PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN EKONOMI ORANG TUA TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR SISWA MTS MIFTAHUL HUDA KEDUNG JEPARA
Disusun Guna Memenuhi TugasMata Kuliah : Metodologi Penelitian
Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Raharjo, M.Pd
Disusun oleh: Ulil Firdaus 1400018041 PROGRAM MAGISTER STUDI
ISLAMPASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015I. Judul: PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN EKONOMI ORANG TUA
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MTS MIFTAHUL HUDA KEDUNG JEPARA
TAHUN AJARAN 2014-2015 II. Latar Belakang MasalahMotivasi belajar
merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.
Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya
motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan prestasi
pada siswa.
Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain,
cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa,
kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan
pembelajaran, dan upaya guru dalam membelajarkan siswa.
Siswa yang termotivasi dalam belajarnya maka siswa itu akan
melakukan hal-hal positif untuk meraih prestasi belajarnya seperti
halnya, giat belajarnya, sekolah tepat waktu, membaca buku sebelum
pelajaran dimulai, memperhatikan penjelasan gurunya dengan baik,
bertanya ketika belum paham, membaca buku ketika istirahat, suka
berdiskusi dan lain-lain.
Peserta didik akan mendapat stimulus motivasi yang baik ketika
kondisi lingkungan siswa baik. Kondisi lingkungan peserta didik ini
antara lain tingkat pendidikan dan ekonomi orang tua baik dimana
sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
bimbingan dan bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani
dan rohaninya agar mencapai kedewasaanya. Oleh karena itu dalam
menentukan masa depan anak adalah pendidik itu sendiri. Sebelum
anak berinteraksi dengan luar (tetangga, teman, dan lain-lain), ia
terlebih dahulu berinteraksi dengan keluarganya. Maka, disinilah
peran keluarga atau orang tua sangat vital dalam pembentukann
tingkah lakunya.
Pada setiap anak terdapat suatu dorongan dan suatu daya untuk
meniru. Dengan dorongan ini anak dapat mengerjakan sesuatu yang
dikerjakan oleh orang tuanya. Oleh karena itu orang tua harus
menjadi teladan bagi anak-ankanya. Apa saja didengar dan dilihatnya
selalu ditiru tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya. Dalam hal
ini sangat diharapkan kewaspadaan serta perhatian yang besar dari
orang tua. Karena itu sangat diharapkan kewaspadaan serta perhatian
yang besar dari orang tua. Karena masa meniru ini secara tidak
langsung turut membentuk watak anak di kemudian hari.
Dalam pandangan islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh
Allah SWT kepada orangtuanya, karena itu orang tua harus menjaga
dan memelihara serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak
menerimanya, karena manusia adalah milik Allah SWT, mereka harus
mengantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada
Allah SWT, mengingat strategisnya jalur pendidikan keluarga, dalam
undang-undang Sisdiknas pada Bab IV pasal 7 ayat 1 dan 2 tentang
hak dan kewajiban orang tua bahwa:
1. Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan
pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan
anaknya.
2. Orang tua dari anak usia wajib belajar berkewajiban
memberikan pendidikan dasar kepada anknya.
Dalam konsep dan pelaksanaan pendidikan dikenal komponen-
komponen pendidikan seperti, pendidik, peeserta didik, kurikulum,
proses belajar-mengajar, dan sarana-prasarana. Dari beberapa
komponen pendidikan tersebut yang menarik adalah pada proses
pembelajaran. Karena dalam komponen ini terjadi interaksi timbal
balik antar individu, yaitu antara guru dan murid. Selain itu
proses pembelajaran menjadi faktor penentu terserap atau tidaknya
ilmu pengetahuan yang diajarkan.Peningkatan mutu pendidikan sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan dalam satu sistem,
di mana satu sama lainnya tidak boleh mengalami ketimpangan. Oleh
karena itu, dalam lingkup sekolah diharapkan terjadi pola hubungan
yang serasi antara beberapa bagian seperti keberadaan guru, sarana
dan prasarana belajar, keadaan ekonomi siswa, lingkungan sekitar
sekolah, dan kebijakan pemerintah. Salah satu komponen pendidikan
yang perlu mendapatkan perhatian serius adalah komponen siswa
sebagai salah satu komponen penting dalam kemajuan pendidikan,
merupakan sekelompok orang yang dijadikan subyek belajar dan dapat
dijadikan ukuran dalam menilai peningkatan pendidikan pada bangsa
dan negaraSiswa yaitu manusia yang hidup dalam satu lingkungan
sosial yang micro atau kecilyaitu keluarga. Peranan keluarga
sebagai pendorong perkembangan pengetahuan individu dipengaruhi
oleh interaksi sosialnya yang dinamis, dan status sosial ekonomi
keluarga. Jika perekonomian cukup, lingkungan material yang
dihadapi siswa dalam keluarganya itu lebih luas, maka ia dapat
kesempatan yang luas pula untuk mengembangkan berbagai
kecakapannya. Termasuk di dalamnya menu-menu makanan guna kesehatan
yang baik, serta sikapnya terhadap lingkungan keluarga, hubungan
dengan orang tua dan saudaranya yang dinamis dan wajar.Faktor yang
sangat mempengaruhi proses belajar mengajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern dapat diartikan sebagai faktor dari dalam individu,
sebagai peranan utama sebagai subyek belajar, seperti kesehatan,
kenormalan tubuh, minat, watak. Faktor intern sangat perlu
mendapatkan perhatian bagi peningkatan prestasi belajar. Sedangkan
faktor ekstern seperti faktorkeluarga dan lingkungan. Faktor
keluarga dapat berupa keadaan atau kondisi ekonomi orang tua atau
keluarga siswa. Peranan ekonomi orang tua secara umum dapat
dikatakan mempunyai hubungan yang positif terhadap peningkatan
prestasi belajar siswa ini disebabkan proses belajar mengajar siswa
membutuhkan alat-alat atau seperangkat pengajaran atau
pembelajaran, di mana alat ini untuk memudahkan siswa dalam
mendapatkan informasi, pengelolaan bahan pelajaran yang diperoleh
dari sekolah.Keadaan ekonomi orang tua siswa turut mendukung siswa
dalam pengadaan sarana dan prasarana belajar, yang akan memudahkan
dan membantu pihak sekolah untuk peningkatan proses belajar
mengajar. Seperangkat pengajaran atau pembelajaran membutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Perangkat belajar mengajar maksudnya
buku-buku pelajaran, pensil, penggaris, buku-buku Lembar Kerja Soal
(LKS), penghapus, dan lain-lain.Dalam proses pembelajaran faktor
motivasi anak dalam belajar menjadi tantangan tersendiri yang harus
dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru. Selain bertugas untuk
menyampakan materi pelajaran, guru juga berkewajiban untuk
membankitkan motivasi belajar siswa.Namun, realitas yang ada
menunjukkan bahwa ada siswa yang mempunyai orang tua berpendidikan
tinggi dan berkonomi lebih dari cukup, tapi tidak memberikan
motivasi yang tinggi pada anaknya dan ada pula orang tua yang
berpendidikan tinggi dan berekonomi sangat cukup yang memberikan
semangat tinggi pada anaknya. Dan sebaliknya, ada orang tua yang
berpendidikan rendah dan ekonomi pas-pasan yang tidak sama sekali
mendukung proses belajar anaknya, Namun ada juga yang berpendidikan
rendah dan berekomi pas-pasan tapi dalam membimbing anaknya, mereka
berupaya semaksimal mungkin agar lebih baik dari yang lainnya. Oleh
karena itu, hendaklah orang tua bisa memenuhi semua kebutuhan
sekolah anaknya agar dia memiliki motivasi belajar yang tinggi
untuk meraih prestasi yang lebih baik.MTs Miftahul Huda Kedung
merupakan madrasah/sekolah seperti pada umumnya. Dimana terdapat
komponen-komponen pendidikan seperti, pendidik, peserta didik,
kurikulum, sarana-prasarana. Namun menurut peneliti
madrasah/sekolah ini memiliki karekteristik yang berbeda
dibandingkan dengan madrasah pada ummnya.Karakter berbeda itu
terletak pada hampir sebagian besar latar belakang pendidikan dan
ekonomi keluarga siswa, tergolong pendidikan yang kurang dan
ekonomi lemah. Sebagaian besar pendidikan orang tua mereka sampai
tingkat MTs/SMP bahkan ada yang lususan SD/MI sedangkan sebagian
besar pekerjaan Orang tua siswa Kuli. Hal tersebut setidaknya
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.Dari latar belakang
inilah penulis tertarik untuk mengadakan kajian lebih mendalam
tentang PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN EKONOMI ORANG TUA TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR SISWA MTS MIFTAHUL HUDA KEDUNG JEPARA TAHUN AJARAN
2014-2015. III. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan
permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah tingkat Pendidikan Orangtua terhadap Motivasi
Belajar Siswa MTs Miftahul Huda Kedung Tahun Ajaran 2014-2015?
2. Bagaimanakah tingkah Ekonomi Orangtua terhadap Motivasi
Belajar Siswa MTs Miftahul Huda Kedung Tahun Ajaran 2014-2015?
3. Adakah Pengaruh tingkat Pendidikan dan Ekonomi Orang Tua
terhadap Motivasi Belajar Siswa MTs Miftahul Huda Kedung Tahun
Ajaran 2014-2015
IV. Tujuan dan Manfaat Penelitian
A. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui tingkat Pendidikan Orangtua terhadap
Motivasi Belajar Siswa MTs Miftahul Huda Kedung Tahun Ajaran
2014-2015.
2. Untuk Mengetahui tingkat Ekonomi Orangtua terhadap Motivasi
Belajar Siswa MTs Miftahul Huda Kedung Tahun Ajaran 2014-2015.3.
Untuk Mengetahui Seberapa besar Pengaruh tingkat Pendidikan dan
Ekonomi Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Siswa MTs Miftahul Huda
Kedung Tahun Ajaran 2014-2015. B. Manfaat/Signifikansi
Penelitian
Menjadi kebanggaan tersendiri bagi penulis apabila Proposal
Tesis ini bisa menyumbangkan khasanah pengetehuan ilmiah dan
menjadi bahan kepustakaan sehingga dapat digunakan untuk beberapa
kepentingan, diantaranya:
1. Menambah wawasan tentang pengaruh tingkat pendidikan dan
ekonomi orang tua terhadap Motivasi belajar siswa MTs Miftahul Huda
kedung Jepara.2. Sebagai sumbangsih pemikiran kepada pihak-pihak
yang memerlukan penjelasan tentang tingkat pendidikan dan ekonomi
orang tua terhadap motivasi belajar siswa MTs Miftahul Huda kedung
Jepara.V. KAJIAN PUTSTAKA
Adapun kajian yang relevan terkait dengan tingkat pendidikan dan
ekonomi orang tua terhadap motivasi antara lain:Yang pertama
berjudul Pengaruh Tingkat Pendapatan dan Pendidikan Orang Tua
Terhadap Minat Siswa Untuk Melanjutkan Ke Perguruan Tinggi Agama
Islam Di Man I Pati". Oleh Sofi. penulis ini lebih spesifik
meneliti tentang pendapatan dan pendidikan orang tua sebagai
pondasi seorang anak untuk melajutkan keperguruan tinggi.Dan yang
kedua berjudulPengaruh Perhatian dan Pendapatan Orang Tua Terhadap
Motivasi Belajar Anak di SMP Negeri I Talang Tegal , yang ditulis
oleh Slamet Riyadi (3199167). Penulis ini mengatakan bahwa
perhatian dan pendapatan orang tua merupakan salah satu alat untuk
memotivasi anak untuk belajar tanpa adanya motivasi dari orang tua,
maka anak tidak akan pernah merasa senang untuk belajar. Untuk
meningkatkan motivasi siswa memang banyak cara yang ditempuh salah
satunya seperti tesis diatas. Sedangkan dalam penelitian ini,
peneliti ingin mencoba melihat bagaimana ekonomi dan pendidikan
keluarga bisa atau tidak membangkitkan motivasi belajar siswa di
MTs Nuril Huda Tarub Grobogan.VI. KAJIAN TEORIA. Motivasi1.
Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berarti daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu Motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak
dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas tertentu
dan mencapai suatu tujuan.
Woodwort (1955) mengatakan: A motive is a set predisposes the
individual of certain activities and for seeking certain goals.
Suatu motive adalah set yang dapat membuat individu melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Dengan demikian
motivasi adalah dorongon yang dapat menimbulkan perilaku yang
terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Perilaku atau
tindakan yang ditunjukkan seseoang dalam upaya mencapai tujuan
tertentu sangat tergantung pada motive yang dimilikinya. Hal ini
seperti diungkapkan Arden (1957) motives as internal condition
arouse sustain, direct and determain the intensity of learning
effort, and elso define the set satisfying consequences of goals.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa kuat lemahnya atau semangat
tidaknya usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan
akan ditentukan oleh kuat lemahnya motive yang dimiliki orang
tersebut. Motive dan motivasi merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Motivasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Motivasi merupakan penjelmaan dari motive yang dapat dilihat dari
perilaku yang ditunjukkan seseorang. Hilgard mengatakan bahwa
motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang
yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk
mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan demikian, motivasi muncul
dari dalam diri seseorang karena dorongan untuk mencapai tujuan.
Motivasi merujuk kepada seluruh proses gerakan, termasuk situasi
yang mendorong, dorongan yang timbul dari diri individu, tingkah
laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir
dari pada gerakan atau perbuatan.
Menurut Frederick MC. Donald yang dikutip oleh Wasty Sumanto
memberikan sebuah devinisi tentang motivasi sebagai suatu perubahan
tenaga di dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai oleh
dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan.
Definisi ini ditandai dengan tiga hal, yaitu :a. Motivasi dimulai
dengan perubahan tenaga dalam diri seseorang kita berasumsi bahwa
setiap perubahan motivasi mengakibatkan beberapa perubahan tenaga
di dalam sistem neurofisiologi dari pada organisme manusia. b.
Motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif Dorongan afektif ini
tidak mesti kuat. Dorongan afektif yang kuat, sering nyata dalam
tingkah laku. Di lain pihak ada pula dorongan afektif yang sulit
diamati.c. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan
Orang termotivasi, membuat reaksi-reaksi yang mengarahkan dirinya
kepada usaha mencapai tujuan, untuk mengurangi ketegangan yang
ditimbulkan oleh perubahan tenaga dalam dirinya. Dengan kata lain
motivasi memimpin ke arah reaksi- reaksi mencapai tujuan.
Dengan ketiga tanda di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi
itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan
terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia,
kemudian bertindak atau melakukan sesuatu Semua ini didorong karena
adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.Menurut Sardiman AM.,
motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi itu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan
sesuatu, dan bila itu tidak suka, maka akan berusaha untuk
meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
Dari beberapa pendapat diatas, penulis dapat mengemukakan
motivasi adalah daya upaya yang mendorong seseorang (baik dari
dalam ataupun dari luar) melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.2. Jenis Motivasi
Arifin, membagi motivasi menjadi dua bentuk yaitu:
a. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang tercakup di dalam
situasi belajar dan memenuhi kebutuhan serta tujuan-tujuan. Adapun
motivasi ini meliputi :1) Hasrat untuk belajar, adalah suatu
keinginan yang timbul dari diri sendiri, yang berarti memang ada
motivasi untuk belajar sehingga hasilnya akan lebih baik.2) Minat,
adalah suatu rasa suka dan keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.3) Hobi, adalah suatu rasa suka
pada suatu hal atau aktivitas yang sering dilakukan oleh seseorang.
b. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari luar
individu. Adapun motivasi ini meliputi:1) Motivasi dari guru, yaitu
suatu dorongan yang diberikan guru untuk suatu perubahan yang lebih
baik.2) Motivasi dari lingkungan, yaitu suatu dorongan yang
diberikan dari suatu lingkungan sosial Yang meliputi lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
3) Motivasi dari orang tua. Orang tua harus bisa memotivasi dan
berusaha meningkatkan prestasi belajar anaknya. Dari berbagai
memotivasi anak belajar adalah orang tua. Dalam hal ini orang tua
mempunyai peran sangat penting yaitu menyediakan lingkungan belajar
di rumah yang kondusif, sehingga anak dapat belajar dengan baik. 3.
Fungsi Motivasi
Ada tiga fungsi motivasi menurut Sardiman AM. Adapun fungsi dari
motivasi tersebut adalah:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, yaitu sehingga sebagai
penggerak yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.b.
Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c.
Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut. Seperti halnya seorang santri yang akan menghadapi ujian
dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar
dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk berbuat sesuatu yang
tidak ada manfaatnya. Motivasi juga mempunyai fungsi-fungsi lain,
yaitu motivasi yang dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan
pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya
motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan
hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun
dan terutama didasari adanya motivasi, intensitas motivasi seorang
peserta didik akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi
belajarnya. 4. Bentuk dan Cara Menumbuhkan Motivasi
a. Memberi angka (nilai)b. Pemberian hadiahc. Saingan atau
kompetisi d. Ego-involvemente. Mengetahui hasilf. Pemberian pujian
g. Hukuman-hukuman.
Motivasi yang dimiliki seseorang menentukan tingkat kegiatan,
intensitas, konsistensi serta arah umum dari tingkah lakunya.
Terkadang moivasi seseorang bisa tinggi dan terkadang bisa rendah,
tergantung dari proses seseorang itu menjalani kegiatan yang
dilakukannya. Maka untuk menjaga dan mempertahankan motivasi
seseorang agar tetap konsisten bisa dilakukan dengan bentuk dan
cara menumbuhkan motivasi seperti diatas.
B. Tingkat Pendidikan Orang Tua
1. Pengertian Tingkat Pendidikan Orang Tua
Tingkat pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal
yang ditempuh oleh orang tua siswa sebagai bekal agar dapat
mendidik anak-anaknya dengan baik dan benar. Misalnya; Sekolah
Dasar atau madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), sekolah lanjutan tingkat
Pertama atau Madrasah Tsanawiyah (SLTP/MTs), Sekolah Menengah Umum
atau Madrasaah Aliyah (SMU/MA), Perguruan Tinggi (PT).
Pada tingkatan tinggi, seseorang telah memiliki suatu ilmu
pengetahuan yang tinggi, memilki kemampuan akademika dan
profesionalitas yang dapat menerapkan teknologi, kesenian dan lain
sebagian ya. Begitu juga pada tingkatan pendidikan menengah dan
sekolah dasar sebagai tingkatan pendidikan yang berada di bawahnya.
Jadi sudah merupakan realita bahwa tingkat pendidikan yang dilalui
orang tua beraneka ragam, hal ini disebabkan oleh banyak faktor dan
tersedianya sistem yang dianut oleh pendidikan nasional di
Indonesia adapun keanekaragaman tersebut tertian dalam
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional bab VI pasal 14 sebagai
berikut:
jenjang Pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi2. Macam-macam Tingkat
Pendidikan Orang Tua
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan
dan ketrampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam
masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti
pendidikan menengah. Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberi
bekal dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa
pengembangan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan dasar.
Pendidikan dasar disebut Sekolah Dasar (SD) yaitu lembaga
pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan sebagai untuk
mempersiapkan siswanya yang dapat ataupun tidak dapat melanjutkan
pelajarannya ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi, untuk menjadi
warga Negara yang baik.
Dalam undang-undang sistem Pendidikan Nasional bab VI pasal 17
menyebutkan:
1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah.2) Pendidikan dasar berbentuk sekolah
dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang
sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan Madrasah
tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
3) Dalam bentuk lain akan terjadi peletakan dasar dari
pembangunan manusia. Esensi pendidikan yang dialami oleh manusia
pada permulaan hidupnya lebih ditekankan pada fakta dan membaca
fakta-fakta dalam pergelaran obyektifitas di alam ini.
Maka dalam pendidikan dasar, orang tua tidak boleh bertengkar
atau berbuat apa saja yang belum pantas diketahui oleh anak, sebab
hal itu akan merusak sistem dan suasana hati yang sedang dibangun,
karena alam ini tertib, maka rumah tangga serta lingkungannya harus
tertib.
Orang tua adalah panutan bagi anak-anaknya, untuk itu orang tua
harus membimbing dan mengarahkan mereka pada hal-hal yang baik dan
mendidik.
Adapun tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mendirikan mengikuti pendidikan lebih
lanjut.
Secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut, bahwa
penyelenggaraan pendidikan dasar ini adalah ditekankan pada
peletakan dasar pengetahuan dan ketrampilan di mana tingkat ini
siswa atau anak hanya menagkap dan mengelola fakta-fakta yang
ada.b) Pendidikan Tingkat Menengah
Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan
hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam
sekitar, serta dapat mengembangkan kemmpuan lebih lanjut dalam
dunia kerja atau pendidikan tinggi.
Pendidikan menengah yang lamanya tiga tahun sesudah pendidikan
dasar, diselenggarakan di SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) atau
satuan pendidikan yang sederajat. Pendidikan menengah dalam
hubungan berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar,
dan dalam hubungan keatas mempersiapkan peserta didik untuk
mengikuti pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja.
Pendidikan menengah yang termasuk jalur pendidikan sekolah
terdiri atas pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar
biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan.
Adapun untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan satu-persatu
yaitu:
c) Pendidikan Umum
Pendidikan Umum adalah pendidikan mengutamakan perluasan
pengetahuan dan keterampilan peserta didik dengan pengkhususan yang
diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa pendidikan. Pendidikan
umum berfungsi sebagai acuan umum bagi jenis pendidikan
lainnya.
Yang termasuk pendidikan umum adalah SD, SMP, SMA, dan
Universitas.d) Pendidikan Kejuruan
Pendidiakn kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta
didik untuk dapat bekerja pada bidang pekerjaan tertentu, seperti
bidang teknik, jasa boga, dan busana, perhotelan, kerajinan,
administrasi perkantoran, dan lain-lain. Lembaga pendidikannya
seperti, STM, SMTK, SMIP, SMEA.Selain dua jenis program pendidikan
yaitu pendidikan umum dan pendidikan kejuruan tersebut masih ada
jenis program pendidikan yang lain yaiut pendidikan luar biasa,
pendidikan kedinasan, dan pendidikan keagamaan. e) Pendidikan Luar
Biasa
Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan khusus menyandang
kelainan fisik dan/mental. Yang termasuk pendidikan luar biasa
adalah SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa) untuk jenjang pendidikan
menengah masing-masing memiliki program khusus yaitu program untuk
anak tuna netra, tuna rungu, dan tuna daksa serta tuna grahita.f)
Pendidikan Kedinasan
Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan khusus yang
diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan
tugas suatu kedinasan bagi pegawai atau calon pegawai suatu
departemen pemerintah atau lembaga pemerintah nondepartemen.
Pendidikan kedinasan dapat terdiri dari pendidikan tingkat
menengah dan pendidikan tingkat tinggi yang termasuk pendidikan
tingkat menengah seperti SPK (Sekolah Perawat Kesehatan), dan yang
termasuk pendidikan tingkat tinggi seperti APDN (Akademi Pemerintah
Dalam Negeri).g) Pendidikan Keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan khusus yang
mempersipkan peserta didik untuk dapat melaksanakan peranan yang
menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama.
Pendidikan keagamaan dapat terdiri dari tingkat pendidikan dasar
misalnya madrasah ibtidaiyah, tingkat pendidikan menengah seperti
tsanawiyah, PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) dan yang tingkat
pendidikan tinggi seperti sekolah theologia, IAIN (Institut Agama
Islam Negeri), dan IHD (Institut Hindu Dharma).Dilihat dari
kecenderunganya, pendidikan keagamaan ada yang sepenuhnya
memberikan pendidikan agama da nada yang memberikan atas dasar
pendidikan agama dan pendidikan umum yang setara dengan pendidikan
umum yang setingkat. h) Pendidikan Tingkat Tinggi
Pendapat kepmendikbud No.0186/P/1984 yang dikutip oleh Fuad
Ihsan bahwa pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
tinggi yang bersifat akademik dan atau professional sehingga dapat
menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni dalam rangka pembangunan nasional dan
meningkatkan kesejahteraan manusia.
Pengembangan pendidikan serta pemeliharaan dan pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian juga sebagai masyarakat
pendidikan yang gemar belajar dan mengabdi pada masyarakat serta
melaksanakan penelitian yang menghasilkan manfaat yang dapat
meningkatkan mutu kehidupan masyarakt, bangsa dan Negara.C. Tingkat
Ekonomi Orang Tua
1. Pengertian Ekonomi
Banyak para ahli ekonomi memberikan pengertian tentang ilmu
ekonomi yang berbeda-beda tetapi pada dasarnya pengertian-
pengertian itu mengandung makna yang sama. Pengertian tersebut
adalah sebagai berikut:a. Ekonomi adalah pengetahuan tentang
peristiwa dan persoalan yang berkaitan dengan upaya manusia
perseorangan (pribadi), kelompok (keluarga, suku bangsa,
organisasi) dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas yang
dihadapkan pada sumber yang terbatas.
b. Ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang tingkah
laku manusia baik secara individu maupun kelompok masyarakat (dapat
berbentuk badan hukum maupun tidak serta dapat pula berbentuk
penguasaan atau pemerintah) dalam memenuhi kebutuhan hidup baik
kebutuhan material maupun spiritual (jasmani dan rohani) dimana
kebutuhan tersebut cenderung mengarah menjadi tidak terbatas,
sedangkan sumber pemenuhan kebutuhan tersebut sangat terbatas.
c. Ekonomi adalah sesuatu yang membahas tentang kebutuhan-
kebutuhan manusia dan sarana-prasarana pemenuhannya (ilmu yang
membahas tentang produksi dan kualitasnya serta bagaimana
menentukan dan memperbaiki sarana- prasarananya).
Dari beberapa pengertian ilmu ekonomi tersebut di atas, dapat
disimpulkan sebagai berikut. Ilmu ekonomi adalah ilmu yang
mempelajari usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam
usaha mencapai kemakmuran. Kemakmuran adalah suatu keadaan manusia
yang dapat memenuhi segala kebutuhannya dengan alat pemuas yang
tersedia.Kebutuhan tiap-tiap manusia itu tidak sama. Adapun yang
mempengaruhi perbedaan kebutuhan tiap-tiap manusia itu seperti
tingkat pendidikan, tingkat kebudayaan, keadaan tempat atau
lingkungan. Orang yang tingkat pendidikan dan kebudayaannya tinggi
tentu saja berbeda keperluan hidupnya dengan mereka yang tingkat
pendidikan dan tingkat kebudayaannya rendah, sedangkan kebutuhan
hidup setiap orang yang tinggal di lingkungan perkotaan, sudah
tentu berbeda dengan kebutuhan hidup mereka yang tinggal di daerah
pedesaan.Demikian juga peranan ekonomi dalam dunia pendidikan cukup
menentukan, tetapi bukan pemegang peranan utama. Sebab ada hal lain
yang lebih menentukan hidup matinya dan maju mundurnya suatu
pendidikan. Memang benar dalam dunia modern ini lebih-lebih pada
zaman pasca modern sekarang, hampir semuanya dikendalikan oleh
uang. Sehingga tidak mengherankan kalau tujuan kebanyakan orang
bersekolah adalah agar bisa mencari uang atau meningkatkan
penghasilan. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Luqman ayat 20
sebagai berikut :Ayat di atas menandakan bahwa Allah telah
memudahkan pada segala urusan diantaranya dalam hal ekonomi, dimana
Allah telah menyediakan semua yang dibutuhkan manusia. Tergantung
dengan manusia itu sendiri seberapa besar usaha yang telah
dilakukan untuk memperoleh apa yang telah disediakan oleh Allah
sehingga kebutuhan manusia dapat terpenuhi. Untuk memperoleh apa
yang telah disediakan Allah tidaklah mudah. Salah satu usaha yang
harus dilakukan adalah manusia harus mempunyai ilmu untuk dapat
memenuhi kebutuhannya. Ilmu yang digunakan sesuai dengan apa yang
dimiliki oleh manusia itu sendiri. Tetapi dalam dasa warsa terakhir
ini aspirasi masyarakat telah banyak mengalami peningkatan
khususnya aspirasi terhadap pendidikan karena dalam pendidikan
terdapat berbagai disiplin ilmu yang lebih memudahkan manusia untuk
dapat memenuhi kebutuhannya sehingga peran pendidikan sangat besar
dalam menentukan pemenuhan kebutuhan manusia. Semakin besar ilmu
yang dimiliki manusia maka semakin mudah manusia itu untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya begitu juga sebaliknya semakin sedikit
ilmu yang dimiliki manusia maka semakin sulit manusia untuk
memenuhi kebutuhannya.2. Tingkatan EkonomiDalam kehidupan
masyarakat proses terjadinya pelapisan sosial atau penggolongan
status sosial dapat terjadi dengan sendirinya atau sengaja disusun
untuk mengejar suatu tujuan bersama.
Penggolongan tingkat ekonomi keluarga berbeda antara satu dengan
yang lain dalam masyarakat. Menurut pendapat seorang ahli bahwa
golongan sosial ekonomi dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu
tinggi, menengah atau sedang dan rendah.
Dengan adanya tingkatan ekonomi masyarakat itulah, maka sangat
mempengaruhi gaya hidup, tingkah laku, sikap mental seseorang di
masyarakat. Perbedaan itu akan nampak pada pendidikan, cara hidup
keluarga, jenis pekerjaan, tempat tinggal, atau rumah dan jenis
barang yang dimiliki setiap keluarga baik orang tuanya maupun
anaknya.Masyarakat yang tingkat sosial ekonominya tinggi atau kaya
secara teoritis mereka tidak mengalami hambatan dan kesulitan dalam
memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Dengan
demikian terpenuhilah kebutuhannya, karena alat atau sarana untuk
mendapatkan kebutuhan tersebut ada dan tersedia, sehingga dapat
menambah semangat dan gairah hidup dalam usahanya untuk meraih
prestasi yang cita-citakan.Sedangkan keluarga dimana tingkat sosial
ekonominya menengah atau sedang, maka dengan ketat mengatur ekonomi
rumah tangga dan memilih serta mengutamakan kebutuhan keluarga yang
pokok dan dianggap penting, dengan demikian berarti ruang gerak
atau kesempatan anak untuk mendapatkan kebutuhannya terbatas, yang
penting-penting saja dan pas, tidak berlebihan yang wajar dan
sederhana.
Adapun anak yang perlu mendapatkan perhatian adalah anak- anak
yang dari keluarga sosial ekonominya rendah, dimana segala
kebutuhan serba terbatas dan kekurangan bahkan anak dituntut untuk
membantu bekerja orang tuanya atau bekerja untuk biaya sekolahnya
dan kebutuhan hidupnya.Adanya perbedaan tingkat ekonomi keluarga di
masyarakat, maka standar kehidupan setiap keluarga tidak sama,
sebab standar kehidupan setiap keluarga adalah suatu tingkatan
hidup yang telah dipilih oleh keluarga dan pada tingkatan hidup
inilah keluarga berusaha menempatkan dirinya dan standar kehidupan
menentukan batasan-batasan yang diakui seseorang dalam usahanya
mencapai tujuan hidup.Standar kehidupan merupakan gambaran mental
suatu keyakinan yang paling dalam dari suatu yang di anggap penting
dan diperlukan untuk menjadikan hidup ini dapat di terima dengan
baik. Maka jika standar kehidupan itu tercapai orang akan puas,
sebaliknya bila yang telah ditetapkan dan dicita-citakan tidak
tercapai akan mengalami ketidakpuasan dan kekecewaan.Standar
kehidupan merupakan gambaran mental untuk bertindak, tetapi bila
keadaan tersebut tidak tercapai, kegagalan yang dialami akan
mengakibatkan suatu rasa ketidaksenangan dan ketidak tenangan jiwa.
Bahkan dapat mendorong seseorang untuk bertindak nekat kearah
negatif merugikan diri sendiri dan orang lain, atau merusak,
meresahkan masyarakat. Pencapaian standar kehidupan perlu dilakukan
dengan cara yang dapat diterima oleh orang lain atau kelompoknya.
Sesuai dengan nilai atau norma yang berlaku di masyarakat, bila
bertentangan dapat merusak ketertiban umum atau merugikan dan
menyusahkan orang lain.Dalam mencapai standar kehidupan untuk
memenuhi kebutuhan hidup setiap keluarga sesuai dengan kemampuan
keluarga. Sebab dalam kenyatannya keadaaan ekonomi masyarakat dan
standar kehidupannya tidak sama. Ada yang tergolong tinggi atau
kaya, mewah, ada yang menengah atau sedang atau cukup dan rendah
atau miskin.Kemudian menteri sosial menyebutkan berdasarkan
indikator BPS garis kemiskinan yang diterapkannya adalah keluarga
yang memilki penghasilan di bawah Rp 150.000 perbulan. Bahkan
Bappenas yang sama mendasarkan pada indikator BPS tahun 2005 batas
kemiskinan keluarga adalah yang memiliki penghasilan di bawah Rp
180.000 perbulan.
Kriteria miskin dengan patokan indeks kebutuhan minimum energi
2.100 kalori per kapita/hari (kira kira 2000-2500 kalori per hari
untuk laki laki dewasa). Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan
absolut sebagai hidup dengan pendapatan dibawah USD $1/hari dan
Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari.Miskin
menurut BKKBN adalah mereka yang termasuk dalam kategori
prasejahtera dan sejahtera I. Sajogyo (sosiolog IPB) tiga dekade
lalu menggunakan pendekatan pengeluaran setara beras sebagai
penentu garis kemiskinan yang dibedakan antara daerah perdesaan
dengan daerah perkotaan.Untuk daerah perdesaan ditetapkan rumah
tangga miskin jika pengeluarannya kurang dari 320 kg setara
beras,miskin sekali jika pengeluaran kurang 240 kg setara beras,
dan paling miskin jika pengeluaran kurang dari 180 kg setara beras
per kapita per tahun. Untuk daerah perkotaan rumah tangga miskin,
miskin sekali,dan paling miskin berturut-turut adalah pengeluaran
rumah tangga sebesar 480, 360, dan 270 kg setara beras.Garis
kemiskinan BPS maupun Sajogyo diduga masih terlalu rendah untuk
menopang kebutuhan hidup minimum. Kedua garis kemiskinan tersebut
masih lebih rendah daripada garis kemiskinan Bank Dunia sebesar USD
2 per kapita per hari. Garis kemiskinan yang rendah tersebut
menyebabkan ketidakakuratan dalam penentuan jumlah orang miskin
secara nasional.Dengan menggunakan garis kemiskinan BPS,
seolah-olah orang bisa hidup layak dengan penghasilan setara Rp
6.000 sehari. Rasanya sulit kita bisa makan kenyang dengan uang
sebesar itu. Apalagi ditambah kebutuhan untuk sandang,papan maupun
kesehatan. BPS harus berani mengoreksi garis kemiskinan yang tidak
logis ini dengan melihat realitas kehidupan orang miskin di
masyarakat.
Tingkat ekonomi sebuah keluarga ditentukan dengan besar
pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan oleh sebuah keluarga.
Keluarga yang tidak kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dikatakan
tingkat ekonomi tinggi sedangkan keluarga yang masih kesulitan
dalam memenuhi kebutuhannya dikatakan tinggkat ekonomi masih
kurang.VII. BATASAN PENELITIAN
Dalam penel Dalam penelitian yang penulis lakukan tentunya
mempunyai keterbatasan, keterbatasan tersebut antara lain sebagai
berikut:
A. Keterbatasan Tempat PenelitianPenelitian yang penulis lakukan
hanya terbatas pada satu tempat, yaitu kabupaten di desa kedung
jepara untuk dijadikan tempat penelitian. Apabila ada hasil
penelitian ditempat lain yang berbeda, tetapi kemungkinannya tidak
jauh menyimpang dari hasil penelitian yang penulis lakukan.B.
Keterbatasan dalam Objek PenelitianPenelitian ini dikerjakan selama
pembuatan Tesis. Waktu yang singkat ini termasuk sebagai salah satu
faktor yang dapat mempersempit ruang gerak penelitian. Sehingga
dapat berpengaruh terhadap hasil yang peneliti lakukan.C.
Keterbatasan dalam Objek PenelitianDalam penelitian ini peneliti
hanya meneliti tentang pengaruh tingkat pendidikan orangtua dan
tingakat Ekonomi Orangtua terhadap Motivasi belajar siswa di desa
kedung kabupaten jepara. Dari berbagai keterbatasan yang penulis
paparkan diatas dapat dikatakan bahwa inilah kekurangan dari
penelitian ini yang penulis lakukan di desa kedung kabupaten
jepara. Meskipun banyak hambatan dan tantangan yang akan dihadapi
dalam melakukan penelitian ini, penulis berharap penelitian ini
dapat terselesaikan dengan lancar.VIII. RUMUSAN
HIPOTESISBerdasarkan kajian pustaka dan landasan teori yang penulis
kemukakan diatas, dapat dirumuskan suatu hipotesis bahwasannya
terdapat hubungan yang positif dan signifikansi antara tingkat
pendidikan dan ekomomi orang tua terhadap motivasi belajar
siswa.IX. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitan
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif
komparatif.B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Tempat penelitian dilakukan di Kabupaten Jepara2. Waktu
Waktu penelitian dimulai 4 mei 2015 hingga 1 juni 2015
C. Subyek dan Obyek (Populasi dan Sample)Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas
dan karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam
penelitian ini adalah orang tua kelas 2 MTs Miftahul Huda Kedung
Jepara.
Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak
mungkin meneliti semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat
menggunakan sample yang diambil dari populasi itu.D. Variabel dan
Instrumen
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas
(independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependent (terikat). Sedangkan variabel terikat
adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya
variabel bebas (Rubino, R., 2011: 28). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah motivasi belajar (Y), sedangkan variabel
bebasnya yaitu tingkat pendidikan orangtua (X1) tingkat ekonomi
orangtua (X2) Dalam penelitian ini menggunakan instrumen berupa
item-item pernyataan dalam bentuk angket yang sebelumnya diuji
cobakan pada subjek uji coba yang berjumlah 30 siswa di MTs
Miftahul Huda Kedung Jepara. Hasil uji coba instrumen dianalisis
dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas Hasil dari
pengumpulan data kemudian diuji dengan menggunakan uji prasyarat
analisis terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Teknik
analisis data menggunakan analisis regresi linear ganda kemudian
dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis yang dilakukan
dimulai dengan pengujian hipotesis pertama (uji t) yang berupa
pengaruh variabel X2 (tingkat ekonomi orang tua terhadap variabel Y
(motivasi belajar siswa), selanjutnya pengujian hipotesis kedua
(uji t) yang berupa pengaruh kedua variabel X (tingkat pendidikan
orang tua dan ekonomi orang tua) terhadap variabel Y (motivasi
belajar siswa). Dari ketiga hipotesis tersebut dilanjutkan dengan
perhitungan koefisien determinasi, sumbangan relatif dan sumbangan
efektif yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar prosentase
pengaruh variabel X1 (tingkat pendidikan orang tua) dan X2 (ekonomi
orang tua) terhadap variabel Y (motivasi belajar siswa).
E. Teknik Pengumpulan dataPopulasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam
penelitian ini adalah orang tua kelas 2 MTs Miftahul Huda Kedung
Jepara.Deskripsi data penelitian ini yakni: (1) Data variabel
tingkat pendidikan orangtua diperoleh dengan cara metode wawancara,
yang terdiri dari 1 pertanyaan tentang pendidikan terakhir orang
tua yaitu ayah atau ibu. Dari hasil analisis dan perhitungan
diperoleh nilai tertinggi dari penilaian wawancara responden
sebesar 4, penilaian wawancara terendah sebesar 1, skor rata-rata
nilai wawancara keseluruhan sebesar 2,57, dengan median atau nilai
tengah sebesar 3, dan modus atau nilai yang sering muncul sebesar
3. (2) Data variabel ekonomi orang tua diperoleh dengan metode
wawancara, yang terdiri dari 14 pertanyaan. Dari hasil analisis dan
perhitungan diperoleh nilai tertinggi dari penilaian data wawancara
responden sebesar 66, penilaian data wawancara terendah sebesar 43,
skor rata-rata nilai wawancara keseluruhan sebesar 56,6, dengan
median atau nilai tengah sebesar 56,5, dan modus atau nilai yang
sering muncul sebesar 62. (3) Data variabel motivasi diperoleh
dengan teknik angket, yang terdiri dari 20 pertanyaan. Dari hasil
analisis dan perhitungan diperoleh nilai tertinggi dari penilaian
angket responden sebesar 69, penilaian angket terendah sebesar 55,
skor rata-rata nilai angket keseluruhan sebesar 62,63, dengan
median atau nilai tengah sebesar 64,5, dan modus atau nilai yang
sering muncul sebesar 65. F. Teknik Analisis Data
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas
(independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependent (terikat). Sedangkan variabel terikat
adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya
variabel bebas. Hasil uji prasyarat analisis diperoleh melalui uji
normalitas dan linearitas. Uji normalitas dilakukan untuk
mengetahui normal tidaknya suatu distribusi 0,05. Adapun rangkuman
hasil uji normalitas yakni nilai Lhitung variabel tingkat
pendidikan orang tua sebesar 0,136. Variabel ekonomi orang tua
sebesar 0,091, dan variabel motivasi sebesar 0, 136 dengan Ltabel
sebesar 0,161. Dari hasil tersebut diketahui harga Lhitung <
Ltabel sehingga dapat disimpulkan bahwa data dari masing-masing
variabel berdistribusi normal.Uji linearitas digunakan untuk
mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau
tidak secara signifikan. Perhitungan pengujian ini dengan
menggunakan bantuan program SPSS ver. 16.0. adapun ringkasan
hasilnya yakni variabel tingkat pendidikan terhadap motivasi
belajar memberikan hasil yang linear, dengan Fhitung < Ftabel
yaitu 1,2450,05. Variabel ekonomi terhadap motivasi belajar
memberikan hasil yang linear, dengan Fhitung < Ftabel yaitu
1,245 < 3,37 dan signifikansi 0,305 > 0,05. Variabel
pendapatan terhadap motivasi belajar memberikan hasil yang linear,
dengan Fhitung < Ftabel yaitu 0,570 0, 05.
Uji prasyarat analisis telah terpenuhi, kemudian dilakukan
analisis regresi linear berganda dengan bantuan SPSS ver. 16.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan ekonomi
mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar. Hal ini dapat dilihat
dari persamaan regresi linear berganda yaitu Y=38,811 + 1,312X1 +
0,361X2, berdasarkan persamaan tersebut terlihat bahwa koefisien
regresi dari masing-masing variabel independen bernilai positif,
artinya tingkat pendidikan dan ekonomi secara bersama-sama
berpengaruh positif terhadap motivasi belajar. Nilai 38,811,
menyatakan bahwa tanpa adanya tingkat pendidikan orang tua dan
ekonomi orang tua, maka besarnya motivasi belajar siswa adalah
38,811, untuk nilai 1,312 menyatakan bahwa setiap kenaikan nilai
tingkat pendidikan orang tua sebesar 1 poin, maka motivasi belajar
siswa akan bertambah sebesar 1,312. Dengan asumsi tidak ada
penambahan (konstan) ekonomi orang tua, sedangkan untuk nilai
0,361, menyatakan bahwa setiap kenaikan nilai ekonomi orang tua
sebesar 1 poin, maka motivasi belajar siswa akan bertambah sebesar
0,361. Dengan asumsi tidak ada penambahan (konstan) nilai tingkat
pendidiakn orang tua.
Selanjutnya setelah dilakukan analisis regresi berganda maka
lankah selanjutnya adalah menguji hipotesis untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan dan ekonomi terhadap
motivasi belajar siswa, maka digunakan uji t dan uji F yang
meliputi: (1) Uji hipotesis pertama (t) untuk mengetahui pengaruh
variabel tingkat pendidikan terhadap variabel motivasi belajar.
Dari hasil hipotesis pertama ini diketahui bahwa koefisien regresi
positif dari variabel tingkat pendidikan (b1) adalah sebesar 1,312
yang bernilai positif, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel
tingkat pendidikan (X1) berpengaruh terhadap motivasi belajar (Y).
Kemudian berdasarkan koefisien regresi linear berganda untuk
variabel tingkat pendidikan terhadap motivasi belajar diperoleh
thitung > t tabel1 yaitu 2,204 > 2,052 dan nilai signifikansi
0,036 < 0,05, sumbangan relatif sebesar 41% dan sumbangan
efektif sebesar 13,981%. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa semakin
baik tingkat pendidikan orang tua maka semakin tinggi motivasi
belajar yang dicapai, begitu juga sebaliknya, semakin buruk tingkat
pendidikan orang tua maka semakin rendah pula motivasi belajarnya.
(2) Uji hipotesis kedua (t) untuk mengetahui pengaruh variabel
ekonomi orang tua terhadap variabel motivasi belajar. Dari hasil
hipotesis kedua diketahui bahwa koefisien regresi dari variabel
ekonomi ornag tua (b2) adalah sebesar 0,361 yang bernilai positif,
sehingga dapat dikatakan bahwa variabel ekonomi orang tua (X2)
berpengaruh terhadap motivasi belajar (Y). Kemudian berdasarkan
koefisien regresi linear berganda untuk variabel ekonomi orang tua
terhadap motivasi belajar thitung > ttabel yaitu 2,731 >
2,052 dan nilai signifikansi 0,011 < 0,05, sumbangan relatif
sebesar 59% dan sumbangan efektif sebesar 20,119 % (3) Uji
hipotesis ketiga (F) untuk mengetahui pengaruh variabel tingkat
pendidikan orang tua dan ekonomi orang tua terhadap variabel
motivasi belajar. Hasil uji F atau uji keberartian regresi berganda
diketahui nilai Fhitung>Ftabel yaitu 6,973>3,35 dan nilai
signifikansi 0,00