Top Banner
114

No Title Appear

Jan 17, 2023

Download

Documents

Dida Damanik
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: No Title Appear
Page 2: No Title Appear

Big Thanks

Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih

banyak kepada Allah SWT yang telah memberikan

saya kesempatan untuk menyelesaikan hasil karya saya

ini. Tak lupa pula kepada bapak Abd. Azis

S.Pd.,M.Pd. dan teman-teman XII>Social Bung

Hatta yang telah membantu serta memberi semangat

dan inspirasi kepada saya.

Selanjutnya saya ucapkan terima kasih secara

pribadi kepada saudari Mirna wati, saudara Husriadi,

dan saudara Jerwin, saudari Nadrah Nuriah, Saudari

Nur Fadillah dan teman-teman yang lain yang tidak

sempat saya sebutklan namanya yang telah membantu

saya menyelesaikan tugas saya ini. Tanpa kalian

semua, tugas ini tidak akan mudah saya selesaikan.

Page 3: No Title Appear

First Day Bad luck!!!!

Page 4: No Title Appear

Dering jam weker di pagi hari membuat

suasana yang semula damai menjadi agak

gaduh. Aku tersentak dari tidurku yang

tenang dengan kepala yang agak pusing.

Pandanganku langsung tertuju kearah benda

terkutuk yang membuatku terbangun tadi.

Dengan perasaan terkejut, aku lalu beranjak

dari tempat tidurku dan langsung menuju ke

kamar mandi untuk mengambil air wudhu

untuk shalat shubuh.

Seusai mengambil air wudhu, aku lalu

menuju ke tempat dimana sajadah

kesayanganku berada. Setelah

Page 5: No Title Appear

mendapatkannya, aku menyempatkan untuk

melihat wajahku yang saat itu sebenarnya

tidak terlihat fresh karena kurang tidur akibat

kerjaan semalam. Saat aku mulai

memperbaiki mukaku yang kusut itu, ibuku

tiba-tiba memanggilku.

“Fatwa… ayo pergi makan!” kata ibuku

dengan suara nyaring. Setelah mendengar

suara itu, sebagai seorang anak yang

berbakti pada kedua orang tua, akupun lalu

segera menuju ke tempat makan yang

diinstruksikan oleh letnan jendral di rumahku

ini. Tanpa basa-basi lagi, aku lalu mengambil

Page 6: No Title Appear

piring dan senjata andalan yg kugunakan

pada saat makan yaitu sendok.

Belum sempat aku mengambil nasi, ibu

jendral lagi-lagi memanggilku, namun kali ini

dengan nada suara yang agak tenang.

“Fatwa… kalo sudah makan ingat cuci

piring!”. Itu dia kalimat mainstream yang selalu

dikeluarkan ibuku sebelum aku selesai makan.

Dengan menganggukkan kepala sambil

menelan makanan yang ada di mulutku aku

menjawab perintah ibuku.

Setelah makan, instruksi tersebut

langsung kujalankan. Aku langsung

Page 7: No Title Appear

mengambil lap dan sabun yg biasanya

menemaniku untuk berkutat dengan piring-

piring kotor yang ada di dapur rumahku.

Segera kuselesaikan tugas tersebut dan

langsung menuju ke persinggahan ku

berikutnya yaitu kembali ke kamar mandi dan

segera memakai baju untuk ke sekolah.

Satu hal yang menjadi kebiasaanku

sebagai anak yang berbakti pada orang

tuaku tentu saja menjabat dan mencium

tangannya, dan yang paling penting, meminta

uang jajan hahhaa. Selembar uang lima puluh

Page 8: No Title Appear

ribu rupiah aku terima dan itu menandakan

dimulainya petualanganku di hari ini. Aku lalu

mengambil kunci motor kemudian menyalakan

si merah hitam kesayanganku yang tidak lain

adalah motor Jupiter Z yang selama SMA

selalu menemaniku ke sekolah.

Sebelum aku menginjakkan kakiku keluar

rumah, aku sudah mendapatkan firasat yang

agak beda dari hari-hari yang biasanya. Ini

dikarenakan aku merasakan ada sesuatu

yang aneh dan agak hangat menempel

dikakiku yang belum memakai sepatuku tadi

pagi. Yah, tidak salah lagi karena yang

Page 9: No Title Appear

mengotori kakiku yang indah adalah kotoran

ayam peliharaan ayahku. Itu juga yang

membuatku harus masuk kembali ke dalam

rumah dengan menggunakan satu kaki agar

tidak mengotori lantai rumah untuk mencuci

kaki yang sudah hangat karena kotoran ayam

yang luar biasa membuat annoyed.

Lupakan soal Kotoran ayam, sekarag

berlanjut ke perjalananku ke sekolah.

Seperti yang kuduga, firasat buruk yang

kurasakan tadi pagi benar-benar terjadi.

Bensin motorku ternyata habis dan

menandakan aku harus berurusan dengan

Page 10: No Title Appear

pedagang yang tentunya menjual bensin. Ini

adalah hal yan paling tidak aku sukai,

pasalnya aku adalah orang yang pada

dasarnya pendiam dan pemalu. Belum lagi

langganan tempatku membeli bensin itu

ditangani oleh bidadari cantik yang taunya

cuma ngitung duit.

Akupun terbangun dalam khayal yang

menjijikkan itu dan langsung memikirkan

tujuanku selanjutnya yaitu warung pinggir

jalan langganan bensinku. Sesampainya

disana, firasatku mulai membaik setelah

melihat bukan bidadari yang bikin ilfeel itu

Page 11: No Title Appear

yang melayani pelanggan sebelumku

melainkan ibunya. Dalam hatiku tak henti

mengucapkan kalimat hamdalah, kemudian

aku menuntun motorku mendekati tempat

bensin tersebut.

Setelah ibu tersebut mengisi bensinku,

ia pun kembali ke dalam, bilik tempat

dagangannya berada untuk mengambil

kembalian uangku. Sembari menghitung

kembalian, ia pun keluar dari bilik tersebut.

Belum juga beberapa saat firasatku

membaik, kembali jantungku berdegup tidak

Page 12: No Title Appear

beraturan menandakan bahwa akan terjadi

sesuatu yang tidak mengenakkan.

Benar saja, kejadian berikut ini luar

biasa bikin ilfeel, bahkan lebih membuat ilfeel

dari yang sebelumnya. Bayangkan saja,

ketika ia baru saja ingin menyodorkan

uangnya, sebuah uang kertas dua ribuan

jatuh ke tanah karena ketidak sengajaan ibu

tadi. Entah karena apa, namun insting

akuntansiku yang membuatku dengan refleks

mengambil uang tersebut. Bukan ini hal yang

membuatnya aneh, namun ketika aku

mencoba mengambil uang itu, tiba-tiba

Page 13: No Title Appear

tangan keriput layaknya tangan seorang ibu-

ibu terlihat melintas di depan wajahku juga

mencoba mengambil uang tersebut.

Bayangkan jika hal tersebut terlihat di

sudut pandang yang berbeda dari sudut

pandangku. Pasti kelihatannya seperti film-

film India seperti “Kabi kushi Kabi gham”

atau “Dil Hai Tum Haara” saat Syahru

Khan pertama bertemu dengan Karrena

Kapoor atau siapapun itu yang jelas

pasangan perempuan Syahru Khan yang

bermain di film tersebut. Kembali lagi ke

permasalahan awal, setelah aku menerima

Page 14: No Title Appear

kembaliannya, aku lalu bergegas

meninggalkan tempat itu dengan perasaan

super kesal.

Langsung saja pada saat aku sampai di

sekolah. Seperti biasanya, yang aku hadapi

oleh guru BK dan guru pendamping yang

sedang piket hari itu. Kebetulan sekali pada

hari itu wali kelasku sendirilah yang sedang

piket. Perasaanku agak sedikit lega

mengetahui hal itu, namun ketika melihat

kearah yang lain….. Hanya kata “Masya

Allah” yang terlintas di pikiranku.

Page 15: No Title Appear

Alasan mengapa kata itulah yang muncul

adalah karena yang sedang berada di

samping wali kelasku itu adalah guru BK

yang sudah terkenal banget sangarnya

seantero sekolah. Dialah bapak Ilham, guru

BK kami yang mukanya Innocence namun

kejamnya sudah out of standard. Aku pun

segera mendekati kedua guruku itu dan

mencium tangan mereka.

“Tumben kamu telat Fatwa.” Kata pak

Wahyu, wali kelasku yang sangat baik itu

dengan nada bingung.

Page 16: No Title Appear

“Saya terlambat bangun pak.” Jawabku

sepolos yang kubisa.

“Terlambat bangun atau….” Kata pak

Ilham seakan tidak percaya.

“Bener, pak. Saya tidak bohong.

Sumpah!” Jawabku sambil mengangkat

tanganku membentuk ekor ikan.

“Ya sudah, cepat masuk ke kelas. Kamu

ngga mau terlambat masuk kelas kan?” Kata

wali kelasku mengingatkanku.

Aku langsung menepuk kepalaku dan

segera berlari ke kelasku, tak lupa aku

mengucapkan salam kepada kedua guruku

Page 17: No Title Appear

tadi. Sesampainya di depan ruang kelas, aku

melihat guruku dari arah berlainan juga

sedang berjalan menuju ke kelasku. Aku

mempercepat langkahku agar tidak terlihat

oleh guruku itu.

Namun celakanya, guruku ini memang

benar-benar sakti. Dia lalu memanggilku

tanpa menoleh ke arahku karena ia sedang

membaca kitab silatnya sebagai seorang

guru. Dengan otomatisnya, kakiku lalu

berhenti bergerak namun bukan karena

kesaktian guruku tadi, melainkan karena aku

terkejut karena panggilannya itu.

Page 18: No Title Appear

Perlahan aku menoleh kearah guruku itu.

“Fatwa, kenapa kamu terlambat?” tanya

guruku agak heran.

Alasan kenapa sebagian besar guru

merasa agak heran dengan keterlambatanku

hari ini karena aku termasuk anak yang rajin

dan selalu tepat waktu ke sekolah. Itulah

kenapa guru geografi yang ada di depanku

ini juga merasa heran dengan kejadian yang

menggemparkan dunia ini.

“Eh, anu pak. Saya telat bangun pagi ini

pak.” Jawabku sembari mengatur nafas

karena kecapean menahan nafas.

Page 19: No Title Appear

“Oh, tumben kamu telat kayak gini. Pasti

kamu abis begadang tadi malam.” Katanya

dengan sangat pasti.

“Kok bapak tau?” Tanyaku dengan

nada heran karena apa yang guruku jawab ini

benar. Sepertinya guruku ini benar-benar

sakti, pantas saja ia mendapat julukan

“angling darma” oleh teman-teman

seangkatanku.

“Oh iya dong, Angling Darma gituloh.”

Jawabnya dengan penuh rasa bangga

sekaligus membuatku kembali takjub dengan

kehebatannya membaca pikiranku, LAGI….

Page 20: No Title Appear

Hello kitty’s problem!!!!

Page 21: No Title Appear

Didalam kelas, aku sedang belajar

geografi yang dibawakan oleh Mr.Imran The

Angling Darma tadi. Sembari menanyakan

apa materi terakhir yang diajarkan oleh

guruku itu, Dodo, teman sebangkuku yang

punya nama asli Agung Widodo Cahya ini

berbisik padaku.

“Bro, punya pulpen tidak? Tinta

pulpenku abis nih.”

“Ambil aja di tas, bagian paling depan.”

Kataku dengan acuh namun pasti.

Dodo lalu mencari-cari pulpen yang aku

instruksikan. Namun, beberapa detik

Page 22: No Title Appear

kemudian terjadi insiden menggemparkan

dunia jilid dua. Tidak sampai satu detik,

akupun menoleh ke samping tempat Dodo

dan makhluk yang satu itu sudah tidak ada di

bangkunya, namun yang kulihat pandangan

semua orang mengarah kearah atas meja

Lilian yang tidak lain ada di belakang bangku

Dodo.

Aku mencoba menoleh, dan ternyata

benar yang kupikirkan tadi, Dodo ada diatas

meja Lilian sambil jongkok dan berusaha

menutupi kepalanya yang plontos itu.

Bayangkan saja, seorang berbadan tambun

Page 23: No Title Appear

seperti Dodo naik ke atas sebuah meja,

kalian bisa bayangkan mejanya kan?

Jawabannya disimpan dihati pembaca

masing-masing.

Aku mencoba menanyakan kepada

Dodo

“Loe kenapa sih Do?”

“Loe gila Fat, benda menjijikan kayak gitu

loe bawa-bawa ke sekolah.” Jawabnya

dengan nada ketakutan.

“Ada apa ini? Kenapa kalian rebut banget?.

Dodo? Kenapa kamu nak?” Kata guruku

yang mendengar kegaduhan kami.

Page 24: No Title Appear

“Saya takut pak, sumpah!” Jawab Dodo

tanpa menoleh.

“Loe takut apa sih Do?” tanyaku sekali lagi/

“Itu tuh yang ada di atas mejaku”

Jawabnya sambil menunjuk-nunjuk Pulpen

berwarna coklat milikku, sebenarnya tidak

ada yang aneh dengan pulpen itu kecuali

gambarnya yang berbentuk Hello kitty

karena pulpen itu adalah pemberian adikku.

“Kenapa kamu malah takut sama pulpen

yang imut kayak gitu do?” Tanya Lilian yang

mejanya sedari tadi ditempatin Dodo.

Page 25: No Title Appear

“Ih gila loe, gambar monster mankutkan

gitu nggak loe liat?” katanya yang luar biasa

membuat orang bingung.

Setelah mendengar keterangan tersebut

membuatku punya firasat yang aneh tentang

temanku ini. Jangan-jangan dia menderita

Phobia dengan pulpen atau apaun yang

berhubungan dengan pulpen.

Tapi kenapa tadi dia meminta pulpen

kepadaku? Itu berarti memang ada yang

salah dengan pulpenku, tapi apa? pulpenku

kelihatannya normal wal afiat.

Page 26: No Title Appear

“Kamu ini sebenarnya kenapa Do? Kamu

takut sama gambar Hello Kitty yah?” Kata

guruku seperti yakin.

“ Pak, please jangan sebut nama terkutuk

itu pak. Nama itu dilaknat!” Kata Dodo

yang akhirnya mengungkap rahasia di balik

ketakutannya terhadap pulpenku. Ini juga

sekali lagi membuktikan kesaktian guru

jelmaan Angling Darma itu. Gila, guruku ini

kayaknya sudah keluar dari jalan normal

manusia.

Page 27: No Title Appear

Terdengar semua orang meneriakkan

huruf “O” secara bersamaan tanda mereka

mengerti. Guruku lalu mencoba membujuk

Dodo dari rajukannya yang aneh itu.

“Nak, setiap orang pasti punya hal yang

ditakutinya, sama seperti nanda ini yang

punya phobia terhadap hal tersebut itu

wajar.” Kata guruku meyakinkan.

Walaupun sebenarnya yang dikatakan

gurukuitu ada benarnya, namun aku masih

merasa sangat ganjil dengan itu semua.

Bayangkan sekali lagi seorang yang

Page 28: No Title Appear

berbadan tambun dengan muka yang agak

sangar seperti Dodo ini takut dengan yang

namanya Hello Kitty, benar-benar aneh.

****

Page 29: No Title Appear

Break time!!!!

Waktu istirahat pun tiba dan aku sedang

disibukkan dengan tugas yang diberika oleh

Page 30: No Title Appear

guruku untuk mencari konsep-konsep

geografi yang cukup membuat kepalaku

terputar sampai 2700.

Hampir setiap kalimat dan kata yang ada

dibuku elektronik itu tidak aku mengerti

karena yang ada dibuku itu kebanyakan

hanya gambar-gambar yang tidak jelas.

Saking pusingnya sampai-sampai

kehadiran temanku Alya yang sedari tadi

sengaja diam memperhatikan

kesengsaraanku mengerjakan tugas.

“Lagi kerja apa bung?” katanya dengan

nada sedikit menyindir.

Page 31: No Title Appear

“Aku lagi main game tante!” jawabku

agak kesal sekaligus menyindir.

“Hahaha, makanya klo di kasih tugas

cepat dikerjain. Jangan Cuma diliatin doing.”

Jawabnya berbalik menyindir.

“Hahahahha, lucu lucu. Eh bantuin

dong!” Jawabku dengan penuh harap.

“Gue punya filenya, ntar gue ambil yah!”

Jawabnya sembari menuju ke tempat

duduknya untuk mengambil laptopnya.

“Nih, nama filenya ~Alya Imoetz~ “

Jawabnya sambil membangga-banggakan

nama file hasil karyanya itu.

Page 32: No Title Appear

“Ok, thanks yah mba imoetz” balasku

menyindir.

“Ok, eh aku keluar dulu yah. Pengen ke

kantin, lagi laper nih, selamat bekerja-kerja ria

masbro!” sindirnya lagi.

Aku hanya bisa menghela nafas

menghadapi orang secerewet Alya. Sambil

menghela nafas, aku lalu melanjutkan

tugasku.

Sebuah kalimat yang membuatku sangat

jengkel muncul di akhir file yang diberikan

Alya tadi, bunyinya seperti ini “Edit,

sebelum di kerja masbro, alx klo ngga bakalan

Page 33: No Title Appear

dapat marah pak guru karena isinya sama

semua dengan fileku, semangat masbro.”

Ini menandakan aku harus mengulangnya

dari awal lagi. KENAPA TIDAK

DITULIS DIAWAL!!!!!!

****

Page 34: No Title Appear

She didn’t come!!!

Page 35: No Title Appear

Tiba pada saat jam terakhir dimulai yaitu

matematika. Mata pelajaran kegemaranku ini

sangat aku tunggu tunggu, tau kenapa?. Hal

ini disebabkan karena guru matematikaku

memiliki paras layaknya bidadari dan

umurnya tidak terpaut jauh dengan umur kami

yang sementara sudah 17 tahun sedangkan

umurnya 20 tahun.

Tidak hanya aku, semua laki-laki yang

ada dikelasku juga mengidolakan guruku itu

Page 36: No Title Appear

sampai-sampai mereka rela berdandan mati-

matian sebelum guru tersebut masuk ke

dalam kelas. Namun hari ini ternyata guru

idola kami itu tidak datang ke sekolah.

Ini karena bapak kepala kesiswaan

datang ke kelas kami menginformasikan

bahwa ibu Yani sedang sakit dan tidak dapat

datang ke sekolah berdasarkan surat yang ia

baca.

Entah apa yang terjadi namun semua

cewek yang ada di kelasku berteriak

kegirangan sedangkan semua cowok di

kelasku mengeluarkan suara raungan

Page 37: No Title Appear

tangisan yang lumayan membuat telingaku

serasa mau terlipat ke dalam.

Para lelaki lalu meminta surat yang

dikirimkan oleh ibu Yani kepada pak Rudi

kepala kesiswaan sekaligus guru fisika di

sekolah kami.

Pak Rudi lalu mengiyakan permintaan

para maniak guru kece yang ada di kelasku

itu. Pak Rudi lalu memberikan surat tersebut

kepada Anshar, salah satu teman kelasku

yang badannya pendek.

Page 38: No Title Appear

Tak lama setelah pak Rudi keluar dari

ruangan, para lelaki mulai memperlihatkan

sikap gila mereka yang ingin mengambil surat

dari ibu Yani yang di pegang oleh Anshar

sehingga badan Anshar yang kecil itu

terlihat seperti terbawa arus laut yang

sangat besar dan terombang ambing kesana-

kemari.

Apa yang dilakukan oleh para lelaki ini

membuat para perempuan panik dan berlari

keluar kelas. Mereka benar-benar terlihat

Page 39: No Title Appear

seperti zombie yang sedang berebut otak

manusia. Aku hanya bisa melihat tingkah

mereka yang perlahan terlihat seperti anak

SD yang sedang bermain dengan teman2

sebayanya.

Beberapa saat kemudian, suasana kelas

yang semula gaduh berubah menjadi sepi

ketika para lelaki memburu Anshar keluar

kelas. Tinggal aku sendiri dan seorang siswi

yang wajahnya sudah familiar denganku.

Page 40: No Title Appear

Dia adalah Aisyah Nur wahyuni atau

biasa dipanggil Ica atau Uni oleh teman-

teman yang lain. Orang ini sebenarnya

memiliki karakter yang pendiam sekaligus

pemalu. Wajar saja jika ia tidak ikut-ikutan

dengan cewe-cewek lain yag berlari keluar

sambil teriak-teriak. Dia memiliki pembawaan

yang tenang dan tidak begitu hyperaktif

Seperti yang lainnya.

Dia sedang mengerjakan sesuatu

dengan serius namun aku tidak tahu apa

Page 41: No Title Appear

yang ia kerjakan. Karena rasa penasaranku

yang cukup tinggi maka aku beranikan diriku

untuk menuju ke tempatnya dan menanyakan

tentang apa yang dia kerjakan.

“Lagi ngerjain apa Ica?” tanyaku penuh

rasa penasaran.

“Eh, ini.. anu.. lagi kerja… Tugas bahasa

Indonesiaku yang tertunda kemarin.”

Jawabnya agak gelagapan.

Entah mengapa tapi kulihat raut

mukanya berubah. Pipinya memerah bukan

karena kepanasan melainkan lebih mirip

dengan orang yang sedang menahan malu.

Page 42: No Title Appear

“Oh, mau gue bantuin nggak?” Tanyaku

menawarkan bantuan kepadanya.

“Eh, nggak usah. Nanti takutnya

ngerepotin.” Jawabnya dengan agak

terkejut.

“ Hehehe, ngga ngerepotin kok. Gue

ngga lagi ngerjain apa-apa sekarang.”

Jawabku meyakinkan.

“Mmm.. oke deh, soalnya tugas ini susah

banget dikerjainnya hehehe.” Jawabnya

sambil tersenyum malu.

Ini pertama kalinya aku berinteraksi

dengan teman kelasku ini, maklum lah karena

Page 43: No Title Appear

aku juga memiliki karakter yang tidak jauh

beda dengannya. Ternyata orangnya asyik

dan juga punya pikiran yang rasional ala-ala

Mario Teguh.

Kami sama-sama membahas tugas yang

dia kerjakan sambil sesekali menyelingi

kekosongan dengan canda dan guyonan-

guyonan dari mulut kami berdua.

Waktu pelajaran terakhir akhirnya

selesai tanpa ditemani dengan guru idola

kami yakni ibu Yani yang cantiknya aduhai.

Kami semua lallu bersiap pulang dari sekolah.

Page 44: No Title Appear

Belum juga aku melangkah keluar dari

kelasku, seorang perempuan yang memakai

tas pink yang sudah menjadi ciri khasnya

masuk dan menemuiku dengan muka

tersenyum. Namanya adalah Mariana Dwi

Sinta atau sering di panggil Sinta.

“Fat, hari ini jadwal kita buat ngelatih

adek-adek karate kan?” Tanyanya sambil

tersenyum.

Aku baru ingat bahwa ternyata hari ini

aku mendapat tugas untuk melatih karate

karena Sempai alias pealtih karateku sedang

Page 45: No Title Appear

menjalani diklat karena selain melatih karate

beliau juga adalah seorang guru.

“Eh iya, untung kamu ngingetin. Ya

udah tunggu aku dilapangan yah!” Jawabku

sambil menyimpan kembali tasku.

“Oke deh, cepetan yah. Ngga pake

lama, kalo lama awas loh!” Jawabnya centil.

Aku lalu membuka tasku dan terdiam

sejenak sambil berusaha mengingat suatu hal.

Dan ternyata, setelah diingat-ingat aku lupa

membawa baju tese karateku. Terpaksa aku

menuju ke lapangan tanpa menggunakan baju

Page 46: No Title Appear

karateku. Sesampainya di lapangan, aku lal

memanggil Sinta yang sedang asyik

memberikan pemanasan kepada para junior

karate.

“Apaan sih Fat?” tanyanya heran.

“Gini Sin, gue nggak bawa baju tese nih,

klo bisa gue minta bantuan loe buat ngawasin

adik-adik ntar klo gue udh ngasih

pengarahan. Ok Sin?” Kataku meminta

bantuan.

“Hmm, oke lah Fat, apapun buat loe

hahaha.” Katanya dengan nada bercanda.

Page 47: No Title Appear

Setelah pembicaraan kami, aku lalu

menuju ke lapangan untuk sekedar

memberikan instruksi kepada juniorku. Aku

hanya memberikan salam dan sedikit masukan

untuk kemajuan organisasi ini, karena walau

bagaimanapun organisasi ini adalah yang

paling banyak menyumbangkan prestasi di

bidang non-akademik.

Setelah memberikan saran, akupun

langsung mengambil tasku dan bergegass

untuk pulang ke rumah. Alasan mengapa aku

ingin sekali cepat pulang hari itu adalah

karena aku ingin melanjutkan tidurku yang

Page 48: No Title Appear

hanya 3 jam tadi pagi karena begadang tadi

malam menonton film Thirteen Ghost yang

dibawa oleh sepupuku.

Sepupuku ini tinggal di rumahku untuk

satu bulan kedepan karena sedang liburan

dari kerjaannya sebagai akuntan di salah

satu bank.

Kemarin ketika ia baru datang, dia

langsung memperlihatkan kaset-kaset game

dan film koleksinya yang sengaja ia bawa

untuk persiapan liburannya di rumahku

selama sebulan.

Page 49: No Title Appear

Katanya, jika ia tinggal menghabiskan

liburan dirumahnya, maka yang ia dapatkan

hanya kenna marah ibunya. Tidak hanya itu,

ia juga menambahkan bahwa dia pasti

bakalan di suruh pergi les dan apalah

sebagainya yang menyangkut pelajaran yang

menurutnya membosankan.

Puluhan kaset film horror dan Game Play

Station di simpan dalam sebuah tempat

kaset besar berwarna merah. Inilah yang

membuat aku betah tinggal di rumah selain

karena aku hoby menonton film horror, aku

juga suka bermain Play Station, apa lagi

Page 50: No Title Appear

bermain Winning Eleven atau PES

melawan sepupuku yang sok jago ini.

****

Page 51: No Title Appear

On the way home!!!

Page 52: No Title Appear

Dalam beberapa pertandingan terakhir,

aku selalu dikalahkan oleh sepupuku yang

sangat gemar dengan klub sepak bola asal

London yaitu CHELSEA FC. Sangat

berbeda dengan sepupuku ini, aku

mendukung salah satu tim yang menjadi

musuh bebuyutan dari Si CHELSEA ini.

Ya, Tidak lain dan tidak bukan adalah The

Red Devils MANCHESTER

UNITED.

Kali ini aku bertekad untuk

mengalahkannya pada Big Match mala mini

antara Manchester United VS Chelsea

Page 53: No Title Appear

yang akan diselenggarakan di depan TV

rumahku sendiri.

Kembali dari khayalan tentang

pertandingan tidak jelas itu, saat aku menuju

ke tempat parkir motorku, aku kemudian

mendengar suara yang samar-samar sedang

memanggilku.

Aku merasa ada yang aneh, aku tidak

berani menoleh malahan aku mempercepat

langkahku untuk menuju parkiran.

Suara itu semakin jelas dan jantungku

semakin berdegup kencang. Aku lalu berlari

menuju ke tempat parkir dan ada suatu

Page 54: No Title Appear

benda yang menyentuh pundakku. Saking

ngerinya aku lalu menunduk dan

memberanikan badanku untuk berbalik.

Terlihat ebuah wajah yang Nampak

sangat menyeramkan jika dilihat sekilas, dan

ternyata dia adalah guru sejarahku yaitu Pak

Karni Ambar atau sering dipanggil Pak

Nimbar.

“Kenapa kamu lari?” tanyanya kepadaku.

“Eh, anu pak maaf. Saya kira tadi…”

jawabku dengan malu.

Page 55: No Title Appear

“Ya sudah , ada hal yang lebih penting

buat kamu kerjakan sekarang. Buat proposal

pengajuan dana untuk lomba yang akan

sekolah kita ikuti dalam rangka hari

pendidikan nasional nanti.”

Mendengar hal itu, pikiran saya lalu

berkata “Ngga jadi pulang lagi deh!”.

Segera aku kembali ke kelas dan

mengeluarkan laptopku untuk mengetik

proposal yang diamanatkan padaku secara

khusus itu. Dengan rasa frustasi yang sudah

kutahan sejak tadi pagi, aku mencoba

Page 56: No Title Appear

menggerakkan jari tanganku untuk mengetik

surat proposal tersebut.

Belum juga ku tulis tujuan proposalku,

datang lagi seorang kurcaci yang gelagatnya

sangat menjengkelkan.

Syahrul Ramadhan atau yang biasa

dipanggil dadang ini orangnya memiliki

karakter yang anak-anak jaman sekarang

bilang rock n’ roll.

Tidak hanya itu, dia juga lumayan hebat

dalam bermain musik. Namun dibalik

kelebihannya itu tabiat buruk yang dia bawa

Page 57: No Title Appear

sampai sekarang yaitu cerewet dan suka

ceplas-ceplos.

Dia datang sambil menyanyikan lagu

kebangsaannya yang sudah sangat familiar di

telinga banyak orang yaitu “Dear God”

karya band asal California Avenged

Sevenfold.

Dengan Bahasa Inggrisnya yang kacau

itu membuat lagu tersebut kedengaran agak

berubah atau bisa dibilang jelek. Dia lalu

Page 58: No Title Appear

menuju ke mejanya di bagian paling sudut

dan kemudian menoleh kearahku.

Dalam hatiku sudah merasakan sesuatu

yang tidak mengenakkan akan terjadi.

Dadang mendatangi mejaku dan melihat apa

yang kukerjakan, sebisanya aku tidak

menghiraukan kedatangannya.

“Eh, lagi ngerjain apa sob. Kasihan

bener keliatannya haha.” Katanya seolah

mengejek.

“Ngga nih, biasa. Kerjaan dari guru buat

bikin proposal.”

Page 59: No Title Appear

“Hahaha, makanya bray, jangan terlalu

deket ama guru-guru. Luh dapat tugas ngga

penting kayak gitukan? Hahaha.”

“Haha, iya bro. biasalah kalo kurang

kerjaan kayak gini.” Sahutku agak risih.

“Makanya bro, cari kerjaan biar loe

happy-happy dikit. Mending ikut gue ke

sanggar buat nge-band.”

“Mmmm, nanti lah bro kalo ada

kesempatan. Soalnya sekarang pak guru

butuh banget ama nih proposal.” Kataku

seraya menghindar dari ajakannya.

Page 60: No Title Appear

“Ah, nggak asik loh bro. Lu nggak punya

selera musik, payah!” katanya menyindir.

Akhirnya kejadian menyebalkan itu

berlalu dan rasanya sangat membahagiakan

terlepas dari pembicaraan tadi. Belum lagi

pekerjaanku yang satu ini selesai, datang lagi

masalah baru yang lebih menggemparkan.

Pak Jajang, penjaga sekolah kami masuk ke

ruangan dan memanggilku. Aku sontak kaget

dengan kedatangannya yang tidak kuketahui

maksudnya.

“Nak, kenapa belum pulang? Ini sudah

jam 6 lewat.”

Page 61: No Title Appear

Tanpa sadar, waktu malam sudah tiba.

Kumandang adzan sudah terdengar dan aku

bergegas menuju ke ruang guru dimana Pak

Nimbar sudah menunggu dari tadi.

“Akhirnya kamu datang juga Fat, sudah

selesai?” tanyanya kepadaku.

“Iya pak Alhamdulillah, ini suratnya pak.”

Kataku sambil memberikan surat yang ia

minta.”

“good job, kamu memang bisa diandalkan

nak.” Katanya sambil menepuk pundakku.

“Iya pak sama-sama” jawabku dengan

sopan.

Page 62: No Title Appear

Setelah berpamitan dengan guruku itu,

aku lalu bergegas menuju keparkiran tempat

di mana motorku menunggu. Pemandangan

langit yang semula terlihat agak jingga kini

telah berubah menjadi biru gelap sehingga

sekolahku mulai terlihat agak menyeremkan

dengan scene seperti itu. Aku segera

menyalakan motorku, khawatir aka nada

panggilan kembali dari pihak lain.

****

Page 63: No Title Appear

The big match begin!!!!

Page 64: No Title Appear

Sesampainya aku dirumah, sudah

menunggu sepupuku dengan muka lusuhnya

itu.

“Woy, lama banget loe bro. cepetan sana

pergi shalat, gue tunggu di ruang

pertandingan.” Katanya sambil menunjukku

seraya menantang.

“Oke, tunggu gue disana, gue bakalan

berdo’a supaya loe kalah telak dari gue.”

Kataku balas menunjuk.

“ Rese’ loe. Biar bagaimanapun, gue

yang bakalan dapat piala malam hari ini.”

Katanya dengan sombong.

Page 65: No Title Appear

“Enak aja, gue yang bakalan menang.

Gue bakalan mecahin rekor ngga

terkalahkan loe selama 2 hari ini.” Kataku

membalas kesombongan sepupuku ini.

“Eh, gue yang bakalan menang. Loe

mimpi aja sanah.” Katanya kembali menyindir.

“Songog ente, mentang-mentang udah

menang 2 malam berturut turut. Berani loe

am ague? Ayo klo berani.” Jawabku kembali

dengan nada menantang dan menaikkan

lengan bajuku.

“Siapa takut, ayo maju klo berani.”

Katanya membalas tantanganku.

Page 66: No Title Appear

Terjadilah perkelahian ala-ala anak kecil

diruang tamu rumahku. Ini adalah ritual rutin

kami sebelum menjalani pertandingan

menegangkan malam ini. Namun perkelahian

tersebut tidak berlangsung lama, ibuku pun

datang dari dalam rumah sambil berteriak.

“Hey kalian, kok ribut banget? Udah

sana masuk, Fatwa, cepet pergi shalat terus

makan. Bikin heboh aja kalian.” Kata ibuku

mengagetkan kami yang sedang asyik

berkelahi.

Kami lalu menghentikan pertarungan

kami itu dan masuk kedalam rumah sambil

Page 67: No Title Appear

bertatapan sinis seperti anjing dan kucing.

Aku segera mengambil handuk dan menuju

ke kamar mandi.

Setelah aku mandi, aku lalu meunaikan

kewajibanku untuk shalat, dan didalam

shalatku itu aku berdo’a agar bisa

mengalahkan sepupuku yang sok jago itu

dalam pertandingan sepak bola di Play

Station.

Meskipun hanya di Play Station, namun

cukup membuatku sangat bersemangat

karena aku sangat mengidolakan team

Manchester United. Apapun itu sampai

Page 68: No Title Appear

jersey atau atribut-atribut dari tim ini aku

koleksi.

Selang beberapa saat, aku sudah

berada di kamarku dan sepupuku sudah

menungguku untuk bermain game.

“Udah siap loe?” katanya denga nada

menantang.

“Siap banget lah” kataku yakin.

“Siap kalah maksudnya, hahahha.”

Balasnya meledek.

“Sedeng loe.” Balasku agak kesal.

Page 69: No Title Appear

Kami lalu memegang stick PS kami

masing-masing berjabat tangan sebagai

tanda fairplay dalam permainan tersebut.

Setelah menandatangani kesepakatan

bahwa tidak ada kecurangan dalam

pertandingan nanti.

Kami lalu menyalakan TV dan mulai

memainkan game kami.

“Kick off babak pertama pun dimulai,

bola pertama berada dikaki para pemain

Chelsea bung, kali ini bola dimainkan oleh

juan mata saudara-saudara mengoper

kepada demba ba. Oh ternyat mampu dicuri

Page 70: No Title Appear

oleh Michael Carrick bung, namun dihadang

oleh John Terry disana.”

“Carrick mengumpan bola kepada Shinji

Kagawa bung dan kagawa membawa bola

mendekati gawang, namun disana kembali

dihadang oleh David Luiz saudara-saudara.

“Namun Kagaqwa masih berkutat di

daerah pertahanan Chelsea, mencoba

mencari celah dan akhirnya dia melihat

Page 71: No Title Appear

Wayne Rooney berlari di sana dan….

Ternyata offside saudara-saudara hahhaha

“ demikianlah seorang komentator

menjelaskan jalannya pertandingan,

komentator tersebut bernama Rayhan yang

tidak lain adalah adik kandungku yang gemar

sekali membuat suasana hening menjadi

gaduh.

“Sial, offside!” kataku dengan kecewa”

“Hahaha, Permainan baru dimulai bung!”

kata sepupuku agak mengejek.

“Songong loe!” jawabku agak jengkel.

Page 72: No Title Appear

“Kembali lagi kepada komentator paling

kece yaitu Rayhan Angga Saputra

saudara-saudara, kita lihat tendangan bebas

dilakukan didaerah pertahanan Chelsea

oleh Petr Cech. “

“Kini bola melambung tinggi saudara-

saudara dan nampaknya Phil Jones dan

Hazard sudah menunggu datangnya bola di

bagian tengah lapangan, mereka berduel

untuk mendapatkan bola dan akhirnya

dimenangkan oleh Phil Jones saudara-

saudara.”

Page 73: No Title Appear

“Phil Jones mencoba melewati 2 pemain

Chelsea, yaitu Essien dan Moses saudara-

saudara, namun Keduanya masih terlalu

tangguh untuk dilewati oleh Jones. “

“Serangan mulai dilancarkan skuad

Chealsea saudara-saudara, dari kaki Moses

Bola berpindah ke Juan Mata.

“Juan Mata mulai membawa bola ke sisi

kanan lapangan dan dibayang-bayangi oleh

Patrice Evra, mencoba mencari celah kali ini

saudara-saudara, dan kali ini mengoper bola

kembali kepada Moses, Moses mencari

ruang saudara-saudara dan kita lihat, Torres

Page 74: No Title Appear

sudah berlari ke depan dan moses langsung

mengoper bola ke Torres, namun dapat

digagalkan dengan baik oleh Nemanja Vidic

saudara-saudara.”

“Gila, kenapa juga ada Vidic disitu,

arggghhh.” Katanya sambil menggerutu

kesal.

“Hahahahha, gue cuman main-main tadi,

kali ini will be serious.” Kataku meyakinkan.

“Alah, mulai lagi deh tuh songong

keluar.” Balasnya.

“Hus, udah. Gue mau lanjutin komentar

nih. Penonton udah nunggu.”

Page 75: No Title Appear

“Apaan sih lo Han?, udah sana, ini

bukan urusan anak kecil!” Kataku mengusir

adikku itu.

“Biarin, gue kan calon komentator

internasional, wek.” Sahutnya sembari

meledek.

“udah ngga usah ngurusin tuh anak,

lanjutin aja nih game. Emang loe nggak takut

kalah apa? hahhaa.” Katanya sambil

mengajakku kembali bermain.

“Okeh saudara-saudara, kembali lagi

dari perdebatan yang ngga jelas tadi dari 2

Page 76: No Title Appear

orang yang sedang memainkan game

tersebut hahahha.

Kali ini bola berada di kaki Kagawa yang

kemudian mengoperkan bolanya ke Ashley

Young. Ashley Young membawa bola

kemudian berhasil melewati Ashley Cole, di

sebelah kiri pertahanan Chelsea.

“Tanpa menunggu lama, Young lalu

mengumpan bola ke tengah, disana sudah

ada Robin Van Persie dan Wayne Rooney.

Van Persie lalu maju ke depan mencoba

menyongsong bola namun dijatuhkan oleh

Page 77: No Title Appear

David Luiz dan wasit meniup peluit, dan

ternyata penalty saudara-saudara….”

“S**t, gila tuh wasit, masa gitu aja

penalty sih?” kata sepupuku sangat kesal.

“Hahahahha, ini sudah di takdirkan

saudara-saudara hahahaha.” Tawaku sambil

melanjutkan kata-kata adikku tadi.

“Alah, ini tidak fair namanya. Masa

kayak gitu aja…” Katanya seakan tidak

percaya.

Page 78: No Title Appear

“Sudahlah, konsentrasi aja sama penalty

tersebut, tapi kayaknya ngga usah deh.

Buang-buang tenaga, mending siapin diri loe

buat melihat kemenangan gue hahahah.”

Tawa sinisku menjadi.

“Sudahlah saudara-saudara, lanjutkan

saja pertandingannya. Mulutku sudah gatal

ingin berkomentar.” Sindir adikku.

“Hah, ya sudah. Lanjtkan, akan kutahan

penaltymu.” Katanya dengan penuh percaya

diri.

“Siap-siap ini dia”

Page 79: No Title Appear

“Kali ini, yang akan mengeksekusi

penalty adalah wayne rooney saudara-

saudara. Terlihat sangat tenag dan

mengatur nafasnya, kemudian… goooolllll!!!

Saudara-saudara, 1-0 untuk Manchester

United berkat penalty dari Wayne Rooney.

“Hahaha, gue bilang juga apa. Dan

goollll saudara-saudara hahahah.” Sindirku.

Page 80: No Title Appear

“Ini tidak adil, kenapa ini harus terjadi

padaku ya Allah?” Katanya sambil meniru

gaya-gaya pesinetron islami yang banyak di

TV.

“Udah, lebay banget sih loe lanjutin nih, gue

hampir menang. Hahahah “ Tawaku sangat

bahagia.

Beberapa menit kemudian, pertandinga

tersebut berakhir dan hasilnya…. Aku

akhirnya memecahkan rekor tak

terkalahkannya selama 2 malam berturut-

turut. Jika saja aku dapt berpidato maka

beginilah pidato tersebut:

Page 81: No Title Appear

“Alhamdulillah, terima kasih atas segala

rahmat yang telah engkau berikan terutama

pada malam hari ini karena telah memberikan

kemenangan telak kepadaku denga skor 4 –

0 atas sepupuku yang songongnya minta

ampun dan sekarang sedang menangi

meratapi nasibnya di samping saya sambil

berkata TIDAK MUNGKIN!!!!!.”

Akhirnya pertandingan pun selesai. Aku

lalu menatap layar TVku melihat tim

kebanggaanku itu jadi juara. Berbeda

denganku, sepupuku langsung menutup

Page 82: No Title Appear

mukanya dengan bantal agar tidak melihat

pengalungan medali pada pemainku. Alhasil,

dia lalu menuju ke tempat tidur dengan

perasaan yang sudah pasti sangat hancur.

Selepas pertandingan itu, aku lalu

menuju ke tempat roster mata pelajaranku.

Satu kalimat yang sangat aku benci ternyata

hadir pada esok hari yaitu pelajaran Bahasa

Arab. Ini dia bahasa yang paling sulit d

pelajari.

Selain hurufnya, juga harus hafal

grammarnya, harakat, dan cara bacanya juga

Page 83: No Title Appear

harus sebenar-benarnya atau seperfect-

perfectnya.

Mengingat hal itu, aku langsung saja

mengarahkan pandanganku ke mata

pelajaran berikutnya dan kurasa tidak ada

mata pelajaran yang menarik pada esok hari

ditambah lagi karena guru-gurunya killer

semua.

Aku lalu menuju ke tempat tidurku tentu

saja untuk menuju ke tempat tidur dan

berbaring.

Page 84: No Title Appear

Khayalku terbang jauh kepada kejadian

apa yang akan terjadi besok, mungkin saja

kesialan-kesialan hari ini berlanjut atau

mungkin saja ada hal yang lebih baik akan

terjadi.

****

Page 85: No Title Appear

New day!!!!!!

Page 86: No Title Appear

Pagi hari dirumahku, aku kembali bangun

dengan keadaan yang lebih baik dari kemarin

karena jam weker di rumhaku masih

menunjukkan pukul 5.30 yang menandakan

bahwa aku lebih cepat bangun dari hari-hari

biasanya.

Namun satu hal yang sangat

menggangguku adalah sepupuku yang

sedang melakukan sesuatu yang

menghasilkan suara yang luar biasa bising.

Entah apa yang dilakukannya itu namun hal

itu membuat mataku langsung terbuka lebar.

Page 87: No Title Appear

“Eh, loe lagi ngapain sih? Bikin gaduh

aja.”Kataku jengkel.

“Gue lagi perbaikin motor gue, tumben-

tumbenan loe cepat bangun.” Katanya

heran.

“Keplek loe, gue bangun gara-gara tuh

motor nangis terus.” Jawabku semakin

jengkel.

“Motor gue ngga nangis bloon.”balasnya

meledek.

Page 88: No Title Appear

Aku lalntas berlalu pergi dari tempat itu.

Di dapur sudah tersedia sarapan pagi yang

disiapkan oleh ibundaku tercinta. Dengan

lahap ku habiskan makananku lalu aku

bersiap-siap mandi dan menuju ke sekolah.

Aku lalu mengambil seragam dan jaketku

lalu berlari ke depan dan menyalakan

motorku. Aku lalu berpamitan dan mencium

tangan ibuku lagi dan segera menaiki

motorku untuk ke sekolah.

Page 89: No Title Appear

Sesampainya di sekolah, Nampak belum

banyak orang yang datang, bahkan guru

piket hari ini juga belum datang. Aku lalu

menuju ke ruang kelasku, dan sesuai

dugaanku ternyata ruang kelas juga masih

sepi kecuali ada seorang perempuan yang

sudah sangat familiar denganku.

Ya, dia adalah Ica yakni orang yang

paling pendiam di kelasku ini. Aku lalu

memandanginya lagi karena merasa

penasaran dengan apa yang ia kerjakan.

“Lagi apa Ica?,ko keliatannya seiru

banget.” Kataku sembari bertanya.

Page 90: No Title Appear

Sambil menariik buku yang

digunakannya untuk menulis untuk

disembunyikan, dia menjawab dengan

terkejut “Eh, aku.. aku… lagi nulis daftar

belanjaan mama aku……”

Aku hanya memandanginya dengan

heran lalu berkata “eee.. hehehe, kirain lagi

ngapain.”

Tampak muka dari Ica terlihat sangat

malu entah itu karena apa namun sepertinya

yang dia pegang itu adalah diarynya. Aku

hanya takut berlebihan menanyakan

pertanyaan-pertanyaan yang agak tidak

Page 91: No Title Appear

jelas jadi lebih baik aku menyimpan tasku dan

menuju ke luar ruangan agar dia kembali

merasa tenang.

Diluar ruangan, aku merasa seperti

orang bodoh yang lagi jalan-jalan sendiri

tanpa ada teman. Maklumlah, sepagi ini

belum terlalu banyak orang yang datang ke

sekolah. Si Dodo juga kayaknya belum

datang ke sekolah, inilah hal yang paling

membosankan pada pagi hari disekolahku.

Page 92: No Title Appear

Tidak lama kemudian, akhirnya ada juga

orang yang aku kenal datang sepagi ini. Dia

adalah Alya, temanku yang penampilannya

eksentrik ini sudah bisa aku kenali walaupun

jaraknya agak jauh dari tempatku berdiri

sekarang.

Aku sudah mulai berhitung, 1, 2, 3 dan

dia akan berbalik menuju ke arahku. Benar

saja, dia langsung berbalik padaku dan

berlalri ke arahku sambil menenteng tasnya

yang berwarna hitam merah itu.

Page 93: No Title Appear

“hay bro, tumben-tumbenan cepat

datang ke sekolah hahaha.” Katanya dengan

muka kecut yang sudah sering aku lihat itu.

“Biasalah, sepupuku dirumah yang udah

gila itu bunyiiin motornya kencang banget.

Gimana gue ngga bangun!” Kataku seolah

kesal.

“Hahahahha, kasihan deh loe. Makanya,

punya sepupu tuh jangan yang rese, eh.”

Katanya menyindir.

“Emang sepupu kita yang pilih apa?

parahlu ya.” Kataku mambalas sindirannya.

Page 94: No Title Appear

“Hahahaha peace masbro, gitu aja kok

marah.” Godanya.

“Udah ah, inimasih pagi mbabro.

Mending itu tas disimpan dulu lah sebelum

bapak ibu guru datang kesini.” Kataku

mengingatkan.

“Oh iya yah, hahaha, efek keasyikan

bicar nih kayaknya. Hahahahha.”

Dalam hati aku berkata “emang karena

loe tuh cerewet adanya.”

Dia lalu berlalu menuju ke kelas, aku lalu

melanjutkan petualanganku menyusuri

Page 95: No Title Appear

sekolahku yang indahnya hanya dipagi hari

ini.

Dan kembali aku melihat seseorang yang

begitu familiar sedang makan di kantin

sekolah yang bukanya memang cepat karena

ada banyak anak sekolah yang belum makan

pagi memesan makanan di situ.

Siapa lagi yang makannya paling banyak

di kelas kalau bukan si gendut Dodo. Aku

lalu berjalan menuju ke dekatnya tanpa

diketahuinya. Aku lalu mengagetkannya.

Page 96: No Title Appear

“Hey, bro.. di sekolahan udah makan aja

loe. Makan loe banyak amat lagi.” Kataku

menyindir.

“Ah, loe ngagetin aja Fat. Ngga liatt gue

lagi makan apa, Hampir gue kesedak gara-

gara loe.” Katanya sambil terbatuk-batuk.

“Hahahha, sory bro. By the way, gue

pengen cerita am aloe bro masalah tuh anak

yang di panggil Ica, loe tau kan? Menurut loe

orangnya aneh ngga?” tanyaku penasaran.

“Hahahhahaq, gue tau. Loe pasti lagi

jatuh cinta bro, akhirnya kawan gue yyang

Page 97: No Title Appear

satu ini ngerasain yang namanya cinta

hahhaha.” Tawanya meledek.

“Gue serius bro, eh tapi loe kayaknya

loe ada benernya deh.” Pikirku

“Tuh kan, gue bener, tembak aja deh

bro. Keburu diambil yang lain tuh hahhaha.”

Sekali lagi dia meledek.

“Terus gimana sama Alya? Loe kan tau

klo dia juga suka ama gue karena surat tempo

hari.” Kataku mengingatkannyua.

“Ya kalo loe ngga cinta ya biarin aja,

atau gini loe jadian ama Ica trus rahasiain ama

anak-anak yang lain. Diakan orangnya

Page 98: No Title Appear

pendiam tuh, nah otomatis dia ngga bakalan

nyebarin hubungan loe berdua.” Katanya

meyakinkan.

“Mmmm, betul jug aloe bro. Tumben

otak loe encer.” Kataku meledek.

“Otak gue selalu encer kalee, by the way

gimana ceritanya loe bisa suka ama dia?

Emang sih dia cantik, tapi ngga ada hal lain

apa yang buat loe suka ama tuh orang?”

tanyanya seakan ingin tahu.

Page 99: No Title Appear

“Ngga tahu juga bro, tapi kayaknya gue

suka keluguannya deh. Dia tuh pendiam,

pintar, baik lagi orangnya, pokoknya asli deh,

gue juga sempat ngebaca diarynya tadi

secara sekilas dan ada namaku di situ yang

dilingkarin ama gambar bentuk…. Yah you

know lah bro..”

“hahhahaha, gue ngerti, loe jatuh cinta

sama orang yang juga suka ama loe, bagus

tuh bro.”

“Tapi gue ngga enak ama Alya bro.”

kataku tidak yakin.

Page 100: No Title Appear

“Tenang aja bro, gue yang atur. Kalo

masalah cewek gue jagonya, percaya deh am

ague.” Katanya meyakinkan.

“Rencananya gue mau nembak dia besok

pas hari sabtu bro tepat saat tanggal 17

kayak tanggal lahir gue gitu hahahha .“

kataku menjelaskan rencana yang telah

kususun.

“Hahahhaha, oke deh. Ntar loe lihat

gimana kerja gue.” Katanya denga yakin.

Page 101: No Title Appear

Pada malam hari, gue dapat kabar dari

Dodo kalo katanya gue udah bisa nembak

Ica besok. Entah kenapa tapi gue

penasaran ama rencana sih gendut ini. Tapi

biarlah, yang jelas gue udah terbebas dari si

Alya.

Malam ini, gue punya agenda baru ama

sepupu gue buat nonton film horror judulnya

“A Nightmare On Elm Street” katany film

ini sangat menyeramkan. Dua jam berlalu,

dan yang ku dengar hanya teriakan

sepupuku yang dari tadi mengeluarkan suara

scream ala-ala band rock atau heavy metal.

Page 102: No Title Appear

Suara itu luar biasa membuat telingaku

sakit, dalam ahatyi aku bertanya “apa juga

yang serem dari film ini? Pembunuhan ngga

ada, cuma gambar setan yang ama orang

yang dikejar-kejar seperti halnya film-film

India.

Karena bosan dengan filmnya aku lalu

menuju ke tempat tidur, tapi sepupuku ini

menahanku karena ingin ditemani untuk

nonton film ini. Tingkahnya benar-benar

membuat kesal, lampu kamar juga dimatikan

katanya supaya kelihatan mistis tapi yang

ada hanya mukanya yang sangat mistis.

Page 103: No Title Appear

Yang aneh disini adalah, dia yang ingin

menonton film tersebut tapi dia juga takut.

Hal itu yang membuat aku bosan

menontonnya dan lebih memilih untuk tidur

duluan karena besok akan menjadi hari yang

bersejarah buatku.

Esoknya, aku benar-benar sangat

bimbang. Yang kupikirkan adalah jika saja Ica

menolakku mentah-mentah reputasiku di

sekolah bakalan turun. Maka dari itu aku

bangun shalat subuh dan berdo’a agar dia

menerimaku hahahaha.

Page 104: No Title Appear

Aku lalu berpamitan kepada ibuku.

Sesampianya disekolah, keadaan masih

seperti kemarin namun kali ini yang ada

dikelas ada 2 orang yaitu Dodo dan Ica.

Dodo sudah menungguku di bangku paling

belakang, dia memanggilku dan mengajakku

keluar karena ada yang ingin ia bicarakan.

“Bro, loe tau ngga kenapa gue bilang loe

udah bisa nembak si Ica hari ini? Katanya

membuatku penasaran.

“Ngga, emang kenapa bro?” tanyaku.

“Gue udah jadian ama si Alya bro

hahahaha.” Tawanya

Page 105: No Title Appear

“Hahahahah, loe emang teman gue yang

paling cerdik, hahahha kalo gitu gue ucapin

selamat dan terima kasih bro.” Temanku

yang satu ini memang hebat dalam taktik

percintaan.

“Nah, ini kesempatan loe buat nembak

dia di kelas sekarang. Mumpung dia lagi

sendiri di kelas bro.” Sarannya.

“Ya udah, do’ain gue bro yah.” Kataku

meminta support dari Dodo.

“Siip bro, ntar gue do’ain. Udah

cepetan sana, mumpung ngga ada orang

yang ngeliat.” Sahutnya.

Page 106: No Title Appear

Aku lalu melangkahkan kakiku ke kelas

dan Ica masih tetap sendiri di sana. Aku lalu

memanggilnya untuk bercerita di belakang

ruangan. Aku mengeluarkan contekan yang

diberikan oleh Dodo tadi, contekan ini isinya

adalah cara nembak cewek paling jitu

katanya.

“Ca, gue mau ngomong sesuatu tentang

perasaan gue selama ini sama loe. Kalaupun

ini semua adalah takdir, gue ngga’ bisa

berlama-lama menahan perasaan ini buat loe.

Dan hari ini gue ingin memperjelas semuanya

kalo aku….”

Page 107: No Title Appear

Belum juga aku selesai membaca

contekan itu, aku melihat Icha mengatur

nafasnya dan tidak lama dia terlihat pucat

karena menahan nafasnya terlalu lama

mendengarkanku bercerita dan tiba-tiba….”

Si Dodo yang dari tadi mengintip di

pintu tiba-tiba masuk dan melihat Ica sudah

pingsan.

“Fat, bantuin angkat si Ica ke UKS

cepetan.” Katanya.

Aku masih ngelihatin Ica yang terbaring

di lantai sembari berfikir, apa yang aku

lakukan yah?

Page 108: No Title Appear

“Bro, loe gimana sih. Malah bengong,

bantuin cepetan.”

Aku melihat Dodo sudah ada dibawah

buat menolong si Ica. Aku langsung

membantunya mengangkat Ica ke ruang

UKS. Beberapa saat kemudian saat iCa

siuman.

“Mmmm, Udah siuman Ca?” tanyaku

pada Ica.

“Mmm, iya Fat, aduh maaf aku sampai

pingsan tadi. By the way, apa yang kamu

bilang tadi?” tanyanya lagi.

Page 109: No Title Appear

“Mmm, sebelumnya kamu tadi pingsan

karena apa Ca?” tanyaku sekali lagi.

“Mmm, aku Cuma deg-degan aja Fat

maaf yah udah buat kamu kaget hehe.”

“Hehehe, ngga papa Ca, mmm aku

lanjutin kata-kata aku yah?”

“Mmm, iya..” jawabnya agak ragu.

“Sebenarnya, aku itu suka sama kamu

Ca. Kamu mau ngga jadi pacar aku?”

Kataku agak kaku.

Tak berapa lama kemudian, Si Ica

kemudian pingsan lagi.

Page 110: No Title Appear

Dalam hatiku berkata, “ Ya Allah,

kenapa mesti kayak gini situasinya.”

Aku lalu menunggu bebrapa menit lagi

dan akhirnya dia sadar.

“Ica, klo masih capek istorahat aja dulu.”

Kataku memberi saran.

“Ngga kok, aku udah baikan sekarang

hehehe.” Katanya yakin.

“Oh oke deh hehehhehe” kataku kikuk.

“Oh iya, pertanyaan kamu tadi…”

katanya mengingatkan.

Page 111: No Title Appear

“Mmm, kalo kamu mau jawab nanti ngga

papa kok.” Kataku.

“Ngga ah, aku mau jawab sekarang,

bolehkan Fat?” tanyanya.

“Hmmm, okdh. Tapi janji jangan pingsan

lagi yah hehehhe.” Kataku seolah bercanda.

“Hehehe, oke deh. Tapi sebelumnya,

aku pengen bertanya beberapa hal sama

kamu, boleh kan?” katanya membuatku

kembali penasaran.

“Mmm, pertanyaan apa tuh?” tanyaku

penasaran.

Page 112: No Title Appear

“Apa sih yang bikin kamu suka sama

aku?” pertanyaan yang simple namun agak

membingungkan.

“Mmm, Kamu tuh orangnya pendiam,

terus, cantik, terus baik, terus pinter lagi,

percaya sama aku.” Kataku menyebutkannya

denga spontan.

“Ah? Serius? Kok aku ngga merasa

seperti itu? Heheheh.” Katanya tersipu

malu.

“Serius kok, klo ngga percaya tanya aja

sama cowok-cowok yang lain hehehhe.”

Kataku sambil bercanda.

Page 113: No Title Appear

“Ngga usah ah, cukup dengar jawaban

dari kamu aku sudah senang.” Katanya

sambil tersenyum.”

“Jadi gimana? Aku diterima atau tidak?”

Kataku penasaran.

“Iya, aku terima.” Katanya sedikit

tersenyum.

****

Page 114: No Title Appear

About Writer

Seorang siswa dari kelas XII.Social

Bung Hatta yang mempunyai hoby bermain

dan mendengarkan musik. Penulis memilki

karakter yang humoris namun agak kaku

ketika berinteraksi dengan orang lain.

Siswa yang menyukai pelajaran Bahasa

Inggris ini sangat menyukai hal-hal yang

bersifat logis, seperti halnya remaja-remaja

yang lain, ia tetap memiliki pemikiran yang

labil.

Dengan terciptanya novel ini, ia

berharap mendapatkan pengetahuan lebih

dan pengalaman untuk melanjutkan karyanya

selanjutnya.