Big Thanks
Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih
banyak kepada Allah SWT yang telah memberikan
saya kesempatan untuk menyelesaikan hasil karya saya
ini. Tak lupa pula kepada bapak Abd. Azis
S.Pd.,M.Pd. dan teman-teman XII>Social Bung
Hatta yang telah membantu serta memberi semangat
dan inspirasi kepada saya.
Selanjutnya saya ucapkan terima kasih secara
pribadi kepada saudari Mirna wati, saudara Husriadi,
dan saudara Jerwin, saudari Nadrah Nuriah, Saudari
Nur Fadillah dan teman-teman yang lain yang tidak
sempat saya sebutklan namanya yang telah membantu
saya menyelesaikan tugas saya ini. Tanpa kalian
semua, tugas ini tidak akan mudah saya selesaikan.
Dering jam weker di pagi hari membuat
suasana yang semula damai menjadi agak
gaduh. Aku tersentak dari tidurku yang
tenang dengan kepala yang agak pusing.
Pandanganku langsung tertuju kearah benda
terkutuk yang membuatku terbangun tadi.
Dengan perasaan terkejut, aku lalu beranjak
dari tempat tidurku dan langsung menuju ke
kamar mandi untuk mengambil air wudhu
untuk shalat shubuh.
Seusai mengambil air wudhu, aku lalu
menuju ke tempat dimana sajadah
kesayanganku berada. Setelah
mendapatkannya, aku menyempatkan untuk
melihat wajahku yang saat itu sebenarnya
tidak terlihat fresh karena kurang tidur akibat
kerjaan semalam. Saat aku mulai
memperbaiki mukaku yang kusut itu, ibuku
tiba-tiba memanggilku.
“Fatwa… ayo pergi makan!” kata ibuku
dengan suara nyaring. Setelah mendengar
suara itu, sebagai seorang anak yang
berbakti pada kedua orang tua, akupun lalu
segera menuju ke tempat makan yang
diinstruksikan oleh letnan jendral di rumahku
ini. Tanpa basa-basi lagi, aku lalu mengambil
piring dan senjata andalan yg kugunakan
pada saat makan yaitu sendok.
Belum sempat aku mengambil nasi, ibu
jendral lagi-lagi memanggilku, namun kali ini
dengan nada suara yang agak tenang.
“Fatwa… kalo sudah makan ingat cuci
piring!”. Itu dia kalimat mainstream yang selalu
dikeluarkan ibuku sebelum aku selesai makan.
Dengan menganggukkan kepala sambil
menelan makanan yang ada di mulutku aku
menjawab perintah ibuku.
Setelah makan, instruksi tersebut
langsung kujalankan. Aku langsung
mengambil lap dan sabun yg biasanya
menemaniku untuk berkutat dengan piring-
piring kotor yang ada di dapur rumahku.
Segera kuselesaikan tugas tersebut dan
langsung menuju ke persinggahan ku
berikutnya yaitu kembali ke kamar mandi dan
segera memakai baju untuk ke sekolah.
Satu hal yang menjadi kebiasaanku
sebagai anak yang berbakti pada orang
tuaku tentu saja menjabat dan mencium
tangannya, dan yang paling penting, meminta
uang jajan hahhaa. Selembar uang lima puluh
ribu rupiah aku terima dan itu menandakan
dimulainya petualanganku di hari ini. Aku lalu
mengambil kunci motor kemudian menyalakan
si merah hitam kesayanganku yang tidak lain
adalah motor Jupiter Z yang selama SMA
selalu menemaniku ke sekolah.
Sebelum aku menginjakkan kakiku keluar
rumah, aku sudah mendapatkan firasat yang
agak beda dari hari-hari yang biasanya. Ini
dikarenakan aku merasakan ada sesuatu
yang aneh dan agak hangat menempel
dikakiku yang belum memakai sepatuku tadi
pagi. Yah, tidak salah lagi karena yang
mengotori kakiku yang indah adalah kotoran
ayam peliharaan ayahku. Itu juga yang
membuatku harus masuk kembali ke dalam
rumah dengan menggunakan satu kaki agar
tidak mengotori lantai rumah untuk mencuci
kaki yang sudah hangat karena kotoran ayam
yang luar biasa membuat annoyed.
Lupakan soal Kotoran ayam, sekarag
berlanjut ke perjalananku ke sekolah.
Seperti yang kuduga, firasat buruk yang
kurasakan tadi pagi benar-benar terjadi.
Bensin motorku ternyata habis dan
menandakan aku harus berurusan dengan
pedagang yang tentunya menjual bensin. Ini
adalah hal yan paling tidak aku sukai,
pasalnya aku adalah orang yang pada
dasarnya pendiam dan pemalu. Belum lagi
langganan tempatku membeli bensin itu
ditangani oleh bidadari cantik yang taunya
cuma ngitung duit.
Akupun terbangun dalam khayal yang
menjijikkan itu dan langsung memikirkan
tujuanku selanjutnya yaitu warung pinggir
jalan langganan bensinku. Sesampainya
disana, firasatku mulai membaik setelah
melihat bukan bidadari yang bikin ilfeel itu
yang melayani pelanggan sebelumku
melainkan ibunya. Dalam hatiku tak henti
mengucapkan kalimat hamdalah, kemudian
aku menuntun motorku mendekati tempat
bensin tersebut.
Setelah ibu tersebut mengisi bensinku,
ia pun kembali ke dalam, bilik tempat
dagangannya berada untuk mengambil
kembalian uangku. Sembari menghitung
kembalian, ia pun keluar dari bilik tersebut.
Belum juga beberapa saat firasatku
membaik, kembali jantungku berdegup tidak
beraturan menandakan bahwa akan terjadi
sesuatu yang tidak mengenakkan.
Benar saja, kejadian berikut ini luar
biasa bikin ilfeel, bahkan lebih membuat ilfeel
dari yang sebelumnya. Bayangkan saja,
ketika ia baru saja ingin menyodorkan
uangnya, sebuah uang kertas dua ribuan
jatuh ke tanah karena ketidak sengajaan ibu
tadi. Entah karena apa, namun insting
akuntansiku yang membuatku dengan refleks
mengambil uang tersebut. Bukan ini hal yang
membuatnya aneh, namun ketika aku
mencoba mengambil uang itu, tiba-tiba
tangan keriput layaknya tangan seorang ibu-
ibu terlihat melintas di depan wajahku juga
mencoba mengambil uang tersebut.
Bayangkan jika hal tersebut terlihat di
sudut pandang yang berbeda dari sudut
pandangku. Pasti kelihatannya seperti film-
film India seperti “Kabi kushi Kabi gham”
atau “Dil Hai Tum Haara” saat Syahru
Khan pertama bertemu dengan Karrena
Kapoor atau siapapun itu yang jelas
pasangan perempuan Syahru Khan yang
bermain di film tersebut. Kembali lagi ke
permasalahan awal, setelah aku menerima
kembaliannya, aku lalu bergegas
meninggalkan tempat itu dengan perasaan
super kesal.
Langsung saja pada saat aku sampai di
sekolah. Seperti biasanya, yang aku hadapi
oleh guru BK dan guru pendamping yang
sedang piket hari itu. Kebetulan sekali pada
hari itu wali kelasku sendirilah yang sedang
piket. Perasaanku agak sedikit lega
mengetahui hal itu, namun ketika melihat
kearah yang lain….. Hanya kata “Masya
Allah” yang terlintas di pikiranku.
Alasan mengapa kata itulah yang muncul
adalah karena yang sedang berada di
samping wali kelasku itu adalah guru BK
yang sudah terkenal banget sangarnya
seantero sekolah. Dialah bapak Ilham, guru
BK kami yang mukanya Innocence namun
kejamnya sudah out of standard. Aku pun
segera mendekati kedua guruku itu dan
mencium tangan mereka.
“Tumben kamu telat Fatwa.” Kata pak
Wahyu, wali kelasku yang sangat baik itu
dengan nada bingung.
“Saya terlambat bangun pak.” Jawabku
sepolos yang kubisa.
“Terlambat bangun atau….” Kata pak
Ilham seakan tidak percaya.
“Bener, pak. Saya tidak bohong.
Sumpah!” Jawabku sambil mengangkat
tanganku membentuk ekor ikan.
“Ya sudah, cepat masuk ke kelas. Kamu
ngga mau terlambat masuk kelas kan?” Kata
wali kelasku mengingatkanku.
Aku langsung menepuk kepalaku dan
segera berlari ke kelasku, tak lupa aku
mengucapkan salam kepada kedua guruku
tadi. Sesampainya di depan ruang kelas, aku
melihat guruku dari arah berlainan juga
sedang berjalan menuju ke kelasku. Aku
mempercepat langkahku agar tidak terlihat
oleh guruku itu.
Namun celakanya, guruku ini memang
benar-benar sakti. Dia lalu memanggilku
tanpa menoleh ke arahku karena ia sedang
membaca kitab silatnya sebagai seorang
guru. Dengan otomatisnya, kakiku lalu
berhenti bergerak namun bukan karena
kesaktian guruku tadi, melainkan karena aku
terkejut karena panggilannya itu.
Perlahan aku menoleh kearah guruku itu.
“Fatwa, kenapa kamu terlambat?” tanya
guruku agak heran.
Alasan kenapa sebagian besar guru
merasa agak heran dengan keterlambatanku
hari ini karena aku termasuk anak yang rajin
dan selalu tepat waktu ke sekolah. Itulah
kenapa guru geografi yang ada di depanku
ini juga merasa heran dengan kejadian yang
menggemparkan dunia ini.
“Eh, anu pak. Saya telat bangun pagi ini
pak.” Jawabku sembari mengatur nafas
karena kecapean menahan nafas.
“Oh, tumben kamu telat kayak gini. Pasti
kamu abis begadang tadi malam.” Katanya
dengan sangat pasti.
“Kok bapak tau?” Tanyaku dengan
nada heran karena apa yang guruku jawab ini
benar. Sepertinya guruku ini benar-benar
sakti, pantas saja ia mendapat julukan
“angling darma” oleh teman-teman
seangkatanku.
“Oh iya dong, Angling Darma gituloh.”
Jawabnya dengan penuh rasa bangga
sekaligus membuatku kembali takjub dengan
kehebatannya membaca pikiranku, LAGI….
Didalam kelas, aku sedang belajar
geografi yang dibawakan oleh Mr.Imran The
Angling Darma tadi. Sembari menanyakan
apa materi terakhir yang diajarkan oleh
guruku itu, Dodo, teman sebangkuku yang
punya nama asli Agung Widodo Cahya ini
berbisik padaku.
“Bro, punya pulpen tidak? Tinta
pulpenku abis nih.”
“Ambil aja di tas, bagian paling depan.”
Kataku dengan acuh namun pasti.
Dodo lalu mencari-cari pulpen yang aku
instruksikan. Namun, beberapa detik
kemudian terjadi insiden menggemparkan
dunia jilid dua. Tidak sampai satu detik,
akupun menoleh ke samping tempat Dodo
dan makhluk yang satu itu sudah tidak ada di
bangkunya, namun yang kulihat pandangan
semua orang mengarah kearah atas meja
Lilian yang tidak lain ada di belakang bangku
Dodo.
Aku mencoba menoleh, dan ternyata
benar yang kupikirkan tadi, Dodo ada diatas
meja Lilian sambil jongkok dan berusaha
menutupi kepalanya yang plontos itu.
Bayangkan saja, seorang berbadan tambun
seperti Dodo naik ke atas sebuah meja,
kalian bisa bayangkan mejanya kan?
Jawabannya disimpan dihati pembaca
masing-masing.
Aku mencoba menanyakan kepada
Dodo
“Loe kenapa sih Do?”
“Loe gila Fat, benda menjijikan kayak gitu
loe bawa-bawa ke sekolah.” Jawabnya
dengan nada ketakutan.
“Ada apa ini? Kenapa kalian rebut banget?.
Dodo? Kenapa kamu nak?” Kata guruku
yang mendengar kegaduhan kami.
“Saya takut pak, sumpah!” Jawab Dodo
tanpa menoleh.
“Loe takut apa sih Do?” tanyaku sekali lagi/
“Itu tuh yang ada di atas mejaku”
Jawabnya sambil menunjuk-nunjuk Pulpen
berwarna coklat milikku, sebenarnya tidak
ada yang aneh dengan pulpen itu kecuali
gambarnya yang berbentuk Hello kitty
karena pulpen itu adalah pemberian adikku.
“Kenapa kamu malah takut sama pulpen
yang imut kayak gitu do?” Tanya Lilian yang
mejanya sedari tadi ditempatin Dodo.
“Ih gila loe, gambar monster mankutkan
gitu nggak loe liat?” katanya yang luar biasa
membuat orang bingung.
Setelah mendengar keterangan tersebut
membuatku punya firasat yang aneh tentang
temanku ini. Jangan-jangan dia menderita
Phobia dengan pulpen atau apaun yang
berhubungan dengan pulpen.
Tapi kenapa tadi dia meminta pulpen
kepadaku? Itu berarti memang ada yang
salah dengan pulpenku, tapi apa? pulpenku
kelihatannya normal wal afiat.
“Kamu ini sebenarnya kenapa Do? Kamu
takut sama gambar Hello Kitty yah?” Kata
guruku seperti yakin.
“ Pak, please jangan sebut nama terkutuk
itu pak. Nama itu dilaknat!” Kata Dodo
yang akhirnya mengungkap rahasia di balik
ketakutannya terhadap pulpenku. Ini juga
sekali lagi membuktikan kesaktian guru
jelmaan Angling Darma itu. Gila, guruku ini
kayaknya sudah keluar dari jalan normal
manusia.
Terdengar semua orang meneriakkan
huruf “O” secara bersamaan tanda mereka
mengerti. Guruku lalu mencoba membujuk
Dodo dari rajukannya yang aneh itu.
“Nak, setiap orang pasti punya hal yang
ditakutinya, sama seperti nanda ini yang
punya phobia terhadap hal tersebut itu
wajar.” Kata guruku meyakinkan.
Walaupun sebenarnya yang dikatakan
gurukuitu ada benarnya, namun aku masih
merasa sangat ganjil dengan itu semua.
Bayangkan sekali lagi seorang yang
berbadan tambun dengan muka yang agak
sangar seperti Dodo ini takut dengan yang
namanya Hello Kitty, benar-benar aneh.
****
guruku untuk mencari konsep-konsep
geografi yang cukup membuat kepalaku
terputar sampai 2700.
Hampir setiap kalimat dan kata yang ada
dibuku elektronik itu tidak aku mengerti
karena yang ada dibuku itu kebanyakan
hanya gambar-gambar yang tidak jelas.
Saking pusingnya sampai-sampai
kehadiran temanku Alya yang sedari tadi
sengaja diam memperhatikan
kesengsaraanku mengerjakan tugas.
“Lagi kerja apa bung?” katanya dengan
nada sedikit menyindir.
“Aku lagi main game tante!” jawabku
agak kesal sekaligus menyindir.
“Hahaha, makanya klo di kasih tugas
cepat dikerjain. Jangan Cuma diliatin doing.”
Jawabnya berbalik menyindir.
“Hahahahha, lucu lucu. Eh bantuin
dong!” Jawabku dengan penuh harap.
“Gue punya filenya, ntar gue ambil yah!”
Jawabnya sembari menuju ke tempat
duduknya untuk mengambil laptopnya.
“Nih, nama filenya ~Alya Imoetz~ “
Jawabnya sambil membangga-banggakan
nama file hasil karyanya itu.
“Ok, thanks yah mba imoetz” balasku
menyindir.
“Ok, eh aku keluar dulu yah. Pengen ke
kantin, lagi laper nih, selamat bekerja-kerja ria
masbro!” sindirnya lagi.
Aku hanya bisa menghela nafas
menghadapi orang secerewet Alya. Sambil
menghela nafas, aku lalu melanjutkan
tugasku.
Sebuah kalimat yang membuatku sangat
jengkel muncul di akhir file yang diberikan
Alya tadi, bunyinya seperti ini “Edit,
sebelum di kerja masbro, alx klo ngga bakalan
dapat marah pak guru karena isinya sama
semua dengan fileku, semangat masbro.”
Ini menandakan aku harus mengulangnya
dari awal lagi. KENAPA TIDAK
DITULIS DIAWAL!!!!!!
****
Tiba pada saat jam terakhir dimulai yaitu
matematika. Mata pelajaran kegemaranku ini
sangat aku tunggu tunggu, tau kenapa?. Hal
ini disebabkan karena guru matematikaku
memiliki paras layaknya bidadari dan
umurnya tidak terpaut jauh dengan umur kami
yang sementara sudah 17 tahun sedangkan
umurnya 20 tahun.
Tidak hanya aku, semua laki-laki yang
ada dikelasku juga mengidolakan guruku itu
sampai-sampai mereka rela berdandan mati-
matian sebelum guru tersebut masuk ke
dalam kelas. Namun hari ini ternyata guru
idola kami itu tidak datang ke sekolah.
Ini karena bapak kepala kesiswaan
datang ke kelas kami menginformasikan
bahwa ibu Yani sedang sakit dan tidak dapat
datang ke sekolah berdasarkan surat yang ia
baca.
Entah apa yang terjadi namun semua
cewek yang ada di kelasku berteriak
kegirangan sedangkan semua cowok di
kelasku mengeluarkan suara raungan
tangisan yang lumayan membuat telingaku
serasa mau terlipat ke dalam.
Para lelaki lalu meminta surat yang
dikirimkan oleh ibu Yani kepada pak Rudi
kepala kesiswaan sekaligus guru fisika di
sekolah kami.
Pak Rudi lalu mengiyakan permintaan
para maniak guru kece yang ada di kelasku
itu. Pak Rudi lalu memberikan surat tersebut
kepada Anshar, salah satu teman kelasku
yang badannya pendek.
Tak lama setelah pak Rudi keluar dari
ruangan, para lelaki mulai memperlihatkan
sikap gila mereka yang ingin mengambil surat
dari ibu Yani yang di pegang oleh Anshar
sehingga badan Anshar yang kecil itu
terlihat seperti terbawa arus laut yang
sangat besar dan terombang ambing kesana-
kemari.
Apa yang dilakukan oleh para lelaki ini
membuat para perempuan panik dan berlari
keluar kelas. Mereka benar-benar terlihat
seperti zombie yang sedang berebut otak
manusia. Aku hanya bisa melihat tingkah
mereka yang perlahan terlihat seperti anak
SD yang sedang bermain dengan teman2
sebayanya.
Beberapa saat kemudian, suasana kelas
yang semula gaduh berubah menjadi sepi
ketika para lelaki memburu Anshar keluar
kelas. Tinggal aku sendiri dan seorang siswi
yang wajahnya sudah familiar denganku.
Dia adalah Aisyah Nur wahyuni atau
biasa dipanggil Ica atau Uni oleh teman-
teman yang lain. Orang ini sebenarnya
memiliki karakter yang pendiam sekaligus
pemalu. Wajar saja jika ia tidak ikut-ikutan
dengan cewe-cewek lain yag berlari keluar
sambil teriak-teriak. Dia memiliki pembawaan
yang tenang dan tidak begitu hyperaktif
Seperti yang lainnya.
Dia sedang mengerjakan sesuatu
dengan serius namun aku tidak tahu apa
yang ia kerjakan. Karena rasa penasaranku
yang cukup tinggi maka aku beranikan diriku
untuk menuju ke tempatnya dan menanyakan
tentang apa yang dia kerjakan.
“Lagi ngerjain apa Ica?” tanyaku penuh
rasa penasaran.
“Eh, ini.. anu.. lagi kerja… Tugas bahasa
Indonesiaku yang tertunda kemarin.”
Jawabnya agak gelagapan.
Entah mengapa tapi kulihat raut
mukanya berubah. Pipinya memerah bukan
karena kepanasan melainkan lebih mirip
dengan orang yang sedang menahan malu.
“Oh, mau gue bantuin nggak?” Tanyaku
menawarkan bantuan kepadanya.
“Eh, nggak usah. Nanti takutnya
ngerepotin.” Jawabnya dengan agak
terkejut.
“ Hehehe, ngga ngerepotin kok. Gue
ngga lagi ngerjain apa-apa sekarang.”
Jawabku meyakinkan.
“Mmm.. oke deh, soalnya tugas ini susah
banget dikerjainnya hehehe.” Jawabnya
sambil tersenyum malu.
Ini pertama kalinya aku berinteraksi
dengan teman kelasku ini, maklum lah karena
aku juga memiliki karakter yang tidak jauh
beda dengannya. Ternyata orangnya asyik
dan juga punya pikiran yang rasional ala-ala
Mario Teguh.
Kami sama-sama membahas tugas yang
dia kerjakan sambil sesekali menyelingi
kekosongan dengan canda dan guyonan-
guyonan dari mulut kami berdua.
Waktu pelajaran terakhir akhirnya
selesai tanpa ditemani dengan guru idola
kami yakni ibu Yani yang cantiknya aduhai.
Kami semua lallu bersiap pulang dari sekolah.
Belum juga aku melangkah keluar dari
kelasku, seorang perempuan yang memakai
tas pink yang sudah menjadi ciri khasnya
masuk dan menemuiku dengan muka
tersenyum. Namanya adalah Mariana Dwi
Sinta atau sering di panggil Sinta.
“Fat, hari ini jadwal kita buat ngelatih
adek-adek karate kan?” Tanyanya sambil
tersenyum.
Aku baru ingat bahwa ternyata hari ini
aku mendapat tugas untuk melatih karate
karena Sempai alias pealtih karateku sedang
menjalani diklat karena selain melatih karate
beliau juga adalah seorang guru.
“Eh iya, untung kamu ngingetin. Ya
udah tunggu aku dilapangan yah!” Jawabku
sambil menyimpan kembali tasku.
“Oke deh, cepetan yah. Ngga pake
lama, kalo lama awas loh!” Jawabnya centil.
Aku lalu membuka tasku dan terdiam
sejenak sambil berusaha mengingat suatu hal.
Dan ternyata, setelah diingat-ingat aku lupa
membawa baju tese karateku. Terpaksa aku
menuju ke lapangan tanpa menggunakan baju
karateku. Sesampainya di lapangan, aku lal
memanggil Sinta yang sedang asyik
memberikan pemanasan kepada para junior
karate.
“Apaan sih Fat?” tanyanya heran.
“Gini Sin, gue nggak bawa baju tese nih,
klo bisa gue minta bantuan loe buat ngawasin
adik-adik ntar klo gue udh ngasih
pengarahan. Ok Sin?” Kataku meminta
bantuan.
“Hmm, oke lah Fat, apapun buat loe
hahaha.” Katanya dengan nada bercanda.
Setelah pembicaraan kami, aku lalu
menuju ke lapangan untuk sekedar
memberikan instruksi kepada juniorku. Aku
hanya memberikan salam dan sedikit masukan
untuk kemajuan organisasi ini, karena walau
bagaimanapun organisasi ini adalah yang
paling banyak menyumbangkan prestasi di
bidang non-akademik.
Setelah memberikan saran, akupun
langsung mengambil tasku dan bergegass
untuk pulang ke rumah. Alasan mengapa aku
ingin sekali cepat pulang hari itu adalah
karena aku ingin melanjutkan tidurku yang
hanya 3 jam tadi pagi karena begadang tadi
malam menonton film Thirteen Ghost yang
dibawa oleh sepupuku.
Sepupuku ini tinggal di rumahku untuk
satu bulan kedepan karena sedang liburan
dari kerjaannya sebagai akuntan di salah
satu bank.
Kemarin ketika ia baru datang, dia
langsung memperlihatkan kaset-kaset game
dan film koleksinya yang sengaja ia bawa
untuk persiapan liburannya di rumahku
selama sebulan.
Katanya, jika ia tinggal menghabiskan
liburan dirumahnya, maka yang ia dapatkan
hanya kenna marah ibunya. Tidak hanya itu,
ia juga menambahkan bahwa dia pasti
bakalan di suruh pergi les dan apalah
sebagainya yang menyangkut pelajaran yang
menurutnya membosankan.
Puluhan kaset film horror dan Game Play
Station di simpan dalam sebuah tempat
kaset besar berwarna merah. Inilah yang
membuat aku betah tinggal di rumah selain
karena aku hoby menonton film horror, aku
juga suka bermain Play Station, apa lagi
Dalam beberapa pertandingan terakhir,
aku selalu dikalahkan oleh sepupuku yang
sangat gemar dengan klub sepak bola asal
London yaitu CHELSEA FC. Sangat
berbeda dengan sepupuku ini, aku
mendukung salah satu tim yang menjadi
musuh bebuyutan dari Si CHELSEA ini.
Ya, Tidak lain dan tidak bukan adalah The
Red Devils MANCHESTER
UNITED.
Kali ini aku bertekad untuk
mengalahkannya pada Big Match mala mini
antara Manchester United VS Chelsea
yang akan diselenggarakan di depan TV
rumahku sendiri.
Kembali dari khayalan tentang
pertandingan tidak jelas itu, saat aku menuju
ke tempat parkir motorku, aku kemudian
mendengar suara yang samar-samar sedang
memanggilku.
Aku merasa ada yang aneh, aku tidak
berani menoleh malahan aku mempercepat
langkahku untuk menuju parkiran.
Suara itu semakin jelas dan jantungku
semakin berdegup kencang. Aku lalu berlari
menuju ke tempat parkir dan ada suatu
benda yang menyentuh pundakku. Saking
ngerinya aku lalu menunduk dan
memberanikan badanku untuk berbalik.
Terlihat ebuah wajah yang Nampak
sangat menyeramkan jika dilihat sekilas, dan
ternyata dia adalah guru sejarahku yaitu Pak
Karni Ambar atau sering dipanggil Pak
Nimbar.
“Kenapa kamu lari?” tanyanya kepadaku.
“Eh, anu pak maaf. Saya kira tadi…”
jawabku dengan malu.
“Ya sudah , ada hal yang lebih penting
buat kamu kerjakan sekarang. Buat proposal
pengajuan dana untuk lomba yang akan
sekolah kita ikuti dalam rangka hari
pendidikan nasional nanti.”
Mendengar hal itu, pikiran saya lalu
berkata “Ngga jadi pulang lagi deh!”.
Segera aku kembali ke kelas dan
mengeluarkan laptopku untuk mengetik
proposal yang diamanatkan padaku secara
khusus itu. Dengan rasa frustasi yang sudah
kutahan sejak tadi pagi, aku mencoba
menggerakkan jari tanganku untuk mengetik
surat proposal tersebut.
Belum juga ku tulis tujuan proposalku,
datang lagi seorang kurcaci yang gelagatnya
sangat menjengkelkan.
Syahrul Ramadhan atau yang biasa
dipanggil dadang ini orangnya memiliki
karakter yang anak-anak jaman sekarang
bilang rock n’ roll.
Tidak hanya itu, dia juga lumayan hebat
dalam bermain musik. Namun dibalik
kelebihannya itu tabiat buruk yang dia bawa
sampai sekarang yaitu cerewet dan suka
ceplas-ceplos.
Dia datang sambil menyanyikan lagu
kebangsaannya yang sudah sangat familiar di
telinga banyak orang yaitu “Dear God”
karya band asal California Avenged
Sevenfold.
Dengan Bahasa Inggrisnya yang kacau
itu membuat lagu tersebut kedengaran agak
berubah atau bisa dibilang jelek. Dia lalu
menuju ke mejanya di bagian paling sudut
dan kemudian menoleh kearahku.
Dalam hatiku sudah merasakan sesuatu
yang tidak mengenakkan akan terjadi.
Dadang mendatangi mejaku dan melihat apa
yang kukerjakan, sebisanya aku tidak
menghiraukan kedatangannya.
“Eh, lagi ngerjain apa sob. Kasihan
bener keliatannya haha.” Katanya seolah
mengejek.
“Ngga nih, biasa. Kerjaan dari guru buat
bikin proposal.”
“Hahaha, makanya bray, jangan terlalu
deket ama guru-guru. Luh dapat tugas ngga
penting kayak gitukan? Hahaha.”
“Haha, iya bro. biasalah kalo kurang
kerjaan kayak gini.” Sahutku agak risih.
“Makanya bro, cari kerjaan biar loe
happy-happy dikit. Mending ikut gue ke
sanggar buat nge-band.”
“Mmmm, nanti lah bro kalo ada
kesempatan. Soalnya sekarang pak guru
butuh banget ama nih proposal.” Kataku
seraya menghindar dari ajakannya.
“Ah, nggak asik loh bro. Lu nggak punya
selera musik, payah!” katanya menyindir.
Akhirnya kejadian menyebalkan itu
berlalu dan rasanya sangat membahagiakan
terlepas dari pembicaraan tadi. Belum lagi
pekerjaanku yang satu ini selesai, datang lagi
masalah baru yang lebih menggemparkan.
Pak Jajang, penjaga sekolah kami masuk ke
ruangan dan memanggilku. Aku sontak kaget
dengan kedatangannya yang tidak kuketahui
maksudnya.
“Nak, kenapa belum pulang? Ini sudah
jam 6 lewat.”
Tanpa sadar, waktu malam sudah tiba.
Kumandang adzan sudah terdengar dan aku
bergegas menuju ke ruang guru dimana Pak
Nimbar sudah menunggu dari tadi.
“Akhirnya kamu datang juga Fat, sudah
selesai?” tanyanya kepadaku.
“Iya pak Alhamdulillah, ini suratnya pak.”
Kataku sambil memberikan surat yang ia
minta.”
“good job, kamu memang bisa diandalkan
nak.” Katanya sambil menepuk pundakku.
“Iya pak sama-sama” jawabku dengan
sopan.
Setelah berpamitan dengan guruku itu,
aku lalu bergegas menuju keparkiran tempat
di mana motorku menunggu. Pemandangan
langit yang semula terlihat agak jingga kini
telah berubah menjadi biru gelap sehingga
sekolahku mulai terlihat agak menyeremkan
dengan scene seperti itu. Aku segera
menyalakan motorku, khawatir aka nada
panggilan kembali dari pihak lain.
****
Sesampainya aku dirumah, sudah
menunggu sepupuku dengan muka lusuhnya
itu.
“Woy, lama banget loe bro. cepetan sana
pergi shalat, gue tunggu di ruang
pertandingan.” Katanya sambil menunjukku
seraya menantang.
“Oke, tunggu gue disana, gue bakalan
berdo’a supaya loe kalah telak dari gue.”
Kataku balas menunjuk.
“ Rese’ loe. Biar bagaimanapun, gue
yang bakalan dapat piala malam hari ini.”
Katanya dengan sombong.
“Enak aja, gue yang bakalan menang.
Gue bakalan mecahin rekor ngga
terkalahkan loe selama 2 hari ini.” Kataku
membalas kesombongan sepupuku ini.
“Eh, gue yang bakalan menang. Loe
mimpi aja sanah.” Katanya kembali menyindir.
“Songog ente, mentang-mentang udah
menang 2 malam berturut turut. Berani loe
am ague? Ayo klo berani.” Jawabku kembali
dengan nada menantang dan menaikkan
lengan bajuku.
“Siapa takut, ayo maju klo berani.”
Katanya membalas tantanganku.
Terjadilah perkelahian ala-ala anak kecil
diruang tamu rumahku. Ini adalah ritual rutin
kami sebelum menjalani pertandingan
menegangkan malam ini. Namun perkelahian
tersebut tidak berlangsung lama, ibuku pun
datang dari dalam rumah sambil berteriak.
“Hey kalian, kok ribut banget? Udah
sana masuk, Fatwa, cepet pergi shalat terus
makan. Bikin heboh aja kalian.” Kata ibuku
mengagetkan kami yang sedang asyik
berkelahi.
Kami lalu menghentikan pertarungan
kami itu dan masuk kedalam rumah sambil
bertatapan sinis seperti anjing dan kucing.
Aku segera mengambil handuk dan menuju
ke kamar mandi.
Setelah aku mandi, aku lalu meunaikan
kewajibanku untuk shalat, dan didalam
shalatku itu aku berdo’a agar bisa
mengalahkan sepupuku yang sok jago itu
dalam pertandingan sepak bola di Play
Station.
Meskipun hanya di Play Station, namun
cukup membuatku sangat bersemangat
karena aku sangat mengidolakan team
Manchester United. Apapun itu sampai
jersey atau atribut-atribut dari tim ini aku
koleksi.
Selang beberapa saat, aku sudah
berada di kamarku dan sepupuku sudah
menungguku untuk bermain game.
“Udah siap loe?” katanya denga nada
menantang.
“Siap banget lah” kataku yakin.
“Siap kalah maksudnya, hahahha.”
Balasnya meledek.
“Sedeng loe.” Balasku agak kesal.
Kami lalu memegang stick PS kami
masing-masing berjabat tangan sebagai
tanda fairplay dalam permainan tersebut.
Setelah menandatangani kesepakatan
bahwa tidak ada kecurangan dalam
pertandingan nanti.
Kami lalu menyalakan TV dan mulai
memainkan game kami.
“Kick off babak pertama pun dimulai,
bola pertama berada dikaki para pemain
Chelsea bung, kali ini bola dimainkan oleh
juan mata saudara-saudara mengoper
kepada demba ba. Oh ternyat mampu dicuri
oleh Michael Carrick bung, namun dihadang
oleh John Terry disana.”
“Carrick mengumpan bola kepada Shinji
Kagawa bung dan kagawa membawa bola
mendekati gawang, namun disana kembali
dihadang oleh David Luiz saudara-saudara.
“Namun Kagaqwa masih berkutat di
daerah pertahanan Chelsea, mencoba
mencari celah dan akhirnya dia melihat
Wayne Rooney berlari di sana dan….
Ternyata offside saudara-saudara hahhaha
“ demikianlah seorang komentator
menjelaskan jalannya pertandingan,
komentator tersebut bernama Rayhan yang
tidak lain adalah adik kandungku yang gemar
sekali membuat suasana hening menjadi
gaduh.
“Sial, offside!” kataku dengan kecewa”
“Hahaha, Permainan baru dimulai bung!”
kata sepupuku agak mengejek.
“Songong loe!” jawabku agak jengkel.
“Kembali lagi kepada komentator paling
kece yaitu Rayhan Angga Saputra
saudara-saudara, kita lihat tendangan bebas
dilakukan didaerah pertahanan Chelsea
oleh Petr Cech. “
“Kini bola melambung tinggi saudara-
saudara dan nampaknya Phil Jones dan
Hazard sudah menunggu datangnya bola di
bagian tengah lapangan, mereka berduel
untuk mendapatkan bola dan akhirnya
dimenangkan oleh Phil Jones saudara-
saudara.”
“Phil Jones mencoba melewati 2 pemain
Chelsea, yaitu Essien dan Moses saudara-
saudara, namun Keduanya masih terlalu
tangguh untuk dilewati oleh Jones. “
“Serangan mulai dilancarkan skuad
Chealsea saudara-saudara, dari kaki Moses
Bola berpindah ke Juan Mata.
“Juan Mata mulai membawa bola ke sisi
kanan lapangan dan dibayang-bayangi oleh
Patrice Evra, mencoba mencari celah kali ini
saudara-saudara, dan kali ini mengoper bola
kembali kepada Moses, Moses mencari
ruang saudara-saudara dan kita lihat, Torres
sudah berlari ke depan dan moses langsung
mengoper bola ke Torres, namun dapat
digagalkan dengan baik oleh Nemanja Vidic
saudara-saudara.”
“Gila, kenapa juga ada Vidic disitu,
arggghhh.” Katanya sambil menggerutu
kesal.
“Hahahahha, gue cuman main-main tadi,
kali ini will be serious.” Kataku meyakinkan.
“Alah, mulai lagi deh tuh songong
keluar.” Balasnya.
“Hus, udah. Gue mau lanjutin komentar
nih. Penonton udah nunggu.”
“Apaan sih lo Han?, udah sana, ini
bukan urusan anak kecil!” Kataku mengusir
adikku itu.
“Biarin, gue kan calon komentator
internasional, wek.” Sahutnya sembari
meledek.
“udah ngga usah ngurusin tuh anak,
lanjutin aja nih game. Emang loe nggak takut
kalah apa? hahhaa.” Katanya sambil
mengajakku kembali bermain.
“Okeh saudara-saudara, kembali lagi
dari perdebatan yang ngga jelas tadi dari 2
orang yang sedang memainkan game
tersebut hahahha.
Kali ini bola berada di kaki Kagawa yang
kemudian mengoperkan bolanya ke Ashley
Young. Ashley Young membawa bola
kemudian berhasil melewati Ashley Cole, di
sebelah kiri pertahanan Chelsea.
“Tanpa menunggu lama, Young lalu
mengumpan bola ke tengah, disana sudah
ada Robin Van Persie dan Wayne Rooney.
Van Persie lalu maju ke depan mencoba
menyongsong bola namun dijatuhkan oleh
David Luiz dan wasit meniup peluit, dan
ternyata penalty saudara-saudara….”
“S**t, gila tuh wasit, masa gitu aja
penalty sih?” kata sepupuku sangat kesal.
“Hahahahha, ini sudah di takdirkan
saudara-saudara hahahaha.” Tawaku sambil
melanjutkan kata-kata adikku tadi.
“Alah, ini tidak fair namanya. Masa
kayak gitu aja…” Katanya seakan tidak
percaya.
“Sudahlah, konsentrasi aja sama penalty
tersebut, tapi kayaknya ngga usah deh.
Buang-buang tenaga, mending siapin diri loe
buat melihat kemenangan gue hahahah.”
Tawa sinisku menjadi.
“Sudahlah saudara-saudara, lanjutkan
saja pertandingannya. Mulutku sudah gatal
ingin berkomentar.” Sindir adikku.
“Hah, ya sudah. Lanjtkan, akan kutahan
penaltymu.” Katanya dengan penuh percaya
diri.
“Siap-siap ini dia”
“Kali ini, yang akan mengeksekusi
penalty adalah wayne rooney saudara-
saudara. Terlihat sangat tenag dan
mengatur nafasnya, kemudian… goooolllll!!!
Saudara-saudara, 1-0 untuk Manchester
United berkat penalty dari Wayne Rooney.
“Hahaha, gue bilang juga apa. Dan
goollll saudara-saudara hahahah.” Sindirku.
“Ini tidak adil, kenapa ini harus terjadi
padaku ya Allah?” Katanya sambil meniru
gaya-gaya pesinetron islami yang banyak di
TV.
“Udah, lebay banget sih loe lanjutin nih, gue
hampir menang. Hahahah “ Tawaku sangat
bahagia.
Beberapa menit kemudian, pertandinga
tersebut berakhir dan hasilnya…. Aku
akhirnya memecahkan rekor tak
terkalahkannya selama 2 malam berturut-
turut. Jika saja aku dapt berpidato maka
beginilah pidato tersebut:
“Alhamdulillah, terima kasih atas segala
rahmat yang telah engkau berikan terutama
pada malam hari ini karena telah memberikan
kemenangan telak kepadaku denga skor 4 –
0 atas sepupuku yang songongnya minta
ampun dan sekarang sedang menangi
meratapi nasibnya di samping saya sambil
berkata TIDAK MUNGKIN!!!!!.”
Akhirnya pertandingan pun selesai. Aku
lalu menatap layar TVku melihat tim
kebanggaanku itu jadi juara. Berbeda
denganku, sepupuku langsung menutup
mukanya dengan bantal agar tidak melihat
pengalungan medali pada pemainku. Alhasil,
dia lalu menuju ke tempat tidur dengan
perasaan yang sudah pasti sangat hancur.
Selepas pertandingan itu, aku lalu
menuju ke tempat roster mata pelajaranku.
Satu kalimat yang sangat aku benci ternyata
hadir pada esok hari yaitu pelajaran Bahasa
Arab. Ini dia bahasa yang paling sulit d
pelajari.
Selain hurufnya, juga harus hafal
grammarnya, harakat, dan cara bacanya juga
harus sebenar-benarnya atau seperfect-
perfectnya.
Mengingat hal itu, aku langsung saja
mengarahkan pandanganku ke mata
pelajaran berikutnya dan kurasa tidak ada
mata pelajaran yang menarik pada esok hari
ditambah lagi karena guru-gurunya killer
semua.
Aku lalu menuju ke tempat tidurku tentu
saja untuk menuju ke tempat tidur dan
berbaring.
Khayalku terbang jauh kepada kejadian
apa yang akan terjadi besok, mungkin saja
kesialan-kesialan hari ini berlanjut atau
mungkin saja ada hal yang lebih baik akan
terjadi.
****
Pagi hari dirumahku, aku kembali bangun
dengan keadaan yang lebih baik dari kemarin
karena jam weker di rumhaku masih
menunjukkan pukul 5.30 yang menandakan
bahwa aku lebih cepat bangun dari hari-hari
biasanya.
Namun satu hal yang sangat
menggangguku adalah sepupuku yang
sedang melakukan sesuatu yang
menghasilkan suara yang luar biasa bising.
Entah apa yang dilakukannya itu namun hal
itu membuat mataku langsung terbuka lebar.
“Eh, loe lagi ngapain sih? Bikin gaduh
aja.”Kataku jengkel.
“Gue lagi perbaikin motor gue, tumben-
tumbenan loe cepat bangun.” Katanya
heran.
“Keplek loe, gue bangun gara-gara tuh
motor nangis terus.” Jawabku semakin
jengkel.
“Motor gue ngga nangis bloon.”balasnya
meledek.
Aku lalntas berlalu pergi dari tempat itu.
Di dapur sudah tersedia sarapan pagi yang
disiapkan oleh ibundaku tercinta. Dengan
lahap ku habiskan makananku lalu aku
bersiap-siap mandi dan menuju ke sekolah.
Aku lalu mengambil seragam dan jaketku
lalu berlari ke depan dan menyalakan
motorku. Aku lalu berpamitan dan mencium
tangan ibuku lagi dan segera menaiki
motorku untuk ke sekolah.
Sesampainya di sekolah, Nampak belum
banyak orang yang datang, bahkan guru
piket hari ini juga belum datang. Aku lalu
menuju ke ruang kelasku, dan sesuai
dugaanku ternyata ruang kelas juga masih
sepi kecuali ada seorang perempuan yang
sudah sangat familiar denganku.
Ya, dia adalah Ica yakni orang yang
paling pendiam di kelasku ini. Aku lalu
memandanginya lagi karena merasa
penasaran dengan apa yang ia kerjakan.
“Lagi apa Ica?,ko keliatannya seiru
banget.” Kataku sembari bertanya.
Sambil menariik buku yang
digunakannya untuk menulis untuk
disembunyikan, dia menjawab dengan
terkejut “Eh, aku.. aku… lagi nulis daftar
belanjaan mama aku……”
Aku hanya memandanginya dengan
heran lalu berkata “eee.. hehehe, kirain lagi
ngapain.”
Tampak muka dari Ica terlihat sangat
malu entah itu karena apa namun sepertinya
yang dia pegang itu adalah diarynya. Aku
hanya takut berlebihan menanyakan
pertanyaan-pertanyaan yang agak tidak
jelas jadi lebih baik aku menyimpan tasku dan
menuju ke luar ruangan agar dia kembali
merasa tenang.
Diluar ruangan, aku merasa seperti
orang bodoh yang lagi jalan-jalan sendiri
tanpa ada teman. Maklumlah, sepagi ini
belum terlalu banyak orang yang datang ke
sekolah. Si Dodo juga kayaknya belum
datang ke sekolah, inilah hal yang paling
membosankan pada pagi hari disekolahku.
Tidak lama kemudian, akhirnya ada juga
orang yang aku kenal datang sepagi ini. Dia
adalah Alya, temanku yang penampilannya
eksentrik ini sudah bisa aku kenali walaupun
jaraknya agak jauh dari tempatku berdiri
sekarang.
Aku sudah mulai berhitung, 1, 2, 3 dan
dia akan berbalik menuju ke arahku. Benar
saja, dia langsung berbalik padaku dan
berlalri ke arahku sambil menenteng tasnya
yang berwarna hitam merah itu.
“hay bro, tumben-tumbenan cepat
datang ke sekolah hahaha.” Katanya dengan
muka kecut yang sudah sering aku lihat itu.
“Biasalah, sepupuku dirumah yang udah
gila itu bunyiiin motornya kencang banget.
Gimana gue ngga bangun!” Kataku seolah
kesal.
“Hahahahha, kasihan deh loe. Makanya,
punya sepupu tuh jangan yang rese, eh.”
Katanya menyindir.
“Emang sepupu kita yang pilih apa?
parahlu ya.” Kataku mambalas sindirannya.
“Hahahaha peace masbro, gitu aja kok
marah.” Godanya.
“Udah ah, inimasih pagi mbabro.
Mending itu tas disimpan dulu lah sebelum
bapak ibu guru datang kesini.” Kataku
mengingatkan.
“Oh iya yah, hahaha, efek keasyikan
bicar nih kayaknya. Hahahahha.”
Dalam hati aku berkata “emang karena
loe tuh cerewet adanya.”
Dia lalu berlalu menuju ke kelas, aku lalu
melanjutkan petualanganku menyusuri
sekolahku yang indahnya hanya dipagi hari
ini.
Dan kembali aku melihat seseorang yang
begitu familiar sedang makan di kantin
sekolah yang bukanya memang cepat karena
ada banyak anak sekolah yang belum makan
pagi memesan makanan di situ.
Siapa lagi yang makannya paling banyak
di kelas kalau bukan si gendut Dodo. Aku
lalu berjalan menuju ke dekatnya tanpa
diketahuinya. Aku lalu mengagetkannya.
“Hey, bro.. di sekolahan udah makan aja
loe. Makan loe banyak amat lagi.” Kataku
menyindir.
“Ah, loe ngagetin aja Fat. Ngga liatt gue
lagi makan apa, Hampir gue kesedak gara-
gara loe.” Katanya sambil terbatuk-batuk.
“Hahahha, sory bro. By the way, gue
pengen cerita am aloe bro masalah tuh anak
yang di panggil Ica, loe tau kan? Menurut loe
orangnya aneh ngga?” tanyaku penasaran.
“Hahahhahaq, gue tau. Loe pasti lagi
jatuh cinta bro, akhirnya kawan gue yyang
satu ini ngerasain yang namanya cinta
hahhaha.” Tawanya meledek.
“Gue serius bro, eh tapi loe kayaknya
loe ada benernya deh.” Pikirku
“Tuh kan, gue bener, tembak aja deh
bro. Keburu diambil yang lain tuh hahhaha.”
Sekali lagi dia meledek.
“Terus gimana sama Alya? Loe kan tau
klo dia juga suka ama gue karena surat tempo
hari.” Kataku mengingatkannyua.
“Ya kalo loe ngga cinta ya biarin aja,
atau gini loe jadian ama Ica trus rahasiain ama
anak-anak yang lain. Diakan orangnya
pendiam tuh, nah otomatis dia ngga bakalan
nyebarin hubungan loe berdua.” Katanya
meyakinkan.
“Mmmm, betul jug aloe bro. Tumben
otak loe encer.” Kataku meledek.
“Otak gue selalu encer kalee, by the way
gimana ceritanya loe bisa suka ama dia?
Emang sih dia cantik, tapi ngga ada hal lain
apa yang buat loe suka ama tuh orang?”
tanyanya seakan ingin tahu.
“Ngga tahu juga bro, tapi kayaknya gue
suka keluguannya deh. Dia tuh pendiam,
pintar, baik lagi orangnya, pokoknya asli deh,
gue juga sempat ngebaca diarynya tadi
secara sekilas dan ada namaku di situ yang
dilingkarin ama gambar bentuk…. Yah you
know lah bro..”
“hahhahaha, gue ngerti, loe jatuh cinta
sama orang yang juga suka ama loe, bagus
tuh bro.”
“Tapi gue ngga enak ama Alya bro.”
kataku tidak yakin.
“Tenang aja bro, gue yang atur. Kalo
masalah cewek gue jagonya, percaya deh am
ague.” Katanya meyakinkan.
“Rencananya gue mau nembak dia besok
pas hari sabtu bro tepat saat tanggal 17
kayak tanggal lahir gue gitu hahahha .“
kataku menjelaskan rencana yang telah
kususun.
“Hahahhaha, oke deh. Ntar loe lihat
gimana kerja gue.” Katanya denga yakin.
Pada malam hari, gue dapat kabar dari
Dodo kalo katanya gue udah bisa nembak
Ica besok. Entah kenapa tapi gue
penasaran ama rencana sih gendut ini. Tapi
biarlah, yang jelas gue udah terbebas dari si
Alya.
Malam ini, gue punya agenda baru ama
sepupu gue buat nonton film horror judulnya
“A Nightmare On Elm Street” katany film
ini sangat menyeramkan. Dua jam berlalu,
dan yang ku dengar hanya teriakan
sepupuku yang dari tadi mengeluarkan suara
scream ala-ala band rock atau heavy metal.
Suara itu luar biasa membuat telingaku
sakit, dalam ahatyi aku bertanya “apa juga
yang serem dari film ini? Pembunuhan ngga
ada, cuma gambar setan yang ama orang
yang dikejar-kejar seperti halnya film-film
India.
Karena bosan dengan filmnya aku lalu
menuju ke tempat tidur, tapi sepupuku ini
menahanku karena ingin ditemani untuk
nonton film ini. Tingkahnya benar-benar
membuat kesal, lampu kamar juga dimatikan
katanya supaya kelihatan mistis tapi yang
ada hanya mukanya yang sangat mistis.
Yang aneh disini adalah, dia yang ingin
menonton film tersebut tapi dia juga takut.
Hal itu yang membuat aku bosan
menontonnya dan lebih memilih untuk tidur
duluan karena besok akan menjadi hari yang
bersejarah buatku.
Esoknya, aku benar-benar sangat
bimbang. Yang kupikirkan adalah jika saja Ica
menolakku mentah-mentah reputasiku di
sekolah bakalan turun. Maka dari itu aku
bangun shalat subuh dan berdo’a agar dia
menerimaku hahahaha.
Aku lalu berpamitan kepada ibuku.
Sesampianya disekolah, keadaan masih
seperti kemarin namun kali ini yang ada
dikelas ada 2 orang yaitu Dodo dan Ica.
Dodo sudah menungguku di bangku paling
belakang, dia memanggilku dan mengajakku
keluar karena ada yang ingin ia bicarakan.
“Bro, loe tau ngga kenapa gue bilang loe
udah bisa nembak si Ica hari ini? Katanya
membuatku penasaran.
“Ngga, emang kenapa bro?” tanyaku.
“Gue udah jadian ama si Alya bro
hahahaha.” Tawanya
“Hahahahah, loe emang teman gue yang
paling cerdik, hahahha kalo gitu gue ucapin
selamat dan terima kasih bro.” Temanku
yang satu ini memang hebat dalam taktik
percintaan.
“Nah, ini kesempatan loe buat nembak
dia di kelas sekarang. Mumpung dia lagi
sendiri di kelas bro.” Sarannya.
“Ya udah, do’ain gue bro yah.” Kataku
meminta support dari Dodo.
“Siip bro, ntar gue do’ain. Udah
cepetan sana, mumpung ngga ada orang
yang ngeliat.” Sahutnya.
Aku lalu melangkahkan kakiku ke kelas
dan Ica masih tetap sendiri di sana. Aku lalu
memanggilnya untuk bercerita di belakang
ruangan. Aku mengeluarkan contekan yang
diberikan oleh Dodo tadi, contekan ini isinya
adalah cara nembak cewek paling jitu
katanya.
“Ca, gue mau ngomong sesuatu tentang
perasaan gue selama ini sama loe. Kalaupun
ini semua adalah takdir, gue ngga’ bisa
berlama-lama menahan perasaan ini buat loe.
Dan hari ini gue ingin memperjelas semuanya
kalo aku….”
Belum juga aku selesai membaca
contekan itu, aku melihat Icha mengatur
nafasnya dan tidak lama dia terlihat pucat
karena menahan nafasnya terlalu lama
mendengarkanku bercerita dan tiba-tiba….”
Si Dodo yang dari tadi mengintip di
pintu tiba-tiba masuk dan melihat Ica sudah
pingsan.
“Fat, bantuin angkat si Ica ke UKS
cepetan.” Katanya.
Aku masih ngelihatin Ica yang terbaring
di lantai sembari berfikir, apa yang aku
lakukan yah?
“Bro, loe gimana sih. Malah bengong,
bantuin cepetan.”
Aku melihat Dodo sudah ada dibawah
buat menolong si Ica. Aku langsung
membantunya mengangkat Ica ke ruang
UKS. Beberapa saat kemudian saat iCa
siuman.
“Mmmm, Udah siuman Ca?” tanyaku
pada Ica.
“Mmm, iya Fat, aduh maaf aku sampai
pingsan tadi. By the way, apa yang kamu
bilang tadi?” tanyanya lagi.
“Mmm, sebelumnya kamu tadi pingsan
karena apa Ca?” tanyaku sekali lagi.
“Mmm, aku Cuma deg-degan aja Fat
maaf yah udah buat kamu kaget hehe.”
“Hehehe, ngga papa Ca, mmm aku
lanjutin kata-kata aku yah?”
“Mmm, iya..” jawabnya agak ragu.
“Sebenarnya, aku itu suka sama kamu
Ca. Kamu mau ngga jadi pacar aku?”
Kataku agak kaku.
Tak berapa lama kemudian, Si Ica
kemudian pingsan lagi.
Dalam hatiku berkata, “ Ya Allah,
kenapa mesti kayak gini situasinya.”
Aku lalu menunggu bebrapa menit lagi
dan akhirnya dia sadar.
“Ica, klo masih capek istorahat aja dulu.”
Kataku memberi saran.
“Ngga kok, aku udah baikan sekarang
hehehe.” Katanya yakin.
“Oh oke deh hehehhehe” kataku kikuk.
“Oh iya, pertanyaan kamu tadi…”
katanya mengingatkan.
“Mmm, kalo kamu mau jawab nanti ngga
papa kok.” Kataku.
“Ngga ah, aku mau jawab sekarang,
bolehkan Fat?” tanyanya.
“Hmmm, okdh. Tapi janji jangan pingsan
lagi yah hehehhe.” Kataku seolah bercanda.
“Hehehe, oke deh. Tapi sebelumnya,
aku pengen bertanya beberapa hal sama
kamu, boleh kan?” katanya membuatku
kembali penasaran.
“Mmm, pertanyaan apa tuh?” tanyaku
penasaran.
“Apa sih yang bikin kamu suka sama
aku?” pertanyaan yang simple namun agak
membingungkan.
“Mmm, Kamu tuh orangnya pendiam,
terus, cantik, terus baik, terus pinter lagi,
percaya sama aku.” Kataku menyebutkannya
denga spontan.
“Ah? Serius? Kok aku ngga merasa
seperti itu? Heheheh.” Katanya tersipu
malu.
“Serius kok, klo ngga percaya tanya aja
sama cowok-cowok yang lain hehehhe.”
Kataku sambil bercanda.
“Ngga usah ah, cukup dengar jawaban
dari kamu aku sudah senang.” Katanya
sambil tersenyum.”
“Jadi gimana? Aku diterima atau tidak?”
Kataku penasaran.
“Iya, aku terima.” Katanya sedikit
tersenyum.
****
About Writer
Seorang siswa dari kelas XII.Social
Bung Hatta yang mempunyai hoby bermain
dan mendengarkan musik. Penulis memilki
karakter yang humoris namun agak kaku
ketika berinteraksi dengan orang lain.
Siswa yang menyukai pelajaran Bahasa
Inggris ini sangat menyukai hal-hal yang
bersifat logis, seperti halnya remaja-remaja
yang lain, ia tetap memiliki pemikiran yang
labil.
Dengan terciptanya novel ini, ia
berharap mendapatkan pengetahuan lebih
dan pengalaman untuk melanjutkan karyanya
selanjutnya.