Jumal Pcrlindungan Tanaman Indonesia, Vol. 14, No.2, 2008: 55 - 62 OBSERVASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS YANG MENGINFEKSI BAWANG MERAH DI JAWA OBSERVATION AND IDENTIFICATION OF VIRUSES INFECTING SHALLOTS IN JAVA Toty Arisuryanti*, Budi Setiadi Daryono LaboratoriumGenetika,Faku/tasBi%gi,UniversitasGadjahMada,Yogyakarta Sedyo Hartono Laboratorium Vir%gi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Faku/tas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Anak Agung Gde Raka Swastika Pusat Kedokteran dan Kesehatan, Markas Besar Kepo/isian Repub/ik Indonesia *Penu/is untuk korespondensi. E-mail: [email protected]ABSTRACT This study was conducted to observe and identify viruses from infected shallots in several shallot planting center. The observation was done in eight areas of three provinces (Yogyakarta. Central Java. and East Java). Leaves from shallot plants and shallot germination showing virus symptoms were examined. The leaves were then investigated to identify viruses infecting shallots using Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). The result revealed that the type of virus symptoms infecting the shallots was a mozaic symptom with yellow strips. The ELISA analysis showed that Tawangmangu Biru shallot cu/tivar plants sampled from Blumbang. Tawangmangu (Central Java) and Philiphine Bima shallot cultivar seeds collected from Srigading. Sanden. Bantul (Yogyakarta) were positively infected by Onion Yellow Dwarf Virus (OYD V). The result also revealed that Biru. Kuning Tablet. Lokal Tawangmangu. and Bima Curut shallot cultivars had the potency to be virus resistant plants and could be considered as candidates for breeding program Key words: OYDV, shallots. virus symptoms INTI SARI Penelitian ini dilakukan untuk mengobservasi gejala serangan dan mengidentifikasi virus yang menginfeksi bawang merah di beberapa wilayah sentral budidaya bawang merah di Jawa. Observasi dilakukan pada delapan wilayah di tiga propinsi (DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur). Tipe serangan virus diamati dan daun bawang merah dan bibit bawang merah yang memperlihatkan gejala terserang virus. Selanjutnya identifikasi isolat virus yang menyerang daun bawang merah dan bibit bawang merah dilakukan menggunakan teknik Enzyme-Linked lmmunosorbent Assay (ELISA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe serangan virus baik pada daun bawang merah maupun bibit bawang merah adalah mozaik disertai strip berwama kuning. Hasil ELISA menunjukkan bahwa tanaman bawang merah kultivar Tawangmangu Biru dan Blumbang, Tawangmangu (Jawa Tengah) dan bibit bawang merah kultivar Philiphine Bima dari Srigading, Sanden, Bantul (DIY) positif terkena Onion Yellow Dwarf Virus (OYDV). Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa bawang merah kultivar Biru, Kuning Tablet, Lokal Tawangmangu, dan Bima Curut memiliki potensi tahan terhadap virus OYDV,sehingga ketiga kultivar bawang merah tersebut dapat dipertimbangkan sebagai kandidat untuk program pemuliaan. Kata kunci : bawang merah, gejala virus, OYDV PENGANTAR Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi ekonomi tinggi di Indonesia. Sayuran ini memiliki senyawa-senyawa penting antara lain sikloaliin, metilaliin, dihidroaliin, kaemfero, kursetin, fliroglusin, dan minyak atsiri. Senyawa-senyawa inilah yang menyebabkan bawang merah banyak digunakan sebagai bumbu dapur karena memiliki cita rasa dan aroma yang khas serta sebagai obat tradisional untuk obat sakit panas, masuk angin, disentri, dan gigitan serangga (Rahayu & Berlian, 2003; Pitojo, 2003). Produksi bawang merah di Indonesia masih kurang dari 10 tonlhektar, sehingga bawang merah masih diimpor untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri (Rahayu & Berlian, 2003). Hal ini masih diperparah dengan adanya serangan hama dan virus dibeberapa lokasi pembudidayaan sayuran ini. Khusus untuk serangan virus pada bawang merah tampaknya sulit untuk dideteksi pada awal penanaman karena umumnya tanaman bawang merah yang sebenamya telah terinfeksi virus tidak menunjukkan gejala-gejala (symptom) yang khas. Apalagi tanaman bawang merah umumnya dibudidayakan secara vegetatif, sehingga penyebaran virus selalu berlangsung dari satu
8
Embed
OBSERVASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS YANG MENGINFEKSI BAWANG …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Jumal Pcrlindungan Tanaman Indonesia, Vol. 14, No.2, 2008: 55 - 62
OBSERVASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS YANG MENGINFEKSI BAWANG MERAH DI JAWA
OBSERVATION AND IDENTIFICATION OF VIRUSES INFECTING SHALLOTS IN JAVA
This study was conducted to observe and identify viruses from infected shallots in several shallot planting center.The observation was done in eight areas of three provinces (Yogyakarta. Central Java. and East Java). Leaves fromshallot plants and shallot germination showing virus symptoms were examined. The leaves were then investigated toidentify viruses infecting shallots using Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). The result revealed that thetype of virus symptoms infecting the shallots was a mozaic symptom with yellow strips. The ELISA analysis showed thatTawangmangu Biru shallot cu/tivar plants sampled from Blumbang. Tawangmangu (Central Java) and PhiliphineBima shallot cultivar seeds collected from Srigading. Sanden. Bantul (Yogyakarta) were positively infected by OnionYellow Dwarf Virus (OYD V). The result also revealed that Biru. Kuning Tablet. Lokal Tawangmangu. and Bima Curutshallot cultivars had the potency to be virus resistant plants and could be considered as candidates for breedingprogram
Key words: OYDV, shallots. virus symptoms
INTI SARI
Penelitian ini dilakukanuntukmengobservasigejala serangan dan mengidentifikasi virus yang menginfeksibawangmerah di beberapa wilayah sentral budidaya bawang merah di Jawa. Observasi dilakukan pada delapan wilayah ditiga propinsi (DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur). Tipe serangan virus diamati dan daun bawang merah dan bibitbawang merah yang memperlihatkan gejala terserang virus. Selanjutnya identifikasi isolat virus yang menyerangdaun bawang merah dan bibit bawang merah dilakukan menggunakan teknik Enzyme-Linked lmmunosorbent Assay(ELISA). Hasil penelitian menunjukkanbahwa tipe serangan virus baik pada daunbawang merah maupun bibit bawangmerah adalah mozaik disertai strip berwama kuning. Hasil ELISAmenunjukkanbahwa tanamanbawang merah kultivarTawangmangu Biru dan Blumbang, Tawangmangu (Jawa Tengah) dan bibit bawang merah kultivar Philiphine Bimadari Srigading, Sanden, Bantul (DIY) positif terkena Onion Yellow Dwarf Virus (OYDV). Hasil penelitian jugamemperlihatkan bahwa bawang merah kultivar Biru, Kuning Tablet, Lokal Tawangmangu, dan Bima Curut memilikipotensi tahan terhadap virus OYDV,sehingga ketiga kultivar bawang merah tersebut dapat dipertimbangkan sebagaikandidat untuk program pemuliaan.
Kata kunci : bawang merah, gejala virus, OYDV
PENGANTAR
Bawang merah (Allium ascalonicum L.)merupakan salah satu komoditas sayuran yangmemiliki potensi ekonomi tinggi di Indonesia.Sayuran ini memiliki senyawa-senyawa pentingantara lain sikloaliin, metilaliin, dihidroaliin,kaemfero, kursetin, fliroglusin, dan minyak atsiri.Senyawa-senyawa inilah yang menyebabkanbawang merah banyak digunakan sebagai bumbudapur karena memiliki cita rasa dan aroma yangkhas serta sebagai obat tradisional untuk obat sakitpanas, masuk angin, disentri, dan gigitan serangga(Rahayu & Berlian, 2003; Pitojo, 2003).
Produksi bawang merah di Indonesia masihkurang dari 10 tonlhektar, sehingga bawang merahmasih diimpor untuk mencukupi kebutuhan dalamnegeri (Rahayu & Berlian, 2003). Hal ini masihdiperparah dengan adanya serangan hama dan virusdibeberapa lokasi pembudidayaan sayuran ini.Khusus untuk serangan virus pada bawang merahtampaknya sulit untuk dideteksi pada awalpenanaman karena umumnya tanaman bawangmerah yang sebenamya telah terinfeksi virus tidakmenunjukkan gejala-gejala (symptom) yang khas.Apalagi tanaman bawang merah umumnyadibudidayakan secara vegetatif, sehinggapenyebaran virus selalu berlangsung dari satu
--
56 Jumal Perlindungan Tanaman Indonesia Vol. 14 No.2
generasi ke generasi berikutnya (Lot et al., 1998;Dovas et al., 2001)
Hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukanmenunjukkan bahwa secara umum ada 3 macamvirus yang umumnya menyerang tanaman bawangmerah yaitu Onion Yellow Dwarf Virus (OYDV),Leek Yellow Stripe Virus (LYSV), dan Shallot LatentVirus (SLV) (Dovas et al., 200]). Berdasarkan hasi1penelitian yang dilakukan oleh Arya et al. (2006),isolat-isolat virus OYDV yang dikoleksi dari India,Jepang, China, dan Belanda menunjukkan adanyapolimorfisme nukleotida pada coat proteinnya.
Secara umum efek yang ditimbulkan olehOYDV dan LYSV adalah timbulnya strip warnakuning pada daun, daun menjadi keriting (curling),dan terjadi penurunan panjang daun, diameterpseudostem, dan berat umbi (Dovas et al., 2001;Shiboleth et al., 2001; Pappu et al., 2005). Efekyang ditimbulkan ini berdampak pada penurunanproduksi berbagai jenis tanaman bawang, termasukbawang merah (Lot et al., 1998;Dovas et al., 2001).
Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukanobservasi gejala serangan virus dan identifikasiisolat virus bawang merah (Allium ascalonicum L.)di beberapa wilayah sentrabudidaya bawangmerah.Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui tipegeja1aserangan virus pada tanaman bawang merahdan jenis isolat virus yang menyerang tanamanbawang merah. Penelitian ini penting dilakukanuntuk memperoleh sumber data dalammengembangkan metode screening ketahananbawang merah terhadap virus pada penelitian yangakan datang, sehingga nantinya akan diperoleh datamengenai kultivar-kultivar bawang merah yangtahan terhadap virus untuk diaplikasikan dalamprogram pemuliaan.
BAHAN DAN METODE
Survei dan Pengambilan Sampel Tanaman danKoleksi Bibit Bawang Merah
Survei dan pengambilan sampel tanamanbawang merah yang menunjukkan gejala terserangvirus dilakukan di Kulon Progo (Wates), Bantul(Srandakan, Sanden, Kretek), Brebes,Tawangmangu, dan Malang (Batu). Daerah-daerahtersebut dipilih karena merupakan sentrapenanaman bawang merah serta telah dilaporkanadanya serangan virus. Secara detail tempat surveidan pengambilan sampel tanaman bawang merahyang terserang virus dapat dilihat pada Tabel 1.
Jumlah kultivar tanaman bawang merah yangdiamati pada penelitian ini seluruhnya adalah 16kultivar. Survei dan pengamatan tanaman bawangmerah yang menunjukkan gejala terserang virusdilakukan dengan cara mengambil 3 sampai ]0 titiksampling dan masing-masing titik sampling diamati30 tanaman. Selanjutnya dari tanaman bawangmerah yang dicuplik diamati jumlah tanaman yangmenunjukkan gejala terserang virus dan yang tidakmenunjukkan gejala terserang virus. Setelah itudaun tanaman yang memperlihatkan gejalaterserang virus maupun sehat dimasukkan dalamtisu dan plastik klip serta diberi label. Selanjutnyadaun tanaman yang terserang virus maupun yangsehat tadi segera dimasukkan ke dalam freezer-20°C sampai dilakukan analisis dengan ELISAuntuk menentukanjenis virus yang menyerang.
Pada penelitian ini juga dilakukan koleksi bibitbawang merah yang diperoleh dari petani padalokasi survei. Bibit bawang merah yang dikoleksiseluruhnya berjumlah 13 kultivar. Bibit-bibitbawang merahyang dikoleksi dari petani di wilayahsurvei tersebut selanjutnyadibawa ke Laboratorium
Tabell. L.okasi survei dan pengambilan sampel tanaman bawang merah yang menunjukkan gejala terserangViruS
Provinsi
DIY
Jawa Tengah
Jawa Timur
Lokasi survei
Parangtritis, Kretek, BantulSrigading, Sanden, BantulSeworan, Trihatjo, Kulon Progo
Arisuryanti et al.: Observasi dan Idcntifikasi Virus Bawang Mcrah di Jawa 57
Tabel 2. Macam kultivar tanaman bawang merah yang diamati dari tiap lokasi survei dan macam bibitbawang merah yang dikoleksi dari tiap lokasi survei
Maeamkultivartanamanbawangmerahyangdiamati
No. Lokasi survei Maeam kultivar bibit bawang merahyang dikoleksi
Genetika, Fakultas Biologi UGM untukdikecambahkan selama 2 minggu. Bibit bawangmerah yang dikecambahkan masing-masingberjumlah 10 bibit. Selanjutnya bagian daun yangmenunjukkan gejala terserang virus diamati dandimasukkan dalam plastik klip, diberi label, dandimasukkan ke freezer sampai dilakukan analisisdengan ELISA untuk menentukan jenis virus yangmenyerang.
Secara detil macam kultivar tanaman bawangmerah yang diamati dari tiap lokasi survei danmacam bibit bawang merah yang dikoleksi dari tiaplokasi survei dapat dilihat pada Tabel 2.
Identifikasi Virus
Identifikasi virus dilakukan dengan metodeELISA (Clark & Adams, 1977) untuk seluruhsampel bawang merah yang terindikasi seranganvirus. Bawang merah yang sehat digunakan sebagaikontrol negatif, sedangkan bawang merah yangterinfeksi positif akan digunakan sebagai kontrolpositif. Tahap-tahapELISA adalah sebagai berikut:
Capture antibody diencerkan 200x denganbuffer karbonat dan dimasukkan ke dalam tiap wellatau sumuran (100 Ill/well) dari e/isa plate,kemudian e/isaplate tersebut diinkubasi pada suhu37°Cselama 4jam. Setelah proses inkubasi selesai,kemudiandilakukanpencucian dengan PBST buffersebanyak 3 sampai 4 kali. Selanjutnyadaun bawangmerah yang memperlihatkan gejala dari masing-masing kultivar ditimbang (0,1-0,3 g) kemudiandigerus dengan mortar. Setelah itu sampel yangsudah digerus tersebut kemudian ditambahkanbuffer karbonat yang kemudian disebut SAP(Catatan: 0,1 g sampel dicampur dengan 1ml buffer
....
karbonat). SAP tersebut selanjutnya dimasukkandalam tabung gelas, diberi label, dan ujungnyaditutup kapas, dan di-vortex supaya sampel danbuffer karbonat bercampur dengan sempuma sertasisa-sisa tumbuhan yang masih kasar terendap. SAPtersebut selanjutnya disentrifus dengan kecepatan13.000 rpm selama 5 menit dan supematan yangdiperoleh kemudian digunakan untuk prosesberikutnya. Supematan yang diperoleh kemudiandiambil dengan mikropipet dan dimasukkan kedalam e/isa plate dan didinginkan pada suhu 40°Cselama 18 jam. Setelah itu dilakukan pencuciankembali dengan PBST buffer sebanyak 3 sampai 4kali.
Proses berikutnya antibodi poliklonal OYDVatau SLY(Agdia) diencerkan 200 kali dengan MRSComponent (10.000 III MRS Component: 50 IIIAntibodi) dan kemudian dimasukkan ke dalam tiapwell dari e/isa plate dan selanjutnya e/isa platetersebut disimpan pada suhu 37°C selama 2 jam.Setelah itu dilakukan pencucian dengan PBSTbuffer 3 sampai 4 kali. Selanjutnya dilakukanpemberian p-nitrophenyl phosphate (PNP) bufferdan diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar.Setelah inkubasi, kemudian dilakukan pembacaanhasil ELISA dengan ELISAREADER pada panjanggelombang 405 nm.
Ana/isis Data
Data yang diperoleh dari ELISA-READERdihitungnilai rata-rataabsorbansidari tiga sumuran.Sampel bawang merah dinilai positif jika nilaiabsorbansinya tiga (3) kali lebih nilai rata-ratakontrol negatifnya (Daryono et al., 2005).
l. Samas, Srandakan, Bantul - Samas2. Kretek, Parangtritis, Bantul Kuning dan Biru3. Srigading, Sanden, Bantul Biru, Philiphine, dan Thailand Probolinggo, Lokal Sanden, Philiphine
Karanganyar9. Temas, Junrejo, Malang Bali Karet dan Philiphine
-- --
58 Jumal Perlindungan Tanaman Indonesia Vol. 14 No.2
Gambar 1. Tanaman bawang merah kultivar Tawangmangu Biru (A) dan bibit bawang merah kultivarPhiliphine Bima, (B) yang memperlihatkan gejala terserang virus (tanda panah putih)
Tabel 3. Nilai rata-rata absorbansi ELISA pada panjang gelombang 405 nm untuk identifikasi OYDV padabibit bawang merah
. . NIlmrata-rataAsal Sampel Nama KultlVar GeJala b b
.405 Keterangana sor anSl nm
Samas, Srandakan, BantulSrigading, Sanden, Bantul
Seworan, Triharjo, Kulon ProgoKeboledan, Wonosari, Brebes
Hasil Pengamatan Tanaman Bawang Merahdan Bibit Bawang Merah yang MenunjukkanGejala Terserang Virus
Hasil survei lapangan menunjukkan bahwa padahampir semua lokasi survei dijumpai tanamanbawang merah yang memperlihatkan gejalaterserang virus. Gejala yang diperlihatkanumumnya adalah mozaik dengan strip wama kuningpada daun. Persentase tanaman bawang merah yangmemperlihatkan gejala terserang virus paling tinggidijumpai pada kultivar Philiphine di daerahSrigading, Sanden, Bantul, DIY yaitu 45,6%.Menurut informasi dari petani di daerah tersebutbawang merah kultivar Philiphine merupakan
kultivar introduksi yang memiliki umbi lebih besardari umbi bawang merah lokal namun mudahterserang virus. Selanjutnyakultivar Bima Juna, danTimor dari Brebes, Jawa Tengah juga merupakantanaman bawang merah yang tinggi persentasenyamemperlihatkan gejala terserang virus yaitumasing-masing 31,94% dan 30,3%. Adapuntanaman bawang merah kultivar Bali Karet danTawangmangu Biru merupakan kultivar yangrendah persentasenya memperlihatkan gejalaterserang virus yaitu masing-masing 8,89% dan10,01%.
Hasil pengamatan pada bibit bawang merahyang dikoleksi dari petani saat surveimemperlihatkan bahwa dari 13 kultivar bibit
Arisuryanti el 01.: Obscrvasi dan Idcntifikasi Virus Bawang Mcrah di Jawa 59
bawang merah yang dikecambahkan, 11 kultivarmenunjukkan gejala terserang virus dan umumnyagejala yang tampak adalah mozaik dengan stripberwarna kuning pada daunnya. Adapun 2 kultivaryang tidak menunjukkan gejala terserang virusadalah bibit bawang merah kultivar LokalTawangmangudan Tawangmangu Biru.
Secara garis besar tanaman bawang merah danbibit bawang merah yang menunjukkan gejalaterserang virus dapat dilihat pada Gambar 1.
Hasilldentifikasi Virus
Hasil uji serologi ELISA menggunakan antibodivirus OYDV pada bibit bawang merah yangdikecambahkan menunjukkan bahwa nilaiabsorbansi kontrol positif pada panjang gelombang405 nm adalah 0,646 dan nilai absorbansi kontrolnegatif adalah 0,172.
Pada penelitian ini yang digunakan sebagaikontrol positif adalah daun dari bibit bawang merahkultivar Philiphine Bima yang menunjukkan gejalaterserang virus, sedangkan yang dipakai sebagaikontrol negatif adalah daun dari bibit bawang merahkultivar Lokal Tawangmangu yang sehat artinyatidak menunjukkan gejala terserang virus. Dengandemikian apabila sampel menunjukkan nilaiabsorbansi di atas tiga kali nilai rata-rata kontrolnegatif (3 x 0,172 = 0,516), maka dinyatakanpositifterkena virus OYDY. Secara detail nilai rata-rataabsorbansiELISA pada panjang gelombang 405 nmuntuk identifikasi OYDV pada bibit bawang merahdapat dilihat pada Tabel3.
Dari Tabel 3 tersebut tampak bahwa bibitbawang merah kultivar Philiphine Bima memilikinilai absorbansi lebih dari 0,516. Berdasarkan haltersebut maka bibit bawang merah kultivarPhiliphine Bima positif terkena virus OYDV,sedangkan kultivar lainnya meskipun menunjukkangejala terserang virus namun tidak positif terserangOYDY.
Hasil uji serologi ELISAmenggunakan antibodivirus OYDV pada tanaman bawang merah yangdicuplik dari lokasisurvei menunjukkanbahwa nilaiabsorbansi kontrol positif pada panjang gelombang405 nm untuk OYDV adalah 0,646 dan nilaiabsorbansi kontrol negatif adalah 0,219. Padapenelitian ini yang digunakan sebagai kontrolpositif adalah daun dari bibit bawangmerah kultivarPhiliphineBima yang menunjukkangejala terserangvirus, sedangkan yang dipakai sebagai kontrolnegatif adalah daun dari bibit bawang merahkultivar Lokal Tawangmangu yang sehat artinyatidak menunjukkan gejala terserang virus. Dengan
demikian apabila sampel menunjukkan nilaiabsorbansi di atas tiga kali nilai rata-rata kontrolnegatif (3 x 0,219 = 0,657), maka dinyatakanpositifterkena virus OYDY. Secara detail nilai rata-rataabsorbansi ELISApada panjang gelombang405 nmuntuk identifikasi OYDV pada tanaman bawangmerah yang dicuplik dari lokasi survei dapat dilihatpada Tabel4.
Dari Tabel 4 tersebut tampak bahwa tanamanbawang merah kultivar Tawangmangu Biru yangdicuplik dari lokasi survei memiliki nilai absorbansilebih dari 0,657. Berdasarkan hal tersebut makatanaman bawang merah kultivar TawangmanguBiru positif terkena virus OYDV, sedangkankultivar lainnya meskipun menunjukkan gejalaterserang virus namun tidak positif terserangOYDV.
Berdasarkan hasil yang diperoleh tampak bahwameskipun bibit bawang merah kultivarTawangmangu Biru tidak menunjukkan gejalaterserang virus (sehat), namun ternyata tanamanbawang merah kultivar Tawangmangu Biru yangdicuplik dari lokasi survei ada yang positifterserangvirus. Hasil ini mendukung penelitian sebelumnyayang menyatakan bahwa bawang merah diIndonesia telah terinfeksi 87% oleh OYDV (VanDijk & Sutarya, 1992).Ini mengindikasikan bahwavirus OYDV yang umumnya menyerang tanamanbawang merah yang ditanam di dataran rendahjugadapat hidup di dataran tinggi dan menyerangtanaman bawang merah yang ditanam di lokasitersebut. Keadaan ini tentunya perlu diantisipasimengingat tanaman bawang merah kultivarTawangmangu Biru umumnya ditanam oleh petanimenggunakan sistem tumpangsari dengan tanamanbawang putih dan cabai merah. Berdasarkanpenelitian sebelumnya oleh Lot et at. (1998)dilaporkan bahwa OYDV selain dapat menginfeksibawang merah juga dapat menginfeksi bawangputih.
Selain itu dari hasil penelitian yang diperolehtampak bahwa meskipun tanamanatau bibit bawangmerah menunjukkan gejala terserang virus, namundari hasil uji serologi dengan ELISA tidakmenunjukkan positif terkena OYDY. Keadaan inimengindikasikan bahwa tanaman maupun bibitbawang merah tersebut mungkin terserang virusselain OYDV atau telah toleran dengan virusOYDV.Berdasarkan hasil survei lapangan, Hartono& K.T. Natsuaki (1998; data tidak dipublikasikan)melaporkan bahwa pada bawang merah diYogyakarta dan Brebes selain OYDV jugaditemukan virus lain yaitu Shallot Latent Virus
---
60 Jumal Pcrlindungan Tanaman Indonesia Vol. 14 No.2
Tabel4. Nilai rata-rata absorbansi ELISA pada panjang gelombang 405 untuk OYDV pada tanaman bawangmerah yang dicuplik dari lokasi survei
Asal sampel Nama kultivar GejalaNilai rata-rata
absorbansi 405 nm Keterangan
Tabel 6. Nilai rata-rata absorbansi ELISA pada panjang gelombang 405 nm untuk SLY pada tanamanbawang merah
Hasil uji serologi ELISA menggunakan antibodivirus SLV pada bibit bawang merah yangdikecambahkan menunjukkan bahwa nilaiabsorbansi kontrol positif pada panjang gelombang405 nm adalah 0,069 dan nilai absorbansi kontrolnegatif adalah 0,068. Adapun hasil uji serologiELISA menggunakan antibodi virus SLV padatanaman bawang merah yang dicuplik dari lokasisurvei menunjukkanbahwa nilai absorbansi kontrolpositif pada panjang gelombang 405 nm adalah0,117 dan nilai absorbansi kontrol negatif adalah0,112. Pada penelitian ini yang digunakan sebagaikontrol positif adalah daun dari bibit bawang merahkultivar Philiphine Bima yang menunjukkan gejalaterserang virus, sedangkan yang dipakai sebagaikontrol negatif adalah daun dari bibit bawang merahkultivar Lokal Tawangmangu yang sehat artinyatidak menunjukkan gejala terserang virus.Berdasarkan hal tersebut tampak bahwa baik padabibit bawang merah maupun tanaman bawangmerah yang dicuplik dari lokasi survei mempunyainilai absorbansi kontrolpositifhampir sarnadengannilai absorbansi kontrol negatif. Ini menunjukkanbahwa baik pada bibit bawang merah maupuntanaman bawang merah yang dicuplik dari lokasisurvei tidak positif terkena SLY.Secara detil nilairata-rata absorbansi ELISA pada panjanggelombang 405 nm untuk identifikasi SLY padabibit tanaman bawang merah dan tanaman bawangmerah yang dicuplik dari lokasi survei dapat dilihatpada Tabel 5 dan 6.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa baikbibit bawang merah maupun tanaman bawangmerah yang dicuplik dari lokasi survei seluruhnyatidak positif terkena SLY mengindikasikan bahwaada kemungkinan vektor yang membawa SLYtidakberkembang biak pada periode pengambilansampel. Keadaan ini sesuai dengan penelitian yangdilakukan oleh Bos (1982) yang melaporkan bahwaSLY selain tertular lewat umbi yang sakit jugaditularkan oleh serangga vektor Myzuspersicae, Mascolonicus, dan Aphis fabae secara non-persisten.
Selain itu dari hasil penelitian ini diperolehbeberapa kultivar bawang merah yang memilikipotensi tahan terhadap virus OYDV yaitu bawangmerah kultivar Biru (Sanden, Bantul), KuningTablet (Brebes), Siam Hijau (Kulon Progo), LokalTawangmangu (Tawangmangu), dan Bima Curut(Brebes).
KESIMPULAN
Tipe gejala seranganvirus yang menyerang daunbawang merah maupun bibit bawang merah yangdicuplik dari lokasi survei adalah mozaik denganstrip berwarna kuning. Hasil uji serologi denganELISA menunjukkan bahwa tanaman bawangmerah kultivar TawangmanguBiru dari Blumbang,Tawangmangu, Karanganyar (Jawa Tengah) danbibit bawang merah kultivar Philiphine Bima dariSrigading, Sanden, Bantul (DIY) positif terkenaOnion YellowDwarf Virus(OYDV).
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih kepadabagian proyek Hibah Bersaing, Direktorat JendralPendidikan Tinggi yang telah memberi dana bagipenelitian ini. Demikian pula kepada Anjar TriWibowo, Meastika Dianeta, Wenny Deishinta,Herlianti Annisa, dan Andi Listiawan yang telahmembantu melakukan survei.
DAFTAR PUSTAKA
Arya, M., V.K. Baranwal, Y.S. Ahlawat, & L. Singh.2006. RT-PCR Detection and MolecularCharacterization of Onion Yellow Dwarf VirusAssociated with Garlic and Onion. Current Science91: 1230-1234.
Bos, L. 1982. Viruses and Virus Diseases of AlliumSpecies. Acta Horticulturae 127: 11-29.
Clark, M.P. & A.N. Adams. 1977. Characteristics ofthe Microplate Method of Enzyme-linkedImmunosorbent Assay for the Detection of PlantViruses. Journal of Virology 34: 475-483.
Daryono, B.S., S. Somowiyarjo, & K.T. Natsuaki.2005. Biological and Molecular Characterization ofMelon-infecting Kyuri Green Mottle Mosaic Virusin Indonesia. Journal of Phytopathology 153: 588-595.
Dovas, c., E. Hatziloukas, R. Salomon, E. Barg, Y.Shiboleth, & N. Katis. 2001. Incidence of VirusesInfecting Allium spp. in Greece. European Journalof Plant Pathology 107: 677-684.
Lot, H., V. Chovelon, S. Souche, & B. Delecolle.1998. Effects of Onion Yellow Dwarf and LeekYellow Stripes Viruses on Symptomalogy and YieldLoss of Three French Garlic Cultivars. PlantDisease 82: 1381-1385.
Pitojo, S. 2003. Benih Bawang Merah. Cetakan I.Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 88 p.
62 Jumal Perlindungan Tanaman Indonesia Vol. 14 No.2
Rahayu, E. & Berlian. 2003. Bawang Merah.Cetakan ke-6. PT.Penebar Swadaya, Jakarta. 112p.
Pappu, H. R., B. C. Hellier, & F. M. Dugan. 2005.First Report of Onion Yellow Dwarf Virus, LeekYellow Stripe Virus, and Garlic Common LatentVirus in Garlic in Washington State. Plant Disease89: 205.
Shiboleth, Y.M., A. Gal-On, M. Koch, H.D.Rabinowitch, & R. Salomon. 2001 MolecularCharacterisation of Onion Yellow Dwarf Virus(OYDV) Infecting Garlic (Allium sativum L.) inIsrael: ThermotherapyInhibits Virus EliminationbyMeristem Tip Culture. Annals of Applied Biology138: 187-195.
Van Dijk & R. Sutarya. 1992. Virus Survey ofGarlic, Shallot, and Welsh Onion in Java Indonesia.
Internal Communication of the DLO Centre forPlant Breeding and Reproduction Research(CPRO-DLO).Wageningen, the Netherland, 70 p.