NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KISAH UMAR BIN KHATTAB NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) Disusun oleh: EKA FATIMAH ALVIANITA NIM: G000100122 NIRM: 10/X/02.2.1/T/4435 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
18
Embed
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KISAH UMAR BIN …eprints.ums.ac.id/30829/19/ARTIKEL_PUBLIKASI.pdf · 2 orang yang memisahkan antara kebenaran dan kebathilan4. Berdasarkan latar
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
KISAH UMAR BIN KHATTAB
NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Disusun oleh:
EKA FATIMAH ALVIANITA
NIM: G000100122
NIRM: 10/X/02.2.1/T/4435
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ABSTRAK
Islam merupakan ajaran agama yang sempurna. Dalam agama Islam terdapat tiga ajaran yang sangat ditekankan oleh Allah dan Rasul-Nya, yaitu aqidah, syariat/ibadah dan akhlak. Ketiganya pun diamalkan dengan seimbang. Sesungguhnya aqidah yang kokoh senantiasa menghasilkan amalan ibadah dan ibadah pun akan menciptakan akhlakul karimah.
Umar merupakan satu diantara empat orang khalifah yang digolongkan sebagai khalifah yang diberi petunjuk (khulafaur Rasyidin). Saat menjadi khalifah, Umar berperan penting dalam pemerintahannya dengan memperluas wilayah dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam politik. Umar bin Khattab disebut juga sebagai seorang mujtahid yang ahli dalam membangun negara yang ditegakkan atas prinsip-prinsip keadilan, persamaan dan persaudaraan seperti yang diajarkan oleh nabi Muhammad.
Rumusan masalah dalam penelitian ini, nilai-nilai pendidikan Islam apa yang terkandung dalam kisah Umar bin Khattab. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung di dalam kisah Umar bin Khattab. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan khususnya pendidikan Islam. Serta dapat memberi manfaat bagi pembaca dalam memahami makna dalam suatu kisah pemimpin umat.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data penulis menggunakan metode dokumentasi. Data primer dalam penelitian ini adalah dokumen mengenai kisah Umar Bin Khattab yaitu buku yang berjudul Umar Bin Khattab karangan Muhammad Husein Haekal. Selain pengumpulan data penulis juga menggunakan metode deskriptif kualitatif yang terdiri dari tiga kegiatan, yaitu: pengumpulan data sekaligus reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kisah Umar bin Khattab terdapat nilai-nilai pendidikan Islam sebagai berikut: Pertama, nilai pendidikan aqidah yaitu fitrah manusia untuk bertuhan. Dalam mengenal tuhannya manusia tidak hanya membutuhkan fitrah tetapi juga wahyu Allah. Selain itu menanamkan kalimat syahadat untuk memperoleh kemantapan aqidah. Kedua, nilai pendidikan ibadah yaitu seorang muslim mempunyai kewajiban dengan melaksanakan perintah Allah dengan tidak menyimpang dari kaidah-kaidah agama seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Ketiga, nilai pendidikan akhlak yaitu perbuatan dan tingkah laku manusia yang berkaitan dengan Allah, sesama manusia dan alam sekitar seperti, berdoa kepada Allah, hidup sederhana, adil, mendidik anak, musyawarah dan sayang terhadap hewan.
Kata kunci : Nilai Pendidikan Islam, Umar bin Khattab
1
PENDAHULUAN
Pendidikan Islam adalah
sistem pengajaran yang didasarkan
pada ajaran agama Islam. Sumber
ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan as-
Sunnah. Al-Qur’an dijadikan sumber
pendidikan Islam yang pertama
sebab memiliki nilai absolut yang
diturunkan oleh Allah. Nilai dalam
al-Qur’an bersifat abadi dan relevan
dalam setiap zaman, sehingga
pendidikan Islam yang ideal harus
sepenuhnya mengacu pada nilai
dasar al-Qur’an1.
Al-Qur’an berisi tentang
nilai-nilai pendidikan Islam terdiri
dari tiga pilar utama yaitu: Pertama,
I’tiqādiyyah, yang berkaitan dengan
nilai pendidikan keimanan atau
aqidah. Kedua, Khuluqiyyah, yang
berkaitan dengan nilai pendidikan
etika atau akhlak. Ketiga,
1 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam
(Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 33.
‘Amaliyyah, yang berkaitan dengan
nilai pendidikan ibadah2.
Umar bin Khattab adalah
salah seorang sahabat nabi
Muhammad saw, yang juga menjadi
khalifah kedua dalam Islam. Umar
memiliki kedudukan yang tinggi di
sisi Rasulullah. Rasulullah bersabda,
“Seandainya setelah aku ada nabi,
maka itu adalah Umar bin Khattab.”
(HR. Tirmidzi dan Hakim). Allah
telah memberikan Umar sifat-sifat
para nabi dan kedudukan para rasul
sehingga menjadikannya sebagai
orang yang layak memperoleh posisi
kenabian. Selain itu, Umar juga
memperoleh muḥaddiṡin atau ilham
dari Allah3. Allah meletakkan
kebenaran pada lidah dan hati Umar,
sehingga Rasulullah memberikan
Umar dengan gelar al-Farūq yaitu
2 Ibid,. hlm. 37. 3 Ibnu Katsir, Al-Bidayah Wan Nihayah
(Jakarta: Darul Haq, 2004), hlm. 175.
2
orang yang memisahkan antara
kebenaran dan kebathilan4.
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka penulis tertarik untuk
meneliti nilai pendidikan Islam yang
terdapat dalam kisah Umar Bin
Khattab dengan judul “Nilai-Nilai
Pendidikan Islam dalam Kisah
Umar Bin Khattab”.
Rumusan masalah dalam
penelitian ini, nilai-nilai pendidikan
Islam apa yang terkandung dalam
kisah Umar bin Khattab. Tujuan
penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan mendeskripsikan
nilai-nilai pendidikan Islam yang
terkandung di dalam kisah Umar bin
Khattab.
Tinjauan pustaka yang
dijadikan sebagai rujukan di
antaranya sebagaimana yang telah
dilakukan oleh:
4 Muhammad Husein Haekal, Umar bin
Khattab (Jakarta: PT Pustaka Litera Antar
Nusa, 2013), hlm. 59.
1. Bustomi Amiri dalam karya
Skripsi yang berjudul Nilai-
Nilai Pendidikan Islam
Dalam Al-Qur’an Surat Al-
Kahfi Ayat 60-82
menyimpulkan bahwa
terdapat empat nilai
pendidikan. Pertama, nilai
pendidikan aqidah yang
ditunjukkan oleh sikap nabi
Musa ketika mendengar
kabar dari Allah swt. Kedua,
nilai pendidikan ibadah yang
ditunjukkan oleh nabi Musa
yang mencari ilmu kepada
nabi Khidir. Ketiga, nilai
pendidikan muamalah yang
diperlihatkan nabi Musa
dalam berinteraksi dengan
masyarakat. Nilai yang
terakhir nilai pendidikan
akhlak yang ditunjukkan oleh
nabi Musa dan nabi Khidir
3
terhadap Allah swt, sesama
manusia dan lingkungan5.
2. Burhanuddin Asy-Syifa’
dalam karya Skripsi yang
berjudul Nilai- Nilai
Pendidikan Islam Dalam
Novel Sang Pemimpi Karya
Andrea Hirata
menyimpulkan dalam
perspektif pendidikan Islam
dengan memberikan banyak
gambaran dari nilai-nilai
pendidikan Islam yaitu nilai
keikhlasan, nilai taubat, nilai
kesabaran, nilai kejujuran,
nilai berbakti kepada orang
tua, nilai rendah hati, nilai
kesederhanaan, nilai
ketaqwaan dan nilai kasih
sayang6.
5 Bustomi Amiri, Nilai-Nilai Pendidikan
Islam Dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi Ayat
60-82 (Surakarta: UMS, 2008), unpublished. 6 Burhanuddin Asy-Syifa’, Nilai- Nilai
Pendidikan Islam Dalam Novel Sang
3. Rofi Nurrohmah dalam karya
Skripsi yang berjudul Nilai-
Nilai Pendidikan Islam
Dalam Lirik Lagu Religi
Karya Bimbo menyimpulkan
bahwa terdapat tiga nilai
pendidikan yaitu nilai
pendidikan aqidah, nilai
pendidikan akhlak dan nilai
pendidikan ibadah. Nilai
pendidikan aqidah yang
terdapat dalam lagu Tuhan
dan Rindu Rasul yang
mencakup keimanan kepada
Allah dan keimanan kepada
Rasul. Nilai pendidikan
akhlak yang terdapat dalam
lagu Rasul menyuruh Kita
Mencintai Anak Yatim dan
Aisyah Adinda Kita yang
mencakup mencintai anak
yatim dan mengasihi orang
Pemimpi Karya Andrea Hirata (Surakarta:
UMS, 2008), unpublished.
4
miskin. Nilai pendidikan
ibadah yang terdapat dalam
lagu Sajadah Panjang dan
Ada Anak Bertanya Pada
Bapaknya yang terkandung
didalamnya mengabdi kepada
Allah dengan mentaati
kewajiban untuk beribadah
kepada-Nya7.
4. Zen Abdurrahman dalam
bukunya yang berjudul Ilham
Keberanian Umar bin
Khattab menyimpulkan
bahwa sejak usia muda, Umar
pandai dalam memanah,
memacu kuda, bergulat dan
terkenal cerdas. Sebelum
masuk Islam, Umar bin
Khattab merupakan salah satu
orang kafir yang sangat keras
menentang ajaran Nabi.
7 Rofi Nurrohmah, Nilai-Nilai
Pendidikan Islam Dalam Lirik Lagu Religi
Karya Bimbo (Surakarta: UMS, 2009),
unpublished.
Namun, setelah masuk Islam
Umar pun menjelma sebagai
lelaki gagah dengan
membawa angin segar bagi
Islam. Umar yang dahulu
sangat menentang Islam kini
berbalik selalu berada di
barisan terdepan. Dengan
keberaniannya, Islam pun
mampu menaklukkan Persia
dan Byzantium. Walaupun
kekuasaan Umar saat itu
begitu besar tetapi Umar tetap
hidup sederhana8.
Pendidikan Islam adalah
pengubahan tingkah laku dalam
diri manusia baik jasmani
maupun rohani melalui proses
pendidikan dengan dilandasi
nilai-nilai Islam sehingga
terbentuk kepribadian manusia
yang utama.
8 Zen Abdurrahman, Ilham Keberanian
Umar bin Khathab (Yogyakarta: Diva Press,
2014), hlm. 73.
5
Sumber pendidikan Islam
ada tiga yaitu al-Qur’an, as-
Sunnah dan Ijtihad. Menurut
H.M. Arifin, faktor-faktor
pendidikan Islam dibagi menjadi
lima yaitu: pendidik, peserta
didik, alat-alat pendidikan Islam,
lingkungan sekitar dan tujuan
pendidikan Islam9.
Nilai-nilai pendidikan
Islam mencakup nilai akhlak,
nilai aqidah dan nilai ibadah.
Aqidah adalah sejumlah
kebenaran yang secara fitrah
dapat diterima secara umum oleh
manusia, dan tidak akan
bercampur dengan keraguan
sehingga mendatangkan
ketenteraman jiwa10.
Allah menciptakan
manusia dengan fitrah bertuhan.
9 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam
(Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 109. 10 Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam
(Yogyakarta, Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam, 2000), hlm. 1-2.
Apabila menghadapi suatu
kejadian yang luar biasa atau
sudah kehilangan segala daya
untuk menghadapinya, maka lalu
secara spontan fitrah tersebut
muncul kembali. Secara esensi
tidak ada manusia yang tidak
bertuhan, yang ada hanyalah
mempertuhankan sesuatu yang
bukan Allah11.
Selain itu, manusia juga
memerlukan dalil naqli (al-
Qur’an dan as-Sunnah) untuk
membimbing manusia mengenal
kebenaran tersebut. Sebab fitrah
dan akal manusia tidak selalu
dapat menjelaskan Tuhan yang
sebenarnya yaitu Allah12.
Kemantapan aqidah dapat
diperoleh dengan menanamkan
La Ilāha illa al-Allah (Tiada
11 Ibid., hlm. 11-12. 12 Ibid., hlm. 17.
6
tuhan selain Allah) dan
Muḥammad Rasūlullah13.
Ibadah merupakan tata
cara manusia berhubungan
dengan Allah secara langsung
yang dalam pelaksananaannya
tidak boleh menambahkan atau
mengurangi kaidah-kaidah yang
telah diatur oleh Allah dan
Rasul-Nya. Kaidah-kaidah
tersebut tercantum dalam al-
Qur’an dan as-Sunnah. Ibadah
yang termasuk didalamnya
adalah yang berkaitan dengan
salat, puasa, zakat dan haji14.
Akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa manusia,
sehingga akan muncul secara
spontan apabila dibutuhkan,
tanpa memerlukan pemikiran
terlebih dahulu dan tidak
13 Ibid., hlm. 34 14 Muhammad Daud Ali, Pendidikan
Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2001),
hlm. 235.
membutuhkan dorongan dari
luar15.
Akhlak merupakan sikap
yang melahirkan perbuatan dan
tingkah laku manusia. Akhlak
dibagi menjadi tiga yaitu akhlak
terhadap Allah, akhlak terhadap
makhluk dan akhlak terhadap
alam16.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini
digolongkan ke dalam penelitian
kepustakaan (library research), yaitu
penelitian yang dilakukan di ruang
perpustakaan untuk menghimpun dan
menganalisis data yang bersumber
dari perpustakaan, baik berupa buku-
buku, kisah-kisah sejarah, dokumen-
dokumen dan materi perpustakaan
lainnya yang dapat dijadikan sumber
15 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq
(Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam, 1999), hlm. 1-2 16 Sudarno Shobron, Studi Islam 1