KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA GURU DAN ANAK TUNARUNGU DALAM MENINGKATKAN KUALITAS IBADAH SHALAT DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh : Eko Wahyudi NIM: 109051000119 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
104
Embed
NIM: 109051000119 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27649/1/EKO... · bersumber dari buku referensi tentang anak tunarungu dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA GURU DAN ANAK TUNARUNGU
DALAM MENINGKATKAN KUALITAS IBADAH SHALAT
DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Eko Wahyudi
NIM: 109051000119
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
i
ABSTRAK
Eko Wahyudi (109051000119)
Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak Tunarungu Dalam
Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak
Bulus Jakarta Selatan
Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang sesuai untuk berinteraksi
anak tunarungu. Anak tunarungu ialah anak yang memiliki keterbatasan dalam hal
pendengaran dan percakapan. Ibadah shalat merupakan kewajiban setiap umat islam.
Karakter mereka tentu berbeda satu sama lain, ada yang rajin shalat dan malas shalat.
SLB Negeri 1 Lebak Bulus terletak dilingkungan yang nyaman, serta mudah
dijangkau oleh setiap orang termasuk penulis.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan ini adalah untuk
menjawab pertanyaan mayor dan minor. Adapun pertanyaan mayor adalah bagaimana
penerapan komunikasi interpersonal antara guru dan anak tunarungu dalam
meningkatkan kualitas ibadah shalat? Kemudian, minornya adalah apakah efektif
komunikasi interpersonal antara guru dan anak tunarungu dalam meningkatkan
kualitas ibadah shalat?
Teori yang digunakan adalah interaksionisme simbolik. Teori ini merupakan
salah satu dari teori komunikasi yang menekan pada simbol, karena simbol itu dapat
mengutarakan sebuah isyarat yang berupa perasaan, pikiran. Dan teori itu merupakan
pemikiran dari George Herbert Mead Beliau tinggal di Chicago selama lebih kurang
37 tahun. Mead memiliki 3 pemikiran soal interaksi simbolik yaitu : Mind
(Pemikiran), Self (Diri Pribadi) dan Society (Masyarakat).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif deskriptif. Teknik observasi yang digunakan oleh peneliti adalah kunjungan
dan mengamati langsung komunikasi guru dan anak tunarungu. Sumber primer yaitu
dengan melakukan wawancara kepada Kepala Sekolah dan Guru Agama dengan
pedoman wawancara agar pertanyaan terarah. Selain itu ada sumber sekunder yaitu
bersumber dari buku referensi tentang anak tunarungu dan internet. Foto-foto seputar
SLB Negeri 1 Lebak Bulus.
Komunikasi interpersonal diterapkan dengan menggunakan metode
demonstrasi yang diimbangi oleh metode oral. Metode ini memerlukan persiapan yang
cukup matang. Agar penerepan ini berjalan efektif harus didukung oleh sarana dan
prasarana memadai. Serta efektifitas komunikasi interpersonal bisa dilihat dari anak
tunarungu yang mau mengikuti perintah guru agama dengan baik. Misalkan guru
agama menganjurkan anak muridnya berwudhu terlebih dahulu sebelum mengerjakan
shalat. Perintah itu di laksanakan dengan baik, berarti komunikasi itu berjalan efektif.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat
rahmat, hidayah serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat
dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
Al-Qur’an dan Hadist-Nya.
Karya tulis ini merupakan sebuah karya besar yang patut dibanggakan karena
penulis berusaha menyajikan dengan sebaik-baiknya. Namun, penulis juga yakin
masih banyak kesalahan dan kekurangan yang perlu diperbaiki, mengingat
kemampuan dan pengetahuan penulis yang serba terbatas.
Dalam proses penyusunan, penulis mendapatkan banyak bantuan, petunjuk,
bombing, serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. H. Arief
Subhan, M.A, Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Drs. Wahidin Saputra,
M.A, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak Drs. Mahmud Jalal,
M.A, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Drs. Study Rizal
L.K, M.A.
2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam dan Ibu Umi Musyarofah, M.A selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam.
iii
3. Bapak Zakaria, M.Ag selaku Penasehat Akademik yang telah bersedia
meluangkan waktunya kepada penulis untuk berdiskusi dan member saran
peserta dalam situasi bersama. Hubungan diadik ini harus
menggambarkan interaksi pengalaman bersama mereka.
Trenholm dan Jensen mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai
komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka. Nama
lain dari komunikasi ini adalah diadik (dyadic). Komunikasi diadik
biasanya bersifat spontan dan informal. Partisipan satu dengan yang lain
saling menerima umpan balik secara maksimal. Partisipan berperan secra
fleksibel sebagai pengirim dan penerima. Segera setelah orang ketiga
bergabung didalam interaksi, berhentilah komunikasi anatarpribadi, dan
menjadi komunikasi kelompok kecil (small-group communication).
Walaupun ukuran kelompok kecil beragam, komunikasi ini
mengharuskan adanya interaksi secara bebas untuk setiap orang yang
terlibat.7
Saluran komunikasi antarpribadi dapat digunakan untuk struktur
keluarga. Karena saluran komunikasi ini paling tinggi frekuensinya
digunakan untuk berkomunikasi. Beberapa anggota keluarga lebih
banyak menggunakan waktunya berbicara dengan yang lain. Menurut
Trenholm dan Jensen, tipikal pola interaksi dalam keluarga menunjukan
jaringan komunikasi. Struktur jaringan keluarga sangat bervariasi satu
dengan yang lain. Jaringan tersebut terpusat pada salah satu anggota
7 Sarah Trenholm, and Arthur Jensen. 1995. Interpersonal Communication. Belmont, California:
Wadsworth Publish-ing Company.
18
keluarga yang melayani sebagai gate keeper untuk menjaring beberapa
pesan. Kemudian dipertukarkan kepada seluruh anggota keluarga.
Komunitas yang ada disekeliling tempat tinggal berperan di dalam
mendukung lancarnya komunikasi antarpribadi di antara keluarga dan
masyarakat.
2.3 Pendekatan Komunikasi Antarpribadi Berdasarkan Pengembangan
Komunikasi antarpribadi dilihat sebagai perkembangan dari komunikasi
impersonal pada satu sisi, menjadi komunikasi pribadi atau intim di sisi
lain. Oleh karena itu, derajat hubungan antarpribadi turut berpengaruh
terhadap keluasaan dan kedalaman informasi yang dikomunikasikan,
sehingga memudahkan perubahan sikap. Pandangan developmental
dapat dilihat dari pendapat. Komunikasi antarpribadi dalam pengertian
penetrasi. Semakin banyak komunikator mengetahui satu sama lain,
maka semakin banyak karakter antarpribadi yang terbawa di dalam
komunikasi tersebut. Oleh karena itu, komunikasi antarpribadi adalah
proses sesungguhnya dari penetrasi social. Dikatakan, “ Bila komunikator
meneruskan hubungan mereka, yakni, jika mereka cukup termotivasi
untuk melakukan usaha melanjutkan hubungannya, dan ketrampilan
antarpribadi mereka cukup memadai untuk memungkinkan
pertumbuhannya, maka hubungan mereka mengalami perubahan secara
kualitatif. Ketika perubahan-perubahan itu menyertai pengembangan
19
hubungan, pertukaran-pertukaran komunikasi akan meningkatkan
hubungan antarpribadi.8
Pendekatan hubungan dala menganalisis proses komunikasi
antarpribadi mengasumsikan, bahwa hubungan antarpribadi dapat
membentuk struktur social yang diciptakan melauim proses komunikasi.
Pembentukannya proses komunikasi tersebut. Komunikasi tampak
sebagai proses sibernetika (umpan balik) yang dihasilkan melalui
penegasan diri dalam berhubungan dengan orang lain. Bentuk hubungan
secara ilmiah berlangsung secara terus menerus. Individu berpartisipasi
aktif dalam komunikasi. Mereka berimprovisasi, menghubungkan makna,
memberdayakan dan memaksakan tindakan satu sama lain.9
Everett M. Rogers mengartikan bahwa komunikasi antarpribadi
merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi interaksi tatap
muka antara beberapa pribadi. Ciri-ciri komunikasi antarpribadi menurut
Rogers adalah sebagai berikut :
a. Arus pesan cenderung dua arah
b. Konteks komunikasinya dua arah
c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi
8 Gerald R. Miller & Mark Steinberg. Between People: A New Analysis of Interpersonal
Communication. Michigan State University Science Research Associates. 1975 9 Edna Rogers, Relation Communication Processes and Patern in Rethinking Communication
Vol.2, ed Brenda Dervin et. al., hal.1, 2002 (at http://www.brocku.ca/commstudies/courses/2F50/
mendefinisikan shalat sebagai beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir, disudahi dengan salam yang dengannya kita beribadah kepada
Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.
Sedangkan ulama makrifat melihat shalat dari segi ruhnya, yaitu berharap
kepada Allah dengan sepenuh jiwa, khusyuk di hadapan-Nya, ikhlas bagi-Nya,
serta hati hadir dalam berzikir, berdoa dan memuji-Nya.21
Shalat merupakan salah satu bentuk ibadah sebagai wujud kepercayaan dan
ketundukan seseorang terhadap Tuhan, sang Pencipta Yang Mahakuasa yang
menyediakan bagi seluruh makhluk-Nya sumber daya dan sarana hidup. Melalui
ibadah kepada-Nya manusia dapat memperoleh keagungan dan kesempurnaan
hakiki.22
Kalau semua definisi itu digabung dalam satu kesatuan, maka dapat
dikatakan ibadah shalat adalah melaksanakan segala ketaatan dan perintah Allah
dengan penuh khusyuk dan ikhlas dalam beberapa perkataan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam.
Ibadah shalat di SLB tersebut sering dilaksanakan oleh para Guru, Orang
Tua Murid dan murid setiap harinya. Tapi anak tunarungu di SLB ini tidak semua
rajin, ada pula yang malas. Setiap harinya seorang guru perlu khususnya guru
agama untuk mengingatkan kembali anak muridnya yang malas untuk
mengerjakan shalat.
21
Tebba, Nikmatnya Shalat Jamaah, hal.12-13 22
Afzalur Rahman, Tuhan Perlu Disembah: Eksplorasi dan Manfaat Shalat Bagi Hamba (Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta, 2002)
29
E. Teori Interaksi Simbolik
Sejarah Teori Interaksionisme Simbolik tidak bisa dilepaskan dari
pemikiran George Herbert Mead. Mead membuat pemikiran orisinal yaitu “The
Theoretical Perspective” yang merupakan cikal bakal “Teori Interaksi Simbolik”.
Mead tinggal di Chicago selama lebih kurang 37 tahun, maka perspektifnya sering
kali disebut sebagai Mahzab Chicago. Dalam terminologi yang dipikirkan Mead,
setiap isyarat non verbal dan pesan verbal yang dimaknai berdasarkan kesepakatan
bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu
bentuk simbol yang mempunyai arti yang sangat penting. Perilaku seseorang
dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain, demikian pula perilaku
orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol, maka kita dapat
mengutarakan perasaan, pikiran maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca
simbol yang ditampilkan oleh orang lain. Sesuai dengan pemikiran-pemikiran
Mead, definisi singkat dari tiga ide dasar dari interaksi simbolik adalah :
1. Mind (pikiran) merupakan kemampuan untuk menggunakan simbol yang
mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus
mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain.
2. Self (diri pribadi) merupakan kemampuan untuk merefleksikan diri tiap
individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain,dan teori
interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi
yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self ) dan dunia luarnya.
30
3. Society (masyarakat) merupakan hubungan sosial yang
diciptakan,dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah
masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka
pilih secara aktif dan suka rela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia
dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya. Tiga tema
konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik
antara lain pentingnya makna bagi perilaku manusia, Tema ini berfokus
pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam
teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi,
karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di
konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi.23
Cara penyampaian komunikasi interpersonal antara guru dan anak tunarungu ada 2
jenis yaitu komunikasi yang verbal (lisan) dan komunikasi non verbal (isyarat).
Teori Interaksionisme Simbolik ialah teori menekan kan pada symbol untuk
mengutarakan sebuah isyarat. Dan teori ini termasuk kategori komunikasi non
verbal, karena sama-sama untuk mengutarakan sebuah isyarat. Guru disini
memanfaat alat bantu berupa gambar untuk menjelaskan materi tentang ibadah
shalat.
23
Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi (Jakarta:
Kencana, 2011), cet.1, hal.188-193
31
BAB III
GAMBARAN UMUM SLB NEGERI 1 LEBAK BULUS
A. Sejarah
Sekolah Luar Biasa adalah sekolah khusus bagi anak yang memiliki
keterbatasan baik fisik atau mental. Sekolah tersebut dilengkapi oleh fasilitas yang
memadai guna mendukung kegiatan belajar mengajar. Anak didik disekolah itu
dibekali dengan ketrampilan Otomotif, Tata boga, Tata busana, Tekstil,
Kecantikan, Akupresure, Hantaran dan ICT oleh para pengajar agar bisa
bermanfaat kelak. Serta guru yang mengajar disekolah tersebut harus memiliki
ketrampilan khusus pada saat mengajar materi agar materi yang disampaikan dapat
diterima baik oleh para murid.1
SLB Negeri A (Persiapan BC) adalah sekolah yang terletak dilingkungan
yang nyaman. Banyak pohon-pohon yang menghiasi disekitar sekolah. Warga
sekitar sekolah sangat baik dan aktif. Setiap ada kegiatan di sekolah yang bersifat
social, warga sekitar selalu ikut serta dan meramaikannya.
SLB Negeri Bagian A Jakarta adalah sekolah negeri pertama di Jakarta
didirikan oleh pemerintah dengan Surat Keputusan dari Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No.2/SK/B/III tanggal 13 Maret 1962 terletak di jalan R.S.
Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan. Sesuai Surat Keputusan Menteri Pendidikan
1 Wawancara Pribadi dengan Bapak Kastono, Kepala Sekolah SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta
Selatan, Jakarta 21 Februari 2013
32
dan Kebudayaan RI No.0384/0/1987 tanggal 1 Juli 1987, SLB Negeri Bagian A
Jakarta dipindahkan dari R.S Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan ke kompleks SLB
A Pembina Tingkat Nasional, Jl. Pertanian Raya, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta
Selatan. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1368/2007 SLB
Negeri A (Persiapan BC) Jakarta menjadi SLB Negeri 1 Jakarta, yang melayani
satuan pendidikan TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB. Sejak tahun 2006 SLB
Negeri 1 Jakarta oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa ditunjuk sebagai
Sentra Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus untuk wilayah DKI
Jakarta.
Fungsi Sentra PK & LK
1. Kegiatan belajar mengajar bagi siswa PLB
2. Kemasyarakatan baik pendidikan maupun non kependidikan seperti usaha
jasa, seni dan budaya daerah
3. Pusat jaringan kerjasama antar sekolah, orangtua siswa, masyarakat, dunia
kerja, dan lembaga lain yang terkait
Pada tahun 2013 ini SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan tersebut
melakukan beberapa renovasi guna melengkapi sarana dan prasarana Dan pada
saat saya melakukan penelitian sudah tampak bangun baru di area sekolah itu. Hal
itu dilakukan supaya minat belajar mereka makin bertambah, dengan adanya
fasilitas baru.
33
B. Visi dan Misi
1. Visi
Terwujudnya pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
menjadi yang mandiri, beriman, bertaqwa, sehat, cerdas dan terampil dalam
masyarakat Inklusif.
2. Misi
a. Mengurangi dampak ketunaan melalui rehabilitasi, tetapi ringan,
keterampilan dan lain-lain.
b. Meningkatkan dan memperluas pengetahuan, wawasan, pengalaman dan
sikap percaya diri melalui Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM).
c. Meningkatkan keterampilan dan memperluas peluang kerja melalui kursus
dan pelatihandi Bengkel Kerja PLB DKI Jakarta.2
Pendanaan sekolah berasal dari :
1. Biaya penyelenggaraan bersumber dari APBD, APBN dan masyarakat
2. Pengelolaan anggaran dilakukan sekolah secara mandiri dan transparan
3. Pertanggungjawaban berkala kepada pemerintah daerah, pusat ,komite
sekolah/orangtua dan institusi pemberi bantuan
4. Perencanaan pembiayaan dituangkan dalam RAPBS tahun ajaran
berjalan
2 Wawancara Pribadi dengan Bapak Kastono, Kepala Sekolah SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta
Selatan, Jakarta 21 Februari 2013
34
C. Sarana dan Prasarana.
1. Sekolah Luar Biasa Lebak Bulus 1 Jakarta Selatan mempunyai sarana dan
prasarana sebagai berikut : 3
Tabel 1
3 Wowo, Sarana dan Prasarana SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan, 21 Februari 2013
No. Jenis Jumlah
Ruang
Luas/Ruang
(m2)
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17
18.
19.
20.
21
Gedung Sekolah
Ruang Kepala Sekolah
Ruang guru
Ruang Perpustakaan
Ruang Tata Usaha
Ruang Tamu
Ruang Komite
Ruang UKS
Dapur Sekolah
Gudang
Ruang Kelas
Ruang Kekhususan
a. Ruang BPBI
b. Ruang Binadiri
Ruang WC / Kamar
Mandi
a. Kepala Sekolah
b. Guru Pria
c. Guru Wanita
d. Siswa Pria
e. Siswa Wanita
Ruang Keterampilan
a. Tata Busana
b. Otomotif
c. Tekstil
d. Tata Boga
e. Tata Kecantikan
f. Akupresure
g. Hantaran
h. ICT
Kantin Sekolah
Pos Keamanan
Halaman Sekolah /
Jalan/lapangan
Laboratorium IPA
(Biologi & Fisika)
Jaringan Listrik
Jaringan
Telpon/Facimile
Jaringan Internet
3
1
3
1
1
1
1
1
1
2
27
1
1
16
1
3
3
5
4
3
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
40,5
160
40,5
56
-
40,5
40,5
20
40,5
40,5
81
56
3
3
3
3
3
120
80
80
80
60
50
50
40,5
48
9
7000
40,5
5500
-
-
Satu komplek dengan SLB-A
Pembina Tingkat Nasional.
Menjadi satu dengan R. Kepsek.
35
2. Struktur Organisasi Sekolah Luar Biasa Negeri (SLB) 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan sebagai
berikut : 4
Tabel 2
4 Wowo, Struktur Organisasi SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan, 21 Februari 2013
No Nama
NIP
Tanggal
Lahir
L/P Status
Guru
Pendidikan
Terahir
Tugas
1 Kastono, MM.
195810101983021009
10/10/1958 L CPNS S2 Kepala
Sekolah
2 Dra Dewi
195910211992032002
21/10/1959 P CPNS S1 Wali
Kelas
3 Retno S.Pd
196110181994122001
18/10/1961 P CPNS S1 Wali
Kelas
4 Iim Maskiah, S.Pd
195807301982032005
30/07/1958 P CPNS S1 Wali
Kelas
5 Samsul Huda, S.Ag.
197201312000121001
31/01/1972 L CPNS S1 Wali
Kelas
6 Tugianto
17/07/1966 L CPNS S1 Wali
Kelas
7 Drs. Sugiharto
195902051988031004
05/02/1959 L CPNS S1 Wali
Kelas
8 Suhartinah
196703021993032005
02/03/1967 P CPNS S1 Wali
Kelas
9 Sumanto, S.Pd
196810121993031011
12/10/1968 L CPNS S1 Guru
Kelas
36
3. Data Murid SMALB / B-C Negeri 1 Jakarta Tahun Pelajaran 2012 /2013.5
Tabel 3
SMALB / B (TUNARUNGU)
Kelas : X.A Kelas : X.B
Guru : Dra Dewi Guru : Retno S.Pd
Nama Murid
1. Iza Resita
2. Malik Nurul Huda
3. Dika Kurniawan
4. Istiar Lutfiani
5. Lidian Setieny
6. Asri Aliyani
Nama Murid
1. Gunawan
2. M. Rabbani Abbas
3. Mahbub Dwi Ashari
4. Ilham Fadillah
5. Siti Aisyah
6. Fitriah
7. Acmad Septiadi
5 Wowo, Data Murid SMALB / B-C Negeri 1 Jakarta Tahun Pelajaran 2012 / 2013, 21 Februari
2013
Kelas : XI
Kelas : XII
Guru : Iim Maskiah, S.Pd
Guru : Samsul Huda, S.Ag.
Nama Murid
1. Made Triyanto
2. Hidayah Catur Anindita
3. Luky Putri Wijayanti
4. Muhammad Syahquro
5. Muhammad Ziyan Sajjad
6. Ryan Priandika
7. Samuel Tulus Eliasta
8. Renita Oktaviani
9. Sahid Dwi Posorio
10. Galih Prih
Nama Murid
1. Bertha Margaretha
2. Harwinda Agustian
3. Heny Setiawati
4. Rizky Mandalika Putra
37
SMALB / C (TUNAGRAHITA)
Kelas : XI
Kelas : XII
Guru : Drs. Sugiharto
Guru : Suhartinah
Nama Murid
1. Bobby Rahmatillah
2. Fajar Ahmad Abdila
3. Iin Alfianti
4. Tri Utama Putra Sakti
5. Indriyani Komala
6. Fatur Rahma
Nama Murid
1. Wahyudi
2. Astika Aprillia
3. Haposan Willy
4. Rio Pramudio
5. Ishal Ridho
6. Widya Aprillia
7. Imam Prakarti Budi S
8. Amal Gufron
9. Rian Firmansyah
10. Kamaludin
11. Indriyani Komala
Kelas : X
Guru : Tugianto
Nama
1. Maharani Mancak
2. Lisa Umami
3. Wildan Nabela Angusta
4. Ikhwan Aulia
5. Syaipul Anwar
6. Hafid Fadillah
7. M. Jumri
8. Sendi Nopayana
9. Ihwan Fahmi
10. Siga Wicaksono
11. Bimo Rabian Rachman
12. Agung wahyudi
13. Mailasari Adawiyah
14. Ana Mardiana
38
D. Prestasi-prestasi Anak Tunarungu.6
Tabel 4
NO NAMA SISWA PRESTASI PERINGKAT TAHUN TINGKAT
1 Nur Annisa O.H Seni Lukis 2 2008 DKI Jakarta
2 Utria Lesmi Seni Lukis 3 2009 DKI Jakarta
3 Muthasim .A
Bulu
Tangkis 2 2009 Jak-Sel
4 Agung Wahyudi
Lempar
Jauh 2 2009 DKI Jakarta
5 Mery Amelia
Lempar
Cakram 1 2009 Nasional
6 Winda
Tolak
Peluru 1 2009 Nasional
7 Putri Widasari Sains 2 2010 Jak-Sel
8 M. Syehquro
Desain
Grafis 2 2010 DKI Jakarta
9 Badrina Alfi Hantaran 1 2010 DKI Jakarta
10 Malik Pantonim 1 2011 DKI Jakarta
11 Syechquro
Desain
Grafis 1 2011 DKI Jakarta
12 Winda
Lempar
Cakram 1 2011 DKI Jakarta
13 Ade Fauzan
Lempar
Cakram 2 2011 DKI Jakarta
14 Aditya
Desain
Grafis 2 2011 DKI Jakarta
15 Penggalang Kebersihan 1 2011 Jambore Cabang
Jakarta Selatan
16 Fajar.a Bola basket 1 2012 DKI Jakarta
17 Chaidir zein
Bulu
tangkis 1
2012
DKI Jakarta
18 Agung . W Atletik 2 2012 DKI Jakarta
19 Sega.w Sepak bola 3 2012 DKI Jakarta
20 Aulia Bocce Harapan 1 2012 DKI Jakarta
6 Wowo, Prestasi-prestasi Anak Tunarungu di SLB Negeri 1 Lebak Bulus , 21 Februari 2013
39
E. Peserta didik di SLB Negeri B-C 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan
1. Tunarungu adalah keadaan kehilangan pendengaran meliputi seluruh gradasi
tingkat baik ringan, sedang, berat dan sangat berat, yang akan mengakibatkan
pada gangguan komunikasi dan bahasa. Keadaan ini walaupun telah diberikan
alat bantu mendengar tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.7
2. Tunagrahita atau anak yang mengalami keterlambatan dalam belajar (Sekolah
Luar Biasa Bagian C) disebabkan karena kemampuan mereka berada di bawah
rata-rata atau biasa disebut dengan tunagrahita. Kata lain dari tunagrahita
adalah retardasi mental (mental retardation). Secara etimologi kata tuna adalah
kurang, sedangkan grahita adalah lemah daya tangkap. Dengan demikian ciri
utama dari anak tunagrahita adalah lemah dalam berpikir atau bernalar.
Kurangnya kemampuan anak dalam berpikir dan bernalar mengakibatkan
kemampuan belajar, dan adaptasi sosial berada di bawah rata-rata.8
Berdasarkan PP No. 72 Tahun 1991 istilah yang digunakan pada saat ini untuk
anak yang memiliki tingkat kecerdasan rendah yaitu tunagrahita. Tunagrahita
adalah anak yang kecerdasannya berada dibawah rata-rata, sehingga sukar
untuk mengedakan interaksi dengan orang lain.
7 Departemen Pendidikan Nasional, Keterampilan Kompensatoris Bagi Anak Dengan Gangguan
Penglihatan (Tunanetra) dan Gangguan Pendengaran (Tunarungu), Jakarta : September 2006 8 Endang Rochyadi, Pengembangan Program Pembelajaran Individual bagi anak Tunagrahita (
Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional, 2005)
40
Secara historis terdapat lima basis yang dapat dijadikan pijakan konseptual
dalam memahami tunagrahita yaitu:
a. Tunagrahita merupakan kondisi
b. Kondisi tersebut ditandai oleh adanya kemampuan mental jauh di bawah
rata-rata
c. Memiliki hambatan dalam penyesuaian diri secara social
d. Berkaitandenegan adanya kerusakan organik pada susunan syaraf pusat
e. Tunagrahita tidak dapat disembuhkan
Ada beberapa klasifikasi atau pengelompokan tunagrahita berdasarkan
berbagai tinjauan diantaranya :
a. Berdasarkan Kapasitas Intelektual (skor IQ)
1) Tubagrahita ringan IQ 50-70
2) Tunagrahita sedang IQ 35-50
3) Tunagrahita berat IQ 20-35
4) Sangat berat memiliki IQ dibawah 20
b. Berdasarkan kemampuan akademik
1) Tunagrahita mampudidik
2) Tunagrahita mampulatih
3) Tungrahita perlu rawat
c. Berdasarkan tipe klini pada fisik
1) Down’s Syndrome (mongolism)
2) Macro Cephalic
41
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Penerapan Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak Tunarungu
Dalam menjelaskan komunikasi interpersonal antara guru agama dan anak
tunarungu dalam proses belajar mengajar merupakan suatu tahap pembekalan
yang dilakukan oleh guru, agar si anak kelak menjadi anak yang soleh dan soleha.
Serta bisa membahagiakan kedua orang tua mereka nantinya. Bahkan bisa
bermanfaat untuk masyarakat setempat.
Proses komunikasi sering kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari baik
langsung maupun tidak langsung. Komunikasi merupakan unsur terpenting dalam
kehidupan manusia. Sebab manusia itu adalah makhluk sosial yang dalam
kesehariannya memerlukan orang disekitar untuk diajak berkomunikasi. Dalam
dunia pendidikan, komunikasi sangat bermanfaat sekali karena komunikasi di
jadikan sarana untuk menyampaikan pengetahuan baik umum maupun agama.
Di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan memiliki
banyak kesamaan materi dengan SLB lainnya. Tetapi yang membedakan hanya
penyampaian materi dimasing-masing sekolah. Setiap sekolah memiliki ciri khas
tersendiri. Jika di sekolah biasa penyampaian materi hanya di lakukan sekali tetapi
berbeda hal dengan SLB yang terletak di Lebak Bulus ini. Penyampaian materi
disini dilakukan berulang kali tidak cukup hanya sekali saja. Karena daya tangkap
anak tunarungu disini berbeda-beda, ada yang daya tangkap cepat dan lambat. Dan
42
disinilah pentingnya komunikasi interpersonal untuk memahami itu semua. Pada
saat penyampaian materi biasanya seorang guru agama sering menggunakan dua
jenis komunikasi yaitu verbal dan non verbal agar mudah dimengerti oleh si anak.
Dibutuhkan kesabaran lebih dari seorang guru yang sedang menjelaskan materi ke
anak tunarungu
Proses belajar mengajar di sekolah luar biasa negeri 1 lebak bulus Jakarta
selatan dengan taraf pendidikan SMA dimulai dari jam 07.00 hingga jam 12.00.
Materi agama di ajarkan pada hari rabu selama dua jam setiap minggunya. Pada
saat pelajaran agama dimulai, pertama guru mengawalinya dengan mengucapkan
salam dan dilanjutkan dengan membaca doa belajar lalu sebelum materi agama
dimulai biasanya guru selalu mengingatkan anak tunarungu agar membaca bacaan
shalat dan takbir, dengan cara ini diharapkan anak mulai terbiasa dengan berdoa
dan bacaan shalat.1
Pada saat berdoa seorang guru menaikkan kedua tangannya dan
melanjutkan dengan penyampaian materi. Penyampaian materi disini ada yang
menggunakan bahasa atau verbal dan menggunakan alat bantu biasa disebut non
verbal. Materi agama yang di jelaskan kali ini tentang ibadah shalat dan tata cara
berwudhu maka seorang guru akan bersiap-siap menjelaskan dengan metode yang
disesuaikan dengan si anak. Pada saat penyampaian materi tata cara berwudhu
seorang guru akan mempraktekan dengan bahasa isyarat seperti membasuh muka,
berkumur-kumur, membasuh hidung, membasuh muka, membasuk kedua tangan
dari sikut hingga jari-jari, membasuh rambut, membasuh telinga kanan dan kiri,
1 Wawancara Pribadi dengan Bapak Samsul, Guru Agama SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta
Selatan, Jakarta 28 Februari 2013
43
membasuh kedua kaki dari mata sampai jari-jari begitu dengan gerakan-gerakan
shalat.
Guru agama berkata bahwa dia akan menjelaskan materi tentang ibadah
shalat, dan dia akan lebih mengutamakan materi yang bersifat kongkrit ketimbang
yang abstrak. Penyampaian seperti ini bermaksud untuk mempermudah anak
menangkap materi yang di sampaikan oleh gurunya.2 Dan metode yang digunakan
ialah sebagai berikut :
1. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara
langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan
pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.3
2. Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu
peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan
agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau
tiruannya.4
Metode demonstrasi adalah memeperagakan pembelajaran didepan anak
bagi anak tunarungu yang mereka punya gangguan pendengaran dan tidak mampu
berbicara maka metode demonstrasi harus ditunjang dengan metode-metode lain
tidak cukup di sekedar demo tetapi harus digabungan dengan bahasa oral yaitu
bahasa ceramah , kalau biasa orang menerangan, ketika guru mengajarkan tentang
tata cara shalat selain demonstrasi, maka metode ceramah, tanya jawab, bercerita,
2 Wawancara Pribadi dengan Bapak Samsul, Guru Agama SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta
Selatan, Jakarta 28 Februari 2013 3 Muhibbin Syah, Psikologi Kependidikan Suatu Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2000) 4 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008)
44
simulasi, peragaan langsung harus digabungkan secara bersama-sama untuk
mengajarkan ke anak, ketika anak tidak mampu mendengar maka guru lebih
mengutamakan metode yang bisa merangsang visual anak untuk anak paham,
karena anak tunarungu lebih mengandalkan penglihatan, ketika seorang guru
menerangkan tata-tata cara shalat misalkan, maka guru meggerakan seluruh
anggota badannya agar anak mengikutinya, kemudian masalah pendengaran ketika
anak tidak mendengar, perlu alat bantu yang lain agar si anak bisa mendengar
misalakan menggabungkan dengan komunikasi bahasa isyarat sebab anak tidak
bisa mendengar maka guru mengisyaratkan tentang takbir allahu akbar artinya
guru menjelaskan allah adalah maha besar begitu caranya itu dinamakan metode
demonstrasi. Catatan saya bahwa mengajar anak tunarungu sesungguhnya totalitas
metode harus dipakai tidak cukup dengan metode demo saja sebab guru harus
berkomunikasi total dengan anak tunarungu jadi tidak hanya menggunakan lisan
tapi body,isyarat, bahasa tubuh, mimik, sehingga anak paham apa yang diajarkan.5
Anak tunarungu mengetahui bahwa metode demonstrasi ialah metode yang
memberi contoh.6
Setelah dapat referensi dari buku bacaan, akhirnya penulis menarik
kesimpulan bahwa. Metode demonstrasi adalah suatu cara penyajian dalam
kegiatan belajar mengajar dengan cara mempraktekan kepada anak tunarungu
tentang materi yang ingin disampaikan misalkan tentang materi ibadah shalat.
Materi tersebut seorang guru mempraktekan bagaimana shalat yang baik dan benar
kepada anak muridnya. Dan metode demonstrasi biasanya itu diimbangi oleh
metode oral (lisan). Hal itu dilakukan untuk mempermudah anak tunarungu lebih
memahami tentang ibadah shalat. Seorang guru akan menyesuaikan dengan
karakter dari masing-masing anak. Dan setiap anak tunarungu memiliki karakter
yang berbeda-beda. Jadi dengan begitu berbeda-beda pula metode yang digunakan.
5 Wawancara Pribadi dengan Bapak Muhafid, Guru Agama SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta
Selatan, Jakarta 18 April 2013.
6 Wawancara Pribadi dengan M. Ziyan, Anak tunarungu di SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta
Selatan, Jakarta 29 Mei 2013.
45
Pada saat penyampaian materi terkadang seorang guru akan menemukan
kesulitan, karena anak tunarungu asik dengan dunia sendiri dan banyak pula yang
sedang becanda dengan teman-teman sebayanya, biarpun begitu seorang guru
harus dapat mengatasi semua kendala yang ada di depan mata, caranya dengan
menyapa dan memberi peringatan yang baik terhadap anak tersebut.
Setelah penyampaikan materi, seorang guru memberi kesempatan kepada
anak muridnya untuk menanyakan kembali materi yang disampaikanya tadi. Hal
ini sering dilakukan guna melihat pesan yang disampaikan ke anak muridnya
diterima baik atau tidak. Barulah seorang akan memberi pelatihan sesudah proses
tanya jawab. Dalam pelaksanaan pelatihan terkadang murid akan menemukan
ketidakpahaman materi yang tadi sudah disampaikan. Bila hal itu terjadi murid
akan merespon dengan menanyakan kembali. Dan disinilah proses komunikasi
interpersonal berlangsung antara guru dan anak tunarungu, menanggapi respon
anak muridnya maka guru akan menjelaskan kembali materi yang tadi ditanyakan
muridnya. Bahkan penjelasan yang dilakukan guru itu tidak cukup hanya satu atau
dua kali saja. Untuk mempermudah penyampaian materi kadang kala guru
memanfaatkan alat bantu yang di sediakan sekolah tersebut. Biasanya setelah
dijelaskan beberapa kali, murid sedikit dekit akan paham, barulah guru akan
memberi tugas untuk menghafal dirumah. Tujuan dari pemberian tugas itu adalah
agar si anak mau mengulang kembali materi yang tadi diajarkan dan makin cepat
paham.
46
Sebelum jam pulang tiba, seorang guru akan mengajak anak muridnya
mengulang bahan bacaan shalat dan doa harian secara bersama-sama, maksudnya
agar si anak bisa cepat hafal dan menerapkan pada kehidupan sehari-hari nantinya.
Pada saat diluar kelas murid anak tunarungu dibiasakan untuk menegur
siapa saja yang ditemuinya. Hal itu dilakukan agar menambah keakraban satu
sama lain. Dan peran orangtua terhadap anak diluar kelas cukup berat. Orang tua
wajib mengingatkan anaknya tentang tugas yang diberikan oleh guru dan
mengawasi di lingkungan sekitar. Agar tidak terjadi dengan hal-hal yang tidak
diinginkan.
Setelah penulis amati, komunikasi interpersonal yang dilakukan seorang
guru sebagai komunikator dalam proses belajar mengajar di sekolah luar biasa
negeri 1 lebak bulus ialah strateginya dengan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami atau sederhana, mudah ditangkap oleh anak tunarungu selaku komunikan
yang memberi feedbeck setelah menerima pesan dari seorang komunikator.
B. Efektivitas Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak Tunarungu
Dalam menjelaskan efektifitas komunikasi interpersonal yang ada di
sekolah luar biasa negeri 1 lebak bulus. Pasti seorang guru akan berhadapan
dengan faktor pendukung dan penghambat. Oleh karena itu seorang guru harus
pintar-pintar menyikapinya dan menyelesaikanya. Jika tidak cepat diatasi akan
mengganggu tugasnya.
47
Faktor pendukung dan penghambat metode demostrasi yaitu kalau demo
bagus untuk anak tapi ada sisi kelemahan tidak dibantu dengan pendekatan metode
lain tidak sampai arti sebuah demo sebab anak tidak paham yang diucapkan oleh
guru. Kalau alat bantu biasanya ada yang namanya peraga edukatif yg misalkan
alat bantu shalat, itu membantu anak memahami konsep yang di ajarkan guru,
memang demo itu memperagakan tapi lebih efektif ada alat bantu yang lain
misalkan puzzle, alat bantu gerak atau ICT kemudian dan video.7
Berikut ini adalah faktor-faktor pendukung dan penghambat untuk
terjadinya suatu proses komunikasi interpersonal yang efektif antara guru dan
tunarungu di melakasanakan kegiatan yang ada di sekolah tersebut, faktor itu
antara lain :
1. Faktor Pendukung
a. Alat peraga
Alat peraga yang dimaksud adalah alat tulis dan alat-alat mewarnai,
alat peraga yang ada dikelas ini cukup lengkap sehingga dapat digunakan
untuk mendukung kegiatan anak tunarungu dalam proses belajar mengajar.
Dengan begitu kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif. Serta guru
merasa terbantu dengan adanya alat peraga yang disediakan.
b. Peran sesama guru
Pada saat guru sedang mengalami kesulitan menghadapi muridnya,
maka peran guru lain diperlukan sebagai tempat bertukar pikiran (curhat)
7 Wawancara Pribadi dengan Bapak Muhafid, Guru Agama SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta
Selatan, Jakarta 18 April 2013.
48
dan memberikan saran untuk menyelesaikan kesulitan yang dihadapi.
Bukan malah menambah masalah.
c. Ruang kelas yang luas
Ruang kelas yang luas maksud adalah ruangan yang dilengkapi
dengan kebutuhan anak untuk belajar, serta untuk menimbulkan rasa tidak
bosan pada saat kegiatan belajar mengajar. Dan ruangan seperti ini bisa
dimanfaatkan untuk menimbulkan kreatifitas diri pada diri anak tunarungu.
d. Dukungan orangtua
Untuk anak-anak yang tinggal dirumah, seorang guru akan selalu
melaporkan setiap ada perkembangan anak didiknya kepada orang tua anak
tersebut. Hal itu dilakukan agar tidak hanya guru yang memberikan
dukungan kepada anak yang mengalami peningkatan yang signifikan.
Tetapi dukungan orangtua juga sangat membantu demi peningkatan
ananknya. Dan komunikasi orangtua dan guru tidak boleh terputus, demi
kemajuan anak tunarungu. Selain itu anak yang pulang ke rumah itu
cenderung lebih pintar dibandingkan dengan anak tunarungu yang ada
diasrama. Karena pada saat diberi tugas mereka yang dirumah ada yang
membimbing dan mengajarkan, sedangkan yang diasrama tidak ada yang
membimbing.
49
2. Faktor Penghambat
a. Keadaan Mengajar
Keadaan guru yang kurang sehat atau sedang menghadapi masalah,
bisa disebut dengan faktor psikologis. Faktor ini bisa diminimalisir,
mengingat profesionalitas sebagai seorang guru bisa mengatasi keadaan
dan membedakan kepetingan pribadi dengan kepentingan anak muridnya.
b. Suasana hati yang tidak baik
Suasana hati yang tidak baik maksudnya adalah perasaan dalam hati
tidak baik dapat menimbulkan perasaan sedih, jika sedang berkelahi
dengan teman sebayanya. Bila ada murid yang berkelahi, maka tugas guru
yang paling utama adalah mendamaikannya. Karena sifat mereka yang
cenderung pendendam, untuk itu guru harus benar-benar meyakinkan
mereka supaya tidak saling membalas. Jika ingin memberi hukuman maka
harus kepada keduanya. Hal ini dilakukan untuk memberi pelajaran bahwa
siapapun yang membuat keributan adalah suatu perbuatan yang salah. Bila
mood anak tunarungu sedang sedih maka guru tidak bisa memaksakan. Hal
yang perlu dilakukan adalah membiarkan mereka melakukan hal yang
diinginkan tetapi tetap dalam pengawasan. Karena hal itu si anak dapat
pasif, hanya berdiam diri dan tidak mau mengikuti proses belajar. Bila
dipaksakan bisa berdampak buruk pada diri anak tunarungu.
c. Membutuhkan perhatian yang lebih dari guru
50
Anak tunarungu memerlukan perhatian yang lebih dari guru. Bila
salah satu dari mereka ada yang sedang mencari perhatian maka guru harus
secepatnya mengalihkan kepada hal yang lain. Karena bila kemauan si
anak dituruti maka anak tunarungu lain ikut meminta perhatian yang lebih
dan itu semua bisa berdampak pada kegiatan yang sedang berlangsung.
d. Penggunaan bahasa
Gangguan bahasa dalam komunikasi disebut dengan gangguan
semantik. Dalam hal ini, bahasa yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan pesan kepada anak tunarungu harus sederhana dan mudah
dipahami. Selain itu penjelasan atau intruksi yang diberikan juga harus
disertai dengan alasan yang rasional, yang dapat mereka jumpai dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Hallahan terdapat empat bidang hambatan kognisi pada anak yang
termasuk kategori retardasi mental, yaitu hambatan perhatian, hambatan ingatan,
hambatan bahasa dan hambatan akademik.8
Menurut Kumar efektifitas komunikasi interpersonal mempunyai lima ciri,
sebagai berikut :
1. Keterbukaan (openess) : Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi
yang ditetima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi.
2. Empati (empathy) : Merasakan apa yang dirasakan orang lain.
8 Agustyawati dan solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN, 2009), hal.155
51
3. Dukungan (supportiveness) : Situasi yang terbuka untuk mendukung
komunikasi berlangsung efektif.
4. Rasa positif (positiveness) : Seseorang harus memiliki perasaan positif
terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif barpartisipasi dan
menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.
5. Kesetaraan (equality) : Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak
menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan.9
Profesi guru sekolah luar biasa merupakan profesi yang cukup mulia. Karena mau
membagi waktunya untuk anak yang memiliki keterbelakangan fisik maupun
mental. Dan jadi guru sekolah luar biasa harus memiliki cara-cara untuk
melakukan pendakatan ke anak tunarungu. Serta dalam sistem pengajaran harus
memperhatikan beberapa aspek, antara lain:
1. Komunikator : seseorang yang harus mempunyai kredibilitas (source
credibility). Jika dalam hal ini guru tidak memiliki kredibilitas maka anak
tunarungu akan sulit menerima pesan yang disampaikan seorang guru, bahkan
si anak tidak mau mengikuti perintah gurunya. Selain itu harus memiliki daya
tarik (source attractiveness). Anak tunarungu dengan mudah menerima pesan
9 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Grasindo, 2004), cet.1, h.36.
52
yang disampaikan oleh seorang guru, bila anak tunarungu merasa bangga dan
kagum terhadap sosok guru tersebut.
2. Pesan : sesutu yang harus dirancang dan diutarakan dengan sedemikian rupa
sehingga menarik bagi anak tunarungu. Pesan yang disampaikan harus
mengikut sertakan lambang-lambang yang dapat dipahami oleh si anak, serta
pesan harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Jadi guru harus mengemas
pesan dangan sebaik mungkin dan jangan sampai terjadi miss understanding
antara guru dan anak runarungu.
3. Komunikan : ialah anak tunarungu yang mau mendengarkan dan menerima
pesan dari gurunya. Serta mau mengeluarkan respon dari pesan dari yang
diterima. Baik respon secara langsung atau tidak langsung.
Mata pelajaran agama hanya ada dua jam dalam seminggu. Materi yang diberikan
oleh guru agama ada yang berupa teori dan praktek. Pada saat mau praktek siswa
tunarungu diwajibkan membawa alat praktek yang diperlukan. Misalkan materi
kali berkaitan tentang ibadah shalat. Maka siswi perempuan diharapkan membawa
mukenah bagi yang beragama islam, siswa laki-laki membawa sarung. Jika semua
siswa-siswi membawa keperluan praktek yang diperlukan, maka pesan yang
dipesan yang disampaikan ke anak tunarungu cukup efektif. Dan mengikuti semua
diperintahkan oleh guru. Bila materi praktek itu tiba maka seluruh anak tunarungu
membawa perlengkapan yang diperlukan. Setelah itu mulai mereka dengan
berwudhu lalu dilanjutkan dengan shalat.
53
Pertama-tama guru agama mencontohkan ke anak murid tentang gerakan
shalat. Tetapi sebelum itu mereka diajarkan membaca bacaan shalat. Dan mereka
mengikuti semua itu dengan keterbatasan yang mereka miliki. Guru agama selalu
mengingatkan mereka agar mengerjakan shalat. Dan perintah itu dikerjakan oleh
anak tunarugu biarpun masing bolong-bolong. Tapi peran guru agama tidak henti-
hentinya untuk mengingatkan ke mereka semua.10
Setelah mereka praktek shalat guru agama akan bercerita tentang ibadah
shalat. Maksud dari hal itu agar meningkatkan kesadaran anak tunarungu tentang
pentingnya ibadah shalat. Dan guru tidak pernah lelah untuk mengajar kepada
anak muridnya tentang ibadah shalat, diantaranya :
1. Sebelum shalat diawali dengan membersihkan diri (berwudhu)
2. Di awali dengan mengucapkan niat dan takbiratul ihram
3. Melaksanakan shalat tepat waktu
4. Melaksanakan dengan khusyu’
5. Melaksanakan tata tertib shalat secara berurutan
6. Mengutamakan shalat berjama’ah dan mengutamakan kerapatan shaff, serta
mengutamakan shaff terdepan
7. Mengakhiri dengan salam dan do’a
Dan perubahan pun bisa dilihat setelah diingatkan terus, banyak anak yang mulai
rajin shalat. Serta ada beberapa anak yang mulai shalat dengan sendirinya tanpa
10
Wawancara Pribadi dengan Bapak Samsul, Guru Agama SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta
Selatan, Jakarta 28 Februari 2013.
54
diperintah lagi. Itu semua bisa membangkit teman sebayanya untuk mengerjakan
ibadah shalat.
Ibadah shalat merupakan sesuatu yang kerjakan oleh umat islam. Serta
termasuk rukun islam yang kedua. Maka dari seluruh umat islam wajib
mengerjakan. Shalat juga dapat mencegah kita dari perbuatan yang keji dan
mungkar. Berkaitan tentang hal itu sudah pernah dijelaskan pada materi minggu
lalu oleh guru agama disekolah itu. Anak tunarungu setelah mendengar hal itu ada
yang langsung meresponnya dan mempraktekannya dirumah. Hal itu dapat
diketahui berkat laporan orangtua murid kepada guru agama. Mendengar hal itu
guru agama mengucapakan alhamdullilah serta tersenyum.
Perubahan yang dapat dilihat dari anak adalah pada saat shalat zuhur tiba
mereka berbondong-bondong segera ke masjid yang ada lingkungan sekolah untuk
melaksanakan shalat zuhur. Dan tampak seketika masjid tampak penuh, tapi hal ini
belum menandakan tugas guru terutama guru agama berakhir. Bahkan tugas agama
makin sulit karena mempertahankan anak untuk mengerjakan shalat. Karena mood
anak tunarungu sering berubah dari masing-masing anak.
Bila pada saat dirumah peran orangtua melanjutkan apa yang tadi sudah
dikerjakan guru disekolah. Orang tua wajib mengingatkan tentang penting ibadah
shalat. Biar si anak mulai terbiasa mengerjakan shalat dirumah tanpa diperintah
lagi. Wajib menegur anaknya bila tidak mengerjakan shalat dengan menggunakan
bahasa yang baik.
55
Semua itu bisa dikatakan efektif bila anak tunarungu sudah mengerjakan ke
tujuh hal yang diceritakan oleh guru agamanya. Mereka melakukan hal itu dengan
kemauan diri sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain. Bahkan mereka dapat
mengamalkan ilmu yang mereka dapat kepada orang lain yang belum mengetahui.
Sebab ilmu yang bermanfaat itu ilmu yang bermanfaat pula bagi orang lain. Selain
itu mereka juga dapat mengendalikan emosi mereka masing-masing dan jarang
bertengkar satu sama lain. Bahkan ada dari mereka yang dapat membanggakan
nama orangtuanya pada saat memenangkan perlombaan mewarnai kaligrafi di
sekolahnya.
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang saya sampaikan pada bab-bab terdahulu
tentang pelaksanaan ibadah shalat di sekolah luar biasa negeri 1 lebak bulus
jakarta selatan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Pada saat penyampaian materi biasanya guru agama menggunakan
komunikasi interpersonal serta beberapa metode yang digunakan, antara
lain :
a. Metode demonstrasi adalah suatu cara penyajian dalam kegiatan belajar
mengajar dengan cara mempraktekan kepada anak tunarungu tentang
materi yang ingin disampaikan misalkan tentang materi ibadah shalat.
Materi tersebut seorang guru mempraktekan bagaimana shalat yang
baik dan benar kepada anak muridnya. Dan metode demostrasi biasanya
diimbangi oleh metode oral (lisan). Hal itu dilakukan untuk
mempermudah anak tunarungu lebih memahami tentang ibadah shalat.
2. Suatu efektivitas komunikasi interpersonal antara guru dan tunarungu
dalam meningkatkan kualitas ibadah shalat bisa dilihat, bila anak tuna
rungu sudah mengerjakan beberapa hal berikut :
a. Sebelum shalat diawali dengan membersihkan diri (berwudhu)
b. Di awali dengan mengucapkan niat dan takbiratul ihram
c. Melaksanakan shalat tepat waktu
d. Melaksanakan dengan khusyu’
57
e. Melaksanakan tata tertib shalat secara berurutan
f. Mengutamakan shalat berjama’ah dan mengutamakan kerapatan
shaff, serta mengutamakan shaff terdepan
g. Mengakhiri dengan salam dan do’a
Semua itu dapat terlaksana bila ada kerjasama yang harmonis antar guru
dan orangtua murid. Saling bertukar informasi satu sama lain terkait
perkembang pada diri anak.
B. Saran
1. Untuk Pihak Sekolah
a. Dalam meningkatkan kualitas guru dari pihak sekolah sebaiknya
memberi pelatihan khusus, agar guru pada saat menerangan materi ke
anak muridnya bisa dengan cepat dan dipahami oleh anak tunarungu.
b. Melengkapi sarana dan prasarana disekolah agar kegiatan belajar
mengajar tambah efektif. Dapat pula menambah semangat belajar anak-
anak SLB baik tunarungu maupun tunagrahita.
2. Untuk Pihak Orang Tua
a. Dapat bekerja sama dengan baik dengan guru agar dapat memantau
perkembangan si anak
b. Lebih memperhatikan kembali kesehatan anak tunarungu agar anak
dapat menerima ilmu tanpa terganggu oleh apa pun.
3. Untuk Pihak Guru
58
a. Lebih bersabar dalam menghadapi anak kebutuhan khusus khususnya
anak tunarungu
b. Dapat bekerja sama dengan orang tua anak tunarungu agar
meningkatkan prestasi anak
4. Untuk Pihak Masyarakat Sekitar SLB Negeri Lebak Bulus
a. Lebih ditingkatkan lagi rasa kepedulian terhadap SLB yang ada
lingkungannya.
b. Memunculkan perasaan memiliki SLB tersebut
5. Untuk Pihak Pemerintah
a. Sebaiknya Pemerintah terjun langsung ke SLB tersebut guna melihat
anak kebutuhan khusus yang berprestasi dan tidak sungkan untuk
memberikan beasiswa kepadanya.
b. Membantu melengkapi sarana dan prasarana yang kurang lengkap.
c. Membentuk tim khusus, guna mengawasi SLB yang didalam terdapat
anak berprestasi serta menyediakan wadah untuk mengembangkan
potensi yang dimilikinya.
59
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Atabik dan Muhdlor, Zuhdi. Kamus Kotemporer Indonesia Arab. Yogyakarta:
Multi Karya Grafika, 1999.
Bittner, John R. Broadcasting and Telecommunication, An Introduction. New
Jersey: Prentice- Hall, 1985.
Budyatna, Muhammad dan Ganiem, Leila Mona. Teori Komunikasi Antarpribadi.
Jakarta: Kencana, 2011.
Depari, Eduard dan MacAndrews , Colin. Peranan Komunikasi Massa dalam
Pembangunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995
Departemen Pendidikan Nasional, Keterampilan Kompensatoris Bagi Anak
Dengan Gangguan Penglihatan (Tunanetra) dan Gangguan Pendengaran
(Tunarungu), Direktur Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa ,Jakarta : September,
2006
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1996.
DeVito, Joseph. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Proffesional Book, 1997.