-
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT
PAGAR NUSA DI PONDOK PESANTREN
AGRO NUUR EL-FALAH SALATIGA
TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
M. Ilyas Safi’i
NIM. 23010160370
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
-
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT
PAGAR NUSA DI PONDOK PESANTREN
AGRO NUUR EL-FALAH SALATIGA
TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
M. Ilyas Safi’i
NIM. 23010160370
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
-
iv
-
v
-
vi
-
vii
MOTO
ۙ فَاًََِّوَعاْلُعْسِشيُْسًشا
"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan"
(QS. Al-Insyirah 94: Ayat 5)
-
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah swt. atas limpahan rahmat serta
karunia-Nya,
skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta, pasangan mesra Bapak Sutarman dan
Ibu Siti
Samsiyah. Terimakasih atas segala do’a, nasihat, motivasi, dan
segala bentuk
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Semoga bapak
ibu senantiasa diberikan kesehatan, kebahagiaan, kemudahan,
keberkahan
umur, dan perlindungan Allah swt.
2. Kakak-kakakku tersayang, Mbak Hesti, Mas Rohmat, Mas Hassim,
Mbak
Ifah, dan Mas Ilham yang senantiasa memberikan dukungan dan
bantuan
kepada ku, serta kepada adik-adikku tercinta Dik Fina, Dik
Zahra, Dik Amin,
Dik Aida, dan Dik Maulana semoga kelak kalian menjadi anak yang
sholih-
shilihah.
3. Kepada KH. Nur Sholeh, S.Pd.I dan keluarga besar Pondok
Pesantren Agro
Nuur El-Falah yang telah memberikan banyak dorongan dan
bantuan
kepadaku.
4. Sahabatku di rumah Dwi Andria S, Vito, Imron, Ilyas, Haris,
Rifki, Mufid,
Rahman, dan Ismail yang selalu menemaniku.
5. Sahabatku sewaktu SMA Ilham, Etik, Ayu, Wanda, dan Vita
semoga kalian
sukses di tempat masing-masing.
6. Sahabat sekamarku Hendri Irawan, M. Afiful Habib, Mahfud
Jalali,
Mahdiyan Nasikin, Munib Aditya, Islahul Koimin, dan Mutoib
terimakasih
atas dukungan dan bantuannya selama ini.
-
ix
7. Kakak angkatan yang selalu aku repoti, Mas Suharsono, Mas
Bagus, Mas
Rois, Mas, Marja’I, Mas Andi, Mas Muhtar, Mbak Awal, dan Mbak
Ika
terimakasih atas bantuannya.
8. Keluargaku di Youth Assosiation Of Bidikmisi Limardhotillah
(YA
BISMILLAH) semoga kesuksesan senantiasa menyertai kalian.
9. Keluargaku di Posko 128 Kuliah Kerja Nyata (KKN) IAIN
Salatiga tahun
2019 Zainul Haq, Fariz Naufal, Dyah Anggraeni, Hanifatus
Sa’diyah, Siti
Khofifatul Akhadiyah, Fitri Ani, dan Anifatu Zuhro.
10. Teman-teman seperjuanganku mahasiswa IAIN Salatiga angkatan
2016 dan
kepada siapapun yang telah berkontribusi dalam penyusunan
skripsi ini.
-
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur alhamdulillahi rabbil‟alamin, penulis panjatkan
kepada Allah
swt. yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta
hidayah-Nya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Islam Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pencak
Silat Pagar
Nusa Di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga Tahun
2019.
Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada
Rasulullah Muhammad saw., kepada keluarga, sahabat, serta para
pengikutnya
yang selalu setia dan mendajikannya suri tauladan yang mana
beliaulah satu-
satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari
zaman
kegelapan menuju zaman terang-benerang yakni dengan ajarannya
agama Islam.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan
dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag.
2. Dekan FTIK IAIN Salatiga, Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag.
3. Ketua program studi PAI IAIN Salatiga, Ibu Dra. Siti Asdiqoh,
M.Si.
4. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag., selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah
membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, meluangkan waktunya
untuk
penulis, serta senantiasa memberikan motivasi dan inspirasi
kepada penulis
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga ini
menjadi amal
saleh beliau.
-
xi
-
xii
ABSTRAK
Safi’i, M. Ilyas. 2020. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam dalam
Kegiatan
Ekstrakurikuler Pencak Silat Pagar Nusa di Pondok Pesantren Agro
Nuur
El-Falah Salatiga Tahun 2019. Skripsi, Salatiga: program studi
Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Isntitut Agama
Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. Mansur, M.Ag.
Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam,Pagar Nusa
Tujuan yang hendak diperoleh dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui
proses pelaksanaan ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa, apa
saja nilai-nilai
pendidikan agama Islam yang terdapat dalam ekstrakurikuler
pencak silat Pagar
Nusa, dan untuk mengetahui hambatan dan solusi terkait
pelaksanaan
ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa.
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif.
Sumber data
dalam penelitian ini meliputi sumber 3 jenis yaitu pertama
person yang meliputi
pengasuh pondok pesantren, pelatih, dan peserta, kedua place
yang meliputi
tempat latihan, kelengkapan peralatan latihan dan lain-lain, dan
yang ketiga
adalah paper. Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan
dengan teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama,kegiatan
ekstrakurikuler
pencak silat Pagar Nusa bertujuan untuk mengenalkan para santri
bahwa nilai-
nilai keislaman yang dianut di Pondok Pesantren Agro Nuur
El-Falah adalah
berhaluan ahlussunnah waljamaan, khususnya adalah ahlussunnah
waljamaah
an-nahdhiyah. Teknis pelaksanaannya adalah 1) Do’a, 2)
Pemanasan, 3) Latihan
fisik, 4) materi, 5) Praktik, 6) Istirahat, 7) evaluasi, 8)
pelemasan, 9) Do’a, dan 10)
penutup. Kedua, nilai-nilai pendidikan agama Islam yang
terkandung adalah nilai
akidah, nilai syariat, dan nilai akhlak. Nilai akidah meliputi
1) Berdo’a sebelum
memulai kegiatan, 2) Himbauan untuk melaksanakan kewajiban
sebagai seorang
muslim, 3) Himbauan untuk berdzikir dan bersholawat kepada nabi,
dan 4)
penyampaian pesan yang ada dalam logo Pagar Nusa yaitu الغالة
االتاهلل. Nilai
syariat meliputi 1) Disiplin saat latihan, dan 2) himbauan untuk
melakukan
amalan-amalan sunnah. Terakhir yaitu nilai akhlak, yang terdiri
dari 1) Ta‟dzim,
2) Persaudaraan (ukhuwah), 3) Persamaan (al-musawah), 4)
Keadilan, 5) Rendah
hati (tawadhu‟), 6) Tepat janji (al-wafa‟), 7) Lapang dada
(insyiraf), 8) Dapat
dipercaya (al-amanah), 9) Perwira („iffah atau ta‟affuf), dan
10) Dermawan (al-
munfiqun). Ketiga, hambatan dan solusi dalam Pelaksanaan
Ekstrakurikuler
Pencak Silat Pagar Nusa adalah 1) Waktu bertabrakan dengan
agenda pesantren,
solusinya adalah dengan mengadakan kegiatan latihan di waktu
lain di luar
kegiatan pesantren dan membuat jadwal pribadi terkait masalah
tersebut. 2)
Peralatan yang terbatas, solusinya adalah dengan mengadakan
penarikan kas
sehingga dapat digunakan untuk membeli peralatan yang
dibutuhkan. 3) Tempat
yang panas dan kasar, solusinya adalah dengan mencarikan tempat
yang lebih
teduh dan memakai matras mobil. 4) Perizinan keluar sulit,
solusinya adalah
dengan mengajukan izin terlebih dahulu tiga hari sebelum
kegiatan.
-
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR i
LEMBAR BERLOGO IAIN ii
HALAMAN SAMPUL DALAM iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN vi
MOTO vii
PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR x
ABSTRAK xii
DAFTAR ISI xiii
DAFTAR LAMPIRAN xvii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Bekalang 1
B. Fokus Penelitian 7
C. Tujuan Penelitian 7
D. Manfaat Penelitian 8
E. Penegasan Istilah 9
F. Sistematikan Penulisan Skripsi 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA 14
A. Kajian Teori 14
1. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam 14
-
xiv
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam 14
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam 14
c. Fungsi Pendidikan Agama Islam 16
d. Karakteristik Pendidikan Agama Islam 17
e. Pengertian Nilai Pendidikan Agama Islam 19
f. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam 20
2. Ekstrakurikuler Pencak Silat Pagar Nusa 34
a. Pengertian Ekstrakurikuler Pencak Silat 34
b. Sejarah Pencak Silat 35
c. Aspek-aspek dalam Pencak Silat 36
d. Nilai-nilai Dasar Pendidikan dalam Pencak Silat 39
e. Pencak Silat Pagar Nusa 42
B. Kajian Pustaka 46
BAB III METODE PENELITIAN 55
A. Jenis Penelitian 55
B. Lokasi Penelitian 55
C. Kehadiran Peneliti 56
D. Sumber Data 56
1. Person 56
2. Place 57
3. Paper 57
E. Teknik Pengumpulan Data 57
1. Wawancara 58
-
xv
2. Observasi 59
3. Dokumentasi 60
F. Analisis Data 61
1. Reduksi Data 61
2. Penyajian Data (Data Display) 62
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi 62
G. Pengecekan Keabsahan Data 63
1. Ketekunan Pengamantan 63
2. Trianggulasi 64
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA 65
A. Profil Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah 65
1. Latar Belakang Pendirian 65
2. Lokasi dan Tanggal Berdiri 66
3. Visi Misi dan Tujuan 68
4. Program Pendidikan 68
5. Sistem Pembelajaran 69
6. Struktur Organisasi Yayasan 70
7. Struktur Organisasi Pesantren 70
8. Organisasi Santri 72
9. Kegiatan Ekstra 72
B. Paparan Data 73
1. Proses Pelaksanaan Ekstrakurikuler Pencak Silat Pagar Nusa
di
Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga 73
-
xvi
2. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Ekstrakurikuler
Pencak Silat Pagar Nusa di Pondok Pensantren Agro Nuur
El-Falah Salatiga 82
3. Hambatan dan Solusi dalam Pelaksanaan Ekstrakurikuler
Pencak Silat Pagar Nusa di Pondok Pesantren Agro Nuur
El-Falah Salatiga 88
C. Analisis Data 93
1. Proses Pelaksanaan Ekstrakurikuler Pencak Silat Pagar Nusa
di
Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga 93
2. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Ekstrakurikuler
Pencak Silat Pagar Nusa di Pondok Pensantren Agro Nuur
El-Falah Salatiga 98
3. Hambatan dan Solusi dalam Pelaksanaan Ekstrakurikuler
Pencak Silat Pagar Nusa di Pondok Pesantren Agro Nuur
El-Falah Salatiga 104
BAB V PENUTUP 108
A. Kesimpulan 108
B. Saran 110
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kode Penelitian
Lampiran 2 Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 6 Surat Keterangan Kegiatan
Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 8 Foto-foto Hasil Observasi
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi selain menawarkan berbagai keuntungan, juga
melahirkan berbagai tantangan bagi kelangsungan hidup
manusia.
Diantara tantangan yang paling berat yang harus dihadapi yaitu
persoalan
nilai moral, budaya, dan keagamaan, terutama bagi kalangan
remaja. Hal
ini disebabkan karena pada masa remaja mereka mengalami
krisis
identitas diri. Pada masa ini para remaja memiliki sikap untuk
mencari
identitas dirinya (Hidayah, 2016:51).
Berbagai fenomena sosial yang kita lihat dilingkungan sekitar
atau
bahkan dimedia sosial memperlihatkan kecenderungan negatif
pada
kehidupan dan tingkah laku, khususnya yang terjadi pada remaja.
Kita bisa
melihat banyak terjadi distorsi dan degradasi akhlak. Gejala dan
tren yang
berkembang dan tampak menunjukkan bahwa remaja cenderung
mengabaikan budi pekerti dan tata krama dalam kehidupan
masyarakat.
Realita saat ini banyak memperlihatkan penyimpangan perilaku
yang terjadi di kehidupan para remaja. Sebagai contoh bentuk
penyimpangan antara lain kekerasan yang terjadi dalam kehidupan
remaja
seperti terjadinya kasus bullying yang masih marak terjadi,
salah satunya
adalah kasus bullying yang terjadi pada tanggal 11 Februari 2020
yang
menimpa seorang siswi di sebuah SMP di Purworejo yang
videonya
sempat viral. Kepolisian pun menetapkan 3 tersangka yang tidak
lain
adalah teman korban dengan ancaman 3,6 tahun penjara (Kurniati,
2020).
-
2
Kasus kekerasan lain adalah tawuran antar siswa, salah satunya
terjadi
pada tanggal 12 Maret 2020 yang menyebabkan 1 siswa SMP di
Bekasi
tewas dan 14 lainnya harus diamankan (Amelia R, 2020).
Bahkah
kekerasan yang terjadi dalam kehidupan remaja tidak hanya
terjadi antar
siswa, tetapi juga antar siswa dengan guru. Belakangan terdengar
kabar
tentang penikaman kepada guru hingga tewas yang terjadi pada
tanggal 21
Oktober 2019 yang dilakukan oleh seorang siswa SMK di
Manado.
Penikapan tersebut terjadi hanya karena siswa tersebut
tersinggung saat
dilarang merokok di sekolah (Rachmawati, 2016).
Penyimpangan perilaku yang menimpa para remaja tidak hanya
kasus kekerasan saja, kasus lain diantaranya adalah kasus
narkoba. Bulan
Maret 2020 kemarin terdengar kabar bahwa seorang siswa SMK
di
Pamekasan harus mengukuti Ujian Nasional di Lapas karena
tersandung
kasus narkoba. Siswa berusia 18 tahun ini menjadi tahanan di
Lapas Kelas
IIA Pamekasan dan harus menjalani masa hukuman selama 6
bulan
penjara akibat kasus tersebut (Ferdian, 2020).
Tentunya banyak contoh kasus lain terkait penyimpangan
perilaku
yang terjadi di kehidupan para remaja kita. Semua perilaku
tersebut tidak
dapat dibenarkan, dan secepat mungkin harus diberantas. Karena
kalau
tidak dikhawatirkan perilaku ini akan menjadi budaya di
kehidupan remaja
kita, hingga akhirnya perilaku ini diaggap hal yang wajar
padahal jelas-
jelas adalah perilaku yang salah.
-
3
Berbagai penyimpangan perilaku tersebut tentunya amat
disayangkan. Para remaja yang seharusnya menunjukkan akhlak yang
baik
sesuai dengan nilai-nilai agama yang mereka anut, justru
malah
menunjukkan tingkah laku yang buruk. Perlu dicarikan cara yang
efektif
untuk menjawab permasalahan tersebut.
Salah satu cara yang efektif untuk menjawab berbagai
permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan yang tepat. Hal
tersebut
karena dalam pendidikan terjadi proses pengubahan sikap dan tata
laku
soseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Selain itu berdasarkan
Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Tim SIMKeu Kemendikbud, 2003) tujuan
pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta
didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Untuk mencapai tujuan dari pendidikan nasional tersebut
perlu
dilakukan oleh para stakeholder pendidikan untuk menyusun sebuah
usaha
yang dilakukan secara sengaja dan terarah untuk menentukan
materi,
strategi, kegiatan dan teknik pendidikan yang sesuai.
Sebagaimana yang
tertera dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Tim SIMKeu Kemendikbud,
2003)
dijelaskan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan
formal,
-
4
nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya.
Apabila berbagai usaha tersebut telah dilakukan, maka diharapkan
nilai-
nilai luhur budaya bangsa seperti sopan-santun dan gotong-royong
yang
mana telah menjadi identitas kita selama ini dapat dilestarikan
kembali.
Dalam kaitannya antara pendidikan dengan kelestarian budaya
bangsa, terdapat salah satu seni bela diri tradisional yang
berasal dari
Nusantara yang mengandung banyak nilai-nilai budaya bangsa
dan
meruapakan warisan budaya bangsa Indonesia yaitu pencak silat.
Pencak
silat sendiri telah banyak diajarkan baik di lingkungan lembaga
pendidikan
maupaun di lingkungan masyarakat. Di lingkungan sekolah pencak
silat
diberikan di luar jam pelajaran sekolah dengan tujuan untuk
memperdalam
dan memperluas pengetahuan, meningkatkan prestasi, menyalurkan
minat,
dan bakat serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.
Selain
itu adanya pencak silat juga bertujuan untuk pembentukan
kualitas
kepribadian manusia. Seorang pesilat dituntut untuk memiliki
budi
perkerti luhur dan kemampuan aktualitas prinsip kerukunan dan
tata karma
yang diatur menurut nilai-nilai yang diberikan oleh leluhurnya
(Maryono,
1999:51).
Ada banyak lembaga dan wadah pencak silat di Indonesia,
salah
satunya adalah Pagar Nusa. Pagar Nusa adalah salah satu wadah
yang sah
bagi organisasi pencak silat di lingkungan Nahdlatul Ulama
(NU)
berdasarkan keputusan mukhtamar. Organisasi ini berstatus
lembaga milik
Nahdlatul Ulama (NU) yang penyelenggaraannya dan
-
5
pertanggungjawabannya sama seperti lembaga-lembaga Nahdlatul
Ulama
lainnya (Ichwan, 2016:5). Sejauh pengamatan peneliti, didalam
pencak
silat Pagar Nusa tidak hanya diajarkan tentang materi bela diri,
namun
banyak pelajaran lain khususnya terkait nilai-nilai pendidikan
agama
Islam. Hal ini tidak lain karena Pagar Nusa merupakan salah satu
pencak
silat yang bernafaskan keislaman karena berada di bawah
organisasi Islam
Nahdlatul Ulama.
Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah merupakan salah satu
lembaga pendidikan yang mengajarkan pencak silat Pagar Nusa
dalam
kegiatan pembelajarannya. Kegiatan pencak silat Pagar Nusa di
pondok ini
dikemas dalam suatu kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Feri
Kurniawan
sebagai salah satu pelatih utama mengatakan bahwa tujuan
dari
diadakannya ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa ini di
antaranya
adalah sebagai saranan pengembangan bakat dan minat santri
sehingga
dapat menjadi skill tambahan bagi santri selain belajar ilmu
agama di
pondok pesantren. Selain itu pelatihan ekstrakurikuler pencak
silat Pagar
Nusa adalah juga sebagai wadah untuk menanamkan nilai-nilai
pendidikan
agama Islam kepada para santri, karena telah diketahui bahwa
ajaran ini
dalam sejarah terdahulunya lahir di lingkungan pesantren dan
dikembangkan oleh para kyai zaman dahulu (Wawancara dengan
Feri
Kurniawan, pada tanggal 11 Oktober 2019).
Dalam pengamatan peneliti, banyak nilai-nilai pendidikan
agama
Islam yang terdapat di dalam kegiatan ekstrakurikuler pencak
silat Pagar
-
6
Nusa di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga.
Nilai-nilai
pendidikan agama Islam tersebut selalu ditatamkan oleh para
pelatih
kepada para santri yang mengikuti latihan. Selanjutnya
diharapkan nilai-
nilai tersebut dapat diamalkan dalam kehidupan keseharian para
santri,
sehingga kehidupan mereka dapat berjalan lebih baik sesuai
dengan nilai-
nilai keislaman (Observasi oleh peneliti, pada tanggal 11
Oktober 2019).
Ada beberapa contoh penanaman nilai-nilai pendidikan agama
Islam yang terdapat dalam kegiatan ekstrakurikuler pencak silat
Pagar
Nusa di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga
diantaranya
adalah sebelum memulai latihan para pelatih dan anggota selalu
berdo’a
terlebihdahulu. Contoh lain adalah setiap pelaksanaan
ekstrakurikuler
peserta selalu mendapat himbauan untuk melaksanakan kewajiban
sebagai
seorang muslim, seperti melaksanakan sholat wajib. Para anggota
juga
dihimbau untuk senantiasa melakukan amalan-amalan sunnah
seperti
melaksanakan puasa senin dan kamis, banyak berdzikir,shalawat
nabi,
melaksanakansholat sunnah dan lain-lain. Terdapat juga penanaman
nilai-
nilai pendidikan agama Islam yang berkaitan dengan penanaman
akhlak
kepada para anggota seperti penanaman perilakuta‟dzim,
persaudaraan
(ukhuwah), persamaan (al-musawah) dan lain-lain (Observasi
oleh
peneliti, pada tanggal 11 Oktober 2019).
Dari temuan di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti
lebih
lanjut tentang nilai-nilai pendidikan agama Islam yang terdapat
dalam
ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa di Pondok Pesantren Agro
Nuur
-
7
El-Falah Salatiga. Maka dalam penelitian ini peneliti mengambil
judul
“NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT PAGAR
NUSA DI PONDOK PESANTREN AGRO NUUR EL-FALAH
SALATIGA TAHUN 2019”.
B. Fokus Penelitian
Berdasrkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan
beberapa
rumusan maslaah, antara lain:
1. Bagaimana pelaksanaan ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa
di
Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga?
2. Apa nilai-nilai pendidikan agama Islam yang terdapat
dalam
ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa di Pondok Pesantren
Agro
Nuur El-Falah Salatiga?
3. Apa hambatan dan solusi terkait pelaksanaan ekstrakurikuler
pencak
silat Pagar Nusa di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah
Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan ekstrakurikuler pencak silat
Pagar
Nusa di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga.
2. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan agama Islam yang
terdapat
dalam ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa di Pondok
Pesantren
Agro Nuur El-Falah Salatiga.
-
8
3. Untuk mengetahui hambatan dan solusi terkait pelaksanaan
ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa di Pondok Pesantren
Agro
Nuur El-Falah Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ada maka manfaat yang diharapkan
dari
penelitian ini diantaranya adalah:
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis yang hendak diperoleh dari penelitian ini
di
antaranya adalah:
a. Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang ilmu
pendidikan pada umumnya dan bagi perkembangan pendidikan
agama islam dan pencak silat pada khususnya.
b. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang ingin
mengkaji
tentang nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam
ekstrakurikuler
pencak silat Pagar Nusa.
2. Manfaat Praktis
Mantaaf praktis yang hendak diperoleh dari penelitian ini di
antaranya adalah:
a. Bagi Pondok Pesantren
Diharapkan dengan dilaksanakannya penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan acuan pondok pesantren dalam
melaksanakan penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam
yang
efektif di lingkungan pondok pesantren.
-
9
b. Bagi Pelatih
Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan membantu
pelatih dalam menemukan konsep latihan yang terbaik,
khususnya
terkait penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam di
dalam
latihan.
c. Bagi Peserta Didik
Diharapkan dengan dilaksanakannya penelitian ini peserta
didik mampu untuk mengembangkan nilai-nilai pendidikan agama
Islam melalui kegiatan ekstrakurikuler pencak silat Pagar
Nusa,
serta menambah wawasan pengetahuannya sehingga menjadi
pribadi yang positif.
d. Bagi Peneliti
Diharapkan dengan dilaksanakannya penelitian ini, peneliti
dapat menambah pengetahuan serta wawasan yang luas terkait
penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam dan
mengaplikasikannya pada dunia pendidikan.
E. Penegasan Istilah
Guna menghindari kesalahpahaman dan kesimpangsiuran maka
dianggap perlu untuk mempertegas istilah-istilah yang terdapat
dalam
judul skripsi ini. Adapun istilah-silah yang perlu dipertegas di
antaranya:
1. Nilai
MenurutRokeach (dalam Zuchdi, 2011:195) nilai merupakan
suatu keyakinanyang dalam tentang perbuatan, tindakan, atau
perilaku
-
10
yang dianggapbaik dan dianggap jelek.Sedangkan Susilo
(2012:56-57)
menjelaskan bahwa nilai selalu berhubungan dengan kebaikan
serta
keluhuran budi dan akan menjadi sesuatu yang dihargai dan
dijunjung
tinggi. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa
nilai
adalah sesuatu perbuatan, tindakan, atau perilaku yang
berhubungan
dengan kebaikan serta keluhuran budi dan akan menjadi sesuatu
yang
dihargai dan dijunjung tinggi.
2. Pendidikan Agama Islam
Abdul Majid (2014:11) berpendapat bahwa pendidikan agama
Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak
didik
agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami,
mengenal,
menghayati, mengimani dan mengamalkan ajaran agama Islam
serta
dijadikan sebagai pandangan hidup, yang bersumber dari
Al-Qur’an
dan Al-Hadist. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui
bahwa
pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang diberikan
kepada
peserta didik yang diharapkan dengan menempuh studi tersebut
ia
mampu untuk memahami, mengenal, menghayati, mengimani dan
mengamalkan ajaran agama Islam serta dijadikan sebagai
pandangan
hidup.
3. Pencak Silat Pagar Nusa
Pencak silat diartikan sebagai permainan yang didasari
ketangkasan menyerang dan membela diri, baik dengan atau
tanpa
senjata, sedangkan bersilat bermakna bermain dengan
menggunakan
-
11
ketangkasan menyerang dan mempertahankan diri (Maryono,
1999:4).
Dari pengertian tersebut dapat difahami bahwa pencak silat
adalah seni
bela diri khas Indonesia dengan ketangkasan membela diri dan
menyerang baik dengan senjata atau tidak untuk pertandingan
atau
untuk sekedar mempertahankan diri.
Pencak silat Pagar Nusa merupakan perguruan pencak silat
milik Nahdlatul Ulama. Nama lengkap organisasi ini adalah
Ikatan
Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa disingkat PSNU Pagar
Nusa. Pagar Nusa sendiri merupakan akronim dari Pagar NU dan
Bangsa (Ichwan, 2016:5). PSNU Pagar Nusa adalah satu-satunya
wadah yang sah bagi organisasi pencak silat di lingkungan
Nahdlatul
Ulama berdasarkan keputusan muhktamar. Organisasi ini
berstatus
lembaga milik Nahdlatul Ulama yang penyelenggaraan dan
pertanggung jawabannya sama sebagaimana lembaga-lembaga NU
lainnya (Ichwan, 2016:5). Jadi, berdasar keterangan di atas
dapat
diketahui bahwa PSNU Pagar Nusa atau bisa disingkat Pagar
Nusa
adalah pencak silat di bawah naungan Nahdlatul Ulama yang
penyelenggaraan dan pertanggungjawabannya sama sebagaimana
lembaga-lembaga NU lainnya.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi yang disusun dalam skripsi ini
terbagi dalam tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi, dan
bagian akhir.
Bagian awal terdiri dari halaman sampul luar, lembar berlogo
IAIN,
-
12
halaman sampul dalam, lembar persetujuan pembimbing, lembar
pengesahan kelulusan, lembar pernyataan keaslian penelitian,
motto,
persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran.
Bagian inti atau isi dalam penelitian ini, penulis menyusun
ke
dalamlima bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan latar belakang masalah, fokus penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan
sistematika
penulisanskripsi.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan tentang kajian teori dan kajian
pustaka. Dalam kajian teori diuraikan paparan teorti seputar
pendidikan
agama Islam yang meliputi pengertian pendidikan agama Islam,
tujuan
pendidikan agama Islam, fungsi pendidikan agama Islam,
karakteristik
pendidikan agama Islam, pengertian nilai pendidikan agama Islam,
dan
nilai-nilai pendidikan agama Islam. Dalam kajian teori juga
diuraikan
tentang paparan teori seputar pencak silat meliputi pengertian
pencak silat,
sejarah pencak silat, kaidah pencak silat, aspek pencak silat,
dan nilai-nilai
dasar pendidikan dalam pencak silat. Kemuidan juga dijelaskan
teori
seputar Pagar Nusa yang meliputi pengertian Pagar Nusa, sejarah
singkat
Pagar Nusa, dan materi Pagar Nusa. Dalam bagian kedua dari bab
ini
memaparkan tentang kajian pustaka.
BAB III METODE PENELITIAN
-
13
Dalam penelitian ini diuraikan tentang jenis penelitian,
lokasi
penelitian, kehadiran peneliti, sumber data, teknik pengumpulan
data,
analisis data, dan pengecekan keabsahan data.
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
Dalam bab ini, bagian pertama diuraikan mengenai profil
Pondok
Pesantren Agro Nuur El-Falah. Kemudian di bagian kedua, akan
diuraikan
temuan terkait kegiatan ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa
di Pondok
Pensatren Agro Nuur El-Falah. Selanjutnya di bagian ketiga,
dipaparkan
tentang analisis data terkait ekstrakurikuler pencak silat Pagar
Nusa di
Pondok Pensatren Agro Nuur El-Falah.
BAB V PENUTUP
Bab penutup berisi kesimpulan dan saran terkait penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
-
14
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
1. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Abdul Majid (2014:11) berpendapat bahwa pendidikan
agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan
terhadap
anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat
memahami, mengenal, menghayati, mengimani dan mengamalkan
ajaran agama Islam serta dijadikan sebagai pandangan hidup,
yang
bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist. Berdasarkan
penjelasan
tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan agama Islam
merupakan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik
yang
diharapkan dengan menempuh studi tersebut ia mampu untuk
memahami, mengenal, menghayati, mengimani dan mengamalkan
ajaran agama Islam serta dijadikan sebagai pandangan hidup.
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Agar pendidikan dapat berjalan sebagaimana mestinya,
maka pendidikan harus memiliki arah dan tujuan yang jelas.
Dalam
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Tim SIMKeu Kemendikbud, 2003)
dijelaskan pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
-
15
bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, dan kreafit,
mandiri,
dan menjadi warga Negara yang deokratis serta bertanggung
jawab. Dari tujuan pendidikan nasional tersebut kita tahu
bahwa
manusia yang hendak dibangun melalui pendidikan nasional
adalah
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, dan kreafit, mandiri,
dan
menjadi warga Negara yang deokratis serta bertanggung jawab.
Sepertihalnya dengan sistem pendidikan nasional,
pendidikan agama Islam juga harus mempunyai arah dan tujuan
yang jelas. Bila kita berbicara tentang tujuan pendidikan
agama
Islam di sekolah atau mandrasah, Abdul Majid (2014:16)
menjelaskan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian,
pemupukan, penghayatan, serta pengalaman peserta didik
tentang
agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketakwaanya, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang
pendidikan
yang lebih tinggi. Dengan demikian dapat difahami bahwa
tujuan
dari pendidikan agama Islam tidak jauh tujuan yang hendak
diperoleh pendidikan nasional yaitu untuk membentuk manusia
-
16
muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketakwaanya,
berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
c. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Menurut Abdul Majid (2014:16) fungsi dari pendidikan
agama Islam di sekolah atau madrasah adalah untuk:
1) Fungsi pengembangan, yakni meningkatkan keimanan dan
ketakwaan peserta didik. Pendidikan agama Islam yang telah
terlaksana di keluarga, dilanjutkan sekaligus dikembangkan
di
sekolah.
2) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup dalam melangkah
guna mencari kehidupan bahagia di dunia dan akhirat.
3) Penyesuaian mental, yaitu untuk proses adaptasi diri
dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
social, dan dapat mengubah lingkungan tersebut apabila
lingkungan tersebut jauh dari ajaran agama Islam.
4) Perbaikan, yakni untuk memperbaiki beberapa kesalahan,
kekurangan, dan kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman, dan pengalaman terkait ajaran agama Islam.
5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal dan membentengi diri
para peserta didik dari hal-hal negatif lingkungannya,
seperti
halnya dampak negatif dari perkembangan zaman yang
-
17
berpotensi menggerus keimanan para peserta didik di
kemudian hari.
6) Fungsi pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan
secara umum (alam nyata dan nirnyata), sistem dan
fungsionalnya.
7) Fungsi penyaluran, yakni menjebatani anak-anak yang
memiik
bakat khusus di bidang keagamaan agar dapat disalurkan,
dikembangkan, dan dioptimalkan, sehingga bisa memberikan
manfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
d. Karakteristik Pendidikan Agama Islam
Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristiknya sendiri-
sendiri, termasuk Pendidikan Agama Islam mempunyai
karakteristik yang khas dan berbeda dari mata pelajaran
lain.
Menurut Nasih sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid
(2014:19) menjelaskaan bahwa pendidikan agama Islam memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1) Pendidikan agama Islam mempunyai dua sisi kandungan,
yakni
sisi keyakinan dan sisi pengetahuan.
2) Pendidikan agama Islam bersifat doktrinal, memihak, dan
tidak
netral.
3) Pendidikan agama Islam merupakan pembentukan akhlak yang
menekankan pada hati nurani dan penanaman sifat-sifat
ilahiyah yang jelas dan pasti.
-
18
4) Pendidikan agama Islam bersifat fungsional.
5) Pendidikan agama Islam diarahkan untuk menyempurnakan
bekal keagamaan peserta didik.
6) Pendidikan agama Islam diberikan secara komprehensif.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat kita fahami bahwa
pendidikan agama Islam memiliki beberapa karakteristik di
antaranya adalah:
1) Pendidikan agama Islam senantiasa berusaha untuk menjaga
akidah serta nilai-nilai yang tertuang dan terkandung dalam
Al-
Qur’an dan Hadist serta otentitas keduanya sebagai sumber
utama ajaran Islam.
2) Pendidikan agama Islam menonjolkan kesatuan iman, ilmu,
dan amal dalam kehidupan sehari-hari dengan cara membentuk
dan mengembangkan kesalehan individu dan sekaligus
kesalehan sosial.
3) Pendidikan agama Islam merupakan pembentukan akhlak yang
menekankan pada hati nurani dan penanaman sifat-sifat
ilahiyah yang jelas dan pasti.
4) Pendidikan agama Islam bersifat fungsional dan
komprehensif
selain sebagai bekal keagamaan peserta didik juga menjadi
landasan moral dan etika dalam pengembangan IPTEKS dan
budaya serta aspek-aspek kehidupan lainnya.
-
19
5) Subtansi pendidikan agama Islam mengandung
entitas-entitas
yang bersifat rasional dan supra rasional serta mengandung
pemahaman dan penafsiran yang beragam, sehingga
memerlukan sikap terbuka dan toleran atau semangat ukhuwah
Islamiyah.
e. Pengertian Nilai Pendidikan Agama Islam
MenurutRokeach (dalam Zuchdi, 2011:195) nilai
merupakan suatu keyakinanyang dalam tentang perbuatan,
tindakan, atau perilaku yang dianggapbaik dan dianggap
jelek.Sedangkan Susilo (2012:56-57) menjelaskan bahwa nilai
selalu berhubungan dengan kebaikan serta keluhuran budi dan
akan
menjadi sesuatu yang dihargai dan dijunjung tinggi.
Berdasarkan
penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa nilai adalah
sesuatu
perbuatan, tindakan, atau perilaku yang berhubungan dengan
kebaikan serta keluhuran budi dan akan menjadi sesuatu yang
dihargai dan dijunjung tinggi.
Selanjutnya bila kita kaitkan dengan pendidikan agama
Islam, dapat kita peroleh pengertian bahwa nila-nilai
pendidikan
agama Islam pada hakikatnya adalah kumpulan nilai-nilai
hidup
yang berdasarkan pada ajaran Islam yang menjadi dasarmanusia
dalam menjalankan kehidupan.
-
20
f. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa nilai nilai
adalah sesuatu perbuatan, tindakan, atau perilaku yang
berhubungan dengan kebaikan serta keluhuran budi dan akan
menjadi sesuatu yang dihargai dan dijunjung tinggi. Oleh
karenanya semua lini kehidupan manusia tidak akan terlepas
dari
nilai-nilai yang ada. Nilai selanjutnya diinstitusikan melalui
upaya
pendidikan, tak terkecuali melalui pendidikan agama Islam.
Setidaknya ada tiga aspek nilai-nilai yang dikaji dalam
Pendidikan
Agama Islam di antaranya adalah:
1) Nilai Akidah
Akidah berasal dari kata aqada yang artinya ikatan dua
utas tali dalam satu buhul sehingga menjadi tersambung. Aqad
berarti pula janji, karena janji merupakan ikatan
kesepakatan
antara dua orang yang mengadakan perjanjian (Lutfiah, dkk.:
2011:15). Sedangkan secara terminologi akidah berarti
sesuatu
yang mengharuskan hati membenarkannya, yang membuat jiwa
tenang jiwa tenang dan menjadi kepercayaan yang bersih dari
kebimbangan dan keraguan (Lutfiah, dkk.: 2011:15).
Akidah berkaitan erat dengan masalah iman. Iman
berarti mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati
dan melaksanakan dengan segala anggota badan (perbuatan)
(Lutfiah, dkk.: 2011:15). Seorang yang berakidah Islam harus
-
21
mampu merepresentasikan wujud keimanan kepada Allah swt.
Maksud iman bukan hanya sebatas keyakinan, akan tetapi juga
berupa keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk
berbuat sesuai dengan apa yang ia yakini. Dalam QS. Al-
Baqarah (2) ayat 208 Allah swt. berfirman:
َهٌُىااْدُخلُْىافِ اَ ي لِْوَکۤافَّةً يُّهَاالَِّزيٌَْا تِ
ىالسِّ َّثُِعْىاُخطُى اَلجَح وَّ ۙ
يِ ْيط ثِيْي الشَّ هُّ اًَِّٗهلَـُکْوَعُذوٌّ ۙ
Artinya:Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam
Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti
langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata
bagimu.
Oleh karenanya, representasi dari iman ini sangat luas
bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan oleh seorang
muslim yang disebut dengan amal sholeh.
Akidah Islam merupakan dasar-dasar pokok
kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang
bersumber dari ajaran yang wajib dipegang oleh seorang
muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat. Akidah
Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia
merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu
tindakan atau amal (Lutfiah, dkk.: 2011:15). Jadi seseorang
dipandang sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada
akidahnya. Apabila seseorang berakidah Islam, maka segala
sesuatu yang dilakukannya selagi itu bermanfaat makan akan
-
22
bernilai ibadah. Begitu pun sebaliknya, apabila seseorang
tidak
berakidah muslim, maka segala perbuatannya tidak memiliki
berarti apa pun, walaupun perbuatan yang dilakukannya itu
bermanfaat bagi orang lain.
Setidaknya ada beberapa peranan dari penerapan nilai-
nilai akidah bagi kehidupan (Lutfiah, dkk.: 2011:15). Di
antaranya adalah sebagai berikut:
a) Menuntun dan mengembangkan dasar ketuhanan yang
dimiliki manusia sejak lahir.
b) Memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa
c) Memberikan pedoman hidup yang pasti.
Selanjutnya akidah sebagai dasar keyakinan seorang
muslim akan membentuk perilaku bahkan memperngaruhi
kehidupan seorang muslim. Abu A’la Mududi (dalam Lutfiah,
dkk.: 2011:17-18) menyebutkan pengaruh akidah tauhid
sebagai berikut:
a) Menjauhkan manusia dari pandangan yang sempit dan
picik.
b) Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu
harga diri.
c) Menumbuhkan sifat rendah dan khidmat.
d) Membentuk manusia menjadi jujur dan adil.
-
23
e) Menghilangkan sifat murung dan putus asa dalam
mengahadapi setiap persoalan dan situasi.
f) Membentuk pendirian teguh, kesabaran, ketabahan, dan
optomisme.
g) Menanamkan sifat ksatria, semangat dan berani, tidak
genta
mengahapi resiko, bahkan tidak takut kepada maut.
h) Menciptakan sikap hidup damai dan rida.
i) Membentuk manusia menjadi patuh, taat, dan disiplin
menjalankan peraturan ilahi.
2) Syariat
Syariat adalah segala yang diturunkan oleh Allah swt.
kepada Nabi Muhammad saw. yang berbentuk wahyu yang
terdapat dalam Al-Qur’an dan as-Sunah. Semula kata syari’at
berarti jalan menuju sumber air, yakni jalan ke arah sumber
pokok kehidupan. Bentuk kata kerja syariat adalah syara‟a
yang berarti menandai atau menggambar jalan yang jelas
menuju sumber air. Pengertian lain dari syariat adalah
segala
tuntutan yang diberikan Allah swt. dan Rasul-Nya melalui
perkataan, perbuatan, dan takrir (ketetapan) (Lutfiah, dkk.:
2011:22). Tuntutan ini menyangkut baik hubungan yang
dengan masalah akidah, maupun hukum-hukum perseorangan,
hubungan manusia dangan Khalik, hubungan manusia dengan
-
24
sesamanya, atau hubungan yang bertalian dengan etika
pergaulan dan sikap terhadap diri sendiri dan atau orang
lain.
Istilah syariat biasanya disamakan dengan istilah fikih,
padahal keduanya berbeda. Jika syariat merupakan segala
tuntunan langsung dari Sang Khalik, fikih sudah merupakan
hasil rekayasa nalar manusia. Syariat berisi nash-nash yang
suci yang dikandung di dalam Al-Qur’an dan as-Sunah. Dalam
Q.S. Al-Mai’dah (5) ayat 48 Allah swt. berfirman:
ِهٌْهَا ًجا ٌُْكْن ِشْشَعةً وَّ ۙ لُِكلٍّ َجَعْلٌَا ِه
Artinya: Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan
aturan dan jalan yang terang.
Dari sini kita tau bahwa syariat merupakan tuntunan
yang diturunkan langsung oleh Allah. Sedangkan Imam Syafi’i
mendefinisikan fikih sebagai suatu ilmu tentang hukum-hukum
syariat yang bersifat amaliah yang diperoleh dari
satu-persatu
dalilnya (Lutfiah, dkk.: 2011:21). Jadi dapat difahami fikih
adalah sebagal hukum yang difahami manusia dari teks-teks
yang ada di Al-Qur’an dan as-Sunah dengan melakukan ijtihad
untuk memperoleh makna-makna, ilat-ilat (sebab), serta
tujuan
yang hendak dicapai oleh teks suci tersebut.
Syariat bila kita pandang sebagai hukum Islam memuat
pengertian bahwa syariat merupakan suatu hukum dan
perundang-undangan yang mengatur tentang peribadatan
-
25
(ritual) dan kemasyarakatan (sosial). Al-Qur’an dan
as-Sunnah
adalah sumber asasi dari ajaran-ajaran Islam dan sekaligus
menjadi sumber hukum Islam dan perundang-undanngan Islam,
yang mengatur secara cermat tentang masalah kehidupan
manusia, baik yang berhubungan dengan Tuhan, antara sesama
manusia serta alam. Oleh karenanya, sebagai konsekuensi
adanya syariat maka dalam Islam kita mengenal hukum Islam
yang lima, di antaranya adalah:
a) Wajib, merupakan segala ketentuan yang harus dilakukan
oleh manusia. Apabila ia melaksanakannya maka akan
mendapat pahala dan apabila tidak mengerjakannya akan
mendapat dosa.
b) Sunnah, merupakan segala ketentuan yang dianjurkan
dilakukan oleh manusia. Apabila ia mampu untuk
melaksanakannya maka akan mendapat pahala dan apabila
tidak dikerjakan maka tidak akan mendapat apa-apa.
c) Mubah, merupakan ketentuan yang apabila dikerjakan dan
tidak dikerjakan maka tidak akan mendapatkan apa-apa.
d) Makruh, merupakan segala ketentuan yang tidak dianjurkan
dilakukan oleh manusia. Apabila ia mampu untuk
menghindarinya maka akan mendapat pahala dan apabila ia
mengerjakannya maka tidak mendapat apa-apa.
-
26
e) Haram, merupakan segala ketentuan yang tidak boleh
dilakukan oleh manusia. Apabila ia melaksanakannya maka
akan mendapat dosa apabila ia mampu menghindarinya
maka akan mendapat pahala.
Syariat apabila mampu diterapkan oleh seorang dalam
kehidupan sehari-hari seorang muslim tentunya akan
mendatangkan manfaat bagi dirinya. Hal tersebut dikarenakan
dalam syariat terdapat nilai-nilai baik dari sisi ibadah
maupun
muamalah. Menurut Abdullah (dalam Siddik, 2017:36-37),
nilai-nilai syariat tersebut adalah:
a) Kedisiplinan, dalam beraktifitas untuk beribadah. Hal ini
dapat dilihat dari perintah shalat dengan waktu-waktu yang
telah ditentukan.
b) Sosial dan kemanusiaan, sebagai contoh adalah zakat
mengandung nilai social, puasa menumbuhkan rasa
kemanusiaan dengan menghayati kesusahan dan rasa lapar
yang dialami oleh fakir miskin.
c) Keadilan, Islam menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.
Hal
ini bisa dilihat dalam waris, jual beli, maupun pahala dan
dosa.
d) Persatuan, hal ini terlihat pada shalat berjama’ah,
anjuran
pengambilan keuptusan dan musyawarah, serta anjuran
untuk saling mengenal.
-
27
e) Tanggung jawab, dengan adanya aturan-aturan kewajiban
manusia sebagai hamba kepada Tuhannya adalah melatih
manusia untuk bertanggung jawab atas segala hal yang telah
dilakukan.
3) Akhlak
Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa
manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan
mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau
penelitian (Lutfiah, dkk.: 2011:28). Jadi keadaan tersebut
akan
melahirkan suatu perbuatan yang baik dan terpuji menurut
pandangan akal dan syarak. Keadaan tersebut selanjutnya
disebut sebagai akhlak yang baik, begitupun sebaliknya
apabila
perbuatan-perbuatan yang timbul adalah perbuatan yang tidak
baik maka dapat disebut sebagai akhlak yang buruk. Kata
akhlak merupakan bentuk jamak dari kata al-khuluq atau al-
khulq, yang secara etimologis berarti a) tabiat (budi pekerti),
b)
kebiasaan (adat), c) keperwiraa, kesatriaan, kejantanan, d)
agama, dan e) kemarahan (al-ghadhab).
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam
Islam sehingga setiap aspek dari ajaran Islam selalu
berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang
mulia atau yang biasa disebut dengan al-akhlaq al-karimah.
Pembinaan akhlak menjadi salah satu hal yan penting, dan ini
-
28
menjadi salah satu tugas utama Rasulullah saw. untuk umat
manusia. Husin (2015:15) mengutip sebuah hadis tentang
pembinaan akhlak, Rasulullah saw. bersabda:
َن َهَكاِسَم اِْلَْخََلقْ اِ ًََّوا تُِعْثُث ِِلُجَوِّ
Artinya: Aku diutus di muka bumi untuk menyempurnakan
akhlak.(H.R. Ahmad)
Akhlak yang baik tidak hanya ditujukan kepada sesama
manusia, tetapi juga kepada Sang Khaliq dan juga kepada alam
atau lingkungan. Oleh karenanya, nilai-nilai akhlak dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a) Nilai Akhlak Kepada Allah sw.
Akhlak kepada Allah swt. dapat diartikan sebagai
sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh
makhluk kepada Sang Khalik. Banyak cara yang dapat
dilakukan sebagai wujud berakhlak yang baik kepada Sang
Pencipta. Di antara nilai-nilai ketuhanan yang paling
mendasarmenurut Alim (dalam Zuha, 2017:36-37) adalah:
(1) Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada
tuhan. Iman tidak hanya “percaya” kepada Tuhan,
melainkan harus meningkat menjadi menaruh
kepercayaan kepada-Nya serta menjalankan apa yang
menjadi perintah-Nya.
-
29
(2) Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa
Allah senantiasa hadir dan bersama manusia dimanapun
manusia berada.
(3) Takwa, yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah
selalu mengawasi manusia. Kemudian manusia
berusaha berbuat hanya sesuatu yang diridhoi Allah,
dengan menjauhi dan menjaga diri dari sesuatu yang
tidak diridhoi-Nya. Takwa inilah yang mendasari budi
pekerti luhur.
(4) Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan
perbuatan, sematamata demi memperoleh keridhaan
Allah dan bebas dari pamrih lahir dan batin, tertutup
maupun terbuka.
(5) Tawakal, yaitu sikap senantiasa bersandarkan kepada
Allah dengan penuh harapan kepada-Nya dan
keyakinan bahwa Dia akan menolong manusia dalam
mencari dan menemukan jalan yang terbaik.
(6) Syukur, yaitu sikap penuh rasa terima kasih dan
penghargaan, dalam hal ini atas nikmat dan karunia
yang tidak terbilang banyaknya yang dianugerahkan
Allah kepada manusia.
(7) Sabar, yaitu sikap tabah menghadapi kepahitan hidup,
besar dan kecil, lahir dan batin, fisiologis maupun
-
30
psikologis, karena keyakinan tidak digoyahkan bahwa
kita semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada-
Nya.
b) Nilai Akhlak Kepada Manusia
Manusia adalah makhluk sosial, yang mana niscaya
bagi manusia untuk tidak berhubungan baik dengan
sesamanya. Oleh karenanya dalam Islam telah mengatur
bagaimana berakhlak baik kepada sesamanya. Akhlak pada
manusia adalah akhlak yang ditekankan pada setiap orang
untuk senantiasa berbuat baik baik kepada sesamanya, baik
kepada keluarga, teman, rekan kerja atau yang lain.
Menurut Alim (dalam Zuha, 2017:38-39) di antara nilai-
nilai kepada sesama manusia dalam memelihara hubungan
dapat dikatagorikan sebagai berikut:
(1) Silaturahmi, yaitu pertalian rasa cinta kasih antara
sesama manusia, baik antara saudara, kerabat, handai
taulan, tetangga, dan seterusnya.
(2) Persaudaraan (ukhuwah), yaitu semangat persaudaraan,
tebih-lebih antar sesama kaum beriman (ukhuwah
Islamiyah). Dengan persaudaraan manusia akan tidak
mudah terlibat dalam berbagai konflik.
-
31
(3) Persamaan (al-musawah), yaitu pandangan bahwa
semua manusia sama harkat dan martabarnya, tanpa
memandang jenis kelamin, suku, ras, atau bangsa.
(4) Adil, yaitu wawasan yang seimbang dalam memandang
nilai atau menyikapi sesuatu atau seseseorang.
(5) Baik sangka (husnuzh-zhan), yaitu sikap penuh baik
sangka kepada sesama manusia.
(6) Rendah Hati (tawadhu‟), yaitu sikap yang tumbuh
karena keinsyafan bahwa segala kemuliaan hanya milik
Allah.
(7) Tepat janji (al-wafa‟), yaitu salah satu sikap yang
benar-benar beriman yang selalu menepati janji jika
membuat perjanjian.
(8) Lapang dada (insyiraf), yaitu sikap penuh kesediaan
menghargai pendapat dan pandangan orang lain.
(9) Dapat dipercaya (al-amanah). Salah satu konsekuensi
iman ialah amanah atau pemampilan diri yang dapat
dipercaya.
(10) Perwira („iffah atau ta‟affuf), yaitu sikap penuh harga
diri namun tidak sombong, tetap rendah hati, dan
tidak mudah menunjukkan sikap memelas atau iba
dengan maksud mengundang belas kasihan dan
mengharap pertolongan orang lain.
-
32
(11) Hemat (qawamiyah), yaitu sikap tidak boros (israf)
dan tidak pula kikir (qatr) dalam menggunakan harta,
melainkan sedang diantara keduanya.
(12) Dermawan(al-munfiqun), yaitu sikap kaum beriman
yang memiliki kesediaan yang besar untuk menolong
sesama manusia, terutama mereka yang kurang
beruntung dengan mendermakan sebagian harta benda
yang dikaruniakan dan diamanatkan Tuhan kepada
mereka.
c) Nilai Akhlak Kepada Lingkungan
Nilai akhlak pada lingkungan berhubungan dengan
fungsi manusia di Bumi. Manusia sebagai bagian dari
ciptaan Allah swt. diberi amanah dan tanggungjawab untuk
menjadi khalifah di Bumi. Khalifah berarti pengganti,
penguasa, pengelola, atau pemakmur (Kaelani dalam
Mardani, 2017: 12). Sebagai konsekuensi dari tanggung
jawab tersebut maka manusia ditugaskan untuk memelihara
segala penciptaan yang ada di Bumi. Hal tersebut
dikarenakan alam diciptakan oleh Allah swt. bukan tanpa
tujuan, semuanya diciptakan melainkan untuk kepentingan
manusia. Dalam Q.S. An-Nahl (16) ayat 11 Allah swt.
berfirman:
ْيحُىْ ْسَع َوا لزَّ ُِث لَـُكْن تِِه الزَّ ٌْث َى َوا
لٌَِّخْيَل َوا اْلَ ْعٌَا َب َوِهيْ يُ
-
33
تِ قَْىٍم يَّحَفَكَُّشْوىَ ۙ ُكلِّ الثََّوش لَِك اَل يَةً لِـّ
اِىَّ فِْي ر
Artinya: Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu
tanam-tanaman, zaitun, korma, anggur dan segala
macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Sebagai sesama ciptaan Allah swt. hendaknya
manusia mampu untuk menjaga kelestarian Alam, apalagi
ini berkaitan dengan tugas manusia di Bumi. Manusia
sudah diberikan berbagai kenikmanatan, maka tugas
selanjutnya adalah untuk merawatnya. Beberapa bentuk
perwujudan dari nilai-nilai akhlak kepada lingkungan di
antaranya adalah:
(1) Sadar terhadap kelestarian lingkungan.
(2) Tidak merusak alam.
(3) Menunjukkankasih-sayang kepada sesama makhluk
ciptaan Allah swt.
(4) Tidak menyiksa dan membunuh makhluk ciptaan Allah
swt. tanpa alasan yang dibenarkan.
(5) Menggunakan sumber daya alam yang ada dengan
bijak, dan tidak lupa untuk mensyukuri berbagai nikmat
yang diberikan Allah swt..
-
34
2. Ekstrakurikuler Pencak Silat Pagar Nusa
a. Pengertian Ekstrakurikuler Pencak Silat
Prihatin (2011:164) menjelaskan ekstrakurikuler adalah
kegiatan yang dilakukan di luar jambiasa dan waktu libur
sekolah
yang dilakukan baik disekolah maupun diluar sekolah, dengan
tujuan untukmemperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan
antaraberbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat
sertamelengkapi upaya pembinaan manusia Indonesiaseutuhnya.
Dari pengertian tersebut dapat diperoleh pengertian bahwa
kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan tambahan
yang dilakukandi luar jam pelajaran yang dilakukandibawah
bimbingan sekolah dengan tujuan untukmengembangkan
kepribadian, bakat, minat, dan kemampuanpeserta didik secara
lebih luas.
Salah satu bentuk dari kegiatan ekstrakurikuler yang ada di
sekolah adalah pencak silat. Pencak silat diartikan sebagai
permainan yang didasari ketangkasan menyerang dan membela
diri, baik dengan atau tanpa senjata.Sedangkan bersilat
bermakna
bermain dengan menggunakan ketangkasan menyerang dan
mempertahankan diri (Maryono, 1999:4). Berdasarkan
pengertian
tersebut dapat difahami bahwa pencak silat adalah seni bela
diri
khas Indonesia dengan ketangkasan membela diri dan menyerang
baik dengan senjata atau tidak untuk pertandingan atau untuk
-
35
sekedar mempertahankan diri. Sedangkan bila kita kaitkan
dengan
istilah sebelumnya, ekstrakurikuler pencak silat sejatinya
merupakan suatu kegiatan pendidikan tambahan yang
dilakukandi
luar jam pelajaran yang dilakukandibawah bimbingan sekolah
yang
mengajarkan tentang seni bela diri khas Indonesia yaitu
pencak
silat.
b. Sejarah Pencak Silat
Menelisik sejarah pencak silat tidaklah mudah, hal ini
dikarenakan reverensi yang sangat terbatas dan informasi
lisan
yang diperoleh dari tokoh-tokoh pencak silat belum dapat
menjawab berbagai teka-teki yang ada. Khususnya, sulit untuk
menentukan asal usul pencak silat, menjelaskan kapan dan
darimana pencak silat berasal, bagaimana awal mula
penyebarannya, dan siapa yang pertama menyebarkannya.
Walaupun demikian, banyak pakar berkeyakinan bahwa
bangsa Melayu sudah menciptakan dan mulai mempergunakan
ilmu beladiri ini dimasa prasejarah. Konon, pada masa itu,
manusia
harus menghadapi alam yang keras untuk survival melawan
binatang yang ganas. Oleh karena senjata belum ada, manusia
mengembangkan gerak-gerak bela diri.Menurut salah satu
sesepuh
dan pendiri IPSI, Marijun Sudirohadiprodjo seperti yang
dikutip
oleh Maryono (1999:33-34) menjelaskan bahwasannya keganasan
berbagai binatang buas yang pada waktu itu masih terdapat
-
36
dipulau-pulau yang mereka diami selalu mengancam
kelangsungan
hidup mereka.
Dalam menghadapi serangan berbagai jenis binatang buas
itu, mereka perhatikan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh
binatang yang menyerang mereka. Dari caraberkelahi dengan
meniru gerakan-gerakan berbagai jenis binatang inilah
tercipta
gerakan-gerakan bela diri pencak silat. Misalnya,
gerakan-gerakan
pencak silat yang meniru gerakan kera, ular, harimau, dan
berbagai
jenis binatang lainnya. Itulah sebabnya kemudian timbul
berbagai
aliran pencak silat yang disesuaikan namanya dengan nama
binatang, nama tempat, atau nama pulau.
Di masa selanjutnya pencak silat telah menjadi bagian dari
seni dan kebudayaan bangsa. Pencak silat telah berkembang
beriringan dengan sejarah masyarakat Indonesia dengan
beraneka
ragam situasi geografis dan etnologi serta perkembangan
zaman
yang dialami oleh bangsa. Pencak silat merupakan kepribadian
bangsa yang dimiliki dari hasil budaya yang turun-temurun
(Lesmana, 2012:5).
c. Aspek-aspek dalam Pencak Silat
Menurut Mulyana (2014:20) setidaknya terdapat 4 aspek
utama dalam pencak silat, yaitu:
-
37
1) Aspek Mental Spiritual
Tidak hanya pada aspek fisiknya saja, pencak silat juga
dapat membangun dan mengembangkan kepribadian dan
karakter mulia seseorang. Sebagai aspek mental spiritual,
pencak silat lebih banyak menitikberatkan pada pembentukaan
sikap dan watak kepribadian pesilat yang sesuai dengan
falsafah budi pekerti luhur. Aspek mental spiritual meliputi
sikap dan sifat bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, cinta tanah air, persaudaraan, rela
memaafkan, tanggung jawab, kejujuran, dan solidaritas dengan
menjunjung tinggi kebenaran. Para pendekar dan maha guru
pencak silat zaman dahulu seringkali untuk mencapai tingkat
tertinggi keilmuannyaharus melewati tahapan semadi, tapa,
atau aspek kebatinan lain.
2) Aspek Seni
Budaya dan permainan “seni” pencak silat ialah salah
satu aspek yang sangat penting. Istilah pencak pada umumnya
menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat, dengan
musikdan busana tradisional. Aspek seni dari pencak silat
merupakan wujud kebudayaan dalam bentuk kaidah gerak dan
irama, sehingga perwujudan taktik ditekankan kepada
keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara raga, irama,
dan rasa.
-
38
3) Aspek Bela Diri
Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting
dalam menguasai ilmu beladiri dalam pencak silat. Istilah
silat,
cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis beladiri
pencak silat. Pada aspek beladiri, pencak silat bertujuan
untuk
memperkuat naluri manusia untuk membela diri terhadap
berbagai ancaman dan bahaya yang mungkin saja dihadapinya.
Aspek beladiri meliputi sifat dan sikap kesiagaan mental dan
fisik yang dilandasi dengan sikap kesatria, tanggap dan
selalu
melaksanakan atau mengamalkan ilmu bela dirinya dengan
benar, menjauhkan diri dari sikap dan perilaku sombong dan
menjauhkan diri dari rasa dendam.
4) Aspek Olahraga
Aspek olahraga meliputi sifat dan sikap menjamin
kesehatan jasmani dan rohani serta berprestasi di bidang
olahraga. Hal ini berarti kesadaran dan kewajiban untuk
berlatih dan melaksanakan pencak silat sebagai olahraga,
merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, misalnya dengan
berlatih secara rutin agar tubuh bugar, mengikuti perlombaan
untuk meningkatkan prestasi, melaksanakan pertandingan
dengan penuh sportifitas dan lain-lain. Pesilat mencoba
menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Aspek olahraga
-
39
meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus,
baik untuk tunggal, ganda atau regu (Mulyana, 2014:19-22).
d. Nilai-Nilai Dasar Pendidikan Dalam Pencak Silat
Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan mempunyai arti
yang luas tidak hanya pengajaran dan pelatihan. Pencak silat
menyangkut bukan hanya keterampilan teknis pencak silat
semata,
tetapi juga disertai dengan pembelajaran budi pekerti secara
utuh
dan menyuluruh. Tujuan pendidikan dalam pencak silat adalah
membentuk manusia pencak silat yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian luhur, cinta
persahabatan, perdamaian, rendah hati, mampu mengendalikan
diri,
disiplin, percaya diri, tahan terhadap cobaan, dan lain
sebagainya
(Mulyana, 2014:99).
Dengan tujuan yang ada diharapkan akan terciptanya
keselarasan antara mental, intelegensi, dan fisik seorang.
Menurut
Mulyana (2014: 100-103) kualifikasi serta keselarasan
mental,
intelegensi, dan fisik itu dapat dirumuskan dengan ungkapan
beberapan ungkapan di antaranya:
1) Takwa
Takwa maksudnya adalah dalam mengikuti proses
pendidikan dalam pencak silat pesilat senantiasa memohon
kekuatan lahir dan batin, perlindungan, bimbingan, dan
petunjuk Allah swt.. Seorang pesilat harus selalu memohon
-
40
petunjuk Allah agar ilmu yang didapat dari kegiatan pencak
silat senantiasa terukur dan terkendali sehingga tidak
berdampak negatif terhadap orang lain. Bila hal tersebut
dapat
dilakukan, seorang pesilat akan mampu mewujudkan
perdamaian dan persahabatan yang abadi dengan siapapun, dan
semua itu berlandaskan pada keimanan yang teguh kepada
Allah swt..
2) Tanggap
Tanggap maksudnya adalah seorang pesilat harus peka,
peduli, antisipatif, proaktif, dan mempunyai kesiapan diri
terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi berikut
semua kecenderungan, tuntutan, dan tantangan yang
menyertainya berdasarkan sikap berani, mawas diri, dan terus
meningkatkan kualitas diri. Sikap tanggap yang harus
dimiliki
oleh seorang pesilat, hal tersebut diajarkan bersamaan
dengan
keterampilan pencak silat. Pesilat yang tanggap artinya
memiliki kepekaan, kecerdasan, dan kecerdikan dalam
mengantisipasi serta memahami situasi yang terjadi di
lingkungan sekitarnya. Tanggap berarti pula seorang pesilat
memiliki kemampuan untuk meyusun kekuatan dan kiat untuk
mengungguli kekuatan lawan secara cepat dan tepat. Semua itu
berlandaskan pada sikap hati-hati, waspada, dan kecermatan
yang tinggi.
-
41
3) Tangguh
Tangguh berarti sikap ulet dan sanggup
mengembangkan kemampuan diri dalam menghadapi dan
menjawab setiap tantangan serta dapat mengatasi setiap
persoalan, hambatan, dan gangguan dengan baik. Dalam
kaitannya dengan proses pendidikan dalam pencak silat,
tangguh berarti banyak inisiatif dan kreatif dan dapat
mengembangkan kemampuan dalam mengatasi permasalahan
atau kesulitan yang dihadapi sebagai upaya untuk mengungguli
lawan.
4) Tanggon
Tanggon artinya teguh, tegar, konsisten dan konsekuen
dalam memegang prinsip menegakkan keadilan, kejujuran, dan
kebenaran. Dalam kaitannya dengan penginerjaan pencak silat,
tanggon berarti tahan uji, tegar, dan tegas, tidak mudah
terpancing oleh provokasi yang dapat merusak. Semua sikap
tersebut dilandasi oleh rasa percaya diri yang kokoh dan
moral
yang tinggi.
5) Trengginas
Trengginas berarti enerjik, aktif, kreatif, dan inovatif,
berfikir luas serta sanggup bekerja keras untuk mengejar
kemajuan yang bermutu dan bermanfaat bagi diri sendiri dan
masyarakat berdasarkan sikap kesediaan untuk membangun
-
42
diri sendiri dan sikap bertanggung jawab atas pembangunan
masyarakat. Dalam konteks pembinaan pencak silat, trengginas
berarti cergas, aktif, dan kreatif, serta inisiatif mencari
peluang-peluang untuk mengungguli lawan.Trengginas berarti
pula lincah, gesit, dan tangkas mengeluarkan jurus-jurus
yang
dikuasainya sehingga membuat lawan tidak berdaya dan
berkutik menghadapinya. Semua tindakan itu berlandaskan
pada sikap yang pantang menyerah.
e. Pencak Silat Pagar Nusa
1) Pengertian Pencak Silat Pagar Nusa
Ada banyak perguruan pencak silat di Indonesia, seperti
Silat Cimande, Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia Kera
Sakti, Silat Persinas Asad, PSHT (Persaudaraan Setia Hati
Terate), dan masing banyak lagi. Di antara banyaknya
perguruan silat tersebut salah satu yang menjadi bagiannya
adalah Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa. Nama
lengkap organisasi ini adalah Ikatan Pencak Silat Nahdlatul
Ulama Pagar Nusa disingkat PSNU Pagar Nusa. Sedangkan
Pagar Nusa sendiri merupakan akronim dari Pagar NU dan
Bangsa (Ichwan, 2016:5). PSNU Pagar Nusa adalah satu-
satunya wadah yang sah bagi organisasi pencak silat di
lingkungan Nahdlatul Ulama berdasarkan keputusan
muhktamar. Organisasi ini berstatus lembaga milik Nahdlatul
-
43
Ulama yang penyelenggaraan dan pertanggungjawabannya
sama sebagaimana lembaga-lembaga NU lainnya (Ichwan,
2016:5). Jadi, berdasar keterangan di atas dapat diketahui
bahwa PSNU Pagar Nusa atau bisa disingkat Pagar Nusa
adalah pencak silat di bawah naungan Nahdlatul Ulama yang
penyelenggaraan dan pertanggungjawabannya sama
sebagaimana lembaga-lembaga NU lainnya.
2) Sejarah Singkat Pagar Nusa
Pondok pesantren dulunya tidak hanya mengajarkan
ilmu agama dalam pengertian formal-akademis seperti
sekarang ini, semisal ilmutafsir, fikih, tasawuf, nahwu,
shorof,
sejarah islam dan lain-lain. Pondok pesantren dahulunya juga
berfungsi sebagai padepokan tempat para santri belajar ilmu
kanuragan dan kebatinan agar kelak menjadi pendakwah yang
tangguh, tegar, dan tahan uji. Akan tetapi belakangan ada
tanda-tanda surutnya ilmu bela diri di pesantren (Ichwan,
2016:2).
H. Suharbillah, seorang pendekar dari Surabaya yang
gemar berorganisasi menemui KH. Mustofa Bisri dari
Rembang dan menceritakan kekhawatiran para pendekar.
Mereka bertemu dengan KH. Agus Maksum Jauhari Lirboyo
yang biasa dipanggil Gus Maksum yang memang sudah
-
44
masyhur di bidang bela diri. Nama Gus Maksum memang
selalu identik dengan dunia persilatan (Ichwan, 2016:2).
Pada tanggal 12 Muharram 1406 M bertepatan tanggal
27 September 1985 berkempulah mereka di Pondok Pesantren
Tebuireng Jombang Jawa Timur untuk membentuk suatu
wadah di bawah naungan Nahdlatul Ulama yang khusus
mengurus pencak silat. Musyawarah tersebut dihadiri tokoh-
tokoh pencak silat dari daerah Jombang, Kediri, Ponorogo,
Pasuruan, Nganjuk, serta Cirebon, bahkan dari pulau
Kalimantan pun datang (Ichwan, 2016:3).
Musyawarah berikutnya diadakan pada tanggal 3
Januari 1986 di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur,
tempat berdiam sang pendekar, Gus Maksum. Dalam
musyawarah tersebut disepakati pembentukan organisasi
pencak silat NU bernama Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama
Pagar Nusa yang merupakan kepanjangan dari Pagarnya NU
dan Bangsa. Dalam musyawarah tersebut juga disepakati
bahwa Gus Maksum adalah sebagai ketua umumnya.
Pengukuhan Gus Maksum sebagai Ketua Umum Pagar Nusa
itu dilakukan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama (PBNU) KH. Abdurrahman Wahid dan Rais Aam KH.
Ahmad Sidiq (Ichwan, 2016:3).
-
45
3) Materi Pagar Nusa
Materi pencak silat Pagar Nusa baku disusun oleh tim
yang terdiri dari dewan dan sumber lain dari berbagai aliran
asli dari seluruh Indonesia seperti Cimande, Cikaret,
Cikampek, Cikalong, Minang, Mandar, Mataram, dan daerah
lainnya secara sistematis dengan metode modern (Ichwan,
2016:6).
Penyusunan jurus baku, baik fisik maupun non fisik
dilakukan secara bertahap, memakan waktu bertahun-tahun dan
sampai kini masih dilakukan penggalian-penggalian untuk
paket selanjutnya. Namun demikian telah disusun materi baku
yang telah dilengkapi buku panduan bergambar, kaset, dan
VCD (Ichwan, 2016:6-7). Berikut beberapa paket latihan yang
ada di Pagar Nusa diantaranya sebagai berikut:
a) Fisik Baku Gerak Dasar
Berikut beberapa bentuk latihan fisik baku gerak
dasar dalam Pagar Nusa:
(1) Paket Kanak-Kanak (setingkat TK) Gerakan pada
paket kanak-kanak ini menyerupai gerakan wudlu
seperti biasanya. Dalam gerakan ini terdapat 8 tahapan
yang setiap tahapannya mewakili gerakan wudlu.
(2) Paket I A & B (setingkat SD)
(3) Paket II A & B (setingkat SMP)
-
46
(4) Paket III A & B (setingkat SMU)
(5) Paket Beladiri (setingkat Perguruan Tinggi)
Pencapaian jurus fisik baku menjadi tolak ukur
tingkatan sebagai jenjang latihan. Warna dasar badge pada
sabuk tingkatan menyesusaikan dengan penjenjangan
tersebut.
b) Non Fisik Baku
Berikut beberapa bentuk latihan non fisik baku
dalam Pagar Nusa:
(1) Ijazah
(2) Jurus Asmaul Husna
(3) Jurus Taqarrub
(4) Pendalaman (Pengisian Badan Langsung)
(5) Pengisian Bertahap Sesuai Jurus
(6) Pengisian Barang
(7) Pengobatan Non Fisik
(8) Atraksi
B. Kajian Pustaka
Berdasarkan penelusuran, peneliti menemukan beberapa
penelitian
yang hampir sama dengan judul penelitian yang penulis lakukan
tentang
nilai-nilai pendidikan agama Islam dan ekstrakurikuler pencak
silat Pagar
Nusa di antaranya:
-
47
1. Skripsi Kholidah Zuha, Prorgam Studi Pendidikan Agama
Islam,
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut AgamaIslam
Negeri
(IAIN) Tulungagung.Judul penelitian ini adalah“Nilai-nilai
Pendidikan AgamaIslam pada Program Adiwiyata di UPTD SMKN 2
Boyolangu Tulungagung”.
Adapun tujuan penelitiannya adalah: 1) untuk mengetahui
nilai-nilai PAIdalam kegiatan bank sampah di UPTD SMKN 2
Boyolangu Tulungagung, 2)untuk mengetahui nilai-nilai PAI
dalam
kegiatan jum’at bersih di UPTD SMKN 2Boyolangu Tulungagung,
3)
untuk mengetahui nilai-nilai PAI dalam kegiatanbank sampah
di
UPTD SMKN 2 Boyolangu Tulungagung.
Hasil penelitian di UPTD SMKN 2 Boyolangu Tulungagung
tentangNilai-Nilai PAI pada program Adiwiyata yaitu: 1) Nilai
PAI
dalam kegiatan banksampah yaitu nilai peduli terhadap
kebersihan
lingkungan sekitar, nilai tanggungjawab terhadap tugas yang
telah
diberikan untuk menghidupkan rekening padasetiap kelas, serta
untuk
menanamkan nilai kemandirian untuk memenuhikebutuhannya
sendiri. 2) Nilai PAI dalam kegiatan jum’at bersih yaitu
nilaikejujuran
dalam menjalankan kegiatan yang diwujudkan dengan daftar
hadir,
nilaitanggung jawab dalam menjaga dan merawat lingkungan
sekitar
dalamberkehidupan sosial, serta mengajarkan nilai gotong royong
dan
kerja sama dalamdalam melaksanakan kegiatan 3) Nilai PAI
dalam
kegiatan sidak sampah yaitunilai disiplin untuk mematuhi
peraturan
-
48
dalam rangka menjaga kebersihan ruangkelas dalam kondisi
apapun
dan kepedulian terhadap orang lain yang juga berhakmenikmati
alam
dan lingkungan yang bersih.
Perbedaan penelitian Kholidah Zuha dengan penelitian yang
peneliti lakukan adalah terletak pada objek penelitiannya. Jika
dalam
penelitian Kholidah Zuha objek penilitiannya adalah program
Adiwiyata di UPTD SMKN 2 Boyolangu Tulungagung, maka dalam
penelitian ini objek penelitiannya adalah ekstrakurikuler pencak
silat
Pagar Nusa di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga.
2. Skripsi Priliansyah Ma’ruf Nur, Program Studi Pendidikan
Agama
Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam
Negeri Walisongo Semarang tahun 2017. Judul penelitian ini
adalah
“Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
MelaluiEkstrakurikuler Rohaniah Islam (ROHIS) untuk
PembentukanKepribadian Muslim Siswa SMA Negeri 1
Banjarnegara”.
Studi inidimaksudkan untuk menjawab permasalahan
bagaimana prosesinternalisasi nilai-nilai pendidikan agama
Islam
melalui kegiatanekstrakurikuler Rohaniah Islam untuk
pembentukan
kepribadian muslimsiswa SMA Negeri 1 Banjarnegara.Kajian ini
menunjukkan bahwa internalisasi nilai-nilai PendidikanAgama
Islam
yang di hayati SMAN 1 Banjarnegara untuk membentukpribadi
-
49
muslim siswa dilaksanakan melalui strategi tersendiri
yangmeliputi
metode, pendekatan, dan materi Rohaniah Islam.
Perbedaan penelitian Priliansyah Ma’ruf Nur dengan
penelitian
yang peneliti lakukan adalah bila dalam penelitian Priliansyah
Ma’ruf
Nur salah satu tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui
bagaimana prosesinternalisasi nilai-nilai pendidikan agama
Islam
melalui kegiatanekstrakurikuler Rohaniah Islam untuk
pembentukan
kepribadian muslimsiswa SMA Negeri 1 Banjarnegara, maka
dalam
penelitian ini salah satu tujuannya adalah untuk mengetahui
nilai-nilai
pendidikan agama Islam apa saja yang terdapat dalam
ekstrakurikuler
pencak silat Pagar Nusa di Pondok Pesantren Agro Nuur
El-Falah
Salatiga.
3. Skripsi Amir Mahmud Wisnu Prasetya, Program Studi
Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang tahun 2014. Judul
penelitian ini adalah “Internalisasi Pendidikan Akhlak
Melalui
Kegiatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama‟ Pagar Nusa di
Kecamatan
Perak Jombang”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Mendeskripsikan
pelaksanaan kegiatan pencak silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa
di
Kecamatan Perak Jombang.2) Mendeskripsikan pelaksanaan
internalisasi pendidikan akhlak melalui kegiatan pencak
silat
Nahdlatul Ulama Pagar Nusa di Kecamatan Perak Jombang.
-
50
Dari hasil penelitian diketahui bahwa: 1)Pelaksanaan
kegiatan
pencak silat Nahdlatul Ulama dilakukan dalam tiga tahapan yaitu:
a)
Pembukaan, b) Kegiatan Inti, dan c) Penutup.2) Kegiatan
internalisasi
pendidikan akhlak melalui pencak silat Nahdlatul Ulama Pagar
Nusa
Kecamatan Perak Jombang dilakukan dengan cara: a) Pembiasaan
mengucapkan salam dan bersalaman, b) Budaya pembacaan
tawassul
dan tahlil, c) Penanaman filosofi dan makna dari setiap gerakan
jurus
silat, d) kegiatan evaluasi dan tausyiah pasca latihan, e)
Kegiatan
taqorrub ilallah.
Perbedaan penelitian Amir Mahmud Wisnu Prasetya dengan
penelitian yang peneliti lakukan adalah jika dalam penelitian
Amir
Mahmud Wisnu Prasetya mencoba untuk mendeskripsikan
pelaksanaan internalisasi pendidikan akhlak melalui kegiatan
pencak
silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa di Kecamatan Perak Jombang,
maka dalam penelitian yang penulis lakukan salah satunya
bertujuan
untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan agama Islam apa
saja
yang terdapat dalam ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa
di
Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga.
4. Skripsi Amiroh Al-Makhfudhoh, Program Studi Pendidikan
Guru
Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang tahun
2017.
Judul penelitian ini adalah “Pendidikan Karakter Anak
Melalui
Kegiatan Pencak Silat Pagar Nusa di SD Nahdlatul Ulama
Bangil”.
-
51
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang proses
pelaksanaan kegiatan pencak silat Pagar Nusa dalam
pendidikan
karakter, nilai-nilai karakter dalam kegiatan pencak silat Pagar
Nusa,
hambatan pada proses pelaksaan kegiatan pencak silat Pagar
Nusa
dalam pendidikan karakter, dan solusi yang dilakukan untuk
mengatasi hambatan pada proses pelaksaan kegiatan pencak
silat
Pagar Nusa dalam pendidikan karakter di SD Nahdlatul Ulama
Bangil.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Proses pelaksanaan
kegiatan pencak silat Pagar Nusa dalam pendidikan karakter
adalah
dengan melaksanakan kegiatan rutin yang dilakukan dengan
beberapa
tahap. 2) Nilai-nilai karakter dalam kegiatan pencak silat Pagar
Nusa
meliputi nilai religius, kedisiplinan, percaya diri, kerja
keras, mandiri,
dan tanggung jawab. 3) Untuk hambatan yang terjadi dalam
pendidikan karakter di SD Nahdlatul Ulama Bangil adalah
kurangnya
konsentrasi peserta didik, kurangnya dukungan orang tua, dan
kurangnya sarana dan prasarana. 4) Solusi yang dilakukan
adalah
dengan memperbaiki strategi yang menyenangkan berupa
permainan,
orang tua memberikan motivasi kepada anak, dan mengatur
ulang
jadwal kegiatan.
Perbedaan penelitian Amiroh Al-Makhfudhoh dengan
penelitian yang penulis lakukan adalah bila dalam penelitian
Amiroh
Al-Makhfudhoh salah satu tujuannya adalah untuk mengetahui
nilai-
nilai Pendidikan Karakter yang ada dalam Kegiatan Pencak
Silat
-
52
Pagar Nusa di SD Nahdlatul Ulama Bangil, maka dalam penelitian
ini
adalah satu tujuannya adalah untuk mengetahui nilai-nilai
pendidikan
agama Islam apa saja yang terdapat dalam ekstrakurikuler pencak
silat
Pagar Nusa di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga.
5. Tesis Fajar Siddik, Program Studi Pendidikan Islam (PEDI),
Program
Pascasarjana IAIN Sumatera Utara tahun 2013. Judul penelitian
ini
adalah “Pengamalan Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Pada
Siswa SDN 056003 Paya Kasih Kecamatan Wampu Kabupaten
Langkat”.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui
sejauh mana pengamalan nilai-nilai pendidikan agama Islam
pada
siswa di SDN 056003 Paya Kasih, bagaimana usaha guru dalam
membantu peserta didik dalam membiasakan pengamalan
pendidikan
agama Islam, serta apa yang menjadi faktor pendukung dan
penghambat di dalam pembiasaan pengamalan pendidikan agama
Islam pada peserta didik.
Hasil dari penelitian ini adalah guru pendidikan agama Islam
beserta guru-guru kelas sudah sangat optimal dalam membantu
peserta
didik dalam penerapan pembiasaan pengamalan pendidikan agama
Islam.
Perbedaan penelitian Fajar Siddik dengan penelitian yang
peneliti lakukan adalah bila dalam penelitian Fajar Siddik salah
satu
tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui sejauh mana
-
53
pengamalan nilai-nilai pendidikan agama Islam pada siswa di
SDN
056003 Paya Kasih, maka dalam penelitian ini mencoba untuk
mengupas nilai-nilai pendidikan agama Islam yang terdapat
dalam
ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa di Pondok Pesantren
Agro
Nuur El-Falah Salatiga.
Dari beberapa penelitian diatas dapat diketahui bahwa
perbedaan
penelitian antara penelitian yang penulis lakukan dengan
penelitian yang
dilakukan beberapa peneliti di atas adalah sebagian besar
terletak pada
tujuan penelitiannya. Dari 5 penelitian yang ada, 4
diantaranya
mempunyai tujuan penelitian yang berbeda yaitu penelitian
yang
dilakukan oleh Priliansyah Ma’ruf Nur, Amir Mahmud Wisnu
Prasetya,
Amiroh Al-Makhfudhoh, dan Fajar Siddik. Selanjutnya 1
penelitian
mempunyai tujuan penelitian yang hampir sama, hanya terdapat
perbedaan
pada objek penelitianya yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Kholidah
Zuha. Sedangkan persamaan 5 penelitian di atas dengan penelitian
yang
penelitian lakukan di antaranya adalah membahas seputar tema
nilai-nilai
pendidikan Islam dan juga tentang tema pencak silat Pagar Nusa.
Oleh
karenanya, posisi dari penelitian ini adalah sebagai penelitian
lama karena
membahas tema-tema lama yang telah diteliti sebelumnya. Hal yang
baru
dari penelitian ini adalah membahas hubungan antar dua tema yang
belum
pernah dibahas dalam penelitian-penelitian sebelumnya yaitu
hubungan
nilai-nilai pendidikan agama Islam dengan pencak silat Pagar
Nusa.
-
54
Kemudian dukungan penelitian-penelitian tersebut terhadap
penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian-penelitian
tersebut
mampu memberi gambaran kepada peneliti terkait sistematika
penelitian
tentang tema nilai-nilai pendidikan agama Islam dan pencak silat
Pagar
Nusa, sehingga peneliti lebih mudah untuk melakukan pembahasan
secara
mendalam terkait penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
-
55
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Menurut Bogdan dan Taylor seperti yang dikutip oleh Moleong
(2017:4) menjelaskan bahwa menelitian kualitatif merupakan
suatu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Menurut
keduanya, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu
tersebut secara
holistik (utuh). Menurut Kirk dan Miller seperti yang dikutip
oleh
Moloeng (2016:4) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah
tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental
bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam
kawasannya
maupun dalam peristilahannya. Dengan menggunakan metode ini,
penulis
bermaksud untuk meneliti secara mendalam terkait tentang
nilai-nilai
pendidikan agama Islam dalam kegiatan ekstrakurikuler Pagar Nusa
di
Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga.
B. Lokasi Penenlitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Agro Nuur
El-Falah
Salatiga. Pesantren ini beralamat di Jalan Dipomenggolo, Jaten,
RT. 04,
RW. 05, Pulutan, Sidorejo, Salatiga. Alasan peneliti memilih
lokasi
tersebut karena kegiatan ekstrakurikuler pencak silat Pagar Nusa
di
Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah telah diadakan cukup lama,
dan
merupakan salah satu ekstrakurikuler unggulan di pesantren ini.
Oleh
-
56
karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai nilai-
nilai pendidikan agama Islam dalam kegaitan ekstrakurikuler
pencak silat
Pagar Nusa di pesantren tersebut.
C. Kehadiran Peneliti
Peneliti melakukan penelitian secara langsung di Pondok
Pesantren
Agro Nuur El-Falah Salatiga dengan bertindak sebagai instrumen
aktif
dalam upaya pengumpulan data-data di lapangan. Peneliti
melakukan
pengamatan dengan keterlibatan peneliti secara langsung dan
aktif dengan
informan dan sumber data lainnya sehingga memperoleh data yang
detail.
D. Sumber Data
Sumber data penelitian adalah subjek dari mana data
diperoleh.
Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data, Arikunto
(2013:172)
mengklasifikasikan sumber data menjadi 3 tingkatan huruf p dalam
bahasa
Inggris, yaitu:
1. Person
Person yaitu sumber data yang memberikan data berupa
jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui
angket.
Dalam kaitannya