Novelita Wahyu Mondamina 10508052
4Novelita Wahyu Mondamina 10508052
Green chemistryGreen chemistry, didefinisikan oleh IUPAC sebagai
penemuan, perancangan, dan pengaplikasian dari proses serta produk
kimia yang dapat mengurangi atau mengeliminasi penggunaan serta
penghasilan senyawa-senyawa yang berbahaya bagi lingkungan. Green
chemistry merupakan salah satu upaya yang dilakukan manusia untuk
penyelamatan bumi. Beberapa konsep yang terkandung dalam green
chemistry adalah minimalisasi sampah, pemilihan pelarut, membuat
reaksi yang efisien dan mencari rute sintesis alternatif dari
sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Pemikiran awal
terbentuknya konsep green chemistry adalah sifat kimia yang
dimiliki oleh suatu senyawa. Senyawa-senyawa kimia yang ada di alam
pasti memiliki manfaat dan sifat yang berbahaya (hazardous). Kedua
sifat ini bersifat khas pada senyawa tertentu yang muncul karena
struktur molekulnya. Sifat bahaya yang dimiliki suatu senyawa
antara lain mudah meledak, toksik (dapat menimbulkan penyakit
seperti kanker), serta kerusakan global (perubahan iklim).
Sifat-sifat tersebut dapat dimodifikasi dengan mengubah
strukturnya. Dapat dikatakan bahwa dengan adanya pengubahan atau
modifikasi struktur, suatu senyawa dapat memiliki sifat bahaya yang
minim atau tidak ada sama sekali. Semakin banyak mengetahui senyawa
kimia yang dapat menghasilkan efek toksik maupun bahaya lainnya,
maka akan lebih banyak pilihan yang bisa dilakukan oleh peneliti
untuk merancang senyawa kimia yang aman. Peneliti saat ini memiliki
banyak akses informasi untuk mengetahui potensial toksisitas dari
suatu senyawa yang mereka buat serta dari bahan yang mereka pilih.
Kimiawan berbasis green chemistry dilatih untuk mengintegrasikan
informasi yang mereka dapat untuk merancang senyawa yang dapat
mengurangi sifat toksik. Contohnya adalah mereka dapat merancang
molekul yang sangat besar dan tidak dapat menembus ke dalam
paru-paru yang mana dapat menimbulkan efek toksik. Selain itu
mereka juga dapat mengubah struktur suatu senyawa agar kulit tidak
dapat mengabsorbsi senyawa tersebut sehingga kulit aman dari
perngaruh lingkungan.Salah satu contoh yang dapat menggambarkan
perbedaan antara ilmu kimia yang selama ini kita gunakan
(traditional chemistry) dengan green chemistry adalah pada
penggunaan minyak mentah hasil eksplorasi di lapisan bumi. Saat ini
sebagian besar industri kimia masih menggunakan bahan baku yang
tidak dapat diperbaharui untuk menghasilkan senyawa kimia
turunannya. Karakteristik sistem produksi yang digunakan adalah
konsumsi energi besar-besaran, tidak efisien, dan toksik.
Akibatnya, banyak produk samping yang dihasilkan dan berbahaya.
Pada green chemistry, karateristik sistem produksinya adalah
memprioritaskan penggunaan bahan baku alternatif yang dapat
diperbaharui termasuk penggunaan sampah pertanian atau biomass dan
sampah makanan yang bukan merupakan bioproduk. Reaksi kimia dengan
bahan-bahan tersebut tidak berbahaya daripada direaksikan dengan
senyawa turunan hasil pemisahan minyak mentah. Terdapat 12 prinsip
dari green chemistry yang diberikan oleh Paul Anastas dan John
Warner dalam bukunya yang berjudul Green chemistry: Theory and
Practice pada tahun 1998. Prinsip-prinsip ini merupakan pedoman
yang dianut oleh kimiawan dan ilmuwan lainnya untuk
mengimplementasikan green chemistry. Prinsip-prinsip tersebut
adalah :1. Waste minimization dan preventionMenciptakan rute
sintesis yang dapat mengurangi atau menghindari terbentuknya
sampah. Lebih baik menghindari sampah daripada mendaur ulang sampah
tersebut.2. Use catalysts instead of stoichiometric
quantitiesReaksi yang memanfaatkan katalis memiliki keunggulan
yaitu katalis dapat menyediakan jalan lain untuk mereaksikan satu
prekursor dengan prekursor lainnya sehingga dapat menurunkan energi
aktifasi. Akibatnya, produk lebih cepat terbentuk. Dengan
penggunaan katalis, maka efisiensi penghasilan produk serta
penghematan energi dapat tercapai. Jumlah katalis yang digunakan
biasanya sangat sedikit.3. Reduce the use of chemical
derivativesBiasanya penggunaan gugus proteksi dalam suatu reaksi
dapat meningkatkan terbentuknya sampah sehingga perlu usaha lebih
untuk mengolah kembali sampah tersebut. Selain itu juga perlu
dihindari tahapan pembentukan senyawa antara sebelum produk
dihasilkan, karena senyawa intermediat tersebut menambah produk
samping yang nantinya menjadi sampah.4. Synthetic Efficiency (atom
economy)Adanya rute sintesis yang efisien, yaitu merekasikan dua
atau lebih prekursor dengan maksimal sehingga tidak ada lagi atom
yang terbuang dan menjadi sampah.5. Taking advantage of chemicals
designed for degradationMengurangi kerusakan lingkungan dengan
penggunaan senyawa-senyawa kimia yang memang dirancang untuk dapat
didegradasi oleh alam (biodegradable).6. Establishment of in
process controls for pollution preventionAdanya kontrol di setiap
reaksi kimia dalam rute sintesis diperlukan untuk menghindari
terbentuknya polusi serta senyawa kimia intermediet yang
kemungkinan muncul dan dapat membahayakan lingkungan.7. Use of
renewable feedstocksPemanfaatan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui sebagai prekursor untuk sintesis produk kimia yang
aman. Bahan baku yang tersedia di alam baik di darat maupun di laut
banyak yang berpotensi sebagai prekursor yang aman dan dapat
diperbaharui. Contohnya adalah minyak yang terkadung dalam tumbuhan
seperti jagung. Alga juga dapat digunakan sebagai biodiesel.
Berikut adalah diagram produksi dengan penggunaan sumber daya alam
yang dapat diperbaharui sebagai prekursor :
8. Encourage energy efficiencyPerlunya dicari metode baru yang
dapat menghemat penggunaan energi. Penghematan energi dapat
mempengaruhi ekonomi (biaya produksi menjadi lebih murah) dan
lingkungan.9. Use safer chemicalsPenggunaan bahan-bahan kimia yang
aman bagi lingkungan.10. Design less hazardous synthesis
methodsMencari metode rute sintesis alternatif yang dapat
menghasilkan produk yang tidak berbahaya bagi manusia juga
lingkungan.11. Use safer solvents and reaction conditionsPenggunaan
pelarut dan kondisi reaksi yang aman dengan cara mencoba
menghindari penggunaan pelarut, agen pemisah, atau bahan kimia
pembantu lainnya. Pelarut digunakan seminimal mungkin dan tidak
menimbulkan masalah pencemaran atau kerusakan terhadap lingkungan
dan atmosfer. Air adalah contoh pelarut segala (universal solvent)
yang ramah lingkungan.12. Accident preventionMemperkecil potensi
kecelakaan dengan merancang bahan kimia dan wujud fisiknya yang
dapat meminimalkan potensi kecelakaan kimia misalnya ledakan,
kebakaran, atau pelepasan racun ke lingkungan.Aplikasi prinsip
green chemistry dititikberatkan pada industri-industri dan jumlah
industri yang telah mengaplikasikannya semakin lama semakin
meningkat. Di Indonesia, memang belum terdapat perusahaan yang
mengaplikasikan prinsip green chemistry, tetapi upaya
industri-industri tersebut untuk menyelamatkan lingkungan sudah
mulai terlihat, mulai dari pengolahan limbah yang dihasilkan baik
ketika eksplorasi material kasar maupun produksi. Contoh industri
yang telah melakukan pengolahan limbah adalah PT Chandra Asri.
Industri ini telah berkomitmen untuk selalu menjaga lingkungan
dengan beberapa cara, diantaranya adalah :a. Mengontrol aktivitas
yang terjadi dalam industri baik pada sistem pengolahan bahan baku,
maupun sistem produksi agar tidak mengkontaminasi lingkungan dan
fasilitas lainnnya.b. Meminimalisasi pembuangan sampah yang
dihasilkan pada sistem produksi ke alam tanpa adanya proses
pengolahan terlebih dahulu.c. Melakukan penghematan penggunaan
bahan baku, air, dan energi untuk mengurangi terjadinya polusi pada
lingkungan.d. Memberikan pelatihan pada seluruh pekerja untuk
menyakinkan bahwa mereka memiliki kepedulian yang tinggi terhadap
lingkungan.e. Secara kontinu meningkatkan memperbaharui sistem
manejemen lingkungan.Industri lainnya yang telah melakukan upaya
penyelamatan lingkungan adalah PT Gas Negara. Perusahaan ini
berkomitmen untuk memprioritaskan peningkatan kelestarian
lingkungan. Usaha-usaha yang dilakukan telah terangkum pada
Occupational Safety & Health and Environmental Management
(OSH&EM) Policy. Terdapat tiga program utama yang dilakukan PT
Gas Negara untuk meningkatkan kelestarian lingkungan yaitu :a.
Environmental Monitoring ProgramMemonitor kualitas udara, air, dan
tanah sebagai noise levels yang mana kualitas ketiga komponen
tersebut harus berada dibawah ambang batas yang telah ditetapkan
oleh Departemen MIGAS. Setiap semester PT Gas Negara harus
menyerahkan laporan untuk dianalisis lebih lanjut serta ditentukan
kinerja perusahaan tersebut oleh Departemen MIGAS.b. Environmental
Management ProgramPT Gas Negara telah melaksanakan beberapa
kegiatan yang terkait dengan Environmental Management Program yaitu
rehabilitasi area yang digunakan untuk konstruksi pengiriman dan
distribusi pipa saluran serta penanaman pohon di daerah distribusi
pipa saluran.c. Conservation ProgramPenghematan energiAktivitas
operasional PT Gas Negara tidak menggunakan secara langsung
material kasar atau air, tetapi hanya menggunakan energi. Energi
digunakan secara langsung untuk mengoperasikan turbin yang dapat
mendistribusikan gas kepada konsumen seperti industri keramik dan
kaca. Agar energi yang digunakan tidak berlebihan, perusahaan ini
menggunakan beberapa cara yaitu menggunakan lampu pijar hemat
energi serta mematikan lampu dan komputer ketika tidak
diperlukan.
Subtitusi material berbahayaSalah satu jenis gas yang dapat
membahayakan lapisan ozon dan berkontribusi pada global warming
adalah freon yang biasa digunakan sebagai pendingin pada AC,
kulkas, dan cooling towers. PT Gas Negara merupakan perusahaan yang
merintis penggunaan gas alam sebagai pengganti gas yang berbahaya
bagi lingkungan seperti freon.Di luar negeri, contoh perusahaan
yang telah melakukan upaya penyelamatan lingkungan adalah
perusahaan petrokimia Iran, QAPCO. Perusahaan ini telah mendapatkan
sertifikat ISO 14001 men genai Environment Management System.
Kontrol polusi yang dilakukan perusahaan tersebut meliputi
pengumpulan dan pengolahan air limbah, serta mekanisme pembagian
tanaman untuk meminimalisasi polusi udara. Beberapa industri luar
negeri lainnya telah mendapatkan penghargaan karena industri
tersebut telah mengaplikasikan green chemistry dalam kinerjanya.
Pada tahun 2010 LS9,Inc mendapatkan penghargaan karena dapat
memproduksi minyak sebagai bahan bakar ultra bersih (ultra clean
diesel fuel) yang berasal dari gula fermentasi melalui
mikroorganisme. Tahun 2009, penghargaan juga diraih oleh Virent
Energy Systems, Inc. karena dapat menghasilkan gasolin, bahan bakar
pesawat terbang, dan senyawa hidrokarbon lainnya yang berasal dari
gula, pati, atau selulosa dengan metode bioforming. Pada tahun
2008, penghargaan diraih oleh Dow AgroSciences LLC karena telah
menemukan spinetorm, insektisida yang ramah lingkungan. Dapat
diaplikasikan pada beberapa tanaman seperti buah pome, stone fruit,
dan kacang-kacangan. Surfaktan yang ramah lingkungan juga telah
ditemukan oleh Jeneil Surfactan Company yaitu rhamnolipid
biosurfaktan yang dibuat dari bakteri tanah. Perusahaan ini
mendapat penghargaan pada tahun 2004.Tahun 2005, Ryoji Noyori
mengajukan tiga aspek pengembangan green chemistry, yaitu karbon
dioksida superkritis sebagai pelarut hijau, hidrogen peroksida
sebagai oksidator hijau, dan penggunaan hidrogen dalam sintesis
senyawa asimetris. Aplikasi tiga aspek tersebut sangat beragam
seiring dengan meningkatnya penemuan di bidang green chemistry,
diantaranya proses kimia dalam reaktor ukuran mikro, proses kimia
yang melibatkan larutan ionik (ionic liquids) maupun reaksi kimia
dalam pelarut multi fasa.Pelarut karbondioksida superkritis dapat
digunakan sebagai alternatif pengganti pelarut organik yang banyak
digunakan dalam ekstraksi dan fraksinasi senyawa dari
tumbuh-tumbuhan, reaksi dengan biokatalis, pemurnian produk, dan
produksi partikel mikro. Karbondioksida superkritis maupun cair
dapat digunakan untuk ekstraksi senyawa kimia tergantung kelarutan
senyawa yang akan diekstraksi. Sifat kimia karbondioksida cair
adalah lebih tidak polar dibanding karbondioksida superkritis yang
mengakibatkan pelarut ini hanya dapat diaplikasikan untuk senyawa
kimia yang memiliki sifat non polar. Pada skala industri, telah
banyak ditemukan bahwa karbondioksida cair digunakan untuk
ekstraksi minyak esensial dan oleoresin. Karbondioksida superkritis
dapat dimanipulasi suhu dan tekanannya sehingga dapat digunakan
sebagai pelarut dengan selektifitas tinggi untuk ekstraksi berbagai
senyawa. Oleh karena itu, kebanyakan ekstraksi senyawa yang
terdapat pada tumbuh-tumbuhan menggunakan karbondioksida
superkritis sebagai pelarut. Pada keadaan superkritis,
karbondioksida memiliki tegangan permukaan dan viskositas yang
rendah sehingga dapat menghasilkan laju transfer massa yang tinggi.
Kondisi ini sangat ideal untuk mengekstraksi komponen dengan
kemurnian yang tinggi dalam waktu singkat Hidrogen peroksida
sebagai oksidator hijau dapat digunakan untuk pengganti senyawa
klorin, klorin dioksida, dan natrium hipoklorida yang banyak
dipakai dalam produk pembersih rumah tangga dan pewarna rambut,
pemutih kertas, tekstil, dan industri laundry. Pada produk
pembersih yang mengandung klorin, proses oksidasi dilakukan dengan
menambahkan senyawa klorin pada senyawa kimia tertentu untuk
menghasilkan produk berwarna. Proses terjadinya produk berwarna
tersebut merupakan akibat dari adanya pergerakan elektron dari
proses oksidasi dan reduksi. Ketika terjadi perpindahan elektron
maka akan terjadi pengubahan struktur kimia dari senyawa tersebut
sehingga ada warna yang dihasilkan. Penambahan oksidator senyawa
klorin dapat menghasilkan produk samping yang berbahaya yaitu
dioksin.Struktur dioksin :
Senyawa hidrogen peroksida tidak mengandung atom klorin dan
dapat mengoksidasi senyawa kimia lainnya dengan menambahkan oksigen
atau menghilangkan atom hidrogen. Dengan demikian senyawa yang
teroksidasi tidak akan mengandung klorin dan menjadi polutan
sehingga tidak akan menyebabkan timbulnya polusi pada
lingkungan.Tantangan untuk memperoleh senyawa hidrogen peroksida
sebagai pengganti klorin sangat besar. Pertama, proses oksidasi
hidrogen peroksida bisa saja tidak selektif karena ketika reaksi
dilakukan maka akan terjadi penguraian hidrogen yang dapat
menghasilkan radikal bebas sehingga justru akan dihasilkan senyawa
yang jauh lebih berbahaya daripada produk yang diinginkan. Kedua,
kesuksesan pembentukan agen pemutih dengan senyawa peroksida
membutuhkan suhu dan tekanan yang tinggi serta waktu reaksi yang
lama. Hal ini berarti butuh lebih banyak energi, peralatan, dan
laboratorium untuk melakukan proses reaksi. Untuk menghindari
terbentuknya senyawa radikal, katalis dirancang agar dapat
terbentuk senyawa intermediet yang aman selama proses oksidasi
berlangsung. Katalis ini dapat meningkatkan selektifitas hidrogen
peroksida dan dapat meminimalisasi pembentukan radikal bebas selama
penguraian peroksida dan oksidasi berlangsung. Penelitian yang saat
ini dikembangkan dengan prinsip green chemistry sangat banyak.
Contohnya adalah sintesis bioplastik. Bioplastik merupakan produk
plastik yang dapat didekomposisi oleh alam melalui mikroorganisme
tertentu. Material yang dapat digunakan untuk membuat bioplastik
antara lain 1,3-propanadiol, selulosa, limonen, polimer asam
polilaktik, polisakarida, kedelai, dan pati. Peneliti dari ITB yang
bekerja sama dengan universitas Syiah Kuala Banda Aceh telah
mensintesis bioplastik antara polikaprolakton (PCL) dan pati
tapioka dengan menggunakan minyak kelapa sawit. Untuk bioplastik
berbahan dasar selulosa, cara pembuatannya adalah dengan
mengekstraksi dari bagian tumbuhan terutama pada pada batang.
Selanjutnya selulosa direaksikan dengan senyawa kardanol sejenis
minyak untuk menghasilkan termoplastik yang tahan panas, air, dan
jernih. Bioplastik ini mengandung komponen selulosa lebih dari 70%.
Diagram pembuatan bioplastik secara umum:
Produk hasil sintesis dengan menggunakan prinsip green chemistry
lainnya adalah biodiesel, bahan bakar yang berasal dari lipid yang
terkandung didalam alga. Jenis alga yang digunakan adalah
Dunaliella, spesies alga mikroskopik. Alga merupakan sumber
penghasil bahan bakar yang potensial dan dapat menyediakan material
bahan bakar 100 kali lebih banyak daripada tumbuhan lainnya per 1
acre. Dalam 1 acre, per tahun dapat dihasilkan 100 galon bahan
bakar. Selain itu, penumbuhan alga tidak mensyaratkan kondisi yang
ekstrim sehingga dapat dapat ditumbuhkan dengan mudah, yang berarti
penyediaan dan distribusi bahan bakar juga bisa dilakukan dengan
mudah. Spesi alga ini tidak seperti spesi alga lainnya, memiliki
membran sel yang berarti akan lebih mudah mengekstraksi asam lemak.
Pencarian sumber katalis baru sebagai implementasi prinsip green
chemistry banyak dilakukan. Kebutuhan akan katalis senyawa kompleks
disebabkan karena sintesis senyawa target memerlukan kondisi reaksi
yang lembut (wild), kontrol yang ketat terhadap terbentuknya isomer
molekul,hasilyang tinggi dengan sedikit mungkin produk samping,
serta reaktifitas yang tinggi. Salah satu contoh logam yang
berpotensi untuk menjadi katalis adalah Indium. Logam ini dapat
dimanfaatkan pada reaksi sintesis bahan baku polikarbonat.
Polikarbonat merupakan senyawa polimer yang digunakan dalam
berbagai kebutuhan, misalnya untuk kemasan. Polikarbonat dihasilkan
dari reaksi lelehan difenil karbonat dengan bisfenol-A. Difenil
karbonat tersebut merupakan hasil transesterfikasi dimetil
karbonatdengan fenol. Reaksi ini berlangsung dengan kehadiran
katalis asam Lewis. Penelitian awal menunjukkan bahwa logam Indium
dapat dimanfaatkan sebagai katalis asam Lewis, yaitu indium (III)
klorida. Penelitian tersebut membuka peluang untuk melakukan reaksi
transeterifikasi menggunakan katalis yang tidak terlalu peka
terhadap kelembaban.Dalam perkembangannya, prinsip-prinsip yang
ditetapkan dalam green chemistry tidak dapat dilaksanakan dengan
mudah. Tantangan yang dihadapi kimiawan saat ini adalah untuk
menciptakan produk dari proses yang berulang secara terus menerus
tanpa adanya energi yang terbuang untuk meningkatkan kualitas
kehidupan terutama dari segi lingkungan dan kompetisi industri.
Kesuksesan kimiawan dapat dilihat dari semakin banyaknya jumlah
industri yang mengaplikasikan prinsip green chemistry baik dalam
negeri maupun luar negeri. Dengan adanya green industry, maka akan
timbul kesempatan untuk berkompetisi secara sehat dalam hal
penghasilan green product. Diharapkan pada masa mendatang akan
lebih banyak green product yang dihasilkan serta berasal dari rute
sintesis alternatif dan material yang dapat diperbaharui. Dengan
demikian, bumi akan terselamatkan dan generasi mendatang tetap bisa
menikmati indahnya alam.