Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur 0 Naskah Drama OBROK OWOK - OWOK EBREG EWEK - EWEK Oleh DANARTO
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
0
Naskah Drama
OBROK
OWOK - OWOK
EBREG
EWEK - EWEK
Oleh
DANARTO
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
1
TOKOH
SLENTEM (tukang sapu pasar)
PROFESOR SENI RUPA
NYONYA PROFESOR SENI RUPA
SUMIRAH (Juragan Batik)
ATI (Pedagang Batik)
SARIYEM (Ledek)
TUKANG KENDANG.
TUKANG SULING.
TUKANG CLEMPUNG.
WARTI (Pengamen cassette tape recorder)
KUSNINGTYAS (Putri professor, mahasiswi kedokteran)
TOMMY HENDRONEGORO (Pelukis)
NARASI:
MASA LALU, MASA KINI, MASA YANG AKAN DATANG MENJADI SATU, RUANG DAN WAKTU KEMPAL
DALAM SATU SUASANA DAN KEADAAN: PASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA ADALAH RUANG UJIAN
ADALAH KAMAR TIDUR ADALAH TEMPAT NGAMEN ADALAH HARI KETUAAN MENANTI MAUT...
ADALAH... ADALAH…
1. SUMIRAH : Lha ini lho Jeng Ati, yang kemarin sudah saya bilang, batik baru didisain
Tommy.
2. ATI : Waduh ini baru lagi. Bagus betul. Namanya apa ini, Mbakyu Sumirah?
3. SUMIRAH : Ini karya Tommy yang paling lama ia kerjakan. Judulnya “Shadow of your
smile”
4. ATI : C, C, C... Artistik betul.
5. SLENTEM : Betul- betul elok, smile-nya siapa, Mbakyu? Mas TOMMY atau smile-nya,
Mbakyu?
6. ATI : Kamu ini pigi mana sih, Tem, Tem! Tentunya senyumnya Mbakyu Sumirah,
to!
7. SUMIRAH : Sudahlah, Tem. Kamu pigi sana, jauh! Sebelah sana masih banyak yang
harus
kau sapu.
8. PROFESOR : (membaca Koran)
Kalau batik-batik sudah begini sexy , saya kawatir mahasiswa-mahasiswa
saya
bakalan kuliah di pasar Beringharjo.
9. NY. PROF : Ya, Pap? (Memandang heran sambil melanjutkan jahitannya)
10. ATI : Cuma satu ini, Mbakyu?
11. SUMIRAH : Jeng Ati ini pigimana sih. lha wong ini batik tulis.
12. SLENTEM : Ya, Cuma satu dong. Ini saja si Tommy menunggu inspirasinya sebulan
lamanya.
13. ATI : Dikasih harga berapa, Mbakyu?
14. SUMIRAH : Lima belas ribu.
15. ATI : Ya, cocok sudah dengan kreatipiteitnya.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
2
16. SLENTEM : Ini saja Cuma pas-pasan dengan mahalnya inspirasi sekarang.
17. PROFESOR : (masih membaca) Apa memang naik sekarang?
18. NY. PROF : Ya, Pap? (memandang heran lalu melanjutkan jahitannya lagi).
19. PROFESOR : (masih membaca)
Bungkus dah, bungkus situ. Terus terang saja saya khawati, kalau
judul-judul batik tidak direm, bisa jadi hollywood akan bangkrut judul.
20. NY. PROF : Pap? (heran dan menjahit lagi)
21. SUMIRAH : Memang judul amat penting peranannya untuk promosi batik, lebih lebih
ke
luar negeri, Jeng.
22. SLENTEM : Orang harus tahu namanya dulu, sebelum lihat orangnya.
23. SUMIRAH : Jadi pertama: Judul dulu. Kedua: Motip yang melahirkan judul itu.
24. SLENTEM : Ketiga: Berapa lama inspirasinya bisa di gaet. Sebab ini menyangkut ongkos
ongkos.
Untuk merenung sehari saja sudah dua bungkus Dji Sam Soe dan lima gelas
kopi.
25. PROFESOR : Oh…. Ilham. (membaca terus)
26. NY. PROF : Pap! Ada apa sih kok ngomong sendiri. Dapat ilham apa? (heran sejenak,
lalu
menjahit lagi)
27. ATI : Memang semuanya harus terperinci dan tepat, ya, Mbakyu.
28. SUMIRAH : Dengan begitu bisa melahirkan karya yang bagus.
29. SLENTEM : Dan harga yang mahal.
30. SUMIRAH : Sudahlah, Tem, kamu pigi ke sana. Kerja!
31. SLENTEM : Mbakyu tidak merokok?
32. SUMIRAH : Kenapa, memangnya kalau saya merokok kenapa?
33. SLENTEM : Saya juga suka…
34. SUMIRAH : Lantas?
35. SLENTEM : Mbok ya ngrokok.
36. SUMIRAH : Nanti!
37. SLENTEM : Mbok ya sekarang.
38. SUMIRAH : Kenapa, memangnya kenapa kalau saya suka ngrokok, nanti-nanti saja?
39. SLENTEM : Ini sudah waktunya ngrokok.
40. SUMIRAH : Lantas?
41. SLENTEM : Jam-jam begini, baik bagi kesehatan kalau ngrokok.
42. SUMIRAH : Lantas?
43. SLENTEM : O, alah, mbaktu ini kok tidak jelas-jelas, mbok ya saya ini cepat-cepat
dilempar
sepuluh rupiah biar cepat-cepat pergi.
44. SUMIRAH : Duwit logamnya masih batangan, nih!
45. SLENTEM : Duwit kertas juga kagak apa-apa, malah mudah menyimpannya.
46. SUMIRAH : Tem! He Tem! Kesini! Tak bilangi ya! Kalau kamu mungsih nrambul terus
kalau
ada orang ngomong. Sekali lagi, kamu akan saya…
47. SLENTEM : Kremus! (tangannya bergerak mencakar)
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
3
48. SUMIRAH : Nah, betul! Kremus!
49. SLENTEM : Pada pokoknya, saya tak pernah mengganggu orang lain.
50. SUMIRAH : Mbok kamu diam saja kalau ada orang sedang ngomong urusan… urusan…
urusan…
51. SLENTEM : Bisnis…
52. SUMIRAH : Hiya bisnis… Hingga saya dan… dan…
53. SLENTEM : Relasi…
54. SUMIRAH : Hiya relasi, hingga saya dan relasi saya tidak terganggu…
55. SLENTEM : Baik lah Mbakyu Sumirah. Saya berjanji tidak mengganggu, angsal dipenuhi
syaratnya…
56. SUMIRAH : Kamu ini memangnya siapa. Ha!
57. SLENTEM : Saya sa’betulnya memang… Slentem.
58. PROFESOR : Saya sebetulnya bukan professor…
59. NY. PROF : Kenapa, Pap? Siapa yang sebetulnya bukan professor?
60. PROFESOR : Banyak yang belum saya kerjakan.
61. SUMIRAH : Banyak yang belum saya kerjakan, sana Tem… Saya harus menyiapkan
sesuatu
untuk Tommy.
62. ATI : Lha hiya Mbakyu. Ngomong-ngomong pagi mana ini kabarnya Mas
Tommy?
63. SUMIRAH : Ah, laki-laki! Saya dengar sebentar lagi diambil menantu sama profesornya.
64. ATI : Mbok jangan begitu to Mbakyu.
65. SUMIRAH : Tenan kok jeng. Dia memang pantes dapat KusningTYAS.
66. SLENTEM : Asmara memang suka berbelit-belit.
67. ATI : Percintaan dua tahun masak bisa guyah hanya karena sedas-desus.
68. SLENTEM : Gosip bisa bikin grogi.
69. SUMIRAH : Ini benar lho, Jeng.
70. SLENTEM : Ada faktanya?
71. ATI : Sejak kapan Mbakyu dengar tentang hubungan Mas TOMMY dengan…
72. SLENTEM : Kusning Tyas, mahasiswi Fakultas Kedokteran tingkat 3, putri Pak Professor
Seni rupa.
73. SUMIRAH : Sudah lama sebenarnya, tapi sengaja saya diamkan saja, sebelum melihat
sendiri buktinya.
74. PROFESOR : Aku juga kepingin lihat buktinya sendiri. (Sambil terus membaca)
75. NY. PROF : Bukti apa, Pap?
76. PROFESOR : Tentang Tommy.
77. NY. PROF : Kenapa?
78. PROFESOR : Aku dengar dia sudah pacaran, bahkan sudah lama hidup bersama dengan
juragan batik Beringharjo
79. NY. PROF : Ah, mosok. Dengar dari siapa?
80. PROFESOR : Dari kawan dosen.
81. NY. PROF : Kus sudah dengar?
82. PROFESOR : Belum.
83. NY. PROF : Jangan main tuduh dulu, Pap, sebelum lihat sendiri buktina dan jangan
sampai
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
4
terdengar oleh Kus.
84. SUMIRAH : Tetapi aku sudah lama dengar.
85. ATI : Dari siapa, Mbakyu?
86. SUMIRAH : Dari Slentem.
87. SLENTEM : Maut! Ini maut namanya. Lha wong saya tidak tahu apa-apa kog dituduh
dengan sewenang-wenang.
88. SUMIRAH : Tem! Kesini! Kalau kamu tidak ngaku, tau rasa!
89. SLENTEM : Ajinomoto! Saya tidak pernah ngomong apa-apa tentang apa-apa terhadap
siapa-siapa.
90. SUMIRAH : Kamu terus terang saja atau dipecat sebagai tukang sapu!
91. SLENTEM : Ogah semuanya!
92. ATI : Lho bagai mana tho. Kog Mbakyu bisa dengar dari Slentem.sedang Slentem
mengelak?
93. SUMIRAH : Slentem. pernah ngomong-ngomong dengan Tukijo, itu yang jual burjo di
Pintu
Utara, tentang hubungannya TOMMY dengan Kus. Dia tidak tahu kalau
saya
ada di balik pagar di toko besi. Serta merta aku mendekat setelah dengar
dia
dengan Tukijo asyik sekali dan lama ngomong-ngomongnya.
94. SLENTEM : Ngarang! Ngarang! Ntar saya bawain mesin tik sama kertas, deh!
95. SUMIRAH : (Mengepal) Ngaku cepat atau saya kremus!
96. ATI : Kapan itu Mbak?
97. SLENTEM : Sudah lama sekali.
98. PROFESOR : Sudah lama sekali.
99. NY. PROF : (bareng dengan Ati) Sudah lihat buktinya?
100. SUMIRAH : (bareng dengan Profesor) Belum.
101. PROFESOR : Saya ingin cari orang yang namanya Slentem., tukang sapu pasar. Kata
kawan
dosen saya itu, dia dengar dari dia, ketika dia makan bubur kacang ijo di
Pasar
Beringharjo.
102. SLENTEM : Ngarang! Ngarang! Aku telah dituduh habis-habisan campur debu!
103. SUMIRAH : Pokoknya momot kepalamu nanti.
104. ATI : Sudahlah Tem, kamu ngaku saja. Supaya persoalannya cepat selesai.
105. SLENTEM : Buktinya apa?
106. SUMIRAH : Apa perlu saya larak kemari Tukijo?
107. SLENTEM : Please…..
108. SUMIRAH : Atau kamu saya seret ke warungnya!
109. SLENTEM : No!
110. ATI : Kalau kamu cepat ngaku dan menceritakan semua hubungan Tom dan Kus,
itu
lebih baik daripada kamu diam saja. Kalau begini terus dan berlarut-larut,
semuanya akan menjadi resah dan suaana menjadi panas. Kamu senang
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
5
kalau
udara menjadi umob?
111. SLENTEM : Apa yang musti saya ceritakan kalau tidak ada dongeng? Apa yang musti
saya
lihat kalau tidak ada pemandangan?
112. SUMIRAH : Jangan pura-pura, ya? Kamu katanya pernah lihat TOMMY boncengan
vespa
sama Kus nonton di Rahayu.
113. SLENTEM : Tak pernah! Mustahil!
114. ATI : Ayolah, Tem. Kok kaya kita ini bukan kawan lama. Kalau kamu sedang repot
sering dibantu Mbakyu Sum. Sekrang mengaku dongeng sedikit saja tidak
mau.
Apa sih keberatanmu?
115. SLENTEM : Pada hakekatnya aku tidak tahu apa-apa tentang hubungan TOMMY dan
Kusningtyas. Titik!
116. SUMIRAH : O, begitu to balasanmu, terhadap kebaikan orang lain? Awas kalau kamu
pada
suatu ketika nanti merengek-rengek kepada saya. Ora ciut!
117. SLENTEM : Mustahil terjadi!
118. SUMIRAH : E’ e’ e’, baru saja merengek-rengek minta rokok. Sudah lupa ya?
119. SLENTEM : Aku Cuma mengatakan bahwa kita punya selera yang sama, bahwa kita
sama-
sama suka merokok.
120. SUMIRAH : Baiklah! Baiklah. Mulai sekarang kita tak usah berkawan dan tak usah
ngomong.
121. SLENTEM : Okey! Okey! Semaumu. Orang tidak ngaku kog dipaksa-paksa.
122. NY. PROF : Jangan maksa-maksa lho Pap.
123. PROFESOR : Buat apa. Sama tukang sapu kog maka-maksa. Dipancing rokok sebatang
saja
kan terus ndongeng.
124. SLENTEM : Aku tak butuh diberi rokok. Aku bisa beli sendiri.
125. SUMIRAH : Awas nanti kalau sebentar saya merokok, kamu boleh pusing sendiri.
Pokoknya
kita tidak berkawan lagi dan tidak ngomong lagi.
126. SLENTEM : Sesukamu! Aku bisa beli rokok sendiri dan bisa ngomong sendiri.
127. SUMIRAH : Coba beli sekarang. Saya kepingin lihat kamu beli rokok.
128. SLENTEM : Nanti saya beli.
129. SUMIRAH : Saya pingin lihat sekarang.
130. SLENTEM : Mbok nanti saja.
131. SUMIRAH : Coba sekarang?
132. SLENTEM : Okey, saya berangkat. (PERGI)
133. ATI : Slentem. itu memang terlalu. Tidak tahu terima kasih.
134. SUMIRAH : Ingin rasanya saya menangis menjerit-jerit kalau begini ini. Tommy. Oh
Tommy.
135. ATI : Sudahlah Mbak. Semuanya kan belum pasti. Harus kita selidiki dulu.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
6
136. SUMIRAH : Semuanya sudah jelas. TOMMY sudah tak suka lagi kepada saya.
137. ATI : Tidak semudah itu Mbak.
138. SUMIRAH : Jelas dong Jeng, Jelas.
139. ATI : Ditunggu saja perkembangan selanjutnya.
140. SUMIRAH : Buat apa?.... Dua tahun kita bina bersama. Berat dan penuh pertengkaran.
Jika
dia kesukaran aku sanggup membantunya. Sedang jika aku sedang
membutuhkan sesuatu, TOMMY bisa mengatasi keadaan dengan baik.
141. ATI : Itulah Mbakyu. Mas Tommy dan Mbakyu, sudah merupakan pasangan yang
manis. Sayang kalau terjadi bentrokan-bentrokan. Mas Tommy pelukis laris,
sedang Mbakyu juragan yang bisa menghargai uang. Klop! Mas Tommy
juga
sungging Batik yang ahli, sedang Mbakyu bisa memanfaatkan kepandaian
kepandaiannya hingga tepat mengenai sasarannya. Klop! Hasil usaha
bersama
yang saling isi mengisi demikian jarang bisa dilakukan orang lain. Seluruh
pasar
Beringharjo boleh di cari juragan-juragan Batik yangmampu berpasangan
begitu serasi seperti Mbakyu dan Mas Tommy. Boleh di hitung, berapa
orang
yang benar-benar pasangan yang menggairahkan, yang bisa bikin iri orang
yang tidak saja rukun, tapi juga pandai memajukan usahanya hingga
berkembang dengan baik dan menguntungkan.
Coba, siapa yang mampu, siapa? Dengan demikian adalah amat sayang
kalau bertengkar terus, lantas menjadi panas, apalagi berpisahan. Ini
sayang, sayang sekali, tak mungkin mampu diulangi lagi, tidak oleh saya,
ataupun Sumiati, ataupun oleh Siti, ataupun oleh siapa saja. Ini adalah
cocok, benar-benar pasangan yang mesra, benar-benar yang…
142. NY. PROF : Harmonis! Papi lihat, kalau dia ngobrol di kamar tamu dengan Kus, benar
benar pasangan yang sudah satu, tak mungkin berpisah, Pap, begitu aku
merasakan kebahagiaan kalau mereka sudah mulai nyruput the bersama-
sama.
143. PROFESOR : Tetapi mulai sekarang harus dicurigai.
144. PROF + ATI : Harus diselidiki dulu secara hati-hati jangan gegabah.
TOMMY MASUK.
SERTA MERTA SUMIRAH CERAH DAN MENYAMBUTNYA DENGAN MESRA.
145. TOMMY : Piye Sum, sudah kumpulkan kritikan-kritikan seluruh kawan-kawan di sini
tentang batik baru kita? Bagaimana pendapat pak Suryo, Ibu Dibyo dan
Jeng
Mari?
146. SUMIRAH : Tom, seluruh kawan-kawan pada dasarnya senang. Cuma Pak Suryo, Bu
Dibyo
dan Mari tidak.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
7
147. TOMMY : Kritikan-kritikan dari ketiga orang ini yang penting Sum, demi kemajuan
usaha
kita. Apa kata mereka?
148. SLENTEM : Rutin!
149. SUMIRAH : Tem! Berapa kali aku peringatkan! Kenapa ih? Ada apa sih sukamu nrambul
melulu?!
150. SLENTEM : Kita tidak berkawan dan tidak beromong lagi. (MENGELUARKAN
SEBUNGKUS
ROKOK)
151. SUMIRAH : Kamu hari ini kok perayaan betul?! (MELIHAT ROKOK Slentem) Lho,
darimana
kau copet itu, ha?
152. SLENTEM : (Bersiul-siul, berlagak, sambil menyulut rokoknya)
153. SUMIRAH : Kamu nyolong dari mana Tem! Wah, drawasi ini.
154. SLENTEM : Kita tidak berkawan dan tidak beromong lagi.
155. ATI : Wah Slentem mulai kumat.
156. SLENTEM : Jangankan sebungkus, lha mbok sekarang seluruh kios rokok… (MENEPUK
NEPUK SAKUNYA)
157. SUMIRAH : Tom, darimana dia garong itu? Padahal barusan dia merengek rengek
minta
saya.
158. SLENTEM : (CEPAT-CEPAT BERLALU)
159. TOMMY : Saya yang kena bajak tadi.
160. SUMIRAH : O, lagaknya…( SAMBIL MENCARI Slentem, YANG DICARI SUDAH TIDAK ADA)
161. TOMMY : Bagaimana kata mereka?
162. SUMIRAH : Apa?
163. ATI : Itu lho Mbak… Pak Suryo….
164. SUMIRAH : O, hiya…. Kritikan mereka… ya… rutin seperti kata Slentem tadi.
165. TOMMY : Ah, begitu saja selalu dalam mengritik… Sementara disai batik begitu maju
pesat, kritikan-kritikan tak pernah maju-maju.
166. ATI : Janganlah di ambil serius, kritikan-kritikan itu Mas Tom.
167. TOMMY : Soalnya bukan serius atau tidak, tetapi bunyi kritikan itu selalu sama saja
dari
dulu hingga sekarang. Dan mereka senada. Aku telah berusaha keras untuk
menciptakan motip-motip baru, warna-warna baru, dan tidak jarang aku
bekerja terlalu lama hingga aku lupa sama Sumirah, bahwa ada seorang
yang
selama ini selalu setia mendampingiku.
168. ATI : Sebenarnya Pak Suryo, Ibu Dibyo dan Marie mestinya juga berusaha keras
untuk membuat kritik-kritik yang lain dan lebih maju dari yang sudah-sudah.
169. TOMMY : Itulah yang saya maksud. Mereka tidak tahu betapa cintaku kepada batik…
170. SUMIRAH : Juga sampai sekarang kan masihcinta, Tom?
171. ATI : (SADAR) Mbakyu?!
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
8
172. TOMMY : Lebih-lebih sekarang. Aku tambah yakin lagi setelah aku ciptakan “Shadow
of
your smile”.
173. SUMIRAH : Soalnya itu senyum siapa, Tom.
174. ATI : Mbakyu.
175. TOMMY : Apa maksudmu, Sum?
176. SUMIRAH : Senyuman kan banyak dan manis-manis.
177. TOMMY : Tentu saja senyummu, sweet heart. (SAMBIL MEMELUK SUMIRAH)
178. SUMIRAH : Apa benar, Tom?
179. ATI : (RESAH) Sudahlah Mabk Sum.
180. TOMMY : Ada apa memangnya?
181. SUMIRAH : Laki-laki sering mempunyai maksud yang bercabang.
182. TOMMY : Cabangnya memang banyak, tapi realisainya Cuma satu.
183. SUMIRAH : Apa benar, Tom.
184. TOMMY : Tentu, sayang. (MEREKA BERPELUKAN)
185. SLENTEM : (MENYANYI) Fly me to the moon. (SELANJUYNYA DENGAN SIULAN)
ATI GEMAS SEKALI KEPADA SLENTEM, SECARA HATI-HATI MENYURUH SLENTEM
MENYINGKIR, TAPI SLENTEM PURA-PURA TAK TAHU, SUMIRAH DAN TOMMY TERUS DUDUK
BERDAMPINGAN MESRA SEKALI.
186. SLENTEM : (MENIRUKAN SUARA SUMIRAH) Jika aku semesta, engkau apanya, Tom?
187. SLENTEM : (MENIRUKAN SUARA TOMMY) Akulah Apollo sebelas.
(SUMIRAH DAN TOMMY SALING BERPANDANGAN)
188. SLENTEM : (SUMIRAH) Jika aku bulan…
189. SLENTEM : (TOMMY) Akulah Neil Armstrong.
190. ATI : Tem!
191. SLENTEM : (ROMEO) (MENGELUARKAN BUKU ROMEO & JULIET DAN MEMBACANYA)
Duh
Juliet sayang. Aku bukan mualim juga bukan pilot, tapi andaikata kau jauh,
sejauh pantai dibasuh laut tak terhingga. Tetaplah kusabung untung untuk
pahala ini.
192. SLENTEM : (JULIET) Oh, Romeo…. Alpha Romeo!
SLENTEM MENDEKATI TEMPAT DUDUK PROFESOR YANG TERTIDUR, LALU BERSEMBUNYI DI
BELAKANGNYA.
193. SLENTEM : (MENIRUKAN SUARA PROFESOR) Aku bisa membayangkan bagaimana si
Tommy dan juragan batik itu berpelukan dengan mesranya. Sementara itu
ekor
si Tommy menggayut-gayut pinggang Kusningtyas.
194. NY. PROF : Lha illah, sampai demikian curigamu, Pap?
195. SLENTEM : (PROFESOR) Mengerikan….
196. NY. PROF : Pikiranmulah yang mengerikan, Pap!
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
9
(MENDEKATI SUAMINYA DAN MENYAMPER KORAN BACAANNYA, SADAR BAHWA SUAMINYA
TERTIDUR, IA JADI KAGET DAN TERDUDUK KEHERAN-HERANAN, SEMENTARA SLENTEM SUDAH KE
SAMPING)
MASUK TUKANG NGAMEN: TUKANG NGAMEN KENDANG, TUKANG SULING, TUKANG KEMPUNG
(SITER), DAN LEDEK.
197. SLENTEM : Mari-mari. Waduh, kebetulan sekali ini.
198. SARIYEM : Mas Slentem. Kok dengaren sih. Gropyok betul.
199. T. KENDANG : Sedang panen barangkali.
200. SLENTEM : Ah, lumayan sja bajakannya hari ini.
201. T. SULING : Wajahmu kok begitui plempas-plempus, to Tem.
202. SLENTEM : Biarlah, asal mulut mengepul terus.
203. T KLEMPUNG :Mbok sekali-sekali kamu nembang, Tem.
204. SLENTEM : Kalau saya mau nembang, o… sudah kemarin-kemarin saya naik mobil.
205. SARIYEM : Lha mbok ya hiya, to Mas Slentem.
206. SLENTEM : Biarlah kamu saja, Yem, yang naik mobil. Saya sudah bosan.
207. TOMMY : Kalau kamu pidato terus, lantas kapan ada lagu yang boleh nyelinap di
telinga
saya?
208. SLENTEM : Baiklah, baiklah. Bersiaplah anak-anak. Mas TOMMY mau pesen lagu. Atur
posisi masing-masing.
Coba kerongkonganmu diurut dulu , Yem. Lha Mas Tommy, ini semua
sudah oke. Silahkan.
209. TOMMY : Mau gending apa Sum?
210. SUMIRAH : Terserah. Asal romantis.
211. TOMMY : “Yen ing tawang ana lintang”. Coba. Yang keras ya, Yu.
TUKANG NGAMEN ITUPUN MULAI.
212. SUMIRAH : Aku ingat ketika kita sedang membangun percintaan yang pertama kali,
Tom.
213. TOMMY : Tentu. Inilah lagu yang tak mungkin kita lupakan.
SUMIRAH DAN TOMMY NGOMONG TERUS, KALIMAT MULUTNYA TERBUKA DAN TERTUTUP TANPA
KEDENGARAN SUARANYA KARENA SUARA-UARA TUKANG NGAMEN ITU.
BEBERAPA PENONTON DIAJAK BERJOGED OLEH SARIYEM.
MUNCUL TUKANG NGAMEN PEREMPUAN, SENDIRIAN, MEMBAWA CASSETTE TAPE RECORDER:
WARTI.
214. SLENTEM : Lho , ini Warti
215. WARTI : Hallu , Tem. Hallu Mas Tommy dan Makyu Sumirah.
216. TOMMY : Stop! “Lintang di tawang”. Stop!
(MEREKA MENGHENTIKAN TEMBANGNYA DAN TETABUHANNYA)
(BEBERAPA PENONTON YANG DIAJAK MENARI KEMBALI DUDUK)
217. SLENTEM : Ada cassette baru, Ti?
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
10
218. WARTI : ADA DONG… Banyak.
219. SUMIRAH : Apa?
220. WARTI : Apa saja dong.
221. SLENTEM : Hayo coba apa?
222. WARTI : Mau apa?
223. SUMIRAH : Kenes banget kamu sekarang. Sebutkan saja.
224. WARTI : When I First saw you, ada. Rolling love, ada. Moonlight country, ada.
225. SLENTEM : Cuma itu?
226. WARTI : Ambumu, kamu minta apa memangnya?
227. SLENTEM : You and me and sex?
228. WARTI : Trombakanmu, memangnya sejak kapan kau bisa ngarang lagu?
229. SLENTEM : Jadi belum ada lagu itu? Ntar saya tulis, deh.
230. TOMMY : Sum, lagu apa maumu?
231. SUMIRAH : Love story aja deh, Tom.
232. WARTI : Love story mahal. Rp. 25.
233. SUMIRAH : Mahal betul.
234. WARTI : Habis,ngambilnya aja sudah Rp.20. Belum perhitngan sekarang masih
menduduki anak tangga yang ke : 3 di R.R.I. Pusat.
235. TOMMY : Sudahlah, sudahlah. Putar aja, deh….
WARTI MEMUTAR CASSETTE LOVE STORY.
SEMENTARA TUKANG NGAMEN LAINNYA BERSUNGUT-SUNGUT.
SARIYEM BANGKIT TAK TAHAN, KETIKA LAGU “LOVE STORY” BARU SAJA MULAI.
236. SARIYEM : Silahkan! Silahkan! Terus!
Memangnya aku dianggap apa atas dasar ini semua. Pada hakekatnya kami
adalah orang-orang yang menurut. Tetapi kalau dibeginikan terus, apa yo
kuwat! Ti! Warti! Mentang-mentang kamu sugih, ya! Punya tape’ rekorder,
ya! Memangnya aku sundal bulukan, kok main-mainken terus.
(SARIYEM MEMATIKAN TAPE RECORDER)
Sudah sejak dari prapatan ngGayam sampai peristiwa di Gampingan. E, E di
pasar Beringharjo sini, jebul kamu mengulang sejarah lagi.
237. TOMMY+SUMIRAH : Sabar, Yem, Sabar.
238. SARIYEM : Diam kamu semua!
239. WARTI : Sebentar Yem.
240. SARIYEM : Diam! Aku belum habis membeberkan fakta (untuk ancang-ancang marah
lagi)
Begitu ya tabiatmu. Padahal kita dulu teman sekolah lho, Ti. Laha kok
sekarang
kamu berani nracak. Otakmu ini mau kamu taruh dimana to, Ti, Ti, Ti.
Aku, yang suaraku lebih bagus dari seluruh pita tapemu, gigi-gigiku lebih
bagus,
bibirku lebih bagus, lidahku lebih bagus, tenggorokanku lebih bagus, lha
kok
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
11
kamu seenaknya saja membajak segala jerih payah kami. Kamu pada
hakekatnya sudah bertindak kriminil dan tak sopan. Benar-benar aku tak
mengira bahwa kamu berani bertindak sejorok itu. Warti! Warti! Edan
tenan
kowe!
241. WARTI : Aku adalah aku. Aku bertindak hanya karena disuruh. Kita memang teman
sekolah. Dulu, sekarang kita saingan.
242. ATI
243. SLENTEM
244. TOMMY
245. SUMIRAH : E, E, E…
(GERAKAN KEEMPAT ORANG INI SEPERTI PENYANYI KWARTET YANG GERAKAN-GERAKANNYA
SIMETRIS MENARIK)
246. SARIYEM : Tidak Cuma saingan, tetapi musuh.
247. WARTI : Jadilah, Kita musuh!
(SEMENTARA ITU KETIGA TUKANG NGAMEN LAINNYA TERTIDUR PADA INSTRUMENNYA MASING-
MASING)
SLENTEM KELUAR LALU MASUK LAGI MEMBAWA DUA BUAH BUSUR DAN PANAHNYA LALU
DIBERIKAN MASING-MASING KEPADA SARIYEM DAN WARTI! SOUND SYSTEM MENGUMANDANGKAN
GENDING JAWA UNTUK MENGIRINGI PERTANDINGAN ANTARA DUA ORANG KSATRIA PUTRI.
248. SARIYEM : Mati kamu, Mustakaweni!
249. WARTI : Srikandi, Go to hell!
(LALU SARIYEM DAN WARTI KEJAR MENGEJAR SA,BIL MERENTANGKAN BUSURNYA SEBAGAI PENARI-
PENARI SECARA HALUS, MEMERANKAN MUSTAKA WENI DAN SRIKANDI YANG MELAKUKAN DUEL.
LALU MENGHILANG KELUAR PANGGUNG)
ATI+SLENTEM+TOMMY+SUMIRAH : (TERHERAN-HERAN MELONGO SEPERTI PENYANYI YANG
MENYUDAHI NYANYIANNYA)
SLENTEM SADAR LALU MEMBANGUNKAN KETIGA TEMAN SARIYEM YANG KAGET LAU BURU-BURU
PERGI BERLARIAN.
TOMMY DAN SUMIRAH KEMBALI DUDUK.
SLENTEM MASIH MENGAWASI MEREKA, LALU MENDEKATI TOMMYDAN SUMIRAH.
SLENTEM MENADAHKAN TANGAN TANDA MINTA KEPADA MEREKA BERDUA.
250. TOMMY+SUMIRAH : Kumat kamu, Tem! Hh… Apa? Apa?...
251. SLENTEM (MESEM) : Mewakili mereka eh, eh…. Atas nama mereka.
252. TOMMY+SUMIRAH : Apa? Apa? Hah?
253. SLENTEM : Come on! Selak pegal, nih.
254. TOMMY+SUMIRAH : Kolokan amat kamu, Tem!
255. SLENTEM : Ini kan hak mereka (SAMBIL MENIMANG-NIMANG TANGANNYA YANG
MENADAH)
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
12
256. TOMMY+SUMIRAH : Sialan!
(SAMBIL TERPAKSA MENGAMBIL UANG DARI SAKUNYA DAN DILEMPARKAN KE LANTAI SECARA
GEMAS)
257. SLENTEM : Begitu dong! (SAMBIL BERSIUL-SIUL)
258. SUMIRAH : Acaramu kemana Tom sekarang?
259. TOMMY+PROFESOR : Ujian.
260. TOMMY : Aku berangkat sekarang. Professor pasti sudah menunggu, nih.
261. PROFESOR : Aku sudah lama menunggu, sialan.!
262. NY. PROF : Menunggu siapa, Pap?
263. PROFESOR : Menantumu.
264. TOMMY : (GUMAM) Mertua… mertua…
265. SUMIRAH : (HERAN MENATAP) Ada apa, Tom?
266. TOMMY : Mana “Shadow of your smile”, saya unjukin sama professor.
TOMMY BERANGKAT TERSENYUM-SENYUM. MENGITARI PANGGUNG SEKALI LALU SAMPAI KE
RUMAH PROFESOR.
267. TOMMY : Selamat siang Profesor.
268. PROFESOR : Selamat atau bencana.
269. NY. PROF : Apa-apaan sih pap, kamu ini. Selamat siang nak TOMMY Silahkan. Silahkan.
270. TOMMY : Terima kasih, Bu.
271. PROFESOR : Aku kira kamu nggak ingat ujian Tom….
272. TOMMY : Tidak mungkin professor. Saya toh ingin lulus secepatnya.
273. PROFESOR : Seandainya tidak lulus, Tom?
274. SUMIRAH : Tak jenggung kepalamu.
275. SLENTEM : (HERAN) Ya Sumirah uring-uringan melulu.
276. ATI : Sedang melamun apa dia?
277. SLENTEM : Sedang fly….
278. PROFESOR : Bagaimana, Tom?
279. NY. PROF : Tidak takut menakut-nakuti begitu,pap.
280. PROFESOR : Saya tidak menakut-nakuti. Kadang-kadang semua kan sukar di tempuh.
281. TOMMY : Bapak memang benar, Bu. Dan saya harus merasa wajar menerima itu
semua.
282. NY. PROF : Itu bukan prinsip. Semua bisa di bikin-bikin.
283. SUMIRAH : Jelas, semua bisa dibikin-bikin.
284. SLENTEM : (HERAN) Maut….
285. ATI : Mbakyu Sumirah… Yu Sum….
286. SLENTEM : Fly-nya sudah tinggi sekali.
287. PROFESOR : Tinggi sekali kamu ngelantur mam. Aku toh sudah secara jujur
mengutarakan
sesuatu. Aku tak pernah bikin-bikin. Biar soal ujian, itu tidak saya bikin-bikin.
Begitu muncul saja dari pikiran.
288. TOMMY : Bapak memang benar, Bu. Juga jawaban- jawaban saya , begitu saja
menghambur.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
13
289. NY. PROF : Itu karena kamu sudah keras belajar.
290. PROFESOR : Tom, kamu membawa disain batik baru?
291. TOMMY : “Shadow of your smile” ini prof.
292. NY. PROF : Wah, hebat Tom kamu. Ini bagus untuk ibu Tom,
293. TOMMY : Memang pantas untu Ibu, memang inimaksudnya untuk Ibu.
294. NY. PROF : Terima kasih, Tom.
295. TOMMY : Tetapi, Bu ini satu-satunya contoh yang ingin saya perlihatkan ke Jakarta.
Jadi
bolehkah saya pnjam dulu. Nanti saya antar kembali ke sini.
296. NY. PROF : Janji ya, jadi kamu pinjem dulu ya.
297. TOMMY : Ya, Bu saya pnjam dulu. Saya juga sedang mempersiapkan beberapa disain
lagi.
298. PROFESOR : Tetapi Tom, kamu nggak maju-maju. Begini-begini doing disainmu.
299. TOMMY : (INGAT KRITIKAN DI PASAR JADI MARAH) Bapak juga nggak maju-maju.
Begini-
begini doang kritiknya.
300. PROFESOR : Kamu bagaimana sih, dikritik begitu saja marah, seolah-olah kamu bukan
seniman saja.
301. NY. PROF : Papa sih, ngritiknya Cuma begitu.
302. PROFESOR : Kamu juga ikut-ikut menghambat kemajuan seniman saja. Mengkritik
secara
keras itu penting untuk kemajuan. Dan kamuyang Cuma mendengar kritik
saja
sudah tidak kuat. Itu berarti kamu menghambat segala sesuatu yang
diusahakan maju.
303. TOMMY : Saya datang untuk ujian prof, tidak untu mendengar kritikan-kritikan.
304. PROFESOR : Ini semua termasuk ujianmu.
305. NY. PROF : Pap, kendali, pap… Kendali.
306. TOMMY : Aku tidak mau semua diujikan kepada ku.
307. PROFESOR : Sudah terlanjur.
308. TOMMY : Tidak mungkin.
309. PROFESOR : Mungkin saja.
310. TOMMY : Aku tidak mau.
311. PROFESOR
312. SUMIRAH : Aku mau.
313. TOMMY+SLENTEM : Tidak! Nooooo!
314. PROFESOR+SUMIRAH : Bukaaaan!
315. TOMMY+SLENTEM : No! No! No! No! No! No!
316. PROFESOR
317. SUMIRAH : Yes! Yes! Yes! Yes! Yes! Yes! Yes!
318. ATI+PROFESOR : Bukan! Bukan! Bukan! Bukan! Bukan! Bukan!
319. TOMMY+SLENTEM : O! O! O! O! O! O! O! O! O! O! O!
320. PROFESOR+SUMIRAH : E! E! E! E! E! E! E! E! E! E! E! E!
321. ATI+PROFESOR : U! U! U! U! U! U! U! U! U! U! U! U!
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
14
(LALU MEREKABERPINDAH KELOMPOK: PEREMPUAN JADI SATU: ATI + SUMIRAH + NY,PROFESOR,
DAN LAKI-LAKI MENJADI SATU: TOMMY + PROFESOR + SLENTEM, SEPERTI PENYANYI)
322. ATI
323. SUMIRAH
324. NY. PROF : O! O! O! O! O! O! O! O! O! O! O!
325. TOMMY
326. PROFESOR
327. SLENTEM : U! U! U! U! U! U! U! U! U! U! U!
(KEMUDIAN MEREKA KEMBALI LAGI KE TEMPAT MASING-MASING, ADEGANPUN KEMBALI SEPERTI
SEMULA)
MEREKA TENANG SEJENAK.
328. NY. PROF : Tom…. Selama ini disain-disain ini dibabar dimana? Pakah kamu udah
mempunyai langganan tetap?
329. SLENTEM : Rasain lu, Tom.
330. TOMMY : Sudah, Bu.
331. NY. PROF : Dimana dan siapa itu? Tom?
332. TOMMY : Ada jauh disana , Bu. Dia juga orang.
333. NY. PROF : Bukan begitu maksud Ibu. Kalau kamu sudah punya langganan tetap, itu
berarti
akan lebih murah.
334. PROFESOR : (BERBICARA SEPERTI SERENTETN TEMBAKAN YANG TAK PUTUS-PUTUS)
Seorang disainer seperti kamu Tom, untuk menambah pengalaman
tentulah
kamu sudah sewajarnya berhubungan dengan orang yang dekat dengan
batik;
apakah itu pembatikan ataukah pengusaha pembATIkan atau pengecer-
pengecer, setidak-tidaknya kamu sudah biasa pergi ke pasar untuk melihat
sendiri sampai dimana kegiatan batIk diselenggarakan orang-orang yang
tradisionil maupun yang modern dan temporer, bahwa akhirnya semuanya
diterima wajar sebagai suatu kebutuhan yang saling melengkapi, apapun
dan
bagaimanapun bentuknya, sehingga kritikan yang bagaimanapun pedasnya
adalah pada hakekatnya untuk pemenuhan kebutuhan yang belum
memadai
dan itu haruslah diterima secara terbuka dan wajar bagi para creator,
konsumen maupun produsen demi utuhnya jalunan persaudaraan di dalam
koperasi serba ragam seribu satu malam keuntungan material maupun
ruhani
yang selalu terwujud dalam setiap manifestai dari kehendak mayarakat
yang
ingin selalu maju dan membangun adalah suatu khabar telegram yang
menggembirakan manakala setiap warga sudah mau ngomong dan jalinan-
jalinan segera tersusun apakah itu baru dalam taraf pacaran ataupun sudah
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
15
lebih jauh lagi menjadi misalnya telah hidup bersama lama walaupun tanpa
peresmian sebab jamannya sudah lain sehingga batik yang modern tampak
lucu bagi orang-orang desa, sedang batik yang tradisionil membuat orang-
orang kota tidak suka membentak-bentak lagi dalam bis kota, setidaknya
suka
mempertimbangkan apa-apanya dulu kata-kata maupun tindakan dan itu
semua karena motip-motip batik yang apik-apik dan penuh irama.
Itulah semua yang menyebabkan batik sekarang makin maju, apakah
dengan motip ragam hias Yogja, Solo, Pekalongan, Cirebon, Bali, Timor dan
lain-lain sebagainya, diusahakan secara rapi…
(NY. PROFESOR, TOMMY, SUMIRAH, SLENTEM, ATI, SEMUANYA PINGSAN)
335. PROFESOR : Kamu tidak lulus, Tom.
(ORANG ORANG YANG PINGSAN KEMBALI SIUMAN DAN PADA TEMPATNYA MASING-MASING)
336. TOMMY : (KAGET) Bagaimana prof?
337. PROFESOR : Kamu tidak lulus.
338. TOMMY : Apa saya sudah ujian, prof?
339. PROFESOR : Kamu tidak lulus.
340. TOMMY : Yang mana ujiannya, prof?
341. PROFESOR : Semuanya tadi.
342. TOMMY : Aku tidak mau semuanya diujikan unuk saya seorang. Lagi pula ujian ini
curang,
sembunyi-sembunyi.
343. PROFESOR : Ini ujian terang-terangan dan kamu telah diberi undangan sebelumnya,
mana
mungkin ini ujian curang, sembunyi-sembunyi.
344. TOMMY : Ogaaaaah!
345. PROFESOR : Kamu tidaklulus.
346. TOMMY : Saya menolak.
347. PROFESOR : Silahkan.
348. TOMMY : Saya protes.
349. PROFESOR : Sama siapa?
350. SLENTEM : Sama Kusningtyas.
351. SUMIRAH : Lho , kamu tahu nama itu, Tem.
352. SLENTEM : Saya tukang ngarang nama.
353. SUMIRAH : Tak mungkin, tak mungkin.
354. SLENTEM : Ya, Sum, kepingin nama apa? Hayo, sebentar saya karangkan.
355. PROFESOR : Kamu jangan suka ngarang-ngarang ya, Tom. Apa kamu minta tidak lulus
dua
kali?
356. TOMMY : Ini tidak adil.
357. PROFESOR : Seorang penguji bisa mengajukan persoalan apa aja sama yang diuji.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
16
358. TOMMY : Tapi ini ujian seni rupa.
359. PROFESOR : Kuping keman, ha?! Kupingmu tadi kemana? Aku banyak sekali menyebut
persoalan seni rupa yang tradisionil maupun kontemporer. Hubungan
dengan
pasar, koprasi dan pacaran dan hidup bersama.
360. TOMMY : Tetapi tidak satu pertanyaanpun yang sampai ke telinga saya.
361. PROFESOR : Apakah ujian itu bentuknya selalu pertanyaan? Apakah tidak boleh
dongeng,
ngobrol…
362. TOMMY : Tapi yang mana soal ujiannya?
363. PROFESOR : Lho lha kog malah tanya. Terus saya juga nanti yang menjawab. Begitu
maumu,
ha?!
364. TOMMY : Ini membingungkan!
365. PROFESOR : Apakah soal ujian harus tidak membingungkan?
366. TOMMY : Tetapi inimenggelikan. profesor bersenda gurau, ya?
367. PROFESOR : Saya serius, serius sekali.
368. TOMMY : Tidak mungkin.
369. PROFESOR : profesornya itusaya, dan bukan kamu!
370. TOMMY : Saya tidak mau.
371. PROFESOR : Harus mau.
MASUK KUNINGTYAS.
372. TYAS : Hallo, Tom, darling, sweet heart.
373. TOMMY : (MENOLEH KEPADA KUSNINGTYAS) Saya tidak mau.
374. TYAS : (KAGET) Apa?
375. TOMMY : Oh…. Saya mau.
376. PROFESOR : Nah, begitu. Harus mau.
377. TYAS : Lama kamu kagak kemari, kenapa?
378. TOMMY : Saya sibuk mencipta disai-disain baru, sayang.
379. TYAS : Mana yang untuk saya.
(TOMMY SADAR LALU BURU-BURU MENGAMBIL BATIK DI MEJA ANTARA TEMPAT DUDUK
PROFESOR, NYONYA, SEHINGGA MEREKA BERDUA KEHERAN-HERANAN)
380. TOMMY : Ini untukmu, Kus “Shadow of your smile”
381. SUMIRAH : Aku yakin itu bukan smile saya.
382. SLENTEM : Jelas bukan.
383. SUMIRAH : Jelas bukan.
384. SUMIRAH : Apa, Tem?
385. SLENTEM : (SADAR) Jelas, bukan?
386. TYAS : Aduh, darling manis betul. Aku jahit aja sekarang untukmalam minggu
nanti.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
17
387. TOMMY : Tentu, honey. Cuma sebentar, ijinkan saya pinjam dulu barang dua tiga hari.
Mau saya bawa ke Jakarta. Ada seorang kolektor yang kepingin lihat. Boleh,
sayang?
388. TYAS : Tentu, baby.
389. SLENTEM : Tentu, babi!
390. SUMIRAH : Apa, Tem?
391. SLENTEM : Anu….. peternakan babi itu paling menguntungkan.
392. SUMIRAH : Kalau ayam bagaimana?
393. SLENTEM : Wah, paling gampang musnah.
394. TYAS :(MERAPAT) Tom……
395. TOMMY : Hmmm
396. SUMIRAH : Tem.
397. SLENTEM : (MERAPAT) Hmm?
398. TYAS : (GEMAS) Kamu nakal, sudahlama sekali tidak kemari. Ada yang melarang?
399. SUMIRAH : Kamu kurang ajar! Kamu gila apa , Tem? (SAMBIL MEMANDANG SLENTEM
YANG MENCOBA MERAYUNYA)
400. TOMMY : Demi terbinannya satu rumah tangga yang harmonis, di kelak kemudian
hari,
kau wajib memahami cara kerjaku, Kus.
401. SLENTEM : Ya Sum, Mbok ya memahami saya.
402. SUMIRAH : Dengkulmu…
403. TYAS : Demikian juga kau Tom, terhadapku. Kita memang pasangan yang uniek.
Mahasiswa senirupa dengan mahasiswi kedokteran.
404. PROFESOR : Jelas-jelas badak. (SAMBIL MENJENGUK TOMMY DAN KUS)
405. SLENTEM : Blasteran luwak.
406. NY. PROF : Jangan tergesa-gesa, pap. Tommy anak baik, dia Cuma terlalu emosionil.
407. PROFESOR : Semua keburukan-keburukan yang terjadi, justru hanya karena emosionil.
Aku
bisa mengambil kesimpulan yang tega, bahwa dia benar-benar telah punya
pacar di Beringharjo.
408. SUMIRAH : Apa buktinya?
409. TOMMY : Jika memang kita saling mencintai, kita harus saling membuktikan bahwa
hubungan kita terjalin dengan mesranya dan pembinaan yang terus
menerus
harus kita pupuk bersama.
410. KUS
411. SUMIRAH : Apakah pupukmu juga tidak kau taburkan di tempat lain, tom?
412. TOMMY
413. SLENTEM
414. PROFESOR : Jelas tidak…. (DENGAN NADA YANG BERDEBAR-DEBAR)
415. TOMMY : Cuma padamu seorang.
416. KUS
417. SUMIRAH : Ini benar, Tom?
418. TOMMY
419. SLENTEM
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
18
420. PROFESOR : Benar, sayang. (DENGAN NADA YANG BERDEBAR-DEBAR)
421. TYAS : Kita akan menjumpai kesibukan sendiri-sendiri, yang saling mengasikkan
sehingga betah nanti kalau telah lulus.
422. KUS
423. SUMIRAH : Kau menginginkan anak berapa?
424. SLENTEM
425. PROFESOR : Dua puluh tujuh , darling!
426. KUS
427. SUMIRAH : Banyak amat!
428. SLENTEM
429. PROFESOR : Biar mendirikan sekolah sendiri.
430. TOMMY : Anak? Masing-masing tiga cukup.
431. TYAS : Masing-masing tiga? Memangnya siapa saja?
432. TOMMY : (SADAR) Maksud saya… maksud saya…. Saya kira masing-masing harus
menentukan usul dulu.
433. TYAS : Kalau kamu berapa?
434. TOMMY : Kamu yang bakal melahirkan, kamu kuat berapa?
435. KUS
436. SUMIRAH : Tujuh.
437. TOMMY : Kalau begitu seluruhnya empat belas.
438. KUS
439. SUMIRAH : Apa?
440. TOMMY : (SADAR) Maksud saya kalau dikalikan dua.
441. KUS
442. SUMIRAH : Kenapa musti dikalikan?
443. TOMMY : Andai kata.
444. KUS
445. SUMIRAH : Ini mesti ada orang lain lagi.
446. PROFESOR
447. SLENTEM : Pasti.
448. TOMMY : Jangan curiga. Masak orang nggak boleh salah.
449. KUS
450. SUMIRAH : Pasti dah. Aku tidak curiga. Cemburu juga tidak. Sebelum diusut, kamu
sudah
buka kartu sendiri.
451. TOMMY : Jadi kamu mau mengusut?
452. KUS
453. SUMIRAH : Jels, lha ini sudah makin jelas.
454. TOMMY : Apanya yang diusut.
(KUS DAN SUM MAKIN MENDEKAT DIANTARA TOMMY)
455. KUS
456. SUMIRAH : Kau punya simpanan, ya?
457. SLENTEM : Ya, di First National City Bank.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
19
458. TOMMY : Sudahlah, sayang.lama kita tidak bertemu, masak kita memberi waktu
kepada
pertengkaran.
459. TYAS : Aku takut kehilangan kau. (MENYANDARKAN KEPALA KE BAHUNYA)
460. SLENTEM : Sama luwak kog sayang.
461. TOMMY : Kita terlalu banyak cekcok soal tetek bengek. Energi kita terperas percuma.
Cepat tua. (MEMELUK)
462. TYAS : Baiklah, Darling.
463. SLENTEM :(NEMBANG) Yen ing tawang ana gledeg, cah ayu….
464. TYAS : Aku berjanji, sehidup semati di sampingmu.
465. TOMMY : Itu lebih baik. Aku juga berjanji. Jika aku tak menepati janji lebih
baikujianku
tak lulus, deh.
466. PROFESOR : Nah, itu sudah cukup dari jelas, Mam.
467. NY. PROF : Kelihatannya Kus sudah tresno betul.
(TOM DAN KUS KELIHATAN BERCAKAP-CAKAP TERUS MESKIPUN TAK KEDENGARAN DAN SEDIKIT
BERPELUKAN. INI MEMBERI PELUANG BAGI PENONTON UNTUK DIALOG-DIALOG PROFESOR DAN
NYONYA)
468. PROFESOR : Itu sih bukn tresno. Itu namanya kebius. Saya harus segera menyelidiki ke
Beringharjo.
469. NY. PROF : Kalau benar-benar tommy sudah punya pacar, apa usaha kita?
470. PROFESOR : Harus segera kita bikin pecah.
471. NY. PROF : Siapa yang pecah?
472. PROFESOR : Kamu ini pigi mana sih, Mam. Ya yang pecah ya Tom supaya minggat dari
Kus.
473. NY. PROF : Bagaimana tentang Kus?
474. PROFESOR : Dia sudah gede dan laki-laki banyak yang nglamar dia.
475. NY. PROF : Saya kira begini, Pap. Kita tanting tommy, kalau benar-benar dia tresno
ama
Kus, supaya meninggalkan pacarnya.
476. PROFESOR : Tidak bisa! Seolah-olah tommy itu berharga sekali. Banyak cowok-cowok
yang
melebihi tommy. Dokter-dokter. Insinyur-insinyur!
477. NY. PROF : Itu bukan penyelesaian, Pap. Itu tidak bijaksana!
478. PROFESOR : Ini kebijaksanaan saya yang terakhir.
479. NY. PROF : Itu peraturan sepihak, Pap.
480. PROFESOR : Lantas kita mau berlemah-lemah saja dan membiarkan anak kita dikibulin.
481. NY. PROF : Tapi itu semua belum tentu.
482. PROFESOR : Kamu ini selalu! Selalu saja! Seolah-olah kamu lupa. Padahal baru saja
kamu
dikecewakan. Sebentar tadi batik itu dijanjikan untukmu. Sebentar
kemudian
dibawa untuk Kus. Dan pasti sebentar lagi dia bawa untuk cewek yang lain!
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
20
(TOMMY PAMITAN PADA KUSNINGTYAS SAMBIL MEMBAWA BATIKNYA MENUJU KEMBALI KE
PASAR. KUS KELUAR)
483. PROFESOR : Sudah to Bune’. Pasti kita dikibulin habis-habisan oleh dia. Aku segera
menguntitin dia.
484. NY. PROF : Apakah aku ikut, Pap?
485. PROFESOR : Nggak usah. Kamu masak saja di rumah.
(NYONYA PROFESOR KELUAR)
486. SUMIRAH : (MENYAMBUT) Tom, bagaimana ujianmu?
487. TOMMY : Nggak lulus.
488. SLENTEM : Lho kog bodone nggak tambah-tambah.
489. ATI : Slentem kamu….
490. TOMMY : Profesor curang.
491. PROFESOR : Kecurangan harus dibalas dengan kecurangan. (SAMBIL SEOLAH-OLAH
BERJALAN)
492. ATI
493. SUMIRAH : Curang pigimana? (SLENTEM MENGAWASI ATI DAN SUMIRAH)
494. TOMMY : Perasaan belum diuji kog dibilang sudahan.
495. ATI
496. SUMIRAH : Sampai begitu?
497. TOMMY : Aku marah-marah bertahan.
498. ATI
499. SUMIRAH : Lantas?
500. TOMMY : Dia berkeras, bilang sudah.
501. ATI
502. SUMIRAH : Lantas?
503. TOMMY : Aku bilang belum.
504. ATI
505. SUMIRAH : Lantas?
506. TOMMY : Dia bilang aku tidak lulus.ATI
507. SUMIRAH : Lantas?
508. SLENTEM : Ini duet Pattie bersaudara, apa ya!!!
509. ATI
510. SUMIRAH : SADAR LALU MENGENDORKAN KETEGANGAN.
511. TOMMY : Batik ini menurut dia juga jelek.
512. SLENTEM
513. PROFESOR : Memang jelek.
514. ATI
515. SUMIRAH : (MENGGUMAM) Jangan-jangan memang jelek. (MENELITI BATIKNYA LAGI)
516. TOMMY : Ini yang paling bagus yang pernah saya cipta!
(ATI , SUMIRAH , SLENTEM , PROFESOR, KAGET TOMMY KELUAR)
517. SUMIRAH
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
21
518. SLENTEM : Kemana Sayang? (SUMIRAH LALU MELOTOTIN SLENTEM)
(SUMIRAH KELUAR DIIKUTI ATI)
519. SLENTEM : Saudara-saudara penonton. Dodonya yu Sumirah itu who. Dikibulin sama
Tommy. Lulus dan nggak lulus itu kan nggak penting bagi Tommy, angsal
dia
bisa pacaran sama Kus. Kusningtyas ini juga demikian, lha mbik cari
sesama
fakultas kedokteran, begitu. Jadi dokter dapat dokter. Atawa cari ini nyur.
Dokter dapat pelukis. Yang satu bersih, yang satu jorok (SLENTEM DUDUK
DIANTARA PENONTON)
Apa kus itu juga nggak punya pikiran, apa ya kalau pelukis bATIk itu saben
hari dirubung bakul-bakul batik yang cantik-cantik. Saya kira para
penonton sependapat dengan saya, kalau tidak ya… keterlaluan
(MENGAMBIL BATIK YANG MASIH LIPATAN)
Cobalah perhatikan, para penonton. Bagaimana Yu Sumirah ini tidak kaya,
lha wong caranya ngejual batik kayak begini…
(LIPATAN ITU DILEMPAR DAN SEBATANG PAPAN JATUH DAN TINGGALLAH
SECABIK KAIN DI TANGAN SLENTEM YANG DIPERLIHATKAN BERPUTAR
KEPADA PENONTON)
Pigimana hal ini bisa dia lakukan bertahun-tahun
(PROFESOR SAMPAI DI TEMPAT SLENTEM)
520. SLENTEM : Saudara siapa?
521. PROFESOR : Guru…
522. SLENTEM : Dan kita begitu patuh terhadapnya dan setiap saat membeli bATIk-
bATIknya.
Ini kan namanya pembeli yang keterlaluan. Coba lah para penonton pikir,
kalau permainan sandiwara begini bisa bertahan bertahun-tahun, betapa
Pusat Kesenian akan mengongkosi terus permainan pertunjukan itu. Inikan
luar biasa.
523. SLENTEM : Saudara perlu apa?
524. PROFESOR : Saya mencari…
525. SLENTEM : Dan saudara-saudara sebagai penonton patuh sekali menunggu perkataan-
perkataan dan adegan-adegan, itu luar biasa lho, saudara lho, Seandainya
saudara-saudara bukan penonton, lho ngapain duduk-duduk di sini saling
berpandangan satu sama lain dan tidak saling kenal mengenal. Coba pikir
itu,
kan luar biasa.
526. PROFESOR : Apa saudara sedang jual obat?
527. SLENTEM : Jual bacot… jadi, jadi… Kedua perempuan itu pada hakekatnnya memang
punya selera yang sama. Padahal cinta biasanya amat sangat pribadi……
sifatnya, sehingga lekukan-lekukannya berbeda satu sama lain, pinggulnya
yang satu berbeda dari yang lain, dadanya berbeda sekali pahatannya.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
22
528. PROFESOR : Saya mau Tanya….
529. SLENTEM : Saya mau ngomong… misalnya seorang itu tidak berhak kepada yang lain
itu
adalah memang peraturannya….
530. PROFESOR : Siapa?
531. SLENTEM : Rahasia!.... Dimana-mana memang begitu, Lha setelah saling jatuh cinta,
lalu
hak itu kemana? Cobalah misalnya… nah, ini seorang nona, ini (MENUNJUK
SEORANG PENONTON) dan misalnya, dengan… noh, noh disono itu
seorang
jentelmen…(MENUNJUK SEORANG PENONTON PRIA)
Ini misalnya saja, saling jatuh cinta, terus apa yang akan anda lakukan
dengan hak yang anda miliki. Mula-mula anda tak berhak satu sama lain, hak
itu lantas bikin gemes, kan? Ya? Ya? Lalu gemes-gemesan ya?
(MASUK TUKANG NGAMEN, PEMAIN KENDANG, ULING, CLEMPUNG, YANG BERLARIAN TERBURU-
BURU)
532. SLENTEM : (KAGET) Apa-apaan nih?
533. T KENDANG, SULING, KLEMPUNG : Sariyem sama warti nggak lewat sini, Tem?
534. SLENTEM : Jadi kejar-kejaran sejak setahun yang lalu belum habis-habis?
535. T KENDANG, SULING, KLEMPUNG : Punya primadona satu saja…
(KETIGA ORANG INI TERUS KELUAR)
536. PROFESOR : Siapa mereka itu?
537. SLENTEM : Tanyakan sendiri.
538. PROFESOR : Mas, saya mau bertanya…
539. SLENTEM : (MENYANYI) Jangan ditanya kemana aku pergi….
540. PROFESOR : Mas, saya bertanya betul-betulan.
541. SLENTEM : Ya, cepat dong Tanya: Apa?
542. PROFESOR : Mas kenal Slentem?
543. SLENTEM : Kenal….
544. PROFESOR : Dimana dia?
545. SLENTEM : Keluar negeri
546. PROFESOR : Ah, mosok? Keluar negeri? Dia tukang sapu pasar, kan?
547. SLENTEM : Tukang sapu pasar nggak boleh keluar negeri?
548. PROFESOR : Boleh.
549. SLENTEM : Lantas?
550. PROFESOR : Ya, sudah.
551. SLENTEM : Ada perlu apa kog Tanya Slentem.
552. PROFESOR : Nggak perlu apa-apa.
553. SLENTEM : Kok Tanya?
554. PROFESOR : Apa nggak boleh?
555. SLENTEM : Boleh, tapi harus bayar.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
23
556. PROFESOR : Memangnya Mas ini siapa? Tukang obat? Pantas banyak omong dengan
penonton.
557. SLENTEM : Dukun.
558. PROFESOR : Dukun?
559. SLENTEM : Yes.
560. PROFESOR : Wah, kebetulan nih, e’ siapa tahu, cocok.
561. SLENTEM : Ada apa?
562. PROFESOR : Begini mas. Saya itu kepingin lihat orang jarak jauh. Apa mas bisa ngasih
jampi-
jampinya?
563. SLENTEM : Bisa. Malah juga bisa nyubit jarak jauh.
564. PROFESOR : Nyubit jarak jauh?
565. SLENTEM : Bisa.
566. PROFESOR : Ongkosnya berapa mas?
567. SLENTEM : Mahal.
568. PROFESOR : Berapa sih?
569. SLENTEM : Dua ribu lima ratus.
570. PROFESOR : Sebanyak itu? Tapi ini benar-benar ces pleng Mas?
571. SLENTEM : Tok cer!
572. PROFESOR : Jampi-jampinya apa itu?
573. SLENTEM : Bayar dulu atau nggak usah saja.
574. PROFESOR : Baiklah mas, nih. (MEMBAYAR)
SLENTEM LALU MENCABUT RAMBUTNYA SEHELAI LALU DIKASIKAN SAMA PROFESOR.
575. PROFESOR : Cuma begini?
576. SLENTEM : Percaya nggak? Kalau nggak nih ambil uangnya kembali.
577. PROFESOR : Percaya.
578. SLENTEM : Seratus prosen.
579. PROFESOR : Seratus prosen.
580. SLENTEM : Saudara saya ijinkan pergi sekarang.
581. PROFESOR : Nggak pakai doa-doa?
582. SLENTEM : Kog Tanya saja, percaya nggak?
583. PROFESOR : Percaya.
584. SLENTEM : Ya, sudah pergi sana.
585. PROFESOR : Waktu kapan saya bisa membuktikannya?
586. SLENTEM : Waktu tidur.
PROFESOR PERGI SAMBIL SEDIKIT MENOLEH KEARAH SLENTEM DAN MELIHAT RAMBUT YANG
DIBAWANYA. (KELUAR) MASUK ATI + SUMIRAH, KAGET MELIHAT SLENTHEM TERSENYUM-
SENYUM DENGAN MENGHITUNG-HITUNG UANG.
587. ATI
588. SUMIRAH : Lho kau curi dari mana duwit sebanyak itu?
589. SLENTEM : (PURA PURA SERIUS) Sst! (MENARUKAN TELUNJUKNYA DI BAWAH
BIBIRNYA)
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
24
590. ATI
591. SUMIRAH : Ada apa sih koq gawat bener kelihatannya?
592. SLENTEM : Ssssttt!
593. ATI
594. SUMIRAH : Jangan berlagak kamu, Tem ayo ngaku, duwit sebanyak itu dari mana?
595. SLENTEM : (SERIUS) Jangan main-main, ssttt!
596. ATI
597. SUMIRAH : Kamu ini apa-apaan sih, Tem?
598. SLENTEM : Hari ini aku jadi dukun.
599. ATI
600. SUMIRAH : Dukun? Memangnya kamu mau nipu orang?
601. SLENTEM : Nipu bagaimana, nih, orangnya telah ngasih sebanyak ini karena orang
percaya
sama saya.
602. ATI
603. SUMIRAH : Lantas dia kamu kasih apa?
604. SLENTEM : Sebatang rambut saya.
605. ATI
606. SUMIRAH : Rambut? Kmu jangan main-main, Tem.
607. SUMIRAH : Lantas apa kasiatnya rambut itu?
608. SLENTEM : Bisa melihat jarak jauh dan mencubit jarak jauh.
609. ATI
610. SUMIRAH : Mosok iyo?
611. SUMIRAH : Kamu nggladrah betul, Tem!
612. SLENTEM : Ini serius.
613. ATI
614. SUMIRAH : Omong kosong.!
615. SLENTEM : Lebih baik tutup mulut kalau nggak percaya.
616. SUMIRAH : Jelas-jelas kamu telah menipu orang dan kau bisa ditangkap polisi.
617. SLENTEM : Siapa saja boleh menangkap saya. Kalau nggak maut khasiatnya, boleh
uang
kembali.
618. SUMIRAH : Sejak kapan kamu dapat wangsiat begini?
619. SLENTEM : Baru saja.
620. SUMIRAH : Ini kamu betul-betulan, Tem?
621. SLENTEM : E, e, e, apa pernah saya main-main?
622. ATI : Jangan percayaMbak.
623. SLENTEM : Saya tak butuh dipercaya, saya butuh uang.
624. SUMIRAH : Tiba-tiba koq tertarik juga.
625. SLENTEM : Boleh.
626. ATI : Jangan percaya Mbak.
627. SLENTEM : Boleh.
628. ATI : Tukang bohong ini tak akan sembuh-sembuh dari bohongnya.
629. SLENTEM : Boleh.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
25
630. SUMIRAH : Baiklah Tem, saya kepingin juga bisa melihat jarak jauh dan mencubit jarak
jauh.
631. SLENTEM : Boleh.
632. ATI : Jangan kayak orang kena sihir Mbak.
633. SUMIRAH : Biar saja Jeng. Untuk iseng-iseng.
634. SLENTEM : Tak boleh iseng-iseng. Harus percaya seratus prosen dan dua ribu lima
ratus
kontan.
635. SUMIRAH : Oke! (MENGAMBIL UANG DAN MENYERAHKAN KEPADA SLENTEM)
636. ATI : Oo alah Mbak, masak begitu saja percaya.
637. SLENTEM : Yang tidak percaya tidak usah bayar dan boleh omong sesukanya.
(MENCABUT
RAMBUT KEPALANYA) Nih, rambutku.
638. SUMIRAH : Cuma begini doing?
639. SLENTEM : Cuma begini doing.
640. ATI : Tanpa doa-doa?
641. SLENTEM : Tanpa doa-doa.
642. ATI : Ampuh?
643. SLENTEM : Maut.
644. SUMIRAH : Waktu kapan saya bisa membuktikannya?
645. SLENTEM : Waktu tidur.
646. ATI : Waktu tidur?
647. SUMIRAH : Jangan mbanyol kamu , Tem.
648. SLENTEM : Saya nggak butuh dipercaya. Saya butuh duwit.
649. SUMIRAH : Hiya, tapi kalau nggak terbukti….
650. SLENTEM : Duwit kembali.
651. SUMIRAH : Awas kalau duwitnya keburu kau habisin.
652. SLENTEM : Aku tak akan pernah kehabisan duwit.
653. ATI : Sombongnya!
654. SLENTEM : Bukan sombong, ini beneran.
655. SUMIRAH : Awas, ya!
656. SLENTEM : Saya masih awas.
657. ATI : Tem, kamu berlagak betul, kayak hiya-hiya o saja.
SUMIRAH DAN ATI KELUAR.
658. SLENTEM : Para penonton yang baik-baik hatinya, demikianlah pada dasarnya orang
berhati baik walau tahu kalau ditipu. Bagaiman mungkin mereka percaya
saja
dengan omongan saya, padahal semua itu akal bulus yang terlalu amat
sering
dilakukan orang. Aku jadi terharu terhadap orang-orang, suasana, tempat
dan
cuaca, kalau demikian mudah usaha bisa dilakukan.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
26
Saya sendiri kadang-kadang heran, kenapa orang percaya saja kepada saya
Sehingga perlu orang-orang berbondong-bondong datang nonton saya.
(GENIT)
Sesungguhnya ini betul-betul Cuma ingin nonton saya, apa jatuh cinta
kepada saya. Tentu saja saya sudah tua juga karena digaris belakang siap
palang-palang pintu dari yang jaga rumah.
Ha, belum dua menit sudah tergenggam duwit lima ribu rupiah. Ini gaji saya
dua bulan. Tapi saya masih belum percaya, ini duwit sungguhan apa etok-
etokan. O, sungguhan ding. Habis begitu mudah didapat, hingga hampir aku
tak percaya.
Terang tidak bakalan terbukti dan saya bakal di kejar-kejar dua orang yang
menuntut duwitnya kembali. Ah, tetapi itu bukan persoalan bagiku, dimana
aku yang sudah sereing terbebas dari saat-saat yang paling
mengkhawatirkan, bagaimana aku harus mengelak?
Sebentar para penonton. Saya berpikir sebentar. Atau , o, hiya, kalau ada
diantara para penonton yang kepingin menyumbang pikiran kepada saya.
Sepuluh prosen? Wah, banyak sekali.
(BERPIKIR)
O, hiya, ketemu sudah. Tapi tak mungkin say ceritakan kepada para
penonton, nanti dibilangin sama orang-orang saya kibulin itu, kan bisa
berabe. Jadi sekarang sebaiknya saya panggilkan kawan TEATER ALAM yang
lain untuk mengatur set, karena adegan selanjutnya adalah adegan tempat
tiur, tapi jangan harap, ini bukan “Last Tanggo in Paris”, ini tidak lebih dari
Last Gambus in Ngayogyakarto.
Ayo teman-teman, cepat dikit, para penonton sudah nggak tahan lagi
melihat kelanjutan cerita ini.
Lha di tempat tidur masing-masing ini kedua orang yang telah saya tipu
mencoba memakai keampuhan ilmu-ilmunya masing-masing karena adegan-
adegannya malam hari, tentu saja saya juga sedang tidur, jauh di tempat lain.
Tapi dasar saya orang beruntung, saya ya seneng-seneng saja mesti tidur
dimana saja dan kapan saja dan siapa saja.
ADEGAN TEMPAT TIDUR: TOMMY DENGAN SUMIRAH DAN PROFESOR DENGAN NYONYA. SLENTEM
TIDUR DI BAGIAN DEPAN.
659. SUMIRAH
660. PROFESOR : Apa mungkin aku bisa betul-betul melihatnya dalam jarak yang demikian
jauhnya?
661. TOMMY
662. NY. PROF : Kamu ini ngomong soal apaan?
663. SUMIRAH
664. PROFESOR : Oh, mendebarkan… ini jelas-jelas penipuan, tetapi saya koq ya percaya saja
sih.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
27
Tak akan mungkin bisa terjadi, tetapi biarlah saya coba dulu, soalnya ini
lama-
lama bisa bikin gemes.
665. PROFESOR : Juragan batiknya kayak apa sih, manisnya kayak apa sih, koq tommy hidup
begitu lama dengannya.
666. SUMIRAH : Profesornya Kayak Apa Sih, Kok Begitu Dengki Sama Tommy, sampai-
sampai
nggak diluluskan.
667. TOMMY
668. NY. PROF : Ini apa-apaan?
669. PROFESOR : Sebenarnya rencanaku begini. Setelah Tommy Lulus Tahun Ini Biarlah Dia
Terus
Menikah Sama Kusningtyas dan Kus harus tetap kuliah terus. Tetapi
rencana ini
menjadi berantakan karena tidak mengikuti yang saya gariskan. Saya tidak
yakin benar bahwa Tommy mencintai juragan batik itu, tetapi kalau
ikatannya
sudah begitu lama, bahwa bantuan seorang juragan batik pada para
mahasiswa begitu besar, itu membuat harapan saya benar-benar
berantakan.
Saya dengar dan saya lihat sendiri banyak mahasiswa mahasiswa
kedokteran, tekhnik, juga ekonomi, banyak bisa meneruskan studinya
lantaran bantuan moril maupun materiil dari juragan-juragan batik ini. Saya
juga sadar dan yakin, bahwa para juragan batik memang lebih matang
jiwanya dan masak sepak terjannya, luwes dalam melayani, lebih menarik
dari cewek-cewek kontemporer, hingga harapan menjadi tipis jika saya
senantiasa tergantung dari teori-teori lama.
670. NY. PROF : Pap! Pap ini sedang gandrung sama seorang juragan batik apa? Koq
olehnya
getol menganalisa.
671. SUMIRAH : Gandrung sih boleh saja, angsal tommynya diluluskan dulu. Sebab seluruh
rencana sudah terpancang kuat-kuat antara kami berdua. Sebab seluruh
kekuatan pikiran dan harta benda diarahkan untuk mencapai sasaran
utama
tahun ini, yaitu: Titel Doktorandus, yang amat penting bagi usaha
perluasan
bisnis dan menunjang usaha-usaha yang lebih tinggi lagi.
Profesor ini keliwatan sentimennya. Sentiment ya mbok sentiment, angsal
Tommy lulus. Apa dia tidak tahu betapa pentingnya title untuk tiap usaha
apa saja. Di dalam suatu masyarakat yng sedang berkembang kea rah lebih
modern lagi, title Doktorandus adalah amat berat tanggung jawab dan
tugas-tugasnya. Ia tidak saja berat bagi pelaksana tugas-tugasnya ke segala
pelosok masyarakat, akan tetapi juga beban yang harus dipikul sejujur-
jujurnya setiap dia melangkah walaupun beratnya kayak apa.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
28
672. TOMMY : Kamu koq nggrundel terus, itu ada apa to, dear?
673. NY. PROF : Pap, kamu ngigau to, Pap?
674. PROFESOR : Memang ada sebuah teori yang modern, bahwa orang bisa omong-omong
jarak jauh, tetapi kalau melihat jarak jauh, apalagi cubit-cubitan, rasanya
tak
mungkin.
675. SLENTEM : Lha wong belum dicoba, koq menyangkal.
676. SUMIRAH : Soalnya akan menakutkan kalau benar-benar bisa.
677. SLENTEM : Mangkanya dicoba dulu. Menakutkan tidak kan ketahuan nanti.
678. SUMIRAH
679. PROFESOR : Aku jadi takut.
680. SLENTEM : Pertama kali memang menakutkan, tapi lama-lama nanti menyenangkan.
681. PROFESOR : Soalnya yang menjengkelkan adalah dikarenakan ilmu ini bisa dilakukan
dengan baik dari tempat tidur.
682. SUMIRAH : Opo ora edan iki?
683. TOMMY
684. NY. PROF : Eling, ingat, tadi kemasukan apa ini?
685. NY. PROF : Pap, eling, Pap. Sesungguhnya kamu itu apa kemaukan atau apa-apa. Koq
ngomong terus. Saya lama-lama kan bisa takut. Mbok coba cerita sedikit-
sedikit. Siang habis dari pasar koq malamnya terus ngomong saja perkara
juragan batik, ini terpikat atau kena guna-guna. Cobalah, Pap, ceritalah
sedikit.
686. TOMMY : Sum, Sum, sayang. Kamu ada apa sih?
687. SLENTEM : Saya kemasukan setan.
688. TOMMY : Cobalah ceritakan kepada saya, nanti kamu kan bisa terbebas walaupun
Cuma
sedikit. Soal tidak lulusnya saya itu jangan dipikir betul. Saya kan bisa
menempuh lagi sebentar. Dan siapa tahu profesornya sudah lilih hatinya,
tidak
kayak dulu sehingga ia akhirnya sadar bahwa ia telah membuat kekeliruan
dan
lantas merasa salah dan diluluskan aya kemudian.
Waktu itu hati professor agaknya sedang beku. Dan kamu harus percaya
bahwa profesor memang demikian dan cerita-cerita tentangnya semuanya adalah
benar: pelupa, mau menang sendiri, lupa daratan.
689. SLENTEM : Lupa lautan. Sudah makan bilang belum makan, hujan-hujan siram
tanaman,
panas-panas sepakbola sendirian.
690. TOMMY : Cerita-cerita itu adalah benar semata-mata dan tidak di karang-karang.
691. SUMIRAH : Tapi, Tommy, baby, target kita meleset tahun ini.
692. SLENTEM : Ya tahun depan pemasangan spiral yang paling tepat, dong.
693. TOMMY : Sebenarnya soal title tidaklah menjadi pemikiran saya benar.
694. SUMIRAH : Tapi kenapa kamu getol ujian?
695. TOMMY : Orang sekolah kan wajar kalau ujian?
696. SUMIRAH : Apa karena putrid professor.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
29
697. TOMMY : Alah, kamu Sum, Sum, lha saya kenal juga kagak.
698. SUMIRAH : Sumpah?
699. TOMMY : Sumpah.
700. SLENTEM : Berani sumpah tapi takut mati.
701. TOMMY : Sungguh koq sum. Yakin dah bahwa tahu saja tidak bahwa professor itu
punya
anak perempuan. Darimana kamu dengar tentang itu semua?
702. SUMIRAH : Saya mempunyai telinga, Tom.
703. TOMMY : Apa saya juga tidak punya?
704. SLENTEM : Juga ekor dan cula.
705. TOMMY : Kita akan bertengkar lagi.
706. SUMIRAH : Bertengkar lebih baik.
707. SLENTEM : Daripada perang dingin…
708. PROFESOR : Lebih baik cepat-cepat meletus, daripada keadaan adem panas kayak
begini.
709. NY. PROF : Apanya yang panas dingin, Pap?
710. SLENTEM : Masuk angin dikerok saja.
711. SUMIRAH : Tom, aku takut kehilangan kau.
712. SLENTEM : O, alah koyo bagus-bagusa kae.
713. TOMMY : Jangan khawatir, dear, tak mungkin aku meninggalkanmu.
TANGAN PROFESOR TANPA DISADARI MERAYAP KESEBELAH DIMANA SUMIRAH TERBARING.
714. SUMIRAH : Aduh biyung, pantat saya di cubit etan, Tom! To!
715. PROFESOR : Masyaallah, lha koq tangan saya bisa mencubit pantat betul-betul.
(MEMELUK
NYONYA PROFESOR)
716. TOMMY
717. NY. PROF : Ada apa? Ada apalagi ini?
718. SUMIRAH : Aduh menakutkan Tom. (MEMELUK TOMMY)
719. TOMMY : Kamu setanen ya? Hiya?
720. SUMIRAH : Ndak! Saya terasa dicubit betul. (MEMELUK LEBIH ERAT)
721. SLENTEM : (BANGUN HERAN, KAGET) Lha koq bisa betul? Ah mustahil! Musyahil!
TIBA-TIBA SUMIRAH DAN PROFESOR SALING MENOLEH, LALU SALING MELIHAT SATU SAMA LAIN,
JADI KAGET DAN MASING-MASING MELONCAT DARI TEMPAT TIDUR.
722. SUMIRAH : Jadi kamu professor, ya?
723. PROFESOR : Jadi kamu juragan bATIk, to?
TOMMY MENGEJAR SUMIRAH DAN MEMANDANGNYA ANEH JUGA SELALU MELIHAT KE ARAH
TEMPAT YANG DILIHAT SUMIRAH. DEMIKIAN JUGA NY. PROFESOR.
724. TOMMY : Apa-apaan nih Sum? Kamu lihat setan ya?
725. NY. PROF : Pap, ingat, Pap. Apa yang dilihat? Ada setan?
726. SUMIRAH : O, ini to tampangmu professor yang tidak meluluskan Tommy.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
30
727. TOMMY : Sum sadarlah.
728. NY. PROF : O, Gusti Kus ayahmu kesurupan. (MASUK KUS)
729. TYAS : Papi, Papi, sadar, Pap, sadar.
730. SUMIRAH : O, alah Cuma begitu kwalitetmu.
731. PROFESOR : O, alah Cuma begitu keluwesanmu.
732. SUMIRAH : Engkau tahu professor, apa jadinya akibat kamu tidak meluluskan TOMMY?
Segala rencana kami akan berantakan tak tentu arah. Sentiment macam
apa
sih yang tekandung dalam hati sanubarimu sampai kamu begitu tega
berbuat
sekejam itu?
733. PROFESOR : Aku adalah seorang professor lulusan Berkely University, yang bersih dari
segala sentiment-sentimen yang kamu tuduhkan itu. Ia tidak lulus hanya
karena ia tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaanku.
734. SUMIRAH : Bo’ong belaka. Janji palsu belaka. Aku tahu kecerdasan Tommy. Seluruh
dosen
telah ditempuhnya dan lulus. Cuma sebiji kamu saja yang rewel.
735. SLENTEM : Tobat! Lha koq bisa betul! Fantastis! Kalau begitu aku ini benar-benar
dukun.
736. TOMMY
737. NY. PROF
738. KUS : Sadar! Alah tobat! Sadar!
739. SLENTEM : Guyur air! Guyur air!
(MASUK SARIYEM DAN WARTI DENGAN BUSUR DAN PANAHNYA MASIH TERUS KEJAR-KEJARAN
DIIRINGI GENDING PEPERANGAN)
740. SLENTEM : Alah! Brontoyudo, lha koq nggak habis-habis!
741. SARIYEM : Ayo Mustaka weni, jangan lari!
742. WARTI : Lho lha wong saya ini mengejar kamu koq, Srikandi!
(MEREKA BERKEJAR-KEJARAN TERUS MELINGKAR)
743. SUMIRAH : Tommy luluskan! Luluskan!
744. PROFESOR : Tidak mungkin! Tidak mungkin!
(SARIYEM DAN WARTI SEGERA MENARIK BUSURNYA DAN TERPARLAH PROFESOR DAN SUMIRAH
TERKENA PANAH)
745. SUMIRAH : Waduh matik wong jaratan!
746. PROFESOR : Adoooooooo kena gue.
(TOMMY + NY. PROFESOR + KUS, RIBUT MENOLONG)
SARIYEM DAN WARTI KELUAR MASIH BERKEJARAN DISUSULNYA KEMBALI TIGA TEMAN SARIYEM
YANG MENCARI-CARI TERUS.
LAMPU MEREDUP – LAMPU KHUSUS MENERANGI SLENTEM YANG DUDUK TERMENUNG KAYAK
PATUNG “PEMIKIR RODIN” , LALU LAMPU MATI. SETTING DIATUR KEMBALI SEPERTI SEMULA.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
31
747. SUMIRAH : Jeng Ati, saya merasa kecewa betul dengan tidak lulusnya Tommy.
748. ATI : Itu semua kan belum tentu to Mbakyu.
749. PROFESOR : Semuanya sudah pasti.
750. NY. PROF : Jadi Papi tetap bersikera untuk tidak meluluskan Tommy?
751. PROFESOR : Bukannya aku yang tidak meluluskan, tapi diri dia sendiri.
752. SUMIRAH : Apa benar demikian, itu lah soalnya.
753. SLENTEM : Manakah yang lebih luhur, menerima satu lontaran nasib buruk ataukah
mengurangi lautan bencana dan memeranginya?
754. ATI : Keadilan memang tidak datang begitu saja to Mbak? Harus diperjuangkan.
755. SUMIRAH : Atau harus dibeli. Dia minta di sogok, berapa sih?
756. PROFESOR : Lha mbok hartamu tumplek bleg di depan saya, tak bakalan Tommy saya
luluskan.
757. NY. PROF : Apa kamu etabah itu, Pap?
758. SLENTEM : Pemberang memang serba merepotkan.
759. ATI : Siapa yang merepotkan, Tem?
760. SLENTEM : Tommy itu pada sebenarnya adalah pemberang. Ia seorang pemberang
memang sukar atau tak mungkin disogok sama sekali. tapi juga nggak mau
mengulangi kembali ujiannya.
761. ATI : Itu kan tidak adil namanya.
762. PROFESOR : Bagi saya itu sudah seadil-adilnya.
763. NY. PROF : Tapi juga bagi semua dong, Pap.
764. PROFESOR : Ya artinya itu juga bagi semuanya.
765. ATI : Tapi kan Tommy belum mengajukan minta ujian lagi. Siapa tahu professor
mau
mengulangnya sekali.
766. PROFESOR : Mungkin saya mau, saya pikir-pikir dulu.
767. SLENTEM : Ya, maunya kan ogah-ogahan.
768. SUMIRAH : Kalau begini saya jadinya malas untuk bekerja. Tubuh jadi pegel-pegel
lungkrah. Ini juga banyak mempengaruhi usaha dagang. Jadi mundur.
Pembeli
jadi sedikit. Efeknya kepada kantong juga hebat. Tiba-tiba jadi pemboros.
Ini
kan di luar pemikiran sama sekali. inginnya jajan melulu. Lha lama-lama
kan
bisa kobol-kobol.
769. ATI : Sudahlah Mbakyu. Pada hakekatnya ketenaran toh tak membutuhkan title.
Mas Tommy sudah tenar. Sudah jajah kemana-mana, orang lupa melihat
apakah ia bertitel atau tidak. Dan duwit mengalir terus tak henti-hentinya.
770. SUMIRAH : Tapi title itu soal prinsip bagi saya, Jeng. Usah kita akan lebih maju lagi
kalau
kita punya title.
771. SLENTEM : Ya, Sumirah kalau srimbitan sama Mas Tommy kan banyak orang ngrasani,
itu
lho suaminya Sumirah sudah ngganteng, pandai cari duwit, dokteorandus
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
32
lagi,
opo ora hebat?
772. SUMIRAH : Yah, bukan itu maksud saya , Tem. Sama sekali bukan itu. Seolah-olah aku
ini
wanita apa; koq begitu memburu-buru title. Apa kamu tidak ngerti sama
sekali, betapa usaha kita bisa lebih maju lagi, kalau orang-orangnya
mampu
meyakinkan masyarakat. Itu rumusan yang wajar, tiap orang tahu. Kalau
sekarang usaha begini saja bisa lancar, apalagi kalau yang usaha itu punya
title
lagi. Betapa akan lebih lancar lagi.
773. SLENTEM : Oke! Oke! Aku setuju teorimu Mbak Sum. Sekarang persoalannya adalah
mungkinkah Mas Tommy itu bisa lulus tahun ini dan bagaimana mendekati
Pak
Professor yang enggan diajak berunding sejak beliau beli rambut saya
lebih-
lebih lagi.
774. SUMIRAH : Sekarang saya mencoba mengkalkulir seluruh kekayaan saya dulu, usaha
kami
berdua, lalu nanti saya bandingkan dengan kemungkinan-kemungkinan
kekayaan bisa bertambah dari setelah Tommy bertitel Doktorandus.
775. ATI : O, jadi dua kemungkinan kemajuan dari dan sesudah doktorandus to
Mbakyu?
776. SLENTEM : Membuka rahasia perusahaan dimuka umum itu kurang baik who Mbak.
Perusahaan itu jadi tidak bertuah. Apalagi kalau ini menyangkut soal
kekayaan.
777. SUMIRAH : Kamu betul, Tem. Aduh tangkas benar otakmu.
778. SLENTEM : Otak yang diasah terus sudah sepantanya cekatan.
779. ATI : Sekarang dicari saja kemungkinan-kemungkinan yang lain dari Mas Tommy
yang belum dan sesudah bertitel doktorandus.
780. SUMIRAH : Lha itu betul juga. Jeng. Kemungkinan-kemungkinan yang lain. Hiya, hiya,
apa
ya?
781. SLENTEM : Soalnya kreatipiteit dalam seni menyeni.
782. ATI
783. SUMIRAH : Betul Tem, betul.
784. PROFESOR : Jelas Tommy tidak kreatip. Pekerjaannya dari dulu begitu-begitu saja.
785. NY. PROF : Apakah itu bukan penilaian yang terburu-buru, Pap?
786. PROFESOR : Jelas tidak dan ini yang memberatkan ketidak lulusan dia.
787. SUMIRAH : Itu tidak benar. Ia kreatip. Kalau tidak lulus itu hanya sentiment belaka.
788. ATI : Aku sendiri begitu terkesima memandangi “shadow of your smile”
789. PROFESOR : “Shadow of your smile” jelas tidak bisa menolong.
790. NY. PROF : Sama sekali, Pap?
791. PROFESOR : Sama sekali! Sebuah karya yang paling menjengkelkan.
792. NY. PROF : Tetapi aku senang sekali jika bisa memiliki “Shadow of your smile”
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
33
793. SUMIRAH : Aku juga bangga sekali jika bisa memakai kain itu.
794. PROFESOR
795. SLENTEM : Ah, perempuan! apa sih yang tidak disenanginya?
796. ATI
797. NY. PROF
798. SUMIRAH : Jangan menghina… Visi kami cukup hebat.
799. PROFESOR
800. SLENTEM : Ah, perempuan! Apa sih yang tidak disebutnya hebat?
801. SLENTEM : Jangan-jangan ketidak lulusan Tommy justru berpangkal pada “Shadow of
yoursmile”
802. PROFESOR : Itu jelas.
803. SUMIRAH : Jadi kamu diam-diam kagak suka to sama karya Tommy?
804. PROFESOR
805. SLENTEM : Tertarik sedikitpun kagak.
806. ATI
807. NY. PROF
808. SUMIRAH : Alasannya?
809. PROFESOR
810. SLENTEM : Membosankan.
811. SUMIRAH : Jadi kamu suka rokoknya aja to?
812. SLENTEM : Soal saya suka rokok itu lain. Rokok dan sebuah kritik itu lain. Kondisinya
lain. Jangan dicampur adukkan. Lha Mbakyu apa tidak uka rokoknya
Tommy?
813. SUMIRAH : Ah, sudah lah nggak usah bicara. Wong edan.
814. PROFESOR : Cobalah Mam lihat saja sebuah sket sebuah motip yang kreatip dn nanti
ketahuan betapa tidak kreatipnya Tommy.
(PROFESOR DAN SUMIRAH MENUJU KE PAPAN TULIS)
815. PROFESOR : (MENGAMBIL KAPUR DAN SIAP MENGGAMBAR) Lihatlah betapa
sesungguhnya… (WAKTU MAU MENGGAMBAR, KAPUR TIBA-TIBA DIAMBIL
OLEH SUMIRAH YANG JUGA MAU MENGGAMBAR)
816. PROFESOR : (KAGET SETENGAH MATI) Lho ! Gandrik putune Ki Ageng Selo Sumarjan…
(MELONGO)
817. SUMIRAH : (MENGGAMBAR DENGAN ENAK) Lihatlah Ti, Tem. Garis-garis Tommy yang
begini (MENGGARIS DI PAPAN TULIS) Sungguh-sungguh menggetarkan.
Apalagi kalau garis ini dilanjutkan demikian… (MENGGARIS LAGI) Ih…
sungguh ngenes deh…
818. NY. PROF : Ada apa, Pap? Koq kayak lihat setan.
819. PROFESOR : Mam! Kapurnya ilang! (SUMIRAH MENGGAMBAR TERUS)
820. NY. PROF : Jangan bercanda, Pap. Aku nggak suka.
821. PROFESOR : E e e e e, malah ngledek. Aku ini sungguhan, sungguh mati deh. Kapur baru
mau untuk menggambar koq tiba-tiba lenyap. (SUMIRAH MENGGAMBAR
TERUS)
822. NY. PROF : Nggak demen deh, kalau peristiwa yang kemarin diulang lagi.
823. PROFESOR : Sungguh separo hidup, deh, kalau saya main-main.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
34
(SUMIRAH MENGGAMBARKAN DAN NGOMONG TERUS TAK BERSUARA)
824. NY. PROF : Lha mbok ambil kapur yang lain.
825. PROFESOR :Itu kapur satu-satunya.
826. ATI : Nah garis yang itu yang bikin geme.
827. SLENTEM : Ah perempuan….
828. PROFESOR : Jangan-jangan khasiat rambut itu masih ada.
(LALU DENGAN INSTINK SAJA TANGAN PROFESOR MERAIH RAIH UDARA UNTUK MENDAPATKAN
KAPURNYA KEMBALI, LALU MEREBUT DARI TANGAN SUMIRAH, DAN DAPAT…)
829. SUMIRAH : Gandrik! Saya cucunya pak Selo Sumarjan juga lho.
(PROFESOR HERAN MEMANDANGI KAPURNYA)
830. ATI
831. SLENTEM : Ada apa Mbak?
832. SUMIRAH : Kapurnya hilang! Hilang dari tangan saya!
833. PROFESOR : Mam, ini saya dapatkan lagi, dari udara.
(NYONYA PROFESOR GELENG-GELENG)
834. ATI
835. SLENTEM : Ah, jangan main-main Mbak.
836. SUMIRAH : Aduh, Ti. Pasti ada setn lewat.
837. SLENTEM : Setannya koq genit amat sih.
838. ATI
839. NY. PROF : Ini kebetulan ataumain-main.
840. SUMIRAH
841. PROFESOR : Ini betul-betul, bukan main-main.
(PROFESOR MENUNJUKKAN KAPURNYA KEPADA ISTRINYA. SUPMIRAH MENUNJUKKAN TANGAN
HAMPANYA KEPADA ATI DAN SLENTEM)
842. SUMIRAH : Jangan-jangan ini khasiat rambutmu masih ada di sekitar ini Tem.
843. ATI : Aku jadi takut.
844. SLENTEM
845. NY. PROF : Sudahlah jangan diteruskan.
846. ATI
847. NY. PROF : Cukup. Cukup. Stop.
(SUMIRAH DAN PROFESOR MUNDUR DARI PAPAN TULIS. PROFESOR DUDUK LAGI DAN MEMBACA.
SEKALI-SEKALI MENOLEH KE PAPAN TULIS, BEGITU JUGA SUMIRAH)
848. SUMIRAH
849. PROFESOR : Aneh sekali…..
850. ATI
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
35
851. SLENTEM
852. NY. PROF : Sudahlah…..
853. SUMIRAH
854. PROFESOR : Aneh…..
855. ATI
856. SLENTEM
857. NY. PROF : Stop…
858. SUMIRAH
859. PROFESOR : Aaaa….
860. ATI
861. SLENTEM
862. NY. PROF : Sssssss,,,, (MENARUH TELUNJUKNYA DI BIBIR).
(HENING…….)
863. SLENTEM : Sebenarnya sedari tadi saya sedang berpikir lain….
864. ATI
865. SUMIRAH : (MASIH KEHERAN-HERANAN MEMANDANG PAPAN TULIS)
866. SLENTEM : Sakbenarnya sedari tadi saya sedang berpikir lain…..
867. ATI
868. SUMIRAH : (ACUH TAK ACUH, PERHATIANNYA MASIH PADA PAPAN TULIS)
869. SLENTEM : (JENGKEL, TERIAK) Sakbenernya…..
870. ATI
871. SUMIRAH
872. PROFESOR
873. NY. PROF : (KAGET)
874. SLENTEM : Papan tulis itu kan nggak terbang to.
875. ATI
876. SUMIRAH : (SADAR) Ada apa, Tem?
877. SLENTEM : Aku sedang berpikir lain.
878. ATI
879. SUMIRAH : Berpikir apa?
(MASUK SARIYEM DAN WARTI DENGAN GENDEWANYA, LOYO, DIIKUTI OLEH TUKANG KENDANG,
SULING, DAN CLEMPUNG YANG BERJALAN TAK BERSEMANGAT JUGA)
880. SLENTEM : Hallo apa khabar? Brotoyudanya pigimana nih? Siapa yang kalah? Siapa
yang menang? Koq loyo semuanya? Apa pada kena lesu darah, hiya?
881. SARIYEM : Kita ini istirahat, kecapaian.
882. WARTI : Kita tiga hari bertempur terus.
883. SLENTEM : (DUDUK SEPERTI PATUNG PEMIKIR RODIN) Saya kira saya punya jalan
keluar yang bisa saya tawarkan kepada saudara-saudara semua.
884. SARIYEM
885. WARTI
886. TK. NGAMEN : Bagaimana?
887. SLENTEM : Saya mendapat ilham.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
36
888. SARIYEM
889. WARTI
890. TK. NGAMEN : Ilham?
891. SLENTEM : Benar ilham.
892. SARIYEM
893. WARTI : Apa itu?
894. SLENTEM : Harus cepat ditelorkan sebuah undang-undang supaya kamu semua bisa
bekerja dalam suasana tenang.
895. SARIYEM
896. WARTI : Undang-undang?
897. SLENTEM : Ya, undang-undang.
898. SARIYEM
899. WARTI : Undang-undang apa itu?
900. SLENTEM : Undang-undang tentang ngamen.
901. SARIYEM
902. WARTI : Undang-undang tentang ngamen? Pigimana bunyinya?
903. SLENTEM : Pokoknya begini. Nah, coba semuanya mencatat. Cepat. Ini semua demi
kepentingan kalian sendiri. Cari kertas dan ballpoint. Inspirasiku keburu
menguap, nih.
(SEMUA MENYIAPKAN BALLPOINT DAN KERTAS SIAP MENCATAT)
904. SLENTEM : Tulis ya, tulis sekarang.
905. SARIYEM
906. WARTI
907. 3 LAINNYA : Ya, saya tulis.
908. SLENTEM : Lhoo yang ini jangan ditulis. Ini baru aba-aba.
909. SARIYEM
910. WARTI
911. TK. NGAMEN : Baik….
912. SLENTEM : Begini, undang-undang ngamen diciptakan oleh slentem. Lhoo ini ditulis
koq diam saja.
913. SARIYEM
914. WARTI
915. TK. NGAMEN : O, baik… baik…
916. SLENTEM : Undang-undang ngamen oleh Slentem. Bahwasannya (PELAN-PELAN),
Adalah
dibenarkan tiap orang ngamen dimana aja, kapan saja, sebab pada
hakikatnya ngamen adalah soal instink yang mana adalah wajar.
Untuk menjaga tata tertib ngamen. Supaya tidak terjadi suatu perselisihan
yang mengeruhkan suasana arena perngamenan, maka harus ditaati
peraturan-peraturan sebagai berikut:
Satu. Yang ngamen dengan instrument hidup yang tradisionil, misalnya
kendang, suling, clempung, gong, gender, dan lain-lainnya, hanya dibenarkn
membawakan gending-gending tradisionil saja.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
37
Dua. Yang ngamen dengan instrument hidup yang luar negeri, misalnya
gitar, cello, biola, bas, trompet, dan sebagainya hanya dibenarkan
membawakan lagu-lagu yang berbahasa Indonesia saja.
Tiga. Yang ngamen dengan cassette tape recorder hanya dibenarkan
membawakan lagu-lagu luar negeri saja.
Peraturan-peraturan lain yang mungkin masih ada bisa berkembang dari
perundang-undangan ini.
Demikian pemerintah harap maklum.
Terima kasih.
Sampai ketemu. Slentem.
Pasar beringharjo, 4 Agustus 1973.
917. SARIYEM
918. WARTI
919. 3 LAINNYA : (MENCATAT)
Terima kasih. Sampai ketemu. Slentem
Pasar Beringharjo, 4 Agustus 1973
920. SLENTEM : Nah saudara-saudara, itu semua sekedar saja. Suatu peraturan yang amat
sederhana untuk menjaga perasaan masing-masing. Harap terus di ketik
dan
terus disebarluaskan.
921. SARIYEM
922. WARTI
923. 3 LAINNYA : Terima kasih, Tem. Permisi.
924. SLENTEM : Lhoo permisi pigimana. Masak hak cipta nggak dikasih honorarium. Sini
duwit beli rokok.
925. SARIYEM
926. WARTI
927. 3 LAINNYA : (MEROGOH KANTONG DAN MEMBERIKAN SLENTEM UANG LOGAM)
Pembajakan…
928. SLENTEM : Nah, itu namanya tahu menhargai kreATIpiteit orang. Selamat. Silahkan
pergi.
929. SARIYEM
930. WARTI
931. 3 LAINNYA : Pembajakan… pembajakan…. Pembajakan….
(MEREKA KELUAR)
932. ATI
933. SUMIRAH : Tem….
934. SLENTEM : Ssstttt….
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
38
(BERLAGAK SERIUS TANPA MENGUBAH POSISI DUDUKNYA SEPERTI PATUNG “PEMIKIR RODIN”)
935. ATI
936. SUMIRAH : Lagakmu…. Ada apa lagi nih…
937. SLENTEM : Sstttt…. Aku sedang menangkap ilham.
938. ATI
939. SUMIRAH : Ambumu…………
940. SLENTEM : Sssstttt….. Ini serius…….
941. ATI
942. SUMIRAH : Alaaaahhhh…..
943. SLENTEM : Akan saya ancam professor…..
944. ATI
945. SUMIRAH
946. NY. PROF
947. PROFESOR : (KAGET) Aaaa…
948. ATI
949. SUMIRAH : Ancam bagaimana?
950. SLENTEM : Akan saya kirimi surat kaleng….
951. PROFESOR : Aku tak mungkin diperas…
952. SUMIRAH : Itu pemikiran yang cemerlang, Tem.
953. ATI
954. NY. PROF : Apa maksudmu?
955. SLENTEM : Pokoknya kalau Mas Tommy tidak diluluskan, akan saya cegat di depan
kantor pos.
956. SUMIRAH : Bagus, bagus, Tem.
957. ATI : Aku tak setuju.
958. PROFESOR : Bagus itu.
959. NY. PROF : Ada apa, Pap?
960. PROFESOR : Aku adalah orang yang tabah.
961. NY. PROF : Memangnya kenapa?
962. PROF : Mereka sedang merencanakan sesuatu.
963. NY. PROF : Mereka siapa?
964. PROFESOR : Yang tidak senang Tommy tidak saya lulukan.
965. SUMIRAH
966. NY. PROF : Itu wajar.
967. ATI : Tidak. Aku tidak setuju. Ini sudah kejahatan.
968. SLENTEM : Apakah Professor tidak melakukan kejahatan?
969. SUMIRAH : Ayo, kita lakukan segera.
970. SLENTEM : Jadi begini. Kita kirim surat kaleng segera. Bunyinya begini: Profesor, jika
tidak meluluskan Tommy, saya cegat di depan Kantor Pos. Pikir masak-
masak. Tertanda Slentem Pasar Beringharjo.
971. SUMIRAH : Surat kaleng koq pakai nama dan alamat lengkap, itu pigimana. Lha
sebentar
kan polisi bisa menangkap kamu.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
39
972. SLENTEM : Lho, Mbak Sum ini Pigimana sih. Yang disebut surat kaleng adalah surat
yang dikirim di dalam kaleng.
973. SUMIRAH : O… Goblogmu nggak mundak-mundak Tem.
974. SLENTEM : Sudahlah… ini ilhamku dan bukan ilham Mak Sum.
975. SUMIRAH : Yah, terserah kamu, Pokoknya kalau ada polisi datang menangkapmu, aku
nggak mau ikut-ikut.
976. SLENTEM : Oke… Aku bertindak sendirian.
(LALU MENGAMBIL KERTAS DAN MENULIS. SETELAH ELESAI SLENTEM MENCARI KALENG BEKAS.
DAPAT KALENG SUSU. TERUS DILOBANGI DENGAN ALAT PEMBUKA KALENG. SURAT ITU
DIMASUKKAN KE DALAMNYA)
977. SLENTEM : Nah, selesai… Saya antar sekarang.
978. SUMIRAH : Pokoknya aku nggak mau ikut-ikut.
979. SLENTEM : Jangan takut, Slentem tak akan membawa nama orang-orang lain.
(SLENTEM BERJALAN MENGITARI STAGE SEKALI. LALU SAMPAI DI RUMAH PROFESOR. IA
MERUNDUK-RUNDUK, BERJALAN PERLAHAN-LAHAN. KALENG YANG BERISI SURAT ITU DILETAKKAN
PERLAHAN-LAHAN. IA TERUS BBERLARI. DI JALAN IA BERSIUL-SIUL. PROFESOR MELIHAT KALENG ITU)
980. PROFESOR : Nah, coba lihat kaleng itu, Bu. Bawa kemari.
(NYONYA PROFESOR MENGAMBIL DAN MENYERAHKAN KEPADA SUAMINYA)
981. PROFSOR : (MEMBACA) Profesor jika tidak meluluskan tommy saya cegat di depan
kantor
pos. Pikir masak-masak. Tertanda Plentem. Pasar Beringharjo. Lho Slentem
termasuk komplotan mereka?
982. NY. PROF : Pap, jangan keluar rumah, Pap.
983. PROFSOR : Justru itulah saya kepingin membuktikan keberanian mereka.
984. NY. PROF : Lapor polisi, Pap.
985. PROFSOR : Nggak usah, ini soal kecil.
986. NY. PROF : Soal kecil bagaimana?
987. PROFSOR : Tenang, tenang kamu, Mam.
988. NY. PROF : Ini mengancam nyawa, Pap.
989. PROFSOR : Mereka nggak akan berani apa-apa.
990. SLENTEM : Aku nggak berani bertindak?
991. SUMIRAH : Beranimu kalau ada orang banyak. Itulah sebabnya kamu mau mencegat
professor di depan Kantor Pos.
992. SLENTEM : Aku?
993. ATI : Ya, kamu!
994. SLENTEM : Aku?
995. SUMIRAH : Ah, lagakmu. Dibilangi tapi kepala batu.
996. SLENTEM : Aku tak berani sama tua bangka itu?
997. PROFESOR : Aku masih kuat memukul orang sampai pingsan.
998. SUMIRAH : Nah, rasain.
999. ATI
1000. NY. PROF : Sudahlah, jangan.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
40
1001. SLENTEM
1002. PROFESOR : Akan aku gabrak dia, sekali pukul, iiih, mampus.
1003. ATI
1004. NY. PROF
1005. SUMIRAH : Mbok ya tahu diri.
1006. SLENTEM
1007. PROFESOR : Biar tahu rasa. Biar berpikir seribu kali dia.
1008. ATI
1009. NY. PROF
1010. SUMIRAH : Alaaaaah…..
1011. SLENTEM
1012. PROFESOR : Aku bukan sembarangan orang.
1013. ATI
1014. NY. PROF
1015. SUMIRAH : Pasti kalah deh, kamu.
1016. SLENTEM
1017. PROFESOR : Tak mungkin.
1018. ATI
1019. NY. PROF
1020. SUMIRAH : Jelas…..
1021. SLENTEM
1022. PROFESOR : Mustahil… Dulu aku jago pukul. Orang-orang takut terhadapku.
1023. ATI
1024. NY. PROF
1025. SUMIRAH : Ya, itu dulu.
1026. SLENTEM
1027. PROFESOR : Sekarang aku masih kuat.
1028. SLENTEM : Aku yangbiasa kerja kasar, angkat junjung, bongkar pasang, angkutan darat,
angkutan laut, angkutan udara, semua menjagoi otot-ototku, lenganku,
kaki-
kakiku, jago gulat, jago gelut, jago karate, jago yudo, jago silat, jago sepak
bola,
volley, basket, renang, loncat indah, lari seratus meter, 1000 meter, balap
mobil, auto rally, jackpot, halo, toto koni, hailai, stembath, niteclub,
amusement center, Jakarta Teater, Presiden Teater, Bengkel poster,
Bengkel
Dekor, Bengkel Asmara, Asmara dahana, Asmara Nababan, Tigor Sihombing,
Wahyu sihombing, Sri Wahyuni,
1029. ATI
1030. SUMIRAH : Kamu ini kesurupan apa, Tem?
1031. SLENTEM : Ngomong-ngomong sudah eminggu, kok nggak ada reaksi apa-apa dari
professor.
1032. SUMIRAH : Jangan-jangan kamu salah taruh, Tem.
1033. SLENTEM : Salah taruh gimana, jelas itu rumahnya professor.
1034. ATI : Atau jangan-jangan diambil tukang kebunnya, terus di buang.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
41
1035. SLENTEM : Mustahil. Kaleng itu menarik dan pasti dilihat dalamnya.
1036. SUMIRAH : Menariknya kayak apa sih sebuah kaleng bekas.
1037. SLENTEM : Pokoknya nggak mungkin apa-apa. Mbak Sum dan Ati, tenang saja deh.
1038. SUMIRAH : Siapa yahu.
1039. ATI : Ini semua menyenangkan saya. Toh sejak semula saya sudah nggak setuju.
1040. SLENTEM : Ati yang membawa sial nih.
1041. SUMIRAH : Atau suratnya jatuh di jalan, Cuma kalengnya doing yang kamu antarkan ke
rumahnya.
1042. SLENTEM : Ah, lebih nggak mungkin lagi. Sudah, pokoknya surat itu sudah sampai.
1043. SUMIRAH : Tapi kenapa, koq nggak ada balasan sama sekali.
1044. SLENTEM : Profesor pigimana sih. Mosok dikirimi surat kaleng koq nggak takut. Betul
betul mbandel.
1045. PROFESOR : Saya tak mungkin diperas.
1046. NY. PROF : Asal tetap wapada, hindari Kantor Pos. Kalau mau kirim apa-apa suruhan
saja.
1047. PROFESOR : Pokoknya kita jangan takut, Mam.
1048. SLENTEM : Mabandel….
1049. SUMIRAH : Kamu yang mbandel.
1050. ATI : Atau professor menganggap sepele semua itu.
1051. SLENTEM : Profesor seorang tua. Seorang tua itu kan selalu hati-hati, sehingga ada apa
apa sedikit saja sudah takut. Tentu dia ketakutan.
1052. PROFESOR : Sedikit pun aku tak merasa berdiri bulu kudukku.
1053. SLENTEM : Terlalu…
1054. SUMIRAH : Orang nggak dianggap kok marah-marah.
1055. SLENTEM : Ini sudah keterlaluan. Melewati batas kesabaranku. Apakah dia mengharap
aku
menyerbu ke rumahnya?
1056. PROFESOR : Coba saja kalau berani.
1057. SLENTEM : Terlalu kalau aku tak berani.
1058. ATI+PROFESOR : Diam saja, sebaliknya kamu yang gelisah terus.
1059. SLENTEM : Bukan gelisah. Tetapi menentukan siasat.
1060. SUMIRAH
1061. PROFESOR : Siasat tai mbenjret!
1062. SLENTEM : Jangan main-main, aku serius.
1063. ATI
1064. NY. PROF : Sudahlah jangan gelisah.
1065. PROFESOR : Ini betah-betahan, coba betah siapa?
1066. SLENTEM : Aku yang nggak betah kalau begini terus.
1067. SUMIRAH : Apa siasatmu kemudian.
1068. SLENTEM : Aku akan mendatangi rumahnya.
1069. ATI
1070. SUMIRAH : Gila! Kamu mau menyerbu kesana? Jangan, Tem ! Kamu merusak segala
galanya. Tommy kalau tahu soal ini pasti kamu digantungnya. Jangan.
1071. SLENTEM : Tiada jalan lain.
1072. ATI
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
42
1073. SUMIRAH : Jangan Tem, Cukup sampai disini.
1074. SLENTEM : Tak akan kulepaskan.
1075. ATI
1076. SUMIRAH : Kamu sudah gila, Tem.
1077. SLENTEM : Tiada maaf bagimu.
1078. ATI
1079. SUMIRAH : Cari cara lain Tem.
1080. SLENTEM : Hanya satu jalan.
1081. ATI
1082. SUMIRAH : Kamu ini memang sinting.
1083. SLENTEM : Cinta dibatas peron.
1084. ATI
1085. SUMIRAH : Engkau sungguh-sungguh?
1086. SLENTEM : Catatan harian seorang gadis, lima jahanam. Si Doel Anak Betawi. Ratapan
Anak Tiri….
(SLENTEM BERANGKAT)
ATI DAN SUMIRAH MERONTA SEPERTI DITINGGAL KEKASIH- DRAMATIS. SLENTEM MENGELILINGI
STAGE SEKALI, SAMPAI DI RUMAH PROFESOR.
1087. SLENTEM : Selamat siang professor, selamat siang Ibu.
1088. PROFESOR
1089. NY. PROF : Selamat siang….
1090. SLENTEM : Minggu-minggu nggak kemana-mana ni prof….
1091. PROFESOR
1092. NY. PROF : Nggak….
1093. ATI
1094. SUMIRAH : O, alaah… mbok ya sudah ti Tem, Tem.
1095. SLENTEM : Nggak berlibur ke tempat-tempat dingin….
1096. PROFESOR
1097. NY. PROF : Nggak….
1098. ATI
1099. SUMIRAH : Cari gara-gara saja….
1100. SLENTEM : Kaliurang, Tawangmangu, Sriwedari….
1101. PROFESOR
1102. NY. PROF : Nggak…..
1103. ATI
1104. SUMIRAH : Maunya apa sih……
1105. SLENTEM : Apa…
1106. PROFESOR
1107. NY. PROF : Saudara siapa sih….
1108. SLENTEM : Saya orang tua murid…
1109. PROFESOR
1110. NY. PROF : O… siapa itu…
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
43
1111. SLENTEM : Saya orang tua Joko….
1112. ATI
1113. SUMIRAH : Bikin puyeng saja….
1114. PROFESOR : JOKO SIAPA, YANG MANA….
1115. SLENTEM : Joko yang tinggi-tinggi itu lho prof.
1116. PROFESOR : Yang tinggi-tinggi yang mana…
1117. SLENTEM : Alah mook professor pangling.
1118. PROFESOR : O… yang kumisan…
1119. SLENTEM : Hah… Yang barusan kumisnya dicukur?
1120. PROFESOR : Nah…
1121. SLENTEM : Ada keparluan apa?
1122. PROFESOR : Sebenarnya aya nggak ada keperluan apa-apa. Cuma main-main saja.
1123. PROFESOR
1124. NY. PROF : Ooooo….
1125. ATI
1126. SUMIRAH : Neko-neko saja….
1127. SLENTEM : Anu professor….
1128. PROFESOR : Ya….
1129. ATI
1130. SUMIRAH : Apa dirumah nggak punya cermin, apa….
1131. SLENTEM : Punya saja…
1132. PROFESOR : Apa?
1133. SLENTEM : O… Nggak….. anu…..
1134. PROFESOR : Bagaimana?
1135. SLENTEM : Apa, apa , selama ini nggak ada apa-apa yang datang.
1136. PROFESOR : Apa maksud saudara?
1137. SLENTEM : Nggak ada sesuatu yang datang?
1138. PROFESOR : Apa ya? Apa yang datang, Mam?
1139. NY. PROF : Yang datang? Perasaan nggak ada yang datang.
1140. PROFESOR : Coba ingat-ingat, Mam.
1141. SLENTEM : Bener, coba diingat-ingat dulu bu….
1142. ATI
1143. SUMIRAH : Alah….
1144. NY. PROF : Ya, ada kiriman dendeng dari eyang di Malang.
1145. SLENTEM : Yang lainnya nggak ada? Majalah umpamanya
1146. NY. PROF : Majalah? Kita nggak pernah langganan.
1147. PROFESOR : Selalu beli eceran.
1148. SLENTEM : Ooooo…. Yang lainnya e e e …. Misalnya surat-surat apa nggak pernah ada
yang datang?
1149. PROFESOR : Surat? Ya ada surat undangan rapat dari rector yang baru.
1150. SLENTEM : (GEMES, JENGKEL, GONDOK, PANAS, TAPI TETAP DI TAHAN) Jadi selama ini
nggak pernah ada surat-surat yang aneh sifatnya?
1151. PROFESOR
1152. NY. PROF : Surat aneh bagaimana? Perasaan nggak pernah datang surat yang aneh
aneh.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
44
1153. SLENTEM : (NAIK PITAM MELEDAK) Seminggu yang lalu saya kirim surat kaleng yang
isinya
penuh ancaman untuk professor! Dasar Profesor mbandel!..... (NGGEBRAK)
1154. PROFESOR : (MELEDAK) O… Jadi kamu to yang namanya SLENTEM! Kamu termasuk
gang mereka ya! (MENGEJAR LENTEM)
SLENTEM MELONCAT TERUS LARI MASUK PINTU KIRI, TERUS DIKEJAR PROFESOR. LALU KELUAR
PINTU KANAN SAMPAI DI PASAR KEMBALI, ATI DAN SUMIRAH MELONGO MELIHAT SLENTEM
DIKEJAR PROFESOR.
SLENTEM MASUK PINTU KIRI LAGI, DIKEJAR TERUS OLEH PROFESOR.
1155. NY. PROFESOR TERIAK-TERIAK: Sudah Pap! Sudah Pap! Stop!
TAPI PROFESOR TERUS MENGEJAR. SLENTEM KELUAR PINTU KANAN, KEMBALI SAMPAI DI PASAR,
ATI DAN SUMIRAH GELENG-GELENG MLONGO. MASUK LAGI PINTU KIRI DIIKUTI TERUS OLEH
PROFESOR YANG TERENGAH-ENGAH.
LAMPU MATI.
ISTIRAHAT 15 MENIT, UNTUK MAKE – UP MENJADI TUA, KECUALI SLENTEM. STAGE DIBERSIHKAN
DARI BATIK-BATIK DAN KURSI-KURSI
TOMMY DIAPIT SUMIRAH DAN KUSNINGTYAS DI TEMPATNYA. NY. PROFESOR DI TEMPATNYA.
KOSTUM LEBIH SEDERHANA. KELIHATAN PROFESOR MENGEJAR SLENTEM KETUKA LAMPU REMANG-
REMANG DI NYALAKAN. MASUK PINTU KIRI KELUAR PINTU KANAN, AKHIRNYA PROFESOR
KTINGGALAN JAUH, DAN WAKTU MEMASUKI STAGE LAMPU MENYALA TERANG. PROFESOR
TERENGAH-ENGAH, SLENTEM BERSIUL-SIUL. PROFESOR SUDAH TERBONGKOK-BONGKOK JALANNYA
DAN TERBATUK-BATUK DISAMBUT ISTRINYA YANG SUDAH BONGKOK JUGA.
KECUALI SLENTEM, SELURYH PEMAIN BERDIRI KAYAK MAU DI POTRET.
1156. PROFESOR : Aku mengejar dia terus, tapi ia ketinggalan jauh di belakang (TERENGAH
ENGAH)
1157. NY. PROF : Jarak kita sudah jauh dengan dia.
1158. TOMMY
1159. SUMIRAH
1160. TYAS : Kita lari terus ke depan, tetapi dia kebalikannya.
1161. ATI : Ayolah Tem, ikuti kami
1162. SLENTEM : Ogah…. (BERSIUL)
SLENTEM YANG BERDIRI DI TEPI MEMANDANGI MEREKA DENGAN ACUH TAK ACUH, JALAN MONDAR
MANDIR DI DEPANNYA MELIRIK MEREKA LAGI, SEPERTI SEORANG KOMANDAN BARISAN.
SUASANA JADI LENGANG. MEREKA YANG BERBARIS ITU TETAP TAK MERUBAH SIKAPNYA SEOLAH-
OLAH ADA KAMERA FOTODI DEPANNYA.
1163. SLENTEM : Siap! (TERIAK)
YANG BERBARIS ITU SERTA MERTA TEGAK DAN MERAPIKAN BARIANNYA. SLENTEM MENGONTROL
BARISANNYA. TIBA-TIBA MAUKLAH TUKANG NGAMEN JUGA BERJALAN TERBONGKOK-BONGKOK.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
45
SARIYEM, WARTI DENGAN CASSETTE TAPE RECORDERNYA, TUKANG KENDANG, TUKANG SULING,
TUKANG CLEMPUNG. KELIMA ORANG INI MEMBERI SALAM ATU PERSATU KEPADA YANG SEDANG
BERBARIS, SEBELUM BERBARIS MEREKA DIPANGGIL SLENTEM UNTUK NGAMEN KECUALAI WARTI.
MEREKA MULAI DUDUK, MEMUKUL INSTRUMENNYA DAN MULAILAH. SARIYEM MULAI NEMBANG.
TAPI HANYA MULUTNYA YANG KELIHATAN CUMA MENGANGA DAN MENUTUP, TANPA ADA SUARA
YANG KELUAR.
1164. SLENTEM : Kenapa mulutmu, Yem? (GEMELAN BERHENTI)
1165. T. KENDANG : Karena sudah terlalu tua, suaranya nggak ada lagi.
SLENTEM MEMBERI ISYARAT UPAYA MEREKA IKUT BERBARI. KEMUDIAN MEREKA IKUT BERJAJAR.
1166. SLENTEM : Para penonton semuanya, inilah mereka yang senantiasa bergerak maju
terus:
Mas Tommy, Yu Sumirah, Kusningtyas, Ati, Profesor, Nyonya Profesor,
sariyem,
Warti, Tukang kendang, Tukang Suling, Tukang clemung.
Tapi aku sendiri yang nggak mau. Sementara mereka bertambah terus tiap
1 Januari, sedang aku nggak mau, aku selalu meloncat kembali ke
desember yang silam dan akhirnya kuputuskan untuk berhenti sama sekali.
Bagi mereka, aku adalah masa silam mereka, sedang mereka bagiku adalah
masa akan datangku yang enggan aku jalani.
Koq mau-maunya mereka itu menjadi tua. Sedang masa kini ada di mana-
mana. Begitu mungkin para penonton bertanya.
Masa kini sebenarnya ada pada parapenonton. Tentu saja professor
menjadi
orang yang berbahagia. Beliau lepas dari surat kaleng saya ditambah lima
orang cucu, tiga dari Mbakyu sumirah, dan dua dari Kusningtyas.
Semuanya sudah menta, dan ada yang masih getol study terus. Ada di
Akademi
Atom di Jerman, Akademi Senirupa di Perancis, Kedokteran di London.
Dari ke lima cucu unu, lahir dua puluh tiga buyut yang gagah-gagah dan
manis-
manis dan lucu-lucu, yang tidak mungkin dihadirkan emuanya di sini untuk
di
tonton. Stagenya ini bisa njomplang. Sedang Ati sebenarnya ada rasa
dengan
saya, tetapi saya menolak.
1167. ATI : Nggak usah ya…
1168. SLENTEM : Kemudian tukang-tukang ngamen masih terus ngamen tapi karena undang-
undang yang saya ciptakan, mereka bisa berdampingan secara damai.
Sariyem
yang sudah tidak punya suara lagi, kabarnya mau beli cassette tape
recorder.
Nah, para penonton yang baik, cukup sekian malam ini, selamat besok
boleh
saja kalau mau nonton lagi. Selamat malam.
Festival Teater Ke-XXIII Tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur
46
--------
Jakarta, 4 Agustus 1973
Diketik ulang oleh Studio Teater PPPG Kesenian Yogyakarta
Maret 2007