PERAN NUTRISI PADA TUMBUH KEMBANG ANAK 1. Pendahuluan Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal yang telah dikemukakan adalah nutrisi ( Hull, 2008 ). Nutrisi pada masa anak berperan penting dalam proses tumbuh kembang. Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang seimbang membantu pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usia tumbuh kembang yang seharusnya dan mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh yang dapat menyebabkan terjadinya morbiditas dan mortalitas. Selain itu, pemenuhan kebutuhan nutrisi juga dapat meningkatkan kualitas hidup dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena nutrisi juga berperan sebagai sumber tenaga, zat pembangun dan pengatur dalam tubuh ( Soetjiningsih dan Suandi, 2002 ). 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERAN NUTRISI PADA TUMBUH KEMBANG ANAK
1. Pendahuluan
Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal yang
telah dikemukakan adalah nutrisi ( Hull, 2008 ).
Nutrisi pada masa anak berperan penting dalam proses tumbuh kembang.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang seimbang membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak sesuai dengan usia tumbuh kembang yang seharusnya dan
mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh yang dapat
menyebabkan terjadinya morbiditas dan mortalitas. Selain itu, pemenuhan kebutuhan
nutrisi juga dapat meningkatkan kualitas hidup dalam melakukan aktivitas sehari-hari
karena nutrisi juga berperan sebagai sumber tenaga, zat pembangun dan pengatur
dalam tubuh ( Soetjiningsih dan Suandi, 2002 ).
2. Tumbuh Kembang Anak
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan adalah
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh karena adanya multiplikasi ( bertambah
banyak ) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel. Perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
1
teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang terorganisasi ( Wong et al., 2008 ).
Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap
aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ
atau individu. Meskipun pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang
berbeda, namun keduanya saling mempengaruhi dan berjalan secara bersamaan
( Wong et al., 2008 ).
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita karena
masa ini merupakan masa pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan
kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensi
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya
( Soetjiningsih, 1995 ).
Untuk menilai pertumbuhan anak dilakukan pengukuran antropometri.
Pengukuran antropometri meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan ( panjang
badan ) dan lingkar kepala. Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil
peningkatan atau penurunan berat semua jaringan yang ada pada tubuh. Pengukuran
tinggi badan digunakan sebagai salah satu parameter untuk menilai status gizi.
Pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menilai pertumbuhan otak.
Pertumbuhan otak kecil ( mikrosefali ) menunjukkan adanya reterdasi mental,
sedangkan apabila otaknya besar ( volume kepala meningkat ) dapat terjadi akibat
penyumbatan cairan serebrospinal ( Hidayat dan Aziz, 2005 ).
2
Frankenburg dan kawan – kawan (1981), melalui DDST ( Denver
Development Screening Test ), mengemukakan 4 parameter perkembangan yang
dipakai dalam menilai perkembangan anak, yaitu ( Soetjiningsih, 1995 ):
a. Personal social ( tingkah laku sosial ).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya.
b. Fine motor adaptive ( gerakan motorik halus ).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan
yang melibatkan bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi
memerlukan kondisi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar,
memegang sesuatu benda, dan lain - lain.
c. Language ( bahasa ).
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
d. Gross motor ( perkembangan motorik kasar ).
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
3. Nutrisi
Nutrisi adalah zat penyusun bahan makanan yang banyak diperlukan oleh
tubuh untuk metabolisme, yaitu: air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral
( Dorland, 2002 ).
3
3.1. Air
Air berfungsi menjadi medium untuk nutrisi lainnya. Air merupakan unsur
paling penting diantara semua nutrisi dan terdapat baik dalam makanan padat maupun
dalam minuman. Sejumlah kecil air dihasilkan oleh metabolisme. Air merupakan
media tempat semua proses metabolisme berlangsung. Kehilangan air terjadi melalui
udara pernapasan disamping itu lewat keringat, urin dan feses. Manusia dapat hidup
berminggu-minggu tanpa makanan, namun tanpa air hanya dapat bertahan hidup
beberapa hari saja ( Solihin dan Pudjiadi, 2001 ).
3.2. Protein
Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam amino esensial. Terdapat dua
jenis protein, yaitu: protein hewani yang didapat dari daging hewan dan protein nabati
yang didapat dari tumbuh-tumbuhan ( Solihin dan Pudjiadi, 2001 ).
Nilai gizi protein hewani lebih besar dari pada protein nabati dan lebih
mudah diserap oleh tubuh. Walaupun demikian, kombinasi penggunaan protein
hewani dan protein nabati sangat dianjurkan dalam pemenuhan protein yang
seimbang.
Fungsi protein berperan penting bagi semua jaringan tubuh, yaitu ( Solihin
dan Pudjiadi, 2001; Beck, 2000 ):
1. Protein menggantikan protein yang hilang selama proses metabolisme yang
normal.
2. Protein menghasilkan jaringan yang baru. Jaringan baru terbentuk selama masa
pertumbuhan, kesembuhan dari cidera, kehamilan dan laktasi.
4
3. Protein diperlukan dalam pembuatan protein yang baru dengan fungsi khusus
didalam tubuh, yaitu sebagai enzim dan hormon.
4. Protein dapat dipakai sebagai sumber energi.
3.3. Lemak
Pada dasarnya, lemak tidak banyak dibutuhkan dalam jumlah besar kecuali
lemak esensial, yaitu asam linoleat dan asam arakidonat. Pada anak usia bayi sampai
kurang lebih 3 bulan, lemak merupakan sumber gliserida dan kolesterol yang tidak
dapat dibuat dari karbohidrat. Lemak juga berfungsi untuk mempermudah absorbsi
vitamin yang larut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K.
Fungsi lemak dalam tubuh adalah sebagai berikut ( Solihin dan Pudjiadi, 2001 ):
1. Sumber energi. Lemak dioksidasi di dalam tubuh untuk memberikan energi bagi
aktivitas jaringan dan guna mempertahankan suhu tubuh.
2. Ikut serta membangun jaringan tubuh. Sebagian lemak masuk ke dalam sel tubuh
dan merupakan bagian esensial dari struktur sel tersebut.
3. Perlindungan. Endapan jaringan lemak di sekitar organ tubuh yang penting akan
mempertahankan organ tubuh dalam posisinya dan melindunginya terhadap
cedera.
4. Penyekat ( isolasi ). Jaringan lemak subkutan akan mencegah kehilangan panas
dari tubuh.
5. Perasaan kenyang. Adanya lemak di dalam bolus makanan ketika lewat dalam
duodenum mengakibatkan penghambatan peristaltik lambung dan sekresi asam,
5
sehingga menunda waktu pengosongan lambung dan mencegah timbulnya rasa
lapar.
6. Vitamin larut dalam lemak. Membantu proses penyerapan dari dalam usus dan
melarutkan vitamin yang larut dalam lemak.
3.4. Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber tenaga. Bayi yang baru mendapat asupan
makanan dari ASI akan mendapatkan 40% kalori dari laktosa yang dikandung dalam
ASI. Pada anak yang lebih besar, karbohidrat didapatkan dari makanan yang banyak
mengandung tepung, seperti bubur susu, sereal, nasi tim, atau nasi. Apabila tidak
mendapatkan asupan karbohidrat yang memadai untuk menghasilkan energi, tubuh
akan memecah protein dan lemak cadangan dalam tubuh. Fungsi karbohidrat di
dalam tubuh yaitu untuk menghasilkan panas dan energi bagi segala bentuk aktivitas
tubuh ( Solihin dan Pudjiadi, 2001 ).
3.5. Vitamin
Vitamin adalah sejumlah zat yang terdapat dalam makanan yang berfungsi
untuk mempertahankan fungsi tubuh (Marlow dan Reeding, 1988). Vitamin terbagi
dalam dua bagian besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut
dalam lemak ( Solihin dan Pudjiadi, 2001 ):
1) Vitamin yang larut dalam air
Vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B dan C yang tidak disimpan dalam
tubuh, melainkan harus dikonsumsi melalui makanan tertentu. Vitamin B
6
mencakup vitamin B1, B2 dan B12. Berikut ini adalah fungsi-fungsi dari vitamin
tersebut:
B1 atau tiamin diperlukan tubuh untuk metabolisme karbohidrat dalam
pembentukan energi ( sebagai koenzim ). Kekurangan vitamin ini akan
menyebabkan tubuh cepat merasa lelah, kurang nafsu makan, kerusakan
pembuluh darah dan sel saraf.
B2 atau riboflavin penting dalam metabolisme karbohidrat, asam amino,
dan asam lemak yaitu sebagai koenzim dari flavin enzim. Kekurangan
vitamin ini akan menyebabkan tubuh merasa lelah sehingga kurang aktif
dalam bekerjaserta dapat mengurangi ketajaman penglihatan.
Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia
2) Vitamin yang larut dalam lemak
Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K. Berikut ini
peranan penting vitamin A,D, E, dan K dalam tubuh:
A: untuk pertumbuhan, penglihatan, dan reproduksi sel epitel
D: untuk penyerapan dan metabolisme kalsium dan fosfor, pembentukan
tulang dan gigi.
E: sebagai antioksidan alami yang membantu melindungi struktur sel yang
penting terutama membran sel dari kerusakan akibat adanya radikal bebas.
K: untuk proses pembentukan darah dan mineral yang dibutuhkan tubuh
adalah mineral makro, yaitu Ca, P, Mg, Na, dam K serta mineral mikro yaitu
Fe dan Zn.
3.6. Mineral
7
Unsur mineral terdapat di dalam jaringan tulang, gigi dan protein. Mineral
merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim dan sangat penting
dalam pengendalian komposisi cairan tubuh. Unsur-unsur mineral di dalam tubuh
kurang lebih 3% dari keseluruhan berat tubuh. Sejumlah mineral terlibat dalam
berbagi proses tubuh, seperti : kalsium, fosfor, kalium, sulfur, natrium, klor, besi
fluor, tembaga, seng, yodium, kobalt, mangan, magnesium, kromium dan selenium.
Fungsi mineral dalam tubuh ada 3, yaitu ( Solihin dan Pudjiadi, 2001 ):
1. Mineral merupakan konstituen tulang dan gigi yang memberikan kekuatan serta
rigiditas kepada jaringan tersebut, misalnya: kalsium, fosfor dan magnesium.
2. Mineral membentuk garam-garam yang dapat larut dan dengan demikian
mengendalikan komposisi cairan tubuh.
3. Mineral turut membangun enzim dan protein.
4. Kebutuhan Nutrisi Berdasarkan Usia Tumbuh Kembang
Secara umum kebutuhan nutrisi pada anak dapat dikelompokkan berdasarkan
usia anak, yaitu mulai umur 0-6 bulan, 4-6 bulan, 6-9 bulan, 9-12 bulan, usia todlerr
dan prasekolah, usia sekolah dan usia remaja ( Rudolph, 2007 ).
4.1. Umur 0-4 Bulan
Pada umur ini kebutuhan nutrisi bayi semuanya melalui air susu ibu ( ASI )
yang mempunyai komponen yang paling seimbang, akan tetapi apabila terjadi
gangguan dalam air susu ibu maka dapat menggunakan susu formula. Pemberian ASI
eksklusif adalah sampai 4 bulan tanpa makanan yang lain, sebab kebutuhannya sesuai
8
dengan jumlah yang dubutuhkan pada bayi. Proses pemberian ASI ini dapat
dilakukan melalui proses menyusui ( Rudolph, 2007 ). Menurut Depkes tahun 2007,
pemberian ASI eksklusif tanpa memberikan makanan atau minuman lain adalah
sampai usia 6 bulan ( Depkes, 2007 ).
Proses menyusui akan memberikan dampak yang baik seperti pada proses
awal menyusui setelah bayi lahir terdapat zat kekebalan tubuh yang terdapat pada
kolostrom yang kaya akan protein dan mengandung imunoglobulin A yang tinggi
melalui keluarnya ASI pertama, disamping itu proses menyusui akan membantu
reflek bayi untuk mengisap yang menyebabkan kebutuhan kasih sayang pada bayi
terpenuhi dan membantu proses bonding. Proses pengeluaran ASI dapat terjadi
karena adanya reflek menghisap juga dapat dipengaruhi proses hormonal terutama
oksitosin dan prolactin ( Rudolph, 2007 ).
Komposisi ASI berbeda-beda sesuai dengan stadium laktasi. Berdasarkan
stadium laktasi, ASI dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kolostrum, ASI transisi, dan
ASI matang. Kolostrum adalah air susu pertama yang keluar berbentuk cairan
kekuning-kuningan yang lebih kental dari ASI matang. Kolostrum mengandung
protein, vitamin yang larut dalam lemak, dan mineral yang lebih banyak dari ASI
matang. Kolostrum sangat penting untuk diberikan karena selain tinggi akan
immunoglobulin A (IgA) sebagai sumber imun pasif bagi bayi. Produksi kolostrum
dimulai sejak masa kehamilan sampai beberapa hari setelah kelahiran. Namun, pada
umumnya kolostrum digantikan oleh ASI transisi dalam dua sampai empat hari
setelah kelahiran bayi. ASI transisi diproduksi mulai dari berhentinya produksi
kolostrum sampai kurang lebih dua minggu setelah melahirkan. Kandungan protein
9
dalam ASI transisi semakin menurun, namun kandungan lemak, laktosa dan vitamin
larut air, semakin meningkat. Volume ASI transisi semakin meningkat seiring dengan
lama menyusui dan kemudian digantikan oleh ASI matang. ASI matang mengandung
dua komponen berbeda berdasarkan waktu pemberian yaitu foremilk dan hindmilk.
Foremilk merupakan ASI yang keluar pada awal bayi menyusu, sedangkan hindmilk
keluar setelah permulaan let-down.Foremilk mengandung vitamin, protein, dan tinggi
akan air. Hindmilk mengandung lemak empat sampai lima kali lebih banyak dari
foremilk ( Butte et al., 2002 ).
Tidak semua anak mendapatkan ASI secara langsung, banyak kita temukan
anak yang kebutuhan nutrisinya diperoleh melalui susu formula. Dalam hal
pemakaian susu formula atau susu botol yang perlu diperhatikan adalah sterilkan
dahulu sebelum memberikan pada bayi dengan cara dipanaskan, jangan membuat
lama-lama susu dalam botol, ikuti petunjuk pamakaian susu formula, dan lain-lain
( Soetjiningsih dan Suandi, 2002; Rudolph, 2007 ).
4.2. Umur 4-6 Bulan
Pada usia ini kebutuhan nutrisi pada anak yang utama tetap adalah ASI
kemudian di tambah lagi dengan bubur susu dan sari buah sebagai makanan
pendamping ASI ( MP-ASI ). Tambahan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada
anak ini seiring dengan perkembangan fungsi sistem pencernaan ( Rudolph, 2007 ).
4.3. Umur 6-9 Bulan
10
Kebutuhan nutrisi pada anak usia ini adalah tetap diteruskan dari ASI
kemudian ditambah dengan bubur susu, bubur tim saring dan buah. Penambahan
bentuk kebutuhan nutrisi disesuaikan dengan ukuran kebutuhan nutrisi pada usia
anak. Makanan lembek padat mulai bisa diberkan mengingat perkembangan gigi
sudah mulai ( Rudolph, 2007 ). Makanan lembek adalah makanan bayi yang terdiri
dari campuran komponen dasar yaitu makanan pokok ( padi – padian / umbi – umbi
an ) , makanan sumber protein hewani atau nabati ( susu, ikan, telor, daging, kacang-
kacangan ), makanan sumber vitamin dan mineral ( sayur dan buah ) serta sumber
energy ( minyak, lemak, mentega ) ( Soetjiningsih dan Suandi, 2002 ). Menurut
Jelliffe, setelah berusia bulan, bayi harus mendapat tambahan makanan yang bergizi
dan mengandung protein yan cukup. Jelliffe menyebut jembatan protein ( three plank
protein bridge ) yang terdiri dari : ASI harus diteruskan + protein heani + protein
nabati ( Jelliffe, 1978 ).
4.4. Umur 10-12 Bulan
Pada usia anak ini masih tetap diberikan ASI dengan penambahan bubur,
susu, bubur tim kasar dan buah. Bentuk makanan yang disediakan dapat lebih padat
dan bertambah jumlahnya mengingat pertumbuhan gigi dan kemampuan fungsi
pencernaan sudah lebih bertambah ( Rudolph, 2007 ).
4.5. Usia todler dan prasekolah
Pada usia ini sebaiknya penyediaan menunya bervariasi untuk mencegah
kebosanan. Makanan yang dianjurkan antara lain daging, sup, sayuran, buah , sereal
11
atau roti serta susu. Pada anak ini juga perlu makanan padat sebab kemampuan
mengunyahnya sudah kuat ( Rudolph, 2007 ).
Usia todler dan prasekolah umumnya membutuhkan ( Soetjiningsih, 1995 ):
• Susu : 2 atau 3 kali dalam 1 hari. Dalam 1 kali minum kira-kira 1/2-1 gelas.
• Daging : 2 kali atau lebih dalam 1 hari.
• Sereal dan roti : 4 kali atau lebih dalam 1 hari. 1 kali pemberian kira-kira 1/2-1
potong roti atau 1/2-1 gelas bubur.
• Sayur dan buah-buahan : 4 kali atau lebih dalam 1 hari. Meliputi sekurang-
kurangnya 1 kali atau lebih pemberian jeruk dan 1 kali pemberian sayuran hijau.
4.6. Usia Sekolah
Pada usia sekolah, anak membutuhkan penyediaan makanan dasar yang sama
dengan yang dibutuhkan oleh anak usia prasekolah, tapi kebutuhannya lebih banyak
dari usia prasekolah. Contoh : Susu satu gelas, daging 6-8 potong, roti 1-2 potong
roti, sereal 1/2-1 mangkok ( Rudolph, 2007 ).
4.7. Usia Remaja
Pada masa remaja kebutuhan kalori semakin meningkat karena perubahan
pada masa pubertas dan aktifitas. Pada usia remaja anak akan sangat menyadari
gambaran diri sehingga perlu pemantauan diet dalam makanan, seperti takut akan
obesitas dan takut timbulnya jerawat akibat makanan. Pada masa ini terjadi
pertumbuhan yang cepat baik tinggi maupun berat badan sehingga kebutuhan gizipun
meningkat ( Rudolph, 2007 ).
12
5. Dampak Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Anak
5.1. Dampak Psikologis
Mencakup aspek psikodinamik, psikososial dan maturasi organik.
a. Psikodinamik ( Freud )
Pada usia bayi, pemenuhan kebutuhan yang utama adalah kebutuhan dasar
melalui oral. Fase oral berhasil dilalui apabila anak mendapatkan kepuasan dalam
pemenuhan kebutuhan oral saat makan dan minum. Dampak psikodinamik yang
diperoleh bayi adalah kepuasan karena terpenuhinya kebutuhan dasar dan
kehangatan saat pemenuhan kebutuhan dasar tersebut ( Tershakovec dan Stallings,
2010 ).
b. Psikososial ( Erikson )
Fase awal dari pertumbuhan dan perkembangan anak menurut pendekatan
psikososial adalah tercapainya rasa percaya dan tidak percaya. Makanan merupakan
stimulus yang dapat meringankan rasa lapar anak dan pemuasan yang konsisten
terhadap rasa lapar dapat mempengaruhi kepercayaan anak terhadap lingkungannya
terutama lingkungan keluarga ( Tershakovec dan Stallings, 2010 ).
c. Maturasi Organik ( Piaget )
Perkembangan organik yang dilalui anak melalui makanan adalah
pengalaman mendapatkan beberapa sensoris seperti rasa atau pengecapan,
penciuman, pergerakan dan perabaan. Dengan dikenalkan berbagai macam makanan,
13
anak akan kaya dengan berbagai macam rasa, demikian juga dengan bertambah
kayanya penciuman melaui bau makanan. Selain itu, dengan makanan anak dapat
meningkatkan keterampilan, seperti memegang botol susu, memegang cangkir,
sendok, dan keterampilan koordinasi gerak\ seperti menyuap dan menyendok
makanan ( Tershakovec dan Stallings, 2010 ).
5.2. Dampak Fisiologis
Dampak nutrisi pada anak yang terlihat jelas adalah terhadap
pertumbuhan fisik anak. Selama masa intrauterin, asupan nutrisi yang adekuat pada
ibu berdampak tidak hanya pada kesehatan ibu, tetapi lebih pada pertumbuhan janin.
Dengan asupan nutrisi yang adekuat, dari hari ke hari kehamilan ibu bertambah besar
dan sejalan dengan itu, janin tumbuh dan berkembang sampai pada usia kehamilan
yang matang maka janin siap dilahirkan dengan berat badan dan pertumbuhan organ
fisik lainnya yang normal. Terutama pada trimester pertama pada saat terjadi
pertumbuhan otak, asupan nutrisi yang adekuat terutama protein akan mempengaruhi
pertumbuhan otak. Sebaliknya, apabila ibu tidak mendapat asupan gizi yang adekuat,
bayi dapat lahir dengan berat badan rendah. Diet atau pembatasan makanan pada ibu
selama masa kehamilan akan menurunkan berat badan bayi ( Tershakovec dan
Stallings, 2010 ).
Begitu juga setelah anak dilahirkan, asupan nutrisi yang tepat untuk bayi,
toddler, prasekolah, usia sekolah, dan remaja akan sangat berdampak pada
pertumbuhan fisik, yaitu anak akan bertambah berat dan bertambah tinggi atau
meningkat secara kuantitas ( Tershakovec dan Stallings, 2010 ).
14
6. Dampak Nutrisi Kurang Terhadap Tumbuh Kembang Anak
Nutrisi yang kurang juga berdampak pada pertumbuhan anak. Dampak yang
ditimbulkan akibat nutrisi yang kurang pada pertumbuhan anak antara lain berat
badan tidak sesuai dengan umur, tinggi badan tidak sesuai dengan umur, berat badan
tidak sesuai dengan tinggi badan dan lingkar kepala dan lingkar lengan kecil
( Hidayat dan Aziz, 2005 ).
Nutrisi yang kurang juga berdampak pada perkembangan anak. Hasil
penelitian oleh Proboningsih pada tahun 2004 menunjukkan bahwa anak pada
kelompok status nutrisi baik terdapat 78.6% memiliki perkembangan normal
( motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan kepribadian ) dan 21,4% perkembangan
yang terhambat ( motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan kepribadian ). Sedangkan
pada kelompok nutrisi kurang terdapat 53,6% memiliki perkembangan normal
( motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan kepribadian ) dan 46,4% perkembangan
yang terhambat ( motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan kepribadian ). Hal ini
menunjukkan bahwa status nutrisi baik dan status nutrisi kurang memiliki perbedaan
yang bermakna pada proses perkembangan anak ( Proboningsih, 2004 ). Penelitian
lain yang dilakukan oleh Schmidt dan kawan – kawan pada tahun 2004 juga
membuktikan bahwa pemberian nutrisi penting untuk perkembangan anak ( Schmidt
et al., 2004 ).
Anak dengan nutrisi yang kurang akan mengalami keterlambatan dalam
perkembangan motorik kasar. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan
15
perkembangan otot – otot tubuh sehingga kemampuan aktifitas kontraksi otot menjadi
berkurang. Selain dari faktor internal otot, nutrisi yang kurang menyebabkan adanya
ketersediaan energi yang tidak adekuat dalam melakukan aktifitas motorik seperti
tengkurap, merangkak, berdiri, berjalan dan berlari ( Proboningsih, 2004 )
Pemenuhan nutrisi berhubungan erat dengan tingkat kecerdasan anak.
Kurangnya nutrisi dapat berakibat kurangnya mielinisasi pada otak sehingga terjadi
kesulitan dalam menghantarkan informasi dari satu neuron ke neuron yang lain
( Proboningsih, 2004 )
Anak yang mengalami kurang nutrisi akan menjadi tidak aktif, apatis dan
tidak mampu berkonsentrasi, hal ini disebut functional isolationis. Hal ini disebabkan
karena untuk melakukan aktifitas, ketersediaan energi yang cukup banyak dibutuhkan
melalui pemenuhan nutrisi yang adekuat ( Proboningsih, 2004 )
7. Penyakit akibat kurang nutrisi
Nutrisi yang kurang juga dapat menyebabkan penyakit kurang energi dan
protein ( KEP ). Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi
kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi atau terjadinya defisiensi
karbohidrat dan protein. Jenis penyakit kurang energi dan protein di kenal dalam 3
bentuk yaitu : kwarshiorkor, marasmus dan marasmus kwarshiorkor ( Hidayat dan
Aziz, 2005 ).
a. Kwarshiorkor
16
Kata kwarshiorkor berasal dari bahasa Ghana yang berati “anak yang
kekurangan kasih sayang ibu”. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi
protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake
karbohidrat yang normal atau tinggi ( Hidayat dan Aziz, 2005 ).
Tanda yang sering dijumpai pada pada penderita kwashiorkor yaitu gagal
untuk menambah berat badan, penurunan masa otot, rambut kemerahan dan mudah
dicabut, edema general ( muka sembab, punggung kaki, dan perut yang membuncit)
dan perubahan mental ( letargia, iritabilitas dan apatis ). Pada keadaan akhir dapat
menyebabkan shok berat, koma dan berakhir dengan kematian ( Hidayat dan Aziz,
2005 ).
b. Marasmus
Marasmus adalah berasal dari kata Yunani yang berarti kurus kering.
Marasmus disebabkan karena kurang kalori yang berlebihan, sehingga membuat
cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh terpaksa dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup ( Hidayat
dan Aziz, 2005 ).
Gejala marasmus adalah seperti gejala kurang gizi pada umumnya ( seperti
lemah lesu, apatis, cengeng, dan lain-lain), tetapi karena semua zat gizi dalam
keadaan kekurangan, maka anak tersebut menjadi kurus kering ( Hidayat dan Aziz,
2005 ).
c. Marasmus Kwarshiorkor
17
Tipe marasmus kwashiorkor terjadi karena makanan sehari-hari tidak cukup
mengandung protein dan juga kalori untuk pertumbuhan normal. Pada tipe ini terjadi
penurunan berat badan dibawah 60 % dari normal ( Hidayat dan Aziz, 2005 ).
Gejala klinis dari tipe marasmus kwashiorkor adalah merupakan gabungan
antara marasmus dan kwashiorkor yaitu adanya edema dengan berat badan dibawah
60 % dari normal berat badan sesuai dengan usia ( Hidayat dan Aziz, 2005 ).
18
KESIMPULAN
Nutrisi adalah zat penyusun bahan makanan yang banyak diperlukan oleh
tubuh untuk metabolisme. Pemenuhan kebutuhan akan nutrisi sangat penting dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan anak karena nutrisi dalam tubuh dapat
membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak serta mencegah terjadinya
berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh.
Secara umum kebutuhan nutrisi pada anak dapat dikelompokkan berdasarkan
usia anak, yaitu mulai umur 0-4 bulan, 4-6 bulan, 6-9 bulan, 9-12 bulan, usia todlerr
dan prasekolah, usia sekolah dan usia remaja. Nutrisi yang kurang dapat
menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anak, serta dapat
menyebabkan penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh seperti kekurangan energi
dan protein ( KEP ).
19
DAFTAR PUSTAKA
Beck EM. 2000. Nutrition and Dietics For Nurse. New York : Aspan Publisher.
Butte N, Lopez MG and Garza C. 2002. Nutrient Adequacy of Exclusive
Breastfeeding For The Term Infant During The First Six Months of Life.
Geneva: World Health Organization; 2002.
Depkes, RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Dorland and Newman WA, 2002. In Koesomawaty H, artanto H, Salim IN, Setiawan
L, Valleria dan Suparman W ( Eds. ) Kamus Kedokteran Dorland ( Edisi 29 ).
Jakarta : EGC.
Hidayat dan Azis A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba
Medika.
Hull D and Johnston DI. 2008. Gizi. In Yusna D, Harianto H ( Eds. ) : Dasar – Dasar
Pediatri ( Edisi 3 ). Jakarta : EGC, pp 75.
Jelliffe DB and Jelliffe EFP. Human Milk in Modern World ( 2nd edition ). Oxford :
Oxford Press University.
Marlow DR and Reeding BA. 1988. Textbook of Pediatric Nursing ( Edisi 6 ). India :
Harcourt Private Ltd, pp 45.
20
Proboningsih, J. 2004. Perbedaan Perkembangan (Motorik Kasar, Motorik Halus,
Bahasa, dan Kepribadian) Pada Anak Usia 12 – 18 Bulan Antara Status Gizi
Kurang dan Status Gizi Normal.
Rudolph CD. 2007. Gastroenetrologi dan Nutrisi. In : Buku Ajar Pediatri Volume 2
( Edisi 20 ). Jakarta : EGC, pp 1108 – 1124.
Schmidt, Marjanka K, Muslimatun S, Schultink W and Joseph G. 2004. Mental and
Psychomotor Development in Indonesian Infants of Mothers Supplemented
with Vitamin A in Addition to Iron During Pregnancy. British Journal of
Nutrition ( 91): 279–285.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak dan Nutrisi Ibu hamil – Pertumbuhan
Janin. In Ranuh IGN ( Ed. ) : Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC, pp 1 –
95.
Soetjiningsih dan Suandi IKG. 2002. Gizi Untuk Tumbuh Kembang Anak. In Ranuh
IGN, Narendra MB, Sularyo TS dan Suyitno H ( Eds. ) : Tumbuh Kembang
Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto, pp 22-51.
Solihin dan Pudjiadi. 2001. Ilmu Gizi Klinis pada Anak Edisi Empat. Jakarta : FKUI.
Tershakovec MA and Stallings VA. 2010. Nutrisi Pediatri dan Gangguan Nutrisi. In
Berhman RE, Kliegman RM ( Eds. ) : Nelson Esensi Pediatri ( Edisi 4 ).
Jakarta : EGC, pp 65 – 102.
21
Wong DL, Eaton MH, Wilson D, Winkelstein ML and Schwatrz P. 2008. Pengaruh
Tumbuh Kembang pada Peningkatan Kesehatan Anak. In : Buku Asas