NILAI MORAL DALAM SERAT WASITAWALA KARANGAN MAS DEMANG WARSA PRADONGGA SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Oleh: Slamet Suyudi NIM 082160341 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2013
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
NILAI MORAL DALAM SERAT WASITAWALA
KARANGAN MAS DEMANG WARSA PRADONGGA
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Oleh:Slamet Suyudi
NIM 082160341
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2013
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
NILAI MORAL DALAM SERAT WASITAWALA
KARANGAN MAS DEMANG WARSA PRADONGGA
OlehSlamet Suyudi
NIM. 082160341Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di depan Panitia Penguji Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing I
Yuli Widiyono, M.Pd.NIDN. 1040413
Pembimbing II
Aris Hidayat, S.Pd.NIDN. 1101026
Mengetahui,Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Yuli Widiyono, M.Pd.NIDN. 1040413
iii
NILAI MORAL DALAM SERAT WASITAWALA
KARANGAN MAS DEMANG WARSA PRADONGGA
Oleh
Slamet Suyudi
NIM. 082160341
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi
Universitas Muhammadiyah Purworejo
Pada tanggal : 26 Maret 2013
TIM PENGUJI
Penguji Utama
Aris Aryanto, M. Hum
NIDN. 0625038601 …………………………………….
Penguji I / Pembimbing I
Yuli Widiyono, M.Pd.
NIDN. 1040413 …………………………………….
Penguji II / Pembimbing II
Aris Hidayat, S.Pd.
NIDN. 1101026 …………………………………….
Mengetahui,Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Drs. H. Hartono, M.M.NIP. 19540105198103 1 002
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Slamet Suyudi
NIM : 082160341
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purworejo
Menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan plagiat orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat
atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Apabila terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat,
saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh
Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Purworejo, 23 Maret 2013
Yang membuat pernyataan
Slamet Suyudi
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
Pathokan ngaurip iku lakune amung kang bekti, mring Gusti Pangeranira yaiku
manungsa jati
“Pedoman hidup itu perilakunya hanya taat atau patuh kepada Tuhan kamu yaitu
manusia sejati” ( Mas Demang Warsa Pradongga: 17 Dhandhanggula)
“ Ngudi laku utama kanthi sentosa ing budi “
“Berusaha berbuat baik dengan budi yang sentosa” ( Wiwin Widyawati: 133)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. (Ayah) Kuwat Guntoro dan (Ibuku) Sakirah tercinta
yang telah memberikan dukungan serta do a restu.
2. Pak dhe Drs. Kasido dan Bu Lik Gesrek
Rahadiningsih yang selalu memberikan bimbingan,
arahan dan motivasi.
3. Rekan-rekan PBSJ atas partisipasinya (kang Hasim
Parno).
4. Pendidikan bahasa dan Sastra Jawa UMP.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas
segala rahmat, hidayah serta keridhaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan lancar dan baik.
Banyak kendala dan kesulitan yang penulis hadapi selama proses
penyusunan skripsi ini, namun atas pertolongan Allah Swt. dan bantuan dari
berbagai pihak, kesulitan-kesulitan dan kendala tersebut dapat teratasi. Oleh
karena itu penulis sampaikan terima kasih kepada:
1. Drs. H. Supriyono, M.Pd. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Purworejo;
2. Drs. H. Hartono, M.M. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan
kemudahan prosedur perijinan penelitian;
3. Aris Aryanto, M.Hum. selaku penguji utama yang memberikan penilaian
terbaik untuk skripsi ini;
4. Yuli Widiyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Jawa Universitas Muhammadiyah Purworejo sekaligus sebagai dosen
pembimbing I dan penguji II yang telah membimbing dan memberikan
berbagai kemudahan perijinan dalam penelitian ini;
5. Aris Hidayat, S.Pd. selaku dosen pembimbing II dan penguji III yang telah
membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan yang berguna untuk
kelancaran penyusunan skripsi ini;
vii
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah membimbing,
mengarahkan dan memberikan bekal pengetahuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini ;
7. Staff Tata Usaha dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan Staff
Tata Usaha Program Studi Bahasa dan Sastra Jawa yang membantu dalam
hal surat menyurat dan telah memberikan pelayanan terbaik kepada
mahasiswa ;
8. Staff Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang
memberikan berbagai kemudahan peminjaman buku-buku penunjang skripsi
ini ;
9. Teman-temanku yang selalu membantu dan memberikan semangat dalam
penyelesaian skripsi ini ;
10. Semua pihak yang terkait dan berkenan memberikan bantuan baik berupa
moril maupun materiil yang tidak dapat penulis sebutkan satu per-satu.
Penulis hanya berdoa semoga Allah Swt. memberikan balasan yang berlipat ganda
atas budi baik yang telah diberikan.
Tentang terdapatnya kelemahan-kelemahan isi dan kurang sempurnanya
skripsi ini tidak akan ditutup-tutupi karena sudah sangat jelas. Oleh karena itu,
kritik dan saran untuk menyempurnakan tulisan ini sangat penulis harapkan.
Purworejo, 23 Maret 2013
Penyusun
Slamet Suyudi
v
ABSTRAK
Suyudi Slamet. “Nilai Moral dalam Serat Wasitawala Karangan MasDemang Warsa Pradongga Skripsi” ,Purworejo. Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Bahasa dan sastra Jawa.Universitas Muhammadiyah Purworejo 2013.
Penelitian ini untuk bertujuan mendeskripsikan nilai moral dalam teksWasitawala serta mendeskripsikan relevansi isi teks Sera Wasitawala.
Teori yang menjadi dasar penelitian ini adalah teori BurhanudinNurgiyantoro yang menjelaskan nilai moral termasuk salah satu hal yang dapatmempengaruhi tingkah laku serta cara berfikir manusia supaya melakukanperbuatan baik.
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan metodedeskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik baca danteknik catat. Sumber data berupa bentuk naskah Jawa Serat Wasitawala yangtersimpan di museum Rekso Pustaka Istana Mangkunegaran Surakarta. Instrumenpenelitian menggunakan kartu data sebagai sumber instrumen dengan didukungoleh sumber berupa buku-buku yang relevan dengan penelitian.
Hasil penelitian pada teks Serat Wasitawala tersebut adalah terkandungteks Serat Wasitawala banyak memuat tentang nilai moral yang masih relevandijalankan oleh para remaja khususnya masa sekarang ini. Beberapa nilai moraltersebut diantaranya yaitu, hubungan manusia dengan Tuhan, menjalankan ajaranRasul, mengerti awal akhir hidup, anjuran untuk berusaha, larangan beranikepada orang tua, mengetahui baik dan buruk, ikhlas hal mengabdi kepada raja,sabar serta rendah hati, larangan berbuat sombong, mengetahui kuwajiban,menjadi contoh yang baik, rajin bekerja serta menjaga pemerintahan dan ajaranuntuk berprihatin.
Kata-kata kunci : moral, relevansi, tembang
viii
ix
SARIPATI
Suyudi Slamet. Nilai Moral dalam Serat Wasitawala Karangan MasDemang Warsa Pradongga Skripsi, Purworejo. Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Bahasa dan sastra Jawa. Universitas Muhammadiyah Purworejo 2013. Panaliten menika gadhah ancas ngandharaken nilai moral teks SeratWasitawala lan ngandharaken relevansi isi teks Wasitawala.
Teori ingkang dados pathokan inggih menika teori BurhanudinNurgiyantoro mratelakaken bilih moral menika kalebet salah satunggaling babingkang nuntun solah tingkah lan pikiran manungsa supados nindakaken lakubecik utawi prayogi.
Metode ingkang dipunginakaken wonten ing panaliten menika inggihmenika metode deskriptif kualitatif. Data dipunkempalaken ngginakaken teknikbaca lan teknik catat. Sumber data arupi naskah Wasitawala ingkang kasimpening Museum Rekso Pustaka Istana Mangkunegara Surakarta. Instrumen penelitianingkang dipunginakaken arupi kartu data minangka sumber instrumen kabiyantubuku-buku ingkang relevan kalihan panaliten. Asil analisis saged dipunpendhet dudutan bilih salebeting teks Wasitawalakathah ngewrat nilai moral ingkang taksih relevan dipuntindakaken lan dadospedhoman para mudha ing jaman samenika. Asil panaliten teks Serat Wasitawalakasebat inggih menika wonten ing teks Serat Wasitawala kathah ngewrat nilaimoral ingkang taksih relevan dipuntindakaken para mudha ing madyaningbebrayan. Nilai moral kala wau inggih menika nilai ketaatan dhumateng Tuhan,nglampahi ajaran rosululloh, mangertosi wiwitan lan wusana gesang, nglampahiihtiyar, pasrah , ajreh dhumateng tiyang sepuh, mangertosi prahtingkah becik lanawis, lilo ngenger dhumateng Ratu, awisan nglampahi goroh, sabar, ngedohakenpratingkah laku sombong utawi angkuh, ngutamakaken kuwajiban, patuhdhumateng garwo, tuladha ingkang prayogi, sregep anambut kardi, ugi ngengingibab anjagi praja lan ajaran nglampahi prihatos.
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1B. Identifikasi Masalah ................................................................ 4C. Batasan Masalah ..................................................................... 5D. Rumusan Masalah ................................................................... 6E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 6F. Sistematika Penulisan .............................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORIA. Tinjauan Pustaka .................................................................... 8B. Kajian Teoretis ....................................................................... 11
1. Karya Sastra dan kasusastraan Jawa ................................... 11a. Karya Sastra .................................................................. 11b. Kasusastran Jawa .......................................................... 15
2. Serat .................................................................................. 163. Tembang Macapat ............................................................. 174. Nilai Moral ....................................................................... 23
a. Pengertian Nilai ............................................................ 235. Nilai Dalam Karya Sastra .................................................. 246. Naskah dan Teori Filologi ................................................. 28
a. Naskah .......................................................................... 28 b. Teori Filologi ................................................................. 30
BAB III METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian........................................................................ 34B. Subjek dan Objek Penelitian .................................................... 34C. Sumber Data dan Data ............................................................. 35D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 35E. Instrumen Penelitian ................................................................ 35F. Teknik Analisa Data ................................................................ 36G. Teknik Penyajian Data ............................................................ 36
x
ix
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASANA. Penyajian Data ........................................................................ 37
1. Nilai Moral yang Berhubungan Manusia dengan Tuhan ..... 372. Nilai moral yang dalam Serat Wasitawala
berhubungan manusia dengan Manusia .............................. 423. Nilai Moral dalam Serat Wasitawala yang
Berhubungan Manusia Dengan diri Sendiri ........................ 504. Relevansi Isi Serat Wasitawala dengan Kehidupan
Sekarang............................................................................ 54B. Pembahasan Data ..................................................................... 56
1. Nilai Moral dalam Serat Wasitawala yangMembahas Hubungan Manusia dengan Tuhan ................... 56
2. Nilai Moral Yang berhubungan Manusia dengan Manusia ............................................................................. 663. Nilai Moral dalam Serat Wasitawala yang Berhubungan Manusia dengan Diri Sendiri ........................ 874. Relevansi Isi Serat Wasitawala dengan Kehidupan Sekarang ............................................................................ 96
BAB V PENUTUPA. Simpulan ................................................................................ 103B. Saran ...................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 105LAMPIRAN ................................................................................................ 108
Yang dimaksud inventarisasi naskah adalah kegiatan
mengumpulkan informasi mengenai keadaan naskah yang
mengandung teks korpus. Naskah - naskah yang mengandung teks
sekorpus secara sederhana berarti naskah- naskah yang
mengandung teks sejudul, yang kadang- kadang tercantum pada
sampul naskah atau kelopak depan naskah (Saputra, 2008: 81).
2) Deskripsi Naskah
Menurut Suryani (2011: 75) deskripsi naskah adalah
penyajian informasi mengenai fisik naskah- naskah yang menjadi
objek penelitian.
3) Translitrasi
Menurut Baried (1985: 65) transliterasi adalah penggantian
jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad yang satu keabjad yang
lain. Istilah istilah ini dipakai bersama- sama dengan istilah
transkripsi, dengan pengertian yang sama pada penggantian jenis
tulisa naskah. Penggantian jenis tulisan pada prasasti umumnya
memakai istilah transkripsi. Apabila istilah transkripsi dibedakan
dari istilah translitrasi maka transkripsi diartikan sebagai salinan
atau turunan tanpa mengganti macam tulisan.
Translitrasi mempunyai dua macam bentuk yaitu translitrasi
ortografis dan translitrasi diplomatik. Translitrasi ortografis adalah
pengalihan dari huruf Jawa ke huruf Latin dengan berpedoman
33
pada sistem tulisan Latin atau sesuai dengan EYD. Sedangkan
translitrasi diplomatis adalah merupakan pengalihan huruf, yakni
dari huruf Jawa ke huruf Latin dengan tetap berpedoman sistem
aksara Jawa dan tanpa mengadakan perubahan apapun.
Jadi filologi adalah ilmu yang menyelidiki perkembangan
kerohanian suatu bangsa dan kekhususannya atau menyelidiki
suatu kebudayaan berdasarkan bahasa dan kesusasteraan.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam skripsi ini menggunakan deskritif kualitatif yaitu
menjelaskan atau menjabarkan secara verbal, yang tidak berupa angka serta
apa adanya. Dalam metode penelitian ini adalah dengan teknik pustaka,
melalui pendekatan ilmu filologi. Tahapan atau langkah-langkah penelitian
pendekatan ilmu filologi ini diawali dengan pengumpulan data mencari objek
yang berupa naskah. Transliterasi / alih bahasa dengan menggunakan jenis
transliterasi otrografis yaitu, mengalih jenis tulisan dengan memperhatikan
ejaan yang disempurnakan, selanjutnya dengan penerjemahan dan mengkaji
nilai moral dalam Serat Wasitawala karangan Demang Warsa Pradongga.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah naskah Serat Wasitawala yang memuat
syair-syair tembang macapat berjumlah enam jenis tembang yaitu
Dhandhanggula, Mijil, Kinanthi, Durma, Sinom, Asmarandana, dan Pangkur.
Naskah tersebut tersimpan di perpustakaan Rekso Pustaka Mangkunegaran
Surakarta.
Objek dari penelitian ini adalah kajian nilai moral yang terkandung di
dalam naskah Serat Wasitawala, serta relevansi dalam kehidupan sekarang.
34
35
C. Sumber Data dan Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah Serat Wasitawala karangan
Mas Demang Warsa Pradongga salah satu mantri di Kepatihan kraton
Mangkunegaran. Data penelitian ini adalah baris-baris tembang macapat yang
memuat mengenai nilai moral.
Dalam penelitian ini berupa syair tembang macapat di Serat
Wasitawala yang berjumlah enam tembang yaitu Dhandanggula, Mijil,
Kinanthi, Durma, Sinom, Asmarandana dan Pangkur.
D. Teknik Pengumpulan Data
(Subroto dalam Nuraeini 210: 29) teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah menggunakan teknik pustaka yaitu mempergunakan
sumber-sumber tertulis dalam memperoleh data. Serta menggunakan teknik
simak yaitu mengadakan penyimakan secara teliti, cermat, kemudian
dilakukan pemahaman terhadap teknik simak maupaun teknik catat guna
menemukan nilai-nilai moral yang tekandung dalan Serat Wasitawala
selanjutnya dikelompokan menurut nilai moral yang kami analisis.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, sistematis sehingga
mudah diolah (Arikunto,1997 : 136).
36
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan deskripsi kualitatif. Teknik analisis data merupakan cara-cara
penafsiran dengan menyajikan dalam bentuk deskripsi. Penafsiran dalam
metode ini memberikan pada situasi alamiah dan mempertimbangkan pada isi
pesan yang terkandung dalam karya sastra sehingga dapat diketahui isi secara
tepat (Ratna, 2004: 49).
G. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil analisis data penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel yang
telah dikategorikan sesuai nilai moralnya adalah nilai moral hubungan
manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan sesama, dan hubungan
manusia dengan diri sendiri. Teknik penyajian hasil analisis data dalam
penelitian ini menggunakan metode penyajian data formal, yaitu penyajian
data analisis dengan kata-kata lugas, bahasa sehari-hari dan tidak formal atau
baku.
37
BAB IVPENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Data
Berdasarkan penelitian, maka nilai moral yang terdapat pada Serat
Wasitawala terdiri dari (1) Hubungan Manusia dengan Tuhan (2) Hubungan
Manusia dengan manusia (3) Hubungan Manusia dengan diri sendiri (4)
Relevansi dengan Kehidupan Sekarang.
1. Nilai Moral yang Berhubungan Manusia dengan Tuhan
Tabel 1. Nilai Moral Hubungan Antara manusia dengan Tuhan
No Tembang Pupuh Indikator(Translitrasi Ortografis) Nilai Moral
1. Dhandhanggula 12 yen sira sukra marangamasjid,lakonana ingsaprentahira,Kanjeng rosulsadhawuhe,gedhe kramatipun,lamun sira ajeg maringmasjid,tur becik cahayanira,manther yen dinulu,tur ngadohaken ingrencana,ingkang pancen kangdadya rubedengmangkin,wus sirna saking sira.
Terjemahan:
Kalau kamu hari Jumatke Masjid lakukanlahperintah paduka rosul,sabdanya besarkeluhuranya. Apabilakamu tetap pergi keMasjid lagi pula baik
Menjalankanajaran rosul
38
cahaya/ sinar. Pusatpikiran kalau marah danmenjauhkan di godaan/penghalang, yangmemang menjadikesulitan nanti sudahhilang dari kamu.
2 Sinom 10 Wus karsaning HyangSuksma,yen wau ponang wijajil,wenang gogodha mringjanma, kabeh titahingHyang Widhi,yen ginodha tan keni,pasthi amanggihrahayu, tegese sambilanakang bakal bilahi,bok Manawa iblislumayu ngenthar,yen ana wong lembahmanah,ngijajil tan bisa osik,badan cape kraos gila,kapok saturunireki,apan kadya binasemi,saksana ngoncatimabur,aneng ing awang-awang,nginggil indracalamangkin,sakalangkung kapok jrihanak putunira,
Terjemahan:
Sudah kehendak Tuhankalau tadi sang keluarberhak/ kuasa menggodakepada manusia, semuamakhluk Tuhan. Kalautergoda tidakterpengaruh pastimenemukan selamat.
Waspadaterhadapgodaan.
39
Maksudnya terperdayayang akan celaka,mungkin saja iblis laritakut. Bila ada orangyang rendah hati tampaktidak bisa menganggu.Tubuh akan terasa jijikjera sampai keturunankamu walaupun sepertimenakuti. Segera pergiterbang di angkasa,tinggi jauh nanti.Selebihnya jera takutanak cucumu.
3 Mijil 1 Wus dilalah karsaneHyang Widhi,yen kaya mangkono, wurung janma pan ikutembene,nora weruh druhakanebenjing,sabarang wawadi, datan darbe kewuh,wong wanodya yenmangkono yayi,dhemen laku goroh,nglambrang siyangratri,gayuh dadi menus,
Terjemahan:
Sudah kebetulankehendak Tuhan kalauseperti itu manusia gagalpada akhirnya tidakmelihat dosa besok.Semua rahasia tidakmempunyai malu. Orangperempuan yang sepertiitu kakak, senangmelakukan mengingkarijanji pergi siang malammencapai menjaditerlanjur tidak baik
laranganmelakukaningkar janji.
40
4 Mijil 9 Utamane urip puniki,kudu weruh jatinewekasan sangkanparane,weruh dunungipun,upayanen ingkangsayekti,yen sira wus uning,patrinen kang brukut, aja nganthi kejodheran, kabeh sintrengagebanging sireki, tankena winedharan.
Terjemahan:
Utamanaya hidup iniharus tahu sertamengerti sebenarnyaawal dan akhir yangsesungguhnya, kalaukamu sudah mengertiikat dengan terbungkusrapat jangan sampaikeluar semua sulapanmenggoda/ menganggukamu, tidak bisa sabar.
Mengerti awaldan akhir hidup.
5 Dhandhanggula 11 Yekti kudu siraangawrusi,Saben dina yen katharencana,Lah enggal sigkiranabae,Hywa kongsikapangguh,Ingkang dadyasatraning Widhi,Yen bisa nglakoni, salatlima wektu,Watake adoh kanghawa,Lamun ana janma sabar,Tegeng batin,Kinasih mring Hyangsuksma.
Menjalankanibadah sholat.
41
Terjemahan:
Sungguh kamu harusmengerti setiap hariapabila banyak godaan.Segera jauhkanlah sajajangan segera dijumpaiyang menjadi musuhTuhan. Kalau bisamelakukan sholat limawaktu sifatnya jauh darikehendak. Apabila adamanusia sabar teguh hatidisenangi terhadapTuhan.
6 Kinanthi 16 Karaharjan sakpandhuwur,Yen sira wignyannglakoni,Budi temen lan narima,Sabar lila lahir batin,Nyingkirana kangbrahala,Tapa mati jroning urip,Pathokan ngurip iku,Nora susah sugihngelmi,Tanapi lan pengasihan,Lakune among kangbekti,Mring GustiPangeranira,Yaiku manungsa jati.
Terjemahan:
Sejahtera yang tinggiapabila kamu pandaiilmu pengetahuanmenjalankan pikiran/watak sungguh danlapang dada sabar relalahir batin. Jauhilahbanyak patung.Mencegah meninggaldidalam hidup. Pedoman
Taat kepadaTuhan
42
hidup itu tidak perlukaya ilmu seumpamadan kasih sayang.Menjalankan hanyabakti/ patuh terhadapTuhan yaitu manusiasejati.
2. Nilai moral yang dalam Serat Wasitawala berhubungan manusia
dengan Manusia
Tabel 1. Nilai Moral Hubungan antara Manusia dengan Manusia
No Tembang Pupuh Indikator(Translitrasi Ortografis) Nilai Moral
1 Dhandhanggula 9 janma ingkang ala lawanbecik, lan sireku kudu ngesorana, yoya raketana kabeh,yen sira dadya luhur, ingkang jembar sagaraneki,kang sedheng sadayannya,anem sepu ipun,ingkang bisa momong sira,kabeh mau padha titah ingHyang Widhi tan kena siya-siya’.
“Manusia yang burukmaupun baik kamu harusmerendah di hadapanya,baikjadikan saudara semua. Bilakamu menjadi orang baiksabar hatinya, yang bisamencakup semua yaitu,orang tua dan muda yangbisa membesarkan kamu,semua tadi merupakanmahkluk Tuhan tidak bolehdi sia- siakan”.
Sabar serta rendahhati
43
2 Dhandhanggula 3 Aja dumeh kalebu takdirMaksa kudu istiyarJanma wus diwenangakeGayuh utaminipunDimen manggeh sakecabenjing,Manawa lama-lamaDuryatira rawuhKang pancen takdirpangeranPinaringan ngapura HyangWidhiNing budi nirmala
Terjemahan:
“Jangan lagi menjadi takdirterpaksa harus berusahamanusia sudah ditakdirkanmencapai keutamaan, supayamenemukan kebahagiaanbesok mungkin lama-kelamaan datang sorotcahaya (rezeki) yang sudahmenjadi takdir manusiadiberi ampun oleh Tuhanpada prilaku suci/ bersih”
Anjuran untukselalu berusaha.
3 Pangkur 3 Yen sira uwis nglengganaApasraha kang murba ingsirekiYen gayuh dadine luhurSangkanana ing ngandhapKawruhana sasmitanebunglon ikuRemene saba ron-ronanIng kono marganireki
Terjemahan:
“Kalau kamu sudah ikhlasberpasralah kepada Tuhanyang menciptakanmu,apabila mencapai menjadi
Berserah diri
44
baik mulai dari bawahketahuilah pertandanyabunglon itu, senangnyaberkunjung ke dedaunan disitu karenanya kamu”
4 Kinanthi 12 Lan aja sok kumapurun, mring yayah renanireki,yaiku kawruhanira,pupundhenira sasami,sadaya para wong tuwa, kang taksih pramilineki,
Terjemahan:
“Dan jangan kadang-kadangberani kepada ayah ibukamu, yaitu ketahuilahhormati (orang tua) sesama.Semua bagi orang tua yangmasih keluarga kamu”
Larangan beranikepada orang tua.
5 Sinom 1 Ya sireku yen wus wikan,sawiji-wijining janmiingkang becik lawan ala,timbangen ingkang sayekti,sawusnya sira uning,lah woworana sadarum,marang samaning janma,kang becik catheten batin,ingkang ala aja katara.
Terjemahan:
“Kalau kamu sudah tahu/mengerti salah satu orangyang baik maupun burukpertimbangkan denganbenar, selanjutnya kamuperhatikan berbaurlah semuasesama manusia yang baikcatat di batin sedangkanyang yang jelek/burukjangan sampai kelihatan”
“Jangan menghandalkankekuatan keras kuatnya kulit,prilaku yang siang malamyaitu cara pikiran kristentidak lain masuk lumpurmenjadi dasar nerakadosanya menjadi kenyataanbaru saja terbebaskan darimalaikat”
Larangan berbuatsombong
7. Kinanthi 31 Eklasna manahirekuyen sira ngawuleng gustikang wekel wajibnyangawasana karsaning gustikapareng suka lan renakang bisa ngrangkanni.Terjemahan:
“ikhlaskan hati kamu kalaukamu mengabdi kepada rajayang rajin terhadapkuwajiban mengertikehendak Raja .Bersamasuka dan duka yang bisamenutupi
Usahakan sungguh-sungguhbadan kamu agar,memanjang pikiran.Mumpung masih mudamencapai perkataan bergunayang utama kuwajiban yangpada akhirnya mungkin sajamenjadi baik.
9. Dhandhanggula 14 Amiliha taruna kang pekik,Sokur angsal janma ingkangtapa,Kang gedhe martabate,Aja ana cacaddipun,Ingkang mulus budinireki,Ingkang sugih kluwiyan,Ywa ngnti kaliru,Kang aja remen ing dunya,Hywa nganti mikir,Pamewehing murid,Kang remen sukci budya.
Terjemahan:
Pilihlah anak muda yangtampan syukur mendapatkanmanusia yangbertapa/semedi, yang besarmartabatnya jangan sampaiada cacadnya yang halusbudi/pikiran, yang kayakelebihan jangan sampaisalah yang tidak senang padadunia. Jangan sampaiberfikir pemberian muridyang senang suci ataupandai.
Kriteria memilihguru yang baik.
10. Pangkur 31 Banget wediya wong priyarah ,arahen barang sacturneki,
Taat Kepada sangsuami
47
kramamu aja kasandhung, yaiku guronira ,kawruhanmu lakinya wajibtinurut , kang kena linampahan, ya kudu sira nglakoni.
Terjemahan:
Takutlah kepada seoranglaki-laki mengarahkansesuatu walaupunsekecilnya. Nikah mu jangansampai bermasalah, yaituguru kamu ketahuilahseorang suami wajib ditaati,tidak boleh berani haruskamu lakukan.
11. Sinom 17 Winedharaken ing tongga,ngojahken babdireki,enggone padha jodhowan,rembagnya tan seneng piker,angguru ngathik- athik,mring janma priya kangbagus,kang ala ingewanan,ginuyu pating cukikik,hiya iku bathine karemsasanjan.
Terjemahan:
Membuka di tetanggamembicarakan tentangdirinya masalah tentangberumah tangga.Berbicaranya tidak senangberfikir menjelek-jelekanterhadap seorang laki-lakiyang tampan yang burukdikeseampingkan tertawadidalam hati.
LaranganMenggunjingkanTetangga
48
12. marang Gusti kang murbasireki,hywa kongsi pedhotdenya nyuwun marangduryate,aja nganti tukaran laki,ajrih ing salami,mring guru lakimu,
Terjemahan:
“Terhadap Tuhan yangmenciptakan kamu jangansampai putus, dan memohonkepada sorot (ketentraman)jangan sampai berggantisuami takutlah untukselamanya, kepada gurusuamimu”
Larangan berggantiPasangan.
13. Kinanthi 2 wong wanodya yen,mangkono yayi,dhemen laku goroh,nora duwe temen salawase,wit iku pikire owah gingsir,nglambrang siyang ratri,nggayuh dadi menus,
Terjemahan:
“Seorang perempuan apabilaseperti itu kakak, senangmelakukan perbuatanmeningkari janji tidakmempunyai saudaraselamanya pohon ituberubah pergi siang malammencapai menjadi terlanjurtidak baik”
Larangan UntukBerbohong
49
14. Mijil 5 Aja nedya sira, kumawanimring mratuwa karo,bapa biyung tiyang nini lankakine, heh kang bangetsira dena ajrih, ya pituturneki,wajib yen tinurut.
Terjemahan:
Jangan terus kamu beraniterhadap mertuwa ayah ibuserta kakek dan nenek.Kamu dan takutilah dia,nasehatnya wajib dijalankan.
Larangan beranikepada orang tua.
15. Mijil 6 Ingkang pancen kena den
lakoni, turuten sapakon,yen wanodya bektya lakine,aja niyat manenei ing laki,yaiku sesulih,wong tuwanira.
Terjemahan:
Yang memang bisadilakukan menurut perintahkalau perempuan patuhsuami, jangan berniatmenentang suami yaituwakil orang tua kamu.
Patuh kepada suami
50
3. Nilai Moral dalam Serat Wasitawala yang Berhubungan Manusia
Dengan diri Sendiri.
No Tembang Pupuh Indikator(Translitrasi Ortografis) Nilai Moral
1. Mijil 9 Kang utama ngurip puniki,dadyo titiron,
amikiran bisa kasaid,golekna ya merganesinggih,tutuking rejeki, gangsare lestantun,upayanen kongsi kapanggih,denira sakloron,lah pesunen ing budidayane,apesthiya bisane kasaid,dimen angungkuli,ing sasamenipun.
Terjemahan:
Utamanya hidup ini jadilahcontoh berfikir supaya bermanfaat mencari agarmenjadi baik, lancarnyarejeki supaya cepat lestari.Usahakan sampai bertemudan kamu berdua usahakansungguh-sungguh harusihtiyar tentunya agar lestari,supaya melebihi darisesama.
Menjadicontoh yangbaik.
2. Pangkur 30 Sanadyan para wanodya, ingkang padha surtiangati-ati, nyemiyepatrapireki,mring raja kayanira,kang satiti barang duwekewong kakung,kang primpen ywasembrana, gemenana ing
Cermat danTeliti
51
salami,
Terjemahan:
Walaupun semuaperempuan yang masihmuda, cermat berhati- hati.Terhadap sikapmu kepadaraja seperti dia, yang telitisesuatu benda kepunyaanorang laki-laki. Simpanyang baik-baik janganceroboh genggamlah untukkebahagiaan.
3. Sinom Poma padha ngawruhana,Aja kongsi cupet budi,Gayuhen budi ingkanginggil,Nuwuna mring HyangWidhi,Estinen ingkang satuhu,Ywa taberi kumpulen,Janma kang kereh iblis,Ing tegese wong kangmanah kabrabreyan.
Terjemahan:
Seumpama bahwaketahuilah jangan sampaisempit pikiran, berfikirlahyang baik/utama capailahpikiran yang tinggimemohon kepada Tuhan .Belajar dengan benar janganrajin berkumpul orang yangberteman iblis maksudnyaorang yang mempunyai hatiyang jahat.
Janganberfikiran yangsempit.
4. Mijil 11 R oRosanana gonmu nambutkardi,Yeku glis gumolong,
Rajin bekerja
52
Pan lestari kabegjantamangke,Wuwuh tutut rijekinireki,Yen ngudi sayekti,Pasti glis nglumpuk,Tur sampulur sandhangirabukti,Tan kari sami wong,Banjur dadya darsanawurine,Marang anak putunira,Benjing,Ananging sireki ywa kedhatpanuwun.
Terjemahan:
Kuatkan kamu bekerja yaitucepat menjadi satu danterpelihara keberuntungannanti. Bertambah jinak/mudah rezeki kamu, apabilaberusaha benar akan cepatmengumpul. Lagi pulapemberian sandang/ pakaiannyata tidak tertinggal samaorang. Lanjut menjadicontoh belakang/akhirterhadap anak cucu kamubesok. Tetapi kamu janganputus permohonan.
5. Kinanthi 3 Maspadakna kang satuhu,mring wajibira kang yekti,pesunen sariranira, padhagayuh utami, dudugi lantatakrama, solah tingkahkang prayogi.
Terjemahan:Waspada yang benarterhadap kuwajiban sertasungguh usahakan badanmumencapai utama senangdan tatakrama prilaku yangbaik.
Mencapaiprilaku yangbaik.
53
6. Mijil 1 Hiya dukaning Pangeran,kang murba marang sireki,among karsaning wasita, sira den angati- ati, pesunen kang sajati, bisane undhagi punjul, limpat grahitanira,kalukitan ing bakit,
kang utama pan aja ngantikatara,
Terjemahan:
Benar kemarahan Tuhanyang menguasai terhadapkamu hanya kehendaknasehat, kamu harap berhati-hati. Usahakan dengansungguh yang benar bisanyaberfikir lebih cekatan batinkamu, perkataan yang berguna,yang penting juga jangansampai kelihatan.
Menjagaperkataan
7. Sinom 7 Aja ngandelaken digdaya,atos wuwuluding kulit,
gendhungan solahtingkahnya, kang ginulang siyang ratri,yaiku budi srani, tan wurungkecemplung endhut, dadyaintiping nraka, durakaneanemahi, lagya mentasginada ing Malaekat.
Terjemahan:
Jangan menghandalkankekuatan keras kuatnyakulit, prilaku yang siangmalam yaitu pikiran kristentidak lain masuk lumpurmenjadi dasar nerakadosanya menjadi kenyataanbaru saja terbebaskan olehmalaikat.
Laranganberbuatsombong
54
4. Relevansi Isi Serat Wasitawala dengan Kehidupan Sekarang
No Tembang Pupuh Indikator(Translitrasi Ortografis) Nilai Moral
1 Sinom 5 Aja kaya jaman mangkyalakune arebut inggiltan pajah weruh ing tataanggayuh dadi priyayikatha kang tinggal dugidegsura ing patrapipunsamya ngembag bandarasolah tingkah muna-muninora duwe angengeti yenkawul
Terjemahan:
Jangan seperti zaman nantiperilaku merebut yangtinggi tidak melihat padaaturan mencapai menjadibangsawan banyak yangtertinggal sampai kejitingkah perilaku. Senangmembicarakan rajaperilakunya menjelekantidak punya rasa maluterhadap orang kecil(rakyat)”
Masih relevandengankeadaansekarangbahwa masihbanyak orangmencariKedudukan/jabatan Tinggi.
2. Kinanthi 7 Golekna kang satuhu,marang kawajibaneki,ngupaya ta kang utama,den taberi prihatin,ywa katungkul mangannendra,lah sudanen dahar guling.Pesunen sariranipun,Supaya mulur kang pikir,Mumpung taksih taruna,Ngudiya lukitan bakit,Kang utama kuwajiban,Ing tembe menawa singgih.Terjemahan:
Mencarilah yang sungguh-
Masih relevanbahwasekarang inimasih banyakorang yangmelakukanajaran untukprihatin.
55
sungguh terhadapkuwajiban kamu berusahayang baik, dan rajin(prihatin) susah janganhanya makan tidur kurangimakan minum. Usahakandengan sungguh tubuhmuagar memanjang pikiranselagi masih mudamencapai perkataanberguna yang pentingkuwajiban akhirnyamungkin saja baik.
3. Kinanthi 18 Titenana kang satuhu,Reksananen prajanireki,Ngawasna sasamaningjanma,Ana ala lawan becik,Kang nistha madya utama,Ana lancang kumaki
Terjeamahan:
Teliti yang sebenarnya jagaserta rawat pemerintahanwaspada sesama manusiaada buruk dan baik yanghina tengah utama adaberani besar kepala.
Masih relevandengankeadaansekarang agarsupayamenjaga suatunegara/pemerintahan
4. Kinanthi 19 Ya niskara trapireki,Sinauwa tapa ngeli,Geni hara banyu hara,Ngluwange siyang ratri,Awasna marang sasmita,Wahywane sasmiteng gaib.
Terjemahan:Iya semua apa sajasikapmu belajar bertapalapar api hening air heningsarana pada siang malammelihat terhadap pertanda,sungguh-sungguhpertandanya yang samar.
Masih relevandengan kedaansekarang iniajaran untukbertapa.
56
B. Pembahasan
Wasitawala berasal dari dua suku kata dalam bahasa Jawa Wasita yang
berarti pitutur ‘ pesan’ piweling dan wala yang berarti layang/ surat. Jadi Serat
Wasitawala merupakan naskah atau serat yang berisi tentang nasehat/
piwulang sebagai tuntunan hidup. Berdasarkan hasil pengkajian terhadap isi
naskah Serat Wasitawala, isinya mengandung nilai moral ajaran hidup bagi
manusia hubunganya dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan diri
sendiri. Nilai moral tersebut seperti sajikan dalam tabel penyajian data. Hasil
analisis nilai moral dalam Serat Wasitawala karangan Mas Demang Warsa
Pradongga dan relevansinya dengan kehidupan sekarang adalah sebagai
berikut:
1. Nilai Moral dalam Serat Wasitawala yang Membahas Hubungan
Manusia dengan Tuhan
a. Menjalankan Ajaran Rosul (Dhandhanggula: 12)
yen sira sukra maranga masjid,lakonana ing saprentahira,Kanjeng rosul sadhawuhe,kramatipun,lamun sira ajeg maring masjid,tur becik cahayanira,manther yen dinulu,tur ngadohaken ing rencana,ingkang pancen kang dadya rubedeng mangkin,wus sirna saking sira.
Terjemahan:
“Kalau kamu hari Jumat ke Masjid lakukanlah perintah paduka rosul,sabda besar keluhuranya. Apabila kamu tetap pergi ke Masjid lagi pulabaik cahaya/ sinarnya. Pusat pikiran kalau marah dan menjauhkan di
57
godaan/ penghalang yang memang menjadi kesulitan nanti sudahhilang dari kamu”
Tembang Dhandhanggula bait ke 12 didalam Serat
Wasitawala mengandung pesan taat menjalankan ajaran rasul. Hal
tersebut dapat ditunjukan pada kalimat lakononi ing saprentahira
“lakukan pada perintanya” serta kanjeng Rasul sadawuhe
“mematuhi semua perintah ajaran rasul” mematuhi, menjalankan
perintah-perintahnya dan menjahui segala laranganya hal tersebut
diwajibkan bagi seorang muslim, Allah menjanjikanya pahala yang
besar bagi hamabnya. Menaati perintah rasul sama juga menaati
perintah Allah yaitu dengan cara rajin beribadah menjalankan sholat
berjamaah seperti petikan kalimat lamun sira ajeg maring masjid
“bila kamu rajin ke masjid” apabila kita rajin ke masjid melakukan
ibadah akan menjauhkanya kita dari bencana atau godaan. Godaan
dalam kehidupan banyak sekali kadang godaan datang dari setan,
serta manusia itu sendiri. Masjid merupakan rumah Allah untuk
melakukan ibadah, serta mengingatNya. Dianjurkanya untuk mematuhi
perintahNya akan menjadikan hidup tentram. Menaati berarti artinya
sama dengan mencintai Nya, di dalam Hadist yang berbunyi “Tidak
beriman diantaramu hingga lebih dicintai olehnya dari pada anaknya
dan orang tuanya serta manusia selurunya (HR Bukhari- Muslim.
Orang yang rajin menjalankan sholat akan menemukan suatu
pencerahan jiwa, berpikiran jernih, dijauhkan dari godaan tenang
dalam mengadapi sesuatu hal. Seperti kalimat ingkang dadya
58
rubedeng mangkin “ menjadi penghalang nanti” Sebaliknya jika orang
yang tidak pernah menjalankan kuwajiban sholat kelak kemudian akan
menemukan bencana/ dosa.
b. Waspada terhadap godaan (Sinom: 10)
wus karsaning Hyang Suksmayen wau ponang wijajil,wenang gogodha mring janma,kabeh titahing Hyang Widhi,yen ginodha tan keni,pasthi amanggih rahayu,tegese sambilana,kang bakal bilahi,bok Manawa iblis lumayu ngenthar’.yen ana wong lembah manah,ngijajil tan bisa osik,badan cape kraos gila,kapok saturunireki,apan kadya binasemi,saksana ngoncati mabur,aneng ing awing-awang,nginggil indracala mangkin,
sakalangkung kapok jrih anak putunira
Terjemahan:
“Sudah kehendak Tuhan kalau tadi sang keluar berhak/ kuasamenggoda kepada , semua makhluk Tuhan. Kalau tergoda tidakterpengaruh pasti menemukan selamat. Maksudnya hati-hati yangakan celaka, mungkin saja iblis lari takut. Bila ada orang yang rendahdiri tampak tidak bisa ganggu tubuh terasa jijik. Jera keturunan kamuwalaupun seperti menakuti. Segera pergi terbang di angkasa, tinggipanah nanti. Selebihnya jera takut anak cucu kamu”
Nilai moral dalam tembang Sinom bait ke sepuluh Serat
Wasitawala mengandung ajaran untuk waspada terhadap godaan atau
gangguan. Sudah ditakdirkan oleh Nya kepada manusia telah
karuniakan akal serta pikiran baginya sebagai mahluk yang paling
59
sempurna dari mahluk yang lain. Setan merupakan musuh utama
manusia yang akan menggoda namun tetapi tidak kalah nya dengan
hawa nafsu . Hal tersebut pada kalimat , yen ginodha tan keni, “apabila
tergoda tidak terpengaruh”
Maksudnya bahwa semua yang tampak maupun tidak tampak
Tuhanlah yang menciptakan, mengatur, sedangkan kalau tergoda tidak
terpengaruh pendek kata orang yang mempunyai iman serta ketakwaan
teguh terhadap pendiria. Iblis merupakan musuh yang suka ingkar,
berbuat angkara murka, iblis menggodanya supaya menjadi teman di
akhirat nanti. Barang siapa yang berteman denganya berarti menjadi
musuh Tuhan. Jika seorang manusia tergoda oleh iblis dan bisa
menahan hawa nafsu dari diri kita, seorang hamba manusia akan
menemukan apa yang disebut dengan ketentraman atau pahala
(ganjaran), kanugrahan lahir maupun batin. Namun itu yang menjadi
penghalang bagi manusia hidup didunia, apabila kita bisa melewatinya
hal tersebut iblis akan lari takut pada kita. Kalimat tersebut dapat
ditunjukan pada kalimat kang bakal bilahi, bok menawa iblis lumayu
ngenthar “akan menjadikan penghalang serta mungkin saja iblis kan
lari takut”. Iblis akan menggoda manusia apabila tidak mempunyai
keimanan yang kokoh.
c. Mengetahui awal-akhir kehidupan (Mijil: 9)
utamane urip punikikudu wruh jatine wekasan sangkan paraneweruh dunungipunupayanen ingkang sayekti
60
yen sira wus uningapatrinen kang brukutaja nganti kejodherankabeh sintren gagebanging sirekitan kena winedharan
Terjemahan:
“Utamanaya hidup ini harus melihat/ mengerti sebenarnya akhir darimana melihat asal mula. Usahakanlah yang benar, kalau kamu sudahmengerti ikat dengan terbungkus rapat jangan sampai keluar semuasulapan menganggu kamu tidak perlu”
Bait ke sembilan tembang Mijil dalam Serat Wasitawala
mengandung nilai moral agar mengetahui atau mengerti kehidupan
yang akan datang seperti ditunjukan pada kalimat kudu wruh jatine
wekasan sangkan parane “harus tahu sebenarnya akhir dari mana
kehidupan” maksudnya bahwa bagimana kehidupan itu berasal dan
setelah mati mau kemana kita selanjutnya. Mengajarkan agar selalu
ingat kepada Tuhan, manusia hidup hanya sebentar di dunia ini tidak
lama, orang Jawa mengatakan hidup hanya mampir ngombe (mampir
minum) kehidupan yang paling kekal akan diakherat nanti, waktu yang
singkat harus dipergunakan sebaik-baiknya, melakukan kebaikan dan
menjauhi keburukan.
Manusia harus tahu kelak hendak dikemanakan jasad ruhnya
seperti hal kalimat weruh dunungipun “tahu/mengerti tempat akhir”
kehidupan manusia tidak langgeng (awet) tetap ada batasnya yaitu
yang disebut dengan kematian orang Jawa (kejawen) mengenal dengan
Sangkan paraning dumadi (dari mana asal mula hidup manusia) di
ciptakan oleh Tuhan dan suatu saat kembali kepada Tuhan sang
61
pencipta. Hendaknya bisa mawas diri kehati- hatian dalam
menjalankan perbuatan/ tingkah laku. Manusia yang dianggap selamat
apabila mempunyai keimanan yang kukuh bisa mengikat dirinya
sendiri yaitu patrinen kang brukut “ tutup yang rapat” bahwa agar
menahan diri, tidak terpengaruh oleh perbuatan yang kurang baik
supaya menutup kaimanan dan ketakwaan. Semua prilaku berasal dari
diri kita sendiri, dan kembali kepada dirinya, hendaknya mengerti
sebab-akibat.
d. Menjalankan ibadah Sholat (Dhandhanggula :11)
Yekti kudu sira angawruhi,saben dina yen katha rencana,lah enggal singkirana bae,haywa kongsi kapangguh, ingkang dadya saturaning Widhi, yen bisa nglakonana, salat limang wektu,watake adoh kang hawa, lamun ana janma sabar,tegeng batin,kinasih mring Hyang suksma.
Terjemahan;
“Sungguh harus kamu mengerti setiap hari apabila banyak godaan,cepat jauhkanlah saja jangan segera dijumpai yang menjadi musuhTuhan. Kalau bisa melakukan sholat lima waktu sifatnya jauh darikehendak. Apabila ada manusia sabar teguh hati disenangi terhadapTuhan”
Bait tersebut secara tidak langsung mengajarkan kita agar
selalu melakukan kuwajiban ibadah sholat, karena sholat dapat
menjauhkan dari bencana. Orang yang tekun dalam menjalankan sholat
nafsunya dapat terkendali. Sholat merupakan tiangnya agama, siapa
62
yang tidak mendirikan sholat berarti merobohkan agama dan
sebaliknya barang siapa yang menjalankanya sholat berarti mendirikan
agama. Bait ke lima belas tembang Dhandhanggula menegaskan
bahwa kuwajiban orang muslim terhadap Tuhan yang pertama
diperintahkan adalah menjalankan sholat lima waktu, apabila hal
tersebut dapat dijalankan dengan baik dampak perbuatan serta sifat
terlihat melalui prilaku, ditunjukan pada kalimat yen bisa nglakonana,
salat limang wektu “kalau bisa melakukan sholat lima waktu”
diperintahkan melaksankan paling sedikit sehari lima waktu yang
wajib dilakukan. Apabila bisa terbiasa melakukanya sama dengan
mengendalikan pada diri kita, seperti petikan kalimat watake adoh
kang hawa “ kalau bisa melakukan sholat lima waktu wataknya jauh
dari kemauan” sedangkan kalimat lamun ana janma sabar tegeng
batin, kinasih Hyang Suksma” ada manusia yang sabar kukuh hati
dicintai kepada Tuhan” Dan apa bila ada manusia yang sabar yang
patuh dicintai Tuhan itulah yang patut dicontoh, serta menjauhkan apa
yang menjadi larangan Tuhan, apabila melanggar terhadap perintah
supaya segera untuk memperbaiki. Manusia yang dicintai Tuhan
adalah manusia yang beriman dan bertaqwa.
e. Taat/ Patuh kepada Tuhan (Kinanthi :16)
Karaharjan sak pandhuwur,Yen sira wignyan nglakoni,Budi temen lan narima,Sabar lila lahir batin,Nyingkirana kang brahala,Tapa mati jroning urp,
63
Pathokan ngurip iku,Nora susah sugih ngelmi,Tanapi lan pengasihan,Lakune among kang bekti,Mring Gusti Pangeranira,Yaiku manungsa jati.
Terjemahan:
“Sejahtera mulai keatas apabila kamu ilmu pengetahuanmenjalankan pikiran/ watak sungguh dan lapang dada sabar rela lahirbatin. Jauhkanlah dari banyak penghalang mencegah meninggal/matididalam hidup. Pedoman hidup itu tidak perlu kaya ilmu seumpamadan kasih sayang. Menjalankan hanya bakti dan patuh terhadap Tuhanyaitu manusia sejati”
Bait ke enam belas tembang Kinanthi dalam Serat Wasitawala
menguraikan bahwa hidup harus patuh dan berbakti kepada Tuhan
dapat ditunjukan pada kalimat lakune among kang bekti “ prilakunya
hanya taat” yaitu menjauhi segala larangnya dan menaati segala yang
diperintahkanya sedangkan kalimat mring pangeranira “kepada
Tuhan” Supaya memberikan pelajaran atau pesan kepada semua
manusia dalam melaksanakan suatu kuwajiban sebagai hamba Tuhan.
Manusia tidak boleh mengelaknya karena Tuhanlah yang menciptakan
semua yang ada dimuka bumi. Diharuskan tunduk bersujud menjadi
manusia yang selalu ingat akan kebesaran dan keagungaNya. Pada
kalimat manusia jati “manusia sejati” yaitu manusia yang selalu
menaati perintah Tuhan dan Rosul, menjauhi segala laranganya
berbuat kebaikan bagi sesama itulah yang dapat manusia sejati/
manusia yang menyempurnakan hidupnya melalui ketaatan kepada
Tuhan.
64
Hidup yang semata- mata tawakal kepada Tuhan manusia yang
menjadi takut kepada hukuman, hamba atau manusia yang hidup dan
matinya benar-benar dicurahkan kepada jalan Tuhan untuk menjadi
abdi. Tuhan hendaknya dicintai dan dipuji karena Tuhan yang telah
memberikan segala apa yang di ciptakan bagi manusia.
f. Anjuran untuk membagikan Rizki. (Pangkur: 24)
kang kasebut janma utamanora kewaran marang ala lawan beciklawan malih wekasaningsundibanget amerloknalamun Gusti paring ganjar mring sirekibarang suwek lawan artabanjur baginen kang wradin
Terjemahan :
“Yang tersebut manusia utama tidak kesulitan terhadap buruk danbaik dan ada lagi pesan saya, sangat penting untuk dijalankan. ApabilaTuhan memberikan pahala terhadap kamu sesuatu sobek serta uangterus bagikan yang merata”
Bait ke dua puluh empat tembang Pangkur dalam Serat
Wasitawala mengandung ajaran/ nilai moral hubungan manusia
dengan manusia terutama hal anjuran untuk membagikan rejeki hal
tersebut dapat ditunjukan pada kalimat” lamun gusti paring ganjar
mring sireki “apabila Tuhan memberikan pahala terhadap kamu” dan
banjur baginen kang wradin “terus bagikan yang merata”
mengjarkan kita apabila dikasih rejeki oleh Tuhan sebagian rejeki
supaya dibagikan kepada orang yang berhak membutuhkan (fakir
miskin) untuk beramal saleh atau sodaqoh. Beramal soleh dapat
65
berupa bantuan seperti kalimat barang suwek lawan arta “sesuatu
yang berguna dan uang” yaitu dapat berupa uang maupun yang
kebutukan lain Hal tersebut sangat anjurkan sebagai pesan nasehat,
mencerminkan manusia yang utama/ baik menjalankan amal
kebajikan.
g. Melakukan Perbuatan bohong akan dijauhi teman (Mijil:1)
wus dilalah karsane Hyang Widhi, yen kaya mangkono,wurung jamna pan iku tembene,nora weruh druhakane benjing,sabarang wawadi,datan darbe kewuh,wong wanodya yen mangkono yayi,dhemen laku goroh,nora duwe temen salawase,wit iku pikire owah gingsir,nglambrang siyang ratri,gayuh dadi menus,
“Sudah Kehendak takdir Tuhan apabila seperti itu, gagal manusia danitu pada akhirnya tidak melihat durhaka besok. Apa saja rahasia tidakmempunyai perasaan. Orang perempuan seperti itu adik senangmelakukan bohong tidak mempunyai kawan selamanya. Pohon itupikiran berubah-ubah. Pergi siang malam mencapai menjadisengsara”
Bait ke satu tembang Mijil dalam Serat Wasitawala
menjelaskan bahwa Tuhan telah menakdirkan apa saja kehendakNya.
Salah satunn adalah manusia yang telah ditakdirkan menjadi mahluk
yang mempunyai akal serta derajat yang paling tinggi diantara mahluk
yang lain. Namun tetapi bahwa jika manusia itu sendiri berbuat jelek
serta tidak mau tunduk kepada yang menjadi laragan , melebihi dari
66
pada hewan tidak mempunyai rasa malu,hal tersebut dapat ditunjukan
pada kalimat nora weruh durakane benjang “tidak melihat hukuman
nanti” maksudnya manusia tidak ingat akan dosa dan perbuatan.
Senang melakukan kejahatan, angkara murka merugikan manusia lain
melanggar hukum dan norma-norma yang berlaku. Orang yang lupa
akan hukuman nanti yang diberikan oleh Tuhan kepada umatnya
yang tidak mematuhi kehendakNya akan diberikan hukuman yang
sesuai dia perbuat. Melakukan perbuatan yang kurang terpuji
kemudian hari akan mengalami dampak tingkah laku yang telah
dilakukanya. Bahwa Tuhan Maha tahu semua yang diperbuat kita
akan selalu diawasi serta dicatat oleh Tuhan .
2. Nilai Moral Yang berhubungan Manusia dengan Manusia.
a. Sabar serta rendah hati (Dhandhanggula: 9)
janma ingkang ala lawan becik, lan sireku kudu ngesorana, yoya raketana kabeh, yen sira dadya luhur, ingkang jembar sagaraneki,kang sedheng sadayannya, anem sepu ipun, ingkang bisa momong sira,kabeh mau padha titah ing Hyang Widhi
tan kena siya- siya’.
“Manusia yang jelek ataupun baik kamu harus merendah dihadapanya,baik jadikan saudara semua. Bila kamu menjadi orangbaik sabar hati, yang bisa mencakup semua yaitu, orang tua dan mudayang bisa membesarkan kamu, semua tadi merupakan mahkluk Tuhantidak boleh mensia- siakan”.
67
Tembang Dhandhanggula bait ke sembilan dalam Serat
Wasitawala mengajarkan kita agar menjadi manusia sabar serta rendah
diri hal tersebut dapat ditunjukan pada kalimat lan sira kudu
ngseorana “ dan kamu harus rendah hati” maksudnya bahwa kepada
orang lain kita harus merendahkan hati, tidak sombong, memamerkan
keunggulanya serta kepandaian yang dimiliki. Manusia diharapkan
dapat menghargai, menghormati satu dengan yang lain Pepatah Jawa
mengatakan harus andhap asor (rendah hati serta jujur tidak sombong)
memotifasi kepada diri kita tentang kepribadian cara bergaul kepada
orang lain yaitu hormat kepada sesama. Sedangkan kalimat ingkang
jembar sagaraneki “yang luas serta lapang hati kamu” bawasanya
seorang manusia harus sabar hati dan teguh dalam menghadapi
keadaan, cobaan dan segala ujian . Kesabaran dalam bertingkah laku,
mengambil keputusan mengendalikan emosi dan perasaan.
Sabar kepada orang lain yang sudah memberikan nasehat
atau memotifasi kepada kita semua merupakan saudara, tidak boleh
mensia-siakan. Hendaknya sabar, ikhlas lilo dan legawa mengajarkan
kita untuk melatih kepribadian yang unggul sikap mental yang baik.
Tidak ceroboh selalu berhati-hati dalam mensiasati bentuk prilaku atau
perbuatan diharapkan mawas diri.
68
b. Manusia diharuskan untuk selalu berusaha (Dhandhanggula: 3)
Aja dumeh kalebu takdirMaksa kudu istiyarJanma wus diwenangakeGayuh utaminipunDimen manggeh sakeca benjingManawa lama-lamaDuryatira rawuhKang pancen takdir pangeranPinaringan ngapura Hyang WidhiNing budi nirmala
Terjemahan :
“Jangan lagi menjadi takdir terpaksa harus berusaha manusia sudahditakdirkan mencapai keutamaan, supaya menemukan kebahagiaanbesok mungkin lama- kelamaan datang sorot cahaya yang sudahmenjadi takdir manusia diberi ampun oleh Tuhan pada prilaku suciatau bersih”
Bait ke tiga tembang Dhandanggula dalam Serat Wasitawala
mengandung nilai manusia diharuskan untuk selalu berusaha hal
tersebut dapat ditunjukan pada kalimat maksa kudu ihtyar “ terpaksa
harus berusaha” maksudnya bahwa manusia hidup tidak boleh
berpangku tangan, bermalas-malasan apalagi menghandalkan terhadap
orang lain. Manusia harus mempunyai prilaku ulet, rajin bekerja serta
pantang menyerah rajin melakukan semua hal, Berusaha adalah
kuwajiban bagi setiap orang tanpa usaha hidup sama halnya orang
yang mati. Berusaha dan berdoa hendaknya harus selalu diimbangi
seperti kalimat duryatira rawuh” kebahagiaan datang” maksudnya
barang siapa yang rajin dan giat berusaha lambat laun Tuhan akan
mengabulkan suatu keinginan atau tujuan yang hendak dicapai.
Kebahagiaan, ketentraman, dan mempunyai harta yang melimpah,
69
serta jabatan atau kedudukan yang tinggi tidak serta merta datang
sendiri namun tetapi semuanya melalui proses yang sangat panjang
yaitu, ketekunan kerja keras tangan kita, jeli telaten serta kegigihan
pikiran. Kebahagiaan yang paling utama adalah berprilaku baik ,
berguna bagi orang lain berhati ikhlas kepada sesama halnya kalimat
ning budi nirmala “berprilaku suci bersih” maksudnya hati/ batin
benar-benar dilandasi dengan tulus ikhlas (Lilata’ala) bukan karena
manusia ingin dipuji .
c. Berserah Diri (Pangkur: 9)
Yen sira uwis nglengganaApasraha kang murba ing sirekiYen gayuh dadine luhurSangkanana ing ngandhapKawruhana sasmitane bunglon ikuRemene saba ron-ronanIng kono marganireki
“kalau kamu sudah ikhlas berpasralah kepada Tuhan yangmenciptakanmu, apabila mencapai menjadi baik mulailah dari bawahketahuilah pertandanya bunglon itu, senangnya berkunjung dedaunandi situ karenanya kamu”
Bait ke empat belas tembang Sinom dalam Serat Wasitawala
mengandung nilai moral berserah diri hal tersebut ditunjukan pada
kalimat apasraha kang murba ing sireki “ berpasralah kepada Tuhan
yang menciptakan kamu” bahwa semua apa yang dikehendaki
merupakan sang pencipta yang mengatur. Manusia hanya bisa
berusaha atau berihtiyar dengan sungguh-sungguh, namun hasil akhir
70
Tuhanlah yang memberikan. Pasrah bukan tidak mau berusaha tetapi
sebagai proses yang perlu dilakukann setiap manusia.
Mencapai suatu jabatan, harta benda yang melimpah, awalnya
tidak gampang semua melalui jerih payah seperti petikan sangkanana
ing ngandhap “ berasal dari bawah” Maksudnya bahwa semua usaha
yang dilakukan mulanya menderita, menemui banyak kesulitan serta
rintangan. Hal tersebut adalah manusiawi umum bagi mahluk Tuhan.
Bahwa Kalimat kawruhana sasmitaning bunglon “Ketahuilah
pertanda/ prilaku bunglon” pendek kata manusia dapat di ibaratkan
seperti hal itu yaitu pandai bergaul, berteman, serta bersilaturahmi
dampaknya akan mendatangkan rejeki. Hendak menyusaikan diri
diamana tempat, akan banyak teman ataupun saudara, sama saja
memperbanyak rejeki kita. Binatang buglon dimana saja hinggap dapat
beradaptasi mampu mengubah warna kulitnya, manusia juga
diharapkan begitu tidak terpaut oleh suatu keadaan mensiasati kondisi
dan situasi dalam melakukan kehidupan dalam pepatah Jawa bisa
empan papan.
d. Larangan berani kepada orang tua (Mijil: 5)
aja nedya sira kumawanimring mratuwa karobapa biyung tiyang nini lan kakinekang banget sira dena ajrihya pituturnekiwajib yen tinurut
71
Terjemahan:
“jangan terus kamu berani terhadap mertuwa ayah ibu nenek sertakakeknya. Dan sangat kamu takutilah nasehatnya harus wajib bilakalau ditaati.”
Bait ke lima tembang Mijil dalam Serat Wasitawala
mengajarkan kita agar jangan berani kepada seorang mertuwa, kedua
orang tua serta kakek dan nenek. Hal tersebut dapat ditunjukan pad
kalimat aja sira kumawani serta mring maratuwa karo “jangan sira
berani serta kepada seorang maratuwa” Mengisyaratkan kepada
seorang perempuan yang akan menjalankan kehidupan berumah
tangga, hal tersebut supaya menjadikanya bekal saat nanti. Maratuwa
merupakan wakil dari dari orang tua kita yang yang sudah banyak
asam garam, bisa mendidik dan mengarahkan bagimana berumah
tangga yang baik. Diharuskan setidaknya mengormati dan menghargai
kepada orang tua sendiri. Nasehat tersebut hendaknya dijalankan
jangan bagi semua perempuan yang akan melakukan berumah tangga.
Selanjutnya jangan berani kepada orang tua karena orang tua
merupakan wakil dari Tuhan, yang patut di hormati dan taati semua
printah dan nasehat (petuah) yang sudah banyak memakan asam
garam. Pepatah mengatakan sorga ada di telapak kaki ibu maksud
apabila kita berani atau durhaka kepada orang tua ayah dan ibu akan
akan menemukan jalan kesengsaraan akhirnya kehidupan tidak
sejahtera, segala do’a akan menjadi kenyataan dan akhirnya akan
masuk neraka pada saat nanti.
72
Karena orang tua lah yang mengukir kita janganlah sekali-kali
berani kepada orang tua, dahulu orang Jawa mempunyai ajaran yang
terkenal yaitu dengan ajaran sembah limo (lima ajaran kepatuhan)
antara lain sembah kepada bapak ibu, sembah maratuwa suami istri,
sembah saudara, sembah guru sejati dan sembah Tuhan. Pertama
sembah kepada bapak ibu artinya bahwa merekalah sebagai lantaran
dilahirkanya hidup didunia ini. Hingga pintar bisa melakukan
pekerjaan juga dari jasa bapak ibu dari Allah dengan itu wajib
disembah. Kedua sembah kepada kedua maratuwa karena maratuwa
yang memberikan rasa sejati. Rasa sejatilah yang menaburkan benih
kasih sayang. Sembah yang ketiga kepada saudara karena saudaralah
yang menggantikan ayah yang pantas di hormati. Sembah yang
keempat ialah kepada guru sejati, sebab guru yang mengajarkan dan
menyempurnakan hidup, membikin hati pikiran terang melalui ilmu
pengetahuan, membenarkan jalan menuju kebahagiaan. Sembah yang
kelima yaitu kepada Tuhan karena yang telah mencipta hidup dan mati,
yang memberikan rejeki (yang menguasai hidup dan kehidupan).Orang
hidup di dunia wajib tunduk kepada Allah. Hendaklah nasehat saya
dipatuhi agar menemukan baik di kemudian hari.
e. Mempertimbangkan prilaku baik dan buruk (Sinom: 1)
Ya sireku yen wus wikan,sawiji-wijining janmiingkang becik lawan ala,timbangen ingkang sayekti,
73
sawusnya sira uning,lah woworana sadarum,marang samaning janma,kang becik catheten batin,ingkang ala aja katara.
“Kalau kamu sudah tahu/ mengerti salah satu orang yang baik maupunburuk pertimbangkan dengan benar, selanjutnya kamu perhatikanberbaurlah semua sesama manusia yang baik catat di batin sedangkanyang yang jelek atau buruk jangan sampai kelihatan”
Nilai moral dalam tembang Sinom bait ke satu dalam Serat
Wasitawala mengajarkan kepada kita agar dapat mempertimbangkan
serta memilah-milah prilaku yang baik maupun prilaku jelek, seperti
dapat ditunjukan pada kalimat timbangen ingkang sayekti
“menimbang yang benar“ maksud hal tersebut dapat menimbang serta
memilah –milah diantara manusia yang perbuatan jelek dan baik.
Apabila manusia tersebut berbuat baik terhadap kita agar supaya cukup
disimpan dalam hati, namun apabila ada manusia yang berprilaku jelek
kepada kita harus pandai-pandai menyembunyikanya agar jangan
sampai ketahuan.
Hal tersebut dapat ditunjukan pada kalimat kang becik
catheten batin” yang baik catat di hati”dan ingkang ala aja ketara “
yang jelek jangan sampai kelihatan” mempunyai pengertian bahwa
apabila kita tidak senang perbuatan orang lain yang telah menyakiti
hati kita hendaknya jangan mengejek membalas kepada orang lain
cukup diri kita yang mengetahui. Bawasanya manusia harus bersikap
lila legawa /berdaya tampung luas (multi dimensi) seperti samudera
74
bisa menampung baik dan buruk karena masing-masing ada jatahnya.
Diumpamakan yang orang tua memberikan nasehat yang orang muda,
dan sebaliknya yang muda seharusnya bisa mengingatkan yang lebih
tua.
f. Laranagan berbuat sombong dan angkuh (Sinom:17)
Aja ngandelaken digdaya, atos wuwuluding kulit,gendhungan solah tingkahnya, kang ginulang siyang ratri,yaiku budi srani,tan wurung kecemplung endhut,dadya intiping nraka,durakane anemahi,lagya mentas ginada ing Malaekat.
“Jangan menghandalkan kekuatan keras kuatnya kulit, perilakunyayang siang malam yaitu pikiran kristen tidak lain masuk lumpurmenjadi dasar neraka dosanya menjadi kenyataan baru sajaterbebaskan dari malaikat”
Nilai moral dalam tembang Sinom bait ke tujuh belas Serat
Wasitwala menegaskan agar tidak boleh berbuat sombong. Perbuatan
sombong merupakan prilaku tidak baik hal tersebut dapat ditunjukan
pada kalimat aja ngandelaken digdaya “jangan menghandalkan/
mengagungkan kedikjayaan” dan kalimat atos wuwuluding kulit
“tebal kerasnya kulit” prilaku menghandalkan kekuatan atau ilmu
lainya merupakan sifat yang sombong, manusia hidup tidak boleh
berbuat sombong karena sombong merupakan pakaian Tuhan. Manusia
75
dengan diharapkan dapat saling mengormati, menghargai antara satu
dengan lainya. Karena perbuatan sombong dapat menjadikan hidup
kita dicela oleh orang lain, mempunyai banyak musuh Orang jawa
terkenal kalimat aja adigang adigung adiguna yaitu yang maksudnya
bahwa adigang mempunyai arti menyombongkan kekuasaan. Adigung
berarti menyombongkan drajat pangkat. Sedangkan adiguna berarti
menyombongkan kepandaian atau kelebihan. Secara bebas bahwa
didalam hidup ini manusia tidak boleh menyombongkan kepandaian
atau kelebihan yang di miliki.
Sesunggunya manusia berada dalam ketidakberdayaan.
pakaian yang melekat pada tubuh. Suatu saat, mau atau pun tidak mau,
manusia harus menanggalkan dan meninggalkan semua itu. Dan ketika
manusia telah ‘telanjang’ itulah semua kelebihan yang dimiliki yang
pernah melekat pada dirinya akan musnah.
Hal demikian tidak baik sehingga harus dihindari Pepatah jawa
mengatakan urip iku kudu andhap asor maksudnya hidup harus rendah
hati, tidak memamerkan kelebihan yang dimiliknya. Orang yang
mempunyai sifat seperti itu pada akhirnya tidak akan selamat halnya
petikan kalimat tan wurung kecemplung endut “ tidak lain akan
masuk lumpur yaitu menjadi penghuni neraka yang akan disiksa oleh
malaikat, semua akan menimpa pada yang melakukan perbuatan hal
tersebut..
76
g. Ikhlas Mengabdi Kepada Raja (Kinanthi: 31)
Eklasna manahirekuyen sira ngawuleng gustikang wekel wajibnyangawasana karsaning gustikapareng suka lan renakang bisa ngrangkanni.
“ikhlaskan hati kamu kalau kamu mengabdi kepada raja yang rajinterhadap kuwajiban mengerti kehendak Raja .Bersama suka dan dukayang bisa menutupi”
Bait ke tiga puluh satu Tembang Kinanthi dalam Serat
Wasitawala mengandung nilai moral supaya ikhlas mengabdi kepada
Raja, hal itu dapat ditunjukan pada kalimat eklasna manahira “ikhlasn
hati kamu” maksudnya bahwa bila mengabdi kepada narendra atau raja
memang sulit hati tidak boleh bimbang/ ragu-ragu harus mantap serta
patuh kepadaNya harus menuruti printah dan aturan. Karena Raja
/narendra sebagai pemimpin sebagai wakil Tuhan yang berhak
mengadili dan menghukum. Siapa yang tidak berhak
mengindahkannya berarti menentang kehendak Tuhan. Hendaknya
mengabdi kepada Raja, harus ikhlas lahir batin tanpa adanya suatu
paksaan.
Jika tidak mantap hatinya lebih baik jangan mengabdi, karena
seorang abdi besar godaan dan tanggung seperti kalimat kapareng
suka rena “merasakan suka duka” maksudnya yaitu susah maupun
senang dirasakan bersama yang bisa menjaga sang Raja sebagaimana
kata “menjaga” hendaknya prilaku teliti, cermat, dan berhati-hati yang
dimiliki sang Raja jangan berbuat dengan kemaun sendiri, kang bisa
77
ngrangkani “yang bisa menutupi” pendek kata jangan berani
membuka rahasia dari seorang Raja, diharuskan bisa menyimpan,
menutupi aib atau rahasia serta tanggap terhadap kemauan segala yang
di kehendaki oleh sang Raja..
h. Mengutamakan kuwajiban (Kinanthi: 8)
pesunen sariranirapun,supaya mulur kang pikir, mumpung ataksih taruna,ngudiya lukitan bakit,kang utama kawajiban,ing tembe Manawa singgih.
Terjemahan:
“Berusaha sungguh-sungguh badanmu agar memanjang yang angan-angan/pikiran, selagi masih muda. Mencapai perkataan berguna yangutama kuwajiban pada akhirnya jika benar.
Nilai moral dalam tembang Kinanthi bait ke delapan belas Serat
Wasitwala menegaskan bahwa agar mengutamakan kuwajiban.
berusaha kamu /badanmu dikala masih muda agar pikiran, angan-
angan menjadikanya baik di kemudian hari. Hal tersebut dapat
ditunjukan pada kalimat Pesunen sariranirapun” Berusaha dengan
sunggu-sungguh”. Berusaha mencapai angan-angan supaya pikiran
jernih serta mempunyai jiwa yang sabar, tidak mudah emosi dapat
menahan diri. Sedangkan ngudiya lukitan bakit “meraih/ mencapai
perkataan yang berguna” maksudnya apabila bicara atau berucap di
harapkan dengan perkataan yang berguna tidak boleh menyakiti hati
78
orang lain. Mengormati dan menghargai diharapkan mempunyai
sopan santun serta unggah-ungguh (tata krama)
Selanjutnya di usia muda diharapakan untuk mencari ilmu
pengetahuan pepatah mengatakan carilah ilmu sampai ke negeri cina
maksudnya bahwa walaupun jauh serta sulit ilmu itu tetap kita cari
walaupun melalui proses yang sulit. Orang Jawa juga mengatakan ilmu
iku kalakone kanthi laku “ilmu itu bisa dicapai dengan proses atau
belajar dengan sungguh-sungguh. Ilmu merupakan cahaya atau
penerang bagi jiwa bagi setiap yang menjalani terutama manusia. Usia
muda tidak boleh berpangku tangan, berhura-hura mensia-siakan
waktu apalagi bermalas-malasan. Dapat mengisi waktu dengan cara
tekun belajar. Menncari ilmu mumpung masih ada kesempatan, agar
kelak kemudian hari menjadi bekal dihari tua.
i. Kriteria memilih guru yang baik (Dhandhanggula: 14)
Amiliha taruna kang pekik,sokur angsal janma ingkang tapa, kang edhe martabate, aja na cacadipun,Ingkag mulus budinireki,ingkang sugih kluwiyan,ywa nganti kaliru, kang aja remen ing dunya,haywa nganti mikir pamewehing murid,kang remen sukci budya.
Terjemahan:
“Memililah anak muda yang tampan syukur mendapatkan manusiayang bertapa, yang besar martabatnya jangan sampai ada cacad yanghalus prilakunya. Jangan sampai salah, jangan suka terhadap harta,
79
juga jangan sampai memikirkan pemberian dari murid yang sukaberprilaku suci”.
Tembang Dhandhanggula bait ke empat belas dalam Serat
Wasitawala memberikan nasehat agar memeilih guru yang baik.
Memilih Guru yang tidak mudah tentunya orang bisa menjadikan
contoh baik prilaku maupun ilmunya yang bisa ddi apat jadikan contoh
bagi murid. Kriteria guru yang baik yaitu dikatakan orang yang senang
bertapa maksudnya orang yang senang berpuasa mengurangi makan
minum yang hati suci lahir maupun batin. Yang kedua orang yang
mempunyai martabat baik dan tidak ada perilaku cacad, maksudnya
orang yang disegani, tidak pernah menyakiti hati orang lain, tentunya
berperilaku baik, mengerti tentang hukum mengetahui halal dan
haram. Keempat memililah guru yang benar- benar mempunyai
kelebihan ilmu pengetahuan. Kelima jangan memilih guru yang senang
di beri pemberian dari murid, guru yang benar memberikan ilmu
dengan tulus ikhlas tanpa mengarap imbalan. Keenam memlilih guru
yang tidak hanya memikirkan berwujud kepentingan duniawi saja,
namun guru yang tujuan lain untuk kepentingan akhirat mencari
keridolhan Tuhan.
Seorang guru harus senantiasa menyucikan hati dari
keinginan-keinginan dan niat buruk, atau dengan kata lain beramal
baik sebanyak mungkin. Dalam ajaran islam dikenal dengan konsep
“lilahahi ta’alaa (semua hanya karena Allah Ta’la) tidak mengharap
80
imbalan serta mengharap balas jasa dari orang lain. Selanjutnya guru
yang senang terhadap prilaku yang baik senang menolong, bersodaqoh
dan membantu kepada yang membutuhkan. Pepatah jawa mengatakan
Guru merupakan (ditiru lan digugu) maksudnya meniru prilaku serta
ahlaknya, ilmu pengetahuan sedangkan digugu maksudnya ucapan
atau nasehat seorang guru wajib dilaksankan. Guru merupakan suri
tauladan, sebagai kaca benggala (cermin) ilmu dan prilaku bagi siswa
maupun orang lain, guru juga wakil dari orang tua bagi anak didik
yang diasuh. Guru sebagai pembangkit serta pencerah terhadap ilmu
pengetahuan dan akhlak.
j. Taat kepada seorang suami (Pangkur: 31)
Banget wedya wong priyaarahen barang sacturnekiKramamu aja kasandhungYaiku guroniraKawruhanmu lakinya wajib tinirutKang kena linampahanYa kudu sira nglakoni
Terjemahan:
“takutlah kepada seorang laki-laki agar saling mengarahkan walaupunsekecil apapun. Nikah kamu jangan sampai bermasalah,yaitu gurukamu seorang suami wajib ditaati tidak boleh menentang harus kamulakukan”
Tembang Pangkur bait ke tiga puluh satu dalam Serat
Wasitawala memberi tuntunan atau nasihat kepada kita agar berbakti
kepada seorang suami. Hal tersebut dapat ditunjukan pada kalimat
81
kawruhana lakinya wajib tinurut “ketahuilah seorang laki-laki wajib
ditaati” mentaati kepada seorang suami merupakan kuwajiban bagi
seoarng istri karena suami adalah sebagai wakil orang tua serta
menjadi guru baginya, hal tersebut dapat di tunjukan pada kalimat
yaiku guronira “yaitu guru kamu” hendaknya wajib ditiru terhadap
prilkunya tidak boleh menentang perintah suami. Dalam berumah
tangga diharapkan saling menghormati, menghargai dan menutupi
kesasalahan masing-masing dapat di tunjukan pada kalimat rah arahen
barang sacturneki “saling mengarahkan” di dalam semua hal.
Hendaknya seorang perempuan (istri) dalam melayani kepada
suami(bapak) menggunakan ajaran driji lima (lima jari) yaitu jempol,
panuduh, panunggal, manis, dan jenthik.
Jempol ‘ibu jari’ maksudnya bahwa suami merupakan lelaki
yang paling tampan dan hebat, dan ibu melayani bapak harus benar-
benar pol’ penuh dan tulus ikhlas. Jari panuduh’ penunjuk’ maksudnya
seorang ibu hendaknya selalu dan segera menjalankan apa yang
menjadi perintah dan petunjuk suami. Jari panunggul ‘paling tengah
dan tinggi’ maksudnya tidak boleh merendahkan serta mencela suami,
tetapi sebaliknya. Apabila diberi rejeki atau nafkah hanya sedikit atau
pas-pasan diterima dengan bangga dan senang hati, agar suami tidak
senang korupsi dan mencuri karena dorongan dan tuntutan suami. Jari
manis, maksudnya seorang istri harus selalu menyenangkan suami,
patrap dan pangucap selalu membuat ketentraman, kesejukan serta
82
kedamaian hati. Jari jenthik ‘kelingking’ maksudnya seorang ibu harus
senang kreatif, terampil, dan rajin bekerja.
k. Larangan menggunjingkan Tetangga (Sinom: 18)
Winedharaken ing tonggaNgojahken babdirekiEnggone padha jodhowanRembagnya tan seneng pikerAngguru ngathik-athikMring janma priya kang bagusKang ala ingewananGinuyu pating cukikikHiya iku bathine karem sasanjan
Terjemahan:
“menyacat tetangga membicarakan tentang dirinya masalah tentangberkeluarga. Berbicara tidak tanpa di berfikir lebih dahulu menjelek-jelekan terhadap seorang laki-laki yang tampan. Sedangkan yang jelekdikesampingkan tertawa di dalam terbehek-behek hal itu merupakanhatinya yang tidak baik”
Bait ke delapan belas tembang Sinom dalam Serat Wasitawala
mengandung nilai moral perempuan yang tidak berfikir serta
menjelekan orang lain hal tersebut dapat ditunjukan pada kalimat
rembagnya tan seneng piker “bicaranya tidak senang berfikir”
maksudnya bahwa orang yang tidak mau berfikir dahulu bicaranya
pasti asal keluar tidak mau memandang mana yang hendak patut
diucapkan. Apabila berbicara senaknya saja mengungkit-ungkit
keburukan orang lain dan menyakiti hati. Senangnya membicarakan
rumah tangga orang lain, berwatak suka mencemoh seperti kalimat
83
angguru ngathik-athik “menjelek-jelekan serta mengungkit-ungkit”
yaitu prilakunya seorang perempuan yang tidak tahu diri. Orang yang
seperti itu biasanya hati dan pikiranya kotor, senang menetertawakan
orang lain apabila lagi menerima musibah. Perempuan yang bermuka
dua maksudnya bila di hadapanya ia sopan serta hormat padanya tetapi
di belakang mempunyai iri hati membicarakan kejelekan, apalagi bila
ada orang yang tampan/ ganteng terkagum akan ketampanan namun
bila ada laki-laki yang jelek wajahnya senang mengkesampingkan.
Pepatah Jawa terkenal dengan “nyumur gumuling” artinya mempunyai
sifat terbuka tidak bisa menyimpan rahasia dimuka depan baik namun
dibelakang jahat. Segala sesuatu yang diucapkan selalu
menguntungkan diri sendiri.
l. Larangan bergonta-ganti suami (Mijil: 13)
marang Gusti kang murba sirekihywa kongsi pedhotdenya nyuwun marang duryateaja nganti tukaran lakiajrih ing salamimring guru lakimu
Terjemahan:
“terhadap Tuhan yang menciptakan kamu jangan sampai putus, danmeminta kepada sorot (ketentraman) jangan sampai bertukaran suamitakutlah untuk selamanya, kepada guru suamimu”
Bait ke tiga belas tembang Mijil dalam Serat Wasitawala
mengandung nilai moral larangan bergonta-ganti suami hal, tersebut
84
dapat ditunjukan pada kalimat aja nganti tukaran laki “jangan sampai
berganti suami” maksudnya bahwa seorang istri tidak boleh
menceraikan sang suami, apabila seorang perempuan menceraikanya
merupakan perbuatan yang tidak baik, perempuaan yang suka
bergonta-ganti pasangan merupakan perempuan yang suka selingkuh
(royal). Pada kalimat ini di anjurkan untuk selalu mendekatkan diri
kepada Tuhan Hal itu dapat ditunjukan pada kalimat denya nyuwun
marang duryate “dan meminta terhadap sorot maksudnya bahwa” agar
selalu berdo’a kepada Tuhan supaya hidup berumah tangga menjadi
sejahtera serta lenggeng jauh dari penghalang.
Seorang perempuan hendaknya jangan berani kepada seorang
suami seperti kalimat ajrih ing salami “takutlah kepada suami”
maksudnya harus taat, patuh apa saja kehendak suami. Karena suami(
laki-laki) wajib hormati menjadi perempuan yang ngugemi (setia),
sedangkan kalimat mring guru lakimu “terhadap guru suamimu” yaitu
jangan berani kepada suami bahwa suami adalah sebagai guru yang
patut dicontoh dan ditiru menjadi panutan dalam keluarga maupun
dirinya (istri).
m. Larangan untuk berbohong serta mengingkari janji (Mijil: 2)
wong wanodya yen mangkono yayidhemen laku gorohnora duwe temen salawasewit iku pikire owah gingsirnglambrang siyang ratri
85
nggayuh dadi menus
Terjemahan:
“orang perempuan bila seperti itu kakak, senang melakukan perbuataningkar janji tidak mempunyai teman selamanya pohon itu berubahpergi siang malam mencapai menjadi terlanjur tidak baik”
Bait ke dua tembang Mijil dalam Serat Wasitawala
mengandung nilai moral perempuan yang suka berbohong hal tersebut
dapat ditunjukan pada kalimat dhemen laku goroh “senang melakukan
bohong” maksudnya bila berkata tidak pernah menepati janji hanya di
mulut saja tidak disertai dengan tindakan. Orang yang senang
berbohong itu akan di jauhi oleh orang lain dan tidak bisa dipercaya
seperti petikan kalimat nora duwe temen salawase “tidak mempunyai
kawan/ saudara selamanya” bila kita berbuat kebohongan atau sering
ingkar janji kepada sesamanya kawan, saudara akan jauh dari kita.
Perbuatan tersebut hendaknya angan dilakukan tidak lain akan
merugikan kita sendiri, pepatah jawa mengatakan ajining diri ana ing
lathi (harga diri/ kerhormatan terletak pada mulut) orang hormat pada
kita bukan karena harta benda yang melimpah, jabatan yang tinggi
namun yang diutamakan adalah ucapan atau perkataan. Karena ucapan
dapat membawa suatu kebaikan, tetapi juga membawa kematian,
kesengsaraan, persahabatan ucapan juga dapat menjadi penyebab
semula yang akibatnya dijauhi oleh orang lain.
Perbuatan suka bohong atau mengingkari janji dalam dalil
agama Islam disebut “munafik” berdusta bila berkata tidak sesuai
86
dengan kenyataan. Orang sering melakukan hal tersebut pikiranya
tidak tenang angan-angan selalu berubah tidak mempunyai pendirian
seperi kalimat nglambrang siyang ratri “bingung siang malam”
maksudnya tidak tenang karena perbuatan yang kurang terpuji pikiran
selalu tidak tenang.
n. Larangan menolak keinginan perintah suami (Mijil: 17)
wong dadyestri kang bisa nglakonisaprentahing bojoaja asring badali karsaneyen wanodya duweke nglakoniajrihnya kang sayektimring lakinireki
Terjemahan:
“Menjadi istri yang dapat menjalankan perintah suami, jangan seringmenolak printah suami bila perempuan sering menentang kemauan.Kalau perempuan kepunyaanya menjalankan takutlah yang benarterhadap suami kamu ”
Bait ke tujuh belas tembang Mijil dalam Serat Wasitawala
mengandung nilai moral jangan membantah perintah suami hal
tersebut dapat ditunjukan pada kalimat aja asring badali karsane
“jangan sering membantah kehendak kemauan maksud bahwa seorang
istri wajib taat serta patuh semua perintah suami tidak boleh
membantah maupaun mengelaknya. Wanita Jawa apabila berumah
tangga agar selalu setia, berbakti menurut segala printah suami.
Seorang perempuan diharapkan bisa diatur pepatah Jawa mengatakan
87
wanita simbol (wani ditata). Miskipun dimadu harus tetap rila lan
legawa atau ikhlas, rela dan senang tetap memelihara kecantikan.
Selalu menjaga keharmonisan, keutuhan, dan kelangsungan dalam
hidup berumah tangga. Karena suami merupakan wakil dari orang tua
yang memberi nafkah dan bertanggung jawab keluarga. Bila seorang
perempuan berani terhadap suami sangatlah besar dosanya.
Seorang istri atau ibu hendaknya memiliki tri telu kepada
suami atau bapak, karena suami di ibaratkan ayah atau bapak, suami
juga diibaratkan sebagai Gusti atau Allah katon Dewa yang
mengejawantah atau Guru. Ketiga hal tersebut (a) tulus ikhlas takut
pada suami (b) tulus serta ikhlas dan hormat (c) harus menurut dan taat
kepada suami.
3. Nilai Moral dalam Serat Wasitawala yang Berhubungan Manusia
dengan Diri Sendiri
a. Hidup harus menjadi contoh (Mijil: 9)
kang utama ngurip punikidadyo titironamikira bisa kasaidgolekna ya margane inggihtutukig rejekigangsare lestantun
Terjemahan:
“Yang paling utama hidup ini menjadi contoh memikirkan agar bisalestari carilah karena menjadi baik lancar rejeki mudah terpelihara”
88
Bait ke sembilan tembang Mijil dalam Serat Wasitawala
mengandung nilai atau pesan moral hidup supaya menjadi contoh yang
baik, hal tersebut dapat ditunjukan pada kalimat dadyo titiron “menjadi
contoh” yaitu contoh berprilaku dan perkataan yang baik menjadik suri
tauladan. Orang yang bicaranya keluar dengan tertata rapi yang
berwujud nasehat yang sarat dengan ajaran baik, harganya memang
melebihi hatra benda, bisa mengubah hati dan pikiran. Tetapi semangat
pikiran dan hidupnya hati tidak bisa berubah hanya dengan bicara saja.
Yang penting bicara yang mengandung tindakan dalam rangka
tauladan. Hanya tauladan yang biasa menumbuhkan kepercayaan.
Selalu memikirkan cara hal-hal yang baik seperti kalimat golekna
mergane inggih “mencari sebab yang baik” maksudnya kita jangan
sampai melakukan tindakan yang kurang terpuji salah satunya dalam
hal mencari rejeki, apabila datang suatu rezeki kepada kita selalu di
syukuri di manfaatkan dengan baik akan menjadikanya rezeki itu
barokah serta lestari. Supaya rejeki yang diperoleh awet dan tetap
lestari agar sebagian harta disisipkan untuk anak yatim dan fakir
miskin. Agar harta yang dimiliki bersih, akibatnya menjadi
bermanfaat terhadap orang lain maupun diri sendiri.
b. Anjuran untuk melakukan Hemat dan berhati-hati (Pangkur: 30)
Sanadyan para wanodyaIngkang padha surti angati-atiNyemiye patrairekiMring raja kayanira
89
Kang satiti barang duweke wong kakungKang primpen ywa sembranaGemenana ing salami
Terjemahan:
“Walaupun semua perempuan yang hemat/cermat dan berhati-hati.Terhadap prilaku kepada raja seperti dia yang teliti sesuatu kepunyaanorang laki-laki yang tertutup jangan sampai ceroboh peganglah untukselamanya”
Tembang Pangkur bait ke tiga puluh mengandung nilai moral
anjuran berbuat hemat dan hal tersebut dapat ditunjukan pada kalimat
ingkang padha surti angati-ati “yang sama hemat/cermat berhati-hati”
Hendaknya jangan berbuat boros, pandai memilah- milah rajin untuk
menabung dan tidak melkukan yang tidak ada manfaatnya.
Pada kalimat kang teliti duweke wong kakung “yang teliti
sesuatu kepunyaan orang laki-laki” mengajarkan agar untuk seorang
perempuan yang berumah tangga supaya selalu hati-hati dan waspada
terhadap kepunyaan seorang laki-laki (suami), raja. Pada perihal
mengabdi menegrti apa keinginyanya, jangan berbuat ceroboh, seperti
yang pada kalimat kang primpen ywa sembrana “yang tertutup jangan
ceroboh” hendaknya seorang istri dapat menjadi pegangan sebagai
tuntunan berumah tangga.
c. Jangan berfikiran yang sempit (Sinom: 12)
Poma padha ngawruhanaAja kongsi cupet budiMikira ingkang utamaGayuhen budi ingkang inggil
90
Nuwuna mring Hyang WidhiEstine ingkang satuhuYwa taberi kumpulenJanma kang kereh iblisIng tegese wong kang manah kabrabreyan
Terjemahan:
“Mengingatkan bahwa ketahuilah jangan sampai sempit pikiran,berfikirlah yang baik atau utama capailah pikiran yang tinggi memintakepada Tuhan belajar dengan benar jangan rajin berkumpul orang yangberteman iblis maksudnya orang yang mempunyai hati jahat”
Bait ke dua belas tembang Sinom dalam Serat Wasitawala
mengajarkan kepada kita supaya jangan berfikiran yang sempit. Hal
tersebut dapat ditunjukan pada kalimat aja kongsi cupet budi “ jangan
berfikiran yang sempit” Apabila berfikir yang sempit merupakan cara
pandang dari sebuah mata hati kita. Diharapkan berfikir yang luas,
jernih menanggapi berbagai hal jika bisa dilakukan sama dengan
mencapai prilaku yang baik dapat dijadikan contoh suri tauladan hal
tersebut dapat juga ditunjukan pada kalimat Gayuhen budi ingkang
inggil “capailah prilaku yang tinggil”maksudnya agar mencapai
perbuatan yang baik janganlah berkumpul orang- orang yang
berprilaku tidak baik yaitu orang yang berteman dengan iblis suka
membuat kerugian orang lain yang hatinya tidak suci. Diumpamakan
jika orang berteman dengan pedagang minyak wangi tidak menutup
kemungkinan badannya berbau harum namun, sebaliknya jika orang
bergaul dengan orang yang jahat setidak- tidaknya akan ikut menjadi
jahat atau tidak baik. Iblis akan menggoda dan menghalang- halangi
91
manusia yang akan berbuat baik, maka diharapkan untuk rajin berdo’a
Terjemahan:“Kuatkan kamu bekerja yaitu cepat menjadi satu dan terpaliharakeberuntungan nanti. Bertambah jinak/ mudah rejeki kamu, apabilaberusaha benar akan cepat mengumpul. Lagi pula pemberian sandang/pakaian nyata tidak tertinggal sesama orang. Lanjut menjadi contohbelakang terhadap anak cucu kamu besok. Tetapi kamu jangan putuspermohonan”
Tembang Mijil bait ke sebelas dalam Serat Wasitawala
memberikan tuntunan kepada kita agar melakukan rajin bekerja,
seperti kutipan pada kalimat rosanan gonmu nambut kardi “kuatkan
kamu bekerja”
Hal tersebut akan membawa kemakmuran, kesejahteraan, tercukupi
segala kebutuhan hidup. Bahwa manusia hidup dianjurkan untuk
bekerja dan berusaha, apabila dilakukan dengan rajin, tekun serta
sungguh-sungguh segala kebutuhan hidup akan terpenuhi seperti
pakaian, halnya tertera pada kalimat Tur sampulur sandhangira bukti
92
“juga terpenuhi pakaian nyata” apabila tercukupi menjadikanya
sentosa terhadap keluarga. Dikemudian hari dapat dijadikan contoh
suri tauladan kepada anak cucu kelak kemudian.
e. Mencapai prilaku yang baik (Kinanthi: 3)
maspadakna kang satuhumring wajibira kang yektipesunen sariranirapadha gayuh utamiduduki lan tatakramasolah tingkah kang prayogi
Terjemahan:
“Waspadalah yang benar terhadap kuwajiban yang sungguhberusahalah kamu mencapai keutamaan sopan santun dan tatakramaprilaku yang baik/ mulia”
Tembang Kinanthi bait ke tiga dalam Serat Wasitawala
mengajarkan agar menaati kuwajiban serta mencapai prilaku yang
baik. Hal tersebut dapat ditunjukan pada kalimat mring wajibira kang
yekti “terhadap kuwajiban yang benar” kuwajiban merupakan
keharusan dilaksanakan dengan tulus ikhlas serta menahan hawa nafsu.
Melaksanakan suatu kebaikan tidak ada jeleknya asalkan dilakukan
dengan sungguh-sungguh melatih diri agar menjadi prilaku yang baik
contonya pada kalimat padha gayuh utami “ mencapai yang utama”
utamanya hidup ini adalah belajar dengan sunggah- sungguh dalam
bertata karma, menghormati, belajar menghargai pendapat orang lain
selanjutnya mencapai tingkah laku yang baik
93
Pada kalimat duduki lan tata krama” sopan-santun dan
unggah-ngguh mengisyaratkan agar seorang anak muda supaya
mempunyai sopan-santun serta unggah-ungguh. Orang jawa jangan
sampai hilang kejawaanya (ilang Jawane) maksudya hilang
kepribadiannya yang penuh dengan kearifan lokal, yang dapat
mengubah suatu prilaku menjadi baik.
f. Mepertimbangkan Prilaku Baik dan buruk (Sinom: 1)ya sureku yen wus wikansawiji-wijining janmiingkang becik klawan alatimbangen ingkang sayektisawusnya sira uninglah woworana sadarummarang samaning janmakang becik cathethen batiningkang ala aja kataraTerjamahan:
“Kalau kamu sudah tahu/ mengerti salah satu orang yang baik maupunburuk pertimbangkan dengan benar, sesudahnya kamu mengertiberbaurlah semua terhadap sesama manusia dengan baik catat dihatisedangkan yang buruk jangan sampai kelihatan”.
Bait ke satu tembang macapat Sinom dalam Serat Wasitawala
mengandung nilai moral mempertimbangkan perbuatan baik dan jelek,
semua berasal berasal dari manusia itu sendiri apabila . Halnya pada
kalimat ingkang becik klawan ala “yang baik serta yang buruk”
hendaknya bisa memilah dan memilih mana sekiranya patut di ambil
contoh dan hendaknya prilaku yang tidak baik hal demikian sangatlah
penting. Setidaknya bisa menutupi apabila seorang berbuat jelek,
94
jangan mencemoh, menjahui terhadapnya. Berbuat kebaikan terhadap
orang lain tidak boleh pamer apalagi bebuat sombong. Seperti yang
ditunjukan pada kalimat Kang becik cathethen batin “yang baik catat
dalam hati” Cukuplah di simpan di hati sebagai pelajaran. Sebaliknya
kejelekan itu jangan sampai kelihatan maksudnya juga bahwa suatu
kejelekan tidak boleh di ungit-ungkit. Diharuskan dapat membawa diri
serta beradaptasi dengan dengan baik pepatah Jawa mengatakan
hendaknya bisa empan papan (Dimana tempat) dapat menyusaikan diri
di mana saja kita berada.
g. Mengasuh serta mengemban terhadap sesama Manusia(Dhandhanggula: 10)
yen wus bisa anglakonimomong marang sasmaning janmayaiku gedhe sawabe nora susah gugurungapaya guna padasihiku bae wus kanggyangurip punikusaperlune laku sirasadinane ngawasna sasmita jatijatine blis kang godha
Terjemahan:
“bila sudah kamu lakukan membantu terhadap sesama manusia yaitubesar pengaruhnya tidak susah berguru upayakan berguna untuksesama itu saja sudah cukup hidup itu penting untuk dia/kamu. Setiaphari melihat pertanda yang nyata, nyatanya iblis yang menggodha”
Bait ke sepuluh tembang Dhandhanggula dalam Serta
Wasitawala mengandung pesan moral agar mengasuh/ mengemban
95
terhadap sesama manusia. Hal tersebut dapat ditunjukan pada kalimat
momong marang sasmaning janma” mengemban/terhadap sesama
mahluk manusia” yaitu mengerti kedaan orang lain di segala situasi
dan kondisi, mampu beradaptasi sesuai dengan keadaan. Bisa menutupi
kekurangan maupun kelebihan orang lain tidak berlaku sombong
maupun angkuh, hendaknya menghargai, menghormati bertindak adil
tidak membeda-bedakan antara satu dengan yang lain. Hidup
merupakan tergantung pada diri sendiri bagimana kita menyikapi
keadaan di sekliling kita. Melakukan kebaikan terhadap sesama
merupakan kuwajiban namun, biasanya kebaikan itu di halang- halangi
oleh iblis. Kalimat ngurip puniku “ hidup itu” dan saperlune laku
sira “kuwajiban tergantung kamu” bawasanya melakukan kebaikan
ataupun apa saja bukan tergantung oleh orang lain namun pada diri kita
sendiri yang menjalani, pada kalimat Yaiku gedhe sawabe nora susah
guguru“ yaitu besar manfaatnya tidak usah berguru /menuntut ilmu
Maksudnya hidup itu yang penting bisa bermanfaat bagi orang lain,
saling membantu kepada yang membutukan.
h. Menjaga perkataan (Sinom :10)
hiya dukaning Pangeran , kang murba marang sireki,among karsaning wasita, sira den angati- ati, pesunen kang sajati, bisane undhagi punjul, limpat grahitanira, kalukitan ing bakit,
96
kang utama pan aja nganti katara’.
Terjemahan:
“Bencana Tuhan yang telah menciptakan kamu, serta kehendaknasihat kamu harus berhati-hati tahanlah dengan benar. Janganmerasa bisa yang menjadikanya angan kamu bingung, bila berucapperkataan yang berguna paling penting adalah jangan sampaikelihatan atau ketahuan”
Bait tembang Sinom tersebut secara tidak langsung
mengajarkan kepada kita supaya berhati-hati dengan menjaga
perkataan/ ucapan jangan seperti kalimat kalukitan ing bakit “
perkataan yang berguna” maksudnya jangan seenaknya berucap asal
keluar dari mulut yang tidak berguna. Perkataan yang dapat
menimbulkan orang lain sakit hati di harapkan untuk selalu berhati-
hati. Bahwa ucapan dapat menimbulkan keburukan bagi kita. Pepatah
jawa terkenal dengan ajinig diri ana ing lathi (kehormatan terletak
pada di ucapan) bila diormati, hargai tentunya bukan kekayaan atau
lainya yang penting adalah terletak pada ucapan/ perkataan.
4. Relevansi Isi Serat Wasitawala dengan Kehidupan Sekarang.
Nilai moral yang terkandung dalam Serat Wasitawala dapat
dijadikan tuntunan kehidupan pada era sekarang ini. Walaupun sudah
berpulu-puluh tahun silam berganti adat istiadat namun polah pikirnya
tetap sama. Ajaran (piwulang) yang terkandung dalam Serat Wasitawala
hendaknya dapat menjadi tuntunan hidup (kaca benggala) pada zaman era
97
sekarang ini yang meliputi ajaran manusia dengan Tuhan, manusia dengan
manusia, dan manusia dengan diri sendiri .
Adapun relevansi dari isi ajaran (piwulang) yang terkandung dalam
kehidupan sekarang dapat kami paparkan sebagai berikut:
a. Isi Serat Wasitawala Tentang meraih kedudukan/ jabatan Tinggi
(Sinom: 5)
Dalam Serat Wasitawala memberikan penjelasan tentang
mencapai kedudukan yang tinggi yaitu pada tembang Sinom bait ke
lima berikut:
aja kaya jaman mangkyalakune arebut inggiltan pajah weruh ing tataanggayuh dadi priyayikatha kang tinggal dugidegsura ing patrapipunsamya ngembag bandarasolah tingkah muna-muninora duwe angengeti yen kawula
Terjemahan:
“Jangan seperti zaman nanti perilakunya merebut yang tinggi tidakmelihat pada aturan mencapai jabatan/kedudukan banyak yangtertinggal keji tingkah prilaku. senang membicarakan raja prilakunyamenjelekan tidak punya malu bila orang kecil (rakyat)”
Isi tembang tersebut mengandung nilai moral tentang mencapai
suatu jabatan atau kedudukan. Isi Serat Wasitawala ini sangat relevan
dengan keadaan kehidupan sekarang ini bahwa kedudukan/ jabatan
sebagai impian manusia.
Zaman dahulu para Raja atau pun (senopati) mencapai
kedudukan juga dengan usaha yaitu berperang serta melalui jalur
98
politik hanya untuk memparoleh kekuasaan atau kedudukan. Tidak
jauh beda dengan era sekarang ini suatu kekuasaan tetap menjadi
prioritas bagi manusia. Jabatan ditempuh melalui jalan pintas
kehidupan sekarang masih banyak ditemui kedudukan/ jabatan yang
asal mulanya tidak jujur yaitu pada jabatan para anggota legeslatif
dengan melalui cara penyuapan terhadap rakyat. Demi kepentingan
pribadi / golongan melakukan dengan cara- cara yang tidak baik.
b. Isi Serat Wasitawala tentang Ajaran untuk rajin prihatin
Dalam Serat Wasitawala mengandung ajaran hidup untuk
prihatin, banyak melatih diri agar memiliki berbudi/ tingkah dan
mencapai keutamaan hidup, seperti ditunjukan dalam tembang bait
Kinanthi ke tujuh berikut:
golekna kang satuhumarang kawajibanekingupaya ta kang utamaden taberi prihatinywa katungkul mangan nendralan sudanen dahar guling
Terjemahan:
“mencarilah yang sebenarnya terhadap kuwajiban kamu berusahalahyang baik dan rajin prihatin jangan hanya makan tidur dan kurangimakan serta minum."
Bait ke tujuh tembamg Kinanthi dalam Serat Wasitawala
mengandung nilai moral agar rajin untuk berprihatin. Dapat ditunjukan
pada kalimat den taberi prihatin “dan rajin prihatin “sedanggkan lan
99
sudanen dahar guling “mengurangi makan serta minum” maksudnya
supaya rajin prihatin yaitu dengan mengurangi makan/ minum
(berpuasa), mengurangi tidur hal, yang demikian dampak positif pada
diri yang melakukanya terhadap perubahan pada pikiran serta prilaku.
Manusia hidup didunia hendaknya menjalankan laku prihatin . Laku
ini bertujuan untuk rohani agar jiwa terang dan terbuka dalam
menghadapi segala hal, dan apa saja yang diharapkan terkabul,
menemukann kebahagian dan sebagainya. Sebaliknya orang yang tidak
melakukan prihatin sejak kecil hingga tua akan melarat/ miskin
seterusnya dan tidak memiliki kepandaian. Mencari dengan benar
terhadap suatu kuwajiban, mencapai cita-cita yang baik memberikan
kesempatan mumpung muda supaya jangan berfoya-foya jangan
menghabiskan waktu serta bermalas-malasan hanya makan tidur.
Bahwa orang yang rajin berprihatin mengurangi makan minum
dan tidur ulahnya membanting raga, menyucikan diri akan tercapai
suatu keinginan. Adapun apabila yang berdoa kepada Tuhan apabila
dengan sungguh-sungguh lambat laun akan dikabulkan. Tuhan yang
maha pemurah akan mengabulkan keinginanya dalil mengatakan siapa
jujur balasanya akan mujur. Mumpung masih muda diharapkan belajar
“ginahua” yaitu sehat dalam sakit, dan bersukaria dalam prihatin” dan
“prihatin dalam bersukaria” itu hendaknya dilatih, dan mati dalam
hidup’, mencontoh orang-orang dahulu(leluhur).
100
c. Isi Serat Wasitawala berisi tentang menjaga Negara.
Tembang Kinanthi bait ke delapan belas dalam Serat Wasitawala
mengajarkan tentang menjaga Negara/ pemerintahan berikut ini:
tienana kang satuhureksananen prajanirekingawasana sasamaning janmaana ala lawan becikkang nistha madya utamaana lancang kumaki
Terjemahan:
“Teliti yang sebenarnya jagalah negaramu waspada sesama manusiaada buruk/jelek dan baik yang hina tengah utama ada berani besarkepala”
Ajaran tersebut masih sangat relevan dalam kehidupan pada
sekarang ini supaya menjaga Negara atau pemerintahan, terutama
kepada pejabat yang telah mengabdi kepada Negara seperti pemimpin.
Apabila memilih pemimpin hendaknya orang yang berprilaku baik
memihak pada rakyat namun sebaliknya , kita harus berhati-hati dan
waspada terhadap pemimpin yang kurang baik. Ada tiga kriteria
tingkatan pemimpin bangsa atau Negara yaitu kepemimpinan yang
nistha, madya, utama.
Pertama, pemimpin yang tergolong nistha yaitu, adalah mereka
gila terhadap kekayaan (meliken arta). Pemimpin semacam ini,
biasanya ingin menyunat hak-hak kekayaan rakyat dengan aneka dalih/
cara. Harta kekayaan diatur sedemikian rupa, sehingga tampak legal,
kemudian dikuasai semaunya sendiri. Kedua, pemimpin yang
101
tergolong madya, bercirikan dua hal yakni, (a) pemimpin yang mau
memberikan sebagian rejekinya kepada rakyat. Pemberian disertai
dengan niat tulus dan keikhlasan. (b) pemimpin yang mampu
menghukum rakyat yang berbuat dosa dengan sikap adil. Ketiga,
pemimpin yang tergolong utama memiliki ciri bersikap berbudi
bawaleksana. Artinya, mau memberikan sesuatu kepada rakyat secara
iklhas lahir batin. Mereka juga tak mengharapkan apa- apa dari rakyat,
kecuali pengabdian yang sesuai kewajibannya.
d. Isi Serat Wasitawala tentang ajaran bertapa.
ya niskara trapirekisinauwa tapa ngeliseni hara banyu harangluwange siyang ratriawasna marang sasmitawahywane sasmiteng gaibTerjemahan:
“Iya semua apa saja sikapmu belajar bertapa lapar api hening airhening sarana pada siang malam melihat terhadap pertanda, sungguh-sungguh pertandanya samar “
Ajaran untuk bertapa masih relevan dengan pada era sekarang
ini biasanya masih dilakukan oleh orang- orang yang mempelajari
ilmu “kejawen” atau ilmu kasepuhan. Dalam kehidupan masyarakat
sekarang ilmu (aliran) kejawen juga disebut ilmu rasa, sering
dilakukan dengan cara “menyepi“ atau bertapa (mesu raga, cipta, dan
rasa). Tembang tersebut berisikan anjuran melakukan bertapa, ada
empat jenis etika cara yang harus dilakukan oleh seorang pertapa
102
seperti isi Serat tersebut diatas yaitu: (a) tapa narima, maksudnya
harus mengikuti apa kehendak Tuhan seperti sampan dilautan. (b)
tapa geni hara, tidak terpengaruh oleh suara-suara yang memanaskan.
(c) tapa banyuhara harus mengikuti petuah saudara, (d) tapa patihara,
dengan menimbun ditanah, harus tidak memperlihatkan kebaikan
sendiri.
103
BAB VPENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan analisis dan hasil pembahasan dalam data Serat
Wasitawala karangan Mas Demang Warsa Pradongga, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai moral yang membahas meliputi tentang hubungan manusia dengan
Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan diri sendiri.
a. Adapun nilai moral yang membahas hubungan manusia dengan Tuhan
terdapat pada tembang Dhandhanggula bait ke dua belas, sebelas,
tembang Sinom bait ke 10, tembang Kinanthi bait ke enam belas, Mijil
bait ke satu , dan Sembilan.
b. Hubungan nilai moral yang membahas manusia dengan manusia
tedapat pada tembang Dhandhanggula bait ke Sembilan, empat belas,
tiga ,tembang Pangkur bait ke tiga, tembang Mijil bait ke tiga belas,
_______________.2011. Pengkajian Sastra. Universitas Sebelas Maret:Surakarta.
Werrn Austin, Weelk Rene. 1990. Teori Kasusteraan. Gramedia: Jakarta.
Widyawati, Wiwien. 2010. Etika Jawa. Pura Pustaka.: Yogyakarta.
Winarni, Retno. 2009. Kajian Sastra. Widya Sari Press: Salatiga
Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam PersepektifPerubahan. Bumi Aksara: Jakarta.
Baried, Siti, dkk. 1985. Pengantar Filologi. Departemen Pendidikan danKebudayaan. Jakarta.
Subalidinata. 1994. Kawruh Kasusastran Jawa. Yayasan Pustaka Nusatama.Yogyakarta.
Wibowo, Agvenda. 2012. Basa Jawa Sansekerta. Aswaja Pressindo. _____
Nuraeni, Dwi. 2010. Nilai Moralitas pada Tembang Macapat PupuhDhandhanggula dan Pengkur dalam Serat Wulangreh KaranganPakubuwana IV. Skripsi Universitas Muhammadiyah Purworejo.
39
Winter, Ranggawrsita. 2009. Kamus Kawi Jawa. Gajah Mada University Press:Yogyakarta.
Puspita, Dwi 2011. “Nilai Moral dalam Serat Nitisruti Karangan PangeranKaranggayam”. Skripsi Purworejo: Universitas MuhammadiyahPurworejo.