NIKAH PAKSA MENURUT ENAKMEN UNDANG-UNDANG KELUARGA ISLAM NO 2 TAHUN 2003 MAKHAMAH TINGGI SYARIAH NEGERI SELANGOR (DITINJAU DARI HUKUM ISLAM) LaporanPenelitian DOSEN DAN MAHASISWA Oleh: Dosen pembimbing 1 : DRS. H. IBNU KASIR, M.HI Dosen Pembimbing 2 : SITI MARLINA, S.Ag. MHI MUHAMMAD ZULFADHLI BIN MAHADI NIM : SHK160010 JURUSAN HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN J A M B I 2018M/1439H
79
Embed
NIKAH PAKSA MENURUT ENAKMEN UNDANG-UNDANG …repository.uinjambi.ac.id/710/1/MUHD ZULFADHLI...Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
NIKAH PAKSA MENURUT ENAKMEN UNDANG-UNDANG KELUARGA
ISLAM NO 2 TAHUN 2003 MAKHAMAH TINGGI SYARIAH NEGERI
SELANGOR (DITINJAU DARI HUKUM ISLAM)
LaporanPenelitian
DOSEN DAN MAHASISWA
Oleh:
Dosen pembimbing 1 : DRS. H. IBNU KASIR, M.HI
Dosen Pembimbing 2 : SITI MARLINA, S.Ag. MHI
MUHAMMAD ZULFADHLI BIN MAHADI
NIM : SHK160010
JURUSAN HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
J A M B I
2018M/1439H
vi
vi
MOTTO
,,,
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai
wanita dengan jalan paksa”.1 An-Nisa (04) :19
1 Abdullah Bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsur Jilid 2, ( Mu-assasah Daar al-Hilaal Kairo
2008), hlm.327
vii
vii
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Nikah Paksa Menurut Enakmen Undang-Undang
Keluarga Islam No 2 Tahun 2003 Makhamah Tinggi Syariah Negeri Selangor
(Ditinjau Dari Hukum Islam). Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui praktik nikah
paksa di Mahkamah Tinggi Syariah Selangor. Penulis menjalankan kajian di
Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor, Pendekatan penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis empiris dengan menggunakan metode
deskriptif. Instrumen pengumpulan data adalah melalui dokumentasi observasi dan
wawancara, seperti di dalam penelitian oleh penulis mendapati wali yang
mempunyai hak paksa nikah yang dirujuk Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam
No 2 Tahun 2003 dan keabsahan nikah paksa menurut Mahkamah Tinggi Syariah
Negeri Selamgor.Hasil penelitian, nikah adalah secara teoritas pada awalnya
merupakan hak dan kewajiban orang tua, wali yang mempunyai hak nikah paksa
adalah wali mujbir,wali nasab(terkecuali),wali hakim(terkecuali) dan pernikahan ini
memiliki tujuan untuk medapatkan ketenangan hidup dan memelihara keturunan yang
baik.
viii
viii
PERSEMBAHAN
حمن حين بسن الل الر الر
Kupersembahkan skripsi ini kepada……
Ibunda dan Ayahanda Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga
Kupersembahkan skripsi ini kepada ayahanda Mahadi Bin Rahim
Al marhumah Ibunda Safiah Binti Hassim yang telah berjuang dengan penuh
Keikhlasan, yang telah menorehkan segala kasih sayangnya dengan
Penuh rasa ketulusan yang tidak mengenal lelah dan batas waktu
Serta telah mendidik dan mengasuh dari kecil hingga dewasa.
Kekanda Di Sayangi
Untuk Abang (Muhammad Khir Bin Mahadi) yang banyak memberi motivasi
Kakak (Siti Safura Binti Mahadi) yang memberi sokongan serta
Tiada yang paling mengharukan saat kumpul sama kalian,
Terima kasih di atas segalanya.
ix
ix
KATA PENGANTAR
حين حمن الر بسن الل الر
السلام عليكن ورحمة الله وبركاته
Puji dan syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan kehadrat Allah
SWT atas segala rahmat dan kurnia-Nya. Shalawat dan Salam turut dilimpahkan
kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang sangat dicintai. Alhamdulillah
dalam usaha menyelesaikan skripsi ini penulis sentiasa diberi nikmat kesehatan dan
kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Nikah Paksa
Menurut Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam No 2 Tahun 2003
Makhamah Tinggi Syariah Negeri Selangor (Ditinjau Dari Hukum Islam ”.
Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap pengembangan
ilmu syariah dalam bahagian perbandingan mazhab dan juga memenuhi sebagian
persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Jurusan Hukum
Keluarga pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi, Indonesia.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis akui tidak terlepas dari menerima
hambatan dan halangan baik dalam masa pemgumpulan data maupun
penyusunannya. Situasi yang mencabar dari awal hingga keakhir menambahkan lagi
daya usaha untuk menyelesaikan skripsi ini agar selari dengan penjadualan. Dan
berkat kesabaran dan sokongan dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat juga
diselesaikan dengan baik seperti yang diharapkan.
x
Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah jutaan terima kasih
kepada semua pihak yang turut membantu sama ada secara langsung maupun secara
tidak langsung menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1). Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA Rektor UIN STS Jambi, Indonesia.
2). Bapak Dr. AA. Miftah, M.Ag, Dekan Fakultas Syariah UIN STS Jambi,
Indonesia.
3). Bapak H. Hermanto Harun, Lc, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Ibu
Dr Rahmi Hidayati, S.Ag, M.HI,Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum,
Perancanaan dan Keuangan dan Ibu Dr. Yulianti, S.Ag. MHI, Wakil Dekan
Kemahasiswaan dan Kerjasama di lingkungan Fakultas Syariah UIN STS Jambi,
Indonesia.
4). Ibu Siti Marlina, S.Ag.,M.Hi, Ketua Jurusan Hukum Keluarga dan Ibu Dian
Mustika, SHI, MA Sekretaris Jurusan Hukum Keluarga, Fakultas Syariah UIN
STS Jambi, Indonesia.
5). Bapak Dr. H. Ibnu Kasir, MHI, Pembimbing I dan Ibu Siti Marlina S.Ag, M.hi,
Pembimbing II skripsi ini yang telah banyak memberi masukan, tunjuk ajar dan
bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6). Bapak dan ibu dosen yang telah mengajar sepanjang perkuliahan, asisten dosen
serta seluruh karyawan dan karyawati yang telah banyak membantu dalam
memudahkan proses menyusun skripsi di Fakultas Syariah UIN STS Jambi,
Indonesia.
xi
xi
xii
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i
PERNYATAAN KEASLIAN …………………………………………….. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………………… iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ……………………………………….. iv
MOTTO ……………………………………………………………….. vi
ABSTRAK …………………………………………………………….. vii
PERSEMBAHAN …………………………………………………….. viii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. ix
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. xii
DAFTAR SINGKATAN …………………………………………………… xiv
DAFTAR TABEL …………………………………………………… xvi
BAB 1: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 8
C. Batasan Masalah ................................................................. 8
D. Tujuan dan Kegunaan penelitian ........................................ 9
E. Kerangka Teori ................................................................... 10
F. Tinjauan Pustaka ................................................................. 17
BAB II: METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ............................................ 20
B. Pendekatan Penelitian ....................................................... 20
C. Jenis Penelitian .................................................................. 20
D. Jenis Data Dan Sumber Data ............................................ 21
xiii
xiii
E. Instrumen Pengumpulan Data ........................................... 22
F. Teknik Analisis Data .......................................................... 22
G. Sistematika Penulisan ........................................................ 23
H. Jadwal Penelitian ................................................................ 24
BAB III: GAMBARAN UMUM MAHKAMAH TINGGI SYARIAH
SELANGOR
A. Sejarah Geografis .............................................................. 26
B. Dasar, Visi, Misi Dan Obyektif ......................................... 30
C. Fungsi Dan Peran .............................................................. 31
D. Gambaran Organisasi ........................................................ 32
E. Struktur Organisasi ........................................................... 33
F. Piagam Pelanggan ............................................................. 34
BAB IV: PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Praktik Nikah Paksa Menurut Enakmen Undang-Undang
Keluarga Islam 2003 Di Mahkamah Tinggi Syariah Selangor
menjadi sebuah pengertian yaitu bahwa nikah paksa ialah perjanjian (ikatan) antara
dua pihak calon mempelai suami dan istri karena ada faktor yang mendesak,
menuntut, dan mengharuskan adanya perbuatan (dalam melaksanakan pernikahan)
tersebut serta tidak ada kemauan murni dari kedua calon mempelai itu di mana tidak
ada kekuatan untuk menolaknya.
Sebelum menuju pada dasar hukum nikah paksa, maka terlebih dahulu akan
menguraikan dasar hukum dari beberapa ketentuan hukum pernikahan tersebut di atas.
a. Hukum asal pernikahan adalah mubah, berdasarkan firman Allah :
14
Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-
orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui”.
b. Dasar hukum wajib, seperti dalam hadith Nabi SAW. :
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم ) ي معشر الشهباب الباءة ! من استطاع منكم ( نهو لو وجاء ف لي ت زوهج , فإنهو أغض للبصر , وأحصن للفرج , ومن ل يستطع ف عليو بلصهوم ; فإ
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada kami: "Wahai generasi
14
An-Nur (24): 32
13
muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya
ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara
kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia
dapat mengendalikanmu”.15
c. Dasar hukum sunat. Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Ibnu Hibban.
هى عن الت هب تل ن هيا شديدا , وي قول : ت زوهجوا الودود الولود ) كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يمر بلباءة , وي ن رواه أحد , وصحهحو ابن حبهان مكاثر بكم النبياء ي وم القيامة (إن
Artinya: “ Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan kami
berkeluarga dan sangat melarang kami membujang. Beliau bersabda:
"Nikahilah perempuan yang subur dan penyayang, sebab dengan
jumlahmu yang banyak aku akan berbangga di hadapan para Nabi pada
hari kiamat.".16
d. Dasar hukum makruh, firman Allah swt. Dalam QS. An Nur : 33
Artinya: “Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian
(diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. dan
budak-budak yang kamu miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah
kamu buat Perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan
pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah
yang dikaruniakan-Nya kepadamu. dan janganlah kamu paksa budak-budak
oleh wali yang dekat lebih dulu. Bila tidak ada yang dekat, baru dilihat urutannya secara
tertib. Maka selanjutnya bila wali jauh pun tidak ada, maka hakimlah yang bertindak
sebagai wali.
Oleh itu, keluarga dekat lebih berhak untuk menjadi wali. Selanjutnya beliau
mengatakan anak laki-laki sampai ke bawah lebih utama, kemudian ayah sampai ke atas,
kemudian saudara laki-laki seayah seibu, kemudian saudara laki-laki seayah saja, kemudian
anak laki-laki dari saudara-saudara laki-laki seayah seibu, kemudian anak laki-laki dari
saudara-saudara lelaki seayah saja, lalu kakek dari pihak ayah, sampai ke atas.
3. Wali Hakim
Wali Hakim adalah wali nikah dari hakim atau qadhi. Orang-orang yang berhak
menjadi wali hakim adalah: kepala pemerintahan, Khalifah (pemimpin), Penguasa
atau qadhi nikah yang diberi wewenang dari kepala Negara untuk menikahkan wanita yang
berwali hakim. Apabila tidak ada orang-orang tersebut, maka wali hakim dapat diangkat
oleh orang-orang terkemuka dari daerah tersebut atau orang-orang `alim.
Bila ayah atau keluarga mewakilkan, maka Raja atau Amir atau penguasa dapat
menjadi walinya.. Pada waktu itu tidak ada Wali dari keluarganya (Ayah atau keluarga
lainnya), karena dia telah cukup dewasa untuk memahami proses dari tindakan itu.16
16
Dokumentasi Nikah Paksa Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, Mahkamah Tinggi Syariah,
Selangor, 2003.
C. Keabsahan Nikah Paksa Di Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor Di Tinjau
Dari Hukum Islam
Dapat di pahami, perkawinan adalah merupakan sarana untuk membentuk rumah
tngga yang ideal, tenang dan damai, selain itu pernikahan juga merupakan sarana efektif
untuk menjaga umat dari kebobrokan moral, menjaga setiap individu dari kerusakan
masyarakat. Tiada ketentuan dalam syariat yang mengharuskan atau sebaliknya melarang
perjodohan. Islam hanya menekankan bahwa hendaknya seorang Muslim mencari calon
istri yang shalihah dan baik agamanya. Begitu pula sebaliknya.17
Pernikahan melalui perjodohan ini sudah terjadi sejak dulu. Bahkan Di zaman Nabi
Muhammad saw pun pernah terjadi. Aisyah ra yang sewaktu itu masih kanak-kanak
dijodohkan dan dinikahkan oleh ayahnya dengan Rasulullah saw. Setelah baligh, barulah
Ummul Mukminin Aisyah tinggal bersama Rasululloh saw. Dalam sebuah hadits shahih
disebutkan, seorang sahabat meminta kepada Rasul saw agar dinikahkan dengan seorang
Muslimah. Akhirnya, ia pun dinikahkan dengan dengan mahar hapalan al-Quran. Dalam
konteks ini, Rasul saw yang menikahkan pasangan sahabat ini berdasarkan permintaan dari
sahabat laki-laki. Meskipun didasarkan pada permintaan datang dari orang lain, Tentu saja
dengan persetujuan dari mempelai perempuan.
Oleh karena itu, pensyari’atan perkawinan mempunyai tujuan-tujuan tertentu,
anatara lain:
17
Mahmud Mahdi Al Instabuli, Keluarga Sakina Mawaddah Warahmah, (Indonesia : Sahara,2011),
hlm 31
1. Untuk mendapatkan ketengan hidup.
Secara fitrah manusia mempunyai keinginan untuk mendapatkan ketenangan
hidupnya, sebab dengan ketenangan hidup manusia akan dapat lebih mudah mengarahkan
langkahnya dari melakukan tindakan yang terbaik, baik hidupnya tidak hanya selaku
individu bahkan lebih luas dari pada itu, yaitu untuk keluarga dan masyarakat, bangsa dan
Negara. Selain itu, dapat pula memberikan cinta dan kasih sayang, Allah SWT berfirman :
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.” 18
2. Untuk memelihara pandangan mata dan menjaga kehormatan diri
Dengan perkawinan, maka manusia tetaplah menjaga salah satu jalan yang
mengangkat kehormatan diri seorang anak manusia sekaligus pandangan mata mereka dari
hal-hal yang merusak yang dapat menyebabkan seseorang jatuh kelembah kenikmatan.19
Sabda Rasulullah SAW :
18
Ar-Rum (30): 21 19
Mustafa Al-Khin, Al-Fiqh Al-Manhaji Mazhab Al- Syafie, (Jabatan Kemajuan Islam Malaysia,
2011), hlm 391
زاوج , فاإنه أاغاض للباصار , واأاحصان ل ت ا لي ا بااب مان استاطااعا منكم االبااءاةا ف ا را االش رج .يا ماعشا لفاArtinya : “Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga
hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan
memelihara kemaluan”.
3. Selain itu, perkawinan dalam Islam adalah bertujuan untuk mendapatkan keturunan yang
sah serta sehat jasmani, rohani dan social, mempererat dan memperluas hubungan
kekeluargaan serta membangun hari depan individu , keluarga dan masyarakat yang lebih
baik.20
Melihat tujuan yang sangat luhur dari perkawinan itu maka di harapkan kedua calon
mempelai hendaknya sekufu (pantas/seimbang) demi menjaga kehidupan suami istri yang
harmonis. Isteri merupakan teman hidup suami, tempat penglipur gundah gulana
persemaian keturunan, pengasuh dan pendidik utama anak-anak serta pengurus rumah
tangga. Maka dari itu Islam sangat konsen terhadap perkawinan yang diturunkan lewat
berbagai kriteria dan syarat-syarat yang dilakukaan dalam memilih seorang istri atau suami.
Oleh karena fungsinya demikian luhur dan kompleks maka sudah semestinya kalau dalam
memilih calon istri harus di perhatikan beberapa syarat.
Sabda Rasulullah SAW :
الا رأاة لارباع : لما ح االما واعان أاب هراي راةا رضي الله عنه عان النب صلى الله عليه وسلم قاالا : ) ت نكا الاا , ا ا , واجاما باا ا , واحاباا , اكا (والديناا ين تاربات يادا ات االد ر بذا فااظفا
20
Ibid, hlm 389
Artinya : “Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta,
keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama,
engkau akan berbahagia." 21
Islam sangat menghargai dan memahami tentang eksistensi manusia yang
memerlukan teman hidup yang cocok dan sesuai dalam mengurangi dinamika kehidupan.
Oleh karena itu, seperangkat syarat dan rukun pada saat pelaksanaan akad nikah harus ada
sebagaimaana yang telah di sebutkan pada pembahasan terdahulu.
Dan persoalan yang sangat aktual yang terlihat dalam realita kehidupan manusia
dewasa ini dalam kehidupan keluarga adalah intervensi bapak/ibu dalam pernikahan
anaknya, Sehingga tidak sedikit harapan yang di inginkan dalam kehidupan rumah tangga,
bahkan tidak lagi bertujuan untuk membentuk atau membina keluarga sakinah, mawaddah
warahmah. Tapi Justeru itu, penceraianlah yang terjadi karena yang menjalani kehidupan
rumah tangga itu adalah aanak bukan orang tuanya, sementara tidak diikat dan didasari rasa
cinta. Hal yang demikian, sebenarnya sudaah di antisipasi oleh Rasullullah SAW
sebagaimanaa yang tertera dalam sebuaah hadith yang bebunyi:
رسىل أن عنه الله رضي هريرة يأب وعن حت ى اليم تنكح ل : ) قال وسلم عليه الله صلى الل
رسىل يا: قالىا تسـتأذن حت ى تنكحالبكر ول , تستأمر ( تسكت أن : قال ? إذنها وكيف , الل
Artinya: Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda Janda tidak boleh
dinikahkan kecuali dimintai izin terlebih dahulu. Sahabat-sahabat bertanya.
21
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu,( Damaskus : Darul Fikr,2007), hlm 23.
Wahai Rasulullah, bagaimana caranya dia mengijini ? Beliau menjawab Dia
diam (berarti memberi ijin).22
Mengingatkan maksud syara’iatkannya nikah adalah agar mashlahat pasangan
suami istri bias berjalan dengan teratur, baik, harmonis, mawaddah warahmah serta untuk
menghasilkan keturunan dan terdidiknya mereka oleh keduanya. Maka maksud mulia ini
tidak akan terwujud jika keduanya suami istri saling menjauhi tidak ada komunikasi di
sebabkan karena tidak senang dan tidak cinta.
Berdasarkan hal ini, jika semuanya telah mengetahui bahwa disana ada sebab yang
akan menghapus tujuan syar’i dalam sebuah akad, sebelum melangsungkannya, maka wajib
bagi keluarga terutama kedua orang tua agar tidak melangsungkan akad tersebut, karena
sebab akan bias menghapus tujuannya. Karena ketika itu ikatan pernikahan tidak akan
mendatangkan manfaat yang di inginkan sesuai dengan sebab yang mungkin terlah terjadi,
kecuali jika sebab tersebut tidak tampak setelah akad berlangsung. Inilah sebab sehigga
sebelum atau sesudah menikah yang disebut “mitsaq ghalidh, yang dapat di artikan sebagai
ikatan suci antar suami dan istri mirip dengan kesucian hubungan antara Allah dengan
pilihannya. Isi dan inisiatif dari perjanjian tersebut pada umumnya muncul dari pihak
wanita yang pada prinsipnya ridha atau bersedia setia dan taat pada laki-laki yang akan
menikahinya.23
22
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu,( Damaskus : Darul Fikr,2007), hlm 182. 23
Mahmud Mahdi Al-Istanbuli, Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah, (Jakarta : Sahara,
2011), Hlm.35
Dalam hukum Islam, menyatakan bahwa kehendak sendiri merupakan syarat sahnya
akad, dalam karangan Shaikh Al-Allamah Muhammad Bin Abdurrahman Ad-Dimasyqi
menjelaskan bahwa dipaksa itu rela, maka sah la akadnya, bahkan jika wali tersebut adalah
wali yang dekat dalam urutan perwalian, maka sah la akad nikahnya dan wali terdekat
mempunyai hak memaksa terhadap gadis kandungnya. Sementara itu Sayyid Abu Al-
Hassan Al-Ishfahani dalam Al-Wasilah-nya ada bab Al-Zawaj mengatakan bahwa, untuk
sahnya suatu akad di syaratkan adanya kehendak sendiri pada kedua mempelai. Kalau
keduanya atau salah seorang diantaranya dipaksa, maka akad iti tidak sah. Tetapi kalau
paksaan ia kemudian di ikuti dengan kerelaan dari orang yang dipaksa, maka menurut
pendapat yang lebih kuat, akad tersebut menjadi sah.24
24
Muhamnmad Bin Abdurrhaman, Fikih Empat Mazhab, (Bandung : Hasyimi, 2013), hlm 321-322.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai paparan dan penjelasan di atas, maka penulis dapat simpulkan hal-hal
penting, yaitu :
1. Praktik nikah paksa menurut Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam 2003 di
Makhmah Tinggi Syariah Negeri Selangor “Ijbar” secara teoritis pada awalnya
merupakan hak dan kewajiban orang tua dengan rasa tanggungjawab mengarahkan anak
perempuannya menuju jenjang perkawinan dengan indah dan menuju kebahagiaan.
Sama sekali tidak diartikan dengan paksaan (ikrar) yang semena-mena yang tidak
bertanggungjawab, dan sama sekali berbeda dengan paksaan yang bersifat ibadah (taklif)
yang aktifitas itu adalah merupakan kewajiban yang ditawar, Ijbar jugak tidak dapat
diartikan sebagai “nikah paksa” yang dipahami oleh banyak orang pada umumnya.
2. Wali yang punya “hak paksa atau “hak ijbar” menurut Enakmen Undang-Undang
Keluarga Islam no 2 Tahun 2003 keluarga Islam disebut wali mujbir. Wali mujbir
dikhususkan untuk menikahkan pengantin anak perempuannya. Artinya, wali harus
yakin bahwa jodoh yang dipaksakan itu tidak akan menimbulkan masalah bagi putrinya,
bahkan akan mendatangkan kebaikan bagi putrinya. Memang selayaknya wali yang
paling dekat atau wali akrab itu mempunyai kelebihan dengan hak ijbarnya, walaupun
paksaan pada hakikatnya sebagai upaya mewujudkan kemashlahatan si gadis itu sendiri,
walaupun demikian, ia hayanya berdasarkan pahaman kepatuhan orang tua. Selain itu,
wali yang punya hak paksa juga dikenali sebagai wali nasab. Yakni, keluarga yang
paling dekat yaitu anak laki-laki sampai ke bawah lebih utama, kemudian ayah sampai
ke atas , kemudian saudara laki-laki seayah seibu, kemudian saudara laki-laki seayah
saja, kemudia anak laki-laki dari saudara-saudara laki-laki seayah seibu, kemudian anak
laki-laki dari saudara-saudara lelaki seayah saja, lalu kakek dari pihak ayah, sampai
keatas.
3. Keabsahan nikah, memiliki tujuan tertentu diantaranya untuk mendapatkan ketenangan
hidup, untuk memelihara pandangan mata dan menjaga kehormatan diri, untuk
mendapatkan keturunan yang sah serta sehat jasmani, rohani. Serta mempererat dan
memperluas hubungan kekeluargaan individu, keluarga dan masyarakat yang lebih baik.
B. Saran-Saran
Melalui skripsi ini penulis ingin menyampaikan saran-saran dengan harapan agar
penulisan karya ilmiah mengenai permasalahan perkawina seperti nikah paksa dan hak ijbar
dan sebagainya. Penulis berharap akan ada penulis baru mengangkat judul baru ataupuin
menyempurnakan apa penulis sampaikan. Karena, masih banyak masalah-masalah yang
belum terjemah oleh penulis, masalah-masalah yang harus segera diluruskan agar
masyarakat tidak terjerumus teralalu dalam pada budaya-budaya atau tradisi adat yang
masih dipegang yang sebenarnya mereka tidak ketahui asal usulnya, dan masyarakat harus
segera tahu, budaya dan tradisi yang mana diperbolehkan oleh syar’at atau tradisi yang
mana ditentang oleh syar’iat.
C. Kata Penutup
Segala puji bagi Allah s.w.t Tuhan sekalian alam, karena diatas petunjuk serta
keredhaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Nikah Paksa Di
Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Selangor Di Tinjau Dari Hukum Islam “ dengan segenap
usaha yang semaksimal sekali, walaupun terdapat beberapa rintangan dan hambatan yang
harus penulis hadapi tetapi rintangan dan hambatan itulah yang memotivasikan diri penulis
bagi meraih kejayaan serta kecemerlangan untuk masa akan datang dan dianggap sebagai
pembakar semangat serta tangga untuk mengorak langkah bagi mencapai kemanisan dalam
berjuang di medan menuntut ilmu.
Dalam hal ini, penulis amat menyedari bahwa setiap apa yang dilakukan oleh
manusia tidak semuanya yang sempurna begitu juga dengan skripsi ini, ianya masih jauh
lagi untuk mencapai kesempurnaanya dan masih terdapat banyak lagi kekeliruan dan
kekhilafan dalam penulisan ini. Untuk itu penulis berharap kepada semua pihak dapat
memberi kritikan konstruktif bagi menyempurnakan lagi skripsi ini demi
mengeksistensikan kebenaran.
Demikianlah hasil riset yang dapat penulis ungkapkan dalam karya ilmiah yang
diwujudkan berbentuk skripsi ini. Di harapkan skripsi ini senantiasa dapat memberi
manfaat kepada nusa, bangsa dan agama. Mudah-mudahan dengan hidayah
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Al-Quran danTerjemahan, Kuala Lumpur: DarulFikir,2000
Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan-Pernikahan, Jakarta: DU Publishing,2011