Top Banner
Survei Arkeologi di Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan-Nia Marniati Etie Fajari (11-38) 11 Nia Marniati Etie Fajari Balai Arkeologi Kalimantan Selatan Jalan Gotong Royong IIRT 03/06, Banjarbaru 70711, Kalimantan Selatan; email: [email protected] Diterima 21 Juli 2016 Direvisi 28 September 2016 Disetujui 2 November 2016 SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT, KABUPATEN KOTABARU, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ARCHAEOLOGICAL SURVEY IN PULAU LAUT, KOTABARU REGENCY, SOUTH KALIMANTAN PROVINCE PENDAHULUAN Kotabaru merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan dengan luas wilayah yang mencapai 9.442,46 km 2 . Kabupaten Kotabaru memiliki kondisi geografis yang cukup beragam, yaitu daerah pegunungan, pesisir pantai, dan wilayah kepulauan. Daerah pegunungan terletak di wilayah daratan Pulau Kalimantan yang terdiri atas 12 kecamatan, yaitu Kelumpang Selatan, Kelumpang Hilir, Kelumpang Hulu, Kelumpang Barat, Hampang, Sungai Durian, Kelumpang Tengah, Kelumpang Utara, Pamukan Selatan, Sampanahan, Pamukan Utara, dan Abstrak. Kotabaru yang berada di pesisir tenggara Pulau Kalimantan memiliki sejarah menarik, yang ditandai oleh keberadaan kerajaan Islam, seperti Kusan, Pagatan, Batulicin, Sebamban, dan Pulau Laut. Keletakannya yang berada pada jalur pelayaran di Selat Makassar, membuat kerajaan-kerajaan tersebut berperan besar dalam perdagangan. Faktor ketersediaan sumber daya alam yang melimpah, juga menarik perhatian pemerintah Hindia Belanda untuk melakukan eksploitasi batu bara di Pulau Laut. Latar belakang sejarah tersebut membuat wilayah Kotabaru, khususnya Pulau Laut menarik untuk ditelusuri lebih dalam. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apa bentuk data arkeologi di Pulau Laut? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan sebaran data arkeologi di Pulau Laut. Penelitian bersifat eksploratif dengan tahapan pengumpulan data yang terdiri atas studi pustaka dan survei arkeologi di wilayah yang menjadi lokasi penelitian, yaitu di Desa Sigam, Sebelimbingan, Selaru, Semayap, Lontar, dan Teluk Tamiang. Data yang ditemukan dianalisis dengan membuat klasifikasi berdasarkan tipenya, yaitu artefaktual dan fitur. Analisis keruangan juga dilakukan untuk menggambarkan hubungan antarfitur yang ditemukan di satu situs. Hasil analisis menggambarkan riwayat sejarah di Pulau Laut, terkait dengan Kerajaan Pulau Laut yang berpusat di Sigam, infrastruktur pendukung pertambangan batu bara pada masa Hindia Belanda di Sebelimbingan, dan lokasi strategis Pulau Laut yang menjadi salah satu faktor pendukung aktivitas kehidupan masa lalu di wilayah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Pulau Laut memiliki peranan penting dalam perdagangan dan industri batu bara pada abad 19-20. Kata kunci: perdagangan, batu bara, arkeologi, kerajaan Islam, Sigam, Sebelimbingan, Pulau Laut Abtract. Kotabaru located in the southeast coast of Borneo Island has a fascinating history, which is characterized by the presence of Islamic empire, such as Kusan, Pagatan, Batulicin, Sebamban, and Pulau Laut. The location in the shipping line of Makassar Strait makes these empires played major role on trade network. Abundant natural resources had attracted the interest of the Dutch government to exploit coal in Pulau Laut. This historical background makes Kotabaru, particularly Pulau Laut, more interesting to explore. The problem for this research is what kind of archaeological data in Pulau Laut? This research aims to determine the form and spatial distribution of archaeological data. This explorative research applied data collection consisting of literature and archaeological surveys in the research locus. The data found were analyzed by creating a classification based on types, ie artefacs and features. The interpretation data describe the fascinating history of Pulau Laut which associated whit empire centered in Sigam, infrastructures for the Dutch coal mining in Sebelimbingan region, and strategic location of Pulau Laut became one of the supporting factors for the human activity from the past. This shows that Pulau laut has an important role in trade and coal mining in the 19 th -20 th century. Keywords: trade, coal, archaeology, Islamic empire, Sigam, Sebelimbingan, Pulau Laut
28

Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Nov 26, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Survei Arkeologi di Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan-Nia Marniati Etie Fajari (11-38) 11

Nia Marniati Etie FajariBalai Arkeologi Kalimantan SelatanJalan Gotong Royong IIRT 03/06,Banjarbaru 70711, Kalimantan Selatan;email: [email protected]

Diterima 21 Juli 2016Direvisi 28 September 2016Disetujui 2 November 2016

SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT, KABUPATENKOTABARU, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

ARCHAEOLOGICAL SURVEY IN PULAU LAUT,KOTABARU REGENCY, SOUTH KALIMANTAN

PROVINCE

PENDAHULUAN

Kotabaru merupakan salah satu kabupatendi Provinsi Kalimantan Selatan dengan luaswilayah yang mencapai 9.442,46 km2. KabupatenKotabaru memiliki kondisi geografis yang cukupberagam, yaitu daerah pegunungan, pesisir

pantai, dan wilayah kepulauan. Daerahpegunungan terletak di wilayah daratan PulauKalimantan yang terdiri atas 12 kecamatan, yaituKelumpang Selatan, Kelumpang Hilir, KelumpangHulu, Kelumpang Barat, Hampang, Sungai Durian,Kelumpang Tengah, Kelumpang Utara, PamukanSelatan, Sampanahan, Pamukan Utara, dan

Abstrak. Kotabaru yang berada di pesisir tenggara Pulau Kalimantan memiliki sejarah menarik, yang ditandai olehkeberadaan kerajaan Islam, seperti Kusan, Pagatan, Batulicin, Sebamban, dan Pulau Laut. Keletakannya yang beradapada jalur pelayaran di Selat Makassar, membuat kerajaan-kerajaan tersebut berperan besar dalam perdagangan. Faktorketersediaan sumber daya alam yang melimpah, juga menarik perhatian pemerintah Hindia Belanda untuk melakukaneksploitasi batu bara di Pulau Laut. Latar belakang sejarah tersebut membuat wilayah Kotabaru, khususnya Pulau Lautmenarik untuk ditelusuri lebih dalam. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apa bentuk data arkeologi di Pulau Laut?Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan sebaran data arkeologi di Pulau Laut. Penelitian bersifat eksploratifdengan tahapan pengumpulan data yang terdiri atas studi pustaka dan survei arkeologi di wilayah yang menjadi lokasipenelitian, yaitu di Desa Sigam, Sebelimbingan, Selaru, Semayap, Lontar, dan Teluk Tamiang. Data yang ditemukandianalisis dengan membuat klasifikasi berdasarkan tipenya, yaitu artefaktual dan fitur. Analisis keruangan juga dilakukanuntuk menggambarkan hubungan antarfitur yang ditemukan di satu situs. Hasil analisis menggambarkan riwayat sejarah diPulau Laut, terkait dengan Kerajaan Pulau Laut yang berpusat di Sigam, infrastruktur pendukung pertambangan batu barapada masa Hindia Belanda di Sebelimbingan, dan lokasi strategis Pulau Laut yang menjadi salah satu faktor pendukungaktivitas kehidupan masa lalu di wilayah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Pulau Laut memiliki peranan penting dalamperdagangan dan industri batu bara pada abad 19-20.

Kata kunci: perdagangan, batu bara, arkeologi, kerajaan Islam, Sigam, Sebelimbingan, Pulau Laut

Abtract. Kotabaru located in the southeast coast of Borneo Island has a fascinating history, which is characterized by thepresence of Islamic empire, such as Kusan, Pagatan, Batulicin, Sebamban, and Pulau Laut. The location in the shippingline of Makassar Strait makes these empires played major role on trade network. Abundant natural resources hadattracted the interest of the Dutch government to exploit coal in Pulau Laut. This historical background makes Kotabaru,particularly Pulau Laut, more interesting to explore. The problem for this research is what kind of archaeological data inPulau Laut? This research aims to determine the form and spatial distribution of archaeological data. This explorativeresearch applied data collection consisting of literature and archaeological surveys in the research locus. The data foundwere analyzed by creating a classification based on types, ie artefacs and features. The interpretation data describe thefascinating history of Pulau Laut which associated whit empire centered in Sigam, infrastructures for the Dutch coal miningin Sebelimbingan region, and strategic location of Pulau Laut became one of the supporting factors for the human activityfrom the past. This shows that Pulau laut has an important role in trade and coal mining in the 19th-20th century.

Keywords: trade, coal, archaeology, Islamic empire, Sigam, Sebelimbingan, Pulau Laut

Page 2: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Kindai Etam Vol. 2 No. 1 November 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan12

Pamukan Barat. Wilayah ini merupakan bagiandari jalur Pegunungan Meratus. Sementara itu,wilayah kepulauan Kotabaru terdiri atas delapankecamatan, yaitu Pulau Laut Barat, Pulau LautSelatan, Pulau Laut Utara, Pulau Laut Timur, PulauLaut Tengah, Pulau Laut Kepulauan, PulauSebuku, Pulau Laut Tanjung Selayar, dan PulauSembilan (Hakim dkk. 2009: 7-8).

Jejak sejarah menunjukkan bahwa Kotabarumemiliki sejarah dan kisah yang menarik.Kotabaru tercatat memiliki data arkeologi darimasa prasejarah yang pernah ditemukan diSemayap yang terletak di Pulau Laut. DesaSemayap yang saat ini merupakan areapermukiman yang padat dan ramai, berada diwilayah administrasi Kecamatan Pulau Laut Utara.Semayap telah dikenal sebagai situs prasejarahdengan temuan berupa kapak bahu yangdiindikasi memiliki kesamaan dengan budayaKalumpang di Sulawesi (Kusmartono danNuralang 2001: 1). Temuan kapak bahu diSemayap juga tercatat pada katalog koleksiMuseum Lambung Mangkurat, KalimantanSelatan. Kapak bahu tersebut dilaporkan sebagaitemuan dari daerah Semayap yang diperolehpada tahun 1996. Kapak ini memiliki variasi ukuranpanjang sekitar 25 cm dengan lebar 15 cm. Lokasipenemuan sayangnya tidak dapat diketahuisecara pasti, mengingat kapak bahu Semayapadalah temuan lepas yang dilaporkan olehmasyarakat.

Eksistensi Kotabaru pada panggung sejarahKalimantan ditandai dengan kemunculankerajaan-kerajaan Islam pada tahun 1786, sepertiKerajaan Kusan dan Pagatan, Cengal Manungguldan Bangkalan, Batulicin, Sebamban, PasirCantung, dan Sempanahan. Kerajaan Kusandidirikan oleh Pangeran Amir pada tahun 1786.Pangeran Amir merupakan salah satu pangerandari Kerajaan Banjar yang melarikan diri ke Kusankarena kemelut perebutan kekuasaan. PangeranAmir kemudian mendirikan Kerajaan Kusandengan gelar Raja Kusan I (Hakim dkk. 2009: 58).Sementara itu, Kerajaan Pagatan muncul setelahSultan Sulaiman (keponakan Pangeran Amir) yangsemula adalah kepala suku Bugis Pagatandiangkat menjadi Raja Pagatan pada tahun 1820.

Pada masa itu, Kerajaan Kusan dan Pagatanmenjadi vasal Kerajaan Banjar (Hakim dkk. 2009:58-59). Bukti fisik dari riwayat sejarah tersebutterdapat pada sejumlah peninggalan di Kotabaruyang berupa makam-makam kuno di daerahKusan Hulu, Pagatan, Sebamban, dan Batulicin.Makam-makam tersebut merupakan makam dariraja-raja yang pernah menguasai wilayah Kusandan sekitarnya (Tim Peneliti 1993: 10-20).

Penelitian arkeologi terkait dengan KerajaanKusan dan Pagatan pernah dilakukan pada tahun1993. Data arkeologi yang ditemukan berupakompleks makam raja dan keluarga raja. Pagatandan Sebamban berada di pesisir tenggara PulauKalimantan yang berhubungan langsung denganSelat Makassar. Lokasi tersebut sangat strategissebagai jalur perdagangan yang ramai. Padaawalnya, Kerajaan Kusan Hulu lebih duluberkembang dibandingkan Pagatan danSebamban. Kusan Hulu berperan sebagaipenyedia komoditas dagang yang meliputi hasilhutan (rotan dan damar), sumber emas dan intan,serta lada. Pada akhirnya, Kerajaan Pagatan danSebamban menjadi lebih berkembangdibandingkan Kusan Hulu, yang akhirnya menjadinegeri bawahan. Pagatan berkembang menjadipusat perdagangan yang wilayah kekuasaannyameluas sampai ke Kusan Hulu. KerajaanSebamban dikenal sebagai penghasil emas danintan (Tim Peneliti 1993: 10-20).

Penelitian lain di wilayah sekitar Kotabaru yangmerupakan daerah pesisir tenggara Kalimantanpernah dilakukan tahun 2000, dengan judulKehidupan Sosial Ekonomi dan Perdagangan diDaerah Pesisir Tenggara Kalimantan pada AbadKe-19 Masehi. Penelitian tersebut bertujuan untukmengungkapkan kehidupan sosial ekonomimasyarakat pantai, terutama distribusi komoditiperdagangan (Kusmartono dan Nuralang 2001:2-3). Hasil penelitian menyebutkan bahwaKotabaru merupakan bagian dari wilayah pesisirtenggara Kalimantan yang memiliki peranan besardalam jalur perdagangan masa lalu. Hal inididukung oleh faktor keletakan geografis Kotabaruyang berada pada jalur pelayaran danperdagangan di wilayah Selat Makassar.Perdagangan di wilayah tersebut turut didukung

Page 3: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Survei Arkeologi di Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan-Nia Marniati Etie Fajari (11-38) 13

oleh keberadaan kerajaan-kerajaan yangmenguasai Kotabaru pada masa itu. Wilayah-wilayah perdagangan dipengaruhi oleh aliransungai yang menjadi transportasi utama daridaerah hulu ke pesisir atau sebaliknya. Kerajaandi wilayah hulu yang berperan besar dalamperdagangan tersebut adalah Kerajaan Kusanyang berada pada aliran Sungai Kusan.Berdasarkan tingkatan perdagangan melalui jalursungai, Kerajaan Kusan merupakan daerahperdagangan tingkat dua. Sementara itu, KerajaanPagatan yang berada di wilayah pesisir yangmenjadi hilir Sungai Kusan merupakan pusatperdagangan. Perdagangan di wilayah Kusanmerupakan pendukung aktivitas dagang yang adadi pesisir. Kerajaan Pagatan bahkan telahmengembangkan jalur perdagangan di wilayahKotabaru sampai mencapai Singapura(Kusmartono dan Nuralang 2001: 37-38).

Wilayah kepulauan Kotabaru juga memilikicatatan perjalanan sejarah yang penting, dengankeberadaan Kerajaan Pulau Laut. Catatan sejarahmenyebutkan, Kerajaan Pulau Laut mulaiberkembang pada tahun 1859 ketika PerangBanjar semakin memuncak. Pangeran JayaSumitra (Raja Kusan IV) yang berkuasa diKerajaan Kusan pada kala itu merupakan kerabatdekat dari Kesultanan Banjar yang sedangberperang melawan Belanda. Pangeran JayaSumitra memindahkan pusat kerajaannya didaerah Salino, Pulau Laut, untuk menghindaripenangkapan oleh pihak Belanda akibat PerangBanjar yang semakin berkecamuk. Faktorkeamanan di Salino yang dirasa masih kurangmenyebabkan Pangeran Jaya Sumitra kembalimemindahkan kerajaannya ke daerah Sigam,yang disebut sebagai Kerajaan Pulau Laut.Kerajaan tersebut berkembang menjadi kerajaanbesar yang berpusat di Sigam, dengan PangeranJaya Sumitra sebagai raja yang bergelar RajaPulau Laut I (Hakim dkk. 2009: 59-60).

Sepenggal catatan sejarah tersebutmelatarbelakangi dilakukannya penelitianarkeologi di wilayah Pulau Laut. Permasalahanyang diajukan dalam penelitian ini adalah apabentuk data arkeologi yang ada di daerahtersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

ragam dan sebaran tinggalan arkeologi di wilayahPulau Laut. Hal ini menarik untuk dilakukanmengingat perjalanan sejarah yang panjang diPulau Laut tentunya akan meninggalkan dataarkeologi, dimulai dari peninggalan kapak bahudari masa prasejarah yang disebutkan ditemukandi Semayap, masa-masa kejayaan KerajaanPulau Laut, serta pengaruh keberadaan KolonialBelanda di Pulau Laut.

Jenis data arkeologi umumnya terdiri atasartefak, fitur, dan ekofak. Artefak adalah bendayang dapat dipindahtempatkan dan telahmengalami modifikasi baik sebagian ataupunkeseluruhan oleh manusia. Fitur adalah artefakyang tidak dapat dipindahtempatkan, sedangkanekofak adalah material nonartefak yang memilikinilai budaya (Sharer dan Ashmore 1993: 120-121).Artefak merupakan jenis data paling seringditemukan di lokasi situs arkeologi. Temuanartefak di permukaan tanah adalah salah satuindikasi untuk menentukan apakah suatu lokasiberpotensi memiliki data arkeologi atau tidak.Situs arkeologi dapat diidentifikasi lebih mudahapabila terdapat fitur yang ditemukan. Fiturtersebut umumnya berupa bangunan hasil buatanmanusia atau struktur gejala alam yangdimanfaatkan manusia. Penelitian arkeologi diPulau Laut bertujuan untuk menghimpun dataarkeologi terkait dengan dugaan wilayah tersebutmemiliki nilai penting bagi perjalanan sejarahbudaya di Kotabaru.

Pembahasan mengenai sebaran dataarkeologi di Pulau Laut dilakukan denganmenggunakan pendekatan arkeologi ruang, yangmenitikberatkan perhatian pada kajian dimensiruang (Mundardjito 2002: 2). Kajian dalamarkeologi ruang berkaitan dengan aktivitasmanusia dalam satuan ruang, data arkeologi yangditinggalkan, infrastruktur fisik yang memberikanakomodasi bagi manusia pendukungnya,lingkungan fisik, dan interaksi yang terjadi diantara seluruh aspek tersebut. Interaksi tersebutdapat terjadi dalam skala mikro, semimakro, danmakro (Mundardjito 2002: 4; Kantner 2008: 41).Data arkeologi yang ditemukan pada penelitianditempatkan dalam satuan ruang tertentu untukmemberikan gambaran mengenai bentuk dan

Page 4: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Kindai Etam Vol. 2 No. 1 November 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan14

sebaran datanya. Bintliff menyebutkan bahwamenempatkan suatu situs dalam konteksgeografis merupakan hal yang menarik (Bintliff1992: 5). Kondisi lingkungan geografis akanmempengaruhi bentuk dan sebaran data di suatusitus arkeologi. Bintliff juga mengatakan bahwasegala bentuk aktivitas manusia dalam suatuekosistem akan membawa pengaruh padaperubahan pada geomorfologi danlingkungannya (Bintliff 1992: 12). Ragam dansebaran data yang didapatkan selama penelitiandapat memberikan informasi mengenaipemanfaatan lahan dan lingkungan oleh manusiapada masa lalu di wilayah Pulau Laut.

METODE

Penelitian ini bersifat eksploratif untukmenjajaki dan mengenali data arkeologi yang ada

di wilayah Pulau Laut. Pelaksanaan penelitiandilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu,formulasi permasalahan, pengumpulan data,analisis data, dan interpretasi data. Rumusanpermasalahan yang sudah ditentukan menjadidasar untuk menentukan parameter penelitianterkait dengan tinjauan pustaka, landasan teori,pengumpulan data, dan pilihan analisis data sertapembahasannya. Pengumpulan data dilakukandengan studi pustaka dan survei arkeologi diwilayah yang menjadi lokasi penelitian. Surveiarkeologi dilakukan di beberapa desa di PulauLaut, yaitu Sigam, Sebelimbingan, Selaru,Semayap, Lontar, dan Teluk Tamiang (lihat Gambar1). Hasil survei menemukan sejumlah lokasidengan tinggalan arkeologi yang signifikan, antaralain di Sigam, Sebelimbingan, dan Teluk Tamiang.

Data arkeologi yang ditemukan di lokasi-lokasi tersebut berkaitan dengan aktivitas

Gambar 1. Peta lokasi survei arkeologi di Pulau Laut (warna merah adalah lokasi desa yang disurvei)

sumber: dok. Balai Arkeologi Kalimantan Selatan, olah peta oleh Ulce Oktrivia

Page 5: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Survei Arkeologi di Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan-Nia Marniati Etie Fajari (11-38) 15

pemukiman dari masa kerajaan Islam dankolonial Belanda. Analisis data dilakukan denganmenyusun klasifikasi berdasarkan jenisnya, yaitudata artefaktual, ekofaktual, dan fitur. Dataartefaktual yang ditemukan terdiri atas pecahankeramik asing, botol stoneware, botol kaca,fragmen batubata, dan genteng. Data berupafitur arkeologi yang ditemukan adalah nisan-nisan kuno pada beberapa makam tua di DesaSigam yang menunjukkan eksistensi kerajaanIslam di Pulau Laut serta pengaruh suku Bugis;dan infrastruktur bekas aktivitas pertambanganbatu bara pada masa kolonial Belanda di daerahSebelimbingan. Interpretasi data dilakukandengan menempatkan data arkeologi,khususnya data fitur yang ditemukan pada satuanruang dan waktu tertentu untuk memperolehgambaran mengenai aktivitas masa lalu yangada di lokasi situs. Hasil pembahasanmenunjukkan tiga hal penting terkait dengansejarah budaya di Pulau Laut, yaitu (1)keberadaan Kerajaan Pulau Laut yang berpusatdi Sigam; (2) infrastruktur kota yang didirikanuntuk mendukung aktivitas pertambangan batubara Belanda di Sebelimbingan; (3) lokasinyayang strategis menjadi nilai lebih bagi PulauLaut.

HASIL SURVEI ARKEOLOGI

Kondisi Lingkungan Fisik dan SosialMasyarakat

Kabupaten Kotabaru yang berada padaposisi 2º 20' 4 56' Lintang Selatan (LS) - 115º29' 116 30" Bujur Timur (BT), secara administratifterbagi menjadi 20 kecamatan serta 192kelurahan/desa (lihat Tabel 1). Kondisigeomorfologi Kotabaru terdiri atas daerah lerengPegunungan Meratus, perbukitan karst, rawaestuari, serta kepulauan dan perairan laut. Lokasipenelitian ini adalah wilayah Pulau Laut, yangmerupakan pulau terbesar di antara jajarankepulauan di Kabupaten Kotabaru. Pulau Lautterdiri atas enam kecamatan yaitu, KecamatanPulau Laut Barat, Pulau Laut Selatan, Pulau LautTimur, Pulau Laut Utara, Pulau Laut Tengah, danPulau Laut Tanjung Selayar. Permukiman

masyarakat tersebar di sepanjang pesisir dariwilayah Pulau Laut.

Pulau Laut memiliki sumber daya alam dangeologis yang melimpah. Daerah pegununganseperti di Desa Sebelimbingan memiliki mata airyang dijadikan sumber air bersih untuk kepentinganmasyarakat. Selain itu, batuan-batuan di Pulau Laut,salah satunya di daerah Sigam, menjadi bahanuntuk material bangunan. Pulau Laut juga dikenalkarena sumber mineral berupa batu bara. Emashitam tersebut yang menyebabkan Pulau Lautmenjadi salah satu daerah onderafdeeling Pulau Lautdi bawah afdeeling Zuid en Oostkust bersamadengan dua daerah onderafdeeling lainnya, yaituTanah Bumbu dan Pasir (Hakim 2009: 69-70).

Temuan di Desa Sigam

Desa Sigam merupakan salah satu desa diwilayah Kecamatan Pulau Laut Utara yang memilikinilai penting dalam rangkaian sejarah di Kotabaru.Daerah ini menjadi pusat Kerajaan Pulau Laut yangberkembang pada tahun 1850. Raja pertama yangberkuasa adalah Pangeran Jaya Sumitra yangmasih memiliki ikatan kekerabatan dengan rajaBanjar. Pangeran Jaya Sumitra memindahkan pusatkerajaan dari Kusan ke Salino untuk menghindaripenangkapan oleh Belanda yang pada saat itusedang berperang melawan Kerajaan Banjar.Faktor keamanan di Salino yang dirasa kurangmemadai, menyebabkan pusat kerajaan kemudiandipindah lagi ke Desa Sigam, Pulau Laut Utara.Sigam selanjutnya dibangun sebagai pusatpemerintahan oleh Pangeran Jaya Sumitra yangbergelar Raja Pulau Laut I. Sigam menjadi lokasipenting dalam perkembangan sejarah kerajaanIslam di Kotabaru.

Desa Sigam dapat digolongkan sebagai desapesisir dengan sebagian besar wilayahnyamerupakan lahan estuari. Sebagian besar wilayahSigam berada pada ketinggian 25-100 m di ataspermukaan air laut (Tim Penyusun 2008: 2-6). Surveiarkeologi yang dilakukan di Desa Sigammenemukan peninggalan-peninggalan antara lainkompleks makam raja-raja Pulau Laut, BukitKemuning, dan kompleks makam kuno Sekukup.Gambaran dari masing-masing lokasidideskripsikan sebagai berikut.

Page 6: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Kindai Etam Vol. 2 No. 1 November 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan16

Tabel 1. Kecamatan dan desa dalam wilayah administrasi Kabupaten Kotabaru

Kecamatan Luas Wilayah Desa

Hampang 1.684,64 km2 Cantung Kiri Hulu, Lalap in , Hampang, Cantung Kanan, Limbur, Pramasan, Muara Ore

Kalumpang Bara t 545 ,15 km2 Magalau Hulu, Magalau Hilir, Tanjung Sa ri, B atang K ulur, Bungkukan , S iayuh

Kelumpang Hilir 281 ,2 km2 Tarjun, Langada i, Serongga, Mandala, Tegal Rejo, Pe la jau Baru , Telaga Sari, Pu lau P anci

Kelumpang Hulu 553 ,4 km2 Mangkirana, Cantung Kiri Hilir, Banua Lawas, S ido Mulyo, Karang Payau, Sungai Ku pang, Bangkalan Me layu, Karang Liwar, Bangkalan Dayak, Laburan

Kelumpang Selatan

282 ,54 km2 Sukamaju, Pantai, Tanjung Pangga, Pembelacanan, Bumi Asih , Sungai Nipah, Panta i Baru, Sangking Baru, Sunga i Kupang Jaya

Kelumpang Tengah

393 ,31 km2 Tanjung Batu, Sungai Pinang, Su ngai P unggawa, Tan jung Selayar, Senakin, S enakin Seberang , Tanah Rata, Sebuli, Sembilang, Tamiang Bakung, Tebing Tinggi, Sang Sa ng

Kelumpang Utara 375 km2 Sungai Hany ar, Pud i, Sunga i Seluang, Mangga , P udi Se berang, Sulangkit, Wilas

Pamukan Barat 616 ,84 km2 Sengayam, Marga Jaya, Mayang Sari, Mangka

Pamukan Selatan 391 ,87 km2 Sekandis, S ukadana , Gunung Calang , Talusi, Saka limau, Mu lyodad i, Tanjung S amalantakan, sakadoyan, Pampacengal, Sesulung, Pondok Labu

Pamukan Utara 628 ,63 km2 Bepara , Ba kau, Kalian , Harapan B aru , Tamiang, B in turung, Lintang Jaya, Mu lyo Harjo, Balamea, W onorejo, Pa muk an Indah, Betung Sekayu Baru

Pulau Lau t Ba ra t 398 ,8 km2 Teluk Tamiang , Tan jung Tengah, Tanjung Sungkai, Tanjung Pelayar, Kampung B aru, Tanjung Kunyit , Gosong Pan jang, Tepian Balai, Lon tar Se la tan , Lonta r Utara, Lontar Timur, Tata Mekar, Gemuruh, Bandar Raya, Sebanti, Bangun Rejo, Sepagar, Sumbersari, Su bur Makmur, Terangkih , S emaras

Pulau Lau t Kepu lauan

107 ,12 km2 Pulau Karayaan, Rosong Raya, Pu lau Kerumputan, Pu lau Kerasian, Teluk Kemuning , Teluk Aru, Tanjung Lalak Selatan, Tanjung La lak Utara

Pulau Lau t Selatan

378 ,07 km2 Teluk Sirih , S unga i Bulan , Sungai Bahim, A lle Alle , Tanjung Seloka , Tan jung Serudung, Labuan Mas

Pulau Lau t Tengah

337 ,64 km2 Semisir, S ungai Pasir, Sa lino, Mekarpura , Se la ru , Su ngup Kanan, Pantai Baru, UPT Sembega, UPT Kumang Ku mang

Pulau Lau t Timur 575 km2 Tanjung Pengharapan, Batu Tunau, Sejakah, B ekambit, Bekambit Asri, Betung, Langkang B aru , K arang Asri Indah, Langkang Lama, Ku lipak, S ungai Limau, Berangas, Teluk Masjid , Teluk Gosong

Pulau Lau t Uta ra 159 ,30 km2 Megasari, S ebe limbingan, Gunung S ari, Stagen, Gunung Ulin, Sungai Taib, Semayap, Dirgahayu, Baharu Se la tan , Ko tabaru Hu lu , Rampa, Sebatung, Kotabaru Tengah, Kotabaru Hilir, Hilir Muara, B atuah, Baharu Utara, Tirawan, Gedambaan, S arang Tiung, Sigam

Pulau Sebuku 245 , 5 km2 Sekapung, K anibungan, Mandin, Belambus, Sakarangan, Sungai Bali, Rampa, Tanjung Mangkuk

Pulau Sembilan 476 km2 Labuan Barat , Teluk Sungai, Maradapan , Tengah, Tanjung Nyiu r

Sampanahan 488 ,89 km2 Sepapah , Ba njar Sari, S ungai Betung, Sampanahan Hilir, Sukamaju, Sampanahan, Gunung Batu Besar, Basunan, Papuan, Rampa Manunggul

Sungai Durian 1.042,81 km2 Gendang Timburu , Manunggal Baru, Manungga l Lama, Rantau Buda, Ran tau Jaya , Terombong Sari, Buluh Kuning

sumber: BPS Kabupaten Kotabaru

Page 7: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Survei Arkeologi di Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan-Nia Marniati Etie Fajari (11-38) 17

Kompleks Makam Raja-raja Pulau LautKompleks makam raja-raja Pulau Laut terletak

di puncak bukit pada koordinat 03º 13’ 33.0" LS -116º 14’ 51.5" BT di sebelah barat Sungai Sigam.Lokasi di sekitar makam merupakan kompleksperumahan penduduk dan bangunan sekolah. Didalam kompleks makam terdapat tanamanberupa pohon kamboja, puring, ketapang,cempedak, dan bunga iodium. Area makamdulunya merupakan hutan dan semak belukaryang mulai dibuka dan diperhatikan pada tahun1980an. Pemakaman ini adalah kompleks makamraja-raja Kerajaan Pulau Laut dan kerabatnya. RajaPulau Laut yang dimakamkan di kompleks ini adatiga orang, yaitu Pangeran Jaya Sumitra binPangeran Muhammad Nafis, Pangeran AbdulKadir bin Pangeran Muhammad Nafis, danPangeran Brangta Kesuma bin Pangeran AbdulKadir. Nisan makam para raja tersebut saat inidiselubungi kain kuning oleh masyarakat sekitar.Kompleks makam Sigam memiliki tiga bangunancungkup yang masing-masing berisi lebih darisatu nisan. Cungkup merupakan bangunan baruyang dibangun untuk menaungi makam raja danpangeran yang pernah memerintah di Pulau Laut.Makam raja dan kerabat yang penting beradadalam bangunan cungkup, sedangkan makamkerabat raja yang lain tersebar tanpa pola yangtersusun di luar bangunan cungkup (lihat Gambar2).

Cungkup I memiliki tujuh makam, yaitu makam1 (tanpa identitas); makam 2 (tanpa identitas);makam 3, makam Pangeran Brangta Kesuma binAbdul Karim (1889); makam 4, makam PangeranAbdul Kadir bin Pangeran Muhammad Nafis(1873); makam 5, makam Pangeran Jaya Sumitra;makam 6 (tanpa identitas); dan makam 7 (tanpaidentitas). Makam-makam tersebut memiliki nisanyang dibuat dari kayu ulin berbentuk pipih dangada. Makam 2 dan 7 memiliki nisan yang dibuatdari kayu dan batu. Nisan batu pada makam 2memiliki bentuk gada mengerucut yang terdapatdi sebelah selatan. Nisan batu pada makam 7berbentuk pipih dari bahan semen. Nisan-nisantersebut tidak memiliki inskripsi sehingga identitastokoh yang dimakamkan tidak diketahui. Makam3 atau makam Pangeran Brangta Kesuma bin

Abdul Karim memiliki nisan berbentuk gada segidelapan yang terbuat dari kayu ulin. Kondisinyayang sudah aus menyebabkan bidang-bidangnyatidak terlihat terlalu jelas. Pada nisan kepala,bagian atasnya sudah terpangkas dan hilangsehingga bentuk aslinya sudah tidak dapatdigambarkan secara utuh. Selain nisan dari kayuulin, pada makam ini terdapat juga nisan batu yangberbentuk pipih dengan lengkungan lekuk daribahan andesit sporiaan.

Makam 4 atau makam Pangeran Abdul Kadirbin Pangeran Muhammad Nafis memiliki nisankepala dan nisan kaki yang dibuat dari kayu ulin.Nisan berbentuk gada segi enam dengan bagianatas yang membulat tanpa hiasan. Nisan bagiankaki memiliki tinggi 72 cm. Bagian atas nisankepala sudah tidak utuh lagi sehingga tingginyatidak dapat diukur secara pasti, meskipunnampaknya ukurannya serupa dengan nisan kaki.

sumber: dok. Balar Kalimantan Selatan

Gambar 2. Kompleks makam raja-raja di Sigam

sumber: dok. Balar Kalimantan Selatan

Gambar 3. Nisan makam Pangeran Jaya Sumitra

(kiri); Nisan makam Pangeran Abdurrahman (kanan)

Page 8: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Kindai Etam Vol. 2 No. 1 November 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan18

Nisan tidak memiliki inskripsi apapun sehinggaidentitas tokoh yang dimakamkan hanyadidasarkan pada keterangan juru kunci makam.Makam 5 atau makam Pangeran Jaya Sumitraberada pada sebuah jirat lebar yang berisi tigabuah nisan. Nisan makam Pangeran Jaya Sumitramemiliki bentuk gada segi enam yang terbuat darikayu ulin (lihat Gambar 3). Selain nisan dari kayuulin, makam Pangeran Jaya Sumitra juga memilikinisan yang dibuat dari batu andesit sporiaan yangberbentuk pipih dengan lengkungan lekuk padabagian atasnya. Sama halnya dengan makamPangeran Abdul Kadir, informasi mengenai tokohyang dimakamkan ini diketahui berdasarkanketerangan dari juru kunci. Nisan yang diketahuisebagai makam Pangeran Jaya Sumitra tidakmemiliki inskripsi yang dapat memberikanketerangan-keterangan khusus.

Cungkup II memiliki tujuh makam yaitu,makam 1 (tanpa identitas), makam 2 (tanpaidentitas), makam 3 (tanpa identitas), makam 4(tanpa identitas), makam 5 (tanpa identitas),makam 6 (Pangeran Abdurrahman), dan makam7 (tanpa identitas). Makam 1 memiliki nisan daribatu granit berbentuk gada segi empat dengantinggi 55 cm. Nisan ini memiliki dua tingkat lekukandi bagian bawah, tiga tingkat lekukan di bagianatas dengan puncaknya yang berbentuk kerucut.Makam 2 memiliki nisan dari batu granit yangberbentuk gada segi delapan setinggi 46 cm.Bentuk nisan ini serupa dengan makam 1 yangmemiliki lekukan bertingkat pada bagian atas danbawah. Nisan pada makam 3, 4, 5, dan 7 terdiriatas dua jenis, yaitu kayu ulin dan batu andesit.Kondisi nisan dari kayu ulin umumnya sudah ausdan rusak sehingga tidak dapat diamati lagibentuknya. Sementara itu, nisan dari batu andesitberbentuk pipih dalam ukuran yang kecil. Makam6 atau makam Pangeran Abdurrahman memilikinisan dari kayu ulin yang berbentuk gada (lihatGambar 3). Kondisinya yang sangat ausmenyebabkan bentuknya sulit untuk diamati.Selain nisan dari kayu ulin, makam ini jugamemiliki nisan yang dibuat dari batu andesitdengan bentuk pipih berlekuk pada bagianatasnya. Cungkup III merupakan lokasi makam

Haji Ibrani bin M. Hasan yang wafat pada hari senintanggal 18 Januari 2010. Haji Ibrani bin M. Hasanadalah salah satu keturunan dari kerabat raja-rajayang pernah berkuasa di Pulau Laut.

Sementara itu, makam yang berada di luarcungkup memiliki bentuk gada dan pipih yangterbuat dari kayu ulin maupun batu andesit dangranit. Berdasarkan keterangan dari juru kunci,makam-makam tersebut merupakan milik kerabatraja dan keturunannya. Sebagian besar darinisannya telah aus dan rusak, sehingga inskripsiyang ada tidak dapat dibaca dan diamati lagi.Salah satu makam tersebut memiliki bentuk nisankepala yang unik, yaitu kayu ulin berbentuk pipihdengan hiasan berupa motif kurawal pada bagianatasnya. Pada nisan tersebut terdapat inskripsidalam huruf arab yang sayangnya sudah tidakdapat diamati karena sudah terlalu aus.

Bukit KemuningBukit Kemuning berada di sisi utara Sungai

Sekukup Kecil pada koordinat 03º 13’ 22.7’’ LS -116º 15’ 42.7’’ BT. Data arkeologi yang ditemukandi sisi barat bukit berupa pecahan keramik asing.Keramik yang ditemukan adalah 7 fragmen, yangterdiri atas keramik dan stoneware. Salah satu darifragmen keramik tersebut merupakan bagian darimangkuk. Pada bagian lereng timur terdapatbatuan yang tersusun menyerupai struktur (lihatGambar 4). Batuan tersebut adalah batuan bekuberupa kekar lembaran yang tersusun secaraperpasangan. Sekilas, susunan tersebut terlihatseperti struktur bangunan yang sengaja dibangun.Berdasarkan informasi dari warga (Bapak EndangSuhendri), lokasi tersebut dulu merupakanpuncak bukit dengan permukaan yang relatiflandai. Permukaan tanah di bukit tersebut banyakyang longsor akibat lubang-lubang bekaspenggalian liar oleh para pencari harta karun.Sebuah batu monolit besar terdapat di puncakbukit, yang disebutkan menjadi lokasi harta karun.Penggalian liar itu mengakibatkan longsornyatanah di puncak bukit dan menghasilkan lerengyang curam, sedangkan batu monolit tergulingke lereng. Penggalian yang dilakukan sepertinyatidak berhasil menemukan harta yang dicari.

Page 9: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Survei Arkeologi di Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan-Nia Marniati Etie Fajari (11-38) 19

Pengamatan terhadap batu tersebut tidakmenemukan adanya tanda-tanda pengerjaan olehmanusia. Di sekitar batu monolit tersebut, terdapatsebaran batuan lain yang berbentuk kubus danbalok. Meskipun sudut-sudut batu tersebut terlihatsiku, namun pola yang ditemukan lebihcenderung merupakan bentukan alam daripadajejak-jejak pengerjaan manusia. Selain batu kubusdan balok, ditemukan juga batu besar, yangseperti nisan, tetapi belum sepenuhnyadikerjakan menjadi nisan. Pada salah satu sisinya,terdapat inskripsi huruf Arab bertuliskan kata “Allah”(lihat Gambar 5). Batu tersebut memiliki panjang± 1 meter dan lebar ± 20 centimeter. Pada lokasidi sekitar susunan batuan dan tempat tergulingnyabatu monolit, terdapat sebaran batu denganbentuk membulat (boulder stone) yangmembentuk pola tertentu. Meskipun letaknya tidak

tertata secara baik, sebaran batu-batu tersebutmembentuk sebuah lingkaran tersusun yangmengelilingi lereng. Apakah lokasi di puncakBukit Kemuning tersebut merupakan sisa-sisa dariaktivitas manusia pada masa lalu atau merupakanbentukan geologi yang terjadi secara alami, haltersebut belum dapat diketahui secara pasti.Untuk menjawab kemungkinan-kemungkinantersebut, penelitian yang lebih lanjut perludilakukan di lokasi tersebut.

Makam Kuno SekukupKompleks makam kuno Sekukup terletak di

sebuah bukit yang banyak ditumbuhi tanamanbambu pada koordinat 03º 13’ 30.6’’ LS - 116º 16’02.2’’ BT. Kompleks makam ini memiliki nisan tuayang sebagian di antaranya terdapat inskripsiyang ditulis dengan huruf Arab dan huruf Bugis(lihat Gambar 6). Sebagian besar inskripsitersebut sudah sangat aus sehingga sulit untukdibaca. Pengamatan terhadap inskripsi yangmasih dapat diteliti mengidentifikasi angka tahun,yaitu 1352 Hijriyah dan 1937 Masehi. Nisan-nisankuno tersebut semuanya menggunakan bahankayu, ada yang polos ada juga yang diberi hiasanmotif bunga-bungaan. Bentuk nisan ada yangpipih ada juga yang gada. Bentuk pipih biasanyamerupakan tanda makam seorang tokohperempuan, sedangkan bentuk gada merupakantanda makam seorang tokoh laki-laki. Inskripsidengan huruf Bugis menunjukkan adanyaeksistensi masyarakat Bugis pada peradaban

sumber: dok. Balar Kalimantan Selatan

Gambar 4. Batuan yang tersusun menyerupai

struktur

sumber: dok. Balar Kalimantan Selatan

Gambar 5. Batu monolit dengan inskripsi

sumber: dok. Balar Kalimantan Selatan

Gambar 6. Nisan kayu ulin dengan inskripsi huruf

Bugis.

Page 10: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Kindai Etam Vol. 2 No. 1 November 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan20

kuno di Sigam dan sekitarnya pada masa lalu.Sayang sekali, pada saat penelitian berlangsung,tidak ada yang mampu untuk membaca danmenerjemahkan inskripsi aksara Bugis tersebut.

Temuan di Desa Sebelimbingan

Desa Sebelimbingan yang berada dalamwilayah administrasi Kecamatan Pulau Laut Utaramemiliki geomorfologi perbukitan dan dilalui olehSungai Sebelimbingan. Sebelimbingandigolongkan sebagai desa dengan dataran tinggikarena 42,79 % wilayahnya atau sekitar 920 km2

merupakan lokasi dengan ketinggian 25-100 mdi atas permukaan air laut. Wilayah denganketinggian di atas 400 m mencakup 18,72% atausekitar 402,5 km2 (Tim Penyusun 2008: 2-6).Lokasi ini pernah disurvei sebelumnya, yaitu padapenelitian tahun 2000 oleh tim peneliti BalaiArkeologi Kalimantan Selatan. Data arkeologiyang ditemukan saat itu berupa fitur struktur

bangunan yang berkaitan dengan aktivitaspertambangan batu bara yang dilakukan olehkolonial Belanda dan artefak yang tersebar dilokasi situs. Survei yang dilakukan pada penelitianini menemukan bahwa pada beberapa titik situskondisinya saat ini sudah mengalami perubahan/rusak. Hal ini disebabkan oleh proyekpembangunan jalan dan kantor pemerintahanKabupaten Kotabaru yang berlokasi diSebelimbingan. Struktur bangunan yangditemukan di Sebelimbingan antara lain sebagaiberikut.

Makam BelandaKompleks makam Belanda yang berada di

sebelah timur laut Sungai Sebelimbingan inisecara astronomis terletak pada koordinat 03º 20’28.9’’ LS - 116º 09’ 17.3’’ BT. Makam saat iniberada di lahan masyarakat yang penuh dengantanaman, baik produksi (karet) maupun pohon/semak yang tumbuh liar. Kondisi makam sangat

sumber: dok. Balar Kalimantan Selatan

Gambar 7. Kompleks makam Belanda: a) Nisan tipe 1; b) Nisan tipe 2; c) Nisan tipe 3; d) Nisan tipe 4.

Page 11: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Survei Arkeologi di Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan-Nia Marniati Etie Fajari (11-38) 21

tidak terawat dan terabaikan, bahkan di beberapatitik tampak bekas tanah yang digali sehingga adanisan yang terguling. Kompleks makam inimemiliki setidaknya 18 nisan yang terbuat daristruktur bata dan semen. Sebagian besar nisankondisinya sudah rusak akibat adanya penggalianliar masyarakat yang mencari harta karun.Penggalian yang dilakukan menyebabkan nisan-nisan tersebut terguling dan beberapa bagiannyaberhamburan di atas tanah. Nisan-nisan yangberada di kompleks makam ini tersusun dalamdenah yang cukup teratur. Pengamatan terhadapbentuk nisan berhasil mengidentifikasi empat tipenisan di kompleks makam ini (lihat Gambar 7).

Tipe 1 berbentuk persegi yang diletakkanpada fondasi yang bersusun. Nisan tersebutmemiliki ukuran besar dan berada di sisi palingbarat atau bisa disebut deret pertama, danmerupakan satu-satunya makam yang berada dideretan ini. Tipe 2 memiliki bentuk persegipanjang dengan salah satu sisi lebarnya yangberbentuk kurva. Nisan ini dipasang mendatar diatas fondasi bata yang dilapisi semen. Beberapanisan memiliki inskripsi di atasnya, namun semuadalam kondisi yang sangat aus dan tidak dapatdibaca. Nisan tipe 2 merupakan bentuk yangpaling banyak dan berjajar di deret keduakompleks makam. Tipe 3 memiliki bentuk sepertiminiatur rumah dan diletakkan secara vertikal diatas fondasi. Makam tipe ini memiliki tinggi sekitar2 meter dengan tebal ± 50 centimeter. Bagiandasarnya memiliki tatakan berbentuk lingkaran.Pada saat diamati, nisan ini dalam posisi yangsudah terguling dengan bagian belakang nisanmenghadap ke atas akibat penggalian liar pencariharta karun. Tidak diketahui apakah terdapatinkripsi dan informasi mengenai makam tersebut,karena bagian depan makam berada di bawah.Makam tipe 3 ini berada pada deret kedua, danhanya ada satu buah saja. Tipe 4 berbentukempat persegi panjang yang menyempit dibagian atas (seperti obelisk). Bagian dasarnyaberbentuk bujur sangkar.

Sejauh ini belum ditemukan data tertulis yangdapat digunakan untuk menggambarkan kapandan bagaimana pemanfaatan makam tersebut.Kompleks makam ini diasumsikan sebagai bagian

dari keberadaan permukiman Belanda yangterkait dengan aktivitas pertambangan batu baradi Sebelimbingan.

Kompleks Rumah SakitRuntuhan bangunan yang dikenal sebagai

kompleks rumah sakit ini berada kurang lebih 100meter di sebelah utara makam Belanda. Posisiastronomis bangunan ini berada pada koordinat03º 20’ 27.3’’ LS -116º 09’ 20.4’’ BT. Informasi dariwarga (Bapak Jumadi, 55 tahun) mengatakanbahwa kompleks bangunan tersebut merupakanbekas rumah sakit jiwa terbesar di kawasan AsiaTenggara pada masa Kolonial Belanda. Bangunanini disebutkan menempati area seluas 3 hektar.Saat ini, yang tersisa hanya berupa runtuhanbangunan yang terdiri atas fondasi dan fragmendinding yang dibuat dari batu bata dan campuransemen. Beberapa unsur bangunan yang masihdapat diamati, yaitu (lihat Gambar 8):

(1) struktur tangga, yang terdiri atas empatanak tangga;

(2) bagian dari gapura, yang tersusun daridua tiang batu bata yang sudah runtuh;

(3) ruang-ruang kamar, yang saat ini hanyatersisa bagian fondasinya saja;

(4) kompleks makam;(5) saluran air, yang berupa bak dari batu

bata dan semen yang menuju ke SungaiSebelimbingan;

(6) bak penampungan air, yang tersambungke sistem saluran air;

(7) bak penampungan air yang berukuranlebih kecil dan terletak di salah satubekas ruangan/kamar;

(8) sumur;(9) bekas septiktank atau toilet;(10) runtuhan bangunan lain yang terpisah dari

bekas fondasi ruang-ruang.Dokumen foto yang ditemukan di Arsip

Nasional Republik Indonesia memperlihatkanbangunan rumah sakit yang terdapat diSebelimbingan (lihat Gambar 9). Keteranganpada foto tersebut tidak menyebutkan jenis rumahsakit jiwa secara spesifik, hanya dikatakan rumahsakit saja. Bangunan rumah sakit pada fotomenggambarkan kondisi salah satu sisinya (yang

Page 12: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Kindai Etam Vol. 2 No. 1 November 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan22

empat buah) dan pintu lebar. Bangunan rumahsakit ini beratap sirap dan memiliki konstruksijendela untuk angin-angin pada salah satu sisiatap. Jalan menuju pintu masuk ke dalam ruangantampak dilapisi dengan batu bata yang disusunrapi. Batu bata tersebut terlihat hanya diletakkanbegitu saja tanpa direkatkan dengan semen.Peletakan susunan lantai bata tersebutdiasumsikan untuk menutupi jalan tanah yang tidakrata.

Dokumen lainnya terkait dengan keberadaanrumah sakit Belanda di Sebelimbingan sejauh inibelum ditemukan. Gambaran mengenai kapanrumah sakit tersebut didirikan dan berapa lamadigunakan sampai saat ini belum dapat dijelaskanlebih lanjut. Gambaran mengenai pendirian rumahsakit di Sebelimbingan terdapat dalam tulisanLindblad yang menyebutkan pembangunanbangsal kesehatan bersamaan dengan sejumlahinfrastruktur lain untuk mendukung kegiatanpertambangan batu bara perusahaan “Pulau Laut”

sumber: Arsip Nasional Republik Indonesia, fotono KIT Kalimantan No 348/24 Borneo Z en O

Gambar 9. Bangunan rumah sakit di Sebelimbingansebagai pendukung pertambangan batubara di Pulau

Laut.

Gambar 8. Kompleks rumah sakit Belanda: a) dan b) Runtuhan struktur bangunan yang diduga rumah sakit; c)

Struktur saluran pembuangan yang diarahkan ke Sungai Sebelimbingan; d) Struktur bangunan bekas septitank.

sumber: dok. Balar Kalimantan Selatan

diasumsikan sebagai bagian depan) yangmemiliki susunan tangga pendek. Dindingbangunan dilengkapi dengan beberapa jendelatinggi (yang tampak pada gambar berjumlah

Page 13: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Survei Arkeologi di Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan-Nia Marniati Etie Fajari (11-38) 23

pada tahun 1903 (Lindblad 1986: 228-229; 1993:707; 2012: 38). Data lain yang ditemukan selainfitur bangunan di lokasi bekas rumah sakit iniadalah pecahan keramik asing dan fragmen botolkaca yang menjadi indikasi adanya aktivitasmanusia di lokasi tersebut.

Kompleks Rumah DieselBangunan yang disebut sebagai rumah diesel

ini terdiri atas struktur berjumlah delapan yangtersusun simetris. Secara astronomis, rumahdiesel ini berada pada koordinat 03º 20’ 05’’ LS -116º 09’ 30.1’’ BT di Desa Sebelimbingan. Strukturtersebut berada di km 15 bundaranSebelimbingan pada tepi jalan kabupaten yangbaru saja dibangun (lihat Gambar 10a).Pembukaan lahan untuk pembangunan jalantersebut mengakibatkan kerusakan padabeberapa bangunan yang berada di sekitar situs.Kompleks rumah diesel ini terdiri atas delapan

struktur yang menyerupai tiang (lihat Gambar 10b).Struktur ini memiliki tinggi 190 cm, dengan rinciantinggi dasar tiang adalah 60 cm dan tinggi bagianatas 130 cm. Bagian dasar tiang berukuran 70 x70 cm dengan cat warna hitam. Sementara itu,badan tiang yang masih tersisa sebagian bercathitam pada bagian bawah dan putih pada bagianatas. Beberapa tiang memiliki dinding yang sudahterkelupas sehingga menampakkan susunan batubatanya. Informasi yang disampaikan oleh BapakJumadi (informan, bekas kepala DesaSebelimbingan, 55 tahun) mengatakan bahwarumah diesel tersebut merupakan pusatpembangkit listrik pada masa Kolonial Belanda.Bangunan ini dibangun sebagai salah satuinfrastruktur kegiatan pertambangan batu barayang dilakukan di Sebelimbingan tahun 1903.Kondisi situs sebagian besar sudah hancurkarena pembangunan jalan. Dokumen arsip ataudata tertulis lainnya mengenai keberadaan struktur

Gambar 10. Kompleks rumah disel: a). Lokasi bekas rumah diesel yang sebagian lahannya sudah rusak akibatpembuatan jalan kabupaten; b) Struktur tiang yang diduga sebagai bagian dari rumah diesel; c) Pecahan

stoneware bagian dari botol yang banyak ditemukan di permukaan; d) Sebaran batu bata sisa dari strukturbangunan di sekitar rumah diesel.

sumber: dok. Balar Kalimantan Selatan

Page 14: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Kindai Etam Vol. 2 No. 1 November 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan24

rumah disel dan bagaimana pemanfaatannyasampai saat ini belum berhasil ditemukan.

Struktur bangunan lain ditemukan pada jarak200 meter ke arah barat tiang rumah diesel. Sisastruktur yang ditemukan berupa fondasi, bekasstruktur pilar, dan tangga pendek yang ditemukanpada sisi utara bangunan. Batu bata dan gentengbanyak ditemukan di permukaan sekitar runtuhanbangunan. Berdasarkan sisa fondasi danbangunan yang ada, serta sebaran fragmen batubata dan genteng, diasumsikan bahwa runtuhantersebut merupakan bangunan/rumah beratapgenteng. Jenis dan fungsi bangunan belum dapatdiketahui.

Data artefaktual banyak ditemukan di sekitarlokasi rumah diesel dan bangunan di dekatnya,terutama pada lokasi-lokasi konstruksipembukaan jalan baru (lihat Gambar 10c dan 10d).Temuan artefaktual banyak sekali ditemukan padatanah urug pembukaan lahan untuk pembangunanjalan. Jenis artefak yang ditemukan antara lainbatu bata, pecahan genteng, kaca, dan keramik.Pengambilan sampel dan analisis data tidakdilakukan terhadap temuan batu bata. Pecahankeramik dan kaca ditemukan di sekitar lokasistruktur bangunan dalam jumlah yang siginifikan.

Lubang 5Lubang 5 merupakan lorong vertikal bekas

tambang batu bara masa Kolonial Belanda diKotabaru yang secara astronomis berada padakoordinat 03º 19’ 48.4’’ LS - 116º 09’ 05.1’’ BT.Lubang tersebut berbentuk empat persegipanjang berukuran 4,5 x 2,3 meter (lihat gambar11). Lubang dibangun dari batu bata bersemendan diperkuat dengan struktur kayu ulin yangmengelilingi keempat sisinya. Fitur lain yangditemukan di dekat Lubang 5 berupa strukturbangunan dan tiang yang belum diketahuiidentifikasinya (lihat Gambar 11). Selain itu,terdapat juga fitur jalan yang diindikasi sebagaibekas jalur rel lori pengangkutan batu bara. Jalantersebut saat ini hanya tampak seperti jalansetapak, sedangkan besi-besi rel sudah hilangkarena diambil oleh penduduk. Struktur bangunanyang ditopang dengan tiang kayu pendek dan

lebar ditemukan di sisi jalan setapak (lihat Gambar12). Jenis bangunan dan fungsinya sampai saatini belum dapat diketahui secara pasti.

Gambar 11. Lubang 5 yang merupakan bekas salahsatu lorong tambang batu bara (kiri); Struktur

tiang di dekat lorong tambang (kanan)

sumber: dok. Balar Kalimantan Selatan

sumber: dok. Balar Kalimantan Selatan

Gambar 12. Struktur bangunan di lokasi Lubang5.

Page 15: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Survei Arkeologi di Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan-Nia Marniati Etie Fajari (11-38) 25

Struktur Bangunan ‘Rumah Bank’Struktur bangunan ini disebut sebagai ‘rumah

bank’ oleh masyarakat di sekitarnya. Hal tersebutdisebabkan oleh uang logam Belanda yangbanyak ditemukan (lihat Gambar 13 bawah),sehingga masyarakat menduga bahwa bangunanitu berhubungan dengan aktivitas keuangan.Bangunan terdiri atas satu struktur batu batadengan denah persegi empat dan dinding dikeempat sisinya (lihat Gambar 13 atas dantengah). Dinding bangunan ini memiliki tinggi

kurang lebih 3,27 meter. Dinding di sisi selatanmemiliki celahan besar yang diindikasi sebagaibekas relung jendela yang pada saat ini sudahtidak terlihat bentuk aslinya. Batu bata penyusundinding sebagian besar sudah hilang, sehinggajendela tersebut saat ini hanya tampak sebagailubang besar pada dinding. Bagian bawah relungmemiliki lubang-lubang yang diindikasikansebagai tempat untuk menyusun struktur kayu.Pada beberapa bagian terdapat juga batang kayuulin yang membentuk suatu konstruksi tertentu.Bagaimana bentuk dan apa fungsi dari konstruksikayu tersebut sulit untuk diketahui secara pasti.Dinding sisi timur memiliki relung jendela denganukuran yang lebih kecil. Ruangan dalam relungini berukuran kecil dan merupakan ruangantersendiri dengan dinding yang memisahkannyadari ruang bangunan. Ruang apa dan untuk apafungsinya juga belum dapat diketahui secara pasti.Pada jarak kurang lebih 25 meter di arah timurbangunan terdapat struktur empat anak tanggaselebar 3,70 meter. Di sekitar lokasi bangunandan struktur tangga, terdapat sebaran fragmenbotol kaca, keramik, dan batu bata sertabongkahan serpihan semen dan kerikil.

Pada saat pengamatan dilakukan, strukturbangunan ini tidak memiliki atap ataupun sisakonstruksi atap. Tidak ditemukannya fragmengenteng di sekitar lokasi mengindikasikan bahwabangunan tersebut dulunya memiliki atap sirapatau malah tidak memiliki konstruksi atap samasekali. Ditemukan gambar bangunan yangmenyerupai struktur di lokasi ini padadokumentasi foto arsip KITLV (lihat Gambar 14).Struktur bangunan tersebut tidak beratap, tetapipada bagian atasnya terdapat konstruksi tiangkayu yang tinggi. Keterangan foto menyebutkanbahwa bangunan adalah airlock lorong IV yangberoperasi pada sekitar tahun 1910 (kitlv.nl).Adapun definisi airlock adalah ruangan dengantekanan yang terkontrol dan pintu paralel untukmemungkinkan gerakan udara di antara daerahyang memiliki tekanan berbeda. Bangunantersebut diasumsikan sebagai konstruksipengontrol udara pada lorong-lorong tambangbatu bara di Sebelimbingan. Selain airlock lorongIV ini, ditemukan juga foto yang menggambarkan

Gambar 13. Kompleks ‘rumah bank’: Sisa strukturtangga (atas); Struktur bangunan yang saat ini

disebut sebagai rumah bank (tengah); Temuan matauang logam koleksi warga yang ditemukan di

sekitar lokasi rumah bank (bawah).

sumber: dok . Balar Kalimantan Selatan

Page 16: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Kindai Etam Vol. 2 No. 1 November 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan26

keberadaan struktur bangunan airlock lorong IIIdan V (lihat Gambar 15). Kedua bangunan tersebutjuga beroperasi pada sekitar tahun 1910 (kitlv.nl).Apakah struktur bangunan yang ditemukan diSebelimbingan ini memiliki bentuk dan fungsiyang sama, hal tersebut belum dapat dipastikan.

Sisa struktur bangunan lainnya ditemukanberada tidak jauh dari lokasi ‘rumah bank’.Bangunan tersebut hanya tersisa lubang fondasidi beberapa tempat dan sebaran batubata sertasisa-sisa campuran semen dan kerikil. Kondisibangunan saat ini secara keseluruhan dapatdikatakan telah hancur, tidak ada bagian dindingatau bagian lainnya yang masih tersisa. Pecahanbotol kaca, batubata, dan genteng banyakditemukan berserakan di sekitar puing-puingbangunan. Fragmen genteng memberikanindikasi bahwa bangunan tersebut dulunyamemiliki konstruksi atap genteng.

Temuan di Desa Selaru

Survei arkeologi dilakukan di Gua Selaruyang berada di Gunung Tarang, Desa Selaru,Kecamatan Pulau Laut Tengah pada koordinat 03º25’ 46.8" LS - 116º 06’ 56.8" BT. Survei tidakmenemukan data arkeologi seperti yangdiharapkan. Gua Selaru memiliki kondisi berair,gelap, sirkulasi udara buruk dan aksesibilitasyang kurang mendukung sebagai syarat ideal

Gambar 14. Airlock lorong IV di tambangbatubara Pulau Laut.

sumber: http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/detail/form/advanced/start/52?q_searchfield=kotabaru

Gambar 15. Bangunan airlock lorong III (atas);bangunan airlock lorong V (bawah)

sumber: http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/detail/form/advanced/start/52?q_searchfield=kotabaru

Page 17: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Survei Arkeologi di Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan-Nia Marniati Etie Fajari (11-38) 27

untuk menjadi lokasi hunian manusia (lihat Gambar16). Gua lain yang berada tidak jauh dari GuaSelaru adalah Gunung Jambangan dan LuwengLok Bulat di Pulau Laut Timur. Gua-gua tersebutmerupakan gua vertikal yang dikenal sebagaisarang burung walet. Tim tidak melakukan surveike gua-gua tersebut karena kondisi medan danjarak tempuh menuju gua tidak memungkinkanuntuk dilakukan pada penelitian kali ini.

dan Paring. Survei dilakukan di Sungai Mandinpada koordinat 03º 16’ 48.0" LS - 116º 13’ 01.6"BT (lihat Gambar 18) dan Sungai Teluk Gadangpada koordinat 03º 15’ 30.9" LS - 116º 13’ 02.2"BT. Sungai Mandin dan Teluk Gadang memilikidasar sungai formasi batuan solid, tidak adasebaran kerakal. Kedua sungai tersebut juga tidakmemiliki endapan gosong pasir yangmengandung kerakal, baik di tengah badansungai atau meander. Kondisi tersebut berbedadengan Sungai Riam Kanan yang berada diKabupaten Banjar, atau bahkan Sungai Baksokadi Pacitan, Jawa Tengah. Kedua sungai tersebutmemiliki endapan kerakal baik di dasar sungai,gosong pasir, ataupun meander yangmemungkinkan menjadi lokasi kapak-kapak batuterdeposit akibat proses transformasinya. Temuankapak batu paleolitik yang banyak ditemukan diRiam Kanan di endapan kerakal pada meandersungai terdiri atas kapak perimbas, penetak, dankapak genggam awal (Fajari 2012: 23-26).

Survei yang dilakukan di kedua aliran sungaitersebut tidak menemukan kapak batu sebagaiindikasi jejak kehidupan manusia dari masaprasejarah. Informasi dari pemerintah desasetempat mengatakan bahwa tidak pernah adalaporan penemuan kapak batu yang dilaporkanoleh warganya. Kapak batu (beliung bahu) yangtercatat di Museum Lambung Mangkurat memangpernah dimiliki oleh salah satu warga (di sini tidakada informan yang ingat siapa nama pemilikkapak tersebut) Semayap. Kapak batu tersebutdikatakan merupakan temuan yang diperoleh ditempat lain ketika yang bersangkutan sedangbekerja, dan bukannya didapatkan di Semayap.Sayang sekali, informasi ini sangat lemah,mengingat nama penemu kapak dan lokasitemuan tidak dapat dipastikan.

Semayap secara umum merupakan desa diwilayah pesisir yang dapat dikategorikan sebagaiestuari atau lahan rawa yang terpengaruh pasangsurut air laut. Wilayah Semayap yang menjadiibukota pemerintahan Kabupaten Kotabaru saatini sangat padat oleh pemukiman warga.Pengamatan di lapangan tidak berhasilmenemukan tit ik-titik lokasi yang dapatmenunjukkan indikasi temuan kapak batu.

sumber: dok. Balar Kalimantan Selatan

Gambar 16. Gua Selaru

Temuan di Desa Semayap

Desa Semayap yang berada di wilayahadministrasi Kecamatan Pulau Laut selama initercatat sebagai lokasi ditemukannya beberapakapak batu (lihat Gambar 17) dari masa prasejarahberdasarkan catatan koleksi katalog di MuseumLambung Mangkurat, Banjarbaru, KalimantanSelatan. Desa Semayap saat ini sudah menjadipermukiman masyarakat yang sangat padat. Desaini dilewati beberapa aliran sungai, sepertiSemayap, Teluk Gadang, Mandin, Misaya, Taib,

Page 18: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Kindai Etam Vol. 2 No. 1 November 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan28

Temuan di Desa Lontar Utara

Informasi dari Dinas Kebudayaan danPariwisata Kabupaten Kotabaru menyebutkanbahwa di daerah Lontar terdapat permukiman tuamasyarakat Bugis. Lontar merupakan nama desayang berada di Kecamatan Pulau Laut Barat,yang terdiri atas tiga desa, yaitu Lontar Selatan,Lontar Utara, dan Lontar Timur. Lokasi ini dapatditempuh selama empat jam perjalanan daratdengan menggunakan kendaraan melaluiinfrastruktur jalan yang sangat rusak. Pada saathujan turun, jalan hanya dapat dilalui oleh mobilgardan atau sepeda motor karena banyaknyalubang-lubang berlumpur yang dapat membuatkendaraan terperosok. Survei yang dilakukan didaerah tersebut tidak berhasil menemukan jejak-

jejak hunian tua. Wilayah desa saat ini telahmenjadi permukiman penduduk yang cukuppadat. Desa Lontar Utara sendiri berada di areapesisir pantai pada koordinat 03º 58’ 28.8" LS -116º 03’ 38.7" BT. Lontar Utara saat ini menjadipusat perdagangan di wilayah tersebut, mengingatlokasinya yang berada di pesisir dan dapatdijangkau dari desa yang lain dengan mudah.Masyarakat di Lontar Utara dan sekitarnya terdiriatas masyarakat Banjar yang berasal dari daerahKalua dan Tanjung, masyarakat Bugis, Mandar, danJawa. Sementara itu, penduduk di Desa LontarTimur sebagian besar terdiri atas masyarakatMandar (90%). Mata pencaharian yang palingbanyak adalah nelayan.

Temuan di Desa Teluk Tamiang

Informasi mengenai budaya tua di Desa TelukTamiang diperoleh dari Kepala Desa Lontar Utara,Bapak Mahyuni, yang menyebutkan pernah adatemuan keramik-keramik Cina di desa tersebut.Desa Teluk Tamiang berada di wilayah KecamatanPulau Laut Barat pada koordinat 04º 02’ 50.0" LS- 116º 03’ 13.8" BT. Keterangan dari Kepala DesaTeluk Tamiang, Bapak H. Abdurrahman, mengenaipenemuan fragmen keramik Cina di wilayahtersebut, tepatnya di dermaga di tepi pantai.Lokasi tersebut merupakan bekas tempat gerilyagerombolan Hanun melawan Kolonial Belandasebelum perang kemerdekaan. Pengamatan dilapangan menemukan beberapa fragmen gerabahdan keramik cina. Lokasi sebaran fragmenkeramik yang berada pada koordinat 04º 03’ 28.9"LS - 116º 03’ 05’3" BT tersebut saat ini merupakanlahan milik Ibu Made, warga desa setempat. Dilahan tersebut pernah diadakan penggalian liaroleh warga untuk menemukan barang-barangkeramik. Temuan keramik umumnya berada padakedalaman 0,5 meter di bawah permukaan tanah.Beberapa wadah keramik yang masih dapat dilihatketika tim melakukan survei di lokasi merupakantemuan dan koleksi dari Bapak H. Sulaiman.Keramik tersebut berupa piring berukuran besar,mangkuk, buli-buli, dan wadah logam. Adapunsebagian besar temuan keramik lainnya telah dijualkepada kolektor.

Gambar 17. Kapak bahu koleksi Museum LambungMangkurat yang disebut ditemukan di Semayap.

sumber: dok. Balar Kalimantan Selatan

Gambar 18. Sungai Mandin di Desa Semayap, tidak

ada indikasi temuan kapak batu dari masa

prasejarah

sumber: dok. Balar Kalimantan Selatan

Page 19: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Survei Arkeologi di Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan-Nia Marniati Etie Fajari (11-38) 29

Data Artefak di Pulau Laut

Hasil survei juga menemukan himpunandata artefaktual yang tersebar di beberapalokasi penelitian, antara lain di Sigam,Sebelimbingan, dan Teluk Tamiang. Dataartefaktual yang berhasil ditemukan terdiri ataspecahan keramik asing, pecahan stonewaredari tajau dan botol Belanda, pecahan botolkaca, batu bata dan genteng, fragmen wadahlogam serta uang koin Belanda.

Analisis artefak diawali dengan klasifikasiberdasarkan lokasi temuannya. Prosesklasifikasi ini menghasilkan lima kelompokartefak, yaitu a) artefak dari Sebelimbingansektor ‘rumah bank’; b) artefak dariSebelimbingan sektor rumah diesel; c) artefakdari Sigam sektor makam raja; d) artefak dariSigam sektor Bukit Kemuning; dan e) artefakdari Teluk Tamiang. Artefak dari Sebelimbingandan Sigam yang ditemukan umumnya hanyaberupa pecahan kecil yang sudah terserak dipermukaan. Pengambilan data artefaktual padasaat survei dilakukan dengan mengumpulkanbeberapa fragmen yang dianggap dapatmewakili keseluruhan pecahan yang ada dilokasi. Pengumpulan seluruh temuan dianggaptidak terlalu mendesak untuk dilakukan,mengingat benda-benda arkeologi tersebutadalah data permukaan yang tidak memilikikonteks yang pasti. Sampel artefak yang

dikumpulkan diharapkan dapat memberikangambaran mengenai sedikit aktivitas yang terjadidi situs. Analisis terhadap data artefaktualmenunjukkan terdapat tiga kelompok, yaitu kaca,stoneware, dan keramik.

KacaFragmen kaca banyak sekali ditemukan di

permukaan tanah di sekitar rumah diesel, sementaratemuan di rumah bank jumlahnya lebih sedikit.Jumlah pecahan kaca yang diambil untuk diamatilebih lanjut di rumah diesel adalah 29 buah,sedangkan dari rumah bank berjumlah 14 buah.Analisis temuan kaca di rumah disel dan sekitarnyamenunjukkan bahwa pecahan-pecahan yangditemukan merupakan bagian dari botol kaca yangmemiliki beberapa variasi baik warna maupunbentuk. Variasi botol kaca berdasarkan warna terdiriatas hijau, coklat, dan biru. Fragmen botol yangpaling banyak ditemukan adalah hijau (36),kemudian coklat (6) dan biru (1), serta dua fragmenyang tidak dapat dikategorikan dalam ketiga warnatersebut. Fragmen botol yang dikumpulkandiklasifikasi menjadi dua bagian, yaitu leher danmulut serta bagian dasar botol. Pengamatanterhadap bentuk leher dan mulut botol berhasilmengidentifikasi enam tipe botol yang masing-masing deskripsinya dapat dilihat pada Tabel 4 (lihatGambar 19).

Beberapa bagian pecahan botol kaca memilikigambar bintang dan tulisan seperti ‘DAI NIPPON’,

Tabel 2. Deskripsi Tipe Botol Berdasarkan Bentuk Mulut dan Leher

Jenis Deskripsi

Tipe 1 Tepian mulut memiliki bentuk sedikit melipat keluar pada bagian atas, cembung pada

bagian tengah, dan lurus ke arah leher, serta memiliki garis striasi pada batas antara

mulut dan leher, bentuk leher panjang.

Tipe 2 Tepian mulut memiliki bentuk melipat keluar pada bagian atas, cembung pada bagian

tengah dan lurus ke arah leher tanpa garis striasi, bentuk leher panjang.

Tipe 3 Tepian mulut lurus, memiliki karinasi pada batas antara leher dan mulut, ada garis

striasi, bentuk leher melebar.

Tipe 4 Tepian lurus pada bagian atas, ada ring cembung pada bagian tengah yang membatasi

antara mulut dan leher, ada garis striasi, bentuk leher panjang.

Tipe 5 Tepian lurus bertingkat, leher panjang sedikit menggembung pada bagian tengahnya.

Tipe 6 Tepian lurus bertingkat, leher panjang, dan lurus.

sumber: hasil analisis penulis berdasarkan tabulasi artefak yang ditemukan

Page 20: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Kindai Etam Vol. 2 No. 1 November 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan30

huruf ‘K’, ‘C’, ‘R’, dan ‘WYNAND FOCKINKAMSTERDAM’. Gambar dan tulisan tersebutmerupakan simbol dan lambang perusahaanprodusen botol. Sebagian besar botol kaca yangditemukan adalah wadah minuman keras dan airsuling. Salah satu produsen botol yangteridentifikasi yaitu Wynand Fockink, yangmerupakan produsen minuman keras yang telahberoperasi sejak 1679. Perusahaan ini telahmemproduksi lebih dari 70 jenis minuman kerasdi Belanda dengan teknik tradisional. Metode inibahkan masih digunakan sampai saat ini untukmembuat produk minuman keras dengan rasayang otentik (http://wynand-fockink.nl/).Keberadaan botol-botol kaca yang diasumsikanmerupakan wadah untuk minuman kerasmenunjukkan bahwa produk tersebut menjadisalah satu barang yang banyak digunakan pada

masa itu. Kebiasaan minum minuman beralkoholmerupakan bagian dari kegiatan sosial yangdigemari.

StonewareFragmen stoneware yang ditemukan, baik di

rumah bank maupun rumah diesel diSebelimbingan merupakan bagian dari botolBelanda. Botol stoneware tersebut memilikibanyak variasi warna, yaitu merah, merahkecoklatan, coklat, coklat kekuningan, coklatkemerahan, abu-abu, abu-abu kekuningan, dankuning. Fragmen stoneware yang ditemukanterdiri atas bagian badan, badan dengankupingan, badan sampai dasar botol, badan danmulut, serta bagian dasar botol. Beberapafragmen badan botol memiliki tulisan yangterdapat di bagian luarnya (lihat Gambar 20).Tulisan yang dapat diidentifikasi antara lain“HULSTKAMP&ZOON&MOLJN ROTTERDAM’,dan ‘C3’. Hulstkamp merupakan perusahaanpenyulingan air dan minuman keras yang sudahberoperasi lebih dari 200 tahun. Selain produsen,perusahaan ini juga merupakan distributor yangpaling produktif pada masa itu. Perusahaan inimemiliki nama H.&J.

Hoogeweegen pada tahun 1775-1818. NamaHulstkamp&Zoon&Molijn mulai digunakan padatahun 1818-1823. Nama tersebut merupakangabungan dari nama James Hulstkamp dananaknya, Jan Louis Hulstkamp serta akuntanDaniel Molijn (http://www.hulstkamp.eu/index.php/hulstkamp). Keberadaan botol-botol inimenunjukkan bahwa minuman keras pada masaitu menjadi bagian dari kehidupan masyarakatpekerja tambang di Sebelimbingan.

KeramikKeramik yang ditemukan merupakan bagian

dari wadah-wadah seperti piring, mangkuk, danvas. Wadah keramik banyak ditemukan di daerahTeluk Tamiang dan Sigam. Keramik dari TelukTamiang adalah temuan warga sekitar dansebagian besar telah dijual kepada kolektorbenda antik. Keramik ditemukan secara tidaksengaja pada saat mengolah tanah kebun padakedalaman 0,5 meter. Penelitian ini berhasil

sumber: dok. Balar Kalimantan Selatan

Gambar 19. Tipe mulut botol kaca: a) tipe 1 dan 2;b) tipe 3; c) tipe 4 dan 5; d) tipe 6

sumber: dok. Balar Kalimantan Selatan

Gambar 20. Fragmen botol stoneware

Page 21: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Survei Arkeologi di Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan-Nia Marniati Etie Fajari (11-38) 31

mendokumentasi sejumlah wadah keramik milikwarga (H. Sulaiman) yang masih disimpan dirumahnya. Keramik tersebut terdiri atas piring,mangkuk, dan buli-buli (lihat Tabel 3). Temuankeramik di Teluk Tamiang kemungkinanmerupakan sisa dari aktivitas hunian masa laluyang menempati lokasi tersebut. Namun, kuantitastemuan yang ada belum dapat digunakan untukmenjelaskan bagaimana bentuk pemukiman dangambaran aktivitas masyarakatnya.

Temuan di Sigam, baik di kompleks makamraja maupun di Bukit Kemuning, berupa pecahanbagian-bagian wadah keramik, yaitu dasar, badan,dan tepian. Pengamatan terhadap fragmenkeramik tersebut menunjukkan beberapa jeniswadah, yaitu piring, mangkuk, buli-buli, dan tajau.

Identifikasi terhadap jenis dan dinasti dari masing-masing pecahan keramik belum dilakukan.Keramik yang ditemukan di Sebelimbingan,sektor rumah bank terdiri atas beberapa bagian,yaitu dasar, tepian, karinasi, dan badan.Identifikasi fragmen keramik menghasilkan tigajenis wadah, yaitu piring, cupu, dan mangkuk.Analisis dan identifikasi lebih lanjut mengenai asaldan masa keramik sampai saat ini belumdilakukan. Keramik dari sektor rumah diesel terdiriatas tiga bagian, yaitu dasar, tepian, dan bagianyang tidak teridentifikasi. Pengamatan fragmenkeramik menunjukkan beberapa bentuk wadah,yaitu piring, mangkuk, dan vas. Pecahan keramikyang tidak teridentifikasi diasumsikan sebagaibagian dari isolator listrik.

Tabel 3. Keramik temuan warga di Teluk Tamiang

Jenis Deskripsi Dimensi Gambar

buli-bu li W arna putih, sudah banyak terkelupas Motif hias warna hitam (?) ben tuk ke lopak bunga pada bagian leher Motif hias warna hitam (?) ben tuk garis geometrisdan rumput pada bagian badan Dasar kaki bercincin Keramik Asia Tenggara, Vietnam

Tinggi 8 cm Diameter mulut 3 cm Diameter dasar 5,5 cm Tebal kaki cincin 8 mm

mangkuk W arna coklat polos tanpa motif Glasir pada bag ian luar mangkuk t idak rata Dasar kaki bercincin Keramik Asia Tenggara, Vietnam

Tinggi 4,5 cm Diameter tepian 14 cm Diameter dasar 5 cm Tebal kaki cincin 6 mm

mangkuk W arna putih polos tanpa motif Glasir bagian dalam dan lua r rata Dasar kaki bercincin

Tinggi 4,5 cm Diameter 8 cm Diameter 3 cm

p iring W arna putih biru Motif hias flora Keramik Cina Dinasti Qing

sumber: hasil analisis penulis berdasarkan tabulasi artefak yang ditemukan

Page 22: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Kindai Etam Vol. 2 No. 1 November 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan32

Data Fitur di Pulau Laut

Fitur arkeologi yang terdapat di wilayah PulauLaut, Kabupaten Kotabaru dapat dikelompokkanmenjadi dua, yaitu kompleks makam tua bagiandari pemukiman pada masa kerajaan Islam danbangunan Belanda yang terkait denganinfrastruktur operasional pertambangan batu baradi wilayah tersebut. Kedua situs tersebut tidakmemiliki hubungan secara temporal karenaberlangsung pada kurun waktu yang berbeda.Kerajaan Pulau Laut di daerah Sigam diperkirakanberlangsung pada tahun 1859-1903. Akhir darikekuasaan pemerintahan Pulau Laut ditandaidengan penerbitan Staatsblad 1903 No 179tentang pembubaran kerajaan-kerajaan yangberada di wilayah Kalimantan Tenggara.Sementara itu, keberadaan situs Sebelimbingandiketahui berlangsung mulai tahun 1903-1930anyang ditandai dengan pembangunan infrastrukturtambang batu bara yang di bawah operasionalperusahaan ‘Pulau Laut’.

Kompleks makam tua yang terdapat di DesaSigam terdiri atas dua lokasi, yaitu makam rajaPulau Laut dan makam Sekukup. Lokasi makamraja berada di sisi utara Sungai Sigam, tepat padadataran di tepian meander sungai. Keberadaanmakam raja di Sigam dapat dianggap sebagaibukti eksistensi kekuasaan Kerajaan Pulau Laut.Hanya saja, pengamatan di lapangan tidakmenemukan data arkeologi yang dapat dijadikanindikasi kuat mengenai tokoh-tokoh yangdimakamkan di lokasi tersebut. Sebagian besarnisan, baik yang terbuat dari kayu atau dari semendan batu, tidak memiliki inskripsi yang dapatdijadikan petunjuk mengenai tokoh yangdimakamkan, angka tahun, ataupun informasiapapun mengenai masa lalu di Sigam. Identifikasinama raja dan tokoh yang dimakamkan diperolehdari informasi juru kunci makam. Secaraarkeologi, hal ini belum dapat dijadikan sebagaidasar penentuan makam Sigam adalah benar-benar makam raja-raja yang pernah menguasaiKerajaan Pulau Laut. Penelitian di lapangan tidakmenemukan data arkeologi lainnya yang dapatdigunakan untuk menggambarkan eksistensiKerajaan Pulau Laut pada masa lalu. Sementara

itu, keberadaan kompleks makam kuno Sekukupmenunjukkan eksistensi masyarakat Bugis diwilayah Sigam. Ketiadaan data arkeologi lainnyamenyebabkan penggambaran mengenaibagaimana dan di mana lokasi hunian masyarakatBugis di Sigam belum dapat dijelaskan lebihlanjut.

Fitur arkeologi juga ditemukan di DesaSebelimbingan, berupa runtuhan struktur yangdiasumsikan sebagai bagian dari infrastrukturpendukung aktivitas pertambangan batu baraBelanda. Tambang batu bara di Sebelimbingandisebutkan memiliki unsur pendukung, sepertibangunan rumah sakit, makam, rumah dieselsebagai pembangkit listrik, serta rumah hunian.Infrastruktur tersebut dibangun untuk mendukungkegiatan pertambangan yang dilakukan olehperusahaan batu bara ‘Poeloe Laoet’ pada tahun1903. August Janssen sebagai pendiriperusahaan itu menyadari bahwa eksploitasi batubara akan menguntungkan apabila dilakukandalam skala besar. Oleh karena itu, perusahaanmembangun sejumlah infrastruktur, seperti jaringanjalan dan rel yang menghubungkan dermaga diStagen dengan kantor di Kotabaru, instalasi air,listrik, dermaga, dan sambungan telepon, sertabangsal kesehatan (Linlblad 1986: 228-229; 1993:707; 2012: 38).

Sekarang ini, infrastruktur tersebut sebagianbesar sudah hancur dan tidak dapat dilihat bentukaslinya. Kondisi beberapa fitur masih tampak utuhdalam dokumentasi yang diambil tahun 1995.Kondisi tersebut menjadi semakin rusak padatahun 2002, dan hancur pada tahun 2011.Pembukaan lahan untuk jalan dan kompleksperkantoran Pemerintah Kabupaten Kotabarutelah menghancurkan sebagian besar bangunantersebut, khususnya di sekitar sektor rumahdiesel, yang diasumsikan sebagai bagian darijaringan instalasi listrik pendukung tambang diPulau Laut.

Pulau Laut: Posisi Strategis

Keberadaan kerajaan-kerajaan Islam diKotabaru terkait erat dengan kedatangan keluarga

Page 23: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Survei Arkeologi di Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan-Nia Marniati Etie Fajari (11-38) 33

Kerajaan Banjar yang mengungsi akibat kemelutdan perebutan kekuasaan. Sulaiman Najammenyebutkan (dalam Hakim dkk. 2009: 57) bahwakerajaan Islam di Kotabaru diawali ketikaPangeran Jaya Sumitra dari Kerajaan Kusanmelarikan diri ke Kotabaru untuk menghindaripenangkapan oleh Belanda yang sedangmenghadapi kemelut Perang Banjar.Sebelumnya, Pangeran Jaya Sumitra memegangkekuasaan di Kerajaan Kusan sejak tahun 1840dengan gelar Raja Kusan IV menggantikanPangeran Napis (Raja Kusan III). KepemimpinanPangeran Jaya Sumitra di Kusan diwarnai olehkemelut Perang Banjar yang sedang berkobar.Hubungan kekeluargaan dengan keluargaKerajaan Banjar menyebabkan Belanda menuduhPangeran Jaya Sumitra bersekongkol denganrakyat Banjar yang dipimpin Pangeran Antasari.Oleh karena itu, Pangeran Jaya Sumitramemutuskan pindah ke Pulau Laut untukmenghindari penangkapan Belanda. Kekuasaandi Kusan kemudian diserahkan kepada ArungAbdul Karim yang menjadi raja Kerajaan Kusan-Pagatan (Hakim dkk. 2009: 60-61).

Data tertulis mengenai tahun kepindahan JayaSumitra ke Pulau Laut belum ditemukan. Namun,perpindahan ini nampaknya terjadi bersamaandengan Perang Banjar yang terjadi dalam kurunwaktu 1859-1905. Masa pemerintahan PangeranJaya Sumitra sebagai Raja Pulau Laut I dapatdiperkirakan terjadi antara tahun 1859an.Pangeran Jaya Sumitra sebagai pendiri KerajaanPulau Laut awalnya menempatkan pusat kerajaandi Salino yang berada di seberang MuaraPagatan. Posisi Salino dianggap kurang strategissehingga pusat kerajaan kemudian dipindah keSigam. Sejauh ini, data sejarah yang menyebutkantentang masalah keamanan yang terjadi di Salino,atau mengapa Sigam dianggap lebih aman,belum ditemukan. Faktor keamanan diasumsikanterkait dengan keberadaan bajak laut dan serbuansuku Bugis yang terjadi pada akhir abad 18 (Ahyat2012: 106). Lokasi Salino yang berhadapandengan pelabuhan di Batulicin tampaknyamenjadi akses masuk bagi kapal-kapal yangberlayar di Selat Makassar. Sigam yang beradadi ujung utara Pulau Laut dianggap lebih aman

karena tidak memiliki akses langsung kepelabuhan. Keletakan makam-makam kuno diSigam dapat menjadi petunjuk mengenaikemungkinan lokasi hunian masyarakat Pulau Lautmasa itu.

Gambar 21 menunjukkan bahwa keduamakam kuno berada di ujung utara wilayah Sigamyang merupakan daerah pesisir. Lokasi yangberada di sekitar makam kuno kemungkinanadalah pusat Kerajaan Pulau Laut yang dulunyaramai. Sigam yang berada di wilayah pesisirmemiliki berbagai sumber daya lingkungan yangdapat menunjang kehidupan dan aktivitaspemukiman masyarakat. Wilayah pesisir memilikibanyak potensi sumber daya alam yang bergunauntuk manusia, seperti ekosistem mangrove,terumbu karang, dan perikanan (Tumengkol 2013:4). Ketersediaan sumber daya tersebutmemungkinkan Sigam dipilih sebagai pusatkegiatan pemerintahan dan pemukiman warga.Daerah pesisir yang termasuk tipologi lahan salin(asin) tidak cocok untuk pertanian, karenapengaruh air laut menyebabkan tanahmengandung kadar garam tinggi. Oleh karena itu,ekonomi Pulau Laut saat itu banyak ditunjang olehaktivitas perdagangan dan hasil melaut.Keberadaan temuan keramik asing di Sigammerupakan salah satu indikasi adanyaperdagangan di lokasi tersebut. Pecahan keramikyang ditemukan di Sigam adalah bagian dariwadah, yaitu piring, mangkuk, buli-buli, dan tajau.Sebaran keramik juga ditemukan di wilayah TelukTamiang, yang berada di ujung selatan Pulau Laut.

Raja Pulau Laut II atau Pangeran Abdul Kadirsebagai penerus kekuasaan Pangeran JayaSumitra berhasil menggabungkan Pulau Laut danBatulicin. Pada masa pemerintahannya terjadigelombang migrasi suku Bugis yang kemudianmengakui kekuasaan Raja Pulau Laut II.Kekuasaan berikutnya dipegang oleh PangeranBrangta Kesuma yang bergelar Raja Pulau LautIII. Pengangkatannya sebagai raja didasarkanpada Gouvernements besluit Desember 1873 No.32. Pusat kerajaan dipindahkan ke daerahBelingkar, tidak disebutkan alasanpemindahannya. Penerus Raja Pulau Laut IIIadalah raja Pulau laut IV atau Pangeran Husin

Page 24: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Kindai Etam Vol. 2 No. 1 November 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan34

Gambar 21. Sebaran temuan arkeologi di Desa Sigam

sumber: dok. Balai Arkeologi Kalimantan Selatan, peta diolah oleh Ulce Oktrivia

Kasuma, yang pengangkatannya didasarkanpada Gouvernements besluit Juni 1889 No. 27.Selanjutnya, Pulau Laut diperintah oleh raja PulauLaut V atau Pangeran Aminullah. Adanyapernyataan Kolonial Belanda yang menyebutkanbahwa semua kerajaan di wilayah Kotabaruberada dalam kekuasaannya, menyebabkancampur tangan Belanda sangat berpengaruh padapemerintahan dan kehidupan di beberapakerajaan Islam. Kerajaan-kerajaan tersebut,termasuk Pulau Laut, berakhir ketika pemerintahHindia Belanda mengumumkan Staatsblad 1903No 179 yang berisi mengenai penghapusankerajaan di wilayah Kalimantan Tenggara sepertiTanah Bumbu, Cengal Manunggul, danBangkalaan, Cantung dan Sampanahan, Batulicin,Sebamban, dan Pulau Laut (Tim Penyusun 2009:60-61; 73).

Pemerintah Belanda pada masa tersebutsedang mengalami kegelisahan terkait denganusaha pencarian lahan baru untuk eksplorasi batubara. Operasi pertambangan oleh beberapaperusahaan seperti Oranje Nassau di Pengaron,Julia Hermina dan Delft di Martapura, dan Palaran,tidak memberikan hasil yang sesuai target.Tambang Julia Hermina dan Delft hanyaberoperasi dalam waktu yang singkat danterpaksa ditutup karena banyaknya pembunuhanstaf dalam periode Perang Banjar tahun 1859.Sementara itu, tambang Oranje Nassau diPengaron yang sempat memberikan keuntunganakhirnya ditutup karena hasilnya dinilai tidaksignifikan dan pemerintah enggan untukmenginvestasikan dana (Lindblad 2012: 35).Laporan survei yang dilakukan oleh C. de Grootmenyebutkan adanya lapisan batubara di Pulau

Page 25: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Survei Arkeologi di Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan-Nia Marniati Etie Fajari (11-38) 35

Laut. Deposit batubara di Pulau Laut memilikilapisan yang menukik ke dalam laut danterganggu oleh intrusi batuan andesit. BatubaraPulau Laut dilaporkan memiliki kualitas yang baik,tetapi sulit untuk diekploitasi karena adanyapatahan dan lapisan yang berada di bawah laut(Posewitz dan Hatch 1892: 284-285).

Laporan-laporan geologi selanjutnyamemberikan harapan lapisan batu bara di PulauLaut dapat dieksploitasi. Riset tersebut dilakukanoleh Combinatie tot Onderzoek der vergunningenin Nederlandsch Indische yang dipimpin olehAugust Janssen dan Th. Gillissen pada tahun 1897(Mansyur 2014: 325). Steenkolen-Maatschappij“Poeloe Laoet” atau perusahaan batu bara ‘PulauLaut’ didirikan pada tahun 1903 di daerahSebelimbingan. Operasional tambang batu baradi Pulau Laut pun dibuka di bawah pimpinan

August Janssen. Infrastruktur pendukungpertambangan yang disiapkan dan dibangunterdiri atas jalur kereta api ke pantai, jalan keKotabaru, bangsal kuli, dan balai pengobatan.Infrastruktur tersebut masih dapat ditemuiruntuhannya, meskipun sebagian besar daristruktur yang ditemukan sulit diidentifikasi jenisdan fungsi aslinya. Sebaran fitur sisa aktivitaspertambangan dalam peta pada gambar 22 dapatdikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu (1)struktur yang terkait langsung dengan aktivitastambang, berupa rumah disel, rumah bank, danlubang 5; (2) struktur bangungan pendukung,berupa rumah sakit dan makam; (3) lokasi yangdiasumsikan sebagai lokasi pemukiman, beruparuntuhan bangunan dan fitur bekas gereja.Pengelompokkan tersebut memberikangambaran pembagian ruang sesuai dengan

Gambar 22. Sebaran fitur struktur bangunan bekas pertambangan batu bara Belanda di Sebelimbingan

sumber: dok. Balai Arkeologi Kalimantan Selatan, peta diolah oleh Ulce Oktrivia

Page 26: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Kindai Etam Vol. 2 No. 1 November 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan36

kepentingan dan fungsi struktur bangunan yangada.

Keberadaan tambang batu bara diSebelimbingan membawa perubahan padakehidupan sosial masyarakatnya. Modal besardan jumlah tenaga kerja yang banyakmenyebabkan perubahan perekonomian dankehidupan sosial yang signigfikan di wilayah yangsemula tenang. Administrator pertama yangditugaskan pada tahun 1903 adalah J. Lonsdorfer.Laporan geologis yang menunjukkan hasil positifmendorong pemodal mengucurkan dana yanglebih besar untuk operasional tambang, darijumlah 180.000 menjadi dua juta gulden (Lindblad2012: 37-40). Jumlah tenaga kerja di tambangPulau laut pada kurun 1905-1910 meningkat dari1.500 hingga 2.300 orang, yang terdiri atas 1.100orang perantaian, 491 kuli kontrak, dan 425 buruhbebas. Perusahaan tambang Pulau Lautberkembang menjadi tambang swasta terbesardi Hindia Belanda (Tim Peneliti 2003: 242).Produksi batu bara di Pulau Laut mengalamipeningkatan yang signifikan pada tahun 1905,1908, dan 1912. Pulau Laut menghasilkan 165.000ton dengan saham sekitar 27 persen dari produksibatu bara di Hindia Belanda (Tim Peneliti 2003:242). Pulau Laut menjadi salah satu tambang besarHindia Belanda yang beroperasi paska PerangDunia I bersama dengan dua perusahaan lainnya,yaitu OBM (Oost Borneo Maatschaappij) danParapattan Baru di Sambaliung. Produksi batubara Pulau Laut tahun 1919-1922 menghasilkankeuntungan yang lebih besar dibandingkan duaperusahaan lainnya. Selanjutnya, produktivitasnyamulai turun dan banyak mengalami kerugian (TimPeneliti 2003: 242; Lindblad 2012: 37-40).

Lokasi Pulau Laut yang strategis dianggapmemiliki andil dalam operasional tambang batubara di Sebelimbingan. Pulau Laut memilikipelabuhan di daerah Stagen yang berada padajalur pelayaran utama yang mudah dicapai olehkapal-kapal yang melewati Selat Makassar(Linblad 2012: 39). Stagen berada tidak jauh darilokasi pertambangan batu bara di Sebelimbingan.Pelabuhan di Stagen menjadi satu-satunya lokasipengapalan batu bara yang berada di sekitar SelatMakassar. Letak yang strategis akan

memudahkan aksesibilitas untuk mencapai lokasidan pengadaan sarana pengangkutan untuk hasilindustri batu bara.

Kondisi ekologi dan keletakan geografistampaknya telah menjadi salah satu faktor penentudalam pertimbangan pemilihan lokasi-lokasipemukiman pada masa lalu. Hal tersebut dapatdilihat pada keputusan Pangeran Jaya Sumitrayang disebutkan memindahkan pusatpemerintahan dari Salino ke Sigam karena faktorkeamanan. Secara geografis, Sigam tidakmemiliki akses langsung terhadap jalur pelayaran,sehingga dianggap lebih aman dari serbuan bajaklaut yang sedang marak. Namun, Sigam masihberada pada jalur strategis dalam lintasperdagangan karena lokasinya berada di wilayahpesisir. Tidak menutup kemungkinan daerahSigam sebagai pusat Kerajaan Pulau Laut telahmemiliki titik-titik pelabuhan tersendiri untuk kapal-kapal dagang yang merapat. Pulau Laut diketahuimemiliki jaringan perdagangan dengan kerajaanIslam lain di wilayah pesisir tenggara Kalimantan,seperti Kerajaan Pagatan dan Kusan sertaBatulicin. Van der Ver dalam laporannya padatahun 1846 menyebutkan berbagai komoditasdagang yang diekspor di wilayah KesultananBanjarmasin dan wilayah Karesidenan Kalimantanbagian Tenggara meliputi sarang burung, kayugaharu, kapas, kelapa, minyak, tembakau, gulaaren, telur, pisang, sirih, lilin, cadik perahu, buah-buahan, sarung tenun, katun, tanduk rusa,kerajinan rotan, tikar, sirap, kayu ulin, berbagaijenis kayu, bambu, ikan, sagu, indigo, kerbau,kambing, ayam, dan itik. Pada tahun yang sama,Sultan Abdurrakhim dari Pagatan berada dalamrombongan dengan 45 kapal besar dan kecilmenyeberang ke Pulau Laut untuk mendapatkanbarang dagangan (Mansyur 2012: 123-124).

Kerajaan Kusan-Pulau Laut juga menjadi salahsatu penghasil batu bara untuk kapal-kapal uapyang berlayar ke daerah pedalaman pada tahun1881-1885. Batu bara ditambang oleh penambanglokal di tiga lokasi untuk memenuhi permintaanbahan bakar kapal uap. Gudang-gudang batubara didirikan di tepian sungai dan pantai.Penambang lokal kemudian membawa batu barake gudang tersebut dan dibeli dengan harga pas.

Page 27: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Survei Arkeologi di Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan-Nia Marniati Etie Fajari (11-38) 37

Tambang batu bara lokal di Pulau laut dilakukandi Tanjung Pamatjintan pada awal 1885 olehPangeran Kerajaan Kusan-Pulau Laut saat itu(Posewitz dan Hatch 1892: 486). Hal inimemberikan gambaran bahwa sebelumperusahaan batubata “Poeloe Laoet” beroperasi,kerajaan Islam yang berkuasa di situ telahmengambil peran dalam industri batubara untukmemenuhi bahan bakar kapal uap Belanda.Sayangnya, hasil survei di lapangan belumberhasil menemukan jejak Kerajaan Pulau Lautkecuali makam raja dan kerabatnya. Penelitianlebih lanjut perlu dilakukan di wilayah tersebutuntuk mengungkap lebih jauh mengenaikeberadaan Kerajaan Pulau Laut di Sigam yangselama ini masih menjadi misteri.

PENUTUP

Survei dan penelitian di wilayah Pulau Lautberhasil menemukan data arkeologi terkait denganriwayat perjalanan sejarah di wilayah tersebut.Data arkeologi yang ditemukan terdiri atas artefakdan fitur. Data artefaktual yang berupa keramikasing, pecahan botol kaca, sisa-sisa bangunanmerupakan bagian dari rangkaian sejarah danaktivitas manusia dari masa lalu di Pulau Laut.Sementara itu, fitur arkeologi di Pulau Laut terdiri

atas kompleks makam raja sebagai buktieksistensi kerajaan Pulau Laut masa silam, dansisa-sisa bangunan infrastruktur pendukungpertambangan batu bara yang dilakukan olehperusahaan pada masa pemerintahan HindiaBelanda. Keberadaan data arkeologi tersebutmemberikan gambaran peranan penting PulauLaut pada abad 18-20.

Jejak sejarah mencatat peran pentingKerajaan Pulau Laut dalam jaringan perdagangandi Selat Makassar. Kerajaan Pulau Laut yangmerupakan bagian dari Kesultanan Banjarmasinturut berperan sebagai penyedia komoditasdagang yang dibutuhkan kala itu. Lokasinya yangberada di Selat Makassar menjadikannya sebagaiwilayah strategis jalur dagang dengan daerah-daerah di sekitarnya. Berakhirnya masa kejayaanKerajaan Pulau Laut setelah penghapusankekuasaannya oleh pemerintah Hindia Belandatidak menyurutkan peran Pulau Laut dalam rodaperekonomian di wilayah Kalimantan Tenggara.Pertambangan batu bara yang dibuka pada tahun1903 memberikan dampak signifikan dalamperkembangan perekonomian dan kehidupansosial, khususnya di wilayah Sebelimbingan. Hal-hal yang disebutkan di atas menunjukkan bahwaPulau Laut memiliki peranan penting dalamperdagangan dan industri batu bara pada abad19-20.

DAFTAR PUSTAKA

Akhyat, Ita Syamtasiyah. 2012. KesultananBanjarmasin pada Abad Ke-19 EkspansiPemerintah Hindia-Belanda di Kalimantan.Tangerang Selatan: Serat Media Alam.

Bintliff, J. 1992. “Interaction Between ArchaelogicalSites and Geomorphology”. Cuaternario yGeomorfologia 6: 5-20.

Fajari, Nia Marniati Etie. 2012. “Eksplorasi JejakBudaya di Hulu Sungai Riam Kanan”. BeritaPenelitian Arkeologi Balai ArkeologiKalimantan Selatan 6: 1-32.

Hakim, Abdurrahman, Abdul Samad, Bahruddin,Bambang Subiyakto, Ersis Warmansyah

Abbas, Noor Aneka Lindawati, RahayuSuciati, Syaharuddin Arafah, danSyamsuwal Qomar. 2009. SejarahKotabaru. Bandung: Rekayasa Sains.

Ideham, Suriansyah, Sjarifuddin, A. GazaliUsman, M. Zainal Arifin Anis, dan Wajidi.2003. Sejarah Banjar. Banjarmasin: BalaiPenelitian dan Pengembangan DaerahProvinsi Kalimantan Selatan.

Kantner, John. 2008. “The Archaeology ofRegions: From Discrete Analytical Toolkitto Ubiquitous Spatial Perspective”. JournalArchaology Res 16: 37-81.

Page 28: Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT ...

Kindai Etam Vol. 2 No. 1 November 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan38

Kusmartono, Vida Pervaya Rusianti dan AndiNuralang. 2001. “Kehidupan SosialEkonomi dan Perdagangan di DaerahPesisir Tenggara Kalimantan pada AbadKe-19 Masehi”. Berita Penelitian ArkeologiBalai Arkeologi Banjarmasin 08: 1-64.

Linblad, J. Th. 1986. “Westers En Niet-WestersEconomisch Gedrag in Zuid-OostKalimantan, C. 1900-1940”. Bijdragen tot deTaal, Land, en Volkenkunde 142 (2/3): 215-237.

_____. 1993. “Ondernemen in Nederlands-Indiec. 1900-1940”. BMGN 108 (4): 699-710.

_____. 2012. Antara Dayak dan Belanda SejarahEkonomi Kalimantan Timur dan KalimantanSelatan 1880-1942. Jakarta: KITLV-Jakarta.

Mansyur. 2012. “Diaspora Suku Bugis di WilayahTanah Bumbu, Karesidenan Borneo BagianSelatan dan Timur Tahun 1842-1942”.Thesis. Semarang: UniversitasDiponegoro.

_____. 2014. “From Oranje Nassau to Pulau Laut:the Invest of Coal Mining in SoutheastKalimantan From 1845 to 1931”. HistoriaInternational Journal of History EducationXIV (2): 323-336.

Mundardjito. 2002. Pertimbangan EkologisPenempatan Situs Masa Hindu-Buda di

Daerah Yogyakarta. Jakarta: WedatamaWidya Sastra.

Posewitz, Theodor dan Frederick H. Hatch. 1892.Borneo Its Geology and Mineral Resources.London: Edward Standford.

Sharer, Robert J. dan Wendy Ashmore. 2003.Archaeology discovering our past. NewYork: McGraw-Hill.

Tim Peneliti. 1993. “Penelitian Arkeologi Islam diDaerah Pagatan dan Sekitarnya KabupatenKotabaru, Kalimantan Selatan”. LaporanPenelitian Arkeologi. Banjarbaru: BalaiArkeologi Banjarmasin.

Tim Penyusun. 2008. Kecamatan Pulau Laut Utaradalam Angka. Kotabaru: Kantor StatistikKecamatan Pulau Laut Utara.

Tumengkol, Selvie M. 2013. Potensi danPermasalahan Pembangunan WilayahPesisir dan Lautan Suatu Kajian TerhadapSosiologi Pembangunan Wilayah Pesisir.Diunduh 6 Oktober 2016 (repo.unsrat.ac.id/629/1/karya_tulis_ilmiah_tumengkol8.pdf).

http://wynand-fockink.nl. Diunduh 21 September2016

h t t p : / / w w w. h u l s t k a m p . e u / i n d e x . p h p /hulstkamp.Diunduh 21 September 2016

http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/detail/form/advanced/start52?q_searchfield=kotabaru.Diunduh 19 September 2016