Top Banner
Page 0 of 26 AGAMA ISLAM II Profesi Laki-laki sebagai Dokter Spesialis Kandungan dalam Perspektif Islam Oleh: RIZQI IRMA OKTAVI NIM. 041211333012 Kelas M Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
26

Obstetry Ginekology

Dec 09, 2015

Download

Documents

Profession of Obsgyn Specialist in Islam Perspective
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Obstetry Ginekology

Page 0 of 19

AGAMA ISLAM II

Profesi Laki-laki sebagai Dokter Spesialis Kandungan

dalam Perspektif Islam

Oleh:

RIZQI IRMA OKTAVI

NIM. 041211333012

Kelas M

Departemen Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Airlangga

2015

Page 2: Obstetry Ginekology

Page 1 of 19

BAB I

PENDAHULUAN

Page 3: Obstetry Ginekology

Page 2 of 19

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dokter Spesialis Kandungan

2.1.1 Kewenangan Dokter Spesialis Kandungan

2.1.2 Kode Etik Dokter Spesialis Kandungan

2.2 Hukum Profesi Laki-laki sebagai Dokter Spesialis Kandungan dalam Perspektif Islam

Page 4: Obstetry Ginekology

Page 3 of 19

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Beranjak dari uraian dan pembahasan tentang isu hukum yang diangkat, dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

Page 5: Obstetry Ginekology

Page 4 of 19

DAFTAR PUSTAKA

Page 6: Obstetry Ginekology

Page 5 of 19

baca versi HP | view by date | top hits | bidang | total 8.659.345 views

Dokter Kandungan Laki Laki Sun, 20 October 2013 15:15 - | Dibaca 7.402 kali | Bidang wanita

Assalamu'alaikum wr. wb.

Ustadz yang dirahmati Allah SWT.

Ada pertanyaan yang mengganjal di benak saya, bagaimanakah hukumnya profesi dokter kandungan untuk laki-laki? Bagaimanakah hukumnya jika isteri saya memeriksakan kandungannya ke dokter laki-laki, dengan alasan dokter tersebut lebih care dan analisanya lebih cermat? Apakah isteri saya berdosa?

Terima kasih banyak atas jawaban ustadz.

Wassalamu'alaikum wr. wb.

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Hukumnya haram selama masih ada kesempatan buat para wanita untuk menjadi dokter kandungnan. Sebab sudah bisa dipastikan bahwa seorang dokter kandungan itu akan melihat aurat wanita yang bukan hanya isterinya, tapi setiap wanita yang jadi pasiennya.

Bahkan bukan sekedar melihat, tapi sampai tingkat 'mengobo-obok'-nya. Meski dokter harus profesional dalam tugasnya, tapi yang namanya laki-laki tetap haram melihat aurat wanita.

Kecuali di muka bumi ini tidak ada seorang wanita pun yang cerdas dan bisa belajar untuk menjadi seorang dokter ahli kandungan. Dan nampaknya itu mustahil. Sebab begitu banyaknya wanita dewasa ini yang pandai, bahkan sampai jadi menteri dan presiden di berbagai negara, masak sih cuma jadi dokter kandungan saja tidak mampu?

Adapun alasan bahwa dokter laki-laki lebih care dan analisanya lebih adalah alasan yang sangat dibuat-buat, bahkan sangat melecehkan wanita. Pandangan ini sangat bias jender serta perlu dilenyapkan secepatnya.

Maka profesi untuk menjadi dokter kandungan itu hanya boleh dibuka khusus untuk para wanita saja, sedangkan buat laki-laki haram hukumnya. Karena bertabrakan langsung dengan hukum yang tertinggi, yaitu syariat Islam.

Maka para rektor di berbagai universitas, termasuk dekan serta para pembuat kebijakan perlu memahami masalah ini secara lebih dewasa dan matang. Agar jangan sampai melahirkan para dokter yang salah jalan, lantran bekerja dengan cara yang tidak dihalalkan oleh Allah SWT.

Page 7: Obstetry Ginekology

Page 6 of 19

Hukum Dokter Laki-Laki Menjadi Dokter Spesialis Kandungan

Dokter spesialis kandungan (Sp.OG) pasti akan sering melihat dan memegang aurat besar wanita. Bagaimana jika seorang dokter laki-laki menjadi dokter spesialis kandungan.

Pertanyaan:

فضيلة الشيخ، هل يجوز لرجل أن يتخصص في دراسة

أمراض النساء والوالدة ويصبح طبيبا في هذا المجال أم ال

يجوز؟ وجهونا أثابكم الله

Wahai syaikh, apakah boleh bagi seorang laki-laki menjadi dokter spesialis kandungan?

جـ – األصل أن طب النساء كطب الرجال في أغلب

األمراض كالرأس واألسنان والبطن واألعضاء الظاهرة

والخفية، فمن تعلم طب الباطنية ونحوه عرف العالج

للرجال والنساء، لكن هناك أمراض تختص بالنساء كأمراض

الرحم والحيض والحمل والثديين ونحوها، والواجب فيها أن

يتعلمها النساء حتى يعالج بعضهن بعضا، وال يعوزهن ذلك

إلى التطبب عند الرجال مما يستلزم التكشف ونظر الرجل

Page 8: Obstetry Ginekology

Page 7 of 19

األجنبي إلى عورات النساء وزينتهن، ومع ذلك فالواقع أن

هناك الكثير من الرجال تخصصوا في أمراض النساء

والوالدة مخافة أن تطرأ حالة ال يوجد فيها من النساء من

يتولى ذلك أو من يحسنه، وهكذا يجوز لبعض النساء أن

يتخصصن في أمراض الرجال الخاصة بهم مخافة وجود

حاالت ضرورية طارئة ال يوجد من يتوالها من الرجال، ولكن

األصل اختصاص كل جنس بما يخصه، والله أعلم

Jawaban:

Hukum asalnya, ilmu kedokteran/penyakit tentang wanita sebagaimana laki-laki pada mayoritas penyakit. Seperti (penyakit) kepala, gigi, perut dan anggota badan yang nampak atau tidak. Maka siapa saja yang mempelajari ilmu kedokteran Penyakit Dalam atau sejenisnya, maka ia akan mengetahui pengobatan (yang sama) bagi laki-laki dan wanita.

Akan tetapi ada penyakit yang khusus pada wanita saja seperti penyakit di rahim, penyakit gangguan haidh, penyakit payudara dan sejenisnya. Wajib hukumnya para wanita mempelajarinya agar mereka mengobati sesama wanita. Sehingga mereka tidak perlu berobat kepada laki-laki yang berkonsekuensi seorang laki-laki ajnabi (bukan mahram) melihat dan menyingkap aurat dan perhiasan para wanita.

Akan tetapi kenyataannya, banyak laki-laki yang menjadi dokter spesialis kandungan karena dikhawatirkan tidak didapati adanya dokter wanita spesialis kandungan (di tempat tersebut). Demikian pula, boleh bagi sebagian wanita mempelajari penyakit khusus pada laki-laki karena dikhawatirkan ketika ada keadaan darurat yang pada saat itu tidak didapati dokter laki-laki. Akan tetapi hukum asalnya mengkhususkan setiap jenis sesuai dengan jenisnya (dokter laki-laki mengobati laki-laki dan sebaliknya, pent)

Page 9: Obstetry Ginekology

Page 8 of 19

JIKA WANITA MUSLIMAH BEROBAT KE DOKTER LELAKI?

Beberapa pertanyaan menghampiri meja Redaksi, yaitu menyangkut problem yang dihadapi wanita muslimah saat harus berobat atau memeriksakan kesehatan kepada dokter lelaki. Ini menjadi ganjalan bagi kaum hawa. Apabila tidak ada dokter wanita, atau jika sulit mendapatkan dokter wanita, lantas bagaimanakah hukumnya? Apalagi jika menyangkut hal-hal yang sangat pribadi, seperti partus (persalinan), atau keluhan lain yang memaksa wanita membuka auratnya.

Islam mensyariatkan, jika seseorang tertimpa penyakit maka ia diperintahkan untuk berusaha mengobatinya. Al-Qur`ân dan as-Sunnah telah menetapkan syariat tersebut. Dan pada pelayanan dokter memang terdapat faedah, yaitu memelihara jiwa. Satu hal yang termasuk ditekankan dalam syariat Islam. Pembahasan masalah di atas akan diulas melalui beberapa sub judul, dengan bercermin pada fatwa-fatwa ulama kontemporer. Silahkan menyimak.

PANDANGAN ISLAM TERHADAP IKHTILAT Pembahasan tentang ikhtilat sangat penting untuk menjawab persoalan di atas. Yakni untuk menjaga kehormatan dan menghindarkan dari perbuatan yang mengarah dosa dan kekejian.

Yang dimaksud ikhtilat, yaitu berduanya seorang lelaki dengan seorang perempuan di tempat sepi. Dalam hal ini menyangkut pergaulan antara sesama manusia, yang rambu-rambunya sangat mendapat perhatian dalam Islam. Yaitu berkait dengan ajaran Islam yang sangat menjunjung tinggi keselamatan bagi manusia dari segala gangguan. Terlebih lagi dalam masalah mu'amalah (pergaulan) dengan lain jenis. Dalam Islam, hubungan antara pria dan wanita telah diatur dengan batasan-batasan, untuk membentengi gejolak fitnah yang membahayakan dan mengacaukan kehidupan. Karenanya, Islam telah melarang pergaulan yang dipenuhi dengan ikhtilat (campur baur antara pria dan wanita).

Dalam hadits di bawah ini, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memperingatkan kaum lelaki untuk lebih berhati-hati dalam masalah wanita.

�م� �اك �ي اء� ع�ل�ى و�الد�خ�ول� إ �س� ج�ل� ف�َق�ال� الن �ص�ار� م�ن� ر� �ن �ا األ� س�ول� ي �ه� ر� �َت� الل �ي أ �ف�ر� �ح�م�و� أ �ح�م�و� ق�ال� ال �م�و�ت� ال ال

"Berhati-hatilah kalian dari menjumpai para wanita,” maka seorang sahabat dari Anshar bertanya,"Bagaimana pendapat engkau tentang saudara ipar, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab,"Saudara ipar adalah maut (petaka).” [HR Bukhari dan Muslim].

Imam Ibnul-Qayyim rahimahullah memperingatkan bahaya ikhtilat ini dengan pernyataannya: “Ikhtilat yang terjadi di antara lelaki dan wanita menjadi penyebab banyaknya perbuatan keji dan zina”.[1] Maka, sungguh kehatian-hatian Islam dalam banyak hal, ialah demi kemaslahatan kehidupan manusia itu sendiri.

Page 10: Obstetry Ginekology

Page 9 of 19

PERINTAH MENJAGA AURAT DAN MENAHAN PANDANGAN Di antara keindahan syariat Islam, yaitu ditetapkannya larangan mengumbar aurat dan perintah untuk menjaga pandangan mata kepada obyek yang tidak diperbolehkan, lantaran perbuatan itu hanya akan mencelakakan diri dan agamanya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman (yang artinya): Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita . . ." [an-Nûr/24: 30-31].

Larangan melihat aurat, tidak hanya untuk yang berlawan jenis, akan tetapi Islam pun menetapkan larangan melihat aurat sesama jenis, baik antara lelaki dengan lelaki lainnya, maupun antara sesama wanita.

Disebutkan dalam sebuah hadits:

�د� ع�ن� ح�م�ن� ع�ب �ن� الر� �ي ب ب� ع�يد� أ �خ�د�ر�ِّي� س� �يه� ع�ن� ال ب

� �ن� أ س�ول� أ �ه� ر� �ه� ص�ل�ى الل �ه� الل �ي �م� ع�ل ل �ظ�ر� ال� ق�ال� و�س� �ن ج�ل� ي الر��ل�ى ة� إ ج�ل� ع�و�ر� �ة� و�ال� الر� أ �م�ر� �ل�ى ال ة� إ �ة� ع�و�ر� أ �م�ر� ال

"Dari ‘Abdir-Rahman bin Abi Sa`id al-Khudri, dari ayahnya, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah seorang lelaki melihat kepada aurat lelaki (yang lain), dan janganlah seorang wanita melihat kepada aurat wanita (yang lain)". [HR Muslim]

Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, di antara kandungan hadits ini, yaitu larangan bagi seorang lelaki melihat aurat lelaki (lainnya) dan wanita melihat aurat wanita (lainnya). Di kalangan ulama, larangan ini tidak diperselisihkan. Sedangkan lelaki melihat aurat wanita, atau sebaliknya wanita melihat aurat lelaki, maka berdasarkan Ijma', perbuatan seperti ini merupakan perkara yang diharamkan. Rasulullah mengarahkan dengan penyebutan larangan seorang lelaki melihat aurat lelaki lainnya, yang berarti lelaki yang melihat aurat wanita maka lebih tidak dibolehkan.[2]

Selain itu juga, guna mengantisipasi terjadinya perbuatan buruk, yang disebabkan karena terjalinnya hubungan bebas antara lelaki perempuan, sehingga Islam benar-benar menutup akses ke arah sana. Yaitu dengan mengharamkan terjadinya persentuhan antara kulit lelaki dan perempuan. Bahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:

Page 11: Obstetry Ginekology

Page 10 of 19

�ن� �ط�ع�ن� أل� س� ف�ي� ي� أ �م� ر� �ح�د�ك �ٍط� أ ي �م�خ� �ر� ب ي �ه� خ� �ن� م�ن� ل �م�س� أ �ة� ي أ � ام�ر� �ح�ل� ال �ه� ت ل

"Tertusuknya kepala salah seorang di antara kalian dengan jarum besi, (itu) lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya". [3]

Demikian sekilas prinsip pergaulan dengan lawan jenis yang telah ditetapkan Islam. Tujuannya, ialah demi kebaikan yang sebesar-besarnya.

IDEALNYA MUSLIMAH BEROBAT KE DOKTER WANITA Hukum asalnya, apabila ada dokter umum dan dokter spesialis dari kaum Muslimah, maka menjadi kewajiban kaum Muslimah untuk menjatuhkan pilihan kepadanya. Meski hanya sekedar keluhan yang paling ringan, flu batuk pilek sampai pada keadaan genting, semisal persalinan ataupun jika harus melakukan pembedahan.

Berkaitan dengan masalah itu, Syaikh Bin Bâz rahimahullah mengatakan: “Seharusnya para dokter wanita menangani kaum wanita secara khusus, dan dokter lelaki melayani kaum lelaki secara khusus kecuali dalam keadaan yang sangat terpaksa. Bagian pelayanan lelaki dan bagian pelayanan wanita masing-masing disendirikan, agar masyarakat terjauhkan dari fitnah dan ikhtilat yang bisa mencelakakan. Inilah kewajiban semua orang”.[4]

Lajnah Dâ-imah juga menfatwakan, bila seorang wanita mudah menemukan dokter wanita yang cakap menangani penyakitnya, ia tidak boleh membuka aurat atau berobat ke seorang dokter lelaki. Kalau tidak memungkinkan maka ia boleh melakukannya.[5]

Bagaimana tidak? Karena seorang muslimah harus menjaga kehormatannya, sehingga ia harus menjaga rasa malu yang telah menjadi fitrah wanita, menghindarkan diri dari tangan pria yang bukan makhramnya, menjauhkan diri dari ikhtilath. Tatkala ia ingin mendapatkan penjelasan mengenai penyakitnya secara lebih banyak, lebih leluasa bertanya, dan sebagainya, maka mau tidak mau hal ini tidak akan bisa didapatkan dengan baik, melainkan jika seorang wanita berobat atau memeriksakan dirinya kepada dokter atau ahli medis wanita. Bila tidak, maka hal itu sulit dilakukan secara maksimal.

BAGAIMANA BILA TIDAK ADA DOKTER WANITA? Kenyataan yang kita saksikan cukup langkanya dokter umum maupun spesialis dari kalangan kaum hawa. Keadaan ini, sedikit banyak tentu menimbulkan pengaruh yang cukup membuat risih kaum wanita, bila mereka mesti berhadapan dengan lawan jenis untuk berobat. Sehingga banyak diantara kaum wanita yang terpaksa berobat kepada dokter pria.

Syaikh Bin Bâz rahimahullah memandang permasalahan ini sebagai persoalan penting untuk diketahui dan sekaligus menyulitkan. Akan tetapi, ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberi karunia ketakwaan dan ilmu kepada seorang wanita, maka ia harus bersikap hati-hati untuk dirinya, benar-benar memperhatikan masalah ini, dan tidak menyepelekan. Seorang wanita memiliki kewajiban untuk

Page 12: Obstetry Ginekology

Page 11 of 19

mencari dokter wanita terlebih dahulu. Bila mendapatkannya, alhamdulillah, dan ia pun tidak membutuhkan bantuan dokter lelaki.[6]

Bila memang dalam keadaan darurat dan terpaksa, Islam memang membolehkan untuk menggunakan cara yang mulanya tidak diperbolehkan. Selama mendatangkan maslahat, seperti untuk pemeliharaan dan penyelamatan jiwa dan raganya. Seorang muslimah yang keadaannya benar-benar dalam kondisi terhimpit dan tidak ada pilihan, (maka) ia boleh pergi ke dokter lelaki, baik karena tidak ada ada seorang dokter muslimah yang mengetahui penyakitnya maupun memang belum ada yang ahli.

Allah Ta`ala menyebutkan dalam firman-Nya surat al-An'âm/6 ayat 119:

�م� ف�ص�ل� و�ق�د� �ك م� م�ا ل �م� ح�ر� �ك �ي �ال ع�ل �م� م�ا إ ت �ه� اض�ط�ر�ر� �ي �ل إ

"(padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya)".

Meskipun dibolehkan dalam kondisi yang betul-betul darurat, tetapi harus mengikuti rambu-rambu yang wajib untuk ditaati. Tidak berlaku secara mutlak. Keberadaan mahram adalah keharusan, tidak bisa ditawar-tawar. Sehingga tatkala seorang muslimah terpaksa harus bertemu dan berobat kepada dokter lelaki, ia harus didampingi mahram atau suaminya saat pemeriksaan. Tidak berduaan dengan sang dokter di kamar praktek atau ruang periksa.

Syarat ini disebutkan Syaikh Bin Bâz rahimahullah untuk pengobatan pada bagian tubuh yang nampak, seperti kepala, tangan, dan kaki. Jika obyek pemeriksaan menyangkut aurat wanita, meskipun sudah ada perawat wanita –umpamanya- maka keberadaan suami atau wanita lain (selain perawat) tetap diperlukan, dan ini lebih baik untuk menjauhkan dari kecurigaan.[7]

Ketika Syaikh Shalih al-Fauzan ditanya mengenai hukum berobat kepada dokter yang berbeda jenisnya, beliau menjelaskan: “Seorang wanita tidak dilarang berobat kepada dokter pria, terlebih lagi ia seorang spesialis yang dikenal dengan kebaikan, akhlak dan keahliannya. Dengan syarat, bila memang tidak ada dokter wanita yang setaraf dengan dokter pria tersebut. Atau karena keadaan si pasien yang mendesak harus cepat ditolong, (karena) bila tidak segera, penyakit (itu) akan cepat menjalar dan membahayakan nyawanya. Dalam masalah ini, perkara yang harus diperhatikan pula, dokter tersebut tidak boleh membuka sembarang bagian tubuh (aurat) pasien wanita itu, kecuali sebatas yang diperlukan dalam pemeriksaan. Dan juga, dokter tersebut adalah muslim yang dikenal dengan ketakwaannya. Pada situasi bagaimanapun, seorang muslimah yang terpaksa harus berobat kepada dokter pria, tidak dibolehkan memulai pemeriksaan terkecuali harus disertai oleh salah satu mahramnya".[8]

Ketika Lajnah Dâ-imah menjawab sebuah pertanyaan tentang syarat-syarat yang harus terpenuhi bagi dokter lelaki untuk menangani pasien perempuan, maka Lajnah Dâ-imah mengeluarkan fatwa yang berbunyi: “(Syarat-syaratnya), yaitu tidak dijumpai adanya dokter wanita muslimah yang sanggup

Page 13: Obstetry Ginekology

Page 12 of 19

menangani penyakitnya, dokter tersebut seorang muslim lagi bertakwa, dan pasien wanita itu didampingi oleh mahramnya”.[9]

Demikian pula menurut Syaikh Muhammmad bin Shalih al-‘Utsaimin. Hanya saja, untuk menangani wanita muslimah, beliau rahimahullah lebih memilih seorang dokter wanita beragama Nashrani yang dapat dipercaya, daripada memilih seorang dokter lelaki muslim. Kata beliau: “Menyingkap aurat lelaki kepada wanita, atau aurat wanita kepada pria ketika dibutuhkan tidak masalah, selama terpenuhi dua syarat, yaitu aman dari fitnah, dan tidak disertai khalwat (berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya). Akan tetapi, berobat kepada dokter wanita yang beragama Nasrani dan amanah, tetap lebih utama daripada ke doker muslim meskipun lelaki, karena aspek persamaan”.[10]

Penjelasan tambahan Syaikh al-‘Utsaimin di atas, juga dipilih oleh para ulama yang tergabung dalam Lajnah Daimah. Dalam fatwanya yang bernomor 16748, Lajnah Dâ-imah memfatwakan, wanitalah yang menangani (pasien) wanita, baik ia seorang muslimah maupun bukan. Seorang lelaki yang bukan mahram, tidak boleh menangani wanita, kecuali dalam kondisi darurat. Yaitu bila memang tidak ditemukan dokter wanita.[11]

Begitu pula bagi wanita yang menghadapi persalinan.

Ada sebuah pertanyaan mengenai hukum wanita memasuki rumah sakit untuk menjalani persalinan, sedangkan dokter-dokter di rumah sakit tersebut seluruhnya laki-laki. Lajnah Dâ-imah memberi jawaban: "Dokter laki-laki tidak boleh menangani persalinan wanita, kecuali dalam kondisi darurat, seperti mengkhawatirkan kondisi wanita (ibu bayi), sementara itu tidak ada dokter wanita yang mampu mengambil alih pekerjaan itu”.[12]

KESIMPULAN Sebagaimana hukum asalnya, bila ada dokter wanita yang ahli, maka dialah yang wajib menjalankan pemeriksaan atas seorang pasien wantia. Bila tidak ada, dokter wanita non-muslim yang dipilih. Jika masih belum ditemukan, maka dokter lelaki muslim yang melakukannya. Bila keberadaan dokter muslim tidak tersedia, bisa saja seorang dokter non-muslim yang menangani.

Akan tetapi harus diperhatikan, dokter lelaki yang melakukan pemeriksaan hanya boleh melihat tubuh pasien wanita itu sesuai dengan kebutuhannya saja, yaitu saat menganalisa penyakit dan mengobatinya, serta harus menjaga pandangan. Dan juga, saat dokter lelaki menangani pasien wanita, maka pasien wanita itu harus disertai mahram, atau suaminya, atau wanita yang dapat dipercaya supaya tidak terjadi khalwat.

Dalam semua kondisi di atas, tidak boleh ada orang lain yang menyertai dokter lelaki kecuali yang memang diperlukan perannya. Selanjutnya, para dokter lelaki itu harus menjaga kerahasiaan si pasien wanita.[13]

Bertolak dari keterangan di atas, bagaimanapun keadaannya, sangat diperlukan kejujuran kaum wanita

Page 14: Obstetry Ginekology

Page 13 of 19

dan keluarganya tentang masalah ini. Hendaklah terlebih dulu beriktikad untuk mencari dokter wanita. Tidak membuat bermacam alasan dikarenakan malas untuk berusaha. Semua harus dilandasi dengan takwa dan rasa takut kepada Allah, kemudian berusaha untuk mewujudkan tujuan-tujuan mulia di atas. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla , niscaya Allah Azza wa Jalla menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.Wallahu a'lam bish-shawâb.

Maraji`: 1. Al-Fatâwa al-Muta’alliqah bith-Thibbi wa Ahkamil-Mardha, Pengantar Syaikh 'Abdul-'Aziz bin 'Abdullah Alu Syaikh, Darul-Muayyad, Cetakan I, Tahun 1424 H. 2. Fatâwa, Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin. 3. Fatâwa, Syaikh Shalih al-Fauzan. 4. Fatâwa wa Maqalat, Syaikh Bin Baz. 5. Fiqhun-Nawazil, Dr. Muhammad bin Hasan al-Jizani, Darul-Ibnil-Jauzi, Cetakan I, Tahun 1426-2005. 6. Majalah Mujamma`, Juz 3.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XI/1428H/2007M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]_______Footnote[1]. Lihat ath-Thuruq Hukmiyah, hlm. 407. [2]. Syarhu Shahîh Muslim.[3]. Hadits shahîh diriwayatkan oleh ath-Thabrani dan lainnya. Lihat ash-Shahîhah (226), Shahîhul-Jami' (5045). [4]. Al-Fatâwa al-Muta’alliqah bith-Thibbi wa Ahkamil-Mardha, hlm. 230. [5]. Fatâwa Lajnah Dâ-imah, no. 4671. Dinukil dari al-Fatâwa al-Muta’alliqah bith-Thibbi wa Ahkamil-Mardha. [6]. Al-Fatâwa al-Muta’alliqah bith-Thibbi wa Ahkamil-Mardha 228-229[7]. Ibid.[8]. Lihat Fatâwa, Syaikh Shalih al-Fauzan, Jilid 5.[9]. Fatâwa Lajnah Dâ-imah no. 3507. Dinukil dari al-Fatâwa al-Muta’alliqah bith-Thibbi wa Ahkamil-Mardha, hlm. 242. [10]. Lihat Fatâwa wa Rasail Ibni Utsaimin, Jilid 12. [11]. Lihat al-Fatâwa al-Muta’alliqah bith-Thibbi wa Ahkamil-Mardha. Dinukil dari halaman 244. [12]. Fatâwa Lajnah Dâ-imah, no. 17000. Dinukil dari al-Fatâwa al-Muta’alliqah bith-Thibbi wa Ahkamil- Mardha, hlm. 245.[13]. Diambil dari 3/196-197. Merupakan ketetapan Majma Fiqh Islami, no 85/12/85 yang bermuktamar pada tanggal 1-7 Muharram 1414 H. Ketetapan ini dikukuhkan lagi pada muktamar tanggal 20 Sya’ban 1415 H.

Page 15: Obstetry Ginekology

Page 14 of 19

Hukum Memeriksa Kandungan/persalinan pada dokter laki2

Materi Kajian online wa HAMBA ه�� SWT الل22 April 2014, tambahanPemateri : ustad Dodi KristonoPj : bunda Rini.

"Hukum memeriksa kandungan/persalinan dgn dokter laki2"

Soalx fenomena skrg bnyk akhwat yg memeriksa kandungan d dr laki2 padahal ada dr permpuan, bagaimana hukumx dlm Islam y?

Jawabannya ada beberapa tingkat :

1. Tidak diperbolehkan, karena sebenarnya aurat wanita adalah untuk penyalurab hasrat bilogis kaum pria

2. Jika... Tidak diketemukan dokter wanita, maka hanya diperbolehkan membuka dia area tertentu (yang salit atau seputar kandungan) dan hanya sesuai KADAR KEBUTUHAN

3. Jika memang masih bisa ditunda ada baiknya ditemani oleh Mahromnya lebih baik suaminya agar terhindar dari larangan hadist berikut ini :

"Tidaklah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali yang ketiganya adalah setan".

4. Sebenarnya aurat wanita itu merupakan hal yang tidak boleh dilihat juga sesama wanita, tetapi lebih ringan dibandingkan jika dilihat oleh pria.

Suster boleh sebagai pihak yang menemaniLihatnya adalah point 1-3

1 dulu dipatuhi, jika tidak ada masuk ke point 2

Dstnya

Sy waktu lahiran di jerman dokter dirumah sakitnya pria..suami sdh minta yg wanita.tp pada waktu itu yg lg jaga dr pria.tp ini lain dgn dokter rutin kandungan sy.sy cari yg perempuan

Prosedur di sana klu persalinan normal yg membantu proses melahirkan bidannya.dokter yg memantau.tp klu ada yg harus dijahit itu hak paten dokter.bidan nggak boleh..tp suami sy ikut menemani proses melahirkan dr awal sampai akhir..

Kalau bisa dikategorikan emergency tidak apa-apa

Asalkan ada mahrom yang menemani

Saya bisa masuk kok

Page 16: Obstetry Ginekology

Page 15 of 19

Dan memvideokan proses operasi sectio sampai dengan anak ke3

Kalo suaminya nggak kuat lht darah ky suami saya. Kumaha?

Kok kumaha kumaha

Emangnya kalau masuk kudu ngeliat

Kan ngga... Duduk aja liat langit2 rumah sakit

Kalau saya terbukti KUAT

Jadi ngga apa2 bagi yang kuat

Mba evi..ya sy jg pernah caesar anak ke 4 di rs haji.diruang op suami nggak boleh masuk..duuh dr anestesinya laki2..pembantunya laki2.yg perempuan cm dokternya dan 1 suster.kebanyakan timnya laki2..malu sih jlas.tp sy waktu itu pikirannya cuma keselamatan sy dan bayi saya..

Suruh pandangan suami membelakangi dunk, kalau ngga kuat

Dokter kandungannya perempuan maksudnya..

Dr. Anestasi hanya membuat wanita terlelap, setelah tidak sadar dia hanya standby tidak menunggui didekat meja persalinan

Maunya begitu kang tp suami sy sdh nyerah duluan. Mendingan ngg di luar drpd pingsan di dlm

Veto suaminya.... Cari suami lain neeeehhh

Nggaaa... Becanda yaaa

Sebenernya adalah kewajiban para Akhwat untuk bisa memperbanyak dr kandungan perempuan

Tetapi ternyata memang sangatlah jarang dan sedikit sekali yang mengisi posisi tersebut

Sementara permintaaan begitu besar

Indonesia saja setiap tahun melahirkan 1 negata singapore

Jeeeppprroootttt 5 juta jiwa lahir per tahun

Jadi harus gimana Bunda...? Kalau memang ternyata Dr. Laki2 pun tidak mengambil profesi tersebut

Tapi saya sempet lemes juga

Waktu membantu istri pertama kali ke kamar mandi setelah operasi sectio

Darah mengucur sampai ke paha, betis dan kaki dengan sangat derasss

Semuanya intinya bisa dikoordinasikan diawal, kalau niat dan mau

Page 17: Obstetry Ginekology

Page 16 of 19

Tapi pertanyaan Bunda Annisa... Banyak wanita sekarang memang sengaja mencari dokter kandungan yang ganteeeng

Ini mah, lain pembahasan dan ga usah dibahas ya Bunda

Buang2 energi

Para Bundaku yang sangat saya sayangi...

Mau masuk surga itu gampang atau susah....?

Allah Ta'ala tau sifat yang dimiliki oleh wanita... Karena Allah lah yang menciptanya.

Sang Pencipta lebih tau dari apa yang diciptakannya.

Disitulah letak ujiannya... Memang sakiiiiiitttt

Seperti Berlian, jika dia diijinkan teriak, maka ribuan kali dia akan menangis...

Dipotong dengan alat potong yang super keras dan tajam, digerinda berkali-kali agar sudutnya presisi, sehingga pantulan cahayanya kelak bisa bersinar dengan elok.

Akhirnya jadilah sebuah Berlian yang sangat indah yang sangat diinginkan oleh semua orang

Surga imbalannya...

Syariat ketentuannya...

Sakit dirasakannya...

Boleh Bunda Tri

Amalan yang sangat tinggi dari ketiga hal diatas menurut Rasulullah وسلم عليه الله صلى adalah :

Mendamaikan hubungan persahabatan dan kekerabatan.

Banyak yang dari kita, kalau boleh jujur, banyaknya pertikaian atau perselisihan dari Umat Muslim yang diakibatkan hanya untuk memenuhi hawa nafsunya sendiri saja

Padahal mereka berilmu...

Page 18: Obstetry Ginekology

Page 17 of 19

Padahal mereka berakal...

Padahal mereka mempunyai hati nurani...

Dan itu tertutupi oleh keegoisan diri yang terlalu besar untuk dapat ditunjukkan ke orang lain.

Seperti yang telah dijelaskan pada beberapa waktu lalu

Bahwa semua sifat negatif PASTI ADA didalam diri manusia

Makanya banyak perintah untuk menjauhi sifat2 tersebut :

- berburuk sangka

- tajassus

- ghibah

- riya

- egois

- licik

- tipu daya

- menghasut

- dlsbnya

Karena apa....? Karena Allah TAHU atas apa yang DICIPTAKANNYA

Tidak bisa dihilangkan

Hanya bisa diminimalisasikan dan mengontrol sedemikian rupa

Kenapa HATI = QOLBU, banyak yang mengkiaskan seperti itu

Karena QOLBU dalam bahasa arabnya QOLB itu artinya TEROMBANG AMBING

Sama seperti hati kita... Selalu TEROMBANG AMBING

Padahal untuk menghadapi Dajjal dan pengokitnya dibutuhkan semangat KEBERSAMAAN dalam menghadapinya

Jika kelak Imam Mahdi muncul, umat Islam disuruh untuk berhabung sekalipun harus berjalan dengan merangkak

Page 19: Obstetry Ginekology

Page 18 of 19

Naaah.... Terima kasih Bunda Tri, itu akhir ujung penjelasannya

Ujung2nya hanya untuk PEMBENARAN bukan mencari KEBENARAN