None None Audible Audible
II.a.Marginally
threatened
Salvageable if promptly
treated
Minimal (toes)
or none
None (often)
inaudible
Audible
II.b.Immediately
Threatened
Salvageable with immediate
revascularization
More than toes,
rest pain
Mild, moderate (usually)
inaudible
Audible
III.Irreversible Major tissue loss or
permanent nerve damage
inevitable
Profound,
anesthetic
Profound,
paralysis (rigor)
inaudible
Inaudible Inaudible
Patogenesis
Penyebab acute limb ischemic meliputi arterial embolism, thrombosis in situ,
dissection dan trauma. Arterial emboli paling sering muncul dari jantung.
Page 9
Satu penyebab paling sering acute limb ischemic adalah thrombotic occlusion dari
infrainguinal bypass graft. Acute thrombotic occlusion pada normal arteri jarang
terjadi, tapi dapat terjadi pada pasien dengan acquired thrombophilic disorder
seperti antiphospholipid antibody syndrome, heparin-induced thrombocytopenia,
disseminated intravascular coagulation, dan myeloproliferative disease. Dari data
didapat bahwa inherited thrombophilic disorder seperti activated protein C
resistence (Factor V Leiden), prothrombin G20210 gene mutation, atau deficiencies
of antithrombin III, protein C dan S, meningkatkan resiko dari acute peripheral
arterial thrombosis.
Diagnostik testing
- Anamnesa dan I pemeriksaan fisik biasanya sebagai penegak diagnosis dari acute
llimb ischemic.
- Waktu untuk menegakkan diagnosis sangat terbatas dan diagnostic test tidak
boleh terlambat karena revascularisasi harus dilakukan segera untuk viability
limb.
- ABI dapat dikukur jika aliran darah terdeteksi dengan Doppler ultrasonography.
- Pemeriksaan Doppler dapat digunakan untuk mendeteksi tekanan di peripher
arteri, khususnya bila pulse tidak teraba.
- Magnetic resonance imaging, CT, dan conventional contrast arteriography dapat
melihat lokasi occlusi dan berperan dalam revascularisasi.
ATHEROEMBOLISM
Merupakan kondisi dari peripheral arterial occlui oleh atheromatous material (e.g.,
cholesterol, platelet dan fibrin) berasal dari proximal vascular site seperti
atherosclerotic leion atau aneurysm. Emboli terletak distal, menghasilkan occlusi di
arteri kecil pada otot atau kulit.
Sign and Symptom
- Pain acute dan tenderness pada tempat yeng terlibat
- Occlusi di digital menghasilkan “blue toe”syndrome, puncaknya gangrene dan
necrosis.
Page 10
- Livedo reticularis (purplish mottling of involved skin), kidney failure (caused by
renal atheroembolism) dan intestinal ischemic.
- 50%-60% terjadi secar spontan, atheroembolism terjadi setelah intra-arterial
procedur (cardiac catherization) dimana atherosclerotic material tidak terlepas
dari proximal vascular
3. VASCULITIC SYNDROME
Vasculitis (vessel wall inflammatoin) hasil dari immune complex deposition atau
cell-mediated immune reaction directed againt the wall vessel. Imun kompleks
mengaktifkan complement cascade dengan subsequent release of chemoattractant
dan anaphylatoxin that direct netrophil migration to vessel wall dan meningkatkan
permeability vascular. Neutrofil melukai vessel dengan melepaskan lysosom
content dan memproduksi toxic oxygen-derived free radical . Pada cell-mediateds
immune reaction, T limfosit berikatan dengan vascular antigen dan melepaskan
lymfokine yang membantu menempelan limfosit dan makrofag ke vessel wall.
Proses inflamasi tersebut dapat menyebabkan end-organ ischemic melalui vascular
atau local thrombosis.
Penyebab paling sering dari vasculitis syndrome tidak diketahui, tapi mereka dapat
dibedakan satu dari yang lainnya dengan pola vessel yang terlibat dan dengan
karakteristik histologic.
VASCULITIS SYNDROME
Type Arterities Commonly Affected Histology
Takayasu
Arteritis
Aorta and its branches Granulomatous arterities with
fibrosis; significant luminal
narrowing
Giant Cell
Arteritis
Medium to large sixe (especially cranial
vessel as well as aortic arch and its
branches)
Lymphocyte infiltration, intimal
fibrosis, granuloma formation
Buerger
Disease
Small size (especially distal arteries of
extrimities)
Inflammation and thrombosis
without necrosis
Page 11
a) TAKAYASU ARTERITIS
Etiologi
Merupakan chronic vasculitis. Etiologi unknow that target the aorta and its
branches.
Epidemiolgi
1,2-2,6 case per juta. 80-90% terjadi pada wanita dengan onset 10-40 tahun.
Paling sering kasus dilaporkan dari asia dan afrika, meeskipun merupakan
worldwide disease.
Symptom
- Malise dan fever
- Focal symptom berhubungan dengan inflamsi yang mempengaruhi vessel dan
meliputi : cerbrovacular ischemic (brachiocephalic/carotic arteri
involvement), myocardial ischemic (coronary artery), arn claudication
(brachiocephalic/ subclavian artery), hypertension (renal artery)
- Carotid dan limb pulse berkurang atau tidak ada (85% pasien), sering
dinamkan ”pulseless” disease.
Histologic Examination
Continuous atau patchy granulomatous inflammation dengan limfosit, hystiocyt
dan multinucleated giant cell, resulting in intimal proliferation, disrupting of the
leastic lamina, and fibrosis. Antiendothelial antibody juga berperan pada disease.
Treatment
Steroid dan cytotoxic drug yang menurunkan vascular inflamasi dan alleviate
symptom. Surgical bypass of obstructed vessel dapat membantu keparahan kasus.
b) GIANT CELL ARTERITIS (TEMPORAL ARTERITIS)
Definisi
Page 12
Giant Cell Arteritis (Temporal Arteritis) adalah chronic vasculitis of medium to
large arteries that commonly involve the cranial vessel or the aortic arch and its
branch.
Epidemiologi
Merupakan penyakit yang tidak biasa dengan insidensi 24 per 100.000 dan tipe
onsetnya setelah usia 50 tahun, 65% pasien perempuan.
Pathologi
Giant cell arteritis berhubungan dengan kondisi inflamsi yang dikenal sebagai
polymyalgia rheumatica.
Histopatologi yang mempengaruhi vessel meliputi limfosit dan infiltrasi
makrofag,intimal fibrosis dan focal necrosis dengan granulomas yang berisi
multinucleated giant cell.
Sign and Symptom
Tergantung distribusi yang mempengaruhi arteri dan meliputi penurunan temporal
pulse, prominent headache (temporal arteri involvement), atau facial pain dan
claudication rahang saat mengunyah (facial arteri involvement). Ophthalmic arteri
arteritis menyebabkan gangguan penglihatan dengan permanent atau partial atau
complete loss pada 15%-20% pasien.
Laboratory Finding
- Erytrocyte sedimentasi rate dan C-reactive protein meningkat variable sebagai
tanda inflamsi.
- Ultrasound Examination : hypoechoic halo around the involved arterial lumen
dengan vessel stenosis dan/atau occlusi.
- Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan biopsy vessel yang terkena, biasanya
temporal arteri tapi teatment tidak sampai menunggu hasil biopsy.
- High–dose systemic steroids effective untuk vasculitis dan mencegah visual
complication. Giant cellarteritis biasnya memiliki self-limited course of 1-5
year.
c) THROMBOANGAIITIS OBLITERANS (BUERGER DISEASE)
Page 13
Buerger disease merupakan nonatherosclerotic vascular disease dikenal juga sebagai
thromboangiitis obliterans (TAO) yang dikarakteristikkan oleh tidak ada atau
minimnya atheroma, segmental vascular inflammation, vasoocclusive phenomenon,
dan mengena pada arteri dan vena yang berukuran kecil atau sedang pada ekstrimitas
atas atau bawah.
Kondisi ini sangat berkaitan erat dengan penggunaan tembakau dalam jangka waktu
yang lama dan kemajuan penyakit ini sangat berhubungan dengan penggunaan
tembakau tersebut.
Penampakan yang khas dari penyakit ini adalah nyeri saat istirahat, unremitting
ischemic ulcerations, dan gangrene pada jari tangan dan ketika penyakit ini
memburuk maka amputasi dapat dilakukan pada pasien ini.
Penemuan kasus pertama thromboangiitis obliterans dilaporkan oleh von Winiwarter,
berkebangsaan Jerman.
Patofisiologi
Walaupun etiologi buerger disease tidak diketahui, paparan terhadap tembakau sangat
penting baik sebagai inisiasi dan kemajuan penyakit ini.
Dugaan kondisi ini dikuatkan dengan adanya temuan bahwa penyakit ini berkembang
pada negara-negara yang warganya sering menggunakan tembakau, tetapi sedikit
sekali berhubungan dengan penggunaan tembakau dengan cara dikunyah.
Mekanisme yang mendasari penyakit ini belum jelas, tetapi berdasarkan observasi
menunjukkan immunologic phenomenon mendasari vasodysfunction dan
inflammatory thrombi.
Pasein dengan penyakit ini menunjukkan hipersensitif terhadap injeksi tembakau
secara intradermal, peningkatan cellular sensitivity terhadap kolagen tipe I dan III,
peningkatan serum anti–endothelial cell antibody titers, dan gangguan peripheral
vasculature endothelium-dependent vasorelaxation.
Peningkatan prevalensi penyakit ini, secara genetic berhubungan dengan HLA-A9,
HLA-A54, dan HLA-B5.
Page 14
Pembentukan Penyakit Tromboangitiis Obliterans Dihubungkan Dengan Merokok
Cigarette smoking
nikotin dalam darah CO cadmium
Stimulasi pelepasan catecholamine Menurunkan O2 content dari arterial blood Ditangkap oleh antigen precenting cell di
regional lymph node terdekat
HR dan peripheral
vascular
vasoconstriction
Stimulasi pelepasan
free fatty acids
Hypoxemia
Dipresentingkan pada sel T- limfosit
Aktifasi sel limfosit B
LDL, HDL, dan
induksi dari
prothrombin state
acute phase
reactant Pengeluaran immunoglobin
CRP Fibrinogen
Type I hypersensitive Type III hypersensitive
Page 15
Antigen berkaitan dengan mast cell Immune complex reaction
Aktivasi primary
mediator (histamine)
Aktivasi secondary mediator Aktifasi kinin, complement, dan coagulation
cascade
Leukotrien Platelet activating factor
Intense smooth muscle
contraction
platelat aggragation macrophage to the
tissueSpasmogenic agents Platelet aggregation
Microthrombus
Activasi IL-1 dan ROS
Ischemia
Tissue injury
Page 16
Mortality/Morbidity
Kematian dari buerger disease jarang, tetapi sekitar 43% mengalami amputasi pada
pasien yang melanjutkan merokok.
Rasio kematian berdasarkan jenis kelamin laki-laki dengan perempuan adalah 2:1 dan
berdasarkan etnik kulit putih dengan hitam adalah 8:1.
Ras
Buerger disease relative lebih sedikit terjadi pada orang-orang eropa utara.
India, Korea, Jepang, dan Israeli Jews dari Ashkenazi, memiliki insidensi yang tinggi
dari timbulnya penyakit ini.
Jenis Kelamin
Buerger disease ini lebih sering muncul pada laki-laki (rasio laki-laki dengan
perempuan adalah 3:1), tetpai akhir-akhir ini insidensinya meningkat pada perempuan
karena terjadi peningkatan prevalensi merokok pada perempuan.
Kebanyakan pasien dengan Buerger disease terjadi pada umur 20-45 tahun.
Clinical History
Diagnosis pasti Buerger disease sulit untuk ditentukan.
Olin membuat sebuah criteria untuk penyakit ini, yaitu:
1. Usia lebih muda dari 45 tahun
2. Ada riwayat penggunaan tembakau
3. Adanya distal extremity ischemia (diindikasikan oleh claudication, nyeri saat
istirahat, ischemic ulcers, atau gangrene) yang didokumentasikan oleh
noninvasive vascular testing.
4. Bukan dikarenakan autoimmune diseases, hypercoagulable states, dan diabetes
mellitus oleh tes laboratorium.
5. Bukan dikarenakan emboli oleh echocardiography and arteriography.
6. Penemuan consistent arteriographic yang secara klinis melibatkan dan tidak
melibatkan anggota gerak.
Page 17
Kebanyakn dari pasien (70-80%) dengan Buerger disease memperlihatkan distal
ischemic rest pain dan/atau ischemic ulcerations pada jari kaki atau tangan.
Progredifitas penyakit bias melibatkan arteri yang lebih proksimal, tetapi tidak
melibatkan arteri yang besar.
Biasanya pasien menunjukkan claudication pada kaki, tungkai, atau lengan dan
Raynaud phenomenon.
Pasien yang telat untuk mendapat penangangan pengobatan akan mengalami infeksi
pada kakinya dan adakalanya dengan florid sepsis.
Walaupun Buerger disease berhubungan dengan pembuluh darah di ekstremitas, tidak
sedikit kasus terjadi juga pada pembuluh darah aorta, cerebral, koroner, iliac,
mesenteric, pulmonary, dan renal.
Clinical Physical
Pasien dengan Buerger disease berkembang painful ulcerations dan/atau frank
gangrene dari jarinya.
Tangan dan kaki pasien dengan penyakit ini biasanya dingin dan edema ringan.
Superficial thrombophlebitis (sering kali perpindah) terjadi pada setengah pasien
dengan penyakit ini.
Paresthesias (numbness, tingling, burning, hypoesthesia) pada kaki dan tangan dan
gangguan pulsasi distal dan normal pulsasi yang lebih proksimal biasanya ditemukan
pada pasien dengan penyakit ini.
Lebih dari 80% pasien menunjukkan keterlibatan dari 3-4 anggota gerak (jari-jari).
Papa membuat sebuah criteria dan system penilaian untuk mendukung diagnosis
TAO, yaitu:
1. Melibatkan ekstrimitas distal (kaki, jari kaki, tangan, jari tangan)
2. Onsetnya sebelum umur 45 tahum
3. Penggunaan tembakau
4. Bukan dikarenakan atherosclerosis atau emboli yang bersumber dari bagian yang
lebih proximal
5. Tidak adanya hypercoagulable state
6. Tidak adanya arteritis (progressive systemic sclerosis, giant cell arteritis)
Page 18
7. Penemuan arteriographic
8. Melibatkan digital arteries dari jari tangan dan kaki
9. Segmental involvement (ie, "skip areas")
10. Tidak ada perubahan atherosclerotic
11. Penemuan histopatologi
12. Inflammatory cellular infiltrate within thrombus
13. Internal elastic lamina yang utuh
14. Melibatkan surrounding venous tissues
Scoring system for the diagnosis of thromboangiitis obliterans
Positive points
Age at onset Less than 30 (+2)/30-40 years (+1)
Foot intermittent claudication Present (+2)/ by history (+1)
Upper extremity Symptomatic (+2)/ asymptomatic (+1)
Migrating superficial vein thrombosis Present (+2)/ by history only (+1)
Raynaud Present (+2)/ by history only (+1)
Angiography; biopsy If typical both (+2)/ either(+1)
Negative points
Age at onset 45-50 (-1)/more than 50 years (-2)
Sex, smoking Female (-1)/ nonsmoker (-2)
Location Single limb (-1)/no LE involved (-2)
Absent pulses Brachial (-1)/femoral (-2)
Arteriosclerosis, diabetes, hypertension,
hyperlipidemia
Discovered after diagnosis 5.1-10 years (-1)/2.1- 5
years later (-2)
Sum of points defines the probability of the diagnosis of thromboangiitis obliterans
Number of points Probability of diagnosis
0-1 Diagnostic excluded
2-3 Suspected, low probability
4-5 Probable, medium probability
6 or more Definite, high probability
Penyebab
Propagating agent termasuk rokok, mengunyah tembakau, nicotine patches, dan
perokok pasif.
Page 19
Differential Diagnosis
Antiphospholipid Antibody
Syndrome and Pregnancy
Atherosclerosis
Diabetes Mellitus, Type 1
Diabetes Mellitus, Type 2
Frostbite
Giant Cell Arteritis
Gout
Infrainguinal Occlusive Disease
Peripheral Arterial Occlusive
Disease
Polyarteritis Nodosa
Raynaud Phenomenon
Reflex Sympathetic Dystrophy
Scleroderma
Systemic Lupus Erythematosus
Takayasu Arteritis
Thoracic Outlet Obstruction
Permasalahan Lain Yang Perlu Dipertimbangkan
Acrocyanosis
Carpal tunnel syndrome
Cervical rib
Ergotism
Juvenile temporal arteritis with
eosinophilia
Livedo reticularis
Metatarsalgia
Neuropathy, peripheral
Neurotrophic ulcers
Orthopedic problem of the foot or
arch
Trauma
Vasculitis, other causes
Calcinosis cutis, Raynaud
phenomenon, esophageal motility
disorder, sclerodactyly, and
telangiectasia (CREST) syndrome
Systemic lupus erythematosus
Rheumatoid vasculitis
Mixed connective-tissue disease
Antiphospholipid-antibody
syndrome
Diabetes mellitus
Embolic occlusion of small or
medium arteries
Hyperhomocysteinemia with
atherosclerosis
Popliteal artery entrapment
syndrome
Repetitive vibratory equipment use
Hypothenar hammer syndrome
Studi Laboraturium
Page 20
Tidak ada tes laboraturium yang spedifik untuk mengkofirmasi atau mengeluarkan
diagnosis Buerger disease.
Tujuan utama pemeriksaan laboraturium pada pasien ini untuk mengeluarkan proses
penyakit lain pada diagnosis banding.
Tes yang sering digunakan sebagai marker untuk diagnosis systemic vasculitis,
seperti acute-phase reactants, menunjukkan hasil yang hegatif pada TAO.
Pemeriksaan serologi secara lengkap harus dilakukan.
Pemeriksaan yang bisa dilakukan, yaitu:
1. CBC count with differential
2. Liver function tests
3. Renal function tests
4. Urinalysis
5. Glucose (fasting)
6. Erythrocyte sedimentation rate
7. C-reactive protein
8. Antinuclear antibody
9. Rheumatoid factor
10. Complement
11. Anticentromere antibody
12. Scl-70 antibody
13. Antiphospholipid antibodies
Studi Pencitraan
1. Angiografi/arteriografi
Arteriographic abnormalities pada penyakit ini terkadang terlihat pada anggota
gerak, arteriography pada keempat anggota gerak dapat dilakukan.
Penemuan tanda angiographic pada pasien dengan Buerger disease adalah
nonatherosclerotic, segmental occlusive lesions dari pembuluh darah berukuran
kecil dan sedang (seperti digital, palmar, plantar, tibial, peroneal, radial, dan ulnar
arteries) dengan pembentukan kolateral pembuluh darah kecil disekitar area yang
mengalami oklusi yang dikenal sebagai "corkscrew collaterals."
Page 21
Penemuan arteriographic pada pasien bukan dikarenakan oleh scleroderma,
CREST syndrome, systemic lupus erythematosus, rheumatoid vasculitis, mixed
connective-tissue disease, antiphospholipid-antibody syndrome, dan diabetes
mellitus.
2. Echocardiography
Selalu dilakukan untuk meniadakan penyebab penyakit ini yang dikarekan oleh
embolus.
Tes Lain
Hasil tes Allen yang abnormal mengindikasikan penyakit arteri distal dan keterlibatan
ekstrimitas atas dari pada ekstremitas bawah membantu membedakan thromboangiitis
obliterans dari atherosclerotic disease.
Histologic Findings
Olin menetapkan bahwa suatu biopsi jarang diperlukan kecuali jika pasien
menunjukkan karakteristik-karakteristik yang tidak biasa, seperti keterlibatan arteri
besar, atau usia lebih tua dari 45 tahun.
Fase pada Buerger disease, yaitu:
1. Pada fase akut, Buerger disease dikarakteristikan oleh highly cellular, segmental,
occlusive, inflammatory thrombi, dengan minimal inflammation pada dinding
pembuluh darah. Penyebaran sekunder dari arteri berukuran kecil dan sedang ke
vena yang berdekatan dan saraf juga terkadang. Secara mikroskopis,
polymorphonuclear leukocyte–predominant inflammatory cellular aggregatedapat
terbentuk microabscesses dan multinucleated giant cells.
2. Pada fase subakut, intraluminal thrombosis semakin terorganisir, tetapi bisa
tertunda dengan adanya vascular recanalization.
3. The end-stage phase dari penyakit dikarakteristikan oleh thrombus yang matur
dan fibrosis vascular.
Pada semua 3 tahap, integritasnya normal pada struktur dari pembuluh darah,
termasuk internal elastic lamina.
Page 22
Perbedaan thromboangiitis obliterans dari arteriosclerosis dan dari tipe lain systemic
vasculitis adalah rusaknya internal elastic lamina dan media secara luas.
Perawatan Medik
Penghentian penggunaan tembakau satu-satunya strategi untuk mencegah
progresifitas Buerger disease.
Merokok sedikitnya 1 atau 2 batang sehari, penggunaan mengunyah tembakau, atau
penggunaan pengganti nikotin.
Jika penghentian tembakai gagal, tidak ada bentuk terapi yang definitif.
Penanganan dengan intravenous iloprost (suatu prostaglandin analogue),
menunjukkan efektif dalam memperkencil gejala, mempercepat resolusi dari
perubahan distal extremity trophic, dan menurunkan amputation rate diantara pasien
dengan Buerger disease.
Penggunaan intravenous iloprost thrombolytic therapy untuk menangani Buerger
disease sangat dianjurkan.
Penggunaan intramuscular gene transfer of vascular endothelial growth factor baik
untuk penyembuhan ischemic ulcer dan meringankan rest pain
Pencegahan komplikasi dari Buerger disease, yaitu:
1. Penggunaan well-fitting protective footwear untuk mencegah trauma kaki dan
thermal atau chemical injury luka
2. Perawatan dini dan agresif umtuk menangani extremity injuries untuk mencegah
infeksi
3. Hindari lingkungan yang dingin
4. Hindari obat-obatan yang menyebabkan vasokonstriksi
Surgical Care
Pemberian diffuse segmental nature of thromboangiitis obliterans dan fakta bahwa
penyakit terutama mempengaruhi arteri yang berukuran kecil dan sedang, surgical
revascularization untuk Buerger disease biasanya tidak dilakukan.
Page 23
Bagaimanapun juga perbaikan distal arteries harus tetap dilakukan dengan sebaik-
baiknya dan mempertimbangkan autologous vein bypass of coexistent large-vessel
atherosclerotic stenoses pada pasien dengan ischemia berat.
Penanganan pembedahan lain untuk Buerger disease, yaitu:
1. Omental transfer
2. Sympathectomy
3. Spinal cord stimulator implantation
Ultimate surgical therapy untuk refractory Buerger disease (pada pasien diman tetap
melanjutkan merokok) adalah distal limb amputation untuk nonhealing ulcers,
gangrene, atau intractable pain.
Amputasi dapat dihindarkan asalkan pemeliharannya baik.
Diet
Tidak ada pembatasan yang dibutuhkan.
Makanan tidak mempengaruhi pada penyakit ini.
Aktifitas
Encourage cardiovascular exercise.
Aktifitas terbatas hanya pada gejala saja.
Pengobatan
Selain dari penggunaan yang bersifat percobaan dari iloprost dan thrombolytics (seperti
yang dibahas sebelumnya), pemakaian antibiotik untuk menangani ulkus yang terinfeksi
dan perawatan paliatif dari ischemic pain dengan nonsteroidal dan analgesic narkotik.
Prognosis
Tergantung pada penghentian rokok, 94% terhindar dari amputasi apabila berhasil