i NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFK DALAM Q.S AL-NŪR SKRIPSI Diajukan ke Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama Islam (S.Ag) Oleh: Lailatul Hikmah NIM: 11140340000120 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M
75
Embed
NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFK
DALAM Q.S AL-NŪR
SKRIPSI
Diajukan ke Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama Islam (S.Ag)
Oleh:
Lailatul Hikmah
NIM: 11140340000120
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
v
PEDOMAN TRASLITERASI ARAB-LATIN
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K
Nomor: 158 Tahun 1987 Nomor: 0543 b/u/1987
1. Konsonan
No Arab Latin
1. Tidak dilambangkan
2. B
3. T
4. ṡ
5. J
6. ḥ
7. Kh
8. D
9. Ż
10. R
11. Z
12. S
13. Sy
14. ṣ
15. ḍ
vi
16. ṭ
17. ẓ
18. ‘
19. g
20. f
21. q
22. k
23. l
24. m
25. n
26. w
27. h
28. ’
29. y
2. Vokal Pendek
= a kataba
= i su’ila
= u yażhabu
vii
3. Vokal Panjang
…= qᾱla
= qīla
= yaqūla
4. Diftong
= ai kaifa
= au ḥaula
viii
ABSTRAK
Lailatul Hikmah
Nilai dan Norma Sosial Tentang Peristiwa al-Ifk dalam Q.S al-Nūr
Nilai merupakan suatu kepercayaan dalam menilai pantas atau tidaknya
perbuatan seseorang. Sedangkan norma merupakan aturan-aturan dalam
kehidupan sosial secara kolektif yang mengandung berbagai sanksi moral atau
fisik bagi seseorang yang melakukan pelanggaran atas nilai-nilai sosial. Dengan
demikian, nilai dan norma merupakan dua hal yang saling berkaitan.
Q.S al-Nūr merupakan salah satu surat yang keberadaan berfungsi sebagai
sebagai obat atas problem sosial yang kerap terjadi di masyarakat. Sehingga,
kandungan ayat-ayatnya banyak memuat tentang norma-norma Allah manusia. Di
antara norma tersebut adalah aturan Allah Swt tentang larangan berzina, menuduh
zina, menyampaikan berita bohong, dan lain sebagainya.
Banyaknya norma-norma yang Allah Swt jelaskan di dalam Q.S al-Nūr
merupakan bentuk rahmat-Nya kepada manusia, sebagai wujud bahwa penciptaan
mereka tidak mengandung kesia-siaan. Namun, penilitian ini hanya bertujuan
untuk mengetahui nilai dan norma sosial tentang ḥadīṣ ifk yang terkandung di
dalam Q.S al-Nūr. Hal ini dilatar belakangi oleh mudahnya mengakses dan
menyampaikan sebuah berita, berdampak pula pada kesewenang-wenangan
beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab dalam menyebarkan berita
bohong.
Dengan menggunakan metode maudū’ī bi al-sūrah dan dengan pendekatan
kualitatif, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai dan norma sosial tentang
ḥadīṣ ifk yang terkamdung di dalam Q.S al-Nūr adalah 1) Nilai Moral yakni
pertama, menjauhi hal-hal yang menimbulkan fitnah. Kedua, selektif dalam
menyampaikan berita. Ketiga, ḥusn al-ẓᾱn terhadap sesama. Keempat, saling
memaafkan. Kelima, berlapang dada. 2) Norma Hukum yakni pertama,
melakukan tabayyun. Kedua, bersikap adil dalam menetapkan hukum. Ketiga,
hukuman yang diberikan hanya memberikan efek jerah.
Kata Kunci: Nilai, Norma, Sosial, Ifk, Q.S al-Nūr
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji penulis haturkan hanya bagi Allah Swt yang
telah memberikan rahmatNya berupa kesehatan jasmani dan rohani, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir S1 ini. Shalawat dan salam semoga tetap
terhaturkan kepada sang revolusioner Nabi Muhammad Saw, semoga kelak di
akhirat kita bisa berkumpul dan bersua dengannya. Tidak lupa, ucapan
terimakasih juga penulis ucapkan kepada segenap keluarga, para guru, teman dan
sahabat seperjuangan.
Hiruk-pikuk kota metropolitan telah mewarnai kehidupan penulis selama
kurang lebih empat tahun. Karenanya, makna kehidupan sedikit banyak telah
penulis pahami. Pertanyaan-pertanyaan yang dulu kerap kali menghampiri, kini
sedikit banyak telah penulis temukan jawaban dan esensinya. Oleh sebab itu,
penulis sangat berterimakasih kepada kedua orang tua penulis, yakni Mamak
Karmu’ah, Bapak Moh. Aly, dan Ibu Nur Khoiriyah yang tidak henti-hentinya
memberikan dukungan secara materi dan moril. Selain itu, salam ta’dzim dan
hormat saya terhadap pihak-pihak terkait lainnya, semoga ilmu yang telah mereka
sampaikan bermanfaat bagi penulis pribadi dan masyarakat pada umumnya.
Ucapan tersebut penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Prof. Dr. Mansri Mansoer, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
beserta seluruh staf dekanat.
3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur’an
dan Tafsir dan Ibu Banun Binaningrum, M.Pd selaku sekertarisnya,
beserta seluruh civitas akademik fakultas.
4. Bapak Dr. Ahsin Sakho M. Syarifuddin, MA selaku Dosen Pembimbing
Skripsi. Bapak Eva Nugraha, MA selaku Dosen Penguji Proposal, dan
Bapak Kusmana selaku Dosen Pembimbing Akademik, Bapak Dr. Abd.
x
Moqsit Ghazali, MA dan Bapak Dr. Arrazy Hasyim, MA yang banyak
memberikan arahan, ilmu, dan pengetahuan kepada penulis.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah menghantarkan kami menuju samudera ilmu pengetahuan.
6. Seluruh angkatan IAT 2014, Bacang LPM Institut, Formala Jabodetabek,
Ikawarda Jabodetabek, Monash Institute Ciputat, HMI Cabang Ciputat,
Formaci, dan INC yang telah menjadi krayon dalam mewarnai pemikiran,
kehidupan, bahkan pengalaman penulis.
7. Segenap Keluarga Besar Ponpes Darus Sa’adah, terkhusus Ibu Dr. Faizah
Ali Syibromalisi, MA, para asᾱtiẓ, dan mahasantrinya yang telah
membantu penulis untuk kembali bangkit menjadi sosok yang bijaksana,
sabar, dan berpendirian terhadap syari’at Allah Swt tidak mudah
diombang-ambing kemajuan.
8. Segenap Keluarga Besar Madrasah Mu’allimin Mu’allimat dan Ponpes
Nūr al-Anwᾱr yang meski tidak dalam satu tempat belajar, namun ilmu
dan bimbingannya senantiasa mengalir pada diri penulis.
9. Kepada seluruh pihak yang membantu terselesainya tugas akhir ini dan
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, penulis hanya bisa berterimakasih dan berdoa semoga amal
ibadah, dukungan, bimbingan, dan segenap perhatian serta motivasinya,
senantiasa dibalas oleh Allah Swt dengan balasan yang Ia ridhoi dan sesuai
dengan harapan masing-masing.
Jakarta, 13 September 2018
Lailatul Hikmah
xi
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................... v
ABSTRAK .............................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi
BAB I: PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ........................................................ 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8
E. Metode Penelitian.................................................................................... 8
F. Kajian Pustaka ........................................................................................ 10
G. Sistematika Penulisan ............................................................................ 17
BAB II: KAJIAN TENTANG NILAI DAN NORMA SOSIAL ........................ 18
A. Pengertian Nilai dan Norma Sosial ....................................................... 18
B. Fungsi dan Tujuan Nilai dan Norma Sosial .......................................... 22
C. Macam-macan Nilai dan Norma Sosial ................................................ 23
D. Sumber-Sumber Nilai dan Norma Sosial .............................................. 28
BAB III: PERISTIWA AL-IFK DALAM Q.S AL-NŪR .................................... 30
A. Peristiwa al-Ifk ....................................................................................... 30
xii
B. Penilaian Masyarakat Tentang Peristiwa al-Ifk...................................... 33
a. Penilaian Baik .................................................................................. 34
b. Penilaian Buruk ................................................................................ 35
C. Dampak Peristiwa al-Ifk ......................................................................... 36
a. Dampak Pada Objek al-Ifk ............................................................... 36
b. Dampak Pada Keluarga al-Ifk .......................................................... 37
D. Rahmat Allah Swt Bagi Hamba-Nya ..................................................... 39
a. Petunjuk Al-Qur’an .......................................................................... 39
b. Memberikan Ampunan Kepada Para Penyebar al-Ifk yang
dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial; dan implikasinya
terhadap pendidikan akhlak. Melalui teori tersebut, ia menyimpulkan bahwa
ada tujuh sikap sosial yang terkandung dalam surat tersebut yakni, sikap
29
Wafa’ Maulida Zahro’, Sikap Sosial dalam Surat al-Hujurᾱt Ayat 11-13 dan
Implikasinya Pada Pendidikan Akhlak, Skripsi S1 IAIN Surakarta, 2017 30
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep & Penerapan
(Surabaya: Kata pena, 2014), h. 65
12
kemuliaan, sikap memaafkan, sikap mendoakan orang lain, sikap ḥusn al-ẓᾱn,
sikap merahasiakan aib orang lain, sikap menjunjung tinggi hidup dalam
perbedaan sesama manusia, dan sikap menggalang persatuan dan kesatuan.
Implikasi tersebut dapat diperoleh melalui metode ceramah dan nasihat,
metode keteladanan, metode latihan, dan metode dialog atau debat.
Skripsi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam al-Qur’an Surat al-Nūr
Ayat 58,59,60, dan 61, oleh Siti Aminah (2017),31
ia menjelaskan bahwa
uraian surat al-Nūr ini menyanggkut tentang pembinaan hidup bermasyarakat
serta keharusan adanya hubungan bersih antara anggota masyarakat; terlebih
antara laki-laki dan perempuan. Skripsi ini dibahas dengan menggunakan
metode mauḍū’ī atau tematik, berdasarkan asbᾱb al-nuzūl, melakukan
munᾱsabah antar ayat dan surat sebelum dan sesudahnya dan didekati dengan
menggunakan fenomenologi; berdasarkan hasil pengalaman pribadi atau
golongan. Metode penyelesaian yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi
ini, disesuaikan dengan pendapat Muhammad Daud Ali32
yang menyatakan
bahwa kandungan isi al-Qur’an memuat empat hal, yakni akidah, syariah,
akhlak, dan kisah-kisah yang dapat dijadikan sebagai ibrᾱh. Namun dari
keempat kandungan al-Qur’an tersebut, Aminah hanya berfokus pada nilai-
nilai pendidikan akhlak; khususnya yang harus diterapkan dalam rumah
tangga. Menurutnya, salah satu pendorong seseorang memiliki etika yang baik
dan benar adalah pola pengajaran dari orang tua yang sejak dini mendidik
dengan penuh penghargaan, kehormatan dan kebaikan hati sehingga hal
31
Siti Aminah, Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an Surat Al-Nūr Ayat
58,59,60, dan 61, Skripsi S1 IAIN Salatiga, 2017 32
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h. 97
13
tersebut pun berdampak pada pola etika mereka kepada orang lain;
sebagaimana yang terkandung di dalam Q.S al-Nūr: 58-61.
Skripsi Hoax dalam al-Qur’an oleh Salwa Sofia Wirdiyana, 2017.33
Dengan metode maudhu’ī bi al-Āyat, skripsi ini mengungkapkan pandangan
al-Qur’an tentang hoax dan mengungkap solusi agar terhidar dari hoax, yakni
dengan cara selektif dan kritis dalam menganggapi berita.
Skripsi Etika Komunikasi Lisan Menurut al-Qur’an: Kajian Tafsir
Tematik oleh Amir Mu’min Solihin, 2011.34
Skrispi ini membahas tentang
etika berkomunikasi yang dijelaskan di dalam al-Qur’an. Hasil skripsi ini
menunjukkan bahwa kata komunikasi banyak menggunakan kata qᾱlᾱ,
takallama, dll yang mengindikasikan bahwa komunikasi harus dilakukan
dengan baik, isi pembicaraannya benar, dan harus menggunakan kalimat yang
baik; tidak berkata bohong, merendahkan, serta larangan berkomunikasi
dengan manja bagi wanita dengan lawab jenis non muhrim.
Skripsi Fenomena Hoax di Media Sosial dalam Pandangan
Hermeneutika oleh Ilham Syaifullah, 2018.35
Skripsi ini mengidentifikasi
berita hoax, ditinjau dengan teori hermeneutika Hans G. Gadamer dan Paul
Ricoeur. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan
teori Aleanating Distanciation dan Belonging Experience, jika diterapkan
dalam fenomena hoax, maka pembaca akan memahami kejadian berdasarkan
informasi yang kita terima dengan pengalaman kita. Sedangkan pengalaman
kita bisa kita dapat dengan menganalisa kejadian tesebut berdasarkan sumber-
33
Salwa Sofia Wirdiyana, Hoax dalam al-Qur’an, Skripsi S1 UIN Sunan Kalijaga, 2017 34
Amir Mu’min Solihin, Etika Komunikasi Lisan Menurut al-Qur’an: Kajian Tafsir
Tematik, Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011 35
Ilham Syaifullah, Fenomena Hoax di Media Sosial dalam Pandangan Hermeneutika,
Skripsi S1 UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018
14
seumber lain yang lebih bisa dipercaya. Sedangkan jika menggunakan teori
fiksasi dan distansisi yang dikemukakan oleh Paul Riceour, maka yang terjadi
adalah si penerima dan pembaca berita akan memahami makna asli dibalik
penyebaran berita tersebut.
Tesis Hadis Tentang Peristiwa Ifk (Perspektif Sunni dan Syi’ah) oleh
Said Mujahidin, 2016.36
Tesis ini membahas tentang ḥadīṣ-ḥadīṣ ifk dari
perspektif sunni (yang mengatakan bahwa ḥadīṣ tersebut dituduhkan pada
‘Āisyah) dan syi’ah (yang mengatakan bahwa ḥadīṣ tersebut dituduhkan pada
Maria al-Qibtiyah), ditinjau dari kronologi sejarahnya. Dengan metode takhrīj
mutūn al-ḥadīṣ, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ḥadīṣ tersebut muncul
pada empat kondisi yakni, pertama, pada tahun 5 H yang berkaitan dengan
‘Āisyah. Kedua, tahun ke-8 H yang berkaitan dengan tuduhan kehamilan
Maria Qibtiyah. Ketiga, pada masa al-Walid. Keempat, tentang peristiwa ifk
yang berkaitan dengan Aba Ja’far.
Disertasi Konsepsi Etika Sosial dalam al-Qur’an, karya Nurul Fuadi
(2009).37
Disertasi ini membahas tentang etika sosial dalam al-Qur’an dengan
dilatar belakangi oleh semakin maraknya stratifikasi sosial yang berakibat
pada semakin menipisnya rasa kekeluargaan antar sesama manusia. Disertasi
ini menggunakan pendekatan tematik dengan menggunakan kata ‘adl, ihsan,
itᾱiẓ al-qurbᾱ, faḥsya, munkar dan al-bagyu beserta derivasinya. Analisis kata
tersebut didasarkan pada Q.S al-Nahl: 90 dan sesuai dengan tiga prinsip dasar
dalam beretika yang disebutkan oleh Franz, yakni bersikap baik, adil, dan
36
Said Mujahidin, Hadis Tentang Peristiwa Ifk (Perspektif Sunni dan Syi’ah), Tesis S2
UIN Sunan Kalijaga, 2016 37
Nurul Fuadi, Konsepsi Etika Sosial dalam al-Qur’an, Disertasi S3 UIN Sunan Kalijaga,
2009
15
hormat terhadap diri sendiri. Melalui kata-kata tersebut, disertasi ini mampu
mengungkap bagaimana etika yang harus dibangun baik dalam dalam
hubungan keluarga, sosial, masalah ekonomi, dan politik.
Jurnal PranotoInspirasi al-Qur’an dan Hadis dalam Menyikapi
Informasi Hoax oleh Stepanus Sigit, 2018.38
Tulisan ini dilatar belakangi oleh
perilaku narsistik yang menjadi lahan subur bagi penyebaran informasi hoax.
Dengan menggunakan desain kualitatif dan pendekatan kepustakaan, serta
dalam penentuan ayatnya menggunakan kajian tematik, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa berdasarkan al-Qur’an dan ḥadīṣ menunjukkan bahwa
untuk mencegah meluasnya hoax seseorang perlu bersikap kritis dan bijak
dalam menggunakan media sosial, serta melakukan tabayyun sebelum
membagikan suatu informasi.
Jurnal Kitab Suci dan Hoax: Pandangan al-Qur’an dalam Menyikapi
Berita Bohong oleh Luthfi Maulana, 2017.39
Tulisan ini menjawab kecaman-
kecaman yang Allah Swt sebutkan bagi para penyebar dan menjelaskan kiat-
kiat agar terhindar dari hoax, yakni selalu berkata benar dan melakukan
tabayyun terhadap beragam informasi.
Jurnal Etika Komunikasi Islam dalam Membendung Informasi Hoax di
Ranah Publik Maya oleh Ratna Istriyani dan Nur Huda Widiana, 2016.40
Tulisan ini menunjukkan prinsip-prinsip berkomunikasi agar terhindar dari
38
Stepanus Sigit Pranoto, “Inspirasi al-Qur’an dan Hadis dalam Menyikapi Informasi
Hoax,” al-Quds; Jurnal Studi al-Qur’an dan Hadis, V. 2, No.1, 2018. 39
Luthfi Maulana, “Kitab Suci dan Hoax: Pandangan al-Qur’an dalam Menyikapi Berita
Bohong,” Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 2 Desember 2017 40
Ratna Istriyani dan Nur Huda Widiana, “ Etika Komunikasi Islam dalam Membendung
Informasi Hoax di Ranah Publik Maya,” Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 36 (2) 2016.
16
hoax, yakni berdasarkan tuntunan dalam al-Qur’an dan al-Ḥadīṣ. Pertama,
prinsip keikhlasan, pahala dan dosa, kejujuran, kebersihan, berkata positif,
paket (hati, lisan, dan perbuatan), dua telinga dan satu mulut, pengawasan,
selektif dan validitas, saling mempengaruhi, keseimbangan berita, dan prinsip
privasi.
Jurnal Konsep Berita dalam al-Qur’an (Implikasinya dalam Sistem
Pemberitaan di Media Sosial) oleh Iftitah Jafar, 2017.41
Tulisan ini
menjelaskan bahwa di dalam al-Qur’an, terdapat bermacam-macam berita,
seperti berita umat terdahulu, berita kandungan ilmiah, dan berita gaib.
Tulisan ini juga menyebutkan bahwa fungsi media sosial adalah sebagai
silaturrahmi, media dan ajang bisnis, bertukar pikiran dan karya ilmiyah,
penyampaian pesan dakwah. Oleh sebab itu, implikasinya adalah sumber
berita harus jelas, tidak mengandung unsur SARA, dan sesuai dengan fakta.
Jurnal Mengembangkan Model Literasi Media yang Berkebhinnekaan
dalam Menganalisis Informasi Berita Palsu (Hoax) di Media Sosial oleh
Vibriza Juliswara, , 2017.42
Tulisan ini merupakan respon dari merebaknya
fenomena hoax. Kajian ini mencoba mengembangkan suatu model literasi
media kebhinekaan dalam menganalisis hoax di media sosial. Hasil
pengembangan tersebut menunjukkan bahwa pengembangan model kajian
tersebut diasumsikan bagi para netizen akan mampu mengkontruksi muatan
positif dalam memanfaatkan media sosial
41
Iftitah Jafar, “Konsep Berita dalam al-Qur’an (Implikasinya dalam Sistem Pemberitaan
di Media Sosial),” Jurnalisa Vol. 03, No. 1, Mei 2017 42
Vibriza Juliswara, “Mengembangkan Model Literasi Media yang Berkebhinnekaan
dalam Menganalisis Informasi Berita Palsu (Hoax) di Media Sosial,” Jurnal Pemikiran Sosiologi,
Vol. 4, No. 2, Agustus 2017.
17
Jurnal Inspirasi al-Qur’an dan Hadis dalam Menyikapi Informasi
Hoax oleh Stepanus Sigir Pranoto, 2018.43
Penelitian ini memperlihatkan
bahwa dalam upaya mencegah semakin meluasnya informasi hoax, seseorang
perlu bersikap kritis dan bijak dalam menggunakan media sosial, serta
melakukan tabayyun sebelum membagikan suatu informasi
Dari hasil penelusuran tersebut, penulis tidak menemukan penelitian
yang sama dengan penelitian penulis. Oleh sebab itu, penulis hendak mengkaji
tentang nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam Q.S al-Nūr.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan terhadap masalah pokok yang disebutkan di atas, dibagi
menjadi lima bab yang terdiri dari:
Bab I merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang
masalah, rumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metode penelitian, kajian pustaka, serta sistematika penulisan.
Bab II berisi tentang kajian pustaka nilai dan norma sosial yang terdiri
dari beberapa sub bab, yakni pengertian nilai dan norma sosial, fungsi dan
tujuannya, macam-macamnya dan sumber-sumber nilai dan norma sosial.
Bab III berisi tentang peristiwa al-ifk dalam Q.S al-Nūr. Dalam bab ini
terdiri dari empat sub bab, yakni pertama, peristiwa al-ifk. Kedua, penilaian
masyarakat tentang peristiwa al-ifk. Ketiga, dampak peristiwa peristiwa al-ifk.
Keempat, rahmat Allah Swt bagi hamba-Nya.
43
Stepanus Sigir Pranoto, “Inspirasi al-Qur’an dan Hadis dalam Menyikapi Informasi
Hoax,” al-Quds: Jurnal Studi al-Qur’an dan Hadis Vol. 2, No. 2, 2018
18
BAB IV berisi tentang nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk.
Dalam bab ini terbagi menjadi dua sub bab, yakni pertama, norma moral.
Kedua, norma hukum.
Bab V Penutup yang mencakup kesimpulan dan saran penelitian
selanjutnya.
19
BAB II
KAJIAN TENTANG NILAI DAN NORMA SOSIAL
A. Pengertian Nilai dan Norma Sosial
1. Nilai
Nilai menurut KBBI adalah: a) harga (dalam arti taksiran harga), b)
harga uang jika dibandingkan dengan harga mata uang lainnya, c) angka
kepandaian; ponten, d) banyak sedikitnya isi, kadar; mutu, e) sifat-sifat
(hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.1 Sehingga nilai
merupakan “...Ide-ide umum yang sangat kuat dipegang oleh orang-orang
tentang apa yang baik dan buruk.”2
Arthur W. Comb menyebutkan bahwa nilai adalah “...Kepercayaan-
kepercayaan yang digenalisir, yang berfungsi sebagai garis pembimbing
untuk menyeleksi tujuan serta perilaku yang akan dipilih untuk dicapai.”3
Sedangkan Dardji Darmodihardjo menyebutkan bahwa, “...Nilai
merupakan sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia, baik secara
jasmanai maupun rohani.”4
Dengan kata lain, “...Nilai pada hakikatnya adalah mengarahkan
perilaku dan pertimbangan seseorang, namun ia tidak menghakimi apakah
perbuatan itu benar atau salah. Nilai sangat erat kaitannya dengan
kebudayaan. Sehingga, sebuah perbuatan dikatakan sah (secara moral
1Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 615 2Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi; Pengantar untuk Memahami
Konsep-konsep Dasar (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 65 3Elly M. Setiadi, dkk, Ilmu Sosial dam Budaya Dasar (Jakarta: Kencana, 2006), h. 121
4Dardji Darmodihardjo, Pancasila Suatu Orientasi Singkat (Jakarta: Balai Pustaka, 1986),
h. 36
20
dapat diterima), jika selaras dengan nilai-nilai yang telah disepakati oleh
masyarakat.”5
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa nilai
merupakan suatu kepercayaan masyarakat tentang hal-hal yang bersifat
baik dan buruk, yang hadir karena sebuah kebudayaan dan berfungsi
sebagai pembimbing dalam beperilaku sehari-hari.
2. Norma
Norma menurut KBBI adalah aturan-aturan atau ketentuan yang
mengikat warga atau kelompok di masyarakat, yang dijadikan sebagai
tolok ukur atau memperbandingkan sesuatu.6 Amin Nurdin menyebutkan
bahwa, “...Norma merupakan penerapan konkrit dari nilai-nilai kehidupan
sehari-hari.”7 Ia menjabarkan nilai-nilai secara terperinci ke dalam bentuk
aturan secara formal8 maupun informal.
9 Sehingga, nilai dan norma
merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan antara satu dengan
lainnya.10
5Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya (Jakarta: Kencana, 2011), h. 119 6Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, h. 617 7Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi; Pengantar untuk Memahami
Konsep-konsep Dasar, h. 65 8Norma formal tertulis adalah “...Peraturan tertulis yang disusun dalam bentuk undang-
undang dasar, undang-undang, dan peraturan lainnya yang lebih konkret.” Lihat: Elly M. Setiadi
dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial:
Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 129 9Norma informal yang tidak tertulis adalah “...Peraturan yang berupa perintah, anjuran,
dan larangan yang tetap terpelihara dan dilaksanakan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan
karena keberadaannya dianggap memiliki manfaat bagi terciptanya ketertiban sosial.” Elly M.
Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan
Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 129 10
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 129-130
21
Alvin L. Bertrand mendefinisikan norma sebagai “...Suatu standar-
standar tingkah laku yang terdapat di dalam semua masyarakat.
Keberadaannya disebutkan dalam bentuk-bentuk kebiasaan, tata kelakuan,
dan adat istiadat atau hukum adat.” Menurutnya, keberadaan norma itu
hadir secara tidak sengaja. Ia hadir dalam proses yang panjang,
menumbuhkan beragam aturan yang kemudian disepakati bersama; dengan
tujuan agar terjalin keteraturan antar sesama.11
Banyak orang yang menganggap bahwa nilai dan norma itu sama,
padahal keduanya berbeda. Orientasi nilai lebih pada sikap seseorang atau
golongan dalam menilai benar atau salah, baik atau buruk, suka atau tidak
suka dan lain sebagainya. Sedangkan orientasi norma adalah “...Aturan-
aturan dalam kehidupan sosial secara kolektif yang mengandung berbagai
sanksi moral atau fisik bagi seseorang atau golongan yang melakukan
pelanggaran atas nilai-nilai sosial.12
Hal ini menunjukkan bahwa nilai dan norma adalah dua hal yang
saling berkaitan. Apabila nilai didefinisikan dengan kepercayaan
masyarakat tentang baik dan buruk, maka norma menjadi wadah untuk
penjabaran nilai. Keberadaan norma berfungsi menunjukkan batasan-
batasan dalam beretika yang dituangkan dalam bentuk formal maupun
informal.
11
Abdulsyani, Sosiologi; Sistematika, Teori, dan Terapani (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),
h. 54-55 12
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 130-131
22
3. Sosial
Kata sosial menurut KBBI adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan masyarakat.13
Masyarakat menurut M.J. Herskovits adalah
“...Kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti suatu cara
hidup tertentu.” Sedangkan Max Weber megartikan masyarakat sebagai
“...Struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan
nilai-nilai yang dominan pada warganya.”14
Lebih lanjut, Paul B. Horton mendefinisikan masyarakat adalah
“...Sekumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama cukup lama,
mendiami wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan
melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok tersebut.15
Dengan
demikian, masyarakat adalah manusia yang hidup bersama, bercampur
pada waktu yang cukup lama, menyadari akan kesatuan dan perbedaan,
serta mereka merupakan satu sistem yang hidup bersama.16
2. Fungsi dan Tujuan Nilai-Nilai dan Norma Sosial
Huky menyebutkan bahwa fungsi umum nilai sosial adalah:17
1) Nilai-nilai menyumbangkan seperangkat alat yang siap dipakai untuk
menetapkan harga sosial dari pribadi dan grup. Sehingga adanya
13
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, h. 855 14
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 35-36 15
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 36 16
Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial; Sebuah Kajian Pendekatan Struktural
(Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 28 17
Abdulsyani, Sosiologi; Sistematika, Teori, dan Terapani, h. 53-54
23
memungkinkan sistem stratifikasi sosial secara menyeluruh, dan
membantu perseorangan dalam bersikap dan berperilaku.
2) Cara berpikir dan bertingkah laki secara ideal dalam sejumlah
masyarakat, diarahkan atau dibentuk oleh nilai
3) Sebagai penentu akhir bagi manusia dalam memenuhi peran sosialnya.
4) Sebagai alat pengawas dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu.
5) Sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok dan
masyarakat.
Sedangkan fungsi adanya norma sosial adalah sebagai alat kendali
terhadap batasan-batasan dalam tindakan masyarakat, sehingga dapat
diketahui apakah sebuah perbuatan itu dapat diterima atau tidak sesuai
dengan aturan yang berlaku.18
Hal ini menunjukkan bahwa nilai dan
norma sosial, saling berkaitan. Keberadaan keduanya bertujuan agar
mampu mewujudkan cita-cita, yaitu kehidupan secara bersama-sama.19
3. Macam-macam Nilai dan Norma Sosial
Max Scheller menyebutkan, sebagaiman yang dikutip oleh Kelan
bahwa macam-macam nilai, terbagi menjadi 4 macam yaitu:
1) Nilai kenikmatan, yaitu nilai yang mengenakkan atau tidak
mengenakkan; yang berkaitan dengan indra manusia, yang
menyebabkan manusia senang atau menderita.
2) Nilai kehidupan, yaitu nilai yang penting bagi kehidupan
18
Abdulsyani, Sosiologi; Sistematika, Teori, dan Terapani, h. 55 19
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 131
24
3) Nilai kejiwaan, yaitu nilai yang tidak tergantung pada keadaan
jasmani maupun lingkungan
4) Nilai kerohanian, yaitu moralitas nilai dari yang suci dan tidak suci.20
Sedangkan Natonagoro, sebagaimana yang dikutip oleh Elly dan
Usman membagi nilai menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani
manusia. Misalnya, nilai tentang baik dan buruk suatu benda, itu bisa
diukur dengan ukuran tertentu, seperti uang.
2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat mengadakan kegiatan aktivitas. Misalnya, pasir akan bernilai
ketika digunakan untuk membuat kontruksi bangunan, tetapi ketika
pasir berada di gurun pasir, ia menjadi tidak bernilai sebab di sana ia
tidak berguna.
3) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan
kebutuhan rohani manusia. Dalam hal ini, nilai kerohanian dibagi
menjadi 4, yaitu:
a. Nilai kebenaran yakni bersumber dari akal manusia. Misalnya,
sesuatu itu dianggap benar atau salah karena manusia mempunyai
kemampuan untuk memberikan penilaian.
b. Nilai keindahan yakni bersumber pada unsur perasaan. Misalnya
daya tarik suatu benda, sehingga nilai daya tarik atau pesona yang
melekat itulah yang dihargai.
20
Kaelan, Pendidikan Pancasila (Yogyakarta: Paradigma, 2002), h. 175
25
c. Nilai moral yakni bersumber pada unsur kehendak, terutama pada
tingkah laku manusia antara penilaian perbuatan yang anggap
baik atau buruk, mulia atau hina menurut tatanan yang berlaku
pada kelompok sosial tertentu.
d. Nilai keagamaan yakni bersumber dari kitab suci (wahyu Tuhan).
Ini merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak karena
bersumber dari pada keyakinan manusia kepada Tuhannya.21
Sedangkan macam-macam norma terbagi menjadi dua, yaitu
pertama, norma khusus. Kedua, norma umum. Norma khusus adalah
“...Norma yang hanya berlaku untuk mencapai tujuan tertentu atau
untuk kegiatan sementara dan terbatas.” Misalnya, aturan dalam
bermain sepak bola hanya berlaku pada hal itu saja. Sedangkan norma
umum adalah “...Norma yang berlaku untuk umum.” Dalam hal ini
terbagi menjadi tiga, yaitu: 22
a. Norma Hukum, yaitu “...Norma yang pelaksanaannya dapat
dituntut dan dipaksakan serta pelanggarannya ditindak dengan
pasti oleh penguasa sah dalam masyarakat.” Dalam hal ini, tidak
semua norma hukum sekaligus dapat mengikat secara moral dan
tidak semua norma moral dapat dijadikan norma hukum.
b. Norma moral “...Merupakan penentu apakah perbuatan seseorang
itu dianggap baik atau buruk dari sudut etis. Sehingga norma
moral tergolong sebagai norma tertinggi dan tidak bisa
21
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 124-125 22
K. Bertens, Etika, h. 118-119
26
ditaklukkan pada norma lain. Apabila ada norma hukum atau
norma sopan santun yang tidak sesuai dengan norma moral, maka
harus dihapus. Begitupun pada norma khusus, ia harus tunduk
dengan norma moral.” Misalnya dalam bentuk positif, berupa
perintah untuk mengatakan yang benar. Sedangkan dalam bentuk
negatif, berupa larangan untuk berbohong, memfitnah, dan lain
sebagainya.
c. Norma sopan santun yaitu “...Norma yang hanya berlaku
berdasarkan kebiasaan dan atau konvensi saja, sehingga
prinsipnya mudah diubah.” Misalnya, etika dalam keluarga,
bertamu, dan lain sebagainya.
Namun, Yesmil Anwar dan Adang dalam bukunya, Sosiologi
untuk Universitas menambahkan satu bagian, yakni norma kebiasaan.
“...Ia merupakan sekumpulan peraturan sosial yang berisi petunjuk
atau peraturan yang dibuat secara sadar atau tidak tentang perilaku
yang diulang-ulang sehingga perilaku tersebut menjadi kebiasaan
inidividu. Pelanggaran ini berakibat celaan, kritik, sampai pengucilan
secara batin.23
Sedangkan jenis-jenis norma sosial ditinjau dari sanksinya,
terbagi menjadi lima macam yaitu:
1) Tata cara; merupakan norma yang menunjuk kepada satu bentuk
perbuatan sanksi yang ringan terhadap pelanggarannya. Misalnya,
23
Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi untuk Universitas (Bandung: PT Refika Aditama,
2013), h. 192
27
aturan memegang garpu dan sendok saat makan dan
penyimpangannya.
2) Kebiasaan; merupakan cara bertindak yang digemari oleh
masyarakat dan dilakukan berulang-ulang, mempunyai kekuatan
mengikat yang lebih besar dari tata cara. Misalnya, membuang
sampah pada tempatnya dan penyimpangannya: membuang
sampah sembarangan dan mendapat teguran bahkan digunjingkan
masyarakat.
3) Tata kelakuan; merupakan norma yang bersumber kepada filsafat,
ajaran agama dan ideologi yang dianut masyarakat. Tata kelakuan
di satu pihak memaksakan suatu perbuatan dan di lain pihak
melarang suatu perbuatan sehingga secara langsung ia merupakan
alat pengendali sosial agar anggota masyarakat menyesuaikan
tindakan-tindakan itu.
4) Adat; merupakan norma yang tidak tertulis namun kuat mengikat
sehingga anggota masyarakat yang melanggar adat akan menderita
karena sanksi keras yang kadang secara tidak langsung seperti
pengucilan, dikeluarkan dari masyarakat, atau harus memenuhi
persyaratan tertentu.
5) Hukum; merupakan norma yang bersifat formal dan berupa aturan
tertulis. Sanksinya tegas dan merupakan suatu rangkaian aturan
yang ditujukan kepada anggota masyarakat dan berisi ketentuan,
28
perintah, kewajiban dan larangan agar tercipta ketertiban dan
keadilan.24
4. Sumber-sumber Nilai dan Norma Sosial
Penentuan suatu tindakan dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak
pantas (nilai) harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat
dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut oleh masyarakat. Sehingga tidak
heran jika antara masyarakat satu dengan lainnya, berbeda tata nilainya.
Misalnya, masyarakat di perkotaan cenderung lebih menyukai persaingan
karena dapat memunculkan pembaharuan-pembaharuan. Berbeda dengan
masyarakat tradisional yang lebih cenderung menghindari persaingan karena
dapat mengganggu keharmonisan dan tradisi turun-temurun. 25
Sehingga, ciri-ciri nilai sosial adalah:
1) Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar)
2) Merupakan kontruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antar masyarakat
3) Disebarkan di antara masyarakat (bukan bawaan dari lahir)
4) Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial
manusia
5) Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan lainnya
6) Dapat mempengaruhi pengembangan diri sosial
7) Memiliki pengaruh yang berbeda antar warga masyarakat
8) Cendrung berkaitan satu sama lain.26
24
Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi untuk Universitas, h. 193 25
Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi untuk Universitas, h. 190 26
Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi untuk Universitas, h. 191
29
Sedangkan norma dibangun atas nilai sosial dan diciptakan untuk
mempertahankan untuk mempertahankan nilai sosial. Norma akan
berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya,
sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-
perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalankan interaksi sosial. Selain itu,
keberadaan norma juga bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar
bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk.27
27
Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi untuk Universitas, h. 191
30
BAB III
PERISTIWA AL-IFK DALAM Q.S AL-NŪR
A. Peristiwa al-Ifk
Q.S al-Nūr merupakan surat yang dihadirkan untuk manusia,
sebagai “...Dasar agar terhindar dari perpecahan dan kehancuran, campur
baurnya nasab, lepas kontrol, dan hal-hal yang dapat menyebabkan
kemunduran seperti pergaulan bebas yang dapat menimbulkan kesia-siaan
nasab, hilangnya kehormatan dan harga diri...”1
Sehingga, persoalan-persoalan yang diangkat di dalam surat ini
adalah sanksi hukum perzinahan dan terpenuhi syaratnya, sanksi hukum
terhadap penuduh zina, cara memelihara akhlak dalam pergaulan,
dorongan untuk melaksanakan perkawinan bagi yang mampu, syarat
perolehan kekuasaan dan kemantapan hidup bermasyarakat, pendidikan
anak dan tata cara pergaulan serta kehidupan rumah tangga, dan uraian
tentang kewajiban berpartisipasi dalam kegiatan positif serta
penghormatan kepada Rasulullah Saw.2
Peristiwa al-ifk (berita bohong) yang menimpa ‘Āisyah–istri
Rasulullah Saw pun salah satu persoalan yang termaktub dalam surat ini.
Sebagaimana dalam Q.S al-Nūr: 11
1‘Alī al-Ṣabunī, Ṣafwah al-Tafᾱsīr, h. 589-590
2Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) (Jakarta:
Departemen Agama RI, 2009), h. 600
31
“(11). Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong
itu adalah dari golongan kalian juga. Janganlah kira bahwa berita
bohong itu buruk bagi kalian, bahkan ia baik bagi kalian. Tiap-
tiap orang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang
dikerjakannya. Siapapun di antara mereka yang mengambil bagian
yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya azab
yang besar.”
Kronologi turunnya ayat ini bermula ketika kepulangan Nabi Saw
dan para sahabatnya dari peperangan Bani Muṣṭᾱlᾱq.3 Sebagaimana pada
peperangan lainnya, sebelum keberangkatan beliau mengundi para istrinya
untuk ikut berperang dan pada saat itu, ‘Āisyah-lah yang bertugas
menemani Rasulullah. Dia kemudian diangkat dengan haudaj, semacam
tandu yang diletakkan di atas punggung unta oleh para sahabat.4
Sepulang dari peperangan tersebut, ketika sudah mendekati kota
Madinah, mereka istirahat sejenak untuk kemudian melanjutkan perjalanan
kembali. Pada saat hendak melanjutkan perjalanan tersebutlah, ‘Āisyah
menyadari bahwa kalung yang terbuat dari Azfᾱr putus. Ia kemudian
mencari ke tempat semula. Pada saat ia sudah menemukan kalungnya dan
hendak kembali ke rombongan, ‘Āisyah tidak mendapati mereka.
Rombongan tersebut telah berangkat dan tidak menyadari bahwa ‘Āisyah
tidak ada di dalam haudaj. Wajar para sahabat tidak menyadari